LAPORAN SURVEY
PENDAHULUAN
SOIL INVESTIGASI DAN PERENCANAAN
KHUSUS DAERAH RAWAN LONGSOR
PROVINSI PAPUA BARAT
KATA PENGANTAR
P uji syukur kehadirat Allah SWT berkat Rahmat-Nya Laporan Survey Pendahuluan
paket pekerjaan Soil Investigasi dan Perencanaan Khusus Daerah Rawan Longsor
Provinsi Papua Barat yang dikerjakan oleh konsultan perencana PT. Genta Prima
Pertiwi Jo. PT. Astakona Dutasarana Dimensi dapat selesai pada waktunya. Paket
pekerjaan ini adalah salah satu paket perencanaan teknis yang dilaksanakan Satuan Kerja
Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVII
Manokwari. Hasil akhir dari perencanaan ini yang diharapkan adalah tersedianya data
geoteknik dan desain penanganan untuk daerah rawan longsor Provinsi Papua Barat yang
Dalam laporan ini akan diuraikan mengenai hasil pelaksanaan survey pendahuluan
dan rencana survey detail selanjutnya sebagaimana dimaksudkan dalam kontrak kerja No.
09/HK.0203/P2JN-PB/PPK.PRCN/SOILIN/APBN/2017 Tanggal 19 April 2017 antara
Pejabat Pebuat Komitmen Perencanaan Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan
Nasional Provinsi Papua Barat dengan PT. Genta Prima Pertiwi jo PT. Astakona
Dutasarana Dimensi sebagai konsultan perencana.
Kami sangat berterima kasih kepada pemberi pekerjaan yang telah memberi
kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan Soil Investigasi dan Perencanaan
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
Khusus Daerah Rawan Longsor Provinsi Papua Barat. Akhir kata semoga laporan ini
dapat memberi gambaran umum rencana pelaksanaan pekerjaan perencanaan.
3
SOIL INVESTIGASI DAN PERENCANAAN KHUSUS
DAERAH RAWAN LONGSOR PROVINSI PAPUA BARAT
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN......................................................................................................1
1.2 LINGKUP PEKERJAAN........................................................................................................1
1.3 SISTEMATIKA PELAPORAN..............................................................................................1
3
SOIL INVESTIGASI DAN PERENCANAAN KHUSUS
DAERAH RAWAN LONGSOR PROVINSI PAPUA BARAT
BAB I. PENDAHULUAN
Maksud dari kegiatan survey pendahuluan paket pekerjaan Soil Investigasi dan
Perencanaan Khusus Daerah Rawan Longsor Provinsi Papua Barat adalah mendapatkan
deskripsi umum gerakan tanah pada daerah longsor.
LAPORAN PENDAHULUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah memperoleh data awal sebagai bahan untuk kegiatan tahap
berikutnya. Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan arahan pertimbangan
terhadap survey teknik, terutama survey geoteknik dalam rangka menentukan
penyelidikan terhadap tanah yang perlu dilakukan melalui pengamatan visual dan rencana
investigasi dengan data-data pendukung yang ada, serta menentukan jenis, lokasi dan
jumlah sampel penyelidikan terinci yang akan dilaksanakan, sehingga diperoleh suatu
perencanaan teknis yang akurat.
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
1.2 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan kegiatan survey pendahuluan Soil Investigasi dan Perencanaan Khusus
Daerah Rawan Longsor Provinsi Papua Barat antara lain pemetaan topografi, pemetaan
geologi gerakan tanah, dan melakukan pengamatan visual (lokasi, ciri, jenis, penyebab
longsoran), yang diinventarisir dalam standar formulir yang telah ditentukan, dilengkapi
dengan foto dokumentasi.
Adapun sistematika penulisan laporan survey pendahuluan paket Soil investigasi dan
perencanaan khusus daerah rawan longsor Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut ini :
I. Pendahuluan
1
SOIL INVESTIGASI DAN PERENCANAAN KHUSUS
DAERAH RAWAN LONGSOR PROVINSI PAPUA BARAT
Bab ini menguraikan tentang latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan, sasaran,
ruang lingkup dan sistematika penulisan laporan.
II. Dekripsi Lokasi Proyek
Bab ini menguraikan tentang lokasi proyek, aksebilitas pencapaian ke lokasi dan
gambaran umum lokasi..
III. Hasil Pelaksanaan Survey Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang hasil survey pendahuluan dan rencana penanganan.
IV. Rencana Kerja Survey Detail
Bab ini menguraikan tentang rencana kerja survey detail tim konsultan perencana
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
meliputi survey topografi dan geologi, penyelidikan geohidrologi, penyelidikan
tanaha dengan geolistrik, bor mesin, sondir dan analisa hasil penyelidikan.
Susunan tim pelaksana survey pendahuluan paket Soil investigasi dan perencanaan khusus
daerah rawan longsor Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut ini :
Provinsi Papua Barat merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Papua selain Provinsi
Papua. Provinsi Papua Barat terletak antara 00 - 04° Lintang Selatan dan antara 124°-132°
Bujur Timur.
Sampal akhir 2015, Provinsi Papua Barat terbagi menjadl 12 kabupaten dan 1 kota. Luas
daratan masing-masing kabupaten/kota, yaitu: Fakfak (11.036,48 km2), Kaimana
(16.241,84 km2), Teluk Wondama (3.959,53 km2), Teluk Bintuni (20.840,83 km2),
Manokwari (3.186,28 km2), Sorong Selatan (6.594,31 km2), Sorong (6.544,23 km2), Raja
Ampat (8.034,44 km2), Tambrauw (11.529,18 km2), Maybrat (5.461,69 km2), Manokwari
Selatan (2.812,44 km2), Pegunungan Arfak (2.773,74 km2) serta Kota Sorong (656,64
km2).
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
Provinsi Papua Barat termasuk daerah yang beriklim tropis, temperatur suhu rata-rata
berkisar antara 26° c - 28° c dengan kelembaban udara antara 78 - 85 %, curah hujan rata-
rata 176,20 mm/thn sampai lebih dari 537,60 mm/tahun.
Daerah Provinsi Papua Barat pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim,
berdasarkan curah hujan yakni :
1) Musim hujan pada periode bulan Desember sampai Juni
2) Musim kemarau pada periode bulan Juli sampai November
2.2.3 Fisiografi
Pada umumnya fisiografi wilayah Provinsi Papua Barat terdiri atas wilayah pesisir dan
Di sebelah selatan dan barat yang berangsur menurun ketinggiannya terdiri atas dataran
tinggi batu gamping (limestone), dataran aluvial dan rawa. Dataran rendah ini terbagi dua
oleh teluk yang terbentang mengikuti arah Timur-Barat, dan diapit oleh daerah rawa dan
dataran dari bahan aluvium barusan (recent) dan tersier akhir yang disebut Teluk Bintuni
2.2.4 Stratigrafi
Berdasarkan penyederhanaan tersebut maka tatanan startigrafi lokasi pekerjaan terdiri dari
20 (dua puluh) kelompok formasi/satuan batuan yang diuraikan sebagai berikut;
1. Endapan Alluvium dan Litoral (Qa) terdiri dari kerikil, pasir lanau dan lumpur
11. Formasi Wai (Tqw) terdiri dari batugamping terumbu, konglomerat, batupasir,
napal, batu lumpur gampingan
12. Batuan Gunungapi Arfak (Tema) terdiri dari tufa, anglomerat, dan sedikit lava, lava
bantal bersusun andesit, dan basal
13. Granit Anggi (Ra) terdiri dari granit pluton mengandung biotit dan muskovit, retas,
sill, urat dari granudiorit, granit, diorite, pegmatite
14. Diorit Lembai (Pwg) terdiri dari diorite dan zaitun setempat gabro
15. Kompleks Mawi (Pkm) rdiri dari serpih, argilik, batupasir, batupasir aneka bahan
16. Formasi Kemum (SDk) terdiri dari batuan sedimen malih tingkat rendah berupa
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
kuarsit, argilit, batusabak, sekis, filis dan metamikro monzonit
17. Bancuh tak terpisahkan dari system sesar ransiki (Rfx) terdiri dari batugamping
terstrukrut kuat, bercampur dengan batuan gunungapi
18. Bancuh takterpisahkan dari sistem sesar sorong (Sfx) terdiri dari batulumlur
gamping, serpih, batupasir, dan konglomerat
19. Formasi Tambarau (Jkt) terdiri dari serpih, batulanau, batupasir, kuarsit, sekis dan
geneis
20. Kompleks terobosan netoni (Rn) terdir dari granit, syenit, kuarsa, monzonit, dan
kuarsa
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
Struktur geologi lokasi pekerjaan berhubungan dengan zona lemah yang menjadi salah satu
penyebab kejadian longsor. Sesar mayor yang terdapat pada lokasi pekerjaan berupa :
1) Sesar Sorong
Sesar sorong memanjang dari arah timur barat terletak pada bagian utara dari pulau
papua, sesar ini merupakan retakan besar dalam kerak bumi berupa sesar geser.
Sesar ini relatif searah dengan ruas jalan nasional yang menghubungkan Kota
Selain sesar mayor tersebut terdapat pula sesar mikro yang dapat menyebabkan zona lemah
sehingga berpotensi terhadap kejadian longsor.
Sesar Ransiki
Paket pekerjaaan Soil Investigasi dan Perencanaan Khusus Daerah Rawan Longsor
Provinsi Papua Barat terdiri dari dua lingkup pekerjaan yaitu soil investigasi dan
perencanaan penanganan longsor. Dari hasil yang telah disetujui pihak Satuan Kerja P2JN
Provinsi Papua Barat dan PPK Perencanaa, diperoleh lokasi longsoran sebagai berikut :
Latitude Longitude
1 Arfu - Prafi - Marmare - Maruni 009 KM. 33+400 Warmare 0°59'27.36"S 133°59'30.30"E Soil Investigasi
3 Kebar - Arfu 008 KM 140+000 Gunung Pasir 0°47'28.77"S 133°20'57.70"E Soil Investigasi
1 Maruni - Oransbari 011 KM. 54+000 Bukit Acemo 01° 5'27.83"S 134° 4'49.65"E Soil Investigasi
3 Maruni - Oransbari 011 KM. 63+400 Warkapi 01° 8'15.51"S 134° 6'38.53"E Soil Investigasi
5 Ransiki - Mameh 013 KM.160+000 Gunung Botak, Segmen I 01°40'39.83"S 134° 4'22.58"E Soil Investigasi
6 Ransiki - Mameh 013 KM.162+300 Gunung Botak, Segmen II 01°41'29.72"S 134° 4'35.06"E Soil Investigasi
7 Ransiki - Mameh 013 KM. 163+700 Gunung Botak, Segmen III 01°41'56.64"S 134° 4'44.17"E Soil Investigasi
Pekerjaan soil insvestigasi dilakukan di dua ruas jalan nasional, yaitu Ruas Manokwari –
Sorong dan Ruas Manokwari – Bintuni. Panjang komulatif penanganan yaitu 15,00 km.
Pekerjaan perencanaan penanganan longsor dan Detail Engineer Desain dilakukan di dua
titik/lokasi, yaitu Bukit Doa KM. 117+400 No.Link 009 Ruas Arfu – Prafi – Warmare dan
Membab KM. 96+775 No. Link 012 Ruas Oransbari – Ransiki.
Aksebilitas menuju lokasi pekerjaan dari Kota Manokwari yang merupakan Ibu Kota
Provinsi Papua Barat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun
roda empat dengan kondisi jalan baik hingga rusak ringan dengan membutuhkan waktu
tempuh ± 6 jam dengan jarak tempuh ±140 km ke Warmare, Bukit Doa, dan Gunung Pasir
yang ada pada Ruas Jalan Manokwari - Sorong dan waktu tempuh ± 8 jam dengan jarak
tempuh 167 km ke lokasi Bukit Acemo, Bukit Sayori, Warkapi, Bembab, dan Gunung
Botak yang ada pada ruas Jalan Manokwari – Bintuni.
Survei Pendahuluan dilakukan sebagai tahap awal untuk mendapatkan data lapangan guna
menentukan perkiraan dan saran dalam proses perencanaan. Survey pendahuluan
dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi umum daerah longsor. Data tersebut mencakup
luas daerah yang terlibat, jenis gerakan tanah/batuan, kedalaman bidang longsor, penyebab
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
longsoran dan bila mungkin keaktifannya. Perlu pula dipelajari bila ada metode
penanggulangan yang telah dilakukan, apakah berhasil atau tidak. Hal ini penting sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan langkah penanggulangannya. Bila konstruksi yang
dibuat tidak berhasil perlu diteliti kembali, apakah ada faktor-faktor yang belum
diperhitungkan dalam perencanaannya.
Untuk dapat mencapai maksud tersebut dalam tahap survey pendahuluan dilakukan
pekerjaan-pekerjaan yang meliputi pemetaan (topografi), pemetaan geologi gerakan tanah,
Dalam pelaksanaan survey pendahuluan dilakukan beberapa jenis survey sebagai berikut:
1. Survey dan pemetaan topografi
Diperlukan sebagai peta dasar untuk penyelidikan selanjutnya. Oleh sebab
itu peta topografi harus dapat memberikan gambaran keadaan lapangan di daerah
gerakan tanah dengan baik. Disamping itu peta topografi tersebut dipakai pula
dalam pekerjaan desain. Sebagai kelengkapan dalam pemetaan topografi ini
dilakukan pula pengukuran penampang/profil di tempat-tempat yang dipandang
perlu.
Dimaksudkan tidak saja untuk mengetahui jenis dan sebaran batuan dan
struktur geologi, tetapi juga mencakup proses geologi yang berkaitan dengan
gerakan tanah, dan prakiraan tata air tanah di daerah penyelidikan.
3. Pendugaan geofisika
Didasarkan pada prinsip pengukuran sifat fisika batuan. Pekerjaan ini dilakukan
dengan metoda seismik dan geolistrik. Dari kedua cara tersebut dapat diperoleh
data bawah permukaan.
1. Gunung Acemo
2. Warkapi
3. Membab
4. Gunung Botak I
5. Gunung Botak II
6. Gunung Botak III
Jika disusun strata stratigrafi dari batuan dasar hingga permukaan merujuk pada hasil
observasi geologi permukaan dapat diurut sebagai berikut ;
a) Lapisan material organik berupa berukuran lempung terbentuk hasil lapukan dari
vegetasi pada lokasi pekerjaan, ketebalan material ± 3 m.
b) Lempung pasiran bercampur fragmen kerikil hingga kerakal merupakan endapan
talus terbentuk hasil dari lapukan batuan dasar yang diperkirakan ketebalan lapisan
± 15-20m merujuk pada kemiringan batuan dasar dan elevasi permukaan.
c) Breksi vulkanik, tersusun atas material berukuran lempung hingga pasir sebagai
material pengikat (semen) dan fragmen berupa batuan beku yaitu basal yang
berukuran berangkal-bongkah dengan ketebalan lapisan ± 5 m.
d) Tufa (batuan dasar) merupakan batuan vulkanik disusun oleh partikel berukuran
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
pasir halus yang tersemenkan oleh debu vulkanik.
Struktur geologi berupa kemiringan batuan dengan arah sebaran relatif barat laut –
tenggara (N295ºE) dengan kemiringan batuan relative ke timur laut (39º) (Gambar 4.3).
Gambar 3.3 Singkapan batuan vulkanik berupa tufa pada tebing yang memperlihatkan
arah perlapisan dan kemiringan batuan dengan kedudukan N 2950E / 390 pada koordinat
397824/ 9879419
B. Kondisi Jalan
Kondisi fisik ruas jalan merupakan jalan penetrasi dan butas dan sebagian merupakan jalan
perkerasan (dalam tahap pengerjaan) dengan kondisi terjal turun dimana letak tebing
berada pada sisi kanan jalan dan jurang pada sisi kiri (dari arah Manokwari). Pada
beberapa titik dijumpai beberapa kerusakan pada badan jalan diantaranya amblas, lubang-
lubang dan retak (Gambar 4) .
C. Drainase
Tipikal drainase adalah drainase permukaan dengan kondisi kurang berfungsi, hasil
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
observasi lapangan menunjukkan bahwa drainase sebagian telah tertutup oleh material
hasil longsoran dan sebagian dalam tahap konstruksi (Gambar 4.5).
Pola drainase menggunakan prinsip gravitasi dengan aliran air mengikuti kemiringan
lereng. Pada lokasi pekerjaan dijumpai pula aliran air yang keluar dari badan jalan yang
diidentifikasikan bersumber dari gully erosion yang berasal dari lereng yang kemudian
mengalin dibawah badan jalan dan keluar pada sisi bahu jalan (Gambar 4.6)
A B
Gambar 3.6 Aliran air yang keluar dari bawah badan jalan pada koordinat
397654/9879376 (A) dan Gully Erosion (B)
Identifikasi kerusakan jalan yaitu dengan melakukan observasi secara visual dilapangan,
pengujian resistivity dan pengamatan citra. Berdasarkan tanjauan tersebut maka diketahui
bahwa karakteriksi potensi kerusakan jalan pada luas acemo berupa:
1) Potensi longsoran tersebut dapat terjadi pada sisi lereng yang telah mengalami
penimbunan, merujuk pada pengujian resistivity lintasan 1 diinterpretasikan bahwa
ketebalan timbunan pada sisi lereng maksimum 25m, hal ini berpotensi longsor
karena timbunan berada pada sisi lereng yang terjal dan tidak adanya bangunan
A. Kondisi Geologi
Lokasi pekerjaan secara regional termasuk dalam Lembar Ransiki, merusuk pada lembar
tersebut lokasi pekerjaan disusun oleh :
a) Batuan Gunungapi Arfak (Tema) yang disusun oleh Tufa, aglomerat dan sedikit
lava, breksi lava, lava bantal bersusun andesite sampai basal, batuan gunungapi
klastika, batuan terobosan basal sampai andesit porfiri dan gabbro sampai diorite
setempat batugamping. Umur fomasi Eosen Atas sampai Miosen Tengah.
b) Endapan alluvium dan litoral (Qa) terdiri dari lumpur, pasir, kerikil, gambut. Umur
Formasi Kwarter - Resen.
c) Endapan undak alluvium (Qt) terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur. Umur Formasi
Kwarter – Resen
Strukur geologi berupa kelurusan (sesar atau kekar) yang berarah Barat - Timur, terletak
pada sisi Barat laut lokasi pekerjaan. Peta geologi regional Sayori (warkapi) dan
sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Jika disusun strata stratigrafi dari batuan dasar hingga permukaan merujuk pada hasil
observasi geologi permukaan dapat diurut sebagai berikut (Gambar 4.10) ;
a) Lapisan material organik berupa berukuran lempung terbentuk hasil lapukan dari
vegetasi pada lokasi pekerjaan, ketebalan material ±1 m.
b) Lempung pasiran bercampur fragmen berukuran pasir halus – kerikil dan
merupakan endapan talus terbentuk hasil dari lapukan batuan dasar
c) Breksi Vulkanik merupakan batuan dasar pada lokasi pekerjaan yang disusun oleh
partikel berukuran pasir halus yang tersemenkan oleh debu vulkanik dan memiliki
fragmen yang berukuran kerikil - bongkah. Batuan dasar terbagi menjadi dua yaitu
breksi vulkanik dengan susunan matriks, semen dan fragmen dan breksi vulkanik
dengan fragmen bongkah.
Struktur geologi yang berkembang dilokasi pekerjaan yaitu struktur kekar, struktur ini
dijumpai pada lapisan batuan breksi vulkanik utamanya pada fragmen batuan (Gambar
3.9).
B. Kondisi Jalan
Kondisi fisik ruas jalan merupakan jalan perkerasan lentur (butas) dengan kondisi badan
jalan secara umum baik dan tingkat kemiringan secara umum landai/datar mengingat
Berdasarkan lapisan bidang longsor yang tersingkap, diketahui 3 jenis lapisan perkerasan
pada lokasi pekerjaan yang dapat dilihat pada gambar 3.11.
C. Drainase
Tipikal drainase adalah drainase permukaan dengan kondisi tidak berfungsi, hasil
observasi lapangan menunjukkan bahwa sebagian drainase tertutup oleh material longsoran
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
dan tanaman rambat. Pola drainase menggunakan prinsip gravitasi dengan aliran air
mengikuti kemiringan lereng (Gambar 3.12).
1) Jenis materal pada pada permukaan lapisan taah asli berupa pasir lempungan
bercampung bongkah batuan yang belum terkompasksi sehingga pada saat
terjadinya hujan mengalami kenaikan muka airtanah yang menyebabkan
pergerakan material tersebut pada sisi lereng
Tipikal longsor pada lokasi pekerjaan berdasarkan letak kejadian terbagi menjadi dua
bagian yaitu;
Longsor pada daerah ini di sebabkan oleh aktivitas pasang surut dan gelombang
yang pada sisi timur lokasi pekerjaan. Observasi lapangan menunjukkan bahwa
A. Kondisi Geologi
Lokasi pekerjaan secara regional termasuk dalam Lembar Ransiki, merujuk pada lembar
tersebut lokasi pekerjaan disusun oleh :
a) Batuan Gunungapi Arfak (Tema) yang disusun oleh Tufa, aglomerat dan sedikit
lava, breksi lava, lava bantal bersusun andesite sampai basal, batuan gunungapi
klastika, batuan terobosan basal sampai andesit porfiri dan gabbro sampai diorite
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
setempat batugamping. Umur fomasi Eosen Atas sampai Miosen Tengah.
b) Endapan alluvium dan litoral (Qa) terdiri dari lumpur, pasir, kerikil, gambut. Umur
formasi kwarter-resen.
Strukur geologi berupa sesar geser yang berarah timur laut - barat daya, terletak pada sisi
barat daya lokasi pekerjaan. Peta geologi regional Bemba dan sekitarnya dapat dilihat
pada Gambar 4.18.
Qa
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
Tema
Lokasi Penyelidikan Longsor
Batas Foemasi Batuan
Sesar Geser
Qa
Gambar 3.14 Geologi regional bembab dan sekitarnya
Jika disusun strata stratigrafi dari batuan dasar hingga permukaan merujuk pada hasil
observasi geologi permukaan dapat diurut sebagai berikut ;
a) Lapisan material organik berupa berukuran lempung terbentuk hasil lapukan dari
vegetasi pada lokasi pekerjaan, ketebalan material >50cm.
b) Lempung pasiran bercampung fragmen kerikil hingga kerakal merupakan endapan
talus terbentuk hasil dari lapukan batuan dasar yang kemudian tertransportasi pada
sisi lereng diperkirakan ketebalan lapisan 15-20m merujuk pada kemiringan batuan
dasar dan elevasi permukaan.
c) Tufa (batuan dasar) merupakan batuan vulkanik disusun oleh partikel berukuran
pasir halus yang tersemenkan oleh debu vulkanik. Batuan dasar terbagi menjadi dua
yaitu lapisan blok tufa yang terkekarkan kuat dan lapisan tufa degan struktur yang
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
lebih kecil.
B. Kondisi Jalan
Kondisi fisik ruas jalan merupakan jalan perkerasan lentur dengan tingkat kemiringan
secara umum landai - miring. Pada beberapa tempat menukik tajam mengikut model relief
tanah asli.
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
Historikal jalan berdasarkan lapisan yang tersingkap pada bidang longsor diketahui bahwa
telah dilakukan regenerasi pengaspalan sebanyak 3 kali, model perlapisanan jalan dapat
dilihat pada Gambar 3.17.
C. Drainase
Tipikal drainase adalah drainase permukaan dengan kondisi tidak berfungsi, hasil
observasi lapangan menunjukkan bahwa drainase sebagian telah mengalami alif fungsi
sebagai bahu jalan. Pola drainase menggunakan prinsip gravitasi dengan aliran air
mengikuti kemiringan lereng (Gambar 3.18).
Penyebab kerusakan jalan pada ruas bembab disebaban oleh kejadian longsor pada ruas
tersebut. Identifikasi langsor dapat dilakukan dengan melihat kondisi permukaan
tanah/batuan, kondisi drainase, geometri lereng, dan gejala struktur geologi dan aktivitas
manusia berdasarkan identifikasi tersebut dapat dibuat hipotesa sebagai berikut:
Tipikal longsor pada lokasi pekerjaan berupa rotasi multiple dengan arah longsoran relatif
mengarah ketimur. Kedalaman bidang longsoran diinterpretaskan bervariasi 15-20m
dengan panjang skap 88-141m. Telah dilakukan penangulangan sementara berupa
pembuatan bronjong namun tidak efektif mencegah terjadinya longsor hal ini disebabkan
karena bronjong berada diatas bidang gelincir sehingga tidak berfungsi sebagai bangunan
pengendali longsor justru menambah beban mati tanah eksisiting.
Struktur geologi berupa gawir (escarpment) yang terletak di sebelah Barat lokasi pekerjaan
dengan arah relative Barat Laut – Tenggara.
PKm
JKk
LAPORAN
KTi
SURVEY PENDAHULUAN
Lokasi Pekerjaan
Batas Formasi Batuan
Gawir
Jika disusun strata stratigrafi dari batuan dasar hingga permukaan merujuk pada hasil
observasi geologi permukaan dapat diurut sebagai berikut ;
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
a) Lempung pasiran bercampur fragmen kerikil merupakan endapan talus terbentuk
hasil dari lapukan batuan dasar yang diperkirakan ketebalan lapisan ± 3-5m
merujuk pada kemiringan batuan dasar dan elevasi permukaan.
b) Lapisan batuan dasar berupa batuan sedimen tua yaitu serpih. Batuan dasar ini
terbagi dua yaitu batuan serpih yang telah mengalami struktur geologi yang kuat
yang membentuk blokblok batuan berukuran kerakal hingga bongka dan batuan
serpih yang mengalami struktur geologi yang lebih kecil dan berada pada bagian
bawah susunan stratigrafi daerah ini
Gambar 3.21 Singkapan batuan serpih dengan arah sebaran perlapisan N210ºE/29º
B. Kondisi Jalan
Kondisi fisik ruas jalan merupakan jalan timbunan material campuran batu dan tanah
dimana material berasal dari cutting tebing yang berada disisi jalan dan disebagian tempat
lapisan permukaan jalan sudah berupa lapisan batu pecah (cipping). Secara umum kondisi
permukaan badan jalan dalam kondisi rata namun dibeberapa titik masih dijumpai
permukaan jalan yang bergelombang. Lebar badan jalan sekitar 4-6m.
C. Drainase
A B
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
Gambar 3.22 Lapisan permukaan badan jalan pada lokasi pekerjaan, lapisan campuran
tanah dan batu (A) dan lapisan batu pecah (B)
3) Jenis material tanah permukaan berupa lempung pasiran yang memiliki porositas
yang baik namun memiliki permeabilitas yang buruk sehingga bersifat jenuh pada
saat kondisi kenaikan muka air tanah sehingga daya dukung tanah menjadi lemah
4) Drainase aliran air permukaan yang kurang berfungsi hingga tidak berfungsi.
Pada lokasi pekerjaan di Gunung Botak Segmen 1 yang memiliki panjang ruas jalan ± 2.2
km telah dilakukan inventarisasi terhadap titik longsoran yang terjadi di beberapa tempat.
Berdasarkan letak kejadiannya maka longsoran pada segmen ini terbagi menjadi dua
Tipikal longsor pada sisi lereng lokasi pekerjaan berupa translasi (tanah) dan
runtuhan batu (rockfall) dengan arah longsoran relatif mengarah ketimur,
longsoran dominan disebabkan karena struktur batuan dasar berupa serpih yang
terkekarkan kuat sehingga menyebabkan ketidakstabilan lereng didukung oleh
kondisi surface runoff yang melewati kekar pada saat terjadinya hujan. Selain hal
tersebut jika merujuk pada bentuk struktur geologi dapat dilihat bahwa sisi lereng
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
yang bersifat lebih stabil berada pads sisi dengan arah cutting lereng yang searah
dengan strike batuan, sedangkan arah cutting yang tegak lurus terhadap strike
bersifat labil.
A B
Gambar 3.24 Runtuhan batuan dan tanah pada Koordinat 396924 / 9813563 (A),runtuhan
batuan pada koordinat 396917 / 9814503 (B)
Tipikal longsor pada sisi jurang masih dalam level potensi jika merujuk
berdasarkan hasil resisitivity pada tiga lintasan diketahui bahwa pada sisi jurang
ketebalan timbunan yang dijadikan lapisan subbase (timbunan) jalan berupa
material insitu yaitu lapukan batuan serpih berupa lempungpasiran bercampur
kerikil dan bongkahan serpih dengan nilai resisitivity 0-500Ωm, ketebalan lapisan
timbunan maksimum ±10m. Faktor utama penyebab potensi penyebab longsor pada
sisi jurang selain kemiringan lereng yang relatif terjal yaitu faktor aliran airtanah
Struktur geologi berupa gawir (escarpment) yang terletak di sebelah Barat lokasi pekerjaan
dengan arah relative Barat Laut – Tenggara.
PKm
JKk
Lokasi Pekerjaan
Batas Formasi Batuan
Gawir
Struktur geologi berupa kemiringan batuan dengan arah sebaran relatif tenggara – barat
laut (N168ºE) dengan kemiringan batuan relative ke barat daya (24º). Struktur geologi
A B
Gambar 3.27 Singkapan batuan serpih yang memperlihatkan arah perlapisan (A) dan
struktur kekar yang berkembang (B).
B. Kondisi Jalan
Kondisi fisik ruas jalan merupakan jalan perkerasan lentur dengan kondisi penampang
badan jalan terjal naik (dari arah Manokwari – Bintuni). Kondisi badan jalan secara umum
dalam kondisi baik namun setempat masih dijumpai retak.
A B
B
Gambar 3.28 Jalan perkerasan lentur pada lokasi pekerjaan (A) dan kondisi badan jalan
yang retak (B).
C. Drainase
A B
Tipikal longsor pada lokasi pekerjaan berupa translasi dan aliran dengan arah longsoran
relatif pada sisi lereng mengarah Barat Laut – Utara. Pada lokasi pekerjaan di Gunung
Botak Segmen 2 yang memiliki panjang ruas jalan ± 600m telah dilakukan inventarisasi
terhadap titik longsoran yang terjadi di beberapa tempat.
A. Kondisi Geologi
Lokasi pekerjaan secara regional termasuk dalam Lembar Ransiki, merujuk pada lembar
tersebut lokasi pekerjaan disusun oleh :
a) Komplek Mawi (PKm) yang disusun oleh serpih, argilit, batulanau dan batupasir.
Umur fomasi Permian hingga Kapur Atas.
b) Kelompok Kembelangan (JKk) terdiri dari serpih, batulanau, batupasir gampingan,
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
setempat biokalkarenit dan konglomerat.. Umur formasi Jura Tengah hingga Kapur
Atas.
c) Batugamping Imskin (KTi) terdiri dari kalsilutit, batunapal dan kalkarenit. Umur
formasi Kapur Atas hingga Miosen Tengah.
Struktur geologi berupa gawir (escarpment) yang terletak di sebelah Barat lokasi pekerjaan
dengan arah relative Barat Laut – Tenggara
LAPORAN SURVEY
PKm
PENDAHULUAN
JKk
KTi
Lokasi Pekerjaan
Batas Formasi Batuan
Gawir
Sesar
Jika disusun strata stratigrafi dari batuan dasar hingga permukaan merujuk pada hasil
observasi geologi permukaan dapat diurut sebagai berikut ;
B. Kondisi Jalan
Kondisi fisik ruas jalan sebagian merupakan jalan perkerasan lentur dengan kondisi baik
cukup baik dan sebagian merupakan jalan dengan lapisan permukaan berupa tanah dengan
kondisi bergelombang. Penampang tegak badan jalan memperlihatkan sisi kanan jalan
merupakan tebing dan sisi kiri merupakan jurang.
Gambar 3.36 Jalan perkerasan lentur (A) dan Jalan lapisan permukaan tanah (B)
C. Drainase
Tipikal drainase adalah drainase permukaan, pola drainase menggunakan prinsip gravitasi
dengan aliran air mengikuti kemiringan lereng. Hasil observasi dilapangan menunjukkan
bahwa ruas jalan gunung botak segmen 3 sepanjang ± 900 m tidak memiliki drainase.
Pada lokasi pekerjaan di Gunung Botak Segmen 3 memiliki panjang ruas jalan ± 900 m
diketahui zona panjang jalan yang berpotensi terjadinnya longsor yaitu sepanjang 360m
dengan jenis longsoran yang terjadi berdasarkan letak kejadiannya yaitu longsoran lereng
dengan tipe longsor yaitu translasi.
Selain pada sisi lereng dilakukan indentifikasi pula pada sisi badan jalan untuk mengetahui
ada tidaknya potensi longsoran. Jenis pendekatan yang digunakan berupa pengujian
geolistrik sebanyak 2 lintasan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jenis
lapisan timbunan yang digunakan sebagai subbase jalan merupakan material tanah insitu
hal ini diidikasikan dengan tidak adanya corak nilai resistivty yang signifikan antara
lapisan tanah asli dan timbunan memiliki kisaran nilai resistivity yang relatif sama 0-
1) Ruas Warmare
2) Ruas Bukit Doa
3) Ruas G.Pasir
A. Kondisi Geologi
Lokasi pekerjaan secara regional termasuk dalam Lembar Manokwari, merujuk pada
lembar tersebut lokasi pekerjaan disusun oleh formasi batuan yaitu:
Strukur geologi berupa sesar normal yang relatif berarah barat laut - tenggara terletak
pada sisi timur laut lokasi pekerjaan. Peta geologi regional Ruas Warmare Km
33+400 dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar berikut.
Qf
B. Kondisi Jalan
Secara umum kondisi fisik ruas jalan lokasi pekerjaan merupakan merupakan jalan
perkerasan lentur dengan tingkat kemiringan secara umum landai turun hingga datar.
Kusus lokasi pengambilan data geolistrik kondisi badan jalan telah rusak akibat terobosan
dari air yang naik ke permukaan badan jalan dan pada beberapa titik disekitarnya juga
terdapat retakan dan lubang pada badan jalan.
C. Drainase
Tipikal drainase pada lokasi pekerjaan adalah drainase permukaan dengan kondisi kurang
berfungsi, hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa drainase sebagian telah tertutup
oleh material-material organik dan semak belukar. Pola drainase menggunakan prinsip
gravitasi dengan aliran air mengikuti kemiringan lereng.
A B
Gambar 3.42Aliran air yang keluar pada badan jalan (A) pada koordinat 387814 / 9890454
, retakan dan lubang pada badan jalan (B) pada koordinat 387887 / 9890444
Gambar 3.43 Kondisi drainase pada bagian kiri dan kanan jalan Km 33+400
Penyebab kerusakan badan jalan dapat diidentifikasi dengan melihat kondisi permukaan
tanah/batuan, kondisi drainase, kondisi muka air tanah yang tinggi dan aktivitas manusia
berdasarkan identifikasi tersebut dapat dibuat hipotesa sebagai berikut:
1) Kondisi drainase aliran permukaan yang kurang berfungsi dan tidak adanya
perawatan drainase.
2) Bentuk morfologi jalan pada sebagian ruas merupakan hasil galian punggungan
bukit membentuk geometri “U” sehingga jalan menjadi cukungan aliran air
permukaan dan membentuk chatchment area buatan pada punggungan bukit
Gambar 3.44 Bentuk geometri penampang jalan yang membentuk “U” pada punggungan
bukit
Identifikasi karakterisitik kerusakan jalan yaitu dengan melakukan observasi secara visual
dilapangan, pengujian resistivity dan pengamatan citra. Berdasarkan tinjauan tersebut
maka diketahui bahwa karakteristiki kerusakan jalan pada luas acemo berupa jalan
berlubang akibat intrusi airtanah, karakteristik kerusakan tersebut diuraikan sebagai
berikut;
1) Kerusakan jalan disebabkan adanya intrusi airtanah pada permukaan badan jalan,
intrusi tersebut diduga akibat adanya lapisan aquiver dibawah badan jalan,
berdasarkan hasil pengujian resisitivity lapisan akuiver disusun oleh pasir
lempungan yang membentuk lapisan akuiver bebas terbuka dengan nilai resisitivity
0-100Ωm dengan lapisan impermibel dibawahnya berupa batuan vulkanik >100
Ωm. Penampang resistivity dapat dilihat pada Gambar 4.59-4.60.
2) Kemiringan akuifer mengikuti kemiringan lereng, pada areal puncak bukit yang
merupakan hulu dari zona incharge aliran air permukaan dan bentuk penampang
jalan yang berbentuk “u” menyebabkan akumulasi aliran airtanah terjadi dibawah
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
badan jalan, pada saat kondisi muka airtanah naik berbanding lurus dengan
bertambahnya tekanan hidrostatik sehingga airtanah mampu untuk mengintrusi
badan jalan.
A. Kondisi Geologi
a) Formasi Tambrau (Jkt) yang disusun oleh Serpih sampai batusabak, batulanau,
batupasir dan setempat konglomerat dan kalsilutit ; setempat gampingan dan
fosilan. Setempat batusabak berbintik–bintik, filit, kuarsit, sekis, geneis, granitoid
malih ; setempat batutanduk kalsilikat. Umur fomasi Jura Tengah sampai Kapur
Atas.
b) Endapan alluvium dan litoral (Qa) terdiri dari lumpur, pasir, kerikil, gambut. Umur
formasi kwarter-resen.
Strukur geologi berupa kekar dan sesar geser yang berarah barat laut - tenggara, terletak
pada sisi barat daya lokasi pekerjaan. Peta geologi regional daerah Bukit Doa dan
sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 3.45.
LAPORANJKtSURVEY PENDAHULUAN
Jika disusun strata stratigrafi dari batuan dasar hingga permukaan merujuk pada hasil
observasi geologi permukaan dapat diurut sebagai berikut ;
Struktur geologi yang dijumpai pada lokasi pekerjaan berupa lipatan, kekar dan sesar geser
minor. Struktur lipatan dan kekar dijumpai pada batuan sepih sedangkan sesar geser minor
dijumpai pada batupasir dan serpih dengan arah pergeseran relatif timur timur laut –
selatan barat daya. Arah sebaran jurus perlapisan batuan relatif timur laut – barat daya
(N25ºE) dengan kemiringan batuan ke relatif berarah tenggara (51º). Struktur geologi pada
daerah Bukit Doa dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar berikut
>30m
LAPORAN
C
SURVEY PENDAHULUAN
D
Gambar 3.47 Struktur geologi pada batuan serpih berupa lipatan (A) dan kekar (B). Sesar
minor (C) dan bidang perlapisan batuan N250E/510 yang terletak pada koordinat
X=332571 Y=9916826
B. Kondisi Jalan
Kondisi fisik ruas jalan merupakan jalan perkerasan lentur dengan tingkat kemiringan
secara umum landai - miring pada trase jalan tambahan pada sisi kiri jalan berupa jalan
perkerasan kaku.
Historikal jalan berdasarkan lapisan yang tersingkap pada bidang longsor diketahui bahwa
telah dilakukan regenerasi pengaspalan sebanyak 2 kali, model perlapisanan jalan dapat
dilihat pada Gambar 3.48
C. Drainase
Tipikal drainase adalah drainase permukaan dengan kondisi kurang berfungsi, hasil
observasi lapangan menunjukkan bahwa drainase pada beberapa tempat telah rusak dan
berlubang pada bagian dasar. Pola drainase menggunakan prinsip gravitasi dengan aliran
air mengikuti kemiringan lereng.
Tipikal longsor pada lokasi pekerjaan berdasarkan letak kejadian terbagi menjadi dua
bagian yaitu:
Gambar 3.50 Longsoran rotasi pada batu pasir pada sisi lerengbukit doa
Gambar 3.51 Longsoran aliran rotasi pada batuan serpih terjadi pada sisi lereng bukit doa
A. Kondisi Geologi
Lokasi pekerjaan secara regional termasuk dalam Lembar Mar (Gambar 4.72), merujuk
pada lembar tersebut lokasi pekerjaan disusun oleh :
a) Formasi Kemum (Sdk) terdiri dari Serpih, batusabak, argillite, batulanau malihan,
setempat filit yang bersisipan dengan batupasir malihan, konglomerat,
Struktur geologi yang berkembang di lokasi pekerjaan yaitu Sesar Geser yang berarah
relative Barat – Timur yang terletak pada bagian tengah lokasi, Sesar Normal (Sesar
Turun) yang berarah relative Barat -Timur yang terletak pada bagian Selatan lokasi,
struktur kekar dan shear zone.
Lokasi Pekerjaan
Sesar Geser
U
Sesar Turun
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN D
Jika disusun strata stratigrafi dari batuan dasar hingga permukaan merujuk pada hasil
observasi geologi permukaan dapat diurut sebagai berikut ;
a) Lapisan material organik berupa berukuran lempung terbentuk hasil lapukan dari
vegetasi pada lokasi pekerjaan, ketebalan material >1 m.
Lokasi pekerjaan jika diteliti berdasarkan peta geologi regional merupakan lokasi yang
sangat dipengaruhi oleh Sesar Sorong, oleh karena itu lokasi merupakan daerah kompleks
struktur geologi berupa lipatan, kekar dan sesar.
B. Kondisi Jalan
Kondisi fisik ruas jalan sepanjang 5.8 km merupakan jalan pelaburan dengan tingkat
kemiringan bervariasi yaitu landai – miring, Pada beberapa tempat menukik tajam
mengikut model relief tanah asli. Penampang badan jalan secara umum datar,
bergelombang hingga terjal turun.
C. Drainase
Tipikal longsor pada lokasi pekerjaan berdasarkan letak kejadian terbagi menjadi dua
bagian yaitu:
Gambar 3.58 Longsoran translasi pada sisi lereng berupa lempung pasiran pada koordinat
318304 / 9912790
Gambar 3.60 Longsoran translasi pada sisi lereng koordinat 316880 / 9913088 intrusi sill
batuan granit (A) menjadi bidang gelincir lempung pasiran (B)
Gambar 3.63 Longsoran Translasi pada koordinat 316939 / 9912532 jenis material
berupa lempung pasiran dengan bidang gelincir intrusi granit
Alat yang digunakan untuk survey topografi adalah alat theodolite lengkap tipe TS (total
station) dan GPS untuk masing-masing lokasi. Pemetaan topografi skala 1: 1000 dan
penampang skala 1:100.
LAPORAN PENDAHULUAN
Bersamaan dengan pekerjaan ini akan dilakukan juga pemetaan geologi permukaan, guna
mengetahui sebaran stratigrafi, macam batuan dan struktur geologi, (pelapisan, sesar dan
kekar). Pemetaan geologi permukaan dengan menggunakan peta topografi skala 1:1000
dan alat yang digunakan adalah kompas geologi (kompas brunton), palu geologi, kamera
dan lainnya.
Faktor penyebab terjadinya longsor pada umumnya air, baik air permukaan maupun air
LAPORAN SURVEY PENDAHULUAN
tanah. Oleh sebab itu diperlukan penyelidikan geohidrologi (hydrogeology) untuk
mengetahui kondisi dan pengaruh air dalam hubungannya dengan gerakan tanah.
Penyelidikan geolistrik metode Vertical Electrical Sounding (VES) cara Wenner dengan
alat S-Field lengkap. Gunanya untuk mengetahui urutan stratigrafi, pendugaan bidang
gelincir dan muka air tanah berdasarkan nilai tahanan jenis kelistrikan, titik-titik geolistrik
akan diikat koordinat dengan pengukuran topografi atau bias juga dengan GPS.
72
SOIL INVESTIGASI DAN PERENCANAAN KHUSUS
DAERAH RAWAN LONGSOR PROVINSI PAPUA BARAT
Tahap penyelidikan tanah dan material di lapangan menggunakan bor mesin, tipe bor
putar, dengan mesin bor TOHO lengkap, kapasitas 45 m, lubang bor yang dihasilkan dapat
digunakan untuk pemasangan unting-unting, inclinometer dan piezometer sesuai
kebutuhan tiap lokasi. Untuk contoh tanah yang terambil baik dari tabung contoh (UDS)
akan dilakukan pengujian sifat teknis dan engineering di laboratorium mekanika tanah dan
batuan.
Maksud pemboran inti adalah untuk mengetahui kondisi bawah permukaan yang
LAPORAN PENDAHULUAN
jangkauannya relatif lebih dalam. Dengan pemboran inti diharapkan akan diperoleh data
tentang litologi dan struktur. Pendugaan bidang longsor dilakukan dengan pengamatan
pada tanda bekas geseran pada inti bor maupun sifat lainnya (hancur, jenuh air dan lain
sebagainva). Pemboran dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, tetapi yang umum
adalah dengan cara putaran (rotary drilling), mempergunakan sistim hidrolis dan air
pembilas atau lurnpur pemboran untuk batuan , sedangkan untuk tanah pemboran
dilakukan secara kering.
Peralatan ini dipergunakan untuk mengukur tahanan penetrasi dengan cara menembus
lapisan tanah dengan konus yang ujungnya berbentuk kerucut dengan kemiringan 600 dan
luasnya 10 cm2, dengan kecepatan konstan 1.5 - 2 cm/detik. Dengan menggunakan jenis
konus ganda didapat besarnya lekatan (skin friction). Pembacaan pada setiap kedalaman
(interval) 20 cm dan hasil pengujiannya diplot dalam grafik dimana tekanan sebagai absis
dan kedalaman sebagai ordinatnya. Hasil sondir dapat dipergunakan untuk memperkirakan
konsistensi dan kepadatan tanah.
-2-
SOIL INVESTIGASI DAN PERENCANAAN KHUSUS
DAERAH RAWAN LONGSOR PROVINSI PAPUA BARAT
Kebutuhan survey lapangan pada rencana kegiatan selanjutnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
2 Arfu - Prafi - Marmare - Maruni 009 KM. 117+400 Bukit Doa 1,40 KM 1 1 3 4 3
3 Kebar - Arfu
LAPORAN PENDAHULUAN
Ruas Manokwari - Bintuni
008 KM 140+000 Gunung Pasir 3,50 KM 1 1 6 6
7 Ransiki - Mameh 013 KM. 163+700 Gunung Botak, Segmen III 1,10 KM 1 1 2
Selanjutnya bila pekerjaan lapangan telah selesai serta pekerjaan laboratorium sedang
berlangsung maka akan dilakukan analisa dan evaluasi data. Analisis dan evaluasi data
akan menghasilkan Penampang geoteknik, Kondisi geohidrologi, Bidang gelincir longsor,
dan analisa penanganan longsoran.
-2-
LAMPIRAN
PETA LOKASI
SOIL INVESTIGASI DAN PERENCANAAN
KHUSUS DAERAH RAWAN LONGSOR
PROVINSI PAPUA BARAT
LAPORAN PENDAHULUAN