Oleh :
LABORATORIUM EKSPLORASI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017 M / 1438 H
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Mengetahui,
Ir.Solihin,M.T.
Kasie Laboratorium Eksplorasi
LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN
PRAKTIKUM TEKNIK EKSPLORASI
DI DESA TAJURSINDANG KECAMATAN SUKATANI
KABUPATEN PURWAKARTA
PROVINSI JAWA BARAT
SARI
yang berada di lokasi kawasan Izin Usaha Pertambangan PT Mas Rusyati Abadi
dimana di wilayah ini terdapat tambang rakyat dan masih aktif hingga saat ini.
sungai Bojong Gerong, Sungai Citalang, Lubang bukaan. Selain itu dilakukan
Jelaskan langsung hasil yang di dapatkan pada lokaski dari kegiatan yang
telah dilakukan, mulai dari kondisi geologi, pemineralan sampai dengan yang
lainnya.
Kata Kunci :
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, shalawat dan salam
kepada Nabi besar Muhammad S.A.W karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Jawa Barat.
Kami ucapkan terimakasih, kepada semua pihak yang telah membantu dari awal
1. Orang tua kami yang telah senantiasa mendukung kami baik dalam bentuk moril
ataupun materi.
2. Bapak Ir. Solihin, M.T. selaku Kasie Laboratorium Eksplorasi Universitas islam
kegiatan ini.
eksplorasi ini.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan dalam
Wassalamualaikum Wr. Wb
Kelompok IV
DAFTAR TABEL
pascatambang.
dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta
Sukatani, Kabupaten Purwakarata, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih untuk
2001 oleh Ir.Amir Tampubolon yang menyatakan bahwa daerah ciseuti terdapat
didaerah penyelidikan terdiri dari pirit, arsenopirit, spalerit, galena dan sinabar.
Selain itu logam emas hadir dalam urat-urat pada batuan tersilifikasi dan
terkaolinisasi kuat di dalam batuan induknya. Keberadaan emas dari hasil analisa
menunjukkan nilai Au=17,86 ppm. Dengan demikian kegiatan ini dilakukan agar
galian emas yang memiliki kualitas untuk dilakukan kegiatan lebih lanjut.
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan lapangan ini adalah untuk merekam, mengambil dan
Barat.
1.2.2 Tujuan
jam menggunakan kendaraan roda 6. Jalur yang dilalui yaitu Bandung Cimahi
Tabel 1. 1
Koordinat Wilayah Daerah Penelitian
Wilayah Daerah Penelitian
Koordinat
No
mE mN
1. 763105,22 9270688,93
2. 764064,05 9270689,54
3. 764067,63 9269776,82
4. 763722.48 9269776,45
5. 763084,51 9269581,23
6. 763721,75 9269581,97
Sumber : IUP Wilayah Lokasi Penelitian, 2017
Sumber : Peta Administrasi Jawa Barat, 2014
Gambar 1.1
Peta Kesampaian Daerah
1.4 Keadaan Lingkungan
1.4.1 Demografis
hasil sementara memiliki jumlah penduduk 26.329 orang dengan jumlah laki-laki
sebesar 13.554 orang dan perempuan sebesar 12.775 orang. Karena tiap tahun
jumlah penduduk semakin meningkat, maka pada tahun 2014 total penduduk
berjumlah 35.568 orang dan penduduk perempuan 35.010 orang, sehingga laju
masjid.
Tabel 1.2
Pekerjaan Penduduk Desa Tajur Sindang
No Lapangan Usaha Persentase (%)
1 Petanian (Pangan) 29,85
2 Perkebunan 2,92
3 Perikanan 0,67
4 Peternakan 0,8
5 Pertanian Lainnya 3,1
6 Industri Pengolahan 19,01
7 Perdagangan 15,13
8 Jasa 11,89
9 Angkutan 4,04
10 Lainnya 12,59
Sumber: Sensus Penduduk, 2000
1.4.2 Keadaan Topografi
keadaan lereng curam di bagian selatan dan sedikit landai dibagian timur laut.
Keadaan morfologi di daerah lokasi kegiatan jika dilihat dari hasil pengamatan
Dari hasil dokumentasi flora yang ada di lokasi daerah kegiatan dapat
disimpulkan bahwa daerah tersebut termasuk hutan. Flora yang di temukan pada
daerah tersebut yaitu diantaranya pohon pisang, pohon bamboo, pohon kelapa.
Tabel 1.3
Flora
Flora Foto
Pohon Pisang
(Musa paradisiaca)
Pohon Kelapa
(Cocos Nucifera)
Tumbuhan Paku-Pakuan
(Lycopodiophyta)
semut. Dapat diketahui daerah tersebut termasuk daerah yang sangat pas untuk
cacing berkembang sehingga tidak sedikit warga yang memanfaatkan fauna ini
Tabel 1.4
Fauna
Fauna Foto
Cacing
(Lumbricina)
Semut
(Formicidae)
Dari hasil ditemukannya flora (pohon bambu, pohon kelapa, pohon paku)
dan fauna (cacing, semut). Dapat disimpulkan daerah kegiatan termasuk daerah
bahwa lokasi ini masih kedalam lokasi pesawahan dan peladangan lahan kering.
tanggal 3 juli 2017 sampai 5 juli 2017, adapun jadwal pelaksanaan kegiatan
sebagai berikut :
Tabel 1.6
Rencana Kegiatan Eksplorasi
(pemetaan lubang bukaan, penyelidikan geolistrik dan deskripsi batuan pada inti
bor).
dari buku, internet atau ilmu dari orang-orang terdahulu. Selanjutnya laporan
hasil eksplorasi, laporan ini dapat dibuat apabila merode prmer dan sekunder
telah terpenuhi.
Sumber : Data Kelompok 4, Tahun 2017
Gambar 1.5
Diagram Alir
1.7 Penyelidikan Terdahulu
Sukatani, Kabupaten Purwakarta memiliki litologi batuan yang resisten dan tidak
penyusun batuan resisten ini yaitu Satuan Lava Andesit dan Satuan Intrusi
oleh Satuan Batulempung dan Satuan Tuff. Morfologi perbukitan yang ada
diinterpretasikan sebagai sisa dari gunungapi yang berumur tua. Hal ini yang
didalamnya.
endapan sulfidasi tinggi. Endapan sulfidasi tinggi dicirikan pada zona alterasi
muskovit pirofilit yang terdapat tekstur rongga (vuggy). Dilihat dari dibukanya
merupakan zona ubahan dimana banyak cebakan emas berada. Selain emas,
ditemukan juga adanya sfalerit, galena, dan sinabar. Pada daerah penelitian
terdapat juga satuan batuan yang tidak mengalami alterasi hidrotermal, yaitu
Satuan Intrusi Andesit dan Satuan Tuff. Adanya satuan tersebut menandakan
kejadian alterasi terjadi sebelum batuan tersebut ada. Intrusi Andesit yang hadir
diperkirakan merupakan sumber dari ubahan alterasi yang ada. Dari analisis
hingga daerah Jatiluhur menjadi darat. Pada waktu Miosen Akhir sampai dengan
Satuan Lava Andesit dan Intrusi Andesit. Struktur geologi terbentuk pada aktifitas
pengendapan Satuan Tuf yang berasal dari gunungapi Kuarter, daerah Jatiluhur
daerah Ciseuti secara umum telah mengalami alterasi hidrotermal lemah hingga
kuat. Jenis-jenis produk alterasi yang teramati antara lain: kaolinisasi, khloritisasi,
arsenopirit, spalerit, galena dan sinabar. Pirit muncul di hampir semua batuan
ketinggian rendah, galena pada batuan teralterasi di bagian puncak Pr. Oray di
jalur patahan Citalang 2 dan Bojonggerong dalam vein. sinabar hadir di hilir
sungai bojonggerong berupa urat-urat bersama dengan oksida besi pada batuan
tufa.
Menurut Van Bemmelen pada tahun 1970 jawa terbagi menjadi 5 jalur
fisiografi yaitu diantaranya zona dataran rendah pantai Jakarta, zona Bogor,
Zona Bandung, Zona pegunungan Bayah dan Zona Pegunungan Selatan Jawa
memiliki kondisi morfologi perbukitan lipatan yang berasal dari batuan sedimen
tersier laut dalam membentuk suatu Antiklonorium, selain itu pada beberapa
bukit dengan batuan keras dan disebut dengan vulkanik neck atau sebagai
Zona Bogor serta zona Bandung adalah Gunung Ciremai di kuningan dan juga
Batuan yang tersingkap pada lokasi daerah kegiatan yaitu seperti andesit
dan tufa, kemudian di jumpai juga oleh diorite porfir dengan kisaran umur tersier,
serta andesit berumur hiosen-pliosen dan tufa oligosen hiosen. Hampir sebagian
dan silifikasi. Kemudian di jumpai zona breksi yang beraal dari urat
Kekar ini biasanya diisi oleh mineral atau sebagian berisis urat kaolinisasi,
kuarsa, sinabar dan sulfide logam dan sulfide logam dasar dengan ciri gash
fracture. Pembentukan kekar sangat erat kaitannya dengan zona patahan yang
lapangan, diketahui arah umum urat adalah N2200E/800. Ada tiga jalur patahan
Bojonggerong.
Terjadi proses perlipatan dan sesar yang terjadi akibat amblesan pada
bagian utara Zona Bogor yang selanjutnya menimbulkan gangguan tekanan kuat
pada zona Bogor (Pada periode tektonik Pliosen-Pleistosen). Pada kala Pliosen-
terjadinya sesar terobosan komplek kromong yang andesitis dan dasitis. Setelah
Pleistosen Bawah dan menutupi satuan lainya secara tidak selaras. Tidak
adanya batuan yang berumur Pliosen Atas di daerah ini menunjukan adanya
Zona Bogor bagian tengah dan timur terbentuk endapan Vulkanik tua (Gunung
Slamet tua) dan Vulkanik muda dari Gunung Ciremai, selanjutnya disusul oleh
aktifitas pada Pleistosen Atas yang menghasilkan Linggopodo Beds dan diikuti
lagi oleh kegiatan Vulkanik Resen dari Gunung Ciremai sehingga terbentuk
menimbulkan struktur perlipatan dan sesar naik dibagian Zona Bogor yang
Utara. Pada pembagian zona fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949),
mandala ini meliputi Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan
Selatan. Mandala sedimentasi ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi, yang
kebanyakan berupa fragmen batuan beku dan batuan sedimen, seperti andesit,
basalt, tuf serta batugamping. Dengan ketebalan sedimen kurang lebih 7000 m.
2.3 Indikasi Pemineralan
sulfide seperti sfalerit, pirit, arsenopirit, galena, dan sinabar. Hampir di semua
batuan yang teralterasi indikasi pirit ini muncul. Di daerah sungai Cimuringis pada
ditemukan yaitu sfalerit.. Galena banyak di temukan pada batuan yang teralterasi
yang berupa urat-urat tersingkap bersamaan dengan oksida besi pada batuan
tufa.
terkaolinisasi kuat dan juga didalam batuan induknya. Kendungan emas tertinggi
berasal dari urat didalam zona breksi yang tersilifikasi kuat. Dilakukan
Kemudian ada 2 tipe mineralisasi emas yaitu tipe vein dan dissiminated.
Tipe vein tersingkap didalam adit dengan ketebalan hampir 1m yang membentuk
dip 430-600 kearah barat daya. Tipe emas dissiminated dijumpai dalam bentuk
induk andesit dengan kadar emas yang lebih rendah (kadar tertinggi hanya
2,04ppm).
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Berdasarkan laporan penyelidikan oleh Ir. Amir Tampubolon tahun 2001, daerah
Ciseuti secara umum telah mengalami alterasi hidrotermal lemah hingga kuat.
arsenopirit, spalerit, galena dan sinabar. Pirit muncul di hampir semua batuan
ketinggian rendah, galena pada batuan teralterasi di bagian puncak Pr. Oray di
jalur patahan Citalang 2 dan Bojonggerong dalam vein. sinabar hadir di hilir
sungai bojonggerong berupa urat-urat bersama dengan oksida besi pada batuan
tufa.
dari urat di dalam zona breksi yang tersilisifikasi kuat. Dari satu contoh yang
diambil dari urat kaolinisasi atau oksida besi dengan kedudukan N250E/65
setebal 20 cm pada zona breksi patahan sungai citalang II. Hasil analisa
menunjukan nilai Au=17,86 ppm. Dari satu urat kuarsa setebal 30 cm kedudukan
N212E/72 yang diambil dari batuan tersilisifikasi pada lubang adit I sungai
cimuringis diperoleh nilai Au=6,13 ppm. Namun , dua contoh breksi dari zona
patahan menunjukan nilai Au yang cukup rendah yaitu 1,1 ppm dan 1,24 ppm .
Hasil analisa kimia terhadap contoh-contoh lain atau oksida besi atau mangan
yang diambil dari sumur uji di Gupit Jarian,dua contoh menunjukan nilai Au yang
cukup tinggi yaitu 3,5 ppm dan 3,3 ppm. 6 contoh dengan nilai sedikit diatas 1
ppm, hanya satu contoh bernilai dibawah 1 ppm (0,93 dan 0,2 ppm) tersebut
mempunyai kedudukan N255E/32 dan N250E/50 dengan tebal urat kurang lebih
20 cm dan 10 cm.
Selain itu meneliti terlebih dahulu keadaan morfologi, luas wilayah, potensi
bahwa formasi pembawa mineral-mineral asosiasi atau ikutan dari bahan galian
emas berada pada formasi Ha. andesit horblenda dan porfir diorit hornblenda
ketinggian 175 312,5 mdpl. Keadaan lereng terjal pada bagian barat hingga
dilakukan dari hilir sungai hingga hulu, kegiatan ini dilakukan juga untuk
pemetaan singkapan bahan galian yang terdapat di bagian dinding sungai. Data
yang diambil pada kegiatan ini yaitu diantaranya koordinat, azimuth, slope, BM,
sampel yang diambil menggunakan metode chip sampling. Selain itu, pencarian
stream sedimen yang mana metode ini merupakan cara mencari float di dasar
barat daya timur laut (kuadran 3) yaitu dengan arah umum N2100E/ 700.
Untuk sungai kedua yaitu di daerah sungai Bojong gerong. Di sungai ini
pengambilan data di sungai ini sama dengan sungai pertama, kemudian metode
yang digunakan pada daerah ini dengan metode chip sampling dengan indikasi
terdapat 3 kedudukan kekar mayor yaitu N 2150 E/ 450, N 1910 E/ 510, N 2080 E/
610.
batuan diorit dengan ciri pada batuan pertama mudah hancur dan yang kedua
masiv. Singkapan ini berada di kanan menghulu sungai. Pengambilan sampel
pada batuan ini menggunakan metode chip sampling. Di lokasi ini dilakukan
Pada stasiun 2 terdapat 2 vein kaolin dengan tebal 12 cm, arah vein N211 0
E/ 480 dan N350 E/ 850, dengan batuan sampingnya masiv. Letak vein ini berada
coklat kemerahan, pada lokasi tersebut terdapat indikasi batuan diorit yang
terdapat mineral klorit dan sinabar. Singkapan ini berada di kanan sungai
menghulu.
samping indikasi diorit. vein tersebut memiliki kedududkan N 1170 E / 400. Pada
daerah ini dilakukan pendulangan dan didapatkan pirit yang dominan dan pirit
pada lokasi ini berwarna lebih muda. Hal tersebut terjadi karena pada segmen 2
kedudukan ( N 1610 E / 820, N 770 E / 620, N 1220 E / 560). Vein ini berada di
850 . stasiun ini ditemukan banyaknya kekar minor dan 3 kekar mayor dengan
410).
760. Lokasi ini berada di kanan menghulu sungai. Di stasiun ini dilakukan
pendulangan dan didapatkan pirit dengan warna lebih tua dan memiliki jumlah
objek tersebut terdapat vein dengan kedudukan N 246 0E / 360. Singkapan ini
berwarna abu-abu, orange dan hitam. Hal tersebut terjadi karena adanya
berwarna abu-abu dan struktur yang masiv. Lokasi kegiatan berada di bawah air
terjun.
permukaan dan di bawah permukaan. Sumur uji ini menggunakan pola bujur
Y : 9270487 mN
Z : 215 mdpl
Sumur uji berbentuk persegi dengan dimensi sumur uji sebagai berikut :
Top Soil berwarna coklat dengan interval pada setiap rusuknya : rusuk A
dengan ukuran butir pasir halus dan mudah hancur memiliki interval pada
ukuran butir pasir sedang dan mudah hancur yang berada pada interval
Arah lubang bukaan dari sumur tesebut , yaitu dari rusuk A B yaitu
dengan arah N 170O E , dan pada rusuk B C yaitu N 268O E, dan di rusuk
179O E.
Data pengukuran kekar yang yang terdapat pada sumur uji sebagai
berikut :
N 190O E / 24O
N 8O E / 21O
N 290O E / 19O
N 5O E / 10O
dengan 2 elektroda tegangan (M dan N). dengan data tersebut dapat di ketahui
ini dilakukan pengambilan data berupa nilai arus (I) dan Tegangan (V)
Mas Rusyati Abadi. Pengmbilan data di lokasi ini berupa arah kekar, koordinat,
azimuth, slope, jarak miring, kedudukan bahan galian (vein) dan terutama
pemineralan. Pada lubang bukaan ini ada 8 stasiun yang mana stasiun pertama
Stasiun 2 210 75 70
Vein 1
Stasiun 3 190 85 56
Vein 2
Stasiun 4 235 80 160
Vein 3
Stasiun 7 195 62 65
Vein 4
Sumber : Data Hasil Pengukuran Kelompok 4, Tahun 20
3.2.2.3 Analisis core
dengan panjang seluruh core 75 meter. Data yang diambil dari analisa core ini
yaitu seperti indikasi mineralisasi, warna, reaksi terhadap HCL, RQD dan Core
recovery. Pada core yang telah di deskripsi diketahui adaya indikasi batuan
andesit dan diorite. Kemudian ukuran diameter core ini yaitu 6 cm.
secara keseluruhan :
3946
1. = 7500 100 % = 52,61 %
7500329
2. = 100 % = 95,61 %
7500
Mineral dan batuan pada core box yaitu berdasarkan hasil deskripsi
batuan dan lapisan tanah yang paling atas), dari 5 5,47 meter terdapat batuan
43,3 meter terdapat mineral yang berwarna merah kecoklatan, lalu kedalaman
%, 10 %, Kuarsa 10 %),
Sumber : Hasil Dokumentasi Kelompok 4, Tahun 2017
Foto 3.17
Core Box
penelitian terdiri atas formasi Ha yaitu tersusun atas anggota andesit hornblenda
dan porfir diorit hornblende. Untuk menentukan geologi pada daerah penelitian
Citalang dan Sungai Bojong Gerong. Pada Sungai Citalang dibagi dalam 2
dan kuarsa, pada segmen ini pula dilakukan pengambilan sampel dulang. Pada
keterdapatan vein kaolin dan mineral pirit sebagai mineral asosiasinya dengan
Pada sungai Citalang ditemukan intrusi batuan andesit yang berada pada
segmen 1 kemudian pada daerah ini terdapat kekar dengan arah umum terdapat
lokasi ini yaitu piritisasi, kloritisasi dan adanya batuan yang teroksidasi. Pada
daerah ini terbentuk batuan diorit yang kemudian diterobos oleh intrusi batuan
sekunder seperti pirit, klorit dan sinabar. Karena adanya intrusi tersebut
tersebut dan terjadi proses pengayaan oleh air meteoric sehingga terbentuklah
vein kaolin. Daerah yang terdapat vein kaolin, batuan sampingnya masih bersifat
massif hal tersebut terjadi karena adanya penurunan suhu yang disebabkan oleh
air meteorik, sedangkan pada daerah yang jauh dari vein memiliki suhu yang
lebih tinggi sehingga mineral mineral pada daerah yang jauh dari vein lebih halus.
dan 3, karena hal tersebut dapat dinyatakan bahwa pada segmen 2 merupakan
Berdasarkan dari nilai tahanan jenis dari batuan yang berada di lokasi
kegiatan geolistrik terdapat 2 litologi yaitu top soil dan batuan beku terlapukan.
Hasil dari pendeskripsian core ternyata di dapatkan batuan yaitu top soil,
diorit. kemudian adanya mineral pirit, sinabar. Pirit terbentuk karena adanya
samping berupa batu andesit lapuk, kemudian pada vein 2 kedudukan N 190o E
/ 85o dan vein 3 kedudukan N 235o E / 80o ditemukan batuan samping berupa
pirit. Pada vein 4 kedudukan N 195o E / 62o . selain itu ditemukan pula alterasi
penyelidikan didominasi dengan batuan beku berupa indikasi batuan andesit dan
diorite yang mana batuan tersebut tersusun atas tingkatan alterasi serta
vein yang terisi oleh mineral kaolin dan pirit sebagai mineralisasi emas.
Berombak 3 - 7 5 - 50
Berombak - Bergelombang 8 13 25 - 75
Sumber: jus-jusri.blogspot.co.id
Lokasi daerah kegiatan terdapat struktur geologi berupa kekar baik itu di
tunnel terdapat indikasi struktur berupa kekar gerus, yang mana pada sungai 1
arah umum kekar berada di kuadran 3 , sungai 2 dengan arah umum kekar di
kuadran 3 dan untuk di lubang bukaan dengan arah kekar berada di kuadran 3.
Dari ketiga lokasi tersebut memiliki arah umum kekar yang sama, maka di
Dari kegiatan yang dilakukian pada sungai citalang didapat vein dengan
indikasi keterbentukan dari batuan diorit yang diterobos oleh intrusi batuan
andesit hal tersebut didukung dengan adanya batuan andesit pada segmen 1
kedudukan N 223oE / 26o. Kedudukan vein pada sungai Citalang ternyata sesuai
dengan arah umum kekarnya. Hal tersebut membuktikan bahwa vein tersebut
merupakan rekahan yang sama hanya saja pada vein rekahan tersebut
dengan kedudukan N 216oE/ 48o. Pada segmen 2 ditemukan vein dengan tebal
25 cm dan kedududakan N217oE/ 40o. Pada Sungai Bojong Gerong juga didapat
arah umum kekar yang sama dengan sungai Citalang serta memiliki kedudukan
dan tebal vein yang hampir serupa sehingga dapat dikatakan vein pada kedua
pada kuadran tiga, keguiatan selanjutnya ialah kegiatan geolistrik untuk lokasi
memastikan litologi bawah permukaan. Hasil dari sumur uji ternyarta sesuai
dengan hasil pengukuran geolistrik. Pada sumur uji terdapat kekar dengan
kedudukan N 190oE/ 24o dan pada lokasi sumur uji terdapat mineral sekunder
yang menandakan pada lokasi tersebut terjadi alterasi hal tersebut dapat
dijadikan acuan untuk menyatakan bahwa jika digalih lebih dalam akan
didapatkan vein dengan kemenerusan yang sama dengan suangi Citalang dan
Bojong Gerong.
Karena sudah adanya indikasi vein dari kegiatan sumur uji dilakukanlah
andesit dan batuan diorite pada core box sepanjang 75 m. Jika dikorelasikan
dengan lokasi penelitian di tempat lain, ternyata Indikasi Kedua batuan ini
ditemukan juga di sungai Citalang dan sungai Bojong Gerong sehingga dapat
ada yang masiv dan ada yang lebih halus (pengaruh cuaca, air ).
Pada tunnel terdapat arah umum kekar di kuadran 3 serta terdapat vein
sama dengan vein yang ada di sungai citalang dan sungai bojong gerong.
logam. Hal tersebut di buktikan dari komposisi mineral pada batuan, lokasi
penelitian dan hasil pendulangan pada lokasi penelitian. Pada daerah ini zona
Gerong. Namun potensi terbesar pada lokasi ini terdapat pada segmen 2,
Oleh karena itu untuk pengembangan dapat dilakukan eksplorasi lebih rinci pada
Tabel 4. 1
Tabel Perhitungan Kadar
Kadar %
Lokasi N
Fe FeS2 Plagioklas Mineral Lain
Sungai 1 Fe 35
Float FeS2 13
30.97 11.50 22.12 35.40
Plagioklas 25
Mineral Lain 40
Sungai 1 Fe 10
Vein FeS2 40
13.16 52.63 10.53 23.68
Plagioklas 8
Mineral Lain 18
Sungai 2 Fe 39
SG 1 ST 1 FeS2 15 48.15 18.52 14.81 18.52
Plagioklas 12
Mineral Lain 15
Sungai 2 Fe 38
SG 1 ST 1 FeS2 10
49.35 12.99 14.29 23.38
Setelah Plagioklas 11
Mineral Lain 18
Sungai 2 Fe 34
SG 2 ST 1 FeS2 10
45.95 13.51 14.86 25.68
Plagioklas 11
Mineral Lain 19
Sungai 2 Fe 14
SG 2 ST 2 FeS2 47
14.43 48.45 16.49 20.62
Plagioklas 16
Mineral Lain 20
Sungai 2 Fe 30
SG 2 ST 3 FeS2 15
36.59 18.29 20.73 24.39
Plagioklas 17
Mineral Lain 20
Rata-Rata 34.08 25.13 16.26 24.52
Sumber : Data Hasil Perhitungan Kelompok 4, Tahun 2017
BAB V
KESIMPULAN
dengan metode channel sampling untuk sampel vein dan chip sampel
untuk sampel batuan dan metode grab sampling untuk batuan yang
berupa float,
oemineralan yang terdapat pada sungai baik yang ada pada dinding
dilakukan dengan membatasi batas formasi yang ada pada setiap dinding
sumur.
lubang bukaan.
pemasangan elektroda
pemboran.
zona pemineralan atau alterasi yang berbentuk vein kaolin, dimana vein
tersebut memiliki mineral asosiasi berupa pirit dan batuan samping berupa
3. Dari kegiatan lapangan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa zona
andesit yang mengintrusi batuan diorite. Secara umum vein yang terdapat
berada pada kuadran 3 dan arah pemineralan dilihat dari arah bidang
mineral pada vein sehingga memiliki kadar yang cukup tinggi, maka
dilakukan pada lokasi maka perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut pada
sungai Bojonggerong.
DAFTAR PUSTAKA
13.43 WIB.
WIB.