Anda di halaman 1dari 33

USAHA PRODUK BAHAN MENTAH

PENAMBANGAN DAN PENGELOLAAN EMAS

DI KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

Oleh :

1. NUR IRMA LAILATUL A. - 517103


2. RISA AKBAR BUANA - 517182
3. VENNY ANGGIA PUTRI A. - 517145
4. WIDYA AYMAS HENGGAR - 517115

PROGRAM PENDIDIKAN STRATA I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI

SEKOLAH TINGGI TEKNIK MALANG

OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan. Dan kami ucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Sustainable
Manufacturing yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis
untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu dan informasi lebih, khususnya
untuk para mahasiswa di lingkungan fakultas Manajemen Bisnis Industri. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab
itu, kritik atau tanggapan dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi penyempurnaan lebih lanjut dari makalah ini.

Malang, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………. ii

Daftar Isi ………………………………………………………………………………. iii

Daftar Gambar .................................................................................................... iv

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………… 6

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 8

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………... 8

1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………………………………. 8

1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................. 8

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Pertambangan .......................................................................... 10

2.2 Asas-asas Pertambangan ........................................................................... 10

2.3 Pengertian Emas ......................................................................................... 11

2.4 Sejarah Emas .............................................................................................. 11

2.5 Sifat Fisik Emas .......................................................................................... 13

2.6 Komposisi Emas ......................................................................................... 13

2.7 Produksi Emas ............................................................................................ 14

2.8 Kegunaan Emas ......................................................................................... 15

BAB III Metode Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 17

3.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 17

3.3 Sumber Data .............................................................................................. 18

3.4 Analisis Data .............................................................................................. 18


3.5 Flowchart ................................................................................................... 19

BAB IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Metode Penambangan Emas .................................................................... 20

4.2 Teknik Penambangan Emas ..................................................................... 22

4.3 Proses Pengolahan Emas ......................................................................... 25

4.4 Dampak Adanya Penambangan Emas ..................................................... 28

4.5 Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan ........................................ 30

BAB V Penutup

5.1 Kesimpulan …………………………………………………….……….....….. 32

5.2 Saran …………………………………………………………….…………….. 32

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4 Emas ......................................................................................... 12

Gambar 4.1 Tipe Cebakan ............................................................................ 21

Gambarr 4.2.1 Penggalian Tanah ................................................................. 23

Gambarr 4.2.2 Pengaliran air ........................................................................ 23

Gambar 4.2.3 Penyariangan Emas ............................................................... 24


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-
lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia.
Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan
berdampak sangat besar bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pengelolaan
sumber daya alam yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan manusia,
sedangkan sebaliknya jika pengelolaan sumber daya alam yang tidak baik akan
berdampak buruk bagi manusia.

Ahmad (2006) menyatakan bahwa: “Dalam pengertian umum sumber daya


dapat didefinisiskan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi.
Dapat dikatakan bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang
menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia”. Terdapat dua jenis
sumber daya alam, yang pertama adalah sumber daya alam yang dapat
diperbaharui yang kedua adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Emas merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Hal ini karena emas terbentuk melalui proses geologi yang
memerlukan waktu sangat lama untuk dapat dijadikan sebagai sumber daya alam
yang siap diolah atau siap dipakai. Emas memerlukan ribuan bahkan jutaan tahun
untuk terbentuk karena ketidakmampuan sumber daya tersebut untuk melakukan
generasi.

Hal ini menyebabkan masalah eksploitasi sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui ini. Nilai jual yang tinggi akan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui inilah yang menjadikan alasan masyarakat melakukan
pengeksploitasian besar-besaran. Dengan penjualan emas yang semakin banyak
akan berdampak terhadap kehidupan ekonomi masyarakat kearah yang lebih baik
akan tetapi tanpa disadari dengan naiknya pendapatan ekonomi seseorang akan
mengakibatkan perubahan sosial terhadap orang-orang disekitarnya. Akan tetapi
karena keterbatasan emas sendiri sebagai sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui mempengaruhi naik turunnya baik kehidupan ekonomi maupun
kehidupan sosial orang yang bekerja ataupun terlibat dalam bisnis pertambangan
emas.

Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak


tempuh 96 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119 km dari Ibukota
Negara (Jakarta). Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak diantara
6°57’ - 7°25’ Lintang Selatan dan 106°49’ - 107°00’ Bujur Timur dan mempunyai
luas daerah 4.161 km² atau 11,21% dari luas Jawa Barat atau 3,01% dari luas
Pulau Jawa. Kawasan daerah kabupaten Sukabumi memiliki kekayaan alam yang
sangat melimpah. Kabupaten dengan luas 412.799,54 hektar ini memiliki potensi
pertambangan dan energi yang cukup besar.

Berdasarkan catatan dari Dinas Pertambangan setempat sedikitnya ada 31


jenis potensi bahan galian, termasuk di dalamnya emas, galena, dan pasir besi.
Salah satu kekayaan alam yang menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya
yaitu banyaknya ditemukan sumber emas yang dijadikan tambang emas. Khusus
untuk potensi mineral logam emas, tersebar di beberapa kecamatan, seperti
Ciemas, Palabuhanratu, Jampang Kulon, Ciracap, dan Cikidang. Namun, potensi
terbesar berada di Desa Mekarjaya dan Desa Ciemas, Kecamatan Ciemas.
Sejauh ini belum diketahui secara pasti berapa jumlah deposit emas yang ada di
tanah Kabupaten Sukabumi. Untuk tambang emas dan timah hitam
dikonsentrasikan di kawasan Kecamatan Ciemas, sementara pasir besi di Ciracap,
Surade, dan Tegalbuleud. Kawasan eksplorasi emas dan timah hitam berada di
tiga desa di Kecamatan Ciemas, seluas 1.350 hektar.

Adanya tambang emas ini juga berdampak pada kerusakan lahan karena
sumber mineral emas itu sendiri berada di tengah tengah area pesawahan milik
warga dan perbukitan sekitar pemukiman warga. Dampak lingkungan yang
diakibatkan oleh tambang emas tradisional ini juga dirasakan oleh warga sekitar
tambang, seperti tercemarnya air sungai, hal ini karena dalam proses mengolah
emas para penambang menggunakan zat kimia yang mengakibatkan tercemarnya
air di sekitar tambang emas.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis


mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penambangan emas di Indonesia?


2. Bagaimana pengolahan emas di Indonesia?
3. Bagaimana dampak adanya penambangan emas di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengacu pada rumusan masalah yang penulis buat, maka tujuan


penulisannya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui seluk beluk penambangan emas di Indonesia.


2. Mengetahui pengelolahan emas di Indonesia.
3. Mengetahui dampak adanya penambangan emas di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut merupakan manfaat penelitian baik secara teoretis maupun praktis:


1. Manfaat untuk penulis: Memberikan pengalaman, pengayaan keilmuan
dan pendalaman mengenai penambangan dan pengelolaan emas.
2. Manfaat untuk pembaca: Sebagai media informasi tentang penambangan
dan pengelolaan emas, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan
manfaat penulisan. Dimana latar belakang berisikan dasar-dasar pemikiran yang
melandasi penulisan laporan. Rumusan masalah, berisi masalah-masalah yang
akan di jawab. Tujuan penulisan, yang berisi tujuan dari adanya penyusunan
laporan ini. Dan terakhir adalah manfaat dari penulisan makalah ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi tentang penjelasan teori yang dipakai untuk memperkuat judul
laporan, serta kerangka pikir konseptual. Selain itu bab dua atau tinjauan pustaka,
kutipan-kutipan maupun pendapat dan beberapa ahli atau beberapa sumber
dituangkan di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperkuat definisi dari beberap
kata kunci yang diambil.

BAB III METODE PENELITIAN


Berisi tentang rencana dan prosedur penulisan laporan yang dilakukan
penulis untuk memperoleh jawaban yang sesuai dengan permasalahan. Seperti
jenis data yang digunakan, sumber data, dan metode penulisan laporan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisi tentang hasil dari suatu pengamatan atau penelitian yang terdapat dalam
teks ilmiah dan sebagai laporan observasi tentang penilaian terhadap suatu hasil
pembahasan mempunyai sifat objek dan subjektif, pertimbangan atau acuan,
untuk di jadikan sebagai sebuah teori.

BAB V PENUTUP
Pada bab lima yaitu penutup, berisi tentang simpulan dan saran atas
pembahasan dari karya atau penyusunan laporan yang dibuat. Sedangkan pada
saran, berisi kritik yang diperlukan dari pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertambangan


Pertambangan yaitu suatu kegiatan yang dilakukan dengan penggalian ke
dalam tanah (bumi) untuk mendapatkan sesuatu yang berupa hasil tambang.1
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009,
pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. Pengertian tersebut dalam arti luas karena meliputi berbagai
kegiatan pertambangan yang ruang lingkupnya dapat dilakukan sebelum
penambangan, proses penambangan, dan sesudah proses penambangan.

2.2 Asas-Asas Pertambangan


Asas-asas yang berlaku dalam penambangan mineral dan batubara telah
ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 ada 4 macam, yaitu:

a. Manfaat, Keadilan, dan Keseimbangan Yang dimaksud dengan asas manfaat


dalam pertambangan adalah asas yang menunjukan bahwa dalam melakukan
penambangan harus mampu memberikan keuntungan dan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Kemudian
asas keadilan adalah dalam melakukan penambangan harus mampu memberikan
peluang dan kesempatan yang sama secara proporsional bagi seluruh warga
negara tanpa ada yang dikecualikan. Sedangkan asas keseimbangan adalah
dalam melakukan kegiatan penambangan wajib memperhatikan bidang-bidang
lain terutama yang berkaitan langsung dengan dampaknya.

b. Keberpihakan kepada Kepentingan Negara Asas ini mengatakan bahwa di


dalam melakukan kegiatan penambangan berorientasi kepada kepentingan
negara. Walaupun di dalam melakukan usaha pertambangan dengan
menggunakan modal asing, tenaga asing, maupun perencanaan asing, tetapi
kegiatan dan hasilnya hanya untuk kepentingan nasional.

c. Partisipatif, Transparansi, dan Akuntabilitas Asas partisipatif adalah asas yang


menghendaki bahwa dalam melakukan kegiatan pertambangan dibutuhkan peran
serta masyarakat untuk penyusunan kebijakan, pengelolaan, pemantauan, dan
pengawasan terhadap pelaksanaannya. Asas transparansi adalah keterbukaan
dalam penyelenggaraan kegiatan pertambangan diharapkan masyarakat luas
dapat memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur. Sebaliknya masyarakat
dapat memberikan bahan masukan kepada pemerintah. Sedangkan asas
akuntabilitas adalah kegiatan pertambangan dilakukan dengan cara-cara yang
benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada negara dan masyarakat.

d. Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan Asas berkelanjutan dan


berwawasan lingkungan adalah asas yang secara terencana mengintegrasikan
dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya dalam keseluruhan usaha
pertambangan mineral dan batubara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini
dan masa mendatang.

2.3 Pengertian Emas

Menurut Poerwadarminta (1976) Emas adalah logam yang mahal


harganya, warnanya kuning, dan biasa dibuat perhiasan.

Emas adalah logam yang berwarna kekuningan, yang namanya diambil


dari bahasa inggris kuno Geolu yang artinya kuning, simbol kimianya Au dari
bahasa latin Aurum. Berat jenisnya 19,32 g/cm3, titik bekunya 1064⁰C dan titik
didihnya 3081⁰C. Sifatnya lembut dan lunak sehingga mudah dibentuk. Hingga
sekarang emas masih menjadi pilihan utama usaha pertambangan logam, terlebih
karena harga logamnya yang saat ini melonjak drastis higga mencapai lebih dari
US$700/oz.

Metode pengolahan emas pun telah jauh berkembang, mulai dari


amalgamasi hingga bioleaching. Emas juga telah dikenal selama ribuan tahun
sebelum kita lahir. Mineralogy dari batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui
sebelum menentukan teknologi pengolahan yang akan diterapkan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas adalah:

1. Mineral-mineral pembawa emas.

2. Ukuran butiran mineral emas.

3. Mineral-mineral induk.

4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk.


2.4 Sejarah emas

Emas telah diketahui sebagai sangat berharga sejak zaman prasejarah


lagi. Emas dikenal antara lain di Mesopotamia dan Mesir. Pada abad pertengahan,
begitu kuat orang mendambakan emas, sehingga lahir ilmu alkimia, dengan tujuan
membuat emas. Manusia modern berhasil mencapai cita-cita itu dengan
mengekstrak emas dari air laut dan mengubah timbel atau merkurium menjadi
emas dalam mempercepat partikel. Namun emas yang murah tetaplah emas
alamiah yang harus ditambang.

Emas telah lama dianggap sebagai logam yang paling berharga, dan
nilainya telah digunakan sebagai standart untuk banyak mata uang dalam
sejarah. Emas telah digunakan sebagai symbol kemurnian, nilai tinggi, kerajaan,
dan lebih-lebih lagi peranan yang mengaitkan sifat-sifat tersebut.

Tujuan utama ahli alkimia adalah untuk menghasilkan emas dari bahan
yang lain, seperti karbon – kemungkinan melalui interaksi dengan sejenis bahan
dongeng yang disebut batu bertuah. Meskipun usaha mereka tidak pernah
mendapat hasil, namun ahli alkimia telah menaikkan keminatan terhadap bidang
melibatkan unsur, yang menjadi asas kepada bidang kimia masa kini.

Simbol mereka untuk emas ialah bulatan dengan titik di tengah-tengah,


yang merupakan simbol dalam bidang astrologi. Simbol dalam karakter Cina kuno
adalah matahari. Pada sekitar abad ke-19, pencarian emas muncul kapanpun
ketika terdapat pendaman emas dijumpai, termasuklah di California, Colorado,
Otago, Australia, Black Hills, dan Klondike.

Gambar 2.4 Emas


2.5 Sifat Fisik Emas
Emas merupakan logam yang sangat berharga karena keberadaannya
yang sangat langka di alam, tidak mudah berkarat atau memudar, tahan lama,
memiliki warna yang menarik. Emas murni itu halus. Emas biasa dikeraskan
dengan mencampurkannya dengan kuningan atau perak. Bagian emas yang
terdapat dalam campuran diukur dalam karat. Emas murni memiliki kadar 24 karat.
Campuran seimbang bagian emas dan perak adalah 12 karat, emas 18 karat →
18/24 berarti emas 75 %. Emas dapat dibentuk jadi lembaran demikian tipis
sehingga tembus pandang.

Emas ialah unsur logam yang berwarna kuning berkilauan tetapi boleh juga
berwarna seperti delima atau hitam apabila dibahagi dengan halus. Larukan koloid
emas pula mempunyai warna berkeamatan tinggi yang biasanya warna ungu.

Warna yang terdapat pada emas adalah disebabkan oleh frekuensi


plasmon emas yang terletak pada julat penglihatan, mengakibatkan warna merah
dan kuning dipantulkan sementara warna biru diserap. Hanya koloid perak
mempunyai interaksi yang sama terhadap cahaya, tetapi dalam frekuensi yang
lebih pendek, sehingga menyebabkan warna koloid perak menjadi kuning.

Emas juga merupakan logam yang paling mudah ditempa dan ditarik. Satu
gram emas boleh ditempa menjadi satu keranjang berukuran panjang satu meter
dan lebar satu meter. Emas biasanya dialoikan dengan logam yang lain untuk
menjadikannya lebih keras. Emas merupakan penghantar panas dan listrik yang
baik, dan tidak dipengaruhi oleh udara dan kebanyakan reagen. Secara kimianya,
logam emas tidak boleh diubah oleh panas, kelembapan.

Emas asli mengandung antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya


kandungan tersebut lebih tinggi. Aloi semula jadi dengan kandungan perak yang
tinggi dipanggil elektrum. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya menjadi
lebih putih. Aloi dengan kuprum menghasilkan logam kemerahan, aloi besi
berwarna hijau, dan aloi aluminum berwarna ungu. Keadaan pengoksidaan emas
yang biasa yang termasuk +1 dan +3.

2.6 Komposisi Emas

Emas dapat ditempa sedemikian tipisnya sehingga tumpukan dari 120000


lembar tidak lebih dari 1 cm tebalnya. 1 gram emas dapat diulur menjadi kawat
sepanjang 2,5 km. Secara kimiawi emas tergolong inert sehingga disebut logam
mulia. Emas tidak bereaksi dengan oksigen dan tidak terkorosi di udara. Emas
juga tidak berekasis dengan asam atau basa apapun. Akan tetapi emas dapat larut
pada akua regia, yaitu campuran tiga bagian volum asam klorida pekat dan atau
bagian volum asam nitrat pekat.

Au(s) + 4HCL (aq) + HNO3(aq) → HAuCl4(aq) + NO (g) + 2H2O(l)

Untuk mendapatkan emas yang keras maka emas dipadukan dengan


tembaga atau perak. Kadar emasnya dinyatakan dalam karat atau persen. Emas
murni 24 karat. Emas 18 karat berarti 18 bagian emas dan 6 bagian logam lain.
Untuk emas merah atau kuning adalah aloi dengan tembaga. Emas putih adalah
aloi emas dengan platinum, iridium, nikel, atau zink. Aloi besi berwarna hijau,
dan aloi aluminium berwarna ungu.

2.7 Produksi Emas

Ekstraksi emas secara ekonomi dapat diperoleh dari nilai biji emas sekecil
0,5 gr/1000 kg (0,5 ppm) rata-rata dengan mudah digali, nilai biji emas khas dalam
galian terowongan terbuka yakni 1,5 gr/1000 kg ( 1 – 5 ppm ), nilai biji emas
dalam tanah atau galian batu paling tidak 3 gr/1000 kg (3 ppm). Nilai biji emas 30
gr/1000 kg (30 ppm) biasanya dibutuhkan sebelum emas dapat dilihat dengan
mata telanjang, oleh karena itu dalam kebanyakan galian emas, Anda tidak akan
melihat emas apapun.

Sejak tahun 1880-an, Afrika Selatan telah menjadi sumber untuk sebagian
besar sediaan emas dunia. Produksi di tahun 1970 dihitung hingga 70 % sediaan
dunia, memproduksi sekitar 1000 ton, namun produksi di tahun 2004 hanya 342
ton. Penurunan ini berhubungan dengan bertambahnya kesulitan dalam ektraksi
dan faktor ekonomi yang memperngaruhi industri Afrika Selatan. Produser utama
lainnya, yakni Kanada, Amerika Serikat, dan Australia Barat. Galian di Dakota
Selatan dan Nevada menyediakan dua pertiga emas yang digunakan di Amerika
Serikat. Daerah Siberia di Rusia juga terbiasa sebagai negara penting dalam
industri galian emas. Ladang Emas Kolar di India adalah contoh lain untuk kota
yang sedang dibangun untuk bahan galian emas terbesar di India.

Namun, mungkin untuk mendapat sejumlah kecil emas dalam jumlah yang
tidak terbatas dengan kecerdasan transformasi nuklir dalam akselerator partikel.
Isotop emas menghasilkan kemiripan radioaktif. Tidak ada sama sekali metode
secara ekonomi yang mungkin untuk membuat emas dengan cerdas yang telah
ditemukan dan dipublikasikan. Emas dipisahkan daripada bijihnya menggunakan
sianida, amalgam, dan peleburan. Pemurnian logam biasanya dijalankan
menggunakan elektrolisis. Logam ini terdapat di dalam air laut pada kepekatan 0,1
- 2 mg/ton bergantung kepada kedudukan sampel. Walau bagaimanapun,
sehingga kini yaitu tahun 2006 tidak terdapatnya apa-apa cara yang boleh
memberi hasil keuntungan sekiranya emas diperoleh selain dari air laut.

2.8 Kegunaan Emas

Emas murni adalah terlalu lembut untuk kegunaan biasa, oleh itu logam ini
ditambahkan kekerasannya dengan mengaloikannya bersama perak (argentum),
tembaga (kuprum) dan logam-logam lain. Emas dan pelbagai jenis aloi emas
biasanya digunakan dalam pembuatan perhiasan, pembuatan uang logam, dan
sebagai standart pertukaran perdagangan dalam banyak negara. Selain itu, emas
dapat menghantarkan listrik dengan amat baik. Ini menjadikan emas muncul
sebagai logam industri penting pada akhir abad ke 20.

Kegunaan lain:

1. Emas memainkan beberapa peranan penting dalam pembuatan komputer, alat


komunikasi, kapal angkasa, mesin pesawat jet, kapal terbang, dan hasil
pengeluaran yang lain.

2. Daya tahan terhadap pengoksidaan membolehkan emas digunakan secara


berleluasa dalam pembuatan lapisan nipis elektroplat pada permukaan
penyambung elektrik untuk memastikan penyambungan yang baik.

3. Seperti perak, emas boleh membentuk amalgam keras bersama raksa, dan ini
kadang kala digunakan sebagai bahan pengisi gigi.

4. Emas koloid (nanopartikel emas) ialah larutan berwarna berkeamatan tinggi


yang kini sedang dikaji di dalam makmal-makmal untuk kegunaan perubatan dan
biologi (kaji hayat). Ia juga merupakan bentuk yang sering digunakan dalam
pengecatan emas pada seramik sebelum seramik dibakar.

5. Asam kloraurik digunakan dalam fotografi untuk memberi toning kepada gambar
perak.
6. Dinatrium aurothiomalate digunakan dalam pengobatan artritis rheumatoid
(diberikan secara suntikan intra-otot).

7. Isotop emas Au-198, (Waktu paro: 2,7 hari) digunakan dalam pengobatan
kanker dan pengobatan penyakit lain.

8. Emas digunakan sebagai bahan pelapisan untuk membolehkan bahan biologi


diperhatikan di bawah skan mikroskop elektron.

9. Banyak pertandingan dan penganugerahan, seperti Olimpiade dan Anugerah


Nobel, pemenangnya akan meraih medali emas (manakala perak diberikan
kepada pemenang kedua, dan perunggu kepada yang ketiga).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Menurut Creswell (2010) menyatakan bahwa peneliti harus
mengidentifikasi lokasi-lokasi atau individu-individu yang sengaja dipilih dalam
proposal penelitian.

Kabupaten Sukabumi merupakan daerah perbukitan bergelombang


mempunyai topografi rata-rata yaitu 750 m di atas permukaan laut, dengan
kemiringan lereng dibeberapa daerah cukup curam pada kisaran antara 35⁰ – 45⁰.

Penulis melakukan penelitian di pertambangan emas di daerah Desa


Ciwaru Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi tersebut
sesuai dengan topik penelitian sebab lokasi tersebut merupakan tambang emas
terbesar yang berada di kawasan Kabupaten Sukabumi.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi

Menurut Sugiono (2013) pengertian observasi terus terang atau tersamar


ialah “Peneliti melakukan pengumpulan data secara terus terang kepada sumber
data akan tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar
dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalu suatu saat data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan”.

Peneliti melakukan penelitian dengan metode observasi karena dengan


metode ini diharapkan dapat mendapatkan data yang akurat. Dalam tahapan ini,
peneliti harus memiliki kepekaan sosial terhadap fenomena yang terjadi. Pada
seleksi pengamatan, peneliti pun harus pintar memilih dan memilah agar informasi
yang dibutuhkan dapat diperoleh.

b. Wawancara

Pengertian wawancara menurut Esterberg (2002) dalam Sugiono (2013,


hlm.231) yaitu “Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.”
Dalam penelitian kualitatif data diperoleh sebagai sumber dengan
menggunakan sumber data dari hasil wawancara, data yang diperoleh pada
umumnya merupakan data kualitatif. Wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang sangat penting karena peneliti banyak memperoleh informasi dari
wawancara mendalam yang dilakukan. Dalam melakukan wawancara mendalam,
terkadang peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelengkap atau tambahan
agar informan merasa nyaman dan tidak merasa diinterogasi dalam
keberlangsungan wawancara.

c. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa


merupakan tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Sugiyono (2013, hlm.240) mengemukakan
bahwa, “Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dapat
dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi di kehidupan di masa kecil, sekolah,
di tempat kerja, di masyarakat, dan auto biografi".

3.3 Sumber Data

Adapun jenis data dari sumber yang digunakan oleh penulis adalah data
sekunder. Data Sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari berbagai
sumber tertulis seperti literatur, artikel, tulisan ilmiah diluar data primer.

3.4 Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan


menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan
dengan terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan
setelah selesai dilakukan.

Analisis data yang pertama dilakukan adalah dengan mengumpulkan


informasi berupa data-data berupa data hasil penemuan terdahulu maupun data
sekunder untuk menemukan fokus penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menemukan data dengan adanya fenomena maraknya masyarakat yang beralih
profesi dari petani menjadi penambang emas tradisional. Hal ini diperkuat dengan
banyaknya informasi yang beredar di masyarakat bahwa banyak dengan adanya
tambang emas ini berpengaruh terhadap kehidupan atau status ekonomi
seseorang. Dari sini penulis melihat adanya perubahan sosial pada masyarakat
yang diakibatkan adanya perubahan status ekonomi seseorang yang melakukan
pekerjaan di bidang tambang emas tradisional.

3.5 Flowchart
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Penambangan Emas

Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas dikatagorikan


menjadi dua yaitu :

1. Endapan primer / Cebakan Primer


Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang
terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral
yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme
kontak dan larutan hidrotermal.
2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder
Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena
proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-
bearing rocks, Lucas, 1985). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan letakan ( placer ).

Metode penambangan emas sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan


emas primer atau sekunder yang dapat mempengaruhi cara pengelolaan
lingkungan yang akan dilakukan untuk meminimalisir dampak kegiatan
penambangan tersebut. Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang
terbuka ( open pit ) maupun tambang bawah tanah ( underground minning ).
Sementara cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang
terbuka.

Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan


proses pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan
pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya
dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering
/ coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ). Penambangan dengan sistem
tambang bawah tanah (underground), dengan membuat lubang bukaan mendatar
berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai
akses masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan dengan menggunakan
peralatan sederhana ( seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan
dilakukan secara selectif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang
berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi.

Gambar 4.1 Tipe cebakan : (a) emas pada tanah lapukan dari cebakan emas primer
ditambang dengan cara semprot, G. Pani, Gorontalo; (b) cebakan emas koluvial, G. Pani,
Gorontalo; (c) cebakan emas pada alur sungai stadia muda, dan pemasangan Sluice box
untuk perangkap emas yang terbawa aliran sungai, G. Pani, Gorontalo; (d) cebakan emas
berupa konglomerat alas ditambang dengan cara diterowong, Topo, Nabire, Papua

Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan batuan atau


penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk
tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi atau
amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.

Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain :

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona
geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek
dilution pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi
pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak
beraturan ) dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.

Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang


umum diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode
Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran
lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu
dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.Cara penambangan ini umumnya
tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-
alat mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di berbagai
daerah operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di Ciguha,Pongkor-Bogor;
GunungPeti,Cisolok-Sukabumi; Gunung Subang,Tanggeung-Cianjur; Cikajang-
Garut; Cikidang,Cikotok-Lebak; Cineam-Tasikmalaya; Kokap-Kulonprogo;
Selogiri-Wonogiri; Punung-Pacitan; Tatelu-Menado; BatuGelas,RataTotok-
Minahasa; Bajuin-TanahLaut; Perenggean-PalangkaRaya; Ketenong-Lebong;
dan lain-lain.

Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan


langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila
cebakan bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar
yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.

4.2 Teknik Penambangan Emas

1. Penambang menggali tanah di perbukitan menggunakan linggis, sekop serta


pacul. Tanah yang telah digali kemudian diencerkan dengan air. Air ini berasal dari
sebuah kali kecil dekat tempat penggalian tanah. Karena tempat penggalian lebih
tinggi dari sumber air, maka air disedot ke atas tempat penggalian menggunakan
pompa.

Gambar 4.2.1 Penggalian Tanah

2. Di dekat tempat penambang menggali tanah dibuat saluran yang menuju kali
kecil tempat dimana mereka menggambil air untuk mengencerkan tanah. Tanah
yang sudah diberi air dan sedikit basah kemudian disekop kearah saluran. Tanah
diaduk-aduk menggunakan sekop agar sedikit encer, lalu dialirkan bersama air
menuju saluran yang lebarnya sekitar 1 meter. Didalam saluran di susun-susun
batu-batu kecil secara berjenjang guna memperlambat aliran, agar tanah mudah
terendapkan di dalam karpet.

Gambar 4.2.2 Pengaliran air


3. Tanah yang turun kemudian diendapkan di dalam karpet yang kedua sisinya
disanggah menggunakan beberapa kayu balok. Tanah yang terperangkap di
dalam karpet kemudian diangkat dan dimasukan kedalam kuali. Tanah yang
masuk kedalam kuali kemudian di goyang-goyang bersama air, untuk
mengeluarkan butiran-butiran tanah kasar. Setelah digoyang-goyang akan tampak
pasir hitam yang menurut penambang disebut pasir penghantar emas. Setelah
digoyang-goyang lama-kelamaan akan nampak serbuk-serbuk halus berwarna
agak kekuning-kuningan.

Gambar 4.2.3 Penyaringan emas

4. Serbuk-serbuk halus yang berwarna kekuning-kuningan ini kemudian


dikumpulkan sampai banyak atau menurut para penambang harus mencapai 1
kaca baru bisa dijual. Selanjutnya serbuk-serbuk ini akan ditaruh diatas sendok
lalu dipanaskan dengan api hingga warna keemasan tampak lebih cerah, serta
pengotor yang ikut menempel bersama serbuk emas hilang.

5. Kemudian serbuk emas hasil pembakaran ini dikemas dalam kertas rokok.
Kalau hasil dulang penambang sudah banyak atau bernilai ekonomis, langsung
dijual ke toko emas atau perhiasan. Serbuk emas ini jika dikumpulkan mencapai 1
kaca, maka harganya ditaksir mencapai sekitar Rp. 40.000 dan kalau hasil
dulangan penambang bisa mencapai 1 gram, maka harganya ditaksir mencapai
sekitar Rp 400.000. Karena penambangan ini dilakukan secara berkelompok,
maka uangnya akan dibagi bersama.
4.3 Proses Pengolahan Emas

Teknologi mengolah emas sendiri dikenal beberapa metode ekstraksi


diantaranya : grafitasi, aglomerasi, flotasi, cyanidasi, amalgamasi, elektrolitik, dll.
Namun dibandingkan dengan metode lainnya, mengolah emas dengan metode
amalgamasi (merkuri) relatif lebih mudah diterapkan dan tidak memerlukan
investasi besar. Disini akan disampaikan beberapa proses pengolahan emas
dengan beberapa metode :

4.3.1 Pengolahan Emas dengan Sistem Perendaman

a. Bahan :

Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton.

b. Formula Kimia :

1.NaCn = 40 kg

2.H2O2 = 5 liter

3.Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg

4.Ag NO3 =100 gram

5.Epox Cl = 1 liter

6.Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)

7.Zinc dass/ zinc koil = 15 kg

8.H2O (air) = 20.000 liter

c. Proses Perendaman

Perlakuan di Bak I (Bak Kimia)

1. NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH 7

2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH 11-12

3. Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada PH


11-12

Perlakuan di Bak II (Bak Lumpur)


1. Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
dimasukkan ke dalam bak

2. Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/


dimasukkan ke Bak II untuk merendam lumpur ore selama 48 jam

3. Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan


selama 24 jam,dijaga pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya
ditambah costic soda secukupnya.

4. Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I
dengan melalui bak penyadapan/penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/ zinc
koil untuk mengikat atau menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari
larutan air kaya.

5. Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur
seperti pasir selama 5 – 10. Hari.

6. Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan
dimasukkan ke dalam wadah. untuk diperas dengan kain famatex.

7. Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan
200 ml H2SO4 dan 3 liter air panas.

8. Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion.

4.3.2 Pengolahan Emas Secara Sianida

a. Cara dan Langkah Kerja

1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding


sehingga menjadi tepung (mesh + 200).

2. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3


dari bahan).

3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian


tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.

4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga


pH larutan (10 – 11) dengan (T = 85 derajat).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk
hingga (t= 48h), kemudian di saring.

6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan.


(metode 1).

7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring
lalu dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).

8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t


=30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T =80 – 90 derajat).

9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan


Soda.(NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90 – 100o).

10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan
Soda 3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110 – 120 derajat).

11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T =
110 – 120o) selama (t = 1.45j).

12. Lakukan proses Cooling.

13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50)


selama (t = 3.5j).

b. Proses Pemurnian (Dari Bullion)

Dapat dilakukan dengan beberpa metode yaitu :

1. Metode Cepat

Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3


kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan
emasnya tidak larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.

2. Metode Lambat

Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan


larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan
Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana
Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu
keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu
tinggal bakar aja masingmasing.

4.3.3 Pengolahan Emas Amalgamasi

Amalgamasi Merkury atau sistem penarikan emas dengan merkury adalah


sistem penarikan yang dipakai hampir 99% para penambang emas skala kecil baik
resmi ataupun illegal di Indonesia.

Adapun langkah sederhananya sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan


konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga
permukaan emas tersingkap.

2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri ( amalgamasi )


dilakukan selama + 1 jam

3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam
basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang
untuk pemisahan merkuri dengan amalgam.

4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian


dilakukan kegiatan pemerasan ( squeezing ) dengan menggunakan kain parasut
untuk memisahkan merkuri dari amalgam ( filtrasi ). Merkuri yang diperoleh dapat
dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam
amalgan tergantung padaseberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam
dengan pemerasan manual akan mengandung 60 – 70 % emas, dan amalgam
yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari
80 %.

5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga


yang tertinggal berupa alloy emas.

4.4 Dampak Adanya Penambangan Emas


Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan
beberapa efek negatif. Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan,
penambangan emas dan pengolahan emas akan menghasilkan limbah yang dapat
mencemari lingkungan.
Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, yang
banyak digunakan penambang emas tradisional atau penambang emas tanpa izin,
untuk memproses bijih emas. Biasanya mereka membuang dan mengalirkan
limbah bekas proses pengolahan pengolahan ke selokan, parit, kolam atau sungai.
Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi metil merkuri karena proses
alamiah.
Ada 3 jenis limbah utama pertambangan emas, yaitu:
1. Batuan limbah (overburden) adalah batuan permukaan atas yang dikupas
untuk mendapatkan batuan bijih atau batuan yang mengandung emas.
2. Tailing adalah bijih emas yang sudah diambil emasnya menggunakan
bahan kimia - diantaranya Merkuri atau Sianida. Tailing berbentuk lumpur
yang mengandung logam berat. Limbah yang mengandung logam berat
seperti Merkuri dan Sianida termasuk dalam kelompok Limbah B3.
3. Air asam tambang adalah limbah yang menyebabkan kondisi keasaman
tanah, yang berpotensi melarutkan unsur mikro berbahaya dalam tanah
sehingga berpotensi meracuni tanaman dan mahluk hidup sekitarnya.
Pertambangan emas ini merupakan industri rakus air. Penggunaan air dari
sumber-sumbernya dengan skala besar untuk menjalankan proses pengolahan
batuan menjadi bijih logam. Luar biasa tingginya kebutuhan air untuk operasi
industri tambang menyebabkan pemenuhan air warga setempat dikalahkan,
sering mereka harus rela mencari mata air baru atau harus berhadapan dengan
kekerasan untuk mempertahankan sumber air mereka.
Pada saat pembuatan lobang (pit) penambangan dan pembangunan pabrik
serta instalasi lainnya, kegiatan pengupasan tanah, peledakan, serta
pengoperasian alat-alat berat pengangkut tanah dan lalu lalang kendaraan berat
dengan intensitas tinggi menjadi sumber pencemaran udara akibat peningkatan
volume debu.
Penduduk lokal harus berhadapan dengan perusakan lingkungan yang luar
biasa karena limbah tambang. Umumnya, tailing dibuang ke daerah lembah
dengan membuat penampung (tailing dam), dibuang ke sungai hingga ke laut atau
biasa disebut STD. Submarine Tailing Disposal (STD), dipromosikan oleh pelaku
pertambangan sebagai cara pembuangan limbah yang paling baik dan ramah
lingkungan.
4.5 Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan

Seharusnya limbah sebelum dibuang dilakukan pengolahan lebih dulu.


Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga kadarnya seminimal
mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan beracun
yang terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun
peraturan dan tata cara pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah
dan Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan masih
banyak ditemukan terjadinya pencemaran akibat limbah industri. Mungkin hal ini
dikarenakan terbatasnya tenaga pengawas. Disamping proses pengolahan limbah
biasanya juga memerlukan biaya yang cukup besar.
Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia agar kualitasnya tidak turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.
Pertama, remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah
yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-
situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan
di bak/tangki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih
mahal dan rumit.
Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah
dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu
dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran Hg.
Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat
diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini harus
dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus
implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.
Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3
lainnya perlu dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans
risiko kesehatan masyarakat akibat pencemaran B3 di wilayah penambangan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Emas adalah logam yang berwarna kekuningan, yang namanya diambil


dari bahasa inggris kuno Geolu yang artinya kuning, simbol kimianya Au dari
bahasa latin Aurum. Hingga sekarang emas masih menjadi pilihan utama usaha
pertambangan logam, terlebih karena harga logamnya yang saat ini melonjak
drastis higga mencapai lebih dari US$700/oz. Metode pengolahan emas pun telah
jauh berkembang, mulai dari amalgamasi hingga bioleaching.

Kegiatan penambangan dan pengolahan emas yang ada di Kaupaten


Sukabumi memberikan dampak positif dan juga negatif. Positifnya terhadap sosial
ekonomi masyarakat dan dijadikan sebagai mata pencaharian bagi masyarakat
sekitar tambang. Dampak negatifnya adalah adanya pencemaran baik tanah, air
maupun udara yang dikarenakan adanya limbah dari pengolahan emas tersebut.

5.2 Saran

Penambangan dan pengolahan sumber daya alam yang ada di bumi,


termasuk emas haruslah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan tidak
mengeksploitasi secara berlebihan . Karena penambangan ini dapat menimbulkan
dampak negatif baik bagi lingkungan maupun masyarakat sekitar. Upaya
pencegahan pencemaran sangat dibutuhkan dalam hal ini. Dan kebijakan
pemerintah juga sangat diperlukan dalam kegiatan pertambangan yang ada di
Indonesia. Peraturan perundangan-undangan pengolahan pertambangan juga
harus diselingi dengan bentuk nyata adanya pengawasan kegiatan pertambangan
di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Redi. 2006. Hukum Sumber Daya Alam Dalam Sektor Kehutanan. Jakarta.

Sinar Grafika

Creswell. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Kombinasi. Diterjemahkan oleh: Achmad Fawaid. Jakarta. Pustaka Pelajar

Esterberg. 2002. Qualitative Methods Ins Social Research. Mc Graw Hill. New York

Selviana Nursiti. 2015. Dinamika Sosial Ekonomi Pekerja Tambang Emas.

Jakarta. Universitas Pendidikan Indonesia

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta

Poerwadarminta. 1976. Pengertian Emas dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta. Balai Pustaka

http://www.mineraltambang.com/tambang-emas.html

http://karkoon.com/sistem-sistem-pengolahan-tambang-emas/

https://dnoto21.blogspot.com/2017/03/makalah-tentang-emas-aurum.html?m=1

http://muhammadyusuf100.blogspot.com/2016/03/makalah-emas-dan-

pengolahannya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai