Dosen Pengampu :
SEPRIADI, S.T,M.T
Disusun Oleh :
AHMAD AFIF
EDWIN PRATAMA
MUHAMMAD SYAHRUL
KELAS : TPB 1A
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. karena atas
berkat ramat serta kehendak-Nya lah saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
yang berjudul “PENGENALAN TAMBANG BATUBARA”. Dalam menyelesaikan makalah
ini, banyak kesulitan yang saya hadapi. Namun berkat bimbingan dari dosen saya yaitu
Bapak SEPRIADI, S.T,M.T, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
mengenal tambang, jenis barang tambang, metode tambang dan bagaimana tahapan
pertambangan dalam pengenalan tambang batu bara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia yang hidup saat ini membutuhkan ribuan jenis bahan dalam kehidupannya.
Sekian banyak bahan tersebut sebenarnya hanya berada dari dua sumber : (1) bahan yang
diperoleh dari permukaan tanah atau harus di tanam dan (2) bahan yang diperoleh dari bawah
tanah atau harus digali terlebih dahulu. Bahan makanan, kayu, pakaian, dan berbagai obat-
obatan berasal dari bahan yang harus budidayakan. Sebaliknya, bahan bakar fosil (minyak,
gas, batuara), berbagai barang elektronik,semen, logam, bahkan perhiasan merupakan bagian
dari bahan yang hanya bisa di dapat dengan menambang. Hampir setiap sendi kehidupan kita
terkait dengan hasil tambang. Rumah, kantor dan setiap bangunan permanen yang kita bangun
pasti menggunakan semen dan besi. Sangat mungkin semen itu berasal dari bukit-bukit kapur
di Gresik, Tonasa, Nusa Kambangan, atau dari Padang. Bijih dan pasir besi yang digali di
Bengkulu, Kulon Progo atau di Lumajang. Timah dan emas yang berada dalam setiap telepon
genggam, televisi, komputer dan peralatan elektronik sangat mungkin berasal dari Bangka
Belitung, Sumbawa atau pun Papua. Lebih dari sepertiga sumber listrik yang kita gunakan
menggunakan batu bara dari lubang-lubang tambang di Kalimantan, Sumatera Selatan dan
Jambi. Sebagian besar masyarakat tidak pernah menyadari, bahwa kegiatan pertambangan tak
hanya mengubah bentang alam, lebih jauh yang tak pernah diperhitungkan adalah biaya
eksternalitas pertambangan yang dihadapi oleh masyarakat desa di sekitar area pertambangan
langsung maupun tidak langsung Kegiatan penambangan adalah kegiatan untuk mengambil
material non hayati yang terdapat di lapisan kerak bumi. Material ini, atau sering disebut
sebagai barang tambang, adalah material yang memiliki manfaat bagi kehidupan manusia.
Sayangnya, pengambilan barang tambang tidak mungkin dilepaskan dari perusakan selama
dan setelah proses penambangan. Disisi lain, tidak banyak yang menyadari, bahwa kerusakan
yang dihasilkan ini sudah tidak lagi seimbang dengan manfaat dan keuntungan yang didapat.
Dalam bahasa sederhana, menambang akan menghasilkan kerugian yang nilainya lebih besar
dari segala manfaat dan keuntungan yang didapat.
3
“Tidak banyak yang menyadari, bahwa kerusakan yang dihasilkan ini sudah tidak lagi
seimbang dengan manfaat dan keuntungan yang didapat”
Emas dan perak adalah logam mulia bernilai tinggi serta memiliki sejarah yang hampir
bersamaan dengan peradaban manusia. Indonesia memiliki deposit yang tersebar hampir
disemua pulau besar dan daratan, terutama emas. Di Papua, tepatnya disekitar pegunungan
Jaya Wijaya kandungan emasnya adalah salah satu sumber deposit emas terbesar di dunia.
2. Minyak Bumi
Minyak bumi adalah bahan dasar pembuatan minyak tanah, bensin, avtuur, solar, aspal dan
sebagainya. Di Indonesia hingga 2016 hanya memiliki 8 kilang pengolahan minyak.
Daerahdaerah penghasil minyak bumi di Indonesia antara lain sebagai berikut Jawa
Tengah: di Cilacap dan Cepu (berbatasan dengan Jawa Timur. Jawa Timur: di daerah Delta
Sungai Brantas, Cepu, dan Jatibarang, Tuban, Kangean, Brantas, Madura Barat, Bawean
dan Gresik. Pabrik penyulingan di Wonokromo dan Cepu. Jawa Barat: di daerah Peureuk
dan Majalengka. Laut Jawa: di Kepulauan Seribu, Pulau Bawean dan Madura sekitarnya,
dan laut lepas di Gresik. Laut Sumatera: Natuna dan Jambi Riau: ada 6 blok yang berada
di Riau, yaitu Rokan, Mountain Front Kuantan, Siak, Selat Panjang, Coastal Plains,
Pekanbaru dan Selat Malaca. Daerah Istimewa Aceh; Lhokseumawe Sumatera Selatan; di
4
Plaju, Sungai Gerong, Rimau, Lematang, Pendopo Raja dan Ogan Komering Jambi:
Sorolangun, Jabung, Bangko, dan Tungkal Sumatera Utara: di Pangkalan Branda dan
Tanjung Pura Kalimantan Timur: di Sanga-sanga, Mamburungan, Kutai, dan Mahakam
Kalimantan Tengah: Kembatin Kalimantan Selatan: Tanjung Maluku: di Pulau Seram dan
Pulau Tenggara Papua Barat: di Sorong, Babo (Teluk Bintuni) dan Klamano
3. Batu Bara
Indonesia memiliki 3 persen deposit batubara seluruh dunia. Kandungan deposit terbesar
ada di Sumatera Selatan, lalu di Kalimantan Timur, Papua Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Jambi, Bengkulu dan Riau. Juga terdapat di Sumatera Barat,
Lampung, Kalimantan Barat , Jawa Tengah dan Timur, serta NTB dan Sulawesi Tengah
hanya tidak sebanyak 8 propinsi sebelumnya. Ada perbedaan setiap batubara yang
didasarkan pada derajat dan kualitas batubara, yakni; Gambut; Sering disebut batubara
muda. Gambut merupakan tahap awal pembentukan batubara. Lignite (brown coal);
Batubara ini merupakan tahapan lanjutan pembentukan batubara dengan struktur kekar dan
berlapis. Batubara ini hanya mengeluarkan panas rendah. Sub-Bituminous (Bitumen
menengah); Batubara golongan memiliki warna kehitaman dan sudah mengandung lilin.
Dapat digunakan untuk pembakaran namun menghasilkan karbon cukup tinggi.
Bituminous; Ciri batubara ini padat, hitam, rapuh dengan membentuk bongkah prismatik.
Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan.
Anthracite; Batubara ini berwarna hitam gelap dengan kilap tinggi, keras, dan pecahannya
chocoidal.
Ada puluhan bahkan ratusan jenis barang tambang, baik barang tambang utama
maupun barang tambang ikutannya. Di Indonesia, berdasarkan fungsi, nilai strategis, dan
kelompok regulasinya, barang tambang ini dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu (1)
kelompok minyak dan gas, dan (2) kelompok mineral dan batu bara. Ada berbagai
penggolongan barang tambang, akan tetapi berdasarkan UU No, 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batu Bara, penggolongan bahan galian diatur bedasarkan pada
kelompok usaha pertambangan, sesuai Pasal 4, yaitu:
5
1. Usaha Pertambangan dikelompokan atas:
a. Pertambangan mineral;
b. Pertambangan batubara.
2. Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digolongkan atas:
d. Pertambangan batuan.
Seluruh jenis barang tambang termasuk dalam sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Artinya, jumlah barang tambang di muka bumi ini adalah tetap dan tidak
mungkin bertambah. Potensi atau cadangan bahan tambang yang ada pun tidak semua bisa
digali. Terutama yang berada dilokasilokasi terlarang seperti Taman Nasional, Cagar Alam
atau Cagar Budaya. Potensinya bahan tambang telah teridentifikasi melalui foto satelit dan
peta geologi, tinggal membuktikan keekonomiannya, atau sering disebut cadangan proven
(terbukti)dan unproven (belum terbukti). Melalui tahap penyidikan dan eksplorasi baru
dapat ditentukan nilai ekonomi bahan tambang dan lokasi penggalian. Hanya tinggal
sedikit saja bahan tambang yang mungkin belum ditemukan, termasuk dalam laut.
Jika cadangan yang ditemukan baik yang terbukti dan belum terbukti sudah habis,
kemungkinannya sangat kecil akan ditemukan sumber cadangan baru, karena untuk
mendapatkan kembali potensi mineral, batubara dan migas dibutuhkan ratusan hingga
ribuan tahun proses alami dan geologis Tak bisa dipungkiri pembangunan tetap akan
berlangsung, dan juga gaya hidup manusia masih akan terus mendorong konsumsi bahan
tambang, oleh sebab itu sudah selayaknya mulai mengedepankan teknologi dan inovasi
yang tak boros menggunakan bahan tambang, dan melakukan upaya pemanfaatan ulang
hasil bahan tambang atau daur ulang.
6
Daur ulang memang bukan satu-satunya opsi guna mengurangi produksi penggalian
bahan tambang. Setidaknya persoalan pembongkaran kawasan hutan dan tanah,
penggusuran pemukiman dan lahan pertanian dan lain-lain, tidak terus menerus
berlangsung hanya untuk mendapatkan bahan tambang. Daur ulang bisa dilakukan pada
barang tambang yang tidak habis dalam pemanfaatan, seperti besi, tembaga, emas, dan
berbagai jenis logam lainnya. Berbeda dengan bahan bakar fosil (minyak, gas dan batu
bara) serta batuan (marmer, karst, kapur, dan sebagainya) yang habis atau rusak dalam
pemakaian dan tidak mungkin dimanfaatkan ulang.
“Seluruh jenis barang tambang termasuk dalam sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Artinya, jumlah barang tambang di muka bumi ini adalah tetap dan tidak
mungkin bertambah”
suatu kegiatan penggalian bahan galian seperti batubara, ore (bijih), batu dan
sebagainya di mana para pekerja berhubungan langsung dengan udara luar.dan
iklim. Tambang terbuka (open pit mining) juga disebut dengan open cut mining; adalah
metoda penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit yang ada pada suatu
batuan yang berada atau dekat dengan permukaan.
Metode ini cocok dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang
memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah. Walaupun “stripping” dan
“quarrying” termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining biasanya dipakai
untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi non-
metallic minerals seperti dimension stone, rock aggregates, dll. Kegiatan penambangan ini
terkadang berada di bawah permukaan tanah, bahkan kedalamannya dapat mencapai
ratusan meter seperti pada tambang terbuka tembaga (copper mine) di Bingham Canyon
Utah (USA).
7
hanya perlu dipertanyakan tentang “economic cut off limitnya”, hingga dimungkinkan
adanya perubahan metoda penambangan ke arah underground (tambang bawah tanah) bila
penyebaran endapan mineral dapat menjamin.
Ada kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan pemilihan
apakah suatu cadangan (lapisan batubara) akan ditambang dengan metoda tambang terbuka
atau tambang dalam yaitu dengan membandingkan besarnya nilai tanah penutup (waste)
yang harus digali dengan volume atau tonase batubara yang dapat
ditambang. Perbandingan ini dikenal dengan istilah “stripping ratio”. Apabila nilai
perbandingan ini (stripping ratio) masih dalam batas-batas keuntungan, maka
metoda tambang terbuka dianggap masih ekonomis. Sebaliknya apabila nilainya di luar
batas keuntungan, maka metoda penambangan tambang dalam yang dipilih.
1. Produksi tinggi
2. Konsentrasi operasi (kegiatan) tinggi
3. Ongkos operasi per ton bijih yang ditambang rendah
4. Kegiatan eksplorasi dan keadaan geologi lebih mudah
5. Leluasa dalam pemilihan alat gali/muat
6. Recovery tinggi
7. Perencanaan lebih sederhana
8. Kondisi kerja lebih baik /karena berhubungan dengan udara luar
9. Relatip lebih aman
10. Pemakaian bahan peledak leluasa dan effisien
8
Untuk dapat menentukan metoda penambangan apa yang cocok untuk diterapkan
maka perlu untuk membandingkan efisiensi ekonomi dari open mining dan underground
mining , terkecuali keuntungan dari salah satu metode sudah terlihat jelas.
Karakteristik dasar yang digunakan dalam evaluasi ekonomi dari tambang terbuka
adalah “stripping ratio” , yaitu besarnya volume dari over burden yang digali per unit ore
yang diperoleh.
Dalam penambangan open pit , perlu dihitung ongkos untuk pembuangan waste over
burden dan waste dari country rock.
1. overburden cover
2. waste (country rock)
3. ore body
Perbandingan antara waste dan ore oleh karenanya merupakan faktor kontrol dalam
membandingkan ongkos penambangan ore berdasar open pit dengan metode underground.
9
a. Semakin berkurangnya deposit (cebakan) berkadar tinggi pada atau dekat
permukaanuntuk ditambang. Dengan kata lain bertambahnya kedalaman
deposit akan menyulitkan bila ditambang dengan sistim tambang terbuka
karena setiap tambang terbuka dibatasi oleh besaran Stripping Ratio.
b. Berkurangnya mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka apabila
penambangan semakin dalam.
c. Pengetatan dan pembatasan mengenai masalah-masalah lingkungan, dimana
tambang terbuka akan memberikan dampak lingkungan yang lebih besar
dibandingkan tambang bawah tanah.
d. Pengembangkan teknologi baru dalam peralatan Tambang Bawah Tanah,
khususnya dalam hal teknik penggalian dan peralatan penambangan yang
kontinyu, serta sistim konstruksi penyangga dan perkuatan yang semakin baik.
o Keunggulan Dan Kelemahan Tambang Bawah Tanah Secara Umum
Keunggulan tambang bawah tanah
a. Tidak terpengaruh cuaca karena bekerja dibawah permukaan tanah
b. Kedalaman penggalian hampir tak terbatas karena tidak berkait dengan SR
c. Secara umum beberapa metode tambang bawah tanah lebih ramah lingkungan (misal:
cut and fill, shrinkage stoping, stope and pillar)
d. Dapat menambang deposit dengan model yang tidak beraturan
e. Bekas penggalian dapat ditimbun dengan tailing dan waste.
Kelemahan tambang bawah tanah
a. Perlu penerangan
b. Semakin dalam penggalian maka resiko ambrukan semakin besar
c. Produksi relatif lebih kecil dibandingkan tambang terbuka
d. Problem ventilasi, bahan peledak harus yang permissible explossive, debu, gas-gas
beracun.
e. Masalah safety dan kecelakaan kerja menjadi kendala
f. Mining recovery umumnya lebih kecil
g. Losses dan dilusi umumnya lebih susah dikontrol
o Ruang Lingkup Bawah Tanah
Jenis-jenis pekerjaan pada tambang bawah anah antara lain:
10
1. Penyiapan sarana dan prasarana di permukaan
2. Penyiapan sarana dan pekerjaan bawah tanah, meliputi
a. pembuatan jalan masuk utama (main acces pada primary development)
b. pembuatan lubang-lubang sekunder dan tersier (secondary development dan
tertiary development)
3. Kegiatan eksploitasi: breaking (loosening) dengan pemboran dan peledakan, pemuatan
(loading), pengangkutan (hauling, tranporting)
4. Penanganan dan operasi pendukung: penyanggaan, penerangan, ventilasi, penirisan,
keselamatan kerja, dll
1. Tahap Eksplorasi
Berjalan atau tidaknya sebuah proyek pertambangan, hanya dapat ditentukan jika
tersedia informasi yang memadai mengenai ketersediaan dan nilai deposit barang tambang
yang diharapkan. Pada tahap eksplorasi inilah dilakukan aktivitas proses survey dan
pengambilan data lapangan. Aktivitas yang umumnya dilakukan antara lain pembukaan /
pembersihan vegetasi pada sebuah areal, baik sebagai jalur akses peralatan berat dan
personil pelaku survey maupun sebagai areal uji dan akomodasi lapangan. Pengambilan
data deposit dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pengeboran, penggalian hingga uji
seismik menggunakan bahan peledak.
11
Berbagai aktivitas ini dilakukan untuk menyediakan data mengenai lokasi dan
sebaran barang tambang, posisi deposit secara geologis, jumlah deposit, serta berbagai
informasi lain yang dibutuhkan. Berbagai informasi ini kemudian akan diolah menjadi
sebuah perhitungan untung-rugi dan layak-tidaknya proyek penambangan dilakukan pada
sebuah lokasi. Dengan kata lain, tahap eksplorasi adalah tahap untuk menentukan
kelayakan atau nilai keekonomian sebuah lokasi tambang untuk dieksploitasi.
Dalam tahap eksplorasi selain syarat-syarat administrasi yang ditentukan dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 2012 tentang perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara, yang merupakan turunan UU No. 4 tahun 2009, juga ada ketentuan atau syarat
lain yang harus dipenuhi, seperti izin pinjam pakai kawasan hutan jika berada dalam
kawasan hutan, izin lingkungan atau AMDAL dan lain-lain yang sesuai dengan peraturan
perundangan yang terkait.
2. Tahap Pembangunan / Konstruksi
Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap eksplorasi. Jika perhitungan yang dihasilkan dari
informasi hasil eksplorasi menunjukan bahwa terdapat cukup barang tambang pada kadar
yang memadai, serta berbagai faktor lainnya mendukung, maka sebuah proyek
pertambangan akan dimulai. Pada tahap ini terdapat beberapa komponen pendukung
operasi yang harus dibangun terlebih dahulu sebelum eksploitasi barang tambang
dilakukan.
Komponen Pembangunan Jalur Akses
Lokasi penambangan umumnya berada di daerah terpencil, atau setidaknya berada pada
lokasi dengan akses yang sulit. Itu sebabnya, penyediaan jalur akses merupakan komponen
yang sangat strategis. Jalur akses ini akan menjadi jalur mobilisasi dan demobilisasi
peralatan, personel, serta kendaraan pengangkut hasil tambang.
Operasi penambangan seringkali membutuhkan jalur akses yang memadai dan aman
untuk lalu lintas personel, kendaraan dan peralatan berat. Itu sebabnya dibutuhkan jalur
akses yang bukan hanya lebar, tetapi juga cenderung landai, dan memiliki kapasitas beban
yang besar.
12
Proses pembuatannya, tentu saja seringkali dilakukan dengan membuka hutan,
memotong dan menguruk (cut and fill) medan yang dilalui, serta melakukan pengerasan
medan sesuai dengan kebutuhan.
Pada hampir semua pertambangan, barang tambang terletak di bawah lapisan tanah
atau batuan. Lapisan inilah yang disebut sebagai lapisan overburden. Lapisan ini biasanya
akan dikupas atau di bongkar sebelum barang tambang dibawahnya dikeruk. Volume
lapisan tanah atau batuan dipermukaan tanah ini sangat besar.
Sebagai gambaran, jika lapisan ini hanya setebal 1 meter, maka pada areal tambang
seluas 1 hektar saja, akan terdapat 10 ribu meter kubik material overburden. Ini setara
dengan muatan 500 unit dump truck kapasitas 20 m3. Kenyataannya, sebuah areal tambang
batu bara bisa mencapai luasan lebih dari 1000 hektar, dengan ketebalan lapisan
overburden yang dapat mencapai 7 meter.
13
Selain material overburden, proses pemurnian barang tambang juga menghasilkan
limbah material dalam jumlah besar. Sebagai gambaran, jika kadar besi pada sebuah bahan
pasir besi mencapai 50% (ini angka yang tergolong besar, umumnya berkisar antara 20 –
40 %) maka jika di produksi 1 ton besi, maka akan dihasilkan pula sekurangnya 1 ton
limbah pasir.
Material overburden dan limbah proses pemurnian ini pasti diproduksi oleh sebuah
proyek penambangan. Seringkali material ini tercemar bahan beracun pada tingkat yang
berbahaya. Padahal material overburden ini seharusnya menjadi salah satu material yang
digunakan untuk mereklamasi lahan bekas tambang. Bukan itu saja, tumpukan material ini
seringkali tererosi oleh air hujan sehingga memasuki sungai. Sebagai akibatnya sungai
akan menjadi sangat keruh dan terjadi pendangkalan. Tidak jarang menjadi dangkal atau
bahkan berubah alirannya.
Tahap berikutnya adalah tahap pengambilan barang tambang, atau sering disebut
ekstraksi barang tambang. Pada tahap ini, biasanya lapisan permukaan tanah (overburden)
yang menutupi posisi barang tambang telah dibersihkan. Peralatan penggali dan pengeruk
akan mulai bekerja hampir sepanjang waktu. Truk pengangkut hasil tambang berukuran
besar juga akan hilir mudik mengangkut hasil tambang ke lokasi pengolahan atau
penimbunan sementara - stockpile.
Aktivitas ini biasanya menimbulkan dampak berupa emisi hasil pembakaran mesin
dan lepasnya partikel debu ke udara dalam jumlah yang besar dari hilir mudik kendaraan
operasional dan debu stockpile. Pada aktivitas ini juga menimbulkan pencemaran air
bawah tanah dan sungai oleh Acid Rock Drainage (ARD) atau dikenal dengan istilah Air
Asam Tambang (ATT) yang merembes kedalam bawah tanah dan sungai. ATT terjadi
akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang terkandung
dalam batuan yang terpapar selama operasi penggalian/ektraksi.
14
Sangat jarang ada barang tambang yang berada di muka bumi dalam bentuk murni.
Umumnya barang tambang mineral selalu ditemukan bersama berbagai mineral yang lain.
Emas misalnya, sering ditemukan bersama tembaga. Bijih besi sering ditemukan bersama
berbagai jenis logam tanah jarang seperti Rhodium. Itulah sebabnya dibutuhkan
pengolahan lebih lanjut. Umumnya dikenal istilah barang tambang utama / primer serta
barang tambang ikutan (sekunder) yang bisa lebih dari satu jenis komoditas tambang.
Selain untuk memisahkan barang tambang utama dengan barang tambang ikutannya,
proses pemurnian atau pemisahan ini juga dimaksudkan untuk menghilangkan barang
pengotor seperti batuan dan material lain yang dianggap tidak bernilai. Istilah yang umum
digunakan untuk proses ini adalah benefisiasi.
Pengolahan ini akan dilakukan setelah barang tambang diambil dari bumi.
Lokasinya dapat saja berada dekat dengan lokasi penambangan, atau justru jauh dari lokasi
penambangan. Proses ini bisa melibatkan prosesfisika biasa atau seringkali melibatkan
proses kimia yang menggunakan berbagai jenis bahan yang berbahaya bagi lingkungan.
Salah satu contoh bahan yang biasa digunakan dalam pengolahan emas adalah air raksa
(merkury) atau sianida. Sebagai hasil dari proses ini adalah barang tambang primer,
sekunder dan limbah sisa yang bercampur dengan berbagai residu bahan yang digunakan
dalam proses benefisiasi ini. Material limbah inilah yang disebut sebagai material tailing.
Material tailing adalah limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan maupun
manusia. Selain karena jumlahnya yang sangat besar, material buangan ini juga seringkali
mengandung berbagai racun yang berbahaya.
Pembuangan Tailing
15
Tailing adalah isu penting pada sebuah pertambangan. Luas areal kerusakan yang
dihasilkan oleh material ini bisa sama atau bahkan lebih besar daripada lokasi
penambangannya. Oleh sebab itu, aspek bagaimana jutaan metrik ton bahan berbahaya dan
seringkali beracun ini dikelola, dapat mempengaruhi ribuan hektar lahan disekitarnya.
Lokasi yang ditinggalkan adalah lokasi yang sangat berbahaya dan umumnya
dalam kondisi rusak parah dan sulit di manfaatkan. Oleh sebab itu, setiap perusahaan
tambang diwajibkan untuk memulihkan kondisi lahan yang telah dirusaknya untuk kembali
seperti sedia kala.
Pada saat operasi penambangan ditutup, setiap bangunan, mesin dan sebagainya
harus dibongkar untuk mengembalikan lingkungan tambang tersebut seperti sediakala.
Secara teknis, instalasi yang dapat dimanfaatkan ulang dan masih bernilai akan dibongkar
atau dipindahkan. Mesin-mesin dan material berbasis logam biasanya akan dimanfaatkan
kembali atau setidaknya akan dibesituakan.
Demikian juga dengan kondisi bentang alamnya. Kondisi lahan bekas tambang
harus dipulihkan seperti sedia kala. Hal ini mencakup kondisi tanah, tanaman dan
tumbuhan, termasuk didalamnya kondisi sungai, hewan, dan sebagainya. Areal
penambangan, areal penimbunan overburden dan tailing, sampai areal akomodasi harus
16
bisa dipulihkan seperti semula. Perusahaan tambang tidak boleh meninggalkan lokasi
tambang dalam keadaan rusak, apapun alasannya.
Kegiatan pemulihan lingkungan ini secara umum disebut sebagai kegiatan restorasi
atau rehabilitasi lingkungan. Inti dari kegiatan ini adalah pemulihan kondisi dan fungsi
lingkungan seperti semula. Lubang-lubang bekas tambang harus ditimbun dan dipulihkan
(reklamasi). Tanaman asli harus dikembalikan. Sampah dan limbah harus selesai diolah
atau ditangani agar tidak membahayakan lingkungan. Termasuk didalamnya adalah
pembersihan lingkungan dari cemaran material beracun.
Restorasi lingkungan pada sebuah areal bekas penambangan tidak dapat dilakukan
seketika pada saat operasi penambangan dihentikan. Kegiatan ini harus persiapkan sejak
awal proses penambangan. Bahkan sudah harus dilakukan pada saat eksplorasi, terutama
pada titik-titik lokasi eksplorasi yang tidak dilanjutkan pada tahap eksploitasi.
Sebagai contoh, material overburden atau lapisan penutup tanah permukaan asli,
tidak boleh dibuang begitu saja. Material ini harus ditempatkan pada zona penampungan,
untuk digunakan sebagai salah satu material penutup pada saat restorasi dilakukan.
17
(Jamrek). Sehingga, seharusnya perusahaan pertambangan melakukan reklamasi secara
paralel pada saat operasi produksi.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Manusia yang hidup saat ini membutuhkan ribuan jenis bahan dalam kehidupannya.
Sekian banyak bahan tersebut sebenarnya hanya berada dari dua sumber : (1) bahan yang
diperoleh dari permukaan tanah atau harus di tanam dan (2) bahan yang diperoleh dari
bawah tanah atau harus digali terlebih dahulu. Jenis barang tambang terbagi menjadi
beberapa yaitu emas dan perak, minyak bumi, dan batu bara. Metode yang digunakan yaitu
tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Kemudian ada beberapa tahapan
pertambangan.
3.2 Saran
Melalui makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca untuk mengaplikasikan apa
yang telah dibahas didalam makalah ini yang mungkin dapat mendorong untuk melakukan
penambangan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
19
ESDM. 2012. Kajian Analisis Isu-Isu Pertambangan. Pusat Data dan Informasi Energi dan
Sumber Daya Mineral. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
Jakarta. Indonesia.
Sitinjak, P. 2013. Peran Tambang bagi Indonesia. Artikel dalam Warta Minerba Edisi XVI
tahun 2013. Kementerian ESDM RI, Dirjen Mineral dan Batu Bara. Jakarta.
ESDM http://esdm.go.id/berita/37-umum/2059kilas-balik-sejarah-pertambangan-dan-energi-
diindonesia.html
https://kupdf.net/download/tambang-
bawahtanah_59b938ad08bbc5ec30894ca6_pdf diakses pada tanggal 18
Oktober 2018 pukul 18:45 WIB
20