Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMBANGAN

TENTANG ;
ISU LINGKUNGAN PERTAMBANGAN DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN
DAN
MACAM-MACAM METODE PENAMBANGAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA :
NURFIEKA HERMAWAN 114160004
ERMINA PRADIPTA DARMASTUTI 114160028
NADYA ELSA RATNANDAR PUTRI 114160029
FITRI ADIFA 114160042
AKRIM AISANI 114160065
MUHAMMAD BEKTI APRIYANTO 114160072

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia
serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan lancar.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan,
kritik, dan saran.Tak lupa kami juga berterimakasih kepada rekan-rekan serta semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat membantu
menambah ilmu kepada pembaca.

Yogyakarta, 9 Februari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam sehingga sejak
dahulu kala negeri ini dijajah oleh kaum asing yang rakus dan ingin mengambil hasil
buminya. Meski telah merdeka selama 70 tahun, Indonesia masih saja dijajah oleh negara
asing yang berusaha menguasai hasil bumi Indonesia, seperti PT. Freeport yang telah
berdiri sejak era orde baru. PT. Freeport Indonesia (PTFI) adalah sebuah perusahaan
pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold
Inc.
Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan
perusahaan penghasil konstentrat emas dan tembaga terbesar di dunia melalui tambang
Grasberg.Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-
masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan
Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Dalam melakukan eksplorasi di dua
tempat tersebut PTFI melakukan perjanjian kontrak sebanyak dua kali dengan pemerintah
Indonesia. Berkembangnya industri penambangan PTFI ini semakin melejit setelah
ditemukannya cadangan – cadangan bijih baru kelas dunia seperti Grasberg oleh para
geologis. Adapun bahan-bahan tambang yang dihasilkan oleh PT. Freeport Indonesia
yaitu tembaga, emas, silver, molibdenum, dan Rhenium. Atas aktivitas pertambangannya,
PTFI telah menjadi perusahaan tambang emas terbesar di dunia. Aktivitas pertambangan
PTFI menimbulkan pro kontra di negara ini, sebab selain menyediakan lapangan
pekerjaan yang luas bagi warga negara Indonesia dan sumber pemasukan devisa negara
yang besar, aktivitas pertambangan mereka telah merusak ribuan hektar hutan dan
mencemari sungai di sekitar lokasi tambang. Isu ini selama beberapa tahun menjadi
sangat hangat dan ramai diperbincangkan oleh khalayak umum, pemerintah dituntut
untuk segera mengambil tindakan untuk menanggulangi kasus ini sehingga dampak
buruk dapat diminimalisir.
Kegiatan penambangan biasanya dilakukan dengan beberapa metode yang mana
metode ini sangat berperan penting dalam menentukan jenis teknologi dan limbah seperti
apa yang akan dihasilkan, hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap pengolahan limbah
yang akan digunakan dari perusahaan itu sendiri, dimana penentuan metode yang tepat
dipengaruhi beberapa faktor yang akan kami bahas pada makalah ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penggolongan Hasil Tambang


Dalam penggolongan hasil tambang, Ngadiran (dalam Sulton 2011) menjelaskan
bahwa izin usaha pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan bahan galian tambang
yang bersifat ekstraktif seperti bahan galian tambang golongan A, golongan B, maupun
golongan C. Ada banyak jenis sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi
Indonesia.
Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1.) Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas : minyak bumi, aspal, antrasit, batu bara,
batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas alam, lilin
bumi, radium, thorium, uranium, dan bahan-bahan galian radio aktif lainnya (antara
lain kobalt, nikel dan timah);
2.) Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin, bauksit,
besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik, rhutenium, seng,
tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram, dan bahan-bahan logam langka
lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit,
kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom); dan
3.) Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil. Bahan ini
merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua macam
yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk secara
langsung oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya
(KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual. Kegiatan
penambangan oleh badan usaha biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi
yang lebih canggih sehingga hasil yang diharapkan lebih banyak dengan alokasi waktu
yang lebih efisien, sedangkan penambangan rakyat merupakan aktivitas penambangan
dengan menggunakan alat-alat sederhana.

B. Dampak Pembangunan
Kegiatan pertambangan pada dasarnya merupakan proses pengalihan
sumberdaya alam menjadi modal nyata ekonomi bagi negara dan selanjutnya
menjadi modal social. Modal yang dihasilkan diharapkan mampu meningkatkan nilai
kualitas insan bangsa untuk menghadapi hari depannya secara mandiri. Dalam
proses pengalihan tersebut perlu memperhatikan interaksi antara faktor sosial,
ekonomi, dan lingkungan hidup sehingga dampak yang terjadi dapat diketahui sedini
mungkin. Menurut Salim (2007) dalam Ali Sulton (2011) setiap kegiatan
pembangunan dibidang pertambangan pasti menimbulkan dampak positif maupun
dampak negatif.
Dampak positif dari kegiatan pembangunan di bidang pertambangan adalah:
1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional;
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang;
4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang;
5. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang;
6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang; dan
7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.
Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah:
1. Kehancuran lingkungan hidup;
2. Penderitaan masyarakat adat;
3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal;
4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan;
5. Kehancuran ekologi pulau-pulau; dan
6. Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan

C. Sistem Penambangan
Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3,yaitu :
1. Tambang terbuka (surface mining) adalah adalah metode penambangan yang segala
kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan dengan syarat
- Relatif dekat dengan permukaan bumi ( dangkal hingga sedang)
- Bentuk endapan umumnya tabular
- Ukuran endapan tebal
- Memiliki OB yang tipis
- Stabilitas bukaan tinggi
- Kadar bijih rendah
- Open pit/ Open cut berlaku untuk endapan bijih logam, Quarry berlaku untuk
endapan mineral industry atau bahan bangunan dan Stripping/ Open cast Mine
berlaku untuk endapan yang letaknya relatif mendatar
2. Tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode penambangan yang segala
kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan dengan syarat
- Relatif di bawah permukaan bumi dan tidak langsung berhubungan dengan udara
luar ( dangkal hingga sedang)
- Kekuatan bijih lemah hingga sedang
- Ukuran endapan tipis hingga tebal
- Kadar bijih sedang
- Terikat oleh regulasi contohnya larangan penambangan di hutan lindung
- Khusus batubara menggunkan Long Wall method dan Room & Pillar method
- Khusus endapan mengunakan Open stope method (gophering,shrinkage stoping,
sublevel stoping), Supported method ( cut and fill, stull stoping, square setting,
shrink & fill stoping), dan Caving method (block caving, sublevel caving,top
slicing)
3. Tambang bawah air (underwater mining) adalah metode penambangan yang kegiatan
penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air atau endapan mineral berharganya
terletak dibawah permukaan air ( sungai, danau, pantai dan laut dalam )
- Pada daerah dangkal menggunakan : bucket dredging, suction dredging, grab
dredging, dan mobile platform
- Pada daerah tambang laut dalam menggunakan : sistem hydraulic, sistem CLB
(continuous line bucket), dan sistem modular

D. Pemilihan metode penambangan


Pemilihan metode penambangan ini dilakukan berdasarkan pada keuntungan
terbesar yang akan diperoleh, tidak hanya berdasarkan letak dangkal keuntungan terbesar,
atau dalamnya suatu endapan, serta dapat memperoleh tambang yang terbaik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tersebut adalah :
1. Karakteristik spasial dari endapan merupakan faktor dominan, hal ini di sebabkan
karena faktor ini dapat menentukan pemilihan metode penambangn, faktor ini
meliputi; ukuran, bentuk, orientasi
2. Kondisi geologi dan hidrogeologi karakteristik geologi juga menentukan pemilihan
metode penambangan, terutama dalam pemilihan metode penambangan antara metode
selektif dan nonselektif Sedangkan hidrologi, berdampak pada kebutuhan penyaliran
serta pemipaan.
3. Sifat-sifat geoteknik faktor iniakan mempengaruhi pemilihan peralatan pada system
penambangan terbuka dan pemilihan kelas metode dalam sistem tambang bawah
(swasangga, berpenyangga atau ambrukan)
4. Konsiderasi ekonomi berpengaruh terhadap hasil, investasi, kas.
5. Faktor teknologi digunakan untuk menetukan mana metode penambangan yang paling
diinginkan.
6. Faktor lingkungan yang dimaksud tidak hanya lingkungan fisik saja, tetapi juga
meliputi lingkungan sosial-politik-ekonomi.
BAB III
ANALISIS

A. Dampak Kegiatan Pertambangan


 Dampak lingkungan pada dataran tinggi
- Menerapkan sistem high grading
Batu tambang yang mengandung tembaga dengan kadar sedang kadang dibuang
sebagai batuan limbah karena kapasitas pertambangan yang terbatas lebih
diutamakan untuk memproses hasil tambang yang kadarnya lebih tinggi. Pada
tahun 1996 dilaporkan bahwa Freeport menetapkan ambang batas kadar bijih
logam untuk diproses yang sangat tinggi yaitu 0,85% tembaga, yang dilaporkan
sebagai nilai yang paling tinggi diantara tambang tembaga di seluruh dunia. Hal
ini lemah terhadap Lingkungan dan sumber daya alam dengan membiarkan
besarnya jumlah tembaga yang terbuang mengingat pencemaran lingkungan
dari tembaga yang luruh dari batuan limbah dan tailings dan banyaknya bahan
bakar diesel yang digunakan (kira-kira 360 juta liter per tahun) untuk
pembongkaran dan pengangkutan batu di Freeport.
- Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage –ARD)
Tembaga yang ditambang oleh Freeport-Rio Tinto mengandung metal sulfida,
terutama pyrite dan chalcopyrite. Chalcopyrite paling banyak terdapat dalam
proses penambangan tembaga di pertambangan Grasberg. Mineral yang juga
terkandung dalam buangan sulfur ini adalah besi dan tembaga, dan sejumlah
kecil logam berat lainnya. Sulfida sebenarnya stabil jika di dalam bebatuan di
bawah tanah, tapi ketika bebatuan digali, dihancurkan dan diuraikan dalam
elemen-elemennya, dia menjadi tidak stabil dan terurai menjadi elemen yang
berbahaya bagi lingkungan yang disebut Air Asam Batuan (Acid Rock
Drainage - ARD). Terbukanya dinding lubang pertambangan, penggalian bawah
tanah, pembuangan batuan sisa tambang dan tailings semuanya dapat menjadi
sumber ARD jika mengandung mineral sulfida. ARD dapat mencemari air
permukaan dan airtanah di sekitar pertambangan
- Erosi dan Runtuhnya Timbunan Batuan Limbah
Timbunan batuan limbah saat ini sudah lebih dari 1,5 milyar ton pecahan batu
dan akan bertambah menjadi sekitar 3 milyar ton. Timbunan ini sangat rawan
terhadap erosi dengan curah hujan sekitar 4.000-5.000 mm yang turun setiap
tahun di lokasi tambang. Erosi dari timbunan limbah batuan ini memperparah
muatan tailings yang sudah bersedimen tinngi masuk ke dalam aliran sungai.
- Risiko Toksisitas Bahan Kimia Penggilingan dan Pengambangan
Proses ekstrasi emas dan tembaga yang dilakukan Freeport memakai bahan
kimia berikut ini, yang dalam proporsi tertentu bisa terbuang ke lingkungan
sekitar bersama dengan tailings dari lokasi pertambangan dan di Pelabuhan
Amamapare selama proses peningkatan konsentrasi mineral: SIBX (Sodium
Isobutyl Xanthate), Oreprep OTX-140, Hyperfloc A-237 (Anionic
Polyacrylamide), Cytec S-7249 (41% Sodium Diisobutyl Dithiophosphate),
Isobutyl Alcohol. Penduduk sekitar tepi sungai Amungme, Desa Banti dan Waa
mengeluh karena bau yang tidak sedap dari tailings melewati Sungai
Aghawagon, yang diasumsikan berasal dari satu atau beberapa bahan kimia.
- Penghancuran lingkungan alpen dan situs keramat
Wilayah dataran tinggi sangat penting artinya bagi pemilik tanah tradisional
Amungme, baik secara praktis maupun spiritual. Sebagian besar daerah tersebut
sekarang dihancurkan atau benar-benar diasingkan dari penggunaan oleh suku-
suku secara tradisional. Total wilayah dataran tinggi yang termasuk daerah
pertambangan Grasberg dan wilayah pembuangan batuan limbah adalah 12
km2. Situs suci yang penting bagi suku amungme telah dihancurkan, seperti
Danau Wanagon yang sekarang benar-benar hilang dibawah timbunan batuan
limbah Lembah Wanagon.
 Dampak lingkungan pada dataran rendah
Daerah dataran rendah yang diperuntukkan sebagai tempat pembuangan tailing
tersebut disebut Ajkwa Deposition Area (ADA). Untuk mencegah agar tailing tidak
mengalir ke sungai-sungai lain di sekitar kawasan tersebut dan untuk membatasi
daerah yang terkena imbas tailing tersebut, maka sepasang tanggul telah dibangun
di bagian timur dan barat dari kanal alami Sungai Ajkwa.
- Penampungan Tailing yang Tidak Layak
Sejak dibangun tanggul pada tahun 1997, sebagian besar tailing memenuhi
daerah diantara tanggul, hal ini mengakibatkan dampak tailings akan terjadi
dalam kawasan 230 km 2 dari area ADA. Namun demikian, hutan dan sungai
yang terletak di luar daerah ADA sesekali mendapat tumpahan tailings karena
timbunan yang meningkat dalam kawasan ADA dan melebihi kapasitas
penampungan tanggul, atau karena adanya kerusakan dan erosi tanggul.
- Penyumbatan Tumbuhan Oleh Tailings
Penimbunan tailings pada komunitas tumbuhan yang sehat bisa merusak
vegetasi melalui proses “penyumbatan ” (tailings menghambat difusi oksigen
kedalam akar tanaman dan menyebabkan tanaman tersebut mati. Bahan-bahan
kimia yang terkandung dalam tailings juga mengganggu proses pertumbuhan
tanaman , namun demikian, proses penyumbatan berlangsung begitu cepat
sehingga hal ini dapat dianggap sebagai penyebab utama proses perusakan
hutan alam dalam wilayah ADA.
- Satwa Liar dan Logam Berat
Selain wilayah ADA yang pada akhirnya akan dipenuhi oleh tailings setinggi
beberapa meter, area hutan dan kanal di luar ADA tertutup oleh lapisan tipis
tailings ketika tepian sungai Ajkwa runtuh sebelum dibangun sistem tanggul
pada tahun 1997. Peningkatan logam berat yang diakibatkan oleh tailings dalam
area tersebut memiliki potensi risiko terhadap kehidupan satwa liar. Berbagai
hewan dapat terkena dampak paparan langsung terhadap tailings, serta
perusakan dan perubahan habitat yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia
(kandungan logam berat yang tinggi, bahan organik dan nutrisi yang rendah)
dan karakteristik fisik dari tailings (ukuran partikel, masalah retensi air), dan
proses pengendapan.

B. Dampak Sosial-Ekonomi
Kedatangan PT. Freeport Indonesia di Mimika, Papua telah membawa
perubahan yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat Papua pada umumnya dan
masyarakat suku Kamoro pada khususnya. PT. Freeport telah menimbulkan
kesenjangan sosial dikarenakan Freeport gagal dalam menepati janji untuk
mensejahterakan hidup masyarakat Suku Kamoro dan Suku Amungme, (yang
merupakan penduduk asli Papua dimana perusahaan ini melakukan
penambangan).Menurut data Freeport tahun 2005, hanya 20% dari tenaga kerja
tambang yang berasal dari Papua. Kebanyakan dari mereka bukan merupakan suku
asli pemilik tanah dataran tinggi (Suku Amungme) dan dataran rendah (Suku Kamoro)
sekitar situs tambang. Kamoro adalah suku yang kebanyakan bermata pencaharian
sebagai nelayan. Dikarenakan lingkungan dataran rendah yang menjadi tempat
masyarakat Suku Kamoro mencari ikan, molusca dan tambelo telah tercemar maka
masyarakat beralih mata pencaharian dengan berusaha untuk mencari sumber
pendapatan lain. Masyarakat Suku Kamoro berusaha mencari sumber pendapatan lain
dengan mencari tempat lain yang letaknya lebih tinggi untuk bertani dan beralih cara
bercocok tanam.

C. Upaya Penanganan Limbah PTFI


Sesuai dengan maksud dari strategi pengelolaan kualitas lingkungan ada cara
untuk menentukan kualitas lingkungan yang lebih baik, maka ada 5 cara yang dapat
dilakukan (Listiatoko, 2012):
1. Tata Letak Lokasi Dilihat dari lokasi penambangan utama PT. Freeport Indonesia
Blok A Grassberg yang berada di ketinggian 4200 m di permukaan laut. Lokasi
penambangan PT. Freeport Indonesia adalah berupa gunung cadas yang kaya akan
mineral tambang. Lokasi penambangan ini tentu saja merupakan kawasan yang
ditopang oleh ekosistem di bawahnya. Jadi, apabila kawasan ini terganggu maka
akan merusak keseimbangan ekosistem yang berada di bawahnya. Jadi seharusnya,
apabila akan dilakukan penambangan di lokasi penambangan PT. Freeport
Indonesia yang sekarang maka harus dilakukan studi mengenai dampak kerusakan
lingkungan yang akan terjadi yang dilakukan secara komprehensif dan mendalam.
Jelas, hal ini tidak dilakukan oleh PT. Freeport maupun oleh Pemerintah Indonesia
yang dalam hal ini sebagai pemilik wilayah.
2. Teknologi; Menerapkan Teknologi Bersih Tentu sangat sulit menerapkan teknologi
bersih dalam kasus PT. Freeport. Karena untuk menghasilkan 1 gram emas di
Grassberg, yang merupakan wilayah paling produktif, dihasilkan kurang lebih 1.73
ton limbah batuan dan 650 kg tailing. Bisa dibayangkan, jika Grasberg mampu
menghasilkan 234 kg emas setiap hari, maka akan dihasilkan kurang lebih 15 ribu
ton tailing per hari. Jika dihitung dalam waktu satu tahun mencapai lebih dari 55
juta ton tailing dari satu lokasi saja. Sejak tahun 1995, jumlah batuan limbah yang
telah dibuang sebanyak 420 juta ton. Di akhir masa tambang, jumlah total limbah
batuan adalah 4 milyar ton. Di akhir masa tambang ketinggian tumpukan limbah
batuan adalah 500 meter. Diperkirakan, tambang Grasberg harus membuang 2,8
milyar ton batuan penutup hingga penambangan berakhir tahun 2041. Melakukan
efisiensi konversi bahan dalam kegiatan pertambangan merupakan hal yang hamper
mustahil dilakukan karena pada dasarnya, kegiatan pertambangan adalah kegiatan
eksploitasi sumber daya alam besar-besaran. Dalam kasus PT. Freeport, yang dapat
dilakukan hanyalah meyimpan lapisan tanah atas (top soil) hasil pengupasan yang
dilakukan untuk mendapatkan mineral tambang di bawahnya untuk menutup
kembali dan penghijauan lokasi pertambangan yang sudah tidak produktif lagi
nantinya.
3. Sistem pengelolaan limbah yang dilakukan PT. Freeport Indonesia saat ini adalah
limbah batuan akan disimpan pada ketinggian 4200 m di sekitar Grassberg. Total
ketinggian limbah batuan akan mencapai lebih dari 200 meter pada tahun 2025.
Sementara limbah tambang secara sengaja dan terbuka akan dibuang ke Sungai
Ajkwa yang dengan tegas disebutkan sebagai wilayah penempatan tailing sebelum
mengalir ke laut Arafura. Tempat penyimpanan limbah batuan dilakukan di Danau
Wanagon.Danau Wanagon bukanlah danau seperti dalam bayangan
umum.Wanagon lebih tepat disebut basin (kubangan air besar) yang terbentuk dari
air hujan.Sejak PT. Freeport Indonesia (FI) menambang mineral di Grasberg tahun
1992, Wanagon dipilih sebagai lokasi pembuangan batuan penutup (overburden)
yang menutupi mineralnya (ore).
4. Pengelolaan media lingkungan agar media lingkungan mempunyai daya dukung
lebih tinggi tidak dilakukan oleh PT. Freeport. Penggunaan Sungai Ajkwa sebagai
ADA (Ajkwa Deposition Area) untuk mengalirkan limbah tailing sebelum dialirkan
ke Laut Arafura dan menumpuk limbah batuan (overburden) di Danau Wanagon
adalah contohnya. Tanpa melakukan modifikasi media lingkungan dan bahkan
tanpa pengolahan sedikitpun, PT. Freeport membuang begitu saja limbah-limbah
tersebut.Sekarang, sangat sulit dan hampir tidak mungkin untuk mengembalikan
Sungai Ajkwa dan Danau Wanagon ke fungsi ekologis seperti sediakala. Proses
Sedimentasi yang terjadi di sepanjang DAS Ajkwa dan tumpukan limbah batuan
yang berada di Danau Wanagon suddah terlalu parah. Bahkan, di Danau Wanagon
saat ini yang tersisa hanyalah batuan dan pasir.Tidak tersisa sedikitpun
pemandangan yang menunjukkan kalau tadinya Wanagon adalah suatu tempat yang
mempunyai fungsi ekologis sebagai danau.
5. Perubahan Baku Mutu Demi mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah di
masa datang, sekali lagi Walhi meminta pemerintah untuk melaksanakan
pengambilan sampel secara berkala dan cermat, daripada mengandalkan laporan
dari perusahaan. Pemerintah juga harus menerbitkan semua informasi lingkungan
pada masyarakat sesuai Undang-undang Lingkungan Hidup (1997).Mengkaji ulang
peraturan pajak dan royalti demi meningkatkan keuntungan bagi komunitas yang
terkena dampak, propinsi Papua, demi mengurangi beban kerusakan lingkngan
sejauh ini. Kajian ini kemudian harus digunakan sebagai dasar untuk pembahasan
mengenai masa depan tambang oleh penduduk lokal dan pihak berkepentingan
lainnya.

D. Solusi/Rekomendasi atas Permasalahan Tambang PTFI


1) Bagi Pemerintah
- Pemerintah sebaiknya segera melakukan negosiasi dengan PTFI terkait Kontra
Karya serta mengambil tindakan tegas berupa pengambil alihan tambang PTFI
dan menyerakannya untuk dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan
begitu kepentingan rakyat akan lebih diutamakan terutama dalam pengelolaan
hasil tambang.
- Pemerintah juga perlu memfasilitasi sebuah konsultasi penuh dengan penduduk
asli Papua yang berada di wilayah operasi Freeport dan pihak berkepentingan
lainnya mengenai masa depan pertambangan tersebut serta memetakan dan
mengkaji sejumlah skenario bagi masa depan Freeport, termasuk kemungkinan
penutupan, kapasitas produksi, dan pengolahan limbah.
- Konsep pengembangan berkelanjutan harus dikedepankan oleh pemerintah
dengan memelihara kelestarian lingkungan.
2) Bagi Masyarakat
- Terus mengawasi secara penuh kerja pemerintah dalam usaha mengambil alih
PTFI dan menyerahkannya untuk dikelola BUMN.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis dan kajian dari segi ekologis, sosial-ekonomi, dan hukum
maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas pertambangan PTFI menimbulkan dampak buruk
bukan hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat
Suku Kamoro di Mimika, Papua.
2. Aktivitas pertambangan PTFI tidak memerhatikan nilai ekologis, etika, dan spiritualitas
dimana seharusnya aktivitas pertambangan memerhatikan dampak terhadap lingkungan
dan makhluk hidup serta tuntutan untuk menjaga alam yang adalah anugerah dari Tuhan.
3. Upaya penanganan limbah PT. Freeport difokuskan pada 5 hal yaitu tata letak lokasi,
teknologi yang digunakan, sistem pengolahan limbah, pengelolaan media lingkungan, dan
perubahan baku mutu.

B. Saran
Sesuai dengan hasil pemaparan di atas mengenai dampak buruk aktivitas
pertambangan PT. Freeport pada lingkungan, pemerintah diharapkan dapat melakukan
tindakan tegas untuk menanggulangi kasus ini.Selain itu, masyarakat hendaknya
mendukung pemerintah dalam menghadirkan solusi nyata dalam penanggulangan dampak
buruk terhadap lingkungan akibat aktivitas tambang PTFI.Serta ikut mengawasi
berjalannya kegiatan pertambangan di PTFI.
DAFTAR PUSTAKA

Listiatoko, Ajun, dkk. 2012. Limbah Berbahaya dan Beracun (B3). Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Pramudya, Bob Ilham.2012. Kebobrokan Freeport Pencemaran Lingkungan & Pelanggaran
HAM Perusaan Emas Terbesar di Indonesia.Diunduh dalam
http://www.kompasiana.com/bobobladi/kebobrokan-freeport-
pencemaranlingkunganpelanggaran-ham-perusaan-emas-terbesar-di
indonesia_5519c8bca33311a61bb6595c pada tanggal 01 Juni 2017 pukul 14.08 WIB.
Putri, Sari. 2012. Pengaruh Industri Tambang Batubara terhadap Perkembangan Kota
Sawahlunto (1891-1935).Skripsi S-1 Arkeologi. Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Ratih. 2014. eJournal Hubungan Internasional, 2014, 2, (2): 411-426. Dampak Operasional
PT. Freeport pada Kehidupan Suku Kamoro. Diakses pada tanggal 20 Mei 2017 dalam
http://ejournal.hi.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/06/Ratih%20H%20PDF
%20%2806-03-14-0245-44%29.pdf
Sulton, Ali. 2011. Dampak Aktivitas Pertambangan Bhan Galian Golongan C terhadap
Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa. Diunduh dalam
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/48165 pada tanggal 30 Mei 2017 pukul
09.10 WIB.
Walhi.Dampak Lingkungan Hidup Operasi Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio
Tinto di Papua.Diunduh dalam www.walhi.or.id pada tanggal 01 Juni 2017 pukul 10.29
WIB.

Anda mungkin juga menyukai