Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ENERGI KINETIK (ANGIN DAN AIR)

Disusun oleh :
Kelompok 7
Kelas A/Senin 13.00-14.45 WIB
1. Medy Ismatullah S 114150024
2. Ermina Pradipta D 114160028
3. Ghaisani 1141700
4. Muhammad Fakri 1141700

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keterbatasan energi listrik dan tingginya ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil yang sudah mulai menipis, membuat
pemerintah harus mencari alternatif lain sebagai sumber energi.
Potensi Sumber Daya Alam yang berlimpah, baik air, angin,
maupun matahari merupakan alternatif peluang yang seharusnya
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah.
Kebutuhan energi di dunia dan khususnya di Indonesia terus
meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk,
pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang
senantiasa meningkat. Peranan yang sangat besar saat ini yaitu
energi fosil yang selama ini menjadi sumber energi utama. Upaya-
upaya pencarian sumber energi alternatif selain fosil
menyemangati para peneliti di berbagai negara untuk mencari
energi lain yang kita kenal sekarang dengan istilah energi
terbarukan.
Energi terbarukan dapat didefinisikan sebagai energi yang
secara cepat dapat diproduksi kembali melalui proses alam. Salah
satu energi terbarukan yang sedang berkembang pesat saat ini
ialah energi angin selain fleksibel, energi angin juga sering
dimanfaat untuk bidang pertanian, perikanan dan bahkan bisa
untuk pembangkitan energi listrik. Potensi energi angin di
Indonesia dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 3-5 m/s dan
total daya yang dapat dibangkitkan sebesar 9.290 MW, ini
merupakan salah satu potensi energi yang cukup besar,
mengingat di Indonesia hanya memanfaatkannya sekitar 1% dari
potensinya(Fachri, 2017).
BAB II
ISI
2.1. Definisi
Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan tinggi
menuju ke tekanan rendah atau sebaliknya yaitu dari suhu
udara yang rendah ke suhu udara yang lebih tinggi.
Penyebab dari pergerakan ini adalah pemanasan bumi oleh
radiasi matahari. Udara di atas permukaan bumi selain di
panaskan oleh matahari secara langsung, juga mendapat
pemanasan dari radiasi matahari.
Daerah yang menerima lebih banyak penyinaran
matahari, akan memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah lainnya. Pada daerah ini, udara bergerak
mengembang atau memuai sehingga tekanan udaranya
rendah. Pada daerah yang suhu udaranya lebih rendah,
tekanan udaranya lebih tinggi. Perbedaan tekanan udara ini
akan mengakibatkan terjadinya gerakan udara dari daerah
yang tekanan udaranya lebih tinggi ke daerah yang tekanan
udaranya lebih rendah yang menimbulkan gerakan udara.
Perubahan panas antara siang dan malam merupakan gerak
utama sistem angin harian, karena beda panas yang kuat
antara udara di atas darat dan laut atau antara udara di atas
tanah pegunungan dan tanah di daerah lembah.
Daerah sekitar khatulistiwa, yaitu pada busur 0°, adalah
daerah yang mengalami pemanasan lebih banyak dari
matahari dibanding daerah lainnya di Bumi, artinya udara di
daerah khatulistiwa akan lebih tinggi dibandingkan dengan
udara di daerah kutub. Pertukaran panas pada atmosfer akan
terjadi secara konveksi. Berat jenis dan tekanan udara yang
disinari cahaya matahari akan lebih kecil dibandingkan jika
tidak disinari. Perbedaan berat jenis dan tekanan inilah yang
akan menimbulkan adanya pergerakan udara (Trewartha
:1995). (Yunginger, ____)
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), energi angin
biasanya dimanfaatkan untuk memutar bagian yang bergerak,
dimana energi angin dikonversikan menjadi energi mekanik
dan diubah kembali menjadi energi listrik. Energi listrik yang
dihasilkan maka dapat ditransmisikan dan didistribusikan
untuk kebutuhan pelanggan – pelanggan listrik. Prinsip kerja
dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) seperti yang
ditunjukan pada gambar 1 seperti berikut:

Gambar 1. Sistem kerja pembangkit listrik tenaga bayu


(PLTB) (fachri, 2017)
2.2. Metode Pengukuran Angin Distribusi Weibull
Data angin ini juga akan didekati dengan suatu fungsi
kontinyu berupa distribusi Weibull untuk mendapatkan
prediksi yang akurat mengenai keluaran turbin angin dan
juga untuk mengetahui karakteristik pola angin. Nilai
kecepatan angin selalu berubah setiap waktu. Data
kecepatan angin yang diamati dalam periode waktu
dapat dianalisis dan memberikan informasi tentang
persentase waktu yang kecepatan dalam rentang
tertentu. Untuk menganalisis data biasanya disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi.
Ada beberapa fungsi kepadatan probabilitas,
yang dapat digunakan untuk menyajikan kurva frekuensi
kecepatan angin. Distribusi Weibull adalah distribusi
statistik yang paling umum digunakan untuk mewakili
data kecepatan angin. Fungsi ini memiliki keuntungan
sehingga memungkinkan untuk cepat menentukan
produksi energi angin tahunan turbin angin diberikan.
Dalam distribusi Weibull, variasi dalam kecepatan angin
ditandai dengan dua fungsi yaitu fungsi kepadatan
probabilitas dan Fungsi distribusi kumulatif. Fungsi
Distribusi Kumulatif F(V) menunjukkan fraksi atau
kemungkinan di mana kecepatan angin tertentu lebih
kecil atau sama dengan suatu kecepatan angin referensi
(fachri, 2017)
2.3. Konversi Energi Angin menjadi Energi Listrik
Udara yang bergerak mempunyai massa,
kerapatan dan kecepatan. Sehingga dengan adanya
faktor-faktor tersebut,angin mempunyai energi kinetik
dan energi potensial. Akan tetapi faktor kecepatan lebih
mendominasi posisi massa terhadap permukaan bumi.
Dengan demikian energi kinetik lebih dominan dari pada
energi potensial.
Perpindahan molekul udara memiliki energi
kinetik, sehingga secara lokal jumlah molekul udara
berpindah melalui luasan selama selang waktu tertentu
menentukan besarnya daya. Luasan ini adalah tidak luas
permukaan bumi, tetapi luasan yang tegak. Topografi
atau ketinggian berbeda menyebabkan potensi angin
berbeda, dan karena daya angin sebanding dengan
kecepatan angin pangkat tiga, perbedaan kecepatan
angin yang kecil pun akan menghasilkan perbedaan daya
yang besar. Kondisi dan kecepatan angin menentukan
tipe dan ukuran rotor. Kecepatan angin rata-rata mulai
dari 3 m/s memadai untuk turbin angin propeler ukuran
kecil, di atas 5 m/s untuk turbin angina menengah dan di
atas 6 m/s untuk turbin angin besar. Dengan demikian
sistem tenaga angin memanfaatkan angin melalui kincir
angin untuk menghasilkan listrik.
Energi angin merupakan energy alternative yang
mempunyai prospek baik karena selalu tersedia di alam,
dan merupakan sumber energy yang bersih dan
terbarukan kembali. Proses pemanfaatan energy angin
melalui dua tahapan konversi (Habibie dkk, 2011) yaitu :
1. Aliran angin akan menggerakkan rotor (baling-baling)
yang menyebabkan rotor berputar selaras dengan
angin bertiup.
2. Putaran rotor dihubungkan dengan generator
sehingga dapat dihasilkan listrik.
Dengan demikian energy angin merupakan energi
kinetik atau energi yang disebabkan oleh kecepatan
angin untuk dimanfaatkan memutar sudu-sudu kincir
angin. Untuk memanfaatkan energi angin menjadi energi
listrik maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menghitung energi angin (Yunginger, ____).

2.4. Kapasitas Turbin Angin


Kapasitas turbin angin dikategorikan pada tiga
kapasitas antara lain:
1. Kapasitas kecil : sampai 10 kW
2. Kapasitas sedang : 10 kW s/d 100 kW
3. Kapasitas besar : di atas 100 kW

2.5. Potensi Angin berdasarkan Kecepatan Angin di Indonesia


1. Kelompok I : Lokasi dengan kecepatan angin rata-rata 1 -
2,5 m/det, daya yang dihasilkan antara 0-200 kWh/m2
setahun. Kondisi angin tersebut kurang baik untuk
didayagunakan.
2. Kelompok II : Lokasi dengan kecepatan angin rata-rata 2,5
– 4 m/det, daya yang dihasilkan antara 201 – 1000
kWh/m2 setahun. Kondisi ini cukup baik sebagai
penggerak sistem konversi energi listrik skala kecil dan
untuk keperluan pemompaan.
3. Kelompok III: Lokasi dengan kecepatan angin rata-rata
4,5–12 m/det, daya yang dihasilkan lebih dari 1000
kWh/m2 setahun. Kondisi ini amat memadai untuk
dikembangkan kemanfaatannya baik untuk pembangkit
skala kecil maupun besar (Bahari, 2015)
2.6 Energi Air
Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan
pembangkit listrik tenaga air. Hal tersebut disebabkan oleh
kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit serta dialiri
oleh banyak sungai dan daerah-daerah tertentu mempunyai
danau/wadukyang cukup potensial sebagai sumber energiair.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)adalah salah satu teknologi
yang sudahterbukti (proven), tidak merusak lingkungan,
menunjang diversifikasi energi dengan memanfaatkan energi
terbarukan, menunjang program penguranganpemanfaatan BBM,
dan sebagian besarmemakai kandungan lokal. Besar potensi
energi air di Indonesiaadalah 74.976 MW, sebanyak 70.776
MWada di luar Jawa, yang sudah termanfaatkanadalah sebesar
3.105,76 MW sebagianbesar berada di Pulau Jawa. Pembangunan
setiap jenispembangkit listrik didasarkan padakelayakan teknis
dan ekonomis dari pusatlistrik serta hasil studi analisis mengenai
dampak lingkungan. Sebagai pertimbangan adalahtersedianya
sumber energi tertentu, adanyakebutuhan (permintaan) energi
listrik, biaya pembangkitan rendah, serta karakteristik spesifik dari
setiap jenis pembangkit untukpendukung beban dasar (base load)
atau beban puncak (peak load)Selain PLTA, energi
mikrohidro(PLTMH) yang mempunyai kapasitas 200-5.000 kW
potensinya adalah 458,75 MW,sangat layak dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga listrik di daerah pedesaan di
pedalaman yang terpencilataupun pedesaan di pulau-pulau
kecildengan daerah aliran sungai yang sempit.Biaya investasi
untuk pengembanganpembangkit listrik mikrohidro relatif
lebihmurah dibandingkan dengan biaya investasi PLTA. Hal ini
disebabkan adanyapenyederhanaan standar konstruksi
yangdisesuaikan dengan kondisi pedesaan.Biaya investasi PLTMH
adalah lebih kurang2.000 dollar/kW, sedangkan biaya
energidengan kapasitas pembangkit 20 kW (ratarata yang dipakai
di desa) adalah Rp 194/kWh (Kholiq, 2015).

Mikrohidro
Mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil
(mencapai beberapa ratus kW). Relatif kecilnya energi yang
dihasilkan mikrohidro (dibandingkan dengan PLTA skala besar)
berimplikasi pada sederhananya peralatan serta kecilnya areal
tanah yang diperlukan guna instalasi dan pengoperasian
mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan
mikrohidro, yakni tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Mikrohidro cocok diterapkan di pedesaan yang belum terjangkau
listrik dari PT PLN. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air
yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Energi tersebut
dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan
generator listrik. Mikrohidro sangat memanfaatkan ketinggian air
yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian air 2.5 m
dihasilkan listrik 400 W ( Setyo 2005). Potensi pemanfaatan
mikrohidro secara nasional diperkirakan mencapai 7,500 MW,
sedangkan yang dimanfaatkan saat ini baru sekitar 600 MW
(Setyo, 2005). Meski potensi energinya tidak terlalu besar, namun
mikrohidro patut dipertimbangkan untuk memperluas jangkauan
listrik di seluruh pelosok nusantara. Asal ada air yang mengalir
dan beda ketinggian, maka listrik dapat dibangkitkan. Dua syarat
itulah kunci pembangkitan listrik bertenaga mikro hidro (PLTMH).
(Eddy Permadi, direktur CV Cihanjuang Inti Teknik (CINTEK)).
Turbin yang telah dipakai pada instalasi PLTMH biasanya
adalah jenis turbin aliran silang (cross flow) untuk ketinggian 7
hingga 80 meter atau propeller yang tegak lurus untuk ketinggian
di bawah 6 meter. Secara teori, dengan ketinggian 30 meter dan
debit air 235 liter per detik dapat dihasilkan 44 kilowatt. Potensi
tenaga air tersebar hampir di seluruh Indonesia dan diperkirakan
mencapai 75.000 MW, sementara pemanfaatanya baru sekitar
2,5 persen dari potensi yang ada. Turbin air sebagai alat
pengubah energi potensial air menjadi energi torsi / putar yang
dapat dimanfaatkan sebagai penggerak generator, pompa dan
peralatan lain. Untuk daerah / lokasi yang mempunyai sumber
energi air sangatlah menguntungkan apabila memanfaatkan
teknologi turbin air. Beberapa kelebihan dari PLTMH antara lain :
a.Potensi energi air yang melimpah; b.Teknologi yang handal dan
kokoh sehingga mampu beroperasi lebih dari 15 tahun;
c.Teknologi PLTMH merupakan teknologi ramah lingkungan dan
terbarukan; d.Effisiensi tinggi (70-85 persen). Daerah-daerah yang
debit airnya kecil dengan ketinggian 3 meter dan debit air 92 liter
per detik sudah bisa menghasilkan 1.500 watt. Semakin besar
debit dan ketinggiannya, semakin besar pula listrik yang
dihasilkan. salah satu contoh di pintu air sungai Progo di
Yogyakarta yang memiliki ketinggian 5 meter dengan debit air
5.000 liter per detik seharusnya dapat membangkitkan listrik 160
kilowatt.
Sumber bahan baku yang melimpah dan terbarukan,
PLTMH sangat cocok di terapkan di Indonesia. Investasi yang
diperlukan relatif kecil. "Untuk membangkitkan daya 2.500 watt
kira-kira diperlukan biaya sekitar Rp25 juta," (Faisal Rahadian,
Sekretaris Umum Asosiasi Hidro Bandung). Nilai investasi sebesar
itu sebanding dengan manfaat listrik yang dapat digunakan untuk
mendorong produktivitas masyarakat. Misalnya yang dilakukan di
Tasikmalaya untuk mendukung industri bordir. Namun, potensi
yang lama diabaikan itu akan tetap sia-sia jika tidak diikuti langkah
nyata pemerintah untuk memanfaatkannya. Meskipun kecil, 50
watt bagi setiap rumah di pedesaan mungkin sudah sangat berarti
daripada 450 watt tapi harus menunggu entah berapa tahun lagi.
Di Makassar, sudah sekitar 3.000 unit pembangkit listrik tenaga
air (PLTA) yang dibangun tahun 2007. dengan dana dari APBD
akan dibangun lagi 150 unit di kabupaten Wajo, pinrang,
enrekang, selayar, bone, pangkep, luwu timur dan bulukumba
dan sinjai. Di luar yang pasti, 100 unit dijanjikan pembangunan
1.750 unit. Tenaga listrik yang dihasilkan tenaga surya sekitar 50
watt/unit, tetapi bagi masyarakat daerah terpencil, hal itu cukup
membantu dan setiap unit pembangkit bertenaga air bisa
menghasilkan hingga 7.500 kW. (Kompas 21 April 2007:22). Untuk
pembangkit hidro, setidaknya harus ada air berketinggian 3 meter
dan debit minimal 0.5 meter kubik per detik. (Sampara/Ka. Dinas
Pertambangan dan Energi Sulsel, Kompas, 21 April 2007: 22).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah Energi Kinetik (Air dan Angin)
yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Energi Kinetik …..
DAFTAR PUSTAKA

Adriani. 2018. Perancangan Pembangkit Listrik Kincir Angin


Menggunakan Generator Dinamo Drillini terhadap
Empat Sumbu Horizontal. Makassar : Jurusan Teknik
Elektro.
Bahari, Syamsul. 2015. Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Angin
di Desa Sungai Nibung Kecamatan Teluk Pakedai
Kabupaten Kubu Raya. Tanjungpura : Jurusan Teknik
Elektro.
Fachri, Muhammad Rizal. 2017. Analisa Potensi Energi Angin
dengan Distribusi Weibull untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB) Banda Aceh. Banda Aceh : UIN Ar-
Raniry.
Kholiq, Imam. 2015. Pemanfaatan Energi Alternatif sebagai Energi
Terbarukan untuk Mendukung Subtitusi BBM.
Surabaya : Universitas Wijaya Putra.
Umam, Khoirul. 2007. Analisis Potensi Sumber Energi Alternatif
dan Implikasinya terhadap Sosial-Ekonomi Masyarakat
Indonesia. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Yunginger, Raghel.____. Analisis Energi sebagai Energi Alternatif
Pembangkit Listrik di Kota di Gorontalo. Gorontalo :
Jurusan Pendidikan Geografi.

Anda mungkin juga menyukai