Anda di halaman 1dari 18

DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI)

TERHADAP KESEJAHTERAAN GURAN DI DESA LURANG


KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

OLEH
LIDWINA MARIA MOENSAKU
1706100100

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa berkat
dan Rahmat nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian
yang Berjudul : dampak aktivitas pertambangan emas tanpa izin (peti) terh
adap kesejahteraan guran di desa lurang kabupaten maluku barat daya tepat
pada waktunya adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah men
ganalisis sejauhmana dampak kegiatan pertambangan emas tanpa izin terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat gurandil di Desa Lurang, kecamatan Wetar,
kabupaten Maluku Barat Daya.pada kesempatan ini, penulis berhak menyampa
aikan terimakasih kepada semua pehak yang telah memberikan moral maupul
material sehingga proposal penelitian ini dapat selesai. Oleh karna itu proposal
penelitian ini. Meskipun telah berusaha menyesesaikan proposal penelitian ini
sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada
kekurangan. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang memb
angun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam pen
yusun proposal penelitian ini.akir kata, penulis berharap semoga proposal penel
itian ini berguna bagi para membaca dan pihak pihak lain yang perkepentingan.

Kupang 13 mei 2020


Penulis

2
DAFTAR ISI
CAVER…………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….... 4
1.1 Latar Belakang ……………….………………………...…….... 4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………..…........….. 5
1.3 Tujuan Penelitian …………..……………………………….... . 6
1.4 Manfaat Penelitian …………………….…..………………….... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAK…………………………………….. 8
2.1 Landasan Teori……………………………………………….…. 7
2.2 Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI)……………… ……….. 8
2.3 Dampak Aktivitas Pertambangan…………………………… … 9
2.4 Dampak Aspek Sosial-Ekonomi ………………………………. 11
BAB III METODE PENELITIAN……………… ……………… 12
2.1 Populasi dan Sampel ……………………………….…….….... 12
3.1 Penentuan Lokasih dan Waktu Penelitian …………..……......... 13
3.2 Metode Pengabilan Sampel……………………………..……... 13
3.3 Teknik Pengumpulan Data ………………………………..….. 13
3.4 Teknik Pengolahan Data ……………………………… ……... 15
3.5 Pengujian Instrumen Penelitian ………………………. ……… 16
1. Uji Validitas …………………………………….…………. 16
Daftar Pustaka ………………………………………………….. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakan

Indonesia memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang sama


kaya nya, ibarat harta karun yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan begitu, sepatutnya Indonesia tidak memiliki kesulitan untuk
menggarap dan mengolah semua yang dimiliki dalam usaha peningkatan
kualitas hidup masyarakatnya. Diantara segala sumberdaya alam yang dimiliki,
salah satu sumberdaya alam yang paling potensial untuk dikelola berada di
sektor pertambangan, dimana kita hanya perlu mengeksplorasi sumberdaya
alam yang sudah ada dari dalam bumi, menyerap begitu banyak tenaga kerja,
menggairahkan begitu banyak sektor pendukung, dan nilai jual produk yang di
eksplor begitu bernilai harganya.
Sebagai negara yang kaya akan titik tambang, Indonesia memiliki sumber
tambang batu bara, tambang pasir, tambang minyak, gas alam, mineral lainnya
serta tambang emas yang tersebar di pulau Kalimantan, kepulauan Bangka
Belitung, Papua dan Jawa Barat. Sebagai bukti bahwa kekayaan sumber
tambang Indonesia membuat Negara ini diperhitungkan dimata dunia adalah
salah satunya menurut laporan CNN Indonesia tahun 2017 tentang geliat
industri pertambangan global, Indonesia dengan sukses menempatkan beberapa
BUMN yakni PT. Antam dan PT. Freeport Indonesia yang berada di sektor
pertambangan sebagai salah satu perusahaan yang kehandalannya diakui oleh
dunia.
Sektor pertambangan khususnya emas menyerap begitu banyak tenaga
kerja dengan berbagai kualifikasi kemampuan, dari yang tertinggi hingga yang
terendah dalam setiap prosesnya. Suatu kegiatan pertambangan membutuhkan
begitu banyak tenaga untuk terlibat di lapangan dengan berbagai keahlian
terkait. Sebagai salah satu sektor industri dalam tatanan ekonomi global,
industry pertambangan menempati salah satu posisi dominan dalam pembangu
nan social ekonomi Negara maju dan berkembang, khusunya Indonesia.
Hadirnya sektor industri ini memberikan dampak positif maupun negatif
bagi masyarakat. Tanpa menampik adanya dampak positif, dampak yang ditim

4
bulkan dari adanya industri ini baik secara sosial, ekonomi, lingkungan, politik
dan budaya justru tidak main main.
Dampak negative tersebut nampaknya sangat terasa di Negara negara berk
embang seperti Indonesia, yang cendeung belemmemiliki kemampuan regulasi 
pemerintah yang memadai serta tingginya gejolak social politik. Pembangunan 
yang dilakukan pemerintah seharusnya tidak hanya semata mata berorientasi pa
da pembangunan fisik saja melainkan juga dengan mempertimbangkan pemban
gunan manusia menuju peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia.
Dengan berdasarkan pada pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945
yaitu “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat”. Pengelolaa
n dan penguasaan sumberdaya alam telah dibangun melalui semangat UUD 19
45 Pasal 33 ayat 3 dengan tujuan utama untuk sebesar besarnya kemakmuran ra
kyat. Amanat ini merupakan landasan dibentuknya kebijakan pertambangan ya
kni Undang Undang Nomor 11Tahun 196 tentang pokok pertambangan minera
l dan batu bara yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara.
Menurut Saleng (2007), dibentuknya Undang-Undang nomor 4 Tahun
2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara merupakan konsekuensi dari
lahirnya Undan Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan
Undang Undang No 33Tahun 2004 Tentang perimbangan keuangan Pemerinta
Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam PP Nomor 25 Tahun 2
000 Tentang kewenangan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai daer
ah otonom.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
3 Bagaimana pengaruh faktor pendorong munculnya gurandil terhadap
tingkat kesejahteraan gurandil?
4 Bagaimana pengaruh aktivitas pertambangan emas tanpa izin
(PETI) terhadap tingkat kesejahteraan gurandil?

5
1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis sejauhmana
dampak kegiatan pertambangan emas tanpa izin terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat gurandil di Desa Lurang, kecamatan Wetar, kabupaten Maluku Bar
at Daya. Kemudian tujuan khususnya ialah menjawab pertanyaan permasalaha
n, yakni : Menganalisis hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil
terhadap tingkat kesejahteraan gurandil.
Menganilisis hubungan antara aktivitas pertambangan emas tanpa izin
(PETI) terhadap tingkat kesejahteraan gurandil.
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis dan sebagai sumbangsih pemikiran dalam upaya meningkatkan
kesadaran mengenai dampak yang ditimbulkan dengan adanya pertambangan
emas ilegal baik itu positif maupun negatif.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pertambangan
Pengertian pertambangan sesuai UU Minerba No.4 Tahun 2009 pasal 1
yaitu, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang
meliputi penyelidikan umuum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pasca tambang.
Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses
dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri
mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya
menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineralmineral dari
batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineralmineral yang
tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai
kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan.
Industri pertambangan sebagai industry hulu yang menghasilkan sumberdaya
mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan
oleh umat manusia diseluruh dunia (Noor dalam Sulto 2011).
Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia
modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara (Noor dalam Sulto 2011).
Penambangan adalah bagian dari kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dana tau batu bara serta mineral ikutannya.
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian. Menurut UU No. 11 tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3
jenis, yakni: golongan.

7
A. (bahan galian strategis), golongan
B. (bahan vital) dan golongan
C. (bahan galian tidak strategis dan tidak vital). Bahan golongan
Amerupakan barang yang penting bagi pertahanan, kemanan dan
strategis untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian besar
hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya
minyak bumi, uranium dan plutonium. Sementara bahan golongan
D. dapat menjamin hajat hidup orang banyak, contohnya emas, perak, besi
dan tembaga. Bahan golongan adalah bahan yang tidak dianggap
langsung mempengaruhi hajat hidup orang banyak contohnya garam,
pasir, marmer dan asbes.
Manan dan Saleng (2004) dalam Siregar (2009) menyatakan bagaimana
peran dari kegiatan pertambangan. Pertambangan memiliki peran yang
strategis dan kontribusi besar terhadap pembangunan daerah. Beroperasinya
kegiatan pertambangan di suatu daerah, maka akan terbetuk komunitas baru
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah beroperasinya
pertambangan. Komunitas baru tersebut akan memberikan pengaruh pada
perekonomian dearah setempat karena masyarakat pencari kerja akan terserap
serta pelaku ekonomi secara tidak langsung akan tertarik ke wilayah
pertumbuhan ekonomi yang baru dan menyebabkan jasa-jasa lainnya akan
tumbuh, baik jasa yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan pertambangan.
4.1 Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

Kegiatan PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan perorangan,


kelompok ataupun yayasan/ perusahaan yang dalam operasinya tidak memiliki
izin dari instansi pemerintah pusat atau daerah sesuai dengan perundangundang
an yang berlaku. Menurut Ngadiran, Santoso dan Purwoko (2002) persoalan-
persoalan dalam PETI adalah sebagai berikut :
a. Keselamatan kerja kurang terjamin karena para pekerja dalam
pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia beracun seperti
sianida dan merkuri
b. Modal kerja yang minim karena hanya ditanggung oleh seorang pemilik

8
lubang atau pemilik mesin
c. Para penambang bekerja dengan teknik yang sederhana atau tradisional
sehingga sulit terjadi inovasi dan tanpa adanya perlengkapan
keselamatan yang memadai
Faktor pendorong kehadiran PETI dapat dikelompokkan menjadi :
1. Faktor sosial, kegiatan PETI dianggap sudah menjadi pekerjaan turun
temurun yang dilakukan oleh masyarakat setempat; terdapatnya
hubungan yang kurang harmonis antara pertambangan resmi dengan
masyarakat setempat dan terjadi penafsiran keliru tentang reformasi
yang diartikan sebagai kebebasan tanpa batas
2. Faktor hukum, yaitu ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang pertambangan, yang
diantaranya tercermin dalam kekurang berpihakkan kepada kepentingan
masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap pertambangan resmi
yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur); serta
terjadinya kelemahan dalam penegakkan hukum dan pengawasan
3. Faktor ekonomi, yaitu disebabkan oleh keterbatasan lapangan pekerjaan
dan kesempatan berusaha yang sesuai dengan tingkat keahlian dan
keterampilan masyarakat lingkar tambang; kemiskinan dalam berbagai
hal , yakni miskin secara ekonomi, pengetahuan dan keterampilan;
keberadaan pihak ketiga yang memanfaatkan kemiskinan untuk tujuan
tertentu , yaitu penyandang dana (cukong), beking (oknum aparat), dan
LSM; krisis ekonomi berkepanjangan yang melahirkan pengangguran
terutama dari kalangan masyarakat bawah
2.3 Dampak Aktivitas Pertambangan
Soemarwoto (2005) mendefinisikan dampak sebagai suatu perubahan yang
terjadi sebagai akibat suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut dapat bersifat
alamiah, baik kimia, fisik dan biologi. Lebih lanjut didefinisikan dampak
pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkunga
n sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan akan ada setelah ada pemb
angunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan penambangan
batubara yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan secara umum.

9
Dampak penambangan berarti perubahan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan eksploitasi baik perubahan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan
maupun
kondisi alam. Dampak penambangan bisa positif bila perubahan yang
ditimbulkannya menguntungkan dan negatif jika merugikan, mencemari dan
merusak lingkungan hidup. Dampak yang diakibatkan oleh penambangan
menjadi penting bila terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat
mendasar.
Menurut Salim (2007) setiap kegiatan pertambangan pasti akan
menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari kegiatan
pembangunan di bidang pertambangan adalah :
Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional
1. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)
2. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang
3. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang
4. Meningkatkan usaha mikro dan jasa lainnya bagi masyarakat lingkar
tambang
5. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang
6. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang
Sedangkan dampak negative dari kegiatan pembangunan di bidang
pertambangan adalah :
1. Degradasi lingkungan hidup
2. Penderitaan masyarakat adat
3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal
4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan
Berdasarkan aspek sosial ekonomi, kegiatan PETI diharapkan dapat
memberikan manfaat tidak hanya terhadap pembangunan tetapi juga terhadap
masyarakat lokar yang berada di sekitar lokasi penambangan. Dalam skala
makro, PETI dianggap sebagai ancaman dan bahaya bagi investasi
pertambangan di Indonesia. Namun, dalam skala mikro kegiatan PETI
dianggap sebagai salah satu gerakan “ekonomi kreatif” oleh masyarakat kecil

10
lingkar tambang. Mereka berusaha menggali dan menemukan butiran emas
demi perbaikan kehidupan ekonominya (Willybrodus, dan Chang (2012)
2.4 Dampak Aspek Sosial-Ekonomi
Dampak sosial ekonomi merupakan dampak aktivitas pertambangan pada
aspek sosial dan ekonomi yang dapat bersifat positif dan negatif. Dampak
positif adanya pertambangan adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), terciptanya lapangan pekerjaan, dan peningkatan ekonomi bagi
masyarakat yang bergerak di sekitar wilayah lingkar tambang. Sedangkan
dampak negative yang mungkin terjadi karena adanya usaha pertambangan
adalah penurunan pendapatan masyarakat yang bekerja di sector pertanian,
karena menurunnya kualitas lahan yang tersedia.
Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) bagi sebagian masyarakat dapat
menjadi tumpuan hidup, karena dapat menghasilkan pendapatan yang lebih
tinggi dibandingkan pada sector pertanian. Selain itu kegiatan PETI dapat
dilakukan oleh semua masyarakat dengan berbagai tingkat pendidikan, karena
kegiatan PETI tidak perlu memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
karena untuk melakukan kegiatannya para penambang hanya cukup melihat
dan meniru kegiatan yang dilakukan rekannya di lapangan.
Masuknya sebuah industri dalam suatu wilayah dapat berpengaruh
terhadap pergerakan penduduk, seperti halnya memicu terjadinya migrasi
penduduk. Dijelaskan oleh Rusli (2012) migrasi adalah suatu bentuk gerak
penduduk geografis, spasial atau territorial antara unit-unit geografis yang
melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan.
Seseorang melakukan migrasi apabila ia melakukan migrasi apabila ia
melakukan pindah tempat secara permanen atau relative permanen dalam
menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu geografis ke geografis
lainnya. Banyak factor melatarbelakangi seseorang melakukan migrasi seperti
halnya adalah memperoleh pekerjaan.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

2.1 Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2012
Hal.80). Dalam hal ini peneliti telah membatasi ruang lingkup penelitian terseb
ut. Dari aspek waktu, peneliti membatasi penelitian dengan kondisi sampel dala
m rentang waktu bulan Juli Agustus 2020 .Dari aspek lokasi,peneliti hanya me
njadikan di Desa Lurang Kecamatan Wetar Kabupaten Maluku Barat Daya seb
agai sebagai tempat dilakukannya penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bekerja sebagai
gurandil yang ada di Desa Lurang dengan unit analisis yaitu rumah tangga.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang
berprofesi sebagai penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil di Desa
Cileuksa. Jumlah keseluruhan Kepala Keluarga sebanyak 469 KK yang
tersebar di 14 RW. Karena Jumlah populasi ini lebih dari 100 orang maka
dalam penelitian ini menggunakan sampel
Sampel memiliki arti suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik
yang dimiliki oleh sebuah populasi (Sugiyono, 2008 Hal.118). Penelitian ini
menggunakan sensus terhadap seluruh rumah tangga gurandil. Selanjutnya
ditentukan sampel atau responden untuk penelitian ini menggunakan simple
random sampling. Teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan
sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2001 Hal. 57). Syarat simple
random sampling adalah sebagai barikut :
Teknik ini digunakan jika elemen populasi bersifat homogen, sehingga ele
men manapun yang terpilih menjadi sampel dapat mewakili
populasi.Dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat
umum

12
3.1 Penentuan Lokasih dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan antara bulan Juni sampai dengan Agustus tahun
2020.Tempat penelitian di Desa Lurang, Kecamatan Wetar, Kabupaten Maluku
Barat Daya.

3.2 Metode Pengabilan Sampel


Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder serta didukung
dengan pendekatan kualitatif
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden
atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan yang diteliti (M.
Pabundu Tika 2005: 44). Data primer diperoleh dari kuesioner yang disebar
kepada penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil
Data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan kepada
pengumpul data. Data sekunder dapat disajikan dalam bentuk data-data,
dokumen, tabel-tabel mengenai topik penelitian. Data sekunder didapatkan dari
literatur terdahulu, internet dan instansi terkait dengan obyek penelitian yaitu
kantor desa cileuksa, kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena
yang ada pada obyek penelitian (M. Pabundu Tika (2005:44)). Metode ini
digunakan peneliti dalam rangka untuk mendapatkan data awal yang
menyangkut daerah peneliti tentang keadaan Desa Cileuksa dan masyarakatnya
secara riil di daerah peneliti. Pada metode observasi menggunakan checklist,
yaitu suatu daftar berisi nama obyek atau fenomena yang akan diteliti atau

13
diamati. Peneliti hanya perlu memberi tanda setiap pemunculan gejala yang
akan diamati.
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab
yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan peneliti (M.
Pabundu Tika (2005:44)). Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi
tentang kondisi social ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah menjadi
penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil. Alat yang digunakan pada
wawancara ini adalah kuesioner dan daftar pedoman pertanyaan yang telah
ditentukan.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Untuk mengetahui data
dari suatu variable, kemudian dijabarkan kedalam indicatorindikator dan
selanjutnya diwujudkan kedalam butir-butir pertanyaan yang nantinya tertuang
dalam angket. Penelitian ini menggunakan metode angket untuk mengetahui
kondisi social ekonomi masyarakat Desa Cileuksa sebelum dan sesudah
menjadi penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil. Alat yang
digunakan kuesioner ini adalah kuesioner dan daftar pedoman pertanyaan yang
telah ditentukan. Kusioner ini ditujukan kepada kepala keluarga yang bekerja
sebagai penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil. Dalam pengisian
angket, responden cukup memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda
ceklis pada setiap kolom alternatif jawaban yang paling sesuai dengan
kondisinya.
Pada penelitian ini digunakan angket tertutup, dengan jawaban yang
tersedia untuk setiap butir pernyataan. Dalam penelitian ini bentuk jawaban
terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS) dan Tidak
Setuju (TS). Urutan pemberian bobot nilai untuk jawaban SS = 4, S = 3, KS =
2 dan TS = 1 untuk pernyataan positif, sedangkan pernyataan negatif
sebaliknya.
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan

14
(life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara (Sugiyono, 2009:329). Teknik
dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang berupa data-
data yang berkaitan dengan kesejahteraan gurandil. Data yang dikumpulkan
juga berasal dari Kantor desa Cileuksa tempat penelitian. Alat yang digunakan
dalam pengambilan data adalah flashdisk untuk penyimpanan data dalam
bentuk soft-file.
3.4 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan
atau angka ringkasan dengan menggunakan cara atau rumusrumus tertentu
(Hasan, 2006). Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan apliksai Microsoft Excel 2016 dan SPSS for Windows
23.0 untuk pengolahan data kuantitatif. pembuatan tabel frekuensi, grafik,
diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden dari
masing-masing variable secara tunggal menggunakan Microsoft Excel 2016.
Kemudian SPSS for Windows 23.0 digunakan untuk membantu dalam uji
statistik dengan menggunakan Spearman Rank. Uji korelasi Spearman Rank
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel
yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal.
Spearman Rank digunakan untuk uji korelasi yang menguhubungkan variabel
faktor-faktor pendorong, tingkat aktivitas PETI, serta adanya hubungan
keduanya dengan tingkat kesejahteraan gurandil.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu, reduksi data, penyajian
data dan verifikasi. Pertama ialah reduksi data dimulai dari pemilihan, penyede
rhanaa,abstraksi hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observsi
dan stui dokumen. Tujuan dengan adanya reduksi data ini adalah untuk
mempertajam, menggolongkan,mengarahkan dan membuang data yang tidak
dibutuhkan. Kedua ialah penyajian data, yang berupa menyusun segala
informasi dan data yang diperoleh menjadi rangkaian kalimat yang mudah
dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram dan
matriks. Kemudian verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan

15
penarikan kesimpulan dari hasil data yang telah diolah pada tahap reduksi.
Verifikasi dilakukan dengan mengonfirmasi hasil olahan data kepada
responden, informan dan dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian dalam
laporan skripsi.
3.5 Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
pengertian validitas menurut Suryabrata (2000:41) adalah derajat fungsi
pengukuran suatu tes, atau derajat kecermatan ukuran suatu tes. Pengertian
validitas menurut Kusaeri (2012:75) adalah ketepatan (appropriateness),
kebermaknaan (meaningfull) dan kemanfaatan (usefulness) dari sebuah
kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi skor tes. Suatu instrumen yang
valid memiliki validitas tinggi dan sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah
maka instrumen tersebut kurang valid. Sebuah instrument dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur atau diinginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Anjami, Trismia. 2017. Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)
di Desa Sungai Sorik Kec. Kuantan Hilir Kab. Kuantan Singingi.
Jurnal Ilmu Sosial Vol. 4 No. 2 : Universitas Riau
Astuti, Wira Fuji. 2017. Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin
Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Gurandil. Jurnal SKPM Vol.1
No.3: Institut Pertanian Bogor Badan Pusat Statistik
Indonesia.2018.Indikator Kesejahteraan Rakyat. Hlm 151- 198
Eriyati dan Yani Iyan, Rita. 2011. Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Penambangan Emas Liar di Desa Kebun Lado Kec. Singingi
Kab.Kuantan Singingi. Jurnal Ekonomi Vol. 19 No. 3 : Universitas Riau
Farlan, Edi. Indra dan Humam Hamid, Ahmad. 2016. Dampak Pertambangan
Emas Tradisional Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di
Gampong Mersak Kec. Kluet Tengah Kab. Aceh Selatan. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol. 1 No. 1 : Universitas Syiah Kuala
Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
https://goldprice.org/data/report/harga-emas-di-indonesia-dalam-kurun-waktu-
10- tahun-terakhir (Diakses 14 Februari 2019)
https://kecamatansukajaya.bogorkab.go.id/desa-cileuksa-profil (Diakses
20 Agustus 2018)
Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Natal. Jurnal Ilmu Sosial : Universitasa Negeri
Medan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3 tentang Pengelolaan dan
Penguasaan Sumberdaya Alam
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara
Rafles. 2012. Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Impilkasinya Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kenagarian Mundam Sakti
Kec.
Empat Nagari Kab. Sijunjung. Artikel: Program Studi Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan Program Pascasarjana: Universitas Andalas
Riduwan. 2017. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Salim HS. 2006. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo

17
Persada
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suprananto, Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Tuaputy, U. Selvi. Puti, Intan Kumala dan Anna. Eksternalitas Pertambangan
Emas Rakyat di Kab. Buru Maluku. Jurnal Ekonomi Pertanian,
Sumberdaya dan Lingkungan
Willybrodus dan Chang, William. 2013. Dampak Ekononomis Penambangan
Emas Bagi Masyarakat Mandor, Kalimantan Barat. Jurnal Ilmiah
Nasional Terakreditasi Masyarakat Indonesia Edisi 38 No.1

18

Anda mungkin juga menyukai