Anda di halaman 1dari 32

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi

kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak

dapat hidup tanpa adanya sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan

sumberdaya alam tersebut berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya alam yang ada. Di Indonesia, sebagai negara sedang

berkembang peningkatan jumlah penduduk yang terus terjadi mengakibatkan

semakin meningkatnya jumlah permintaan akan pemenuhan kebutuhan hidup dari

sumberdaya alam, sehingga berkorelasi terhadap semakin eksploitatifnya

pemanfaatan sumberdaya alam yang ada.

Hal ini nyata dari adanya peningkatan jumlah permintaan pasokan akan

sumberdaya alam mineral bagi pemenuhan kebutuhan manusia dalam jumlah yang

besar, namun seringkali tidak terpenuhi karena terbatasnya persediaan

sumberdaya alam mineral yang ada. Sehingga untuk mengatasi permasalahan

tersebut diperlukan adanya pengelolaan dan pemanfaatan yang baik terhadap

sumberdaya alam mineral.

Pengelolaan dan pemanfaatan yang baik terhadap sumberdaya alam

mineral menjadi faktor penentu keberlanjutan dari lingkungan hidup dan aktivitas

kehidupan manusia kedepannya. Di Indonesia, pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya alam sangat tergantung pada kebijakan pemerintah pada masanya.

Pada era desantralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah dari pengelolaan sumberdaya alam. Seiringnya


2

datangnya otonomi daerah yang kemudian diterapkannya Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah maka setiap daerah memiliki hak

untuk mengelola sendiri segala urusan pemerintahnya dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat di daerahnya.

Maka pemerintah daerah juga memiliki kewenangan dalam mengelola

segala sumberdaya alam yang dimiliki daerahnya dalam upaya mencapai

kesejahteraan masyarakat, karena otonomi daerah pada prinsipnya bertujuan untuk

memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan

kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran aktif masyarakat serta

peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu secara

nyata, dinamis, dan bertanggung jawab.

Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya mineral oleh industri

pertambangan dilakukan karena dipandang dapat memberikan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan

pembangunan Negara, serta terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal

maupun masyarakat diluar lokasi penambangan.Selain itu, karena pihak industri

sebagai pihak yang memiliki modal berupa tekonologi yang tinggi diharapkan

mampu mengelola sumberdaya mineral secara baik dan efisien (Pernando Y,

2013).

Keberadaan sumber daya alam dimuka bumi ini sangat melimpah. Potensi

tersebut meliputi minyak, gas dan bahan-bahan mineral (Trisko, dkk., 2014).

Salah satu bahan-bahan mineral alam yang sangat berpotensial untuk

dikembangkan yaitu silika (SiO2).


3

Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (Silikon

Dioksida) yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati, dan sintesis kristal.

Salah satu senyawa silika mineral yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

silicon untuk pembuatan panel surya yaitu kuarsa. Untuk keperluan ini dibutuhkan

silicon dengan kemurnian 99,999 % sebagai bahan baku sehingga diperlukan

proses pengolahan pasir kuarsa menjadi silika murni (Stanitski, 2003).

Pasir kuarsa memegang peranan cukup penting bagi industri, baik sebagai

bahan baku utama maupun penolong. Sebagai bahan baku utama, pasir kuarsa

dipakai oleh industri semen, kaca lembaran, botol dan pecah belah, email

(enamel). Sedangkan sebagai bahan baku penolong dipakai dalam pengecoran

logam, dan industri lainnya (Prayogo T & Bayu B, 2009).

Dewasa ini suatu perusahaan atau industri yang menghasilkan suatu

produk sebaiknya memiliki strategi yang baik dalam pemenuhan permintaan

konsumen. Persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan atau industri

mengharuskan pihak manajemen produksi perusahaan merencanakan kapasitas

produksinya dengan tepat agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan

baik. Karena bukan tidak mungkin, dengan tidak adanya perencanaan kapasitas

produksi pada suatu industri akan membuat proses produksi menjadi tidak

terkendali. Dalam dunia industri konsumen merupakan faktor penting dalam

terget penjualan produk untuk meningkatkan keuntungan perusahaan di masa

mendatang (Nugraha A & Umar W, 2017).

PT. Mitra Prima Sulawesi Merupakan perusahaan tambang terbuka yang

memproduksi pasir silika yang bermutu sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan
4

konsumen yang terletak di Desa Ranokomea, Kecamatan Poleang Barat,

Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pasir kuarsa merupakan bahan

galian yang digunakan untuk bahan pembuatan amplas, pembentuk badan keramik

bersama dengan bahan baku lainnya, bahan baku pembuatan gelas dan kaca, dan

lain-lain. Permasalahan yang terjadi yaitu PT. Mitra Prima Sulawesi melakukan

penjualan produknya sesuai besarnya tingkat permintaan konsumen. Berdasarkan

permasalahan yang ada penulis berinisiatif melakukan penelitian dengan judul

“Anilisis Kinerja Screening pada Tambang Pasir Silika Untuk Mencapai Target

Produksi di PT. Mitra Prima Sulawesi Kabupaten Bombana”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang dapat

dikemukakan adalah :

1. Apa saja faktor-faktor yang dapat menghambat dalam mencapai target

produksi di PT. Mitra Prima Sulawesi ?

2. Bagaimana kinerja screening agar dapat bekerja secara optimal sehingga

target produksi dapat tercapai ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat menganalisa faktor-faktor hambatan dalam mencapai target produksi.

2. Dapat menganalisa kinerja screening agar dapat bekerja secara optimal

sehingga target produksi dapat tercapai.

D. Manfaat Penelitian
5

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebgai berikut :

1. Bagi Keilmuan

Sebagai sumber literatur bagi penelitian sejenis di masa mendatang.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam mengoptimalisasi kinerja

untuk mencapai target produksi kedepannya.

3. Bagi peneliti

Sebagai penambah wawasan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai

kinerja perusahaan untuk mencapai target produksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pertambangan
6

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal (1) Butir (1) disebutkan Pertambangan

adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,

pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan

umum,eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan

pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses

dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri

mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya

menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari

batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan (Robby, 2017).

Saat ini kegiatan pertambangan yang lebih dikenal adalah pertambangan untuk

komoditas mineral logam antara lain: emas, tembaga, nikel, bauksit dan

komoditas batubara. Selain komoditas mineral utama dan batubara ini, komoditas

batuan memiliki peran yang sama pentingnya terutama dalam memberikan

dukungan material untuk pembangunan infrastruktur antara lain: pendirian sarana

infrastruktur jalan, pembangunan perumahan, dan gedung perkantoran.

Terminologi bahan galian golongan C yang sebelumnya diatur dalam Undang-

Undang No. 11 Tahun 1967 telah diubah berdasarkan Undang-Undang No. 4

Tahun 2009, menjadi batuan, sehingga penggunaan istilah bahan galian golongan

C sudah tidak tepat lagi dan diganti menjadi batuan (Ricky, 2013).

B. Industri Pertambangan
7

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan

pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa

industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan

Kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan pertambangan

merupakan suatu kegiatan yang meliputi: Eksplorasi, eksploitasi, pengolahan

pemurnian, pengangkutan mineral bahan tambang (Yudhistira, 2008 dalam Ahyani

M, 2011).

Kegiatan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan bumi telah

berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu 50 tahun, konsep dasar pengolahan

relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya. Mekanisasi

peralatan pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin

membesar. Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih

kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan semakin dalam

mencapai lapisan bumi jauh di bawah permukaan (Arif, 2007 dalam Ahyani M,

2011).

Dewasa ini suatu perusahaan atau industri yang menghasilkan suatu

produk sebaiknya memiliki strategi yang baik dalam pemenuhan permintaan

konsumen. Persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan atau industri

manufakturing mengharuskan pihak manajemen produksi perusahaan

merencanakan kapasitas produksinya dengan tepat agar dapat memenuhi

permintaan konsumen dengan baik. Karena bukan tidak mungkin, dengan tidak

adanya perencanaan kapasitas produksi pada suatu industri akan membuat proses

produksi menjadi tidak terkendali. Dalam dunia industri manufakturing konsumen


8

merupakan faktor penting dalam terget penjualan produk untuk meningkatkan

keuntungan perusahaan di masa mendatang (Nugraha A & Umar W, 2017).

Pada saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri

terutama pada manufactur dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat

persaingan yang semakin kompetitif. Hal itu mengharuskan perusahaan untuk

merencanakan kapasitas produksi agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan

tepat waktu serta dengan jumlah (kuantitas) yang sesuai dan juga dari sisi mutu

(kualitas) dari barang tersebut. Perusahaan akan selalu berusaha untuk memenuhi

permintaan konsumen dengan menyeimbangkan ketiga sisi tersebut, sehingga

diharapkan keuntungan perusahaan akan meningkat (Subchan M, & Umar W,

2014).

C. Pasir Silika

Pasir adalah material yang penting dalam bidang

konstruksi bangunan, baik berupa bangunan rumah tempat

tinggal, tempat ibadah, perkantoran, maupun gedung-gedung

sarana pendidikan serta bangunan-bangunan lainnya. Material

pasir dengan ukuran seragam seringkali dibutuhkan dalam

konstruksi bangunan. Material pasir pada umumnya terdiri dari

pasir yang masih bercampur dengan kerikil dan batu. Pasir

seperti ini harus diayak terlebih dahulu sebelum digunakan untuk

bahan konstruksi bangunan. Pasir dengan ukuran seragam

umumnya didapat dari proses pengayakan manual yang

membutuhkan banyak tenaga manusia serta waktu pengayakan


9

yang lama, sehingga perlu dibuat mesin ayak getar untuk

meminimalisir penggunaan tenaga manusia dan waktu pengayakan

(Huda F, dkk., 2010).

Pengertian pasir kuarsa (pada umumnya dijumpai berwarna putih) berbeda

pengertiannya dengan pasir putih, Pasir kuarsa terdapat sebagai endapan sedirnen.

berasal dari rombakan batuan yang mengandung silikon dioksida (kuarsa - SiO2)

seperti granit, riolit, granodiorit. Endapan pasir kuarsa te{adi setelah melalui

proses transportasi, softasi dan sedimentasi. Oleh sebab itu endapan pasir kuarsa

dialam tidak pernah didapatkan dalam keadaan murni. Butir kuarsa dialam

umumnya terdapat tercampur dengan lempung, feldspar (K,Na,Ca,Al,Silikat,

magnetit (FeiO+), ilmenit (FeO, TiO2), limonit [FeO (OH)n H2O], pirit (FeSj),

mika (gabungan mineral), biotit [K (Mg,Fe)r (AlSiO] Orn) (OH):1, hornblende

[Ca: Na (Mg Fe2;* (Al, Fe3, Ti)3 Si8 O2r (O.OH)21, zirkon (Zr SiO+). dan bahan

organik dari tumbuhan dan sebagainya. Proses transportasi oleh air menyebabkan

butiran pasir rnenjadi bertambah halus dan relatif menjadi lebih murni. Material

pengotor tersebut pada umumnya memberi warna pada pasir kuarsa, sehingga dari

warna yang ditunjukan dapat diperkirakan derajat kemurniannya. Pada umumnya

pasir kuarsa diendapkan dalam penyebaran melebar, dengan ukuran butir yang

berbeda mulai dari fraksi halus (0,06 mm) sampai dengan fraksi ukuran kasar (2

mm) (Sukandarrumidi, 2009).

Pasir silika atau pasir kuarsa adalah salah satu material alam yang

melimpah di Indonesia, tercatat bahwa total sumber daya pasir silika sebesar 18

miliyar ton. Permintaan pasir silika dengan kadar kemurnian yang tinggi untuk
10

pemenuhan kebutuhan industri sangat tinggi. Di dunia perindustrian pemakaian

pasir silika saat ini cukup pesat, seperti dalam industri ban, karet, gelas, semen,

beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film, pasta gigi, dan lain-

lain (Byantech, 2011 dalam Sumarno, dkk., 2015).

D. Pengayakkan (Screening)

Mesin ayak getar adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses

pengayakan, di mana prinsip kerjanya adalah putaran yang bersumber dari motor

listrik ditransmisikan ke poros dengan puli dan sabuk, kemudian poros berputar

tidak sesumbu yang disebabkan oleh gaya eksitasi dari massa tidak seimbang

dalam bentuk gaya sentrifugal. Pengaruh gaya eksitasi pada poros menyebabkan

ayakan bergetar, dan getaran dari ayakan inilah yang kemudian mengayak

material yang ada pada ayakan (Huda F, dkk., 2010).

Sebuah struktur yang mempunyai massa dan elastisitas yang mampu

bergerak secara relatif dan terjadi secara berulang-ulang dalam interval waktu

tertentu disebut getaran. Efek dari getaran dapat menimbulkan bunyi, merusak

bagian mesin, memindahkan gaya yang tidak diinginkan, dan menggerakkan

benda yang didekatnya. Getaran terjadi karena adanya eksitasi baik yang berasal

dari dalam maupun dari luar sistem, akan tetapi efek getaran yang ditimbulkan

sangat tergantung dari frekuensi eksitasi dan elemen-elemen dari sistem getaran

itu sendiri Eksitasi getaran secara praktis tidak mungkin dapat dihilangkan sama

sekali, namun upayayang dilakukan hanya bisa meminimalkan efek gaya-gaya

eksitasi yang terjadi terhadap sistem. Pada umumnya getaran tidak diinginkan

karena dapat menimbulkan kerusakan. Namun demikian tidak semua getaran yang
11

dihasilkan menyebabkan efek yang tidak dikehendaki atau merugikan, tetapi ada

juga efek getaran yang dapat dimanfaatkan seperti pada sistem pengayak getar.

Pengayak getar merupakan suatu peralatan mekanik yang memanfaatkan gaya-

gaya eksitasi yang terjadi guna memisahkan material berdasarkan ukuran butir

material yang dikehendaki (Yanto A, 2013).

Pengayakkan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan

dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian dapat

dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butiran halus) dan yang tertinggal di

ayakan (butiran kasar). Ukuran butiran tertentu yang masih dapat melintasi ayakan

dinyatakan sebagai butiran batas. Proses pengayakan biasanya masih dilakukan

secara manual menggunakan alat konvensional dengan 2 orang atau secara

bergantian sebagai operator, hal ini tentu akan membutuhkan biaya dan waktu

yang lebih untuk membuat suatu proses pekerjaan, oleh karena itu dicoba dibuat

alat pengayak pasir yang dapat meningkatkan produktifitas kerja operator dengan

tujuan agar proses pengayakan mengalami peningkatan terhadap hasil pengayakan

pasir serta dengan operator yang seminim mungkin.

Hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan dalam

suatu pekerjaan. Bagi para pekerja bangunan, proses pengayakan merupakan suatu

pekerjaan yang dilakukan untuk menghasilkan butiran yang dipilih seperti untuk

memplaster dinding, taman, dan keperluan lainnya. Saat ini, beberapa pekerjaan

dan peralatan masih dilakukan secara manual. Untuk melakukan pengayakan,

biasanya membutuhkan satu atau dua orang tenaga untuk mengayak. Ayakan yang

digunakan juga sangat sederhana dan biasanya digunakan untuk beberapa kali
12

pemakaian saja. Pergerakkan pengayakan seperti ini adalah gerakan secara

horizontal atau maju mundur. Proses ini kurang efisien baik dari segi waktu,

kondisi lapangan maupun kondisi cuaca, sehingga akan mengalami kendala secara

tidak langsung, jumlah ayakan yang dihasilkan terbatas, dan pekerjaan dilakukan

pada kondisi tertentu saja.

Mesin pengayak pasir adalah alat untuk mengayak material berupa pasir

maupun berupa batu yang sebelumnya tercampur. Mesin ini dapat mempermudah

pekerjaan operator dan memisahkan antara pasir dengan material lain yang

tercampur didalamnya. Mesin ini menggunakan motor listrik sebagai penggerak

utama dan juga dapat digunakan secara manual. Beberapa jenis mesin pengayak

pasir antara lain :

1. Grizzly screen, merupakan jenis ayakan statis, dimana material yang akan

diayak mengikuti aliran pada posisi kemiringan tertentu.

2. Vibrating screen, ayakan dinamis dengan permukaan horizontal dan miring

digerakkan pada frekuensi 1000 sampai 7000 Hz. Ayakan jenis ini

mempunyai kapasitas tinggi, dengan efisiensi pemisahan yang baik, yang

digunakan untuk range yang luas dari ukuran partikel.

3. Oscillating screen, ayakan dinamis pada frekuensi yang lebih rendah dari

vibrating screen (100-400 Hz) dengan waktu yang lebih lama.

4. Reciprocating screen, ayakan dinamis dengan gerakan menggoyang, pukulan

yang panjang (20-200 Hz). Digunakan untuk pemindahan dengan pemisahan

ukuran.
13

5. Shifting screen, ayakan dinamis dioprasikan dengan gerakan memutar dalam

bidang permukaan ayakan. Gerakan actual dapat berupa putaran, atau getaran

memutar. Digunakan untuk pengayakan material basah atau kering.

6. Revolving screen, ayakan dinamis dengan posisi miring, berotasi pada

kecepatan rendah (10-20 rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari

material-material yang relatif kasar, tetapi memiliki pemindahan yang besar

dengan vibrating screen (Handra N, dkk., 2016).

E. Peralatan Proses Pengayakkan (Screening).

Proses Pengayakkan pasir kuarsa/silika pada unit Screening didukung oleh

peralatan mekanis yang terangkai menjadi satu rangkaian peralatan yang saling

berhubungan dalam operasi tersebut. Secara umum peralatan screening pasir silika

pada PT. Mitra Prima Sulawesi adalah sebagai berikut: Hopper, belt conveyor,

vibrating screen, rotary screen.

1. Hopper

Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit screening yang

berfungsi sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi

penambangan sebelum material tersebut masuk ke dalam alat screening.

2. Feeder

Feeder adalah alat yang digunakan sebagai alat pengumpan yang berfungsi

untuk membantu atau mengatur keluarnya material umpan dari hopper yang akan

masuk ke alat screening.


14

3. Belt Convayor

Conveyor atau Bucket elevator adalah suatu perangkat transportasi yang

berguna untuk memindahkan material ke suatu tempat pengolahan berikutnya

yang bermaksud untuk mempermudah dan mempercepat kegiatan pengolahan

dilapangan pada rangkaian unit screening. Adapun bagian-bagian dari belt

convayor adalah :

1. Belt fungsinya adalah untuk membawa material yang diangkut.

2. Idler fungsinya untuk menyangga atau menahan belt

3. Centering devise, untuk mencegah agar belt tidak keluar dari rollernya.

4. Unit penggerak, pada belt convayor tenaga gerak dipindahkan ke belt oleh

adanya gesekan antara belt dengan pulley pengerak (drive pulley) karena

belt bergerak pada sekeliling pulley yang diputar oleh motor.

5. Pemberat yaitu komponen untuk megatur tegangan belt dan mencegah

terjadinya slip antar belt dengan pulley pengerak karena bertambah

panjangnya belt.

6. Bending the belt adalah alat yang digunakan untuk melengkungkan belt

yang terdiri dari pulley terakhir atau pertengahan, susunan roller-roller

dan beban serta adanya sifat kelenturan belt.

7. Pengumpan, adalah alat untuk pemuatan material keatas belt dengan

kecepatan yang diatur.

8. Pembersih belt convayor, adalah alat yang dipasang dibagian ujung bawah

belt agar material tidak melekat pada belt balik.


15

9. Kerangka adalah kontruksi baja yang menyangga seluruh susunan belt

convayor.

10. Motor pengerak adalah alat yang digunakan untuk memutar atau

menggerakkan purlley. Biasanya digunakan motor listrik.

4. Vibrating Screen

Virating screen adalah alat yang digunakan untuk memisahkan ukuran

material berdasarkan besarnya dari lubang bukaan (opening) ppada ayakan yang

dinyatakan dalam milimeter (mm) atau dapat juga dinyakan dalam satuan mesh

(#). Pengertian mesh berdasarkkan ASTM adalah jumlah lubang bukaan (opening)

yang terdapat dalam satuan inci.

5. Rotary Screen

Rotary screen merupakan ayakan berputar dengan efisiesi yang baik dan

dan tidak jauh berbeda dengan vibrating screen. Rotary screen merupakan tahap

ayakan terakhir untuk mendapatkan ayakan ukuran lebih kecil dari 5 mm.

F. Penelitian Relevan

Dalam penelitian ini ada beberapa relevan yang digunakan untuk sebagai

referensi perbandingan oleh peneliti antara lain :

Avellyn, dkk (2017) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja

Crushint Plant Pada Tambang Andesit Untuk Mencapai Target Produksi 23000

Ton/Bulan Di PT. Panghegar Mitra Abadi Kabupaten Baandung Provinsi Jawa

Barat”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak tercapainya target produksi

dengan target produksi yang ditetapkan perusahaan sebesar 883 ton/hari atau 100

ton/jam. Maka harus dilakukan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai


16

target produksi Antara lain yaitu upaya mengurangi waktu hambatan karena faktor

manusia maupun karena faktor alat, untuk mencapai efektifitas kerja yang

optimal, upaya penambahan umpan perlu dilakukan karena umpan yang masuk

kedalam Hopper yang terlalu sedikit sehingga target produksi tidak tercapai maka

dari itu perlu penambahan umpan sehingga tercapai target produksi yang di

inginkan, upaya perubahan setting pada alat peremuk yaitu primary jaw crusher

dan secondary Cone Crusher dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

produtivitas dapat di tingkatkan dan upaya penggabungan Antara perbaikan

umpan masuk dan perbaikan pada waktu hambatan, sehingga tercapainya target

produksi yang di inginkan atau target produksi bisa di tingkatkan secara optimal.

Akbar Nugraha dan Umar Wiwi (2017) Melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Kapasitas Produksi Pada PT. Mount Dreams Indonesia Dengan

Metode Rought Cut Capacity Planning (RCCP)”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa Setelah dilakukan analisis dan perhitungan terhadap

kapasitas tersedia dengan kapasitas diperlukan, didapat bahwa kapasitas mesin

yang ada saat ini masih dapat memenuhi besar permintaan pada tahun 2017

dengan pertimbangan harus dilakukan penambahan kapasitas gudang barang jadi

yang semula hanya sebesar 6950 Ton menjadi 15000 Ton. karena dengan

kapasitas gudang yang saat ini hanya sebesar 6950 Ton tidak akan mencukupi

untuk menampung persediaan barang jadi yang akan dipersiapkan untuk

memenuhi permintaan terbesar pada bulan Oktober yaitu 15950 Ton.

Dahni (2016) melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Kinerja

Crushing Plant dan Alat Muat Dalam Rangka Peningkatan Target Produksi
17

Batubara Pada PT. Mandiri Citra Bersama”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak tercapainya produksi yang ditargetkan sehingga perlu melakukan

peningkatan nilai produktivitas. Untuk meningkatkan target produksi yang besar

maka perlu alat muat dan angkut yang besar pula untuk menyeimbangkannya.

Penggantian alat muat wheel loader 500 menjai 600 dan penambahan jumlah

dump truck yang semula 3 buah menjadi 4 buah untuk menyesuaikan dengan alat

mauat yang besar dan untuk tercapainya terget produksi sebesar 500 ton/jam.

Muchammad Subchan dan Umar Wiwi (2014) melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Kapasitas Produksi Dalam Mengantisipasi Kenaikan

Jumlah Permintaan Pembuatan Kerangka Baja Di PT. Ometraco Arya Samanta

Dengan Metode Rought Cut Capacity Planning (RCCP)”. Dengan tujuan

Menentukan jumlah kapasitas produksi yang diperlukan ditiap-tiap stasiun kerja

di PT. Ometraco Arya Samanta dilihat dari waktu produksi yang tersedia dengan

metode Rought Cut Capacity Planning (RCCP) dan menentukan kapasitas yang

tersedia di PT. Ometraco Arya Samanta untuk dapat mengantisipasi meningkatnya

permintaan kerangka baja dimasa yang akan datang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa masih mengalami kekurangan kapasitas atau kurang

maksimal dalam pengoperasiaannya dalam memproduksi baja menjadi kerangka

baja.Ada 2 jenis langkah alternatif yang disarankan untuk dapat meningkatkan

kekurangan kapasitas yaitu alternatif jangka pendek (menambah jam lembur/Over

Time), dan juga alternatif jangka panjang (penambahan mesin ditiap – tiap WS).

Setelah dilakukan perhitungan untuk mencari alternatif yang paling besar

perubahan dalam masalah kekurangan kapasitas pada tiap – tiap WS, didapatkan 1
18

jenis langkah alternatif yang mengalami perubahan dari kekurangan kapasitas

menjadi kelebihan kapasitas yaitu pada langkah alternatif jangka panjang.

E. Kerangka Pikir

Pasir silika atau pasir kuarsa adalah salah satu material alam yang

melimpah di Indonesia, tercatat bahwa total sumber daya pasir silika sebesar 18

miliyar ton. Permintaan pasir silika dengan kadar kemurnian yang tinggi untuk

pemenuhan kebutuhan industri sangat tinggi. Di dunia perindustrian pemakaian

pasir silika saat ini cukup pesat, seperti dalam industri ban, karet, gelas, semen,

beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film, pasta gigi, dan lain-

lain (Byantech, 2011 dalam Sumarno, dkk. 2015).

Di kabupaten bombana khususnya di desa ranokomea terdapat

penambangan pasir silika yang dikelola oleh PT. Mitra Prima Sulawesi dengan

luas IUP sebesar 176.6 HA. Penambangan pasir kuarsa dilakukan secara tambang

terbuka. Tahapan kegiatan meliputi: pengupasan lapisan penutup, pembongkaran

pemuatan dan pengangkutan. Pengelolaan pasir silika yang dilakukan oleh PT.

Mitra Prima Sulawesi terdiri satu unit alat screening untuk memisahkan antara

silika dengan pengotor, dengan sasaran produksi sekitar 20.000 ton/bulan. Namun,

dalam melakukan produksi sering mengalami kendala sehingga dapat

mempengaruhi produksi. kendala dalam melakukan produksi biasanya terjadi

diakibatkan faktor non-mekanis dan mekanis sehingga produksi tidak mencapai

target yang ditetapkan. Jika target produksi tidak tercapai maka perlu dilakukan

upaya-upaya untuk mencapai target produksi yaitu dengan mengurangi waktu

hambatan karena faktor non-mekanis maupun karena faktor mekanis, untuk


19

mencapai efektifitas kerja yang optimal. Untuk memberikan gambaran alur

penelitian, dapat dijelaskan dalam diagram alir kerangka pemikiran sebagaimana

ditunjukkan pada gambar 1 bagan kerangka pikir.

Penambangan pasir silika

Pengolahan dengan menggunakan


mesin secreening

Faktor hambatan dalam Kinerja mesin screening dalam


melakukan produksi mencapai produksi

Upaya peningkatan produksi jika


target produksi tidak tercapai

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir


20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian lapangan ini dilaksanakan sejak proposal penelitian disetujui

sampai selesai. Secara administrasi daerah penelitian bertempat di PT. Mitra

Prima Sulawesi Desa Ranokomea, Kecamatan Poleang Barat, Kabupaten

Bombana.

Gambar 2. Peta lokasi Penelitian

PT. Mitra Prima Sulawesi merupakan perusahaan tambang yang

melakukan eksplorasi pasir silika (kwarsa), beroperasi didaerah pesisir di


21

kabupaten bombana provinsi sulawesi tenggara, indonesia. PT. Mitra Prima

Sulawesi memasarkan pasir silika ke penambang-penambang mineral yang

membutuhkan pemurnian di seluruh Indonesia.

Kompleks tambang milik PT. Mitra Prima Sulawesi di Bombana

merupakan salah satu penghasil pasir silika dengan kadar SiO 1 tertinggi di

Indonesia, dan mengandung cadangan silika yang sangat melimpah, di mana

kegiatan eksplorasi yang berlanjut membuka peluang untuk terus menambah

cadangan kami yang berusia panjang. PT. Mitra Prima Sulawesi memiliki IUP

eksplorasi seluas 176.6 HA.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian dengan

menggunakan metode analisis kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan

analisis kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan format terstruktur,

analisis kuantitatif biasanya berupa data-data mentah untuk itu maka diperlukan

format yang terstruktur.

Pendekatan yang digunakan dala penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif. Pada hakekatnya penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang

bertujuan untuk melukiskan dan menggambarkan keadaaan dilapangan secara

sistematis dengan fakta-fakta dengan interprestasi yang tepat, serta bukan hanya

untuk mencari kebenaran mutlak tetapi pada hakekatnya mencari pemahaman

observasi. Pada penelitian ini, peneliti berinisiatif menganalisis tentang kinerja

screening pada tambang pasir silika untuk mencapai target produksi


22

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini antara lain meliputi:

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung

di lapangan melalui pihak perusahaan dan orang-orang yang dianggap

berkepentingan dan mempunyai pengetahuan mengenai data yang ingin

diteliti yaitu dengan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait dan

mengolah data secara langsung di lapangan yang sesuai dengan yang peneliti

butuhkan. Data primer dalam penelitian ini meliputi :

a. Observasi langsung dari peneliti terhadap kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan kinerja screening pada tambang pasir silika untuk

mencapai target produksi.

b. Hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam memberikan

kontribusi dalam penelitian ini mengenai kinerja screening pada tambang

pasir silika untuk mencapai target produksi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian dari sumber-sumber yang sudah ada. Data sekunder

dalam penelitian ini berupa sejarah perusahaan, letak dan kesampaian daerah,

dan tahapan pengolahan maupun dokumen lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.
23

D. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah produk pasir silika yang telah

diproduksi perusahaan. Dalam penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan

teknik purposive atau pengambilan sampel penelitian berdasarkan tujuan.

Pemilihan sampel penelitian dalam purposive didasarkan atas ciri-ciri tertentu atau

berdasarkan tujuan penelitian (Nurul Zuriah, 2006).

Sampel dalam penelitian ini merupakan data selama satu bulan produksi.

Dalam penelitian yang di lakukan seorang peneliti mengambil data produksi pasir

silika sebanyak kebutuhan yang diteliti melalui pertimbangan dan kriteria.

Penentuan sampel yang berasal dari mesin screening, dipilih berdasarkan kriteria

sebagai berikut:

1. Produk dengan ukuran 5-10 mm

2. Produk dengan ukuran 10-25 mm

E. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 1 sebagai

berikut:

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian.

No. Alat Kegunaan

1. Stopwatch Untuk menghitung waktu tempuh dump truck dan


waktu alart beroperasi
2. ATK Untuk mencatat data-data yang ada pada saat
melakukan observasi di lapangan
3. Kamera Untuk mendokumentasikan gaambar ditempat
penelitian
24

4. Laptop Untuk menyusun laporan penelitian

5 Kuisioner Untuk mengetahui tanggapan responden

terhadap pertanyaan yang diajukan

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, sumber dan

pengaturan. Dalam penelitian perolehan data sangat luas serta mendalam, maka

perlu diklasifikasikan upaya yag dilakukan dalam penelitian ini, antara lain

sebagai berikut :

1. Observasi
Menurut Sugiono (2012), observasi adalah melakukan pengamatan secara

langsung dilapangan untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu dengan

mendeskripsi kenampakan langsung objek penelitian dilapangan serta

pengambilan data lapangan yang berupa pengamatan dan pengukuran di

lapangan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan peneliti untuk di wawancarai

responden secara langsung. Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap

mua dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh kedua belah pihak

yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Wawancara ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengdapatkan data yang lebih mendalam tentang masalah-masalah

dalam penelitian (Moleong, 2004).

3. Dokumentasi
25

Metode ini digunakan mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam

catatan dokkumen. Fungsinya sebagai pendukung dan pelengkap dari data primer

yang diperoleh yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Data dari

dokumen akan digunakan sebagai data sekunder dan pendukung setelah observasi

dan wawancara.

4. Kepustakaan

Kepustakaan merupakan data yang diperoleh melalui kajian literatur

seperti karya ilmiah, surat kabar , majalah, skripsi dan lain sebagainya untuk

memperoleh teori-teori dan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini.

G. Analisis dan Pengolahan Data

Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul tentu dibutuhkan metode

untuk melakukan analisis terhadap data-data tersebut agar hasilnya mampu

menjawab masalah penelitian ini. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis secara deskriptif kuantitatif .

1. Faktor-faktor yang dapat menghambat dalam mencapai target produksi

Faktor-faktor yang dapat menghambat produksi biasannya disebabkan

karena faktor non-mekanis dan hambatan yang disebabkan karena faktor mekanis.

Hambatan operasi akan menghambat produktivitas alat. Hambatan operasi dibagi

menjadi dua yaitu hambatan mekanis dan hambatan non mekanis. Hambatan ini

akan menyebakan banyaknya kehilangan waktu operasi.

a. Hambatan Mekanis
26

Hambatan mekanis adalah hambatan yang berasal dari faktor mekanis alat.

Hambatan ini terjadi karena alat mengalami kerusakan atau gangguan

sehingga diperlukan perbaikan dan alat terpaksa harus berhenti beroperasi.

Adapun hambatan yang termasuk kedalam jenis hambatan mekanis yaitu

penanganan kerusakan alat, servis, pengecekan alat dan antrian alat muat dan

angkut.

b. Hambatan Non Mekanis

Hambatan non mekanis adalah hambatan yang disebabkan oleh komponen

dari luar alat. Hambatan ini menyebabkan crushingplant berhenti beroperasi

padahal alat dalam keadaan standby dan siap untuk digunakan (tidak ada

kerusakan). Adapun yang termasuk kedalam jenis hambatan non meknis yaitu

hujan, istirahat kerja, libur nasional, kondisi lapangan dan lain – lain.

c. Rangkaian Alat Screening

Hopper

BC 1 aliran ke vibrating
screen
Stockpile BC 2
produk Vibrating screen
10-25 mm Pembuangan
BC overzise
Rotary Screen

BC 3
Stockpile
produk
5-10 mm
Gambar 3. Rangkaian Alat Screening

d. Poto Alat Screening


27

Gambar 4. Poto Lapangan

Gambar 5. hopper

Gambar 6. Vibrating Screen dan rotary screen


28

2. Kinerja screening agar dapat bekerja secara optimal sehingga target dapat

tercapai.

Untuk mengetahui kinerja screening dapat dilakukan dengan beberapa

prosedur diantaranya yaitu :

1. Menghitung efisiensi masa waktu kerja

Untuk mengetahui efisiensi kerja, harus diketahui jadwal kerja perusahaan

tersebut. Jadwal kerja sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja dan efisiensi

kerja per hari maka akan diketahui hasil yang diperoleh oleh alat tersebut. Adapun

rumus untuk mengetahui waktu kerja adalah sebagai berikut :

……………………………… (1.1)
We = Wt – (Wn + Wu)

Keterangan :

We = Waktu kerja efektif

Wt = Waktu kerja yang tersedia

Wn = Waktu hambatan karena faktor mekanis

Wu = Waktu hambatan karena faktor non-mekanis

Setelah diketahui hasilnya maka dinyatakan dalam bentuk efisiensi,

dengan rumus yaitu :

……………………………………… (1.2)
E= x 100%

Keterangan :

E = Efisiensi

We = Waktu produksi efektif per hari


29

Wt = Waktu kerja yang tersedia per hari

2. menghitung Penilaian kesediaan alat screening.

Perhitungan kesediaan alat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yaitu :

a. Faktor mechanical availability (MA) (ketersediaan mekanik).

Merupakan angka yang menunjukkan persentase suatu alat untuk bero

perasi dengan memperhitungkan kehilangan waktu sebab-sebab mekanik,

misalnya repair, perawatan, perbaikan, pergantian suku cadang dan lain-lain.

Dengan rumus :

………………………………………………………………….. (2.1.1)
MA = x 100%

Di mana :

W = jam jalan/beroperasi

R = jam perbaikan/perawatan

b. Faktor Phisycal Availability (PA) (Ketersediaan Fisik).

Merupakan angka yang menunjukkan persentase kesediaan suatu alat

beroperasi dengan memperhitungkan kehilangan waktu yang dikarenakan sebab

mekanis, misalnya tunggu perbaikan jalan rusak, hujan dan lain-lain.

Dengan rumus :

……………………………………….. (2.1.2)
PA = x 100%
Di mana :

W = jam jalan/beroperasi

S = jam standby

T = jam tersedia
30

c. Faktor Use OfAvailability (UA) (Penggunaan Ketersediaan)

Merupakan angka yang menunjukkan berapa persen waktu yang

digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat dapat digunakan

(available).

Dengan rumus :

UA = x 100% …………………………………….. (2.1.3)

Di mana :

W = jam jalan/beroperasi

S = jam standby

d. Faktor Effective Utilization (EU) (Penggunaan Efektif)

Merupakan angka yang menunjukkan berapa persen waktu yang

digunakan untuk beroperasi oleh suatu alat dari seluruh waktu yang tersedia.

Dengan rumus :

…………………………………….. (2.1.3)
EU = x 100%
Di mana :

W = jam jalan/beroperasi

T = jam Tersedia

Kategori : > 50% layak pakai

< 50% tidak layak pakai


31

3. Perhitungan Hasil Produksi

Hasil data produksi perhari data ini merupakan laporan hasil kerja atau

hasil produksi aktual unit perhari yang dilakukan perusahaan. berdasarkan

hitungan jumlah produksi yang telah termuat di hopper. Data ini yang digunakan

untuk mengetahui berapa ton produksi yang didapat alat screening dalam 1 jam

bekerja.

4. Perhitungan Material Balance (Neraca Bahan)

Neraca bahan (material balance) adalah suatu neraca kesetimbangan pada

pengolahan bahan galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat

pengolahan jumlahnya akan sama dengan jumlah material yang keluar. Jadi untuk

mengetahui jumlah kehilangan material pada unit screening adalah sebagai

berikut :

L=F–P ………………………………………………………. (4.1)

Keterangan :

F = Jumlah material umpan (ton/jam)

P = Jumlah produk (ton/jam)

L = Jumlah kehilangan (ton/jam) (Sari A S, dkk., 2017)

Hasil akhir yang telah diambil selama melakukan penelitian akan

dianalisis dan dibahas untuk mengetahui kinerja pada screening, kemudian

diambil kesimpulan setelah data tersebut selesai dianalisis sehingga didapat suatu

hasil yang nantinya akan dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.


32

H. Diagram Alir Penelitian. 1. Studi Pustaka


2. Pembuatan
MULAI Proposal
3. Observasi
Lapangan
PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER


1. Observasi lapangan 1. sejarah perusahaan
2. Wawancara 2. letak dan kesampaian
3. Spesifikasi alat screening daerah, dan tahapan
pengolahan
4. Pengambilan sampel
5. Olah data lapangan
6. Dokumentasi

ANALISIS DATA
(Analisis Kuantitatif)

Faktor-faktor hambatan Kinerja screening agar dapat


bekerja secara optimal
dalam mencapai target
sehingga target dapat
produksi
tercapai

HASIL ANALISIS

Anda mungkin juga menyukai