Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

Dokumen ini membuka studi kelayakan pada rencana perkembangan dari


pabrik peleburan NPI (Nickel Pig Iron) yang terdiri dari 8 (delapam) Tungku
Perapian dalam dua tahap dengan luas masing-masing 80 m 3, dengan produksi
tahunan per tungku sekitar 200.000 ton NPI dengan kandungan nikel 10%
(berkisar antara 9 12%), setara dengan kurang lebih 20.000 ton nikel metal.

1.1. LATAR BELAKANG

PT TEKINDO ENERGI merupakan sebuah perusahaan yang terkait


dalam bisnis pertambangan bijih nikel di Indonesia sejak tahun 2003. Perusahaan
tersebut terkait dalam eksplorasi, perkembangan, produksi, peleburan, dan
pemasaran bijih nikel. Hal ini beroperasi terutama semata di Maluku Utara dan
merupakan pemegang Izin Pertambangan (IUP Eksploitasi) untuk bijih nikel di
kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku
Utara.

PT TEKINDO ENERGI berencana untuk membangun Pabrik Peleburan


NPI (Nickel Pig Iron) untuk memproduksi NPI sebanyak 200.000 ton setiap tahun
dengan kualitas nikel sebesar 10%. Rencana ini sejalan dengan Hukum Nomor 4
tahun 2009 (Hukum Pertambangan/UU Minerba) untuk mempromosikan
pemrosesan bahan-bahan tambang Indonesia secara domestik.

Agar dapat merealisasikan Rencana di atas, PT TEKINDO ENERGI telah


membentuk sebuah perusahaan yang baru dengan nama PT TEKA MINING
RESOURCES (PT TMR).

PT Teka Mining Resources (PT TMR) akan memiliki jaminan persediaan


bijih dari Tambang PT. NICKEL INDONESIA RESOURCES, PT PUTRI
TASYANA PERTIWI dan PT TEKINDO ENERGI di Halmahera Tengah (Lihat
Gambar 1.1. Peta Halmahera Tengah).

Halaman 1
Gambar 1.1. Peta Lokasi dan Tambang

Halaman 2
1.2. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah untuk menentukan, pada


tingkat keakuratan kelayakan, modal keseluruhan dan biaya-biaya pelaksanaan
dari proyek berikut yang telah menganjurkan pengembangan-
pengembangan utama:

Peleburan NPI dengan kapasitas output (hasil) rancangan sebesar


200,000 usulan NPI pada kandungan Nikel sekitar 10% (berkisar antara 9
12%) dan prasarana-prasarana tambahannya;

Persediaan tenaga (susunan gabungan limbah panas dari Tungku-


tungku Perapian);

Prasarana-prasarana Pelabuhan;

Sarana-sarana bersama (misalnya, Persediaan Air, Jalan, Kantor,


Gudang, Bengkel, dan lain sebagainya);

Akomodasi Perumahan untuk Tenaga Kerja.

1.3. TINJAUAN LOKASI GEOGRAFIS PADA PROYEK

1.3.1. Lokasi dan Jalan Masuk

Lokasi Proyek adalah di Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten


Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara, Indonesia (Seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.2.).

Secara Geografis, Kabupaten Halmahera Tengah terletak di antara 0 045


Lintang Utara s/d 0015 Lintang Selatan dan 127045 129026 Bujur Timur. Iklim
di daerah ini adalah iklim tropis kering dengan curah hujan rata-rata sekitar
139,27 mm setiap bulan.

Batas-batas Kabupaten Halmahera Tengah adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Halmahera Timur


Sebelah Timur : Provinsi Papua Barat
Sebelah Selatan : Kabupaten Halmahera Selatan
Sebelah Barat : Kota Tidore Kepulauan

Halaman 3
Gambar 1.2. Peta Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara

Luas Wilayah Kabupaten Halmahera Tengah tercatat 8.381,48 km 2


(daratan 2.276,83 km2, lautan 8.381,48 km2). Sekitar 73% Wilayah Halmahera
Tengah merupakan lautan, sedangkan 27% lainnya merupakan daratan.

Gambar 1.3. Persentase Luas Daratan dan Lautan di Kabupaten Halmahera Tengah

Halaman 4
Ibukota Kabupaten adalah Weda. Secara administratif, Kabupaten ini
terbagi menjadi 8 Kecamatan, yakni Weda, Weda Selatan, Weda Utara, Weda
Tengah, Patani, Patani Utara, Patani Barat dan Pulau Gebe. Kecamatan-
kecamatan tersebut terdiri dari 61 desa/kelurahan dan 1 UPT. Tujuh
Kecamatan diantaranya berada di Pulau Halmahera yang merupakan pulau
terbesar di Provinsi Maluku Utara, sedangkan satu kecamatan yakni Pulau Gebe
yang terletak di sebelah timur Pulau Halmahera. Selain pulau
Halmahera, Kabupaten Halmahera Tengah juga memiliki 37 buah pul au dan di
antara pulau tersebut hanya 2 buah pulau yang dihuni, yaitu Pulau Gebe dan
Pulau Yoi. Daerah Halmahera Tengah merupakan daerah pantai karena
kurang lebih 80% desa/kelurahan berada di daerah pantai sedangkan 20%
lainnya daerah pegunungan.

Beberapa sungai yang mengaliri wilayah Halmahera Tengah yaitu Ake


Dote, Ake Waleh, Ake Sagea, Ake Kobe, Ake Dolori, Ake Dowonto, Ake
Lukulama dan Ake Foyatobaru. Wilayah Halmahera Tengah juga memiliki
Danau Sagea dan Gunung Liember dengan ketinggian 1.262 m di atas
permukaan laut yang terletak di Kecamatan Weda Utara.

Lokasi Proyek Peleburan NPI dapat diakses dari Jakarta, Ibu Kota
Republik Indonesia menuju ke Ternate dengan rute sebagai berikut:

o Dari Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) ke Bandara Sultan Babullah


(Ternate) melalui Pesawat Terbang selama 4 5 jam :

Lion Air : Jakarta Manado Ternate


Batik Air : Jakarta - Ternate
Sriwijaya Air : Jakarta Ternate
Sriwijaya Air : Jakarta Makassar Ternate
Garuda Indonesia : Jakarta Manado Ternate
Garuda Indonesia : Jakarta Makassar Ternate

o Dari Bandara Sultan Babullah dengan menggunakan taxi ke Kota Baru


(Pelabuhan) selama 15 menit

Halaman 5
o Dari Pelabuhan Kota Baru dengan menggunakan boat ke Sofifi selama 45
menit

o Dari Sofifi dengan menggunakan kendaraan ke Weda selama 2 jam

o Dari Weda ke Lokasi dengan menggunakan kendaraan selama 30 60


menit.

1.3.2. Cuaca

Halmahera Tengah, sama seperti dengan bagian dari Indonesia,


mengalami dua musim setiap tahun, yaitu Musim Penghujan dan Musim
Kemarau. Musim kemarau umumnya terjadi antara bulan Juni dan bulan
September, ketika angin-angin barat laut besar atau dipengaruhi oleh masa udara
dari benua Australia.

Hal ini haruslah diperhatikan bahwa meskipun diistilahkan musim


kemarau berarti hujan masih terjadi, hanya kurang dari terjadi di musim
penghujan. Musim basah (musim penghujan) terjadi antara bulan Desember dan
bulan Maret dan ini merupakan hasil dari sebagian besar angin-angin tukar-
menukar di sebelah tenggara atau dipengaruhi oleh masa udara Benua Asia
dan Samudera Pasifik melewati samudera-samudera. Udara mengandung banyak
uap dan menyebabkan hujan jatuh di Halmahera Tengah.

Masa-masa transisi (peralihan) antar dua musim adalah di bulan April


hingga bulan Mei dan bulan Oktober hingga bulan November. Musim-musim
transisi dikenal sebagai Musim Pancaroba. Sebagaimana konsekwensi dari
kondisi perubahan alam secara tidak menentu, kondisi-kondisi musim selalu
sesat. Curah hujan dipengaruhi oleh cuaca, orografi dan siklus aliran udara. Oleh
karena itu, volume dari curah hujan adalah bervariasi setiap bulan.

Data yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kulo Jaya, Kecamatan Weda
Tengah selama tahun 2014 menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Agustus yakni sekitar 313,7 mm3 dengan jumlah ahri hujan yaitu 18
hari. Sedangkan curah hujan terendah yaitu 79 mm 3 dengan jumlah hari hujan
yaitu sebanyak 11 hari.

Halaman 6
1.3.3. Tumbuh-tumbuhan dan Hewan

Pulau Halmahera memiliki manfaat strategis dalam konservasi


sumberdaya alam dan ekosistem disebabkan perbedaannya dari jenis-jenis
khusus tumbuh- tumbuhan dan hewan yang tidak diketemukan dimana pun di
belahan bumi lainnya.

Secara geografis, hal ini karena Maluku bersama dengan Sulawesi dan
Nusa Tenggara berlokasi di kawasan Wallace (kawasan Wallace) yang
merupakan area antara garis Wallace dan garis Weber yang memisahkan
kawasan- kawasan biogeografis Indomalaya di bagian Barat dan Australasia di
bagian Timur.

Beberapa jenis endemis hingga Sulawesi berlokasi di Halmahera antara


lain adalah babirusa dan maleo. Menurut Sujatnika dan kawan-kawan (1995),
beberapa spesies burung yang merupakan jenis endemis hingga Halmahera dapat
diketemukan, seperti: Tuwur Austaralia (Eudynamis Cynocephala), Kasturi
(Lorrius Garrulus), Kirik-Kirik (Merops Ortanus), Kutilang (Pycnonotus
Aurigaster), Isap Madu Zaitun (Lichmera Argentauris), Elang Bondol (Hailastur
Indus), Gagak Halmahera (Corvus Validus), Rangkong (Aceros Cassidix),
Srigunting Wallacea (Dicrurus Densus), Walik Benjol (Ptilinopus Granulifrons),
Angsa Batu Topeng (Sula Dactylatra), Gosong Maluku (Eulipoa Wallacei), Nuri
Raja Ambon (Alisterus Amboinensis), Burung Gereja_Erasia (Passer
Montanus), Nuri K alung Ungu (Eos Squamata), Udang Merah Kerdil (Cexy
Lepidus), Cikukua Halmahera (Melitograis Gilolensis), Puyuh Batu (Coturnix
Chinensis), Bondol (Lonchura Malacca), Kipasan Kebun (Rhipidura Leucophrys),
Julang Irian (Rhyticeros Pilicatus), Kuntul (Egretta sp), Cekakak Sungai (Halcyon
Chloris), Tepekong Kumis (Hemiprocne Mystacea), Kepudang (Oriolus Chineni),
Belinis Kembang (Dendrocygna Arcuata), Burung Madu Sriganti (Nectarina
Jugularis), Nuri pipi merah (Geoffoyus Geoffoyi), Ayam Hutan (Gallus Gallus).

Kecuali untuk binatang-binatang, beberapa spesies mamalia dan reptil


ditemukan di Halmahera, yaitu : Babi Hutan (Sus Scropa), Rusa (Cervus sp),
Biawak (Varanus Salvator), Musang (Viviera Tangalunga), Bajing (Rubisciurus

Halaman 7
Rubriventer), Kodok (Rhana sp), Kadal (Mabuya Multifosciata), Codot Buah
(Cynopterus Brachyatis), Kelelawar (Myotis sp), Tikus (Rattus sp), Ulat Pyton
(Python Reticulatus), Ular Daun (Calamaria Nuchalis), Ular Hitam
(Tropidolaemus Wagleri), Ular Hijau (Trimeresurus Albolabris).

Dalam sebuah upaya untuk melindungi perbedaan tumbuh-tumbuhan dan


hewan, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan sejumlah Hukum dan Peraturan-
peraturan untuk melindungi beberapa spesies dari binatang dan tanaman-
tanaman dari kepunahan sebagai sebuah akibat dari aktifitas perdagangan,
perburuan dan penangkapan/pengumpulan secara illegal.

1.3.4. SARANA YANG ADA

Perkembangan kecamatan Weda Tengah dan area-area lainnya di


kabupaten Halmahera Tengah secara terus-menerus dilakukan.

Fasilitas Penerangan

Fasiltias penerangan di suatu wilayah mencerminkan kemudahan


penduduk dalam menerima informasi atau sekedar menerangi rumah dan jalan-
jalan di sekitarnya. Namun yang lebih penting ketersediaan fasilitas penerangan
memberikan kemudahan kepada pelaku-pelaku ekonomi dalam menjalankan
roda usahanya.

Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa pada tahun 2013, di Kabupaten


Halmahera Tengah terdapat 78,16 persen penduduk sudah dapat menikmati
listrik, baik dari PLN maupun non PLN. Jaringan listrik yang belum bisa
menjangkau sampai ke pelosok-pelosok desa menyebabkan masih banyaknya
penduduk yang menggunakan listrik non PLN. Dengan demikian masih terdapat
hampir sepertiga rumah tangga yang belum bisa menikmati fasilitas penerangan
listrik. Sedangkan sebanyak 21,84 persen masih belum menggunakan listrik dan
masih menggunakan pelita atau sente atau obor dan/atau lainnya.

Halaman 8
Tabel 1.1.
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan yang Digunakan di
Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2013
Sumber Penerangan Persentase
(1) (2)
1. Listrik PLN 51.92
2. Listrik Non PLN 26.24
3. Petromaks 0.00
4. Pelita / Sentir / Obor 21.46
5. Lainnya 0.37
Total 100
Sumber : BPS Kab.Halmahera Tengah - SUSENAS 2013

Jalan

Panjang jalan di Kabupaten Halmahera Tengah pada tahun 2015 adalah


sepanjang 455,86 km, 214,49 km jalan di Kabupaten Halmahera Tengah
merupakan jalan aspal, 223,91 km tidak diaspal diaspal, dan 17,46 km lainnya.

Kondisi jalan di Kabupaten Halmahera Tengah masih belum sepenuhnya


bisa menghubungkan semua kecamatan termasuk desa, terutama Kecamatan
Weda Utara. Hampir separuh kondisi jalan di Kabupaten Halmahera Tengah
kondisinya baik, sisanya 39% sedang, 16% rusak ringan dan 2% rusak berat.
Pada tahun 2014 panjang jalan yang diaspal mencapai 197,15 km, meningkat
menjadi 214,49 km di tahun 2015.

Halaman 9
Gambar 1.4. Kondisi Jalan di Halmahera Tengah tahun 2015

Fasilitas Air Minum

Air merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi kehidupan


manusia, tanpa adanya air merupakan suatu bencana bagi kelangsungan
hidup manusia. Didasari atas pentingnya fungsi air ini, maka salah satu perhatian
pemerintah adalah penyediaan fasilitas air minum.

Sumber air minum merupakan indikator penting untuk mengukur derajat


kesehatan keluarga. Ledeng dianggap sebagai air minum terbaik, namun
perngadaannya ma sih mendapat berbagai kendala, termasuk dalam mencari
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan dan lain-lain. Pada Gambar 1.5
terlihat bahwa pada tahun 2013 di Kabupaten Halmahera Tengah, sebagian besar
rumah tangga atau sebesar 69 persen memanfaatkan sumber air minum dari
sumur terlindung (bersih) dan 31 persen masih memanfaatkan sumber air minum
tidak bersih.

Sumber : BPS Kab.Halmahera Tengah - SUSENAS 2013

Gambar 1.5. Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum


di Kabupaten Halmahera Tengah, 2013

Bandar Udara

Kota Ternate memiliki Bandara Udara Internasional Sultan Babullah


dengan panjang dan lebar landasan pacu 5.875 ft dan 2150 m dengan permukaan

Halaman 10
aspal. Beberapa Maskapai Penerbangan yang beroperasi di Bandara ini adalah
antara lain Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air.

Halaman 11
Bank

Jasa perbankan dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan


meningkat seiring dengan semakin banyaknya kegiatan perekonomian
masyarakat yang membutuhkan jasa ini. Jumlah bank di Kabupaten Halmahera
Tengah pada tahun 2015 tercatat sebanyak 5 bank, yaitu BRI, Bank Maluku Bank
BNI, Bank Danamon, dan Bank Mandiri.

1.3.5 Penduduk, Sosio dan Ekonomi


Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2015 adalah 498


(ratusan jiwa) yang tersebar di sepuluh kecamatan. Secara keseluruhan, jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Hal ini tercermin dari
angka rasio jenis kelamin Halmahera Tengah sebesar 105, yang berarti terdapat 105
laki-laki pada setiap 100 perempuan. Secara umum biasanya penduduk
perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki, namun tidak demikian
dengan penduduk Kabupaten Halmahera Tengah berdasarkan sex-ratio di
atas. Salah satu penyebab kondisi kependudukan seperti ini diduga daerah ini
merupakan tujuan perantau dari daerah lain untuk mencari nafkah dengan
dibukanya beberapa perusahaan pertambangan dan perkayuan.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Halmahera Tengah selama


kurun waktu tiga tahun terakhir rata-rata 3,1%. Pertumbuhan ini relatif sedang
mendekati tinggi dan pertumbuhan penduduk yang tinggi oleh banyak pihak
merupakan suatu hal yang merisaukan, apalagi bila tidak dibarengi dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Apabila pertumbuhan penduduk yang
tidak diikuti dengan penyediaan kegiatan ekonomi (misalnya lapangan
pekerjaan) yang memadai, maka dipandang bahwa pertumbuhan penduduk
tersebut nantinya akan menjadi masalah. Pertumbuhan penduduk yang positif
pada akhirnya akan menuntut tersedianya lahan hunian dan lahan usaha bagi
penduduk itu sendiri.

Walaupun peningkatan kepadatan penduduk di daerah ini relatif rendah


namun kalau dilihat dari penggunaan lahan yang umumnya lahan rawa dan

Halaman 12
perbukitan berbatu, serta semakin meluasnya lahan penggalian, maka pada
saatnya nanti akan menyulitkan pemerintah dalam penyediaan berbagai
macam fasilitas, karena berkurangnya lahan yang bisa di manfaatkan.
Oleh sebab itu perubahan jumlah penduduk masih tetap merupakan prioritas
yang perlu diperhatikan terutama dari sisi fertilitas.

Pendidikan Sosio

Pendidikan mempunya peranan yang sangat penting dalam


mencipatakan sumberdaya manusia. Berbagai program pemerintah telah
dilakukan untuk mencipatakan insan-isan Indonesia yang berkualitas pada
masa kini dan yang akan datang.

Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan


sumberdaya manusia untuk diikutsertakan dalam pembangunan juga semakin
selektif. Oleh sebab itu persaingan dalam bidang pendidikan juga semakin
meningkat, karena tingkat pendidikan memberikan cerminan tentang tingkat
kemampuan dan pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan semakin
lias wawasan berfikirnya dan sekaligus memberikan nilai tinggi pada status
sosialnya.

Ketersediaan fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar merupakan


dua hal yang memegang peranan penting terhadap maju mundurnya dunia
pendidikan. Salah satu hal yang selama ini masih mejadi kendala adalah
kelangkaan jumlah guru pada daerah-daerah terpencil. Isu yang masih sering
terdengar bahwa banyak guru yang enggan ditempatkan pada daerah terpencil
mengakibatkan menumpuknya jumlah guru di daerah perkotaan. Hal yang juga
menjadi kendala disamping sarana dan prasarana adalah kesadaran penduduk
itu sendiri, karena rendahnya kesadaran itu, maka penduduk akan lebih
mementingkan peningkatan ekonomi keluarga secara harafiah daripada
memasukkan anaknya ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan telah menjadi


kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi. Melalui pendidikan, seseorang akan
ditempa untuk menjadi pribadi yang berkualitas. Sumber Daya Manusia yang

Halaman 13
berkualitas ini nantinya akan menjadi modal utama dalam pembangunan
nasional.

Untuk membentuk SDM yang berkualitas tentunya harus didukung


dengan pendidikan yang berkualitas pula. Kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan tercermin dari meningkatnya partisipasi masyarakat
dalam dunia pendidikan. Peningkatan partisipasi ini hendaknya juga diiringi
dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung pendidikan, terutama
untuk wilayah yang masih terbelakang dan terpencil, sehingga
pemerataan pendidikan dapat tercapai.

Pada tahun 2015, terdapat banyak sekolah di Kabupaten Halmahera Tengah


dari level taman kanak-kanak hingga menengah atas. Dari sekolah tersebut, 34
diantaranya adalah TK, 65 SD, 4 MI, 27 SMP, 10 SMA, dan 9 SMK.

Angka partisipasi murni menurut jenjang pendidikan di Kabupaten


Halmahera Tengah untuk jenjang pendidikan SD sebanyak 95,58 persen laki-laki
dan 98,84 persen laki-laki, untuk jenjang pendidikan SMP yaitu 61,64 persen laki-
laki dan 69,09 perempuan, sedangkan untuk jenjang pendidikan SMA yaitu 65,38
persen laki-laki dan 71,15 persen perempuan.

Rata-rata penduduk di Kabupaten Halmahera Tengah sudah mengenyam


bangku pendidikan hingga SMP namun tidak sampai tamat (9 tahun). Besarnya
angka rata-rata lama sekolah selama kurun waktu 3 tahun terakhir bisa
dikatakan stabil di angka 8 tahun.

Kesehatan

Pembangunan di Bidang Kesehatan bertujuan agar semua lapisan


masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara murah dan merata.
Dengan adanya upaya terebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan yang
baik. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, antara lain dengan memberikan penyuluhan
agar keluarga membiasakan diri untuk hidup sehat dan menyediakan
beberapa fasilitas kesehatan sampai ke wilayah-wilayah terpencil, karena
semakin baik kesehatan masyarakat, semakin baik pula kesejahteraan

Halaman 14
masyarakat tersebut dan sebaliknya.

Pada tahun 2015, fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten


Halmahera Tengah meliputi 1 Rumah Sakit Umum Weda, 11 Puskesmas yang
tersebar di 10 Kecamatan, 63 Posyandu, serta 3 Polindes.

Ekonomi

Potret potensi ekonomi secara keseluruhan sebenarnya dapat dilihat dari


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka ini juga dapat
menggambarkan tingkat kemakmuran penduduknya, yaitu dengan membagi
PDRB dengan penduduk pertengahan tahun lalu, atau sering disebut pendapatan
perkapita. Akan tetapi pendapatan perkapita masih merupakan ukuran secara
umum/kasar dari tingkat kesejahteraan masyarakat. Karena itu belum
sepenuhnya dapat mengukur taraf kesejahteraan masyarakat.

Penilaian kinerja ekonomi makro Kabupaten Halmahera Tengah


dapat dilakukan melalui analisis terhadap angka-angka Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) daerah yang bersangkutan. PDRB dapat menggambarkan
kemampuan kemampuan daerah dalam mengelola Sumberdaya Alam dan
Sumberdaya Manusia yang dimiliki agar tetap tercipta pembangunan ekonomi
pada arah yang lebih baik.

Tabel 1.2. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Halmahera Tengah


Tahun 2010 2014

Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan harga konstan Kabupaten


Halmahera Tengah pada tahun 2010 sebesars 952.192,70 (juta rupiah) meningkat
menjadi 1.094.088,40 (juta rupiah) pada tahun 2008 atau tumbuh dengan rata-
rata 7,67% per tahun selama periode 2010 2014 (lima tahun). Sektor

Halaman 15
primer seperti pertanian dan pertambangan masih merupakan sektor
yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB sampai dengan
akhir tahun 2014.

Tabel 1.3. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor di Kabupaten


Halmahera Tengah Tahun 2012 2015 (Juta Rupiah)

Halaman 16
Halaman 17
Seperti kita ketahui bahwa PDRB setelah dikurangi faktor produksi dan
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun menghasilkan PDRB
perkapita. PDRB per-kapita Kabupaten Halmahera Tengah menunjukkan
peningkatan dari tahun 2012 sampai tahun 2015 seiring dengan kenaikan jumlah
penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk
Kabupaten Halmahera Tengah rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai
tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. Walaupun
pada tahun 2014 harus mengalami penurunan karena konstraksi komponen
ekspor, karena aktivitas pertambangan yang menurun.

Sementara itu pertumbuhan per-kapita secara riil juga selalu meningkat


di kisaran 2 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti pula oleh
penambahan jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada kisaran 2 sampai
3 persen dalam kurun lima tahun terakhir.

Pertanian:

Produksi padi di Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2015 adalah


sebanyak 8.363 ton yang dipanen dari areal seluas 2.124 ha atau rata-rata 3,8 ton per
hektar.
Produksi jagung di Kabupaten Halmahera Tengah pada tahun 2015 adalah
sebanyak 130,4 ton dengan luas panen 31 ha atau rata-rata 4,2 ton per hektar.
Hasil tanaman hortikultura yang cukup dominan di Halmahera Tengah
adalah jeruk yang sebagian besar berasal dari Kecamatan Weda Selatan yaitu
sebesar 1.858,9 ton pada tahun 2015.

Perkebunan

Hasil tanaman hortikultura yang cukup dominan di Halmahera Tengah


adalah jeruk yang sebagian besar berasal dari Kecamatan Weda Selatan yaitu
sebesar 1.858,9 ton pada tahun 2015.

Peternakan
Hewan ternak yang terdapat di Halmahera Tengah pada tahun 2015
meliputi sapi dan kambing. Sedangkan unggas terdiri dari ayam buras dan itik.

Halaman 18
Kehutanan

Tahun 2014, luas hutan lindung di Halmahera Tengah adalah 33.989,27


ha, hutan produksi terbatas 70.301,63 ha, hutan produksi 70.301,63 ha, dan
hutan konversi seluas 60.586,14 ha.

Perikanan

Pada tahun 2013, produksi ikan yang dominan di Kabupaten


HalmaheraTengah diantaranya ikan cakalang sekitar 5.248 ton, layang 2.325,70 ton
dan tuna 1.176,30 ton

1.3.5. TOPOGRAFI DAN MORFOLOGI

Morfologi daerah penelitian merupakan daerah perbukitan dengan variasi


kelerengan berkisar 50 - 500 dan elevasi tertinggi 525 meter di atas permukaan air
laut.

Secara deskripsi kuantitatif/morfometri maka morfologi masing-masing


daerah penelitian dengan wilayah sekitarnya dapat dikelompokkan berdasarkan
arah umum kelerengan menjadi 2 (dua) satuan morfologi yaitu datar-landai (<
200), perbukitan sedang (200 400) dan curam (> 400).

Daerah ini mempunyai ketinggian antara 85 m 576 m di atas permukaan


laut, memiliki sudut lereng 50 450 dan membentuk morfologi pegunungan dan
perbukitan (Gambar 3.1). Daerah penelitian merupakan punggungan dari
Gunung Mermer yang mengarah Timur .

Secara umum morfologi daerah KP 2 dapat dibagi menjadi :

a) Morfologi perbukitan landai. Daerah ini mempunyai ketinggian kurang


lebih 75 meter. Sebagian besar daerah ini meliputi bagian barat laut dari
Blok 2 (sekitar Mermer). Kemiringan lereng daerah ini kurang dari 20 0 (<
200). Tingkat erosi rendah.

b) Morfologi perbukitan sedang. Secara umum morfologi perbukitan ini


meliputi sebagian besar dari area KP 2. Morfologi ini merupakan

Halaman 19
perbukitan sedang dengan kemiringan lereng 20 0 - 400. Di beberapa
tempat pada

c) lereng-lereng bukit tinggi sedikit terdapat lereng yang terjal > 40 0. Sayap
lereng dari perbukitan ini mengarah ke barat. Tingkat erosi di daerah ini
berlangsung sedang sampai intensif.

Vegetasi yang berkembang di daerah penelitian relatif lebih didominasi


oleh tumbuhan berakar tunggang dengan ukuran diameter yaitu 25 cm dengan
jarak antar tumbuhan rata-rata 3 m.

Gambar 1.7. Gambaran Bentang alam KP 2, dengan kemiringan lereng 300 - 450

Halaman 20

Anda mungkin juga menyukai