Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kemajuan teknologi yang menunjukan kemajuan peradaban

manusia, membuat kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks. Baik

itu kebutuhan jasmani – rohani maupun kebutuhan primer-sekunder.

Salah satu kebutuhan manusia yang tak terkalahkan mengiringi begtu

pesatnya pertumbuhan penduduk / populasi manusia adalah kebutuhan

akan papan ( rumah tinggal ). Rumah merupakan sarana tempat tinggal

untuk suatu perkembangan, istirahat, dan juga sebagai simbol

keberhasilan seseorang (prestice). Dari masa ke masa rumah yang pada

awalnya dibuat dari bahan yang sederhana (kayu, bambu, daun dan

sejenisnya ) sekarang sudah banyak beralih menggunakan bahan-bahan

bangunan yang memanfaatkan Sumber Daya Alam misalnya Batu,

semen, dan pasir. Bahan-bahan bangunan yang terakhir ini yang

termasuk dalam sumber daya mineral.

Tambang batuan secara tidak langsung merupakan bahan

tambang yang dekat dengan manusia. Karena keberadaanya yang ada

dimana-mana dan dibutuhkan setiap hari. Di Indonesia cukup banyak

batuan Beku, Batuan Sediment, dan Batuan Metamorf, sebagai akibat

proses geologi yang telah terjadi, selama jutaan tahun secara keseluruhan

1
menghasilkan bermacam-macam dan jumlah bahan galian dengan

Volume yang cukup banyak (Sukandarrumidi, 1998 : 2 )

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) yang berbunyi bumi,

air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh Negara dan

di pergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Di dalam

pasal 33 ayat (3) tersebut Tercantum didalamnya kekayaan alamnya

adalah bahan galian yang akan mengubah keadaan lingkungan, oleh

karena itu semua kegiatan atau aktifitas yang berkaitan dengan hal

tersebut wajib d lakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang

benar agar tidak merusak ekosistem dan keseimbangan alam.

Daerah yang berpotensi memiliki potensi bahan tambang Batuan

salah satunya yaitu Di kota Palu. Secara umum Kota palu mempunyai

Sumber Daya Alam yang sangat mendukung untuk pengembangan

Industri. Potensi sumber bahan Galian yang di manfaatkan antara lain

Batu kali, batu andesit, Pasir, pasir-Batu, dan Granit. Wilayah Sulawesi

Tengah dengan kondisi geologi topografi yang ada sangatlah bernilai

tinggi dalam penyediaan bahan ini, dan hal ini hampir merata Di seluruh

Wilayah Kota. (Irianto Uno, 1996)

Daerah penelitian dalam Tugas akhir ini di seluruh wilayah Kota

Palu. Pemetaan dalam kegiatan selalu memanfaatkan teknologi yang

canggih yaitu perangkat Komputer. Adanya sebuah rangkain sistem yang

memanfaatkan perangkat keras / hardware, perangkat lunak / software

dan juga intelegensi manusia sebagai pemakainya dan penanganan

2
masalah dalam bentuk basis data, grafik, dan tabel akan cepat teratasi.

Begtu juga Sistem Informasi Geografis (SIG), dapat digunakan untuk

melakukan pengolahan data seperti perolehan dan verifikasi,

penyimpanan, pembaruan dan perubahan, manejemen dan pertukaran,

manipulasi, penyajian dan analisis sehingga menghasilkan informasi dari

suatu wilayah yang di teliti.

Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis ( SIG ) maka

aoutput atau hasil keluaran yang berbentuk peta dapat memudahkan

masyarakat dan pemerintah setempat untuk dapat mengetahui informasi

tentang potensi batuan yang berada di kota Palu.

Berdasarkan urain latar belakang tersebut maka penulis mengambil

judul Tugas Akhir “PEMETAAN POTENSI BAHAN GALIAN ANDESIT

DENGAN MENGGUNAKAN LANDSAT ETM +8 BERBASIS SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI

TENGAH”

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana memetakan bahan galian batuan andesit secara regional

di kota palu.

2. Bagaimana mengetahui sebaran batuan andesit di kota palu.

3
1.2.1. Batasan masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Proses pemetaan potensi bahan galian batuan andesit secara di kota

palu.

2. Bagaimna proses untuk mengetahui sebaran batuan andesit di kota

Palu.

Pemetaan bahan galian andesit dengan menggunakan Sistem Informasi

Geografis dengan sebuah perangkat lunak (ArcMap 10.3)

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memetakan bahan galian batuan andesit secara regional di kota

palu.

2. Untuk mengetahui sebaran batuan andesit secara regional di Kota

Palu

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

a. Akademik

1. Membangun ilmu pengetahuan sesuai dengan hasil penelitian

2. Mengembangkan kepustakaan bagi peneliti-peneliti selanjutya.

4
3. Menembah referensi pengetahuan bagi pembaca mengenai cara

memetakan sebaran andesit dengan menggunakan perangkat

lunak (ArcMap 10.3).

b. Pemerintah

1. Menyanjikan data penyebaran potensi andesit dengan Sisetem

Informasi Geografis (SIG).

2. Memberikan informasi tentang sebaran bahan galian yang terdapat

Di Kota Palu.

3. Dapat memberikan sumber pemikiran bagi badan pengelola

pertambangan khususnya Di Kota Palu.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi penelitian merupakan kota yang terletak di sulawesi tengah,

berbatasan dengan kabupaten Donggala di sebalah barat dan utara

berbatasan dengan Kabupaten Sigi, di sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Parigi Moutung. Untuk mencapai lokasi tersebut

ditempuh melalui rute sebagai berikut :

1. Jalur Darat : (Makassar – Maros- Pangkep – Barru – Pare-Pare –

Pinrang – Mamuju – Palu.)

Perjalanan rute ini menggunakan bus dari Makassar ke Palu

dengan waktu tempuh 24 jam.

2. Jalur Udara : (Makassar – Palu)

Perjalanan rute ini menggunakan pesawat udara dengan waktu

tempuh 1 jam dari Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin ke

Bandar Udara Mutiara Sis Al-jufri Palu.

6
Gambar 2.1

Peta Kesampaian Daerah

7
2.1.2 Geografi Daerah Penelitian

Secara geografis, Kota palu terletak pada 119° 50’ 13.30” BT dan

0° 49’ 13.16” LS dan secara administratif terletak di Kota Palu, Provinsi

Sulawesi Tengah.

Gambar 2.2

Peta Lokasi Penelitian

8
2.2 Geologi Regional

2.2.1 Geomorfologi

Menurut sukamto (1975) dalam Hall & Wilson (2000)sulawesi

dibagi menjadi beberapa provinsi tektonik, dari barat ke timur ; Busur

pluton-Vulkanik sulawesi barat, lajur metamorfik sulawesi sulawesi tengah,

ofiolit sulawesi timur dan mikro-kontinen banggai-sula dan buton-tukang

besi. Daerah penelitian termasuk dalam provinsi tektonik bususur pluton-

vulkanik sulawesi barat.

Geomorfologi regional daerah ini termasuk dalam peta geologi

lembar palopo, sulawesi selatan edisi kedua oleh Djuri, sudjatmiko,

s.bachri dan sukido tahun 1998.

a. Geomorfologi Regional

Ditinjau dari geomorfologi regional daerah penelitian terletak pada

busur sulawesi barat bagian utara yang dicirikan oleh aktivitas volkanik

dan intrusi magma bersifat kalk-alkalin berkomposisikan asam sehingga

intermedit yang terdiri dari pegunungan, perbukitan dan dataran rendah.

Daerah pegunungan menempati bagian utara, barat dan selatan

sedangkan bagian tengah merupakan perbukitan bergelombang dan

bagian timur merupakan dataran rendah.

Berdasarkan tektonik lempeng (sukamto, 1975) sulawesi dapat

dibagi menjadi tiga mandala geologi yaitu mandala sulawesi barat,

mandala sulawesi timur dan banggai-sula. Masing-masing mandala

9
geologi ini dicirikan oleh variasi batuan, struktur dan sejarah geologi yang

berbeda satu sama lain. Daerah penelitian merupakan bagian dari

mandala sulawesi barat yang berbatasan dengan mandala sulawesi timur,

dimana keduanya dipisahkan oleh sesar palu-koro.

b. Geomorfologi Perbukitan Denudasional

Dengan kenampakan berupa morfologi bergelombang lemah

sampai bergelombang kuat. Wilayah kipas alluvial (alluvial fan) termasuk

dalam satuan morfologi ini. Di wilayah Kota Palu morfologi ini meluas di

wilayah Palu Timur, Palu Utara, membatasi antara wilayah morfologi

dataran dengan morfologi pegunungan. Geomorfologi ini berada di

perbukitan dengan ketinggian 100-500 di atas permukaan laut yang

terletak di bagian Barat dan Selatan, kawasan bagian Timur ke arah

Selatan dan bagian Utara ke arah Timur.

2.2.2 Stratigrafi

Secara umum daerah Palu dan sekitarnya dapat di bagi menjadi

bagi tiga (3) kelompok, dari tua kemuda yakni batuan Pra-Tersier dan

Kuarter. Kelompok Batuan Pra-Tersier terperangkap di bagian timur dari

daerah penelitian berupa batuan malihan yang terdiri atas Sekis Mika,

Sekis amfibolit, dan genes. Singkapan batuan tersier ditemukan di bagian

barat daerah penelitian berupa batuan sedimen. Batuan ini mengandung

bahan rombakana dari batuan malihan dan mendidih kelompok batuan

10
Pra-Tersier secara tidak seleras, batuan Tersier merupakan formasi

Tinombo. Rangkain sedimen ini terutama terdiri dari serpih, batu pasir,

sisipan-sisipan tipis batugamping dan batuan gunung api. Adapun

kelompok batuan kuarter disusun oleh endapan molasa dan aluvium.

(Sukamto : 1973)

Kolom stratigrafi adalah Studi mengenai sejarah, komposisi dan

umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interprestasi lapisan-

lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan

atau kolerasi antar lapisan yang berada dapat dikembangkan lebih lanjut

studi mengenai litologi, kandungan fosil, dan umur relatif maupun

absolutnya. Strati grafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran

lapisan batuan.

11
Gambar 2.3
Kolom Stratigrafi Kec. Mantikulore, Kota Palu

2.2.3 Struktur Geologi

Struktur Geologi Palu sangat di pengaruh oleh Sesar Palu-Koro

yang merupakan sesar utama di Sulawesi Tengah, di jumpai memanjang

dengan arah hampr Utara-Selatan mulai dari Donggala di ujung Teluk

Palu hingga Teluk Bone. Secara keseluruhan sesar ini panjangnya lebih

kurang 250 Km. Struktur Geologi yang dapat di amati di daerah ini berupa

Kekar tarik dan kekar gerus, terutama pada batuan Pra-Tersier dan

Tersier. Struktur-struktur sesar terlihat jelas dari bentuk bentang alam

gawir berfaset segitiga dengan kipas aluvium berjajar dengan arah Barat-

Timur. Selain itu di jumpai pula indikasi lain berupa Breksi Sesar, Miilonit,

serta gores garis. Selain sesar berarah Utara-Selatan di jumpai pula sesar

berarah Barat-Timur dan Baratdaya-Timur dan Baratdaya-Timur laut

dengan gerak geser dan turun. (Soehalmi : 1985)

12
(Sumber Data : Dinas ESDM Kota Palu)

Gambar 2.4
Peta Geologi Kota Palu
2.3. LANDASAN TEORI

13
2.3.1. Bahan Galian

Bahan galian merupakan mineral asli dalam bentuk aslinya, yang

dapat ditambang untuk keperluan manusia. Mineral adalah bahan

pembentuk batuan,yang merupakan persenyawaan organik asli dan

mempunyai susunan kimia maupun secara fisik. Mineral-mineral dapat

terbentuk menurut berbagai macam proses, seperti kristalisasi magma,

pengendapan dari gas dan uap, pengendapan kimiawi dan organik dari

larutan pelapukan metamorfisme, presipitasi dan evaporasi, dan

sebagainya (Sriyono, 2005).

Sayatan andesit adalah sayatan yang ber tekstur porpilitak atau

massa dasar aliran dimana tekstur ini berbentuk dari aliran lava yang

keluar dari mulut gunung api pada sayatan ini di temukan plagioclase,

kursa, dan mineral lempung. Plagioclase (50%) merupakan mineral yang

menjadi massa dasar juga sebagai fenokris dimana yang menjadi

fenokrisnya adalah mineral yang utuh atau belum rusak sama sekali,

kuarasa (20%) merupakan mineral yang berbentuk pada suhu yang

rendah berwarna abu-abu sampai berwarna putih, gelas (28%)

merupakan mineral dengan warna ungu sampai hitam cross nikol dan

berwarna putih pada nikol sejajar, minerallempung (2%) merupakan

mineral ubahan dari mineral utama atau mineral plagioclase.

2.3.2. Genesa Bahan Galian

14
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek

keterpadatan, proses pembentukan, komposisi, dan faktor-faktor

pengendali bahan galian.

Adapun contoh-contoh dari bahan galian adalah sebagai berikut :

1. Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika

(SIO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama

proses pengendapan. Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir

putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral

utama, seperti kuarsa dan feldspar.

2. Endapan kalsit merupakan hasil retrukturisasi batu gamping yang

mengkristal setelah mengalami proses pelarutan. Umumnya terjadi

pada batu gamping atau marmer dalam kristalin yang berlapis dan

berupa stalaktit dan staklakmit.

3. Marmer terbentuk dari proses malihan batu gamping atau batu kapur.

Suhu dan tekenan bekerja pada batu gamping karena adanya tenaga

endogen atau tenega dari dalam bumi. Marmer banyak digunakan

untuk seni pahat, patung, meja, dinding, lantai rumah, dan lain-lain.

4. Batu gamping ialah batauan sedimen yang utamanya tersusun oleh

kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit.

5. Batu lempung adalah batuan yang memiliki struktur padat dengan

susunan mineral yang lebih banyak dari lanau.

15
6. Batu Garam merupakan batuan sediment, Batu Garam ini terbentuk

dari kumpulan mineral yang sering di sebut Halite. Mineral halite

mempunyai rumus kimia NaCl.

7. Batu Apung adalah produk umum letusan gunung api dan umumnya

membentuk zona-zona di bagian atas lava silikat.

8. Granit adalah jenis batuan intrusiv, felsik, igneus umum dan banyak di

temukan,. Granit kebanyakan besar, keras, dan kuat, dan oleh karena

itu banyak di gunakan sebagai batuan kontruksi.

9. Basalt adalah batuan beku yang ekstrusif, terbentuk dari solidifikasi

magma yang terjadi di permukaan bumi. Biasanya baslt berwarna abu-

abu atau hitam karena pembentukanya yang cepat di permukaan

bumi.

10. Talk adalah mineral yang sangat lunak dengan komposisi kimia

3Mg.4SiO4H20, dan biasanya terjadi sebagaai mineral sekunder hasil

hidrasi batuan pembawa magnesium, seperti peridotit, Gabro, dan

Dolomit.

11. Andesit adalah suatu jenis batuan Beku Vulkanik, Ekstrusif, komposisi

menengah, dengan tekstur afanitik hingga porfiritik. Dalam pengertian

umum, Andesit adalah jenis peralihan antara basalt dan dasit, dengan

rentang silikon dioksida (SiO2) adalah 57-63 %.

2.4. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah kumpulan

yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data

16
geografi, dan personel yang didesain untuk memperoleh,menyimpan,

memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua

bentuk yang bereferensi geografis (Budiyanto, 2002).

Menurut Petrus Paryono, sistem informasi geografis (SIG)

merupakan suatu sistem (berbasiskan komputer) yang digunakan untuk

menyimpan, memanipulasi dan menganalisis informasi-informasi geografi.

2.4.1. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Roemenah (2005) komponen-komponen di dalam SIG di

bagi menjadi 3 yaitu perangkat keras, perangkat lunak dan intelegasi

manusia.

a. Perangkat keras / Hadware

Perangkat keras dalam SIG terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

sebagai berikut :

1) Alat masukan (Input) sebagai alat untuk memasukan data ke

dalam jaringan komputer. Contoh : Scaner, Digitizer, CD-ROM.

2) Alat pemrosesan, merupakan sistem dalam komputer yang

berfungsi mengolah, menganalisis dan menyimpan data yang

masuk sesuai kebutuhan. Contoh : CPU, Disk Drive.

3) Alat keluaran (Output) yang berfungsi menayangkan informasi

geografisebagai data dalam proses SIG. Contoh : VDU, Ploter,

Printer

b. Perangkat lunak / Software (Program komponen SIG)

17
Perangkat lunak, merupakan sistem yang berfumgsi untuk

memasukan, menyimpan dan mengeluarkan data yang diperlukan.

c. Intergelensi manusia / Brainware

Brainware merupakan kemampuan manusia dalam pengolahan dan

pemanfaatan SIG. Manusia merupakan subjek (pelaku) yang

mengendalikan seluruh sistem, sehingga sangat dituntut kemampuan

dan penguasaanya terhadap ilmu dan teknologi mutakhir agar SIG

dapat digunakan secara efektif dan efesien. (Roemenah, 2005).

2.5. Remote Sensing

Remote sensing (pengindraan jauh) adalah ilmu dan seni untuk

memperoleh imformasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan

menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau

gejala yang di gali. ( Lillesand dan Kiefer : 1979)

2.5.1. Komponen-komponen Remote Sensing

1. Sistem Tenaga

Pengindraan jauh menggunakan dua sumber tenaga yaitu sumber

tenaga matahari dan sumber tenaga buatan. Sumber tenaga buatan

adalah sebagai pengganti sumber tenaga matahari karena ketika malam

hari di suatu tempat tidak ada sumber tenaga maka di pakai sumber

tenaga buatan yang sering disebut tenaga pulsa.

18
2. Objek

Objek pengindraan jauh adalah semua benda yang ada di

permukaan bumi, seperti tanah, gunung, air, kota, atau benda-benda yang

di angkasa seperti awan.

3. Sensor

Sensor adalah alat yang di gunakan untuk menerima tenaga

pantulan maupun pancaran radiasi elektromagnetik. Contohnya kamera

udara dan scaner.

4. Detektor

Detektor adalah alat perekam yang terdapat pada sensor untuk

merekam tenaga pantulan maupun pancaran.

5. Wahana

Wahana adalah sarana untuk menyimpan sensor, seperti pesawat

terbang, satelit, dan pesawat ulang-alik.

19
2.5.2. Data Citra Landsat

(Sumber : Hasil Klasifikasi Menggunakan Citra)

Gambar 2.5
Foto Udara Landsat 7

20
(Sumber : Hasil Klasifikasi Menggunakan Citra)

Gambar 2.6
Citra Landsat ETM + 8

21
(Sumber : Hasil Klasifikasi Menggunakan Citra)

Gambar 2.7
Data Citra Landsat Admistrasi Desa Betteng, Kec. Pamboang, Kab.
Majene Prov. Sul-Bar

2.5.3. Landsat ETM + 8

Landsat + 8 diluncurkan bulan februari silam dan telah beroprasi

merekam gambar sejak bulan April 2013 silam. Satelit ini mengorbit setiap

99 menit dan merekam gambar dari setiap poin di planet ini setiap 16 hari,

dan menghasilkan sekitar 400 gambar dalam resolusi tinggi ke stasiun

bumi setiap 24 jam.

22
Landsat 8 memiliki 9 gelombang pemancar, termasuk didalamnya

tiga gelombang pemancar ringan, dua gelombong semi pemancar infrared

jarak pendek, juga dua sensor panas yang digunakan untuk berbagai

aplikasi, termasuk memonitor perubahan lingkungan, dan mendeteksi api.

(Aji Wihardandi : 2013)

Direktorat Jendral Planologi kehutanan dan Tata lingkungan

kementrian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) telah menggunakan

data satelit sejak tahun 1990-an (LANDSAT) untuk pemetaan penutupan

lahan Indonesia.

Pada tahun 2013, KLHK mulai menggunakan Landsat 8 yang baru

diluncurkan untuk memantau kondisi tutupan lahan Indonesia dan

LANDSAT ETM +7 sebagai pelengkap untuk eliminasi awan. Data

Landsat yang tersedia secara gratis sebanyak lebih 23 scane setiap tahun

pada setiap lokasi memudahkan untuk mengubah pemantaun tiga

tahunan menjadi tahunan.(Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).

2.5.4. Citra Aster

Citra aster adalah instrumen resolusi multispektral berukuran 15

meter, 14 band. Ini dapat digunakan untuk deteksi perubahan, kalibrasi,

validasi, dan studi permukaan tanah.

23
Data citra satelit ASTER di harapkan dapat berkontribusi pada

beragam area aplikasi terkait perubahan global, termasuk dinamika

tutupan Lahan.

(Sumber : Hasil Klasifikasi Menggunakan Citra)

Gambar 2.8
Data Citra Aster Danau Di Dagzê

24
(Sumber : Hasil Klasifikasi Menggunakan Citra)

Gambar 2.9
Data Citra Aster Pemetaan Mineral Tambang Escondida

2.6. Klasifikasi Tutupan Lahan

Penutupan lahan yaitu, penutupan lahan adalah perwujudan secara

fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada

di permukaan bumi tanpa memperlihatkan kegiatan manusia terhadap

obyek tersebut. (Townshend dan Justice : 1981).

Identifikasi, pemantaun, dan evaluasi penggunaan lahan perlu

selalu di lakukan pada setiap priode tertentu, karena ia dapat menjadi

25
dasar untuk penelitian yang mendalam mengenai perilaku manusia dalam

memanfaatkan lahan. Dengan demikian, penggunaan lahan menjadi

bagian yang penting dalam usaha melakukan perencanaan dan

pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan di suatu wilayah.

Prinsip kebijakan terhadap lahan perkotaan bertujuan untuk

mengoptimalkan pengunaan lahan dan pengadaan lahan untuk

menampung berbagai aktivitas perkotaan. Dalam hubunganya dengan

optimalisasi penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan diartikan

sebagai serangkain kegiatan tindakan yang sistematis dan teroganisir

dalam penyediaan lahan, serta tepat pada waktunya, untuk peruntukan

pemanfaatan dan tujuan lainya sesuai dengan kepentingan masyarakat.

(Suryantoro : 2002).

2.6.1. Klasifikasi Supervised

Klasifikasi Supervised merupakan suatu metode klasifikasi yang

menggunaka area sampling. Ketelitian di tentukan oleh kualitas sampling

dan jumlah sampel. Area sampel dibuat dengan menggunakan Region Of

Interest (ROI). ROI harus terlebih dahulu dibuat sebelum melakukan

proses klasifikasi Supervised ini. Region Of Interest adalah area sampling

dibentuk sebagai trening area pada klasifikasi supervised. (Gibson dan

Power : 2000).

Proses klarifikasi dengan kategori informasi yang diinginkan dan

memilih training area untuk tiap kategori penutup lahan yang mewakili

26
sebagai kunci interprestasi merupakan klasifikasi terbimbing. Klasifikasi

terbimbing digunakan data pengindraan jauh multispectral yang berbasis

numeric, maka pengenalan polanya merupakan proses otomatik dengan

bantuan komputer.

Klasifikasi terbimbing yang didasarkan pada pengenalan pola

spectral terdiri atas tiga tahapan yaitu :

1. Tahap Training sample adalah analisis menyusun kunci interprestasi

dan mengembangkan secara numeric spectral untuk setiap

kenampakan dengan memeriksa batas daerah (training area)

2. Tahapan klasifikasi adalah setiap pixel pada serengkain data citra di

bandingkan setiap kategori pada kunci interprestasi numeric, yaitu

menentukan nilai pixel yang dikenal dan paling mirip dengan kategori

yang sama. Perbandingan tiap pixel citra dengan kategori pada kunci

interprestasi dikerjakan secara numeric dengan menggunakan

berbagai strategi klasifikasi (dapat dipilih salah satu dari jarak minimum

rata-rata kelas, parallelpiped, kemiripan maksimum). Setiap pixel

kemudian diberi nama sehingga diperoleh matrik multi dimensi untuk

menentukan jenis kategori penutupan lahan yang diinterprestasi.

3. Tahapan keluaran adalah hasil matrik didenleasi sehingga terbntuk

peta penutupan lahan, dan dibuat tabel matrik luas berbagai jenis

tutupan lahan pada citra.

27
2.6.2. Klasifikasi Unsupervised

Proses klasifikasi Unsupervised di sebut juga dengan klasfikasi

tidak terawasi, bila dalam prosesnya tidak menggunakan suatu referensi

penunjang apapun. Hal ini berarti bahwa proses tersebut hanya dilakukan

berdasarkan perbedaan tingkat keabuan setiap piksel pada citra.

Klasifikasi citra tak terawasi mencari kelompok-kelompok (cluster) piksel-

piksel, kemudian menandai setiap piksel kedalam sebuah kelas

berdasarkan paraameter-parameter pengelompokan awal yang

diidentifikasikan oleh penggunanya. (Murintokusno : 2009)

Klasifikasi Unsupervised melakukan pengelompokan data dengan

menganalisis cluster secara otomatis dan menghitung kembali rata-rata

kelas secara berulang-ulang dengan computer.

Sumbu horizontal menunjukan nilai piksel dan sumbu vertical

menunjukan nilai kecerahan piksel pada band1. Pengelompokan piksel

menjadi kelas spectral diawali dengan menentukan jumlah kelas spectral

yang akan dibuat. Penentuan jumlah kelas ini dapat dilakukan dengan

memperhatikan jumlah puncak histogram sehingga diperoleh jumlah kelas

spectral yang akan dibentuk. Setelah jumlah kelas spectral ini ditentukan

kemudian di pilih pusat-pusat kelas spectral terhadap setiap pusat kelaas

spectral. Berdasarkan hasil pengukuran jarak ini setiap piksel

dikelompokan kedalam suatu kelas spectral yang memiliki jarak terdekat.

28
Parameter yang menentukan pemisahan dan pengelompokan

piksel-piksel menjadi kelas spectral yaitu :

1. Standar deviasi maksimum yang sering digunakan berkisar antara 4,5

sampai 7

2. Jumlah piksel minimum dalam sebuah kelas spectral dinyatakan dalam

persen (%).

3. Nilai pemisahan pusat kelas yang di pecah.

4. Jarak minimum antara rata-rata kelas spectral, berkisar antara 3,2

sampai 3,9.

Proses pemisahan dan pengelompokan piksel-piksel menjadi

kelas-kelas spectral terus di ulangi dan akan di hentikan bila telah

memenuhi salah satu ketentuan:

1. Jumlah iteasi maksimum, jumlah iterasi dapat di tentukan sesuai

kebutuhan.

2. Jumlah piksel yang kelas spectralnya tidak berubah antara iterasi

(dalam presentasi, %)

Setelah kelas spectral terbentuk umumnya dilakukan proses

asosiasi antara obyek dan kelas spectral trbentuk untuk

mengidentifikasikan kelas spectral menjadi kategori obyek tertentu.

Pengidentifikasikan kelas spectral menjadi obyek tertentu dapat dilakukan

menggunakan suatu data acuan atau referensi penunjang.

29
Setelah semua kelas spectral teridentifikasikan kemudian dapat

dilakukan penyerdehanaan untuk menggabungkan kelas-kelas yang

tergolong sama, misalnya pengabungan perkampungan 1 dan

perkampungan 2 menjadi satu kelas perkampungan. Hasil klasifikasi

dapat ditunjukan dari gradasi warna yang terbetuk yang menunjukan jenis

kelas yang dikelompokan oleh komputer.

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Kordinat Lokasi Tambang

2. Peta Geologi Kota Palu.

3. Data Citra Landsat ETM +8

4. Peta Lokasi tambang Batuan di Kota Palu.

3.2. Tahapan Penelitian.

3.2.1. Tahapan Pengambilan Data

Pengumpulan data meliputi pengambilan data di pabrik dan data

perusahaan yang meliputi:

1. Data primer adalah data hasil pengamatan langsung berupa data

yaitu:

 Data Kordinat Lokasi Tambang.

2. Data sekunder adalah data pendukung yang di gunakan sebagai

pelengkap, berupa data yang telah ada seperti :

 Peta Geologi Kota Palu.

 Data Citra Landsat

 Peta Lokasi Tambang Batuan di Kota Palu.

31
 Peta Tutupan Lahan

3.3. Pengolahan Data dan Analisis Data

3.3.1. Pengolahan Data

Data-data yang telah diambil kemudian diolah dan dihubungkan

dengan dasar teori yang ada serta keadaan di lapangan, sehingga

nantinya didapatkan kesimpulan dan dapat dicari pemecahan terhadap

permasalahan sebagai berikut :

 Data citra di olah untuk menentukan klasifikasi penutupan lahan

dengan metode Unsupervised.

 Data citra akan diklasifikasikan berdasarkan nilai spektralnya.

 Dan dari nilai spektralnya atau panjang gelombang itulah kita

mengklasifikasikan tutupan lahan.

 Metode Unsupervised perlu mengetahui lokasi koordinat dan

tutupan lahan pada koordinat tersebut.

 Data koordinat dan tutupan lahan ini akan menjadi patokan bahwa

nilai spektral dari data citra pada koordinat tersebut adalah untuk

tutupan lahan yang ditemukan di lapangan pada koordinat

tersebut.

3.3.2. Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

menganalisis serta membuat urutan dan menyingkatkan suatu data

32
sehingga mudah dibaca. Setelah data dianalisis, maka perlu diberikan

tafsiran atau interpretasi terhadap data.

3.3.3. Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap paling akhir dalam rangkaian kegiatan

penelitian, dimana keseluruhan data yang telah diperoleh dan diolah,

diakumulasikan kemudian dituangkan dalam bentuk draft laporan hasil

penelitian (skripsi) sesuai dengan format dan kaidah penulisan tugas akhir

yang telah ditetapkan pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Pejuang Republik Indonesia.

33
3.4. Bagan Alir Penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN

DATA :
1. Data Kordinat Lokasi Tambang
2. Peta Geologi Palu
3. Data citra Landsat
4. Peta lokasi tambang Batuan

Tahap Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


Data sekunder adalah data
Data primer adalah data pendukung yang di gunakan
hasil pengamatan langsung sebagai pelengkap, berupa
berupa data yaitu : Data data yang telah ada seperti :
Koordinat Lokasi 1. Peta Geologi Kota Palu.
Tambang. 2. Data Citra Landsat
3. Peta Lokasi Tambang
Batuan di Kota Palu

Tahap Pengolahan Data & Analisis Data


1. Dan dari nilai spektralnya atau panjang gelombang itulah kita
mengklasifikasikan tutupan lahan.
2. Data citra di olah untuk menentukan klasifikasi penutupan lahan
dengan metode unsupervised.
3. Data citra akan diklasifikasikan berdasarkan nilaispektralnya.
4. Metode unsupervised perlu mengetahui lokasi koordinat dan
tutupan lahan pada koordinat tersebut.
5. Data koordinat dan tutupan lahan ini akan menjadi patokan
bahwa nilai spektral dari data citra pada koordinat tersebut
adalah untuk tutupan lahan yang ditemukan di lapangan pada
koordinat tersebut.

34
Penyusunan Laporan Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

Dalam melakukan penelitian saya memerlukan data koordinat

sebagai sampel dalam melakukan pengindraan jauh, dalam penelitian ini

saya mengambil sampel di tiga perusahaan tambang batuan yang

terdapat di kec. Palu barat yang merupakan tambang batuan yang kini

sedang beroprasi. Adapun data koordinat yang saya ambil adalah sebagai

berikut :

NAMA PERUSAHAAN KOORDINAT

PT. ACES SELARAS 00 50’ 25’’S 1190 48” 45’’E

PT. SIRTU KARYA UTAMA 00 49’ 59’’S 1190 48’ 31’’ E

PT. MERIBA JAYA 00 49’ 22’’S 1190 48’ 22’’E

4.2. Pembahasan

4.2.1 Pengolahan Data Citra.

4.2.1.1 Komposit band citra landsat

35
Komposit band citra merupakan proses menggabungkan Band citra

landsat untuk membentuk suatu tampilan yang ingin kita tampilkan.

Gambar 4.2
Komposit band data citra landsat etm +8

36
Gambar 4.3
Komposit band data citra landsat etm +8

4.2.1.2 Koreksi radiometrik

Koreksi radiometrik merupakan proses untuk memperbaiki kualitas

visual citra, dalam hal ini memperbaki nilai piksel yang tidak sesuai

dengan nilai pantulan atau pancaran spektral objek yang sebenarnya.

Koreksi bertumpuh pada informasi dalam citra antara lain :

37
4.2.1.3. Koreksi Histogram

Koreksi histogram meliputi evaluasi histogram pada setiap band

dari data pengindraan jauh. Biasanya pada panjang gelombang tampak

mempunyai nilai minimum yang lebih tinggi karena atmosfir. Sebaliknya

penyerapan pada atmosfir akan mengurangi kecerahan pada data yang

direkam dalam interval panjang gelombang yang lebih besar.

1. Koreksi Histogram Under Layer Properties

Gambar 4.4
Koreksi Under Layer Propertis

Koreksi Under layar properities dari band merah, koreksi bermaksud


untuk menghasilkan gambar yang lebih nampak akibat dari pengambilan gambar
yang terhalang oleh atmosfir.

38
Gambar 4.5
Koreksi Under Layer Propertias

Koreksi Under layar properities dari band hijau, koreksi bermaksud untuk
menghasilkan gambar yang lebih nampak akibat dari pengambilan gambar yang
terhalang oleh atmosfir.

39
Gambar 4.6

Koreksi Under Layer Propertias

Koreksi Under layar properities dari band biru, koreksi bermaksud untuk
menghasilkan gambar yang lebih nampak akibat dari pengambilan gambar yang
terhalang oleh atmosfir.

40
2. Koreksi Histogram Under Image Analysis

Gambar 4.7
Koreksi Under Image Analysis

Koreksi Under Layer Image Analysis merupakan koreksi terhadap objek,

agar dapat menghasilkan data gambar yang sesuai yang kita inginkan.

41
4.2.1.4. Koreksi Spektral

Koreksi spektral merupakan penyusain nilai spektral yang di sekitarnya

agar mendekati dengan nilai yang sebenarnya.

Gambar 4.8
Koreksi Spektral

4.2.2 Interpretasi Data Citra

42
4.2.2.1 Interpretasi citra secara manual

Interpretasi citra secara manual merupakan kegiatan

mengidentifikasi obyek melalui citra pengindraan jauh. Kegiatan ini

merupakan bagian terpenting di dalam pengindraan jauh karena tanpa

mengenali obyek yang tergambar pada data citra, maka kita tidak dapat

melakukan kegiatan apa-apa terhadap citra tersebut.

Dalam hal ini kita harus mempunyai data sebagai acuan untuk

dapat menyajikan nilai dari spektral yang ingin cari. Oleh karena itu,

dilakukan pengambilan sampel di lapangan dengan mengambil data

koordinat batuan andesit sebagai acuan mengenal obyek asli di lapangan

agar dapat mengetahui nilai spektralnya.

43
Gambar 4.9
Titik Pengambilan Sample Batuan Andesit

Berdasarkan hasil pengambilan sample maka dapat diketahui

informasi nilai spektral yang di sajikan pada data citra berupa diagram

show scatterplots sebagai berikut :

Gambar 4.10
Diagram Show Scatterplots nilai spektral batuan andesit

4.2.2.2 Interpretasi citra secara digital dengan menggunakan

metode Unsupervised

Interpretasi secara digital merupakan evaluasi kuantitatif tentang

informasi spektral yang di sajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital

berupa klasifikasi pixel-pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat di

lakukan dengan cara statistik, tujuan pengklasifikasian data citra untuk

44
mengkategorikn secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi

spektral yang sama maka akan membentuk kelas atau warna yang sama.

Gambar 4.15
Interpreatasi data citra dengan menggunakan metode Unsupervised

Setelah mendapatkan nilai spektral dari batuan andesit, dengan

mengacu pada titik sampel yang di ambil di lapangan, selanjutnya

dilakukan pengambilan nilai spektral dari batuan andesit dan nilai-nilai

spektral yang bukan termasuk dari batuan andesit dihilangkan.

45
Gambar 4.16
Interpreatasi data citra dengan hanya mengambil nilai spektral dari
batuan andesit

4.2.3 Intergrasi Data-Data Geologi

Intergrasi data geologi merupakan penyatuan antara data citra dan

data geologi, dalam hal ini saya menggabungkan data yang diperoleh dari

data citra Landsat etm +8 untuk di sesuaikan dengan data geologi,

maksud dan tujuannya agar mengertahui kebenaran dari pengolahan data

citra etm +8 untuk mengetahui area yang memiliki potensi andesit yang

sesuai dengan data geologi atau formasi batuan yang memiliki potensi

andesit.

46
Gambar 4.17
peta Geologi Kota Palu

47
Gambar 4.18
Intergrasi data citra dengan data geologi

48
Dalam penyatuan data citra terlihat area potensi andesit daerah

palu berdasarkan interpretasi data citra etm +8 dominan berada pada

formasi batuan gunung api basa yang secara geologi memang memiliki

potensi andesit. Dengan luasan 1831 ha.

49
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam

permasalahan ini, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Cara memetakan batuan andesit secara regional di Kota Palu melalui

Pengolahan Data Citra yang meliputi :

a. Komposit band citra landsat

Komposit band citra merupakan proses menggabungkan

Band citra landsat untuk membentuk suatu tampilan yang ingin kita

tampilkan.

b. Koreksi radio metrik

Koreksi radio metrik merupakan proses untuk memperbaiki

kualitas visual citra, dalam hal ini memperbaki nilai piksel yang

tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral objek

yang sebenarnya. Koreksi bertumpuh pada informasi dalam citra

antara lain : Koreksi Histogram, Koreksi Histogram Under Layer

Properties, dan Koreksi Histogram Under Image Analysis.

c. Koreksi Spektral

Koreksi spektral merupakan penyusain nilai spektral yang di

sekitarnya agar mendekati dengan nilai yang sebenarnya.

50
2. Cara mengetahui sebaran batuan andesit berdasarkan pemetaan

batuan andesit secara regional di Kota Palu melalui pengolahan data

citra yaitu mengintegrasikan data-data geologi atau menyatukan data-

data citra dengan data-data geologi sehingga menghasilkan gambar

sebaran batuan andesit.

5.2. Saran

Adapun saran dari penulis, sebagai berikut :

1. Dapat menggunakan data citra yang lebih detail.

2. Peta geologi yang lebih detail untuk daerah penelitian.

51

Anda mungkin juga menyukai