Anda di halaman 1dari 63

UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

BAB III
DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan


1. Tahap Prakonstruksi
a. Kegiatan Survey
 Timbulnya Persepsi Negatif Masyarakat
Rencana kegiatan instalasi pipa avtur TBBM Makassar – TBBU
Hasanuddin, akan dilakukan beberapa kegiatan survey diantaranya
pengukuran dan bouwplank dalam rangka rencana penentuan jalur pipa
dan sistem pergelaran pipa. Selain itu dilakukan pula pengukuran proyek
untuk pekerjaan penelitian, pengujian tanah dan pembuatan gambar untuk
pelaksanaan di lapangan.
Hasil survey dalam studi kelayakan kegiatan pipanisasi
direncanakan melintasi beberapa jalan diantaranya: Jl. Santando, Jl. Koptu
Harun, Jl. Sabutung, Jl. Barukang Utara, Jl. Barukang, Jl. Sabutung Raya, Jl.
Galangan Kapal (depan IKI), Jl. Sultan Abdullah Raya, Jl. Prof. Ir. Sutami (non
Tol Reformasi), Jl. Batara Bira, Jl. Dg.Ramang, Jl. Laikang, Jl. Poros Asrama
Haji dan Jl. Pondok Asri 3.
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 10 – 28 % responden
menunjukkan ketidak setujuan akan kegiatan ini dengan alasan : timbulnya
pencemaran, timbulnya kebocoran pipa dan kegiatan menimbulkan bekas
galian yang diperbaiki. Ketidaksetujuan ini akan merupakan cerminan dari
timbulnya persepsi negarif masyarakat terhadap kegiatan ini.
Meskipun alasan ketidaksetujuan yang ditimbulkan oleh kegiatan
ini dapat diatasi namun mengingat kondisi masyarakat sekitar tapak proyek
yang rentang terjadi konflik maka dampak ini perlu dikelola guna
meminimalkan timbulnya persepsi negatif.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 1
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Keresahan Masyarakat
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat disekitar jalur pipanisasi masih terdapat tamatan SD dan
sederajat dengan kisaran 10 – 40 %. Sementara Hasil kuisioner
menunjukkan bahwa 10 – 28 % responden menunjukkan ketidak setujuan
akan kegiatan ini dengan alasan : timbulnya pencemaran, timbulnya
kebocoran pipa dan kegiatan menimbulkan bekas galian yang diperbaiki.
Ketidaksetujuan ini akan merupakan cerminan dari timbulnya persepsi
negarif masyarakat terhadap kegiatan ini.
Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu berkaitan
persepsi negative yang timbul sehingga menimbulkan keresahaan yang
berujung pada timbulnya konflik. Olehnya itu maka keresahaan masyarakat
merupakan dampak yang perlu dikelola.

2. Tahap Konstruksi
a. Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
 Kesempatan Kerja
Dampak ini merupakan dampak dari kegiatan penerimaan tenaga
kerja konstruksi. Dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi
pembangunan instalasi pipa avtur dan fasilitas pendukungnya ini
memerlukan pengerahan tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada
tahap konstruksi ± 100 orang baik untuk kegiatan pembangunan instalasi
pipa dan prasarana maupun sarana yang diperlukan. Para pekerja yang
direkrut oleh perusahaan diutamakan berasal dari penduduk setempat
khususnya tenaga buruh sejumlah 30 orang, sedangkan untuk tenaga ahli
(engineer) dan manager merupakan rekruitmen perusahaan dan atau
kontraktor pelaksana yang berasal dari luar daerah setempat (pendatang)
sejumlah 70 orang. Namun jika dimungkinkan, tenaga ahlipun bila ada dari
daerah setempat maka perusahaan dapat merekrut tenaga kerja tersebut.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 2
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Rencana pipanisasi avtur PT. Pertamina dibagi menjadi 5 segmen


yang dibagi berdasarkan potensi terjadinya dampak. Adapun ke-5 segmen
tersebut tercakup dalam 4 kecamatan yakni Kecamatan Ujung Tanah, Tallo,
Tamalanrea dan Biringkanaya. Jumlah penduduk di lokasi 4 kecamatan
tersebut berjumlah 456.222 jiwa yang terdiri dari 226.949 jiwa laki-laki
dan 229.273 jiwa perempuan. Untuk jelasnya keadaan penduduk secara
rinci disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin Tingkat


Kepadatan dan Sex Rasio di Lokasi Studi, Tahun 2013
Kecamatan/ Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Ujung Tanah 23.603 23.530 47.133
Gusung 1.526 1.441 2.967
Tabaringan 2.201 2.324 4.525
Cambaya 3.292 3.137 6.429
Tamalabba 1.559 1.513 3.072
2. Tallo 67.888 67.686 135.574
Buloa 3.863 3.803 7.666
Kaluku Bodoa 10.311 10.349 20.660
3. Tamalanrea 51.462 52.713 104.175
Parangloe 3.211 3.315 6.527
4. Biringkanaya 83.996 85.344 169.340
Sudiang 16.891 17.593 34.485
Sudiang Raya 21.623 21.464 43.087
Pai 9.767 10.304 20.072
Bulurokeng 5.106 5.271 10.377
Total Kecamatan 226.949 229.273 456.222
Total Kelurahan 79.350 80.514 159.867
Sumber : Kecamatan Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea, Biringkanaya dalam Angka Tahun
201, Setelah Diolah

Pada tabel terlihat jumlah penduduk tertinggi di wilayah


Kecamatan Biringkanaya dengan jumlah penduduk sebesar 169.340 jiwa
sedangkan yang terendah adalah pada Kecamatan Ujung Tanah dengan
jumlah penduduk sebesar 47.133 jiwa. Jumlah penduduk kelurahan yang
tertinggi pada Kelurahan Sudiang Raya sebesar 43.087 jiwa dan yang
terendah pada Kelurahan Gusung yakni 2.967 jiwa.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 3
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Menurut BPS, angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15


tahun ke atas, baik yang sedang melakukan kegiatan bekerja maupun yang
sedang mencari pekerjaaan (pengangguran). Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) mengukur keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi
yaitu perbandingan jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja
(bekerja dan pengangguran terbuka) terhadap jumlah seluruh penduduk
usia kerja (15 tahun ke atas). TPAK merupakan suatu ukuran yang dapat
menggambarkan partisipasi penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi.

Tabel 3.2 Kondisi Ketenagakerjaan di lokasi studi


No. Uraian Jumlah
1. Penduduk Usia Kerja 1.165.959
2. Angkatan Kerja 585.059
3. Bukan Angkatan Kerja 378.855
4. Menganggur 202.045
5. TPAK 60,69 %
6. TPT 13,34 %
7. TKK 65,46 %
Sumber : Kecamatan Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea, Biringkanaya dalam Angka Tahun
2012, Inkesra Kota Makassar Tahun 2011 Setelah Diolah

Pada tabel di atas terlihat angkatan kerja di Kota Makassar pada


tahun 2012 mencapai 585.059 orang. Pada tahun tersebut tingkat
partisipasi angkatan kerja mencapai 60,69%. Jumlah pengangguran di
daerah ini pada tahun 2012 mencapai 202.045 orang dengan tingkat
pengangguran terbuka mencapai 13,34%.
Dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sebanyak 30 orang maka
terjadi peningkatan kesempatan kerja (TKK) menjadi 65,47% dan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) menurun menjadi 13,33 %. Hasil ini
menunjukkan peningkatan nilai TKK tidak signifikan namun jika hanya
peninjauan pada 5 segmen maka nilai tersebut relatif besar. Selain itu
kondisi masyarakat sekitar jalur pipa cenderung mudah untuk terjadi
konflik maka penyeparan tenaga kerja merupakan dampak yang perlu
dikelola dalam kegiatan ini.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 4
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Persepsi Negatif
Telah diuraikan bahwa kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan
konstruksi instalasi pipa ini mencapai 30 orang. Jumlah ini tidak begitu
besar dan belum mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka pada
wilayah studi. Hasil kuisioner menunjukan pada umumnya responden
menginginkan melibatkan tenaga kerja anak muda yang ada di daerah ini
untuk bisa bekerja pada saat konstruksi, mengingat cukup banyak tenaga
muda yang dapat berpartisipasi dan mengurangi pengangguran serta
tambahan pendapatan warga merupakan harapan responden bila proyek
tersebut akan berjalan.
Jika kondisi tersebut di atas tidak tercapai maka akan menimbulkan
dampak persepsi negatif masyarakat, selain itu tidak terakomodirnya
masyarakat sekitar lokasi kegiatan sebagai tenaga kerja. Adanya persepsi
masyarakat mengenai perlakuan yang tidak adil, sistem pengupahan yang
tidak sesuai dan sistem jam kerja (lembur dan cuti) yang tidak sesuai
dengan harapan mereka. Olehnya itu maka dampak perlu mendapat
pengelolaan.

 Keresahan Masyarakat
Dampak ini merupakan dampak turunan dari dampak timbulnya
persepsi negatif masyarakat. Timbulnya keresahan ini bersumber dari
adanya persepsi masyarakat mengenai sistem perekrutan tenaga kerja,
sistem pengupaan dan sistem waktu kerja.
Jumlah tenaga kerja yang dapat masyarakat sekitarnya ikut
berpatisipasi adalah 30 orang tenaga buruh. Meskipun jumlah ini tidak
banyak dan tidak signifikan mengurangi tingkat pengangguran di lokasi
studi, tetapi keresahan diperkirakan akan tetap akan terjadi oleh karena
tidak digunakannya tenaga lokal. Olehnya maka dampak ini perlu
mendapat pengelolaan pada kegiatan ini.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 5
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

b. Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material


 Kemacetan Lalulintas
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dalam pelaksanaan
konstruksi instalasi pipa avtur ini akan mendatangkan peralatan dan
material yang diperlukan untuk proyek ini sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat. Besarnya ukuran peralatan dan jumlah material yang akan
dimobilisasi ini dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Hasil pengamatan lalu lintas disekitar ruas jalan yang menjadi jalur
pipa disajikan pada tabel 3.3. Pada tabel tersebut terlihat volume lalu lintas
terbesar terjadi pada ruas jalan Sutami (non Tol) yaitu 1130 smp/jam.
Sementara jalan Batara Bira, Sabutung Raya dan Santando berada pada
kisaran 500 – 600 smp/jam.

Tabel 3.3. Kondisi Lalu Lintas di Sekitar Jalur Pipa Avtur


Volume Lalu Lintas
Pengamata Jalan Jalan Prof. Jalan Jalan
Jalan
n Batara Dr. Ir. Sabutun Barukan
Satando
Bira Sutami g Raya g Utara
08.00 - 09.00 885.50 1598.60 492.00 198.00 1064.00
09.00 - 10.00 765.20 1258.80 505.10 216.00 625.80
10.00 - 11.00 688.60 1060.40 384.60 201.00 623.50
11.00 - 12.00 644.40 1068.50 516.00 195.00 509.70
12.00 - 13.00 626.65 982.30 548.50 191.75 590.40
13.00 - 14.00 608.90 896.10 581.00 188.50 671.10
14.00 - 15.00 577.30 1116.10 579.50 182.00 611.70
15.00 - 16.00 548.30 1037.50 573.00 214.00 699.90
16.00 - 17.00 593.70 1157.60 414.50 275.50 664.70
RATA-RATA 659.84 1130.66 510.47 206.86 673.42
MAKSIMUM 885.50 1598.60 581.00 275.50 1064.00
MINIMUM 548.30 896.10 384.60 182.00 509.70
Sumber : Hasil pengolahan survey data 2013

Dengan volume lalu lintas maka diperoleh nilai tingkat kejenuhan (DS)
ruas jalan yang diamati seperti yang disajikan tabel 3.4. Berdasarkan nilai DS maka
tingkat pelayanan jalan berada dalam kategori A (lancar) kecuali jalan Sutami (Non
Tol) dan Sabutung Raya sudah dalam kategori B (awal arus stabil).

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 6
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Tabel 3.4. Nilai Tingkat kejenuhan (DS) Ruas jalan Jalur Pipa Avtur
Volume Lalu Lintas
Jalan Jalan Prof. Jalan Jalan
Pengamatan Jalan
Batara Dr. Ir. Sabutung Barukan
Satando
Bira Sutami Raya g Utara
08.00 - 09.00 0.35 0.53 0.32 0.13 0.35
09.00 - 10.00 0.30 0.42 0.32 0.14 0.20
10.00 - 11.00 0.27 0.35 0.25 0.13 0.20
11.00 - 12.00 0.25 0.36 0.33 0.13 0.17
12.00 - 13.00 0.25 0.33 0.35 0.12 0.19
13.00 - 14.00 0.24 0.30 0.37 0.12 0.22
14.00 - 15.00 0.23 0.37 0.37 0.12 0.20
15.00 - 16.00 0.22 0.35 0.37 0.14 0.23
16.00 - 17.00 0.23 0.39 0.27 0.18 0.22
RATA-RATA 0.26 0.38 0.33 0.13 0.22
MAKSIMUM 0.35 0.53 0.37 0.18 0.35
MINIMUM 0.22 0.30 0.25 0.12 0.17
Sumber : Hasil pengolahan survey data 2013

Kegiatan pengangkutan material diprakirakan mencapai 5 – 10 kali/hari


dengan kendaraan truk 10 roda (untuk pengangkutan pipa). Jumlah ini tidak
signifikan menimbulkan perubahan tingkat pelayanan jalan. Namun penempatan
peralatan dan material disisi jalan dapat menyebabkan pengurangan kapasitas
jalan sehingga meningkatkan nilai DS berada diatas 0.50 sehingga dapat
menimbulkan kemacetan. Olehnya maka dampak ini perlu mendapat
pengelolaan pada kegiatan ini.

 Keresahan Masyarakat
Dampak ini merupakan dampak turunan dari dampak timbulnya
kemacetan lalulintas. Timbulnya keresahan ini bersumber dari adanya
peralatan dan material yang menempati sisi-sisi badan jalan yang dapat
menyebabkan penyempitan badan jalan yang dapat dilalui kendaraan.
Penempatan material dan peralatan disisi jalan akan menyebabkan nilai DS
menjadi lebih besar dari 0,5 sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan.
Kemacetan yang terjadi akan menimbulkan keresahan terutama dari
pengguna jalan mengingat jalan tersebut merupakan satu – satunya jalan

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 7
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

akses yang digunakan masyarakat. Olehnya maka dampak ini perlu


mendapat pengelolaan pada kegiatan ini.

c. Kegiatan Penggelaran Pipa


 Gangguan Flora
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang memberikan dampak pada
keberadaan flora di tapak proyek. Kegiatan ini akan menghilangkan
sebagian tanaman/pepohonan yang ada di atas lahan tempat dimana pipa
akan ditanam. Tanaman yang sekiranya akan hilang umumnya merupakan
tanaman peneduh tepi jalan yang sengaja ditanam dan dipelihara, serta
banyak tanaman bubidaya lainnya yang merupakan milik masyarakat
setempat yang mendiami tepi jalan dimana pipa akan dibenamkan. Kegiatan
pemasangan pipa yang akan menghubungkan TBBM Makassar dan DPPU
Hasanuddin akan melewati beberapa ruas jalan. Keseluruhan ruas jalan
yang sekiranya akan dilewati pemasangan pipa ini selanjutnya dibagi ke
dalam 5 segmen jalan untuk memudahkan identifikasi dan pencatatan flora
yang dijumpai.
Umumnya untuk tanaman peneduh tepi jalan yang tercatat
merupakan tanaman yang berhabitus pohon. Berbagai jenis pohon ini
umumnya tumbuh teratur berderet-deret di tepi pedestrian. Meskipun
demikian banyak pula jenis pohon yang tercatat tumbuh terpencar di tepi
jalan dekat dengan areal yang terbengkalai dan dibiarkan tumbuh begitu
saja. Sementara banyak jenis lainnya yang berupa tanaman hias atau
tanaman buah umumnya merupakan milik masyarakat yang berupa perdu
atau herba. Akan tetapi kebanyakan dari jenis-jenis ini tumbuh di dalam
pekarangan atau bercampur dengan pagar hidup. Jenis-jenis lainnya yang
tercatat merupakan jenis yang sengaja ditanam sebagai pagar pembatas
atau pagar hidup serta berbagai jenis herba ruderal yang tumbuh
memenuhi tempat-tempat yang terbengkalai.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Beberapa jenis pohon yang
tercatat sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah, diantaranya kihujan

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 8
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

(Samanea saman), saga pohon (Adenanthera pavonina), kayu jawa atau


tammate (Lannea coromandelica) dan waru (Hibiscus tiliaceus). Jenis pohon
lainnya yang tercatat tumbuh tersebar di tepi jalan adalah, diantaranya
ketapang (Terminalia catappa), cendrana (Pterocarpus indicus) dan
flamboyant (Delonyx regia). Jenis-jenis yang umumnya dijadikan sebagai
pagar pembatas, adalah diantaranya gamal (Gliricidia sepium) dan melina
(Gmelina arborea). Banyak juga jenis tanaman hias dan tanaman buah yang
masuk dalam lokasi pemasangan, yaitu yang tercatat diantaranya kembang
kertas (Bougenvillea spectabilis), mangga (Mangifera indica), bakara
(Artocarpus atilis), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), kamboja
(Plumeria obtusa) dan bunga toho (Nerium oleander). Akan tetapi jenis
mangga kerap kali juga ditemukan dipelihara sebagai tanaman tepi jalan.
Jenis lainnya yang aktif dipelihara adala kakao (Theobroma cacao) dan
papaya (Carica papaya) pada halaman-halaman rumah. Beragam jenis
herba ruderal ditemukan tumbuh memenuhi tempat-tempat yang
terbengkalai, seperti tembelekan atau bunga tai ayam (Lantana camara),
kirinyu (Chromolaena odoratum), Euphatorium inulifolium, Amaranthus
spinosus., beberapa jenis Convolvulaceae termasuk Ipomoea pescaprae dan
Ipomoea tuba. Jenis lain seperti putri malu (Mimosa pudica), beluntas
(Plucea indica) dan berbagai jenis rumput-rumputan.
Pada segmen jalan I, selain pohon-pohon tepi jalan, umum juga
ditemukan berbagai jenis herba sekunder yang mengisi lahan-lahan kosong
dengan kondisi substrat yang relatif kering. Pada areal ini banyak tercatat
jenis-jenis budidaya lainnya seperti tanaman hias dan tanaman buah. Untuk
segmen II umumnya jenis pohon tepi jalan yang banyak terpengaruh,
namun pada beberapa tempat banyak juga ditemukan jenis yang digunakan
sebagai pagar pembatas seperti gamal dan tammate. Pada segmen III yang
masih berhubungan dengan segmen II pada jalur tol Jalan Prof. Dr. Ir.
Sutami, umumnya jenis yang terpengaruh adalah juga jenis pohon tepi jalan
dan banyak jenis ruderal yang menempati lahan kosong. Selain itu pada

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 9
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

segmen ini akan dibuat jalur HDD yang akan melewati Sungai Tallo.
Meskipun banyak jenis-jenis tumbuhan riparian dan atau jenis-jenis
tumbuhan mangrove yang tercatat di areal ini memenuhi tepi sungai, tetapi
kegiatan pemasangan pipa ini tidak mempengaruhi keberadaan jenis-jenis
tumbuhan tersebut karena lokasi konstruksi HDD relatif jauh dari tepi
sungai. Selain itu pada areal ini juga terdapat tambak-tambak yang
tampaknya terbengkalai dan pada tepi dan pematangnya banyak ditumbuhi
jenis-jenis ruderal. Untuk segmen IV dan V hampir keseluruhannya berada
dalam areal perkotaan yang padat, umumnya jenis-jenis tumbuhan yang
ada merupakan jenis pohon pelindung yang tumbuh berderet di tepi
pedestrian, seperti saga hutan, waru, kihujan dan tammate. Beberapa jenis
lainnya umumnya merupakan tanaman hias berupa herba. Daftar jenis
lainnya yang tercatat pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 3.5. Jenis-jenis Tanaman yang Tercatat Pada Lokasi Penelitian


Jumlah Individu Pada Setiap
Nama Jenis
Segmen Jalan
Nama Latin Nama Lokal I II III IV V
Lannea coromandelica kayu jawa 4 5 3 3
Gmelina arborea melina 2 2 2
Mangifera indica mangga 4 1 2 1 3
Gliricidia sepium gamal 1
Pterocarpus indicus angsana 1 2 1
Ceiba pentandra kapuk 1 2
Artocarpus heterophyllum nangka 1 1 1 2
Psidium guajava jambu biji 1 3 2
Averrhoa bilimbi belimbing 1 1 1
Jatropha curcas jarak pagar 3 2 1 1
Plumeria obtusa kamboja 4
Ricinus communis jarak merah 1
Terminalia catappa ketapang 3 1 1 1
Hibiscus tiliaceus waru 1 2 1 1
Artocarpus atilis sukun 1 1 1
Tectona grandis jati 4 1
Morinda citrifolia mengkudu 2 1 2 1
Melia azaderachta nimba 1
pithecellobium dulce asam belanda 2 1
Nama Jenis Jumlah Individu Pada Setiap

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 10
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Segmen Jalan
Nama Latin Nama Lokal I II III IV V
Crescentia cujete bila 2
Cocos nucifera kelapa 2 1 1 1
Leucaena leucosepala lamtoro 7 1
Delonix regia flamboyan 1 1 1
Samanea saman kihujan 36 5 21
Homalanthus sp. Homalanthus 1
Chromolaena odorata kirinyu 12
Syzygium aquea jambu air 2 1 1 1
Polyalthia longifolia glodokan tiang 3 8 15
Filisium decipiens krey payung 1
Muntingia calaburra kersen 1 4 2 2
Swietenia mahagoni mahoni 2 1 2 1
Plucea indica beluntas 6
Lawsonia inermis pacar 1
Ficus septica awar-awar 3 5
Alstonia scholaris pulai 1 1
Acacia auriculiformis akasia 2 5
Ficus benjamina beringin 2 1
Citrus maxima jeruk bali 1
Nerium oleander bunga toho 2
Vitex cofassus bitti 1
Tamarindus indica asam 2
Roystonea regia palem raja 4
Adenanthera pavonica saga pohon 5
Spondias pinnata kedondong 1
Carica papaya pepaya 12 1 2
Annona squamosa serikaya 2 2 2 2
Theobroma cacao kakao 3
Anacardium occidentale mete 3
Ficus elastica Ficus elastica 1 1
Punica granatum delima 1
Hibiscus rosa-sinensis kembang sepatu 2
Moringa oleifera kelor 1 1 1 1
Syzygium commune coppeng 1
Musa sp. pisang 28 3
Cordilyne fruticosa andong 1 2
Saccharum officinarum tebu 13 10
Bougenvillea spectabilis kembang kertas 4
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 11
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada lokasi studi tidak


ditemukan jenis flora yang dikategorikan dilindungi menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Namun demikian, beberapa jenis yang
tercatat merupakan jenis-jenis tanaman pelindung yang memenuhi jalur
hijau pada beberapa bagian ruas jalan yang terkena dampak pada tapak
proyek. Tanaman tersebut adalah diantaranya, kihujan (Samanea saman),
saga pohon (Adenanthera pavonina), kayu jawa atau tammate (Lannea
coromandelica) dan angsana (Pterocarpus indicus). Pada saat penggalian
untuk penanaman pipa maka terdapat sekitar 248 individu tanaman yang
berupa perdu dan pohon yang berpotensi akan terkena dampak langsung
berupa pembersihan. Gangguan terhadap flora akan berpngaruh pada
kondisi jalur hijau di kota Makassar. Berdasarkan hal ini, maka dampak
yang timbul perlu dikelola.

 Gangguan Utilitas (Pipa PDAM dan Kabel Serat optik)


Kegiatan pebuatan galian biasa pada tahapan ini mencakup
penggalian, penanganan, pembuangan atau pembuatan stok dari tanah atau
pada jalan atau sekitarnya yang perlu untuk penyelesaian. Penggalian
dilakukan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam
gambar dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk
apapun yang dijumpai termasuk, tanah, padas, batu bata, batu, beton,
tembok dan lain-lain. Kedalaman minimum galian sedemikian rupa
sehingga minimum tebal urugan adalah 1,5 meter diukur dari permukaan
atas pipa sampai dengan permukaan tanah atau perkerasan terendah
kecuali pada penyebrangan pipa dengan sungai sedalam 2 (dua) meter.
Hasil penelusuran pada jalur pipa menunjukkan bahwa terdapat
fasilitas utilitas yang tertanam berupa pipa distribusi PDAM dan kabel serat
optik. Jalan tersebut diantaranya jalan Prof. Ir. Sutami (non Tol Reformasi),
jalan Batara Bira, jalan Dg.Ramang, jalan Sabutung dan jalan Barukang. Pipa
ditribusi PDAM dan kabel serat optik tertanam dengan kedalaman 0,5 – 1
meter. Selain itu hasil kuisioner menunjukkan bahwa 10 % responden

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 12
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

menguatirkan terjadinya gangguan terhadap kabel (segmen 3, jalan Sutami,


galanngan kapal, jalan Sabutung dan jalan Barukang) dan gangguan pipa
PDAM berada pada kisaran 5 – 29 % terutama pada jalan Barukan utara,
jalan Batara Bira dan jalan Dg.Ramang.
Dengan demikian maka kegiatan penggelaran pipa terutama
dengan sistem galian biasa sangat berpotensi menganggu keberadaan pipa
ditribusi PDAM dan kabel serat optik. Olehnya maka dampak ini perlu
mendapat pengelolaan pada kegiatan ini.

 Amblesan Jalan
Lokasi penggelaran pipa dilakukan disisi jalan dengan cara menggali bahu
jalan dan saluran drainase. Kondisi jalan yang dilintasi tidak semua memiliki bahu
jalan yang mencukupi untuk pergelaran pipa. Kondisi ini akan menyebabkan
amblesan badan jalan ketika terjadi pergelaran pipa. Hal ini terjadi pada ruas
Laikkang sekitar pertigaan Jalan Asrama Haji dimana badan jalan tidak memiliki
bahu sehingga pada saat pergerakan akan terjadi amblas. Olehnya maka
dampak ini perlu mendapat pengelolaan pada kegiatan

 Gangguan Estetika
Hasil galian yang ditempatkan dipermukaan jalan menimbulkan gangguan
estetika. Hasil galian ini akan berlumpur ketika terkena air (hujan). Selain itu
kegiatan HDD akan menghasilkan lumpur dari hasil booring tanah. Jumlah lumpur
hasil HDD diprakirakan mencapai 30 M 3. Lumpur ini akan terkumpul disuatu
tempat dan akan merembers kemana – mana sehingga menimbulkan gangguan
estetika. Olehnya maka dampak ini perlu mendapat pengelolaan pada
kegiatan ini.

 Penurunan kualitas air sungai Tallo


Pergelaran pipa yang melintas sungai Tallo akan menggunakan sistem
HDD. Sistem ini akan menghasilkan lumpur dari kegiatan pemasangan pipa.
Lumpur tersebut akan diprakirakan akan masuk kedalam sungai sehingga
mencemari sungai (terutama peningkatan TSS). Hasil pengukuran kualitas air
sungai Tallo untuk parameter TSS berada pada kisaran 16.5 – 19.5 mg/l. Nilai

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 13
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

masih dibawah baku mutu yaitu 50 mg/l. Jumlah lumpur yang masuk ke badan
sungai diprakiran mencapai 30 m3. Jumlah lumpur yang masuk ke badan sungai
akan menyebabkan peningkatan nilai TSS menjadi 21 – 23 mg/L. Peningkatan ini
tidak signifikan sehingga tidak memerlukan pengelolaan.

 Gangguan Biota Perairan


Penurunan kualitas air sungai Tallo akibat peningkatan TSS dapat
mepengaruhi kondisi kehidupan biota perairan sungai tersebut. Hasil
pengamatan kondisi biota perairan Sungai Tallo pada dua lokasi yaitu: 1)
Perairan sungai Tallo sebelum jembatan (Koordinat: S: 05 0 06’ 38,2”; E:
1190 26’ 28,3” dan 2) Perairan sungai Tallo setelah jembatan (Koordinat:
050 06’ 42,3”; E: 1190 26’ 30,5”. Jenis biota perairan yang diamati adalah
plankton, benthos dan nekton. Urairan hasil pengamatan biota perairan
pada kedua lokasi pengamatan adalah sebagai berikut:

1) Plankton
Hasil identifikasi contoh plankton dari kedua lokasi pengamatan
diperoleh komposisi jenis dan kelimpahan plankton seperti ditunjukkan
pada Tabel-3-6. Plankton yang teridentifikasi dari kedua lokasi
pengamatan terdiri atas 3 (tiga) kelas yaitu Cyanophyceae, Chlorophyceae
dan Diatomeae. Cyanophyceae terdiri atas 3 (tiga) genus yaitu
Trichodesmium, Microcystus dan Anabaena; Chlorophyceae terdiri atas 2
(dua) genus yaitu Scenedesmus dan Pediatrum; Diatomeae terdiri atas 6
(enam) genus yaitu Melosira, Navicula, Cymbella, Nitzschia, Gyrosigma dan
Chaetoceros.
Zooplankton yang teridentifikasi terdiri atas dua kelas yaitu
Copepoda dan Rotatoria yang masing-masing terdiri dari satu genus yaitu
Cyclops dan Rotifer. Kelimpahan plankton yang didapatkan pada kedua
lokasi pengamatan tergolong sedang yaitu 1162 – 1327 individu/l.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 14
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Tabel 3.6. Jenis dan Kelimpahan Plankton di Perairan Sungai Tallo


Lokasi Pengamatan
No. Jenis Plankton Unit
ST-1 ST-2
A. Cyanophyceae
1. Trichodesmium Individu/L 55
2. Microcystus Individu/L 76 86
3. Anabaena Individu/L 55
B. Chlorophyceae
1. Scenedesmus Individu/L 75 110
2. Pediatrum Individu/L 155
C. Diatomeae
1. Melosira Individu/L 150
2. Navicula Individu/L 155 110
3. Cymbella Individu/L 146
4. Nitzschia Individu/L 155 155
5. Gyrosigma Individu/L 280 155
6. Chaetoceros Individu/L 165 110
II Zooplankton
A Copepoda
1. Cyclops Individu/L 110 55
B Rotatoria
1. Rotifer Individu/L 55 76
Total 1327 1162
Sumber: Hasil analisis laboratorium, Oktober, 2013
Keterangan: ST-1 = Sungai Tallo (sebelum Jembatan) ST-2 = Sungai Tallo (Setelah Jembatan)

2). Benthos
Jenis organisme benthos yang ditemukan di perairan sungai Tallo
terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu kelas Gastropoda dan Bivalvia. Gastropoda
terdiri atas 3 spesies yaitu Terebralia sulcata, Clypeomorus coralium dan
Crassostrea cuculata. Sedangkan Bivalvia terdiri dari 2 spesies yaitu
Scapharca pilula dan Modiolus micropterus. Kelimpahan organisme benthos
pada ke-dua lokasi pengamatan tergolong sedang yaitu berkisar antara 5 –
14 individu/m2. Jenis dan kelimpahan organisme benthos yang ditemukan
pada ke-dua lokasi pengamatan disajikan pada Tabel-3.7 berikut.

Tabel 3.7. Jenis dan Kelimpahan Benthos di Perairan sungai Tallo

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 15
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Lokasi Pengamatan
No. Jenis Benthos Unit
ST-1 ST-2
A. Gastropoda
1. Terebralia sulcata Individu/m2 3 1
2. Clypeomorus coralium Individu/m2 2 2
3. Crassostrea sp Individu/m2 1
B. Bivalvia
1. Scapharca pilula Individu/m2 2 2
2. Modiolus micropterus Individu/m2 6
Total Individu/m2 14 5
Sumber: Hasil analisis Laboratorium, Oktober 2013
Keterangan: ST-1 = Sungai Tallo (sebelum Jembatan) ST-2 = Sungai Tallo (Setelah Jembatan)

3). Indeks Keragaman Jenis Biota Perairan


Indeks keragman jenis biota perairan pada ke-dua lokasi pengamatan
di Sungai Tallo ditunjukkan pada Tabel 3.8.
 Plankton
Nilai indeks keanekaragaman (Shannon-Wiener index, H’) plankton pada
sungai Tallo tergolong tinggi yaitu berkisar antara 3,253 - 3,261, indeks
keseragaman (Evenness index, E) tergolong tinggi yaitu 0,942 - 0,979,
indeks dominansi (Simpson’s Dominance index, D) tergolong rendah yaitu
berkisar antara 0,108 - 0,115.
 Benthos
Nilai indeks keanekaragaman (Shannon-Wiener index H’) benthos pada
sungai Tallo tergolong rendah yaitu berkisar antara 1,521 - 2,074, indeks
keseragaman (Evenness index, E) tergolong tinggi yaitu berkisar antara
0,893 - 0,961, indeks dominansi (Simpson’s Dominance index,D) tergolong
rendah yaitu berkisar antara 0,2 - 0,219.

Tabel 3.8 Indeks Keragaman Jenis Plankton dan Benthos di sungai Tallo

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 16
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Lokasi Pengamatan
No. Keragaman Jenis
ST-1 ST-2
A. Plankton
1. Indeks Keanekaragaman (H') 3,261 3,253
2. Ideks Keseragaman (E) 0,942 0,979
3. Indeks Dominansi (D) 0,115 0,108
B. Benthos
1. Keanekaragaman (H') 2,074 1,521
2. Indeks Keseragaman (E) 0,893 0,961
3. Indeks Dominansi (D) 0,219 0,2
Sumber: Hasil perhitungan, Oktober, 2013
Keterangan: ST-1 = Sungai Tallo (sebelum Jembatan) ST-2 = Sungai Tallo (Setelah Jembatan)

`4) Nekton
Nekton berupa ikan yang hidup di perairan sungai Tallo terdiri atas
7 jenis ikan dan 2 jenis Crustaceae. Jenis ikan tersebut adalah mujair
(Tilapia sp), Julung-julung (Dermogenis pusillus), Lele (Clarias batrachus),
Gabus (Ophiocephalus sp), Belanak (Mugil dussumieri) Kepala timah
(Aplocheilus pancax), dan betok (Anabas testudineus). Sedangkan jenis
crustaceae yang ditemukan adalah udang windu (Penaeus monodon) dan
udang putih (Penaeus merguiensis). Jenis ikan yang yang ditemukan di
perairan sungai Tallo disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Jenis Ikan yang Ditemukan di Perairan Sungai Tallo


No. Nama Indonesia Nama Ilmiah
A. Ikan
1. Mujair Oreochromis mossambicus
2. Julung-julung Dermogenis pusillus
3. Lele Clarias batrachus
4. Gabus Ophiocephalus sp
5. Belanak Mugil dussumieri
6. Kepala timah Aplocheilus pancax
7. Betok Anabas testudineus
B. Crustaceae
1. Udang putih Penaeus merguiensis
2. Udang Windu Penaus monodon
Sumber: Hasil wawancara dengan nelayan setempat

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 17
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Peningkatan TSS dari 19,5 mg/l menjadi 21 – 23 mg/L


menyebabkan penurunan kelimpahan plankton dari 1162 individu/l
menjadi 1100 individu/L. Penurunan kelimpahan plankton tidak signifikan
sehingga dampak ini tidak memerlukan pengelolaan.

 Gangguan Jalan Akses Masyarakat


Kegiatan pembuatan galian biasa dengan lebar ± 1-1,5 meter dan
kedalaman ± 2 meter yang dilakukan disisi jalan akan memutuskan jalan
akses penduduk untuk keluar masuk permukiman/kantor/rumah. Hasil
penelusuran jalur pipa (sepnjang ±22 km) terdapat beberapa ruas jalan
terpotong oleh jalur pipa. Selain itu jalur pipa juga memotong jalan masuk
rumah/kantor/gudang. Olehnya maka dampak ini perlu mendapat
pengelolaan pada kegiatan ini.

 Kerusakan Bangunan
Pembuatan galian biasa dengan dimensi ± 1-1,5 meter x ± 2 meter
dapat berdampak pada kerusakan teras, pagar rumah, dinding dan usaha
(kios/warung) warga yang berimpitan langsung dengan badan jalan. Hasil
penelusuran terhadap jalur pipa diprakirakan terdapat ± 300 unit
bangunan akan terkena dampak pada kegiatan ini. Hasil kuisioner
menunjukkan 10 – 12 % responden berharap kegiatan ini tidak
menganggu/merusak bangunan milik masyarakat. Olehnya itu maka
dampak ini perlu mendapat pengelolaan pada kegiatan ini.

 Gangguan Lalulintas
Adanya aktivitas peralatan berat dalam kegiatan penggalian
menyebabkan penggunaan sisi badan jalan sekitar 1,5 meter – 2 meter,
sehingga terjadi penyempitan badan jalan. Penyempitan badan jalan yang
dapat digunakan menjadi akses transportasi ini, berdampak pada ritme
lalulintas yang mengalami gangguan, seperti kemacetan. Panjangnya

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 18
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

aktivitas yang akan digali ini adalah 22 km, menyebabkan gangguan


lalulintas akan terjadi pada beberapa ruas jalan, terutama ruas jalan dengan
badan jalan yang sempit.
Hasil pengamatan lalu lintas disekitar ruas jalan yang menjadi jalur
pipa disajikan pada tabel 3.3. Pada tabel tersebut terlihat volume lalu lintas
terbesar terjadi pada ruas jalan Sutami (non Tol) yaitu 1130 smp/jam.
Sementara jalan Batara Bira, Sabutung Raya dan Santando berada pada
kisaran 500 – 600 smp/jam.
Dengan volume lalu lintas maka diperoleh nilai tingkat kejenuhan
(DS) ruas jalan yang diamati seperti yang disajikan tabel 3.4. Berdasarkan
nilai DS maka tingkat pelayanan jalan berada dalam kategori A (lancar)
kecuali jalan Sutami (Non Tol) dan Sabutung Raya sudah dalam kategori B
(awal arus stabil).
Penempatan material pada sisi jalan menyebabkan terjadinya
pengurangan kapasitas jalan saat ini sehingga meningkatkan nilai DS
berada diatas 0.50 sehingga dapat menimbulkan kemacetan. Olehnya maka
dampak ini perlu mendapat pengelolaan pada kegiatan ini

 Kecelakaan Lalulintas
Adanya galian di sepanjang jalur yang akan dilalui pipa dapat
berdampak pada kecelakaan lalulintas, seperti terpelosoknya pengendara
kendaraan bermotor di galian yang dibuat, kecelakaan akibat menabrak
plank jalan batas proyek akibat kurang kontras dilihat pengendara,
tergelincirnya pengendara roda dua akibat ceceran lumpur di badan jalan
serta tidak optimalnya pemadatan hasil timbunan bekas galian. Selain itu
penempatan hasil galian menyebakan pengurangan ruang gerak kendaraan
sehingga dapat memicu kecelakaan lalu lintas. Olehnya itu maka dampak
ini perlu mendapat pengelolaan pada kegiatan ini.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 19
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Bising


Kegiatan galian dapat menyebabkan penurunan kualitas udara di
sekitar tapak proyek dengan terjadinya peningkatan debu akibat galian
tanah kering yang tertiup angin. Kondisi udara ambien disekitar jalur pipa
disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.10. Kondisi Udara Ambien dan Kebisingan disekitar Jalur Pipanisasi
Avtur PT. Pertamina
Lokasi Baku
No Parameter Satuan
I II III Mutu
1 Sulfur Dioksida (SO2 ) µg/Nm3 31.294 20.499 23.031 900
2 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 73.754 81.182 67.702 400
3 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 12.78 11.746 9.85 30000
4 Amoniak (NH3) Ppm 0.035 0.0335 0.084 2
5 Timah Hitam (Pb) µg/Nm3 0.489 0.683 0.332 2
6 Partikel (TSP) µg/Nm3 46.42 69.49 34.55 230
7 Kebisingan dBA 67.3 64.5 69.2 60
Keterangan :
Lokasi 1. Depan SMA 6 Makassar, Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami
2. Jl. Sabutung/Potere
3. Pertigaan Jl. Satando Depan Depot Pertamina

Berdasarkan tabel tersebut diatas maka parameter udara ambien


hasil pengukuran sesaat disekitar lokasi jalur belum ada melampaui baku
mutu yang termuat dalam Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi
Selatan Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Dan Kriteria Kerusakan
Lingkungan Hidup. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai ISPU untuk
partikel debu rata 56,4 (tidak memberikan efek terhadap manusia dan
hewan namun bisa memberikan pengaruh pada tanaman yang sensetif).
Penempatan hasil galian disekitar ruas jalan menyebabkan
peningkatan kadar debu di udara sebagai akibat dari tergilasnya hasil galian
oleh kendaraan yang melintasi jalan tersebut. Peningkatan kadar debu
diasumsikan sama dengan jalan tanah/sirtu yang dilantasi oleh kendaraan.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 20
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Hasil pengukuran kadar debu (partikut) pada kondisi jalan yang


berpermukaan sirtu dapat mencapai 190 – 210 µg/Nm3. Dengan kondisi
kadar debu (partikulat) maka nilai ISPU menjadi 170 – 180. Nilai ini
menunjukkan kondisi udara sudah tidak sehat (sudah memberikan efek
terhadap manusia dan hewan namun bisa memberikan pengaruh pada
tanaman yang sensitif).
Tingkat kebisingan sekitar jalur pipa berada pada kisaran 67,3 –
69,2 dBA. Nilai ini telah melampaui baku mutu untuk kegiatan permukiman.
Pengukuran kebisingan dilakukan disekitar ruas jalan yang setiap saat
melintas kendaraan. Meskipun hasil pengukuran telah melampaui baku
mutu namun kondisi ini tidak menjadi gangguan kenyamanan masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh karena tingkat kebisingan yang dihasilkan tidak
kontinu, masih ada jarak dari lokasi pengukuran ke rumah sehingga kondisi
kebisingan masih mengalami penurunan hingga ke rumah penduduk dan
masyarakat telah terbiasa dengan kondisi ini (rumah mereka berada ditepi
jalan).
Keberadaan fasilitas untuk pergelaran pipa avtur terutama untuk
kegiatan HDD dapat meningkatakan intensitas bising disekitar lokasi
penempatan peralatan tersebut. Hasil penelususan menunjukkan bahwa
tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh peralatan HDD dapat mencapai 76
dBA dengan radius 200 meter.
Berdasarakan uraian tersebut di atas maka dampak penurunan
kualitas udara dan peningkatan intensitas bising perlu mendapat
pengelolaan.

 Gangguan Aliran Drainase


Kegiatan penggelaran pipa memanfaatkan bahu (0,5 – 1 meter)
jalan disepanjang ruas jalan yang dilalui. Namun karena kondisi bahu jalan
di beberapa ruas jalan tersebut kuran dari kondisi diatas maka lokasi
penggelaran pipa memanfaatkan jalur drainase yang berada pada sisi jalan.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 21
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Kedalam drainese kota pada jalur pipa umumnya berada kisaran 0,5 s- 1
meter sehingga penggalian untuk penggelaran pipa akan membongkar
keberadaan drainase yang ada saat ini.
Pembongkaran drainase ini akan mengakibatkan terjadinya
gangguan aliran air pada sistem drainese tersebut. Kondisi ini tentunya
akan menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran sehingga dapat memicu
timbulnya genangan. Meskipun kegiatan ini bersifat sementara namun
dampak ini signifikan terjadi maka dampak ini perlu mendapat
pengelolaan pada kegiatan ini.

 Penurunan Pendapatan
Telah diuraikan sebelumnya bahwa kegiatan pemggelaran pipa
akan menganggu akses masyarakat masuk dan keluar
rumah/gudang/toko/kios. Gangguan terhadap akses ini akan berdampak
pada penurunan kunjungan pembeli khusus pada rumah/kios/toko. Hasil
penelusuran pada jalur pipa terdapat beberapa bangunan berupa toko/kios
akan terkena dampak berupa terputusnya akses akibat galian yang
dilakukan.
Hasil kuisoner menunjukkan gangguan akses terhadap
warung/kios/toko terbesar pada segmen 2 (jalan Batara Bisa dan jalan
Sutami) sekitar 44 % dan gangguan terhadap pembeli sekitar 16 %.
Sementara segmen 1 dan segmen 3 gangguan akses terhadap
warung/kios/toko terbesar 36 %. Besarnya prosentase ini disebabkan oleh
karena pekerjaan masyarakat disekitar jalur pipa umumnya adalah
pedagang (hasil kuisoner dengan prosentase di atas 50 %). Olehnya itu
maka gangguan terhadap pendapatan terutama pemilik warung/kios/toko
perlu dikelola pada kegiatan ini.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 22
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Keresahan Masyarakat
Dampak keresahan masyarakat timbul akibat beberapa gangguan
yang ditimbulkan oleh kegiatan pergelaran pipa. Hasil kuisioner
menunjukkan bahwa beberapa hal yang dapat menimbulkan keresasan
masyarakat adalah timbulan tanah galian, gangguan terhadap jalan akses
(jalan keluar masuk rumah) dan rusaknya bangunan milik masyarakat.
Keresahan yang ditimbulkan oleh timbulan hasil galian berkisar 20 – 30 %.
Gangguan terhadap jalan akses (jalan keluar masuk rumah) dikeluhkan oleh
masyarakat berkisar 7 – 10 %. Kerusakan akan bangunan milik masyarakat
10 – 12 %. Berdasarkan data tersebut di atas maka dampak keresahan
masyarakat perlu dilakukan pengelolaan pada kegiatan ini.

3. Tahap PascaKonstruksi
a. Kegiatan Distribusi Avtur
 Gangguan Kualitas Air
Pendistribusian avtur ini akan dilakukan secara nonstop selama
1x24 jam. Banyak bahan bakar yang akan didistribusikan dengan kecepatan
rata-rata 200 KL/Jam dan kecepatan maksimum sebesar 300 KL/Jam.
Risiko kebocoran pipa dalam penyalurannya dapat menyebabkan cemaran
air tanah dan air Sungai Tallo yang menjadi jalur lintasannya.
Pengamatan kualitas air dilakukan pada 6 titik yang meliputi 4 titik
air sumur penduduk dan 2 titik air sungai Tallo. Pengamatan kualitas air
meliputi parameter fisika, parameter kimia, parameter logam dan
parameter mikrobiologi.

a). Parameter Fisika


Hasil pengukuran parameter fisika disajikan pada tabel 3.11. Pada
tabel tersebut terlihat bahwa parameter fisika yang telah melampaui baku
mutu adalah TDS pada lokasi sumur I dan sumur II. Berdasarkan nilai TDS
maka sumur di lokasi I dan lokasi III tidak layak minum (maksimum 500
mg/l permenkes 492 tahun 2010).

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 23
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Tabel 3.11. Hasil Pengukuran Kualitas Air Parameter Fisika


Lokasi Baku
No Parameter Satuan
I II III IV Mutu
Air Sumur
1 Temperatur 0
C 28 28 28 28 deviasi 3

2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 1450 100 1450 100 800
3 Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 31.6 3.6 31.6 3.6 50
Air Sungai
1 Temperatur 0
C 28 28 deviasi 3
2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 142 129 800
3 Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 19.5 16.5 50
Sumber : Hasil Laboratorium, 2013
Keterangan :
Lokasi Air sumur :
1. Sumur Warga I/ Jl.Satando Lrg I Kec. Tama Lamba, Kel. Ujung Tanah
2. Sumur Warga II/Jl. Barukang Lrg. 15 Kel. Cambayya Kec. Ujung Tanah.
3. Sumur Warga III/ Jl.Sultan Abdullah Raya Kel. Buloa Kec. Tallo
4. Sumur Warga IV/ Jl.Asrama Haji Kel. Sudiang, Kec. Biringkanayya
Lokasi air Sungai :
1. Air Sungai Tello Sesudah Jembatan Kel. Buloa, Kec. Tallo.
2. Air Sungai Tello Sebelum Jembatan Kel Buloa, Kec.Tallo.

b). Parameter Kimia


Hasil pengukuran parameter kimia disajikan pada tabel 3.12.
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa paremater kimia baik pada air
sumur warga maupun pada iar sungai Tallo tidak ada melampaui baku
mutu. Namun demikian, paremater total fosfat perlu mendapat perhatian
karena sudah mendekati baku mutu. Tingginya nilai fosfat akibat tingginya
penggunaan diterjen (untuk mencuci) disekitar lokasi sumur. Hasil
pengamatan juga menunjukkan bahwa pada umumnya sumur yang dimiliki
digunakan untuk kegiatan mencuci dan mandi.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 24
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Tabel 3.12. Hasil Pengukuran Kualitas Air Parameter Kimia


N Lokasi Baku
Parameter Satuan
o I II III IV Mutu
Air Sumur
1 pH 6.65 6.45 6.65 6.45 6–9
2 Sulfat mg/L 0.976 1.23 0.087 0.436 400
3 Sianida (CN) mg/L 0 0 0 0 0.02
4 Hidrogen Sulfide (H2S) mg/L 0 0 0 0 0.002
5 Florida (F) mg/L - - - - 0.5
6 Klorin bebas (Cl2) mg/L 0 0 0 0 0.03
7 Amonia Bebas (NH3-N) mg/L 0.227 0.124 0.106 0.223 0.5
8 Nitrat (NO3-N) mg/L 0 0 0 0 10
9 Nitrit sebagai N mg/L 0 0 0 0 0.06
10 BOD5 mg/L 0.991 0.791 1.054 0.949 <2
11 COD mg/L 5.215 4.161 5.548 4.993 < 10
12 DO mg/L 7.273 7.48 7.273 6.868 >6
13 Chloride mg/L 11.587 32.419 33.611 6.518 600
14 Total Fosfat mg/L 0.159 0.074 0.159 0.19 0.2
15 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 600
Air Sungai
1 pH 7.5 7.3 6 - 8.5
2 Sulfat mg/L 1.491 2.174 -
3 Sianida (CN) mg/L 0 0 0.02
4 Hidrogen Sulfide (H2S) mg/L 0 0 0.002
5 Florida (F) mg/L 0 0 1.5
6 Klorin bebas (Cl2) mg/L 0 0 0.03
7 Amonia Bebas (NH3-N) mg/L 0.015 0.01 -
8 Nitrat (NO3-N) mg/L 0 0 10
9 Nitrit sebagai N mg/L 0 0 0.06
10 BOD5 mg/L 0.863 0.814 <3
11 COD mg/L 4.747 4.26 < 25
12 DO mg/L 7.255 7.391 >4
13 Chloride mg/L 31.918 45.017 -
14 Total Fosfat mg/L 0.096 0.056 0.2
15 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 800
Sumber : Hasil Laboratorium, 2013

c). Parameter Logam


Hasil pengukuran parameter logam disajikan pada tabel 3.13. Hasil
pengukuran pada tabel tersebut menunjukkan parameter cadmium (Cd)
telah melampaui baku mutu lingkungan. Nilai cadmium maksimum untuk
air minum adalah 0,003 mg/l (permenkes 492 tahun 2010) dengan
demikian maka parameter ini masih memenuhi baku mutu air minum
sehingga masih mememuhi syarat untuk diminum. Keracunan oleh

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 25
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

kadmium menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala penyakit akibat


keracunan senyawa merkuri (Hg) atau penyakit Minamata

Tabel 3.13 Hasil Pengukuran Kualitas Air Parameter Logam


Lokasi Baku
No Parameter Satuan
I II III IV Mutu
Air Sumur
1 Besi (Fe) mg/L 0.036 0 0.036 0 0.3
<0.000
2 Mangan (Mn) mg/L <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.1
1
<0.000
3 Barium (Ba) mg/L <0.0001 <0.0001 <0.0001 1
1
<0.000
4 Tembaga (Cu) mg/L <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.02
1
<0.000
5 Seng (Zn) mg/L <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.05
1
Krom heksavalen
6 mg/L 0 0 0 0 0.05
(Cr6+)
<0.023
7 Cadmium (Cd) mg/L <0.0230 <0.0230 <0.0230 0.01
0
<0.000
8 Air Raksa (Hg) mg/L <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.001
1
<0.009
9 Timbal (Pb) mg/L <0.0090 <0.0090 <0.0090 0.03
0
<0.000
10 Arsen (As) mg/L <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.05
1
<0.000
11 Selenium (Se) mg/L <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.01
1
Air Sungai
1 Besi (Fe) mg/L 0.025 0.021 -
<0.000
2 Mangan (Mn) mg/L <0.0001 -
1
<0.000
3 Barium (Ba) mg/L <0.0001 -
1
<0.000
4 Tembaga (Cu) mg/L <0.0001 0.02
1
<0.000
5 Seng (Zn) mg/L <0.0001 0.05
1
Krom heksavalen
6 mg/L 0 0 0.05
(Cr6+)
<0.110
7 Krom Total (Cr) mg/L <0.1100 -
0
<0.023
8 Cadmium (Cd) mg/L <0.0230 0.01
0
<0.000
9 Air Raksa (Hg) mg/L <0.0001 0.002
1
10 Timbal (Pb) mg/L <0.009 <0.0090 0.03

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 26
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

0
<0.000
11 Arsen (As) mg/L <0.0001 1
1
<0.000
12 Selenium (Se) mg/L <0.0001 0.05
1
Sumber : Hasil Laboratorium, 2013

d). Parameter Mikrobiologi


Parameter mikrobiologi yang diukur adalah total coliform. Hasil
pengukuran parameter ini pada semua titik pengambilan sampel
menunjukan 2 – 15 MPN/100 ml untuk air sumur dan 45 – 49 MPN/100 ml
untuk air sungai. Nilai parameter ini pada semua titik pengamatan masih
dibawa baku mutu lingkungan. Berdasarkan nilai parameter tersebut maka
dihitung nilai indeks pencemaran seperti yang ditujukan pada tabel 3.14.
Dari tabel tersebut maka kondisi kualitas air baik pada sumur maupun kali
pada umumnya dalam kondisi baik (tidak tercemar) kecuali pada sumur
lokasi 1 dan sumur lokasi 2 yang tercemar ringan.

Tabel 3.14. Nilai Indeks Pencemaran Titik Pengamatan Kualitas Air


No Lokasi Indeks Pencemaran Kategori Pencemaran
1 Sumur 1 1.691 Cemar Ringan
2 Sumur 2 0.446 Kondisi baik
3 Sumur 3 1.693 Cemar Ringan
4 Sumur 4 0.718 Kondisi baik
5 Sungai 1 0,533 Kondisi baik
6 Sungai 2 0,507 Kondisi baik
Sumber : Hasil perhitungan, 2013

Hasil penelitian sulityono dkk (2012) menunjukan tumpahan minyak


(termasuk kebocoran pipa minyak/avtur) menyebabkan perubahan
konsentasi beberapa paremater kualitas air diantaranya BOD dan COD.
Hasil penelitian menunjukkan perubahan kedua paremater tersebut
berkisar 1,9 s/d 2,1 dari konetrasi awalnya (sebelum tercemar minyak).
Sementara untuk air sumur konsentasi BOD menjadi 6,01 (pada jarak 400
meter dari sumber) dan COD menjadi 10 pada jarak tersbut. Analogi dengan
penelitian tersebut maka kebocoran pipa akan menyebabkan Nilai BOD

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 27
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

disumur mencapai 6,01 mg/l dan COD menjadi 10 mg/l. Sementara nilai
BOD di sungai Tallo menjadi 1,726 mg/l dan COD menjadi 9,494 mg/l.
Dengan nilai tersebut maka IP pencemaran menjadi seperti yang ditunjukan
pada tabel 3.15. Pada tabel tersebut maka kondisi kualitas air menjadi
tercemar ringan.

Tabel 3.15. Prakiraan Nilai Indeks Pencemaran Titik Pengamatan Kualitas


Air yang tercemar akibat kebocoran Pipa
No Lokasi Indeks Pencemaran Kategori Pencemaran
1 Sumur 1 2.518 Cemar Ringan
2 Sumur 2 2.446 Cemar Ringan
3 Sumur 3 2.519 Cemar Ringan
4 Sumur 4 2.457 Cemar Ringan
5 Sungai 1 1.713 Cemar Ringan
6 Sungai 2 1,507 Cemar Ringan
Sumber : Hasil perhitungan, 2013

Berdasarkan uraian tersebut di atsa mmaka dampak ini perlu


mendapat pengelolaan pada kegiatan ini.

 Gangguan Biota Perairan


Jalur pipa akan melintasi sungai Tallo. Pipa yang digelar dengan sistem
HDD. Pada saat operasional kebocoran pipa akan menyebabkan perurunan
kualitas air sungai Tallo. Penurunan kualitas air sungai Tallo akan berdampak pada
kehidupan biota perairan sungai Tallo. Kondisi biota perairan di sungai Tallo saat
ini dapat dilihat pada Tabel 3.6 s/d Tabel 3.9.
Peningkatan Indeks pencemaran kualitas air di Sungai Tallo akan
menyebabkan penurunan nilai kelimpahan plankton dari 1162 individu/L menjadi
750 – 850 individu/l. Penurunan yang terjadi cukup signifikan sehingga dampak
ini memerlukan pengelolaan.

 Keresahan Masyarakat

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 28
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Dampak ini merupakan dampak turunan dari dampak gangguan biota


perairan dan dampak penurunan kualitas air, serta keresahan akibat kekhawatiran
warga akan adanya ledakan pada penyaliran avtur melalui pipa di sekitar rumah
mereka ini. Olehnya itu maka dampak ini perlu mendapat pengelolaan pada
kegiatan ini.

 Gangguan Kesehatan Masyarakat


Dampak ini merupakan dampak turunan dari dampak penurunan
kualitas air. Tumpahan minyak (termasuk kebocoran pipa minyak/avtur)
menyebabkan perubahan konsentasi beberapa paremater kualitas air.
Infiltrasi menyebabkan pencemaran air tanah, yang dimanfaatkan warga
sebagai sumber air bersih (SAB) dan sumber air minum (SAM).

Tabel 3.16. Sumber Air Warga


Sumber Air Sumber Air
No. Sumber air Warga
Minum Bersih
1 Beli (Galon/gerobak) 16 3
2 PDAM 114 103
3 SPL/SGL 22 46
4 TOTAL 152 152
Sumber: Hasil analisis tim, tahun 2013.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 152 responden, diperoleh


sebanyak 22 responden menggunakan sumur bor atau sumur pompa listrik
(SPL) dan sumur gali (SGL) sebagai sumber air minumnya. Sedangkan
sebanyak 46 responden menggunakan SPL dan atau SGL sebagai sumber air
bersihnya.
Akibat penurunan kualitas air tersebut, diperkirakan masyarakat
yang menggunakan SPL dan atau SGL sebagai sumber air bersih maupun
sumber air minum dapat tepapar oleh air yang tercemat dan dapat
menyebabkan setidaknya iritasi pada kulit hingga iritasi pada saluran cerna.
Resiko oleh polutan kimiawi dapat menimbulkan dampak akut lokal, alergi
dan akut sistemik. Jika dalam konsentrasi yang tinggi, sedangkan dalam
konsentrasi rendahnya dapat berpengaruh terhadap kesehatan, namun

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 29
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

kadang sulit terdeteksi dan tidak spesifik. Penyakit yang disebabkan oleh
air ini biasa disebut Water Borne Diseases. Olehnya itu maka dampak ini
perlu mendapat pengelolaan pada kegiatan ini.

B. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


1. Tahap Prakonstruksi
a. Kegiatan Survey
1). Timbulnya persepsi negatif masyarakat dan Keresahan Masyarakat
 Sumber dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan survey pada tahap prakonstruksi
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya persepsi negatif masyarakat yang berlanjut
pada dampak keresahaan masyarakat
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Melakukan sosialisasi berkaitan dengan jalur pipa dan proses
pergelaran pipa disetiap kelurahan yang dilintasi jalur pipa.
- Melakukan kesepakatan dengan masyarakat berkaitan dengan proses
pergantian bangunan dan fasilitas umum serta fasilitas sosial yang
terkena kegiatan
- Melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat, pemerintah
kelurahaan dan kecamatan yang dilalui jalur pipa
 Lokasi pengelolaan
Lokasi Pengelolaan adalah kelurahaan yang dilintasi jalaur pipa meliputi
kelurahan Sudian, Sudiang raya, Pai, Bulurokeng, Buloa, Gusung, Cambaya,
Tabaringan dan Mamalabba.
 Periode pengelolaan

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 30
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Periode pengelolaan adalah dilakukan minimal 3 kali sebelum kosntruksi


dilakukan.
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana :
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

2. Tahap Konstruksi
a. Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
1). Kesempatan Kerja, Persepsi Negatif dan Keresahan Masyarakat
 Sumber dampak
Sumber dampaknya adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi
 Jenis Dampak
Jenis dampaknya adalah peningkatan kerja yang berlanjut pada timbulnya
persepsi negatif masyarakat yang berlanjut pada dampak keresahaan
masyarakat
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Mengidentifikasi masyarakat disekitar jalur pipa yang dapat
dipekerjakan
- Menggunakan lahan dan bangunan masyarakat sebagai tempat
penyimpanan peralatan dan material konstruksi.
- Mengikutsertakan masyarakat sekitar jalur pipa menjadi tenaga kerja
 Lokasi pengelolaan

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 31
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Lokasi pengelolaan dilakukan di kelurahaan yang dilintasi jalaur pipa


meliputi kelurahan Sudiang, Sudiang raya, Pai, Bulurokeng, Buloa, Gusung,
Cambaya, Tabaringan dan Mamalabba
 Periode pengelolaan
Periode pengelolaan dilakukan selama kegiatan konstruksi berlangsung
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana :
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana

- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

b. Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material


1). Kemacetan Lalulintas dan Keresahan Masyarakat
 Sumber dampak
Sumber dampaknya adalah kegiatan mobilisasi peralatan dan material
 Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah kemacetan lalu lintas berlanjut pada
dampak keresahaan masyarakat
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Tidak menempatkan peralatan dan material pada badan jalan.
- Untuk jalan yang tidak memiliki bahu yang cukup, kegiatan penggalian
menggunakan tenaga manusia.
- Mempersingkat waktu pengerjaan
- Melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian dan dinas perhubungan
dalam mobilisasi peralatan dan material.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 32
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolaannya adalah sepanjang jalur pipa terutama Jl. Santando, Jl.
Barukang Utara, Jl. Sabutung Raya, Jl. Prof. Ir. Sutami (non Tol Reformasi)
dan Jl. Batara Bira.
 Periode pengelolaan
Periode pengelolaannya adalah selama kegiatan mobilisasi peralatan dan
material.
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Perhubungan Kota Makassar
Kepolisian kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

c. Kegiatan Penggelaran Pipa


1). Gangguan Flora
 Sumber dampak
Sumber dampaknya adalah kegiatan pergelaran pipa avtur
 Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah gangguan flora
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Meminimalkan pepohonan yang terkena kegiatan ini dengan
pembatasan penggunaan alat berat disekitar jalur yang terdapat
pepohonan.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 33
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

- Tidak melakukan penebangan pepohonan yang tidak berada pada jalur


pipa
- Sedapat mungkin menghindari pepohonan dengan melakukan
pergeseran jalur.
- Melakukan penggatian pepohonan yang tumbang akibat kegiatan
pergelaran pipa (minimal 3 kali jumlah pohon yang tumbang).
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolaannya adalah Jl. Santando, Jl. Koptu Harun, Jl. Sabutung, Jl.
Barukang Utara, Jl. Barukang, Jl. Sabutung Raya, Jl. Galangan Kapal (depan
IKI), Jl. Sultan Abdullah Raya, Jl. Prof. Ir. Sutami (non Tol Reformasi), Jl.
Batara Bira, Jl. Dg.Ramang, Jl. Laikang, Jl. Poros Asrama Haji dan Jl. Pondok
Asri 3
 Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan selama kegiatan pergelaran pipa avtur
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Dinas Kebersihan dan pertamanan kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

2). Gangguan Utilitas (PDAM dan Kabel Optik) dan keresahan masyarakat
 Sumber dampak
Dampak ini bersumber darikegiatan penggelaran pipa avtur
 Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah gangguan utilitas yang berlanjut
pada dampak keresahaan masyarakat
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup :

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 34
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

- Sedapat mungkin jalur pipa avtur menghindari jalur pipa PDAM dan
Kabel optik
- Pipa avtur ditanam lebih dalam (minimal 2 meter) dibandingkan pipa
PDAM dan kabel optik jika tidak dapat dihindari sehingga harus
bersusun.
- Melakukan perbaikan terhadap kerusakan pipa PDAM dan kabel optik
akibat penggelaran pipa avtur
- Berkoordinasi dengan PDAM kota Makassar dan PT. Telkom sebelum
melakukan penggelaran pipa.
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolaannya adalah keseluruhan jalur pipa, yakni Jl. Santando, Jl.
Koptu Harun, Jl. Sabutung, Jl. Barukang Utara, Jl. Barukang, Jl. Sabutung
Raya, Jl. Galangan Kapal (depan IKI), Jl. Sultan Abdullah Raya, Jl. Prof. Ir.
Sutami (non Tol Reformasi), Jl. Batara Bira, Jl. Dg.Ramang, Jl. Laikang, Jl.
Poros Asrama Haji dan Jl. Pondok Asri 3.
 Periode pengelolaan
Periode pengelolaannya adalah selama kegiatan penggelaran pipa
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
PT. Telkom
PDAM Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

3). Gangguan Jalan Akses dan keresahaan masyarakat


 Sumber dampak

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 35
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Sumber dampaknya adalah kegiatan penggelaran pipa avtur


 Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi adalahgangguan jalan akses yang berlanjut pada
dampak keresahaan masyarakat
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Melakukan penggalian secara bertahap sehingga masih menyisakan
space untuk dilalui.
- Untuk jalan yang akses yang relatif ramai lalu lintas maka dilakukan
penggelaran pada malam hari dan diselesaikan hingga pagi hari.
- Menggunakan penggelaran pipa dengan sistem booring
- Mempersingkat waktu pengerjaan
- Melakukan penggantian fasilitas jalan akses masyarakat yang
mengalami kerusakan
- Membuat jalan akses sementara
 Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan diseluruh jalur pipa terutama jalur yang memotong
jalan akses masyarakat.
 Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa berlangsung
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 36
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

4). Kerusakan Bangunan dan keresahaan masyarakat


 Sumber dampak
Dampak ini bersumber darikegiatan penggelaran pipa avtur
 Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah kerusakan bangunan yang berlanjut pada
dampak keresahaan masyarakat
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Melakukan proses penggantian terhadap kerusakan bangunan
- Membentuk wadah dalam melakukan inventarisasi bangunan yang
akan terkena kegiatan penggelaran pipa dan negosiasi proses
penggantian.
- Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan pemerintah kelurahaan
serta kecamatan
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolaannya adalah diseluruh jalur pipa terutama titik – titik
yang mengena bangunan milik masyarakat
 Periode pengelolaan
Pengelolaan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa berlangsung
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 37
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

5). Gangguan Lalulintas, kecelakaan lalu lintas dan keresahaan


masyarakat
 Sumber dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur
 Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah gangguan dan kecelakanlalu lintas
yang berlanjut pada dampak keresahaan masyarakat
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Memasang rambu lalu lintas “MAAF PERJALAN ANDA TERGANGGU
KARENA ADA GALIAN PIPA DISEPANJANG JALAN INI”
- Tidak menempatkan material galian dibadan jalan
- Melakukan penimbunan kembali hasil galian dan dilakukan pemadatan
- Berkoordinasi dengan pihak Dinas Perhubungan Kota Makassar dan
Kepolisian sebelum melakukan penggelaran pipa
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolaan dilakukan disepanjang jalur pipa avtur terutama pada
jalan Dg. Ramang, Batara Bira, Sutami (non Tol), Sabutung dan Barukang
 Periode pengelolaan
Periode pengelolaannya adalah selama kegiatan penggelaran pipa
berlangsung
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Perhubungan Kota Makassar
Kepolisian Kota Makassar
- Penerima laporan

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 38
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

6). Amblasan jalan


 Sumber dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur
 Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah amblasan jalan
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Melakukan penguatan dinding dengan pemasangan talut pada sisi jalan
yang akan digelar pipa
- Melakukan pelebaran bahu jalan sekitar 1 meter sebagai jalur pipa
sehingga pipa tidak muncul dipermukaan.
- Melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
 Lokasi pengelolaan
Pengelolaan dilakukan di jalan Laikkang
 Periode pengelolaan
Periode pengelolaannya adalah selama kegiatan penggelaran pipa
berlangsung
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat kelurahan sudiang
Lurah Sudiang dan Camat Biringkanayya
Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

7). Gangguan estetika


 Sumber dampak

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 39
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Sumber dampaknya adalah kegiatan penggelaran pipa avtur


 Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah gangguan estetika
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Membersihkan lokasi galian dari sisa bahan galian sebelum
meninggalkan lokasi tersebut.
- Tidak menempatkan galian disembarang tempat.
- Menyediakan bak lumpur disekitar mesin HDD
- Mengangkut sisa galian dan lumpur hasil HDD
- Menyediakan tempat penampungan bahan untuk melakukan HDD
- Menyediakan tempat penampungan limbah, baik padat maupun cair
untuk HDD
- Kegiatan dewatering, tidak langsung membuang ke sungai, melainkan
diendapkan di bak lumpur yang telah disediakan.
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolaannya adalah di sepanjang jalur pipa dan sekitar lokasi
HDD (sungai Tallo dan Barukang Utara/ PT. IKI)
 Periode pengelolaan
Periode pengelolaan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur
berlangsung pada tahap konstruksi.
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 40
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

8). Penurunan Kualitas Udara


 Sumber dampak
Sumber dampaknya adalah kegiatan penggelaran pipa avtur
 Jenis Dampak
Jenis dampaknya adalah penurunan kualitas udara
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Tidak menempatkan material hasil galian pada badan jalan
- Tidak menyisakan material galian pada badan jalan
- Melakukan pemadatan pada lokasi bekas galian
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolannya adalah disepanjang jalur pipa
 Periode pengelolaan
Periode pengelolannya adalah selama kegiatan penggelaran pipa
berlangsung
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

9). Gangguan Aliran Drainase


 Sumber dampak
Sumber dampaknya adalah kegiatan penggelaran pipa avtur
 Jenis Dampak
Jenis dampaknya adalah gangguan aliran drainase
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Melakukan sistem penggalian secara bertahap

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 41
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

- Menyediakan pompa untuk memperlancar aliran drainase


- Berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolannya adalah sepanjang jalur pipa terutama yang
menggunakan drainase
 Periode pengelolaan
Periode pengelolannya adalah selama kegiatan penggelaran pipa avtur.

 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

10). Penurunan Pendapatan


 Sumber dampak
Sumber dampaknya adalah kegiatan penggelaran pipa avtur
 Jenis dampak
Jenis dampaknya adalah penurunan pendapatan
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Mempersingkat waktu pekerjaan
- Membuat jalan akses sementara sehingga pembeli dapat keluar masuk
ke toko/warung.
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolannya dilakukan di sepanjang jalur pipa terutama
toko/warung yang terkena pekerjaan penggelaran pipa.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 42
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Periode pengelolaan
Pengelolannya dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa berlangsung
 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

3. Tahap PascaKonstruksi
a. Kegiatan Distribusi Avtur
1). Penurunan Kualitas Air, biota perairan, keresahan masyarakat dan
kesehatan masyarakat
 Sumber dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan ditribusi avtur
 Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah gangguan kualitas air dan biota
perairan yang berlanjut pada dampak keresahaan masyarakat dan
keresahan masyarakat
 Bentuk upaya pengelolan lingkungan hidup
- Memasang alat pendeteksian kebocoran melalui instrumentasi yang dapat
memonitor tekanan aliran dan suhu, yaitu leak detection system yang
terinterkoneksi dengan sistem SCADA (Supervisory Control and Data
Acquisition).
- Menyediakan petugas untuk mengotrol kebocoran pipa
- Memasang Block Valve dan Densitomater sebelum melintasi Sungai Tallo

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 43
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

- Memasang Casing pipa pada jalur pipa yang melintasi perairan dan
memotong jalan.
- Melakukan konvensasi terhadap sumur warga yang tercemar
 Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolaan dilakukan disepanjang jalur pipa
 Periode pengelolaan
Periode pengelolannya adalah selama kegiatan penyaluran avtur
berlangsung

 Instansi Pengelolaan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Kesehatan Kota Makassar
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

C. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


1. Tahap Prakonstruksi
a. Kegiatan Survey
1). Timbulnya persepsi negatif masyarakat dan Keresahan Masyarakat
 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan survey pada tahap prakonstruksi
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya persepsi negatif masyarakat yang berlanjut
pada dampak keresahaan masyarakat.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 44
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


- Melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data primer
dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik penentuan
responden secara jugment sampling .wawancara dengan panduan
kuisioner dalam memantau persepsi masyarakat. Selain itu data juga
diperoleh dari BPS, Kantor Kelurahan/ Kecamatan. Data yang
dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan
kualitatif.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan dilakukan di sekitar lokasi tapak proyek terutama kelurahaan
yang dilintasi jalaur pipa meliputi kelurahan Sudian, Sudiang raya, Pai,
Bulurokeng, Buloa, Gusung, Cambaya, Tabaringan dan Mamalabba.
 Periode Pemantauan
Pengelolaan dilakukan sekali selama kegiatan survey dilaksanakan.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

2. Tahap Konstruksi
a. Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstrusi
1). Peningkatan Kesempatan Kerja, persepsi negatif dan keresahan
masyarakat
 Sumber Dampak

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 45
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Dampak ini bersumber dari kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap
konstruksi.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah terjadinya peningkatan kesempatan kerja yang
memiliki dampak turunan terhadap persepsi negatif dan keresahan
masyarakat.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data primer
dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik penentuan
responden secara jugment sampling. Wawancara dengan panduan
kuisioner dalam memantau tingkak kesempatan kerja, persepsi dan
keresahan masyarakat. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis
secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan pada tapak proyek terutama pada
bagian penerimaan tenaga kerja.
 Periode Pemantauan
Pemantauan dilakukan sekali selama kegiatan konstruksi dilaksanakan.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

b. Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material


1). Kemacetan Lalulintas

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 46
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemacetan lalu lintas.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Data volume lalulintas diperoleh dengan pengamatan langsung (manual
count) diruas jalan pada semua jenis kendaraan. Waktu pelaksanaannya
pada hari kerja (senin – jumat).
Derajat kejenuhan (DS) adalah ratio antara arus total kendaraan dalam
waktu tertentu (Q) dengan kapasitas jalan (C).
DS = Q/C
dimana :
DS = Derajat Kejenuhan.
Q = Arus total kendaraan dalam waktu tertentu (smp/jam).
C = Kapasitas Jalan (smp/jam).
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang jalur pipa terutama Jl.
Santando, Jl. Barukang Utara, Jl. Sabutung Raya, Jl. Prof. Ir. Sutami (non Tol
Reformasi) dan Jl. Batara Bira.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan mobilisasi peralatan
dan material.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Perhubungan Kota Makassar

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 47
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Kepolisian Kota Makassar


- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

2). Timbulnya Keresahaan Masyarakat


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material
pada masa konstruksi.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya keresahan masyarakat.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data primer
dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik penentuan
responden secara jugment sampling. Wawancara dengan panduan
kuisioner dalam memantau tingkat keresahan masyarakat. Data yang
dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan
kualitatif.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan di sekitar jalur pipa terutama Jl.
Santando, Jl. Barukang Utara, Jl. Sabutung Raya, Jl. Prof. Ir. Sutami (non Tol
Reformasi) dan Jl. Batara Bira.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan sekali selama kegiatan mobilisasi
peralatan dan material pada tahap konstruksi.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 48
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa


- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

c. Kegiatan Penggelaran Pipa


1). Gangguan Flora
 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan flora.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Metode pemantauan adalah dengan pengumpulan data vegetasi di
sepanjang jalan jalan yang jalur pipa. Kegiatan meliputi pencacahan jumlah
dan jenis vegatasi. Hasil pencacahan kemudian dianalisis dekriptif (Tabel).
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan disepanjang jalur pipa avtur, yakni Jl.
Santando, Jl. Koptu Harun, Jl. Sabutung, Jl. Barukang Utara, Jl. Barukang, Jl.
Sabutung Raya, Jl. Galangan Kapal (depan IKI), Jl. Sultan Abdullah Raya, Jl.
Prof. Ir. Sutami (non Tol Reformasi), Jl. Batara Bira, Jl. Dg.Ramang, Jl.
Laikang, Jl. Poros Asrama Haji dan Jl. Pondok Asri 3.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Dinas Kebersihan dan pertamanan kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 49
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

2). Gangguan Utilitas (PDAM dan Kabel Optik)


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya gangguan utilitas.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengamatan langsung terhadap keberadaan utilitas (Pipa PDAM
dan Kabep Optik) disepanjang jalur pipanisasi. Pengamatan ini meliputi
letak lokasi utilitas, kedalaman galian utilitas, kondisi utilitas, panjang
utilitas yang terganggu, jenis gangguan utilitas dan pembongkaran serta
pemasangan kembali utilitas.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan pada keseluruhan jalur pipa.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
PT. Telkom
PDAM Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

3). Gangguan Jalan Akses


 Sumber Dampak

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 50
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.


 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya gangguan akses.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Melakukan pengamatan langsung terhadap gangguan jalan akses
masyarakat yang terkena jalur pipa.
- Menghitung jumlah, jenis dan dimensi jalan akses yang terganggu.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan pada keseluruhan jalur pipa avtur.

 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

4). Kerusakan Bangunan


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kerusakan bangunan.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 51
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

- Melakukan pengamatan langsung terhadap jumlah bangunan yang


menjadi rusak akibat terkena jalur pipa.
- Menghitung jumlah, jenis dan dimensi bangunan yang menjadi rusak
akibat kegiatan penggelaran pipa.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan pada keseluruhan jalur pipa.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

5). Gangguan Lalulintas dan kecelakaan lalu lintas


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan lalulintas dan kecelakaan lalulintas.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengamatan langsung terhadap lalulintas seperti yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya dan jumlah kecelakaan lalulintas, serta
melakukan pengambilan data sekunder pada kepolisian setempat mengenai
kondisi tingkat kecelakaan laluntas disepanjang jalan jalur pipanisasi.
 Lokasi Pemantauan

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 52
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Pemantauan lingkungan dilakukan pada keseluruhan jalur pipa.


 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Perhubungan Kota Makassar
Kepolisian Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

6). Amblasan jalan


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya amblasan jalan.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengamatan langsung terhadap jumlah dan luas jalan-jalan yang
menjadi amblas akibat penggelaran pipa avtur.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan pada keseluruhan jalur pipa terutama
jalan Laikkang.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 53
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

PT. Pertamina Pemasaran Region VII


Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat Kelurahan Sudiang
Lurah Sudiang dan Camat Biringkanayya
Dinas Pekerjaan Umum
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

7). Gangguan estetika


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah terjadinya gangguan estetika.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pengamatan langsung terhadap volume limbah padat dan cair
yang dihasilkan dari kegiatan penggelaran pipa.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan di sekitar jalur pipa dan sekitar lokasi
HDD (sungai Tallo dan Barukang Utara/ PT. IKI).
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur
pada tahap konstruksi.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 54
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa


Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

8). Penurunan Kualitas Udara


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah penurunan kualitas udara.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Pengumpulan data komponen kualitas udara dilakukan melalui
pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan air pump
sampler, dan selanjutnya dianalisis di laboratorium. Lokasi pengukuran
sesuai dengan koordinat rona awal. Metode analisis, waktu pengambilan
dan peralatan yang digunakan ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.17. Parameter kualitas udara yang diukur, teknik pengujian dan
peralatan yang digunakan
Waktu
No Parameter Analisis Peralatan
Pengambilan
1 Debu 24 jam Gravimetri Hi. Vol Sampler
2 NOx 1 jam Grietz Saltzmann Spektrofotometer
3 SO2 1 jam Pararosaniline Spektrofotometer
4 CO 1 jam Kalium Iodida Spektrofotometer
5 Pb 24 jam Gravimetri Hi. Vol Sampler
6 O3 1 jam Chemiluminescent Spectrophotometer
Sumber : PP No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien.

 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan pada jalur pipa avtur.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 55
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

9). Gangguan Aliran Drainase


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya gangguan aliran drainase.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Melakukan pengamatan langsung pada lokasi galian yang timpang tindih
dengan aliran drainase.
- Memantau saluran drainase yang tersumbat dan alternatif saluran
sementara selama kegiatan penggelaran pipa berlangsung.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan sepanjang jalur pipa terutama yang
menggunakan drainase.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
- Penerima laporan

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 56
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

10). Penurunan Pendapatan


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah penurunan pendapatan.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data primer
dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik penentuan
responden secara jugment sampling. Wawancara dengan panduan
kuisioner dalam memantau tingkat pendapatan masyarakat. Data yang
dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan
kualitatif.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan disekitar jalur pipa terutama
toko/warung yang terkena pekerjaan penggelaran pipa.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

11). Keresahan masyarakat

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 57
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah keresahan masyarakat.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data primer
dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik penentuan
responden secara jugment sampling. Wawancara dengan panduan
kuisioner dalam memantau tingkat keresahan masyarakat. Data yang
dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan
kualitatif.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan disekitar jalur pipa avtur.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penggelaran pipa avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa
Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

3. Tahap PascaKonstruksi
a. Kegiatan Distribusi Avtur
1). Penurunan Kualitas Air dan gangguan biota perairan
 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan pengoperasian pipa avtur.

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 58
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah penurunankualitas air yang berlanjut pada gangguan
biota perairan.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Pemantauan kualitas air dilakukan dengan mengambil sampel air di
lapangan menggunakan Kemmerer Water Sampler kemudian dianalisis di
laboratorium berdasarkan pedoman ”Standard Nasional Indonesia”.
Lokasi pengambilan sampel air sesuai dengan titik koordinat rona awal.
Metode pemantauan untuk air sungai ditunjukkan pada tabel 3.21 di
bawah ini.
Tabel 3.18. Parameter kualitas air, teknik pengujian dan spesifikasi
metode pengujian untuk kualitas air.
Spesifikasi Metode
No Parameter Unit Teknik Pengujian
Pengujian
A Kimia
1 TSS mg/L Gravimetri SNI 06-1135-1989
2 Kekeruhan NTU Nephelometri SNI 06-2413-1991
Inkubasi pada
3 BOD mg/L temperatur 20 oC, 5 SNI 06-2503-1991
hari
Refluks secara
4 COD mg/L SNI 06-2504-1991
tertutup
Spectrophotometri
5 N-NO2 mg/L dengan asam SNI 06-2480-1991
sulfanilat
Spectrophotometri
6 N-NO3 mg/L dengan brusin SNI 06-2484-1991
sulfat
Spectrophotometri
7 P-PO4 mg/L dengan amonium SNI 03-4151-1996
molibdat
8 DO mg/L Titrimetri SNI 06-2424-1991
9 pH Elektrometri SNI 06-1140-1989
B Mikro Biologi
Fecal Jml/100 Saringan membran,
1 SNI 06-4158-1996
coliform mL tabung fermentasi
Jml/100 Saringan membran,
2 Totalcoliform SNI 06-4158-1996
mL tabung fermentasi
Sumber: Rump dan Kirst (1992).

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 59
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

- Pemantauan plankton dilakukan dengan pengambilan sampel plankton


di lapangan dengan menyaring air sebanyak 50 liter dengan
menggunakan plankton net No. 25, kemudian dikonsentrasikan menjadi
25 ml, selanjutnya ditambahkan pengawet formalin (yang telah
dinetralkan dengan CaCO3) sebanyak 4 – 5 tetes. Sedang pemantauan
organisme benthos dilakukan dengan mengambil contoh
substrat/lumpur dan pasir dari perairan dengan menggunakan Eckman
Dredge. Contoh plankton yang telah dikumpulkan diperiksa di
laboratorium dengan menggunakan mikroskop, sedangkan pemeriksaan
benthos dilakukan dengan menggunakan loop atau kaca pembesar.
Untukmenghitung kelimpahan, indeks keseragaman, keanekaragaman
jenis, dan dominansi plankton digunakan persamaan Boyd (1979) di
bawah ini:
Kelimpahan:
T B V 1
N = x x x
L P V A
Dimana:
N = Jumlah jasad penyusun (sel/ml)
L = Jumlah kotak SRC dalam satu lapang pandang
T = Jumlah kotak SRC
B = Jumlah plankton yang terlihat
P = Jumlah kotak SRC yang diamati
V = Volume sample dalam botol/hasil saringan
v = Volume sampel dalam SRC
A = Volume air yang disaring

- Indeks keanekaragaman jenis dihitung dengan persamaan Shannon


Weaver (Odum, 1971):

() ()
n ni ni
H '=−∑ ln
i=1 N N

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 60
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Dimana:
H’ = Indeks keanekaragaman Shanon-Wienner
ni = Jumlah plankton jenis ke-i
N = Jumlah seluruh jenis plankton

- Indeks keseragaman dihitung dengan persamaan Evennes Indeks


(Odum, 1971) :
H'
( E)=
H max

Dimana:
H’ = Indeks keragaman
H max = ln S/ ln e
S = Jumlah spesies dalam komunitas
- Indeks dominansi dihitung dengan persamaan (Odum, 1971) :
n n
12
( D)=∑
i−1 N
Dimana : D = Indeks Shimson
ni = Jumlah organisme jenis ke-i
N =Jumlah seluruh jenis organisme.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan adalah sekitarjalur pipa avtur.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penyaluran avtur
berlangsung.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 61
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa


Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa
Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

2). Keresahan Masyarakat dan Gangguan Kesehatan Masyarakat


 Sumber Dampak
Dampak ini bersumber dari kegiatan distribusi avtur.

 Jenis Dampak
Jenis dampak adalah keresahan masyarakat dan gangguan kesehatan
masyarakat.
 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data primer
dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik penentuan
responden secara jugment sampling. Wawancara dengan panduan
kuisioner dalam memantau tingkat tingkat keresahan masyarakat dan
status kesehatan masyarakat. Data yang dikumpulkan diolah dan
dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
 Lokasi Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan adalah sekitarjalur pipa avtur.
 Periode Pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penyaluran avtur.
 Instansi Pemantauan
- Pelaksana
PT. Pertamina Pemasaran Region VII
Kontraktor pelaksana
- Pengawas
Tokoh Masyarakat di wilayah yang dilintasi jalur pipa

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 62
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL – UPL Pipanisasi Avtur TBBM Makassar – DPPU Hasanuddin

Lurah dan Camat wilayah yang dilintasi jalur pipa


Dinas Kesehatan Kota Makassar
- Penerima laporan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar

Bab III – Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Upaya Pengelolaan III - 63
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai