Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PEW BETON

LORENTZ A. MELIALA

ET153598
1

PENDAHULUAN

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam
pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya
membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan
yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah,
daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang
dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas, antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat
meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.

Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman


bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton yang
disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan
dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan
maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur.
Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan beton
pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas
yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang
disyaratkan sedini mungkin.

1. MATERIAL PENYUSUN BETON

Beton adalah suatu matrix bahan yang terbentuk dari bahan pengisi yang diikat oleh
pasta semen yang mengeras. Beton dapat juga diartikan sebagai campuran antara bahan agregat
halus dan kasar dengan pasta semen (kadang-kadang juga ditambahkan admixtures),
campuran tersebut apabila dituangkan ke dalam cetakan kemudian didiamkan akan
menjadi keras seperti batuan. Proses pengerasan terjadi karena adanya reaksi kimiawi
antara air dengan semen yang terus berlangsung dari waktu ke waktu, hal ini menyebabkan
kekerasan beton terus bertambah sejalan dengan waktu. Beton dapat juga dipandang sebagai
batuan buatan di mana adanya rongga pada partikel yang besar (agregat kasar) diisi oleh
agregat halus dan rongga yang ada di antara agregat halus akan diisi oleh pasta (campuran air
dengan semen) yang juga berfungsi sebagai bahan perekat sehingga semua bahan penyusun
dapat menyatu menjadi massa yang padat.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
2

Bahan penyusun beton meliputi bahan pengikat (air dan semen Portland), bahan
pengisi (agregat kasar dan halus), serta bahan tambahan, di mana setiap bahan penyusun
mempunyai fungsi dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton adalah
kuat tekan, bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri dari kualitas bahan penyusun, nilai
faktor air-semen, gradasi agregat, ukuran maksimum agregat, cara pengerjaan (pencampuran,
pengangkutan, pemadatan dan perawatan) serta umur beton (Tjokrodimuljo, 1996).

Gambar 1.1 Material Penyusun Beton

1.1 Semen

Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara


menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
dengan gips sebagai bahan tambahan. Unsur utama yang terkandung dalam semen dapat
digolongkan ke dalam empat bagian yaitu : trikalsium silikat (C3S), dikalsium silikat
(C2S), trikalsium aluminat (C3A) dan tetrakalsium aluminoferit (C4AF), selain itu pada
semen juga terdapat unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil misalnya : MgO, TiO2, Mn2O3,
K2O dan Na2O. Soda atau potasium (Na2O dan K2O) merupakan komponen minor dari
unsur-unsur penyusun semen yang harus diperhatikan, karena keduanya merupakan
alkalis yang dapat bereaksi dengan silika aktif dalam agregat sehingga menimbulkan
disintegrasi beton (Neville dan Brooks, 1987).

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
3

Unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar (70% - 80%) dan paling
dominan dalam memberikan sifat semen (Tjokrodimuljo, 1996), bila semen terkena air
maka C3S akan segera berhidrasi dan memberikan pengaruh yang besar dalam proses
pengerasan semen terutama sebelum mencapai umur 14 hari. Unsur C2S bereaksi
dengan air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh setelah beton berumur 7 hari. Unsur
C3A bereaksi sangat cepat dan memberikan kekuatan setelah 24 jam, semen yang
megandung unsur C3A lebih dari 10% akan berakibat kurang tahan terhadap sulfat. Unsur
yang paling sedikit dalam semen adalah C3AF sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kekerasan pasta semen atau beton.

Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah


persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Standar industri di Amerika (ASTM) maupun di Indonesia (SNI)
mengenal 5 jenis semen, yaitu :
a. Jenis I, Ordinary Portland Cement (OPC) yaitu semen portland untuk penggunaan
umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
b. Jenis II, Modifate Sulphate Cement yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis III, High Early Strength Cement yaitu semen portland yang dalam
penggunaannnya menuntut persyaratan Kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan
terjadi.
d. Jenis IV, Low Heat of Hydration cement yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
menuntut panas hidrasi yang rendah.
e. Jenis V, High Sulphate Resistance Cement yaitu semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat yang sangat baik.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
4

1.1 Tabel komposisi semen dan batasan SNI 15-2049-2004

Persentase Komponen Penyusun


Semen CaO Hilang
C3S C2S C3A C4AF CaSO4 MgO
Bebas Pijar
Jenis I 49 25 12 8 2,9 0,8 2,4 1,2
( 6) ( 5)
Jenis II 46 29 6 12 2,8 0,6 3,0 1,0

( 8) ( 6) ( 3)

Jenis III 56 15 12 8 3,9 1,4 2,6 1,9


( 15) ( 6) ( 3)
Jenis IV 30 46 5 13 2,7 1,0
2,9 0,3
( 35) ( 40) ( 7) ( 6) ( 2,5)
Jenis V 43 36 4 12 2,7 0,4 1,6 1,0
( 5) ( 25) ( 6) ( 3)

Selain semen Portland di atas, juga terdapat beberapa jenis semen lain :
1. Blended Cement (Semen Campur)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh
semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan material lain sebagai
pencampur. Jenis semen campur :
a) Portland Pozzolan Cement (PPC)
b) Portland Blast Furnace Slag Cement
c) Semen Mosonry
d) PortlandComposite Cement(PCC)
2. Water Proofed Cement
Water proofed cementadalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan
Water proofing agent, dalam jumlah yang kecil.
3. White Cement(Semen Putih)
Semen putih dibuat untuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
5

4. High Alumina Cement


High alumina cementdapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengerasan yang cepat
dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali.
5. Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengananti
bacterial agent seperti germicide.

Proses hidrasi yang terjadi pada semen portland dapat dinyatakan dalam
persamaan kimia sebagai berikut :
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3.CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O 3.CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2

Hasil utama dari proses hidrasi semen adalah C3S2H3 (tobermorite) yang
berbentuk gel dan panas hidrasi selama reaksi berlangsung. Hasil yang lain berupa kapur
bebas Ca(OH)2 yang merupakan sisa dari reaksi antara C3S dan C2S dengan air, kapur
bebas ini dalam jangka panjang cenderung melemahkan beton karena dapat bereaksi
dengan zat asam maupun sulfat yang ada di lingkungan sekitar sehingga menimbulkan
proses korosi pada beton.

1.2 Air

Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen,
yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-butiran agregat agar dapat dikerjakan
dan dipadatkan. Proses hidrasi dalam beton segar membutuhkan air kurang lebih 25% dari berat
semen yang digunakan, tetapi dalam kenyataan jika nilai faktor air semen kurang dari 35% beton
segar menjadi tidak dapat dikerjakan dengan sempurna sehingga setelah mengeras beton
yang dihasilkan menjadi keropos dan memiliki kekuatan yang rendah. Kelebihan air dari
proses hidrasi diperlukan untuk syarat-syarat kekentalan ( consistency) agar dapat
dicapai suatu kelecakan (workability) yang baik. Kelebihan air ini selanjutnya akan
menguap atau tertinggal di dalam beton sehingga menimbulkan pori-pori (capillary
poreous) di dalam beton yang sudah mengeras.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada air yang akan digunakan sebagai bahan
pencampur beton meliputi kandungan lumpur maksimal 2 gr/lt, kandungan garamgaram
yang dapat merusak beton maksimal 15 gr/lt, tidak mengandung khlorida lebih dari 0,5

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
6

gr/lt serta kandungan senyawa sulfat maksimal 1 gr/lt. Secara umum air dinyatakan memenuhi
syarat untuk dipakai sebagai bahan pencampur beton, apabila dapat menghasilkan beton
dengan kekuatan lebih dari 90% kekuatan beton yang menggunakan air suling
(Tjokrodimuljo, 1996).

1.3 Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan p engisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% dari
volume mortar atau beton. Pemilihan agregat merupakan bagian yang sangat penting
karena karakteristik agregat akan sangat mempengaruhi sifat-sifat mortar atau beton
(Tjokrodimuljo, 1996).

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran butir
agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam berakibat volume
pori lebih besar tetapi bila ukuran butirnya bervariasi maka volu me pori menjadi kecil.
Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan mengisi pori di antara butiran yang lebih
besar. Agregat sebagai bahan penyusun beton diharapkan mempunyai kemampatan
yang tinggi, sehingga volume pori dan bahan pengikat yang dibutuhkan lebih sedikit. Dua jenis
agregat adalah:
a. Agregat halus (pasir alami dan buatan)
Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh langsung
dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu. Agregat halus adalah
agregat dengan ukuran butir lebih kecil dari 4,75 mm (ASTM C 125 06). Agregat
yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus, sedangkan butir-butir
yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut
clay (SK SNI T-15-1991-03). Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan gradasi
ideal yang direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C 33/ 03 Standard
Spesification for Concrete Aggregates
b. gregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan dari blast furnance)
Menurut ASTM C 33-03dan ASTM C 125-06, agregat kasar adalah agregat
dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm. Ketentuan mengenai agregat kasar antara
lain :
Harus terdiri dari butir butir yang keras dan tidak berpori.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
7

Butir butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Tidak boleh mengandung zat zat yang dapat merusak beton, seperti zat zat
yang relatif alkali.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila kadar lumpur
melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
Persyaratan mengenai proporsi gradasi saringan untuk campuran beton
berdasarkan standar yang direkomendasikan ASTM C 33/ 03 Standard Spesification
for Concrete Aggregates . Dan standar pengujian lainnya mengacu pada standar yang
direkomendasikan pada ASTM.

Agregat kasar menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia


perlu diuji ketahanannya terhadap keausan (dengan mesin Los Angeles).
Persyaratan mengenai ketahanan agregat kasar beton terhadap keausan
ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Persyaratan Kekerasan Agregat Kasar


Kekuatan
Beton Maksimum bagian yang hancur
dengan Mesin Los Angeles,
Lolos Ayakan 1,7 mm (%)

Kelas I (sampai 10 MPa) 50

Kelas II (10MPa-20MPa) 40

Kelas III (di atas 20 MPa) 27

Berkaitan dengan pekerjaan konstruksi beton bertulang, ukuran maksimum


nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
a. 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
b. 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
c. 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat,
bundel tulangan, atau tendon-tendon pratekan atau selongsong-selongsong.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
8

SNI 03-2834-1992 mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran agregat halus


menjadi empat daerah atau zone yaitu : zone I (kasar), zone II (agak kasar), zone III (agak
halus) dan zone IV (halus) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.3 dan distribusi
agregat kasar yang ditunjukkan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.3 Batas-batas Gradasi Agregat Halus

Ukuran Persentase Berat yang Lolos Saringan


Saringan Gradasi Gradasi Gradasi Gradasi
Zone I Zone II Zone III Zone IV

9,60 mm 100 100 100 100


4,80 mm 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 mm 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 mm 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 mm 15-34 35-59 60-79 80-100
0,30 mm 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 mm 0-10 0-10 0-10 0-15

Tabel 1.4 Batas-batas Gradasi Agregat Kasar

Ukuran Saringan Persentase Berat yang Lolos Saringan

5 mm sampai 38 mm 5 mm sampai 18 mm

38,0 mm 90-100 100

19,0 mm 35-70 90-100

9,6 mm 10-40 50-85

4,8 mm 0-5 0-10

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
9

Ukuran agregat dalam prakteknya secara umum digolongkan ke dalam 3 kelompok


yaitu :
a. Batu, jika ukuran butiran lebih dari 40 mm.
b. Kerikil, jika ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm.
c. Pasir, jika ukuran butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm.

Butiran yang lebih kecil dari 0,15 mm dinamakan silt atau tanah (Tjokrodimuljo, 1996).

1.4 Bahan tambah

Bahan tambah yaitu bahan selain unsur pokok pada beton (air, semen dan
agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, baik sebelum, segera atau selama
pengadukan beton dengan tujuan mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih
dalam keadaaan segar atau setelah mengeras. Fungsi-fungsi bahan tambah antara lain:
mempercepat pengerasan, menambah kelecakan (workability) beton segar, menambah
kuat tekan beton, meningkatkan daktilitas atau mengurangi sifat getas beton, mengurangi
retak-retak pengerasan dan sebagainya. Bahan tambah diberikan dalam jumlah yang
relatif sedikit dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang berakibat
memperburuk sifat beton (Tjokodimuljo, 1996). Bahan tambah menurut maksud
penggunaannnya dibagi menjadi dua golongan yaitu admixtures dan additives.

Admixtures ialah semua bahan penyusun beton selain air, semen hidrolik dan agregat
yang ditambahkan sebelum, segera atau selama proses pencampuran adukan di dalam
batching, untuk merubah sifat beton baik dalam keadaan segar atau setelah mengeras.
Definisi additive lebih mengarah pada semua bahan yang ditambahkan dan digiling
bersamaan pada saat proses produksi semen (Taylor, 1997).

Menurut Tjokrodimuljo (1996), bahan tambah dapat dibedakan menjadi 3 golongan,


yaitu :

a. Chemical Admixtures merupakan bahan tambah bersifat kimiawi yang


dicampurkan pada adukan beton dengan maksud agar diperoleh sifat-sifat yang
berbeda pada beton dalam keadaan segar maupun setelah mengeras, misalnya sifat
pengerjaannya yang lebih mudah dan waktu pengikatan yang lebih lambat atau
lebih cepat. Superplasticizer merupakan salah satu jenis chemical admixure yang

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
10

sering ditambahkan pada beton segar. Pada dasarnya penambahan


superplasticizer dimaksudkan untuk meningkatkan kelecakan, mengurangi
jumlah air yang diperlukan dalam pencampuran (faktor air semen), mengurangi
slump loss, mencegah timbulnya bleeding dan segregasi, menambah kadar udara (air
content) serta memperlambat waktu pengikatan (setting time).

b. Pozolan (pozzolan) merupakan bahan tambah yang berasal dari alam atau buatan yang
sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif. Pozolan
sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam keadaan halus bereaksi
dengan kapur bebas dan air menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.
Pozolan dapat ditambahkan pada campuran adukan beton atau mortar (sampai batas
tertentu dapat menggantikan semen), untuk memperbaiki kelecakan
(workability), membuat beton menjadi lebih kedap air (mengurangi permeabilitas)
dan menambah ketahanan beton atau mortar terhadap serangan bahan kimia yang
bersifat agresif. Penambahan pozolan juga dapat meningkatkan kuat tekan beton
karena adanya reaksi pengikatan kapur bebas (Ca(OH)2) oleh silikat atau aluminat
menjadi tobermorite (3.CaO.2SiO2.3H2O). Pozolan yang saat ini telah banyak
diteliti dan digunakan antara lain silca fume, fly ash, tras alam dan abu sekam padi
(Rice Husk Ash).

c. Serat (fibre) merupakan bahan tambah yang berupa asbestos, gelas /kaca, plastik, baja
atau serat tumbuh-tumbuhan (rami, ijuk). Penambahan serat ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kuat tarik, menambah ketahanan terhadap
retak, meningkatkan daktilitas dan ketahanan beton terhadap beban kejut (impact load)
sehingga dapat meningkatkan keawetan/durabilitas beton, misalnya pada
perkerasan jalan raya atau lapangan udara, spillway serta pada bagian struktur
beton yang tipis untuk mencegah timbulnya keretakan.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
11

2. SPESIFIKASI TEKNIS (PERSYARATAN MUTU) MATERIAL BETON

Di bagian ini akan dibahas mengenai standar parameter yang harus dipenuhi oleh
material yang digunakan dalam campuran beton untuk keperluan pengecekan hasil pengujian
agregat kasar di laboratorium atau pemeriksaan praktis di lapangan. Peraturan terkait dengan
parameter-parameter yang harus dipenuhi terdapat pada :

SNI 03-1749-1990 Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Besar Butir
SNI 03-1750-1990 Agregat beton, Mutu dan Cara Uji
SNI-1969-2008 Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
SNI-2417-2008 Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
SNI-3407-2008 Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara Perendaman
Menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat
SNI 03-1968-1990 Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan
kasar.
SNI 03-2460-1991 Spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran
beton.
SNI 03-2495-1991 Spesifikasi bahan tambahan untuk beton.
SNI 03-2816-1992 Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran
mortar dan beton.
SNI 03-4142-1996 Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan
No.200 (0,075 mm).
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton.
SNI 15-2049-2004 Semen portland
SNI 2417:2008 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles.
SK SNI T-15-1990-03; Tata cara pembuatan campuran beton normal.
SK SNI M-26-1990-F; Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
SK SNI M-62-1990-03; Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
labolatorium.
ASTM C 403-90 Time of Setting of Concrete Mixtures by Penetration Resistance
ASTM C 33-93 Standard Spesification for Concrete Aggregates.
ASTM C 989-95 Spesification for Ground Granulated Blast Furnace Slag for use in
Concrete and Mortars.
ASTM C136 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
12

ASTM C123 / C123M Standard Test Method for Lightweight Particles in Aggregate
ASTM C142 / C142M Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in
Aggregates
ASTM C127 Standard Test Method for Density, Relative Density (Specific Gravity),
and Absorption of Coarse Aggregate
ASTM C-131 Test Method for Resistance to Degradation of Small-Size Coarse
Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine
ASTM C-535 Test Method for Resistance to Degradation of Large-Size Coarse
Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine
ASTM C88 Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use of Sodium
Sulfate or Magnesium Sulfate
ASTM C-117 Standard Test Method for Materials Finer than 75-m (No. 200) Sieve
in Mineral Aggregates by Washing)
ASTM C566 Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content of
Aggregate by Drying
ASTM C-33 Specification For Concrete Aggregates
ASTM C-989 Specification for Ground Granulated Blast-Furnace Slag for Use in
Concrete and Mortars

3. METODE PERAWATAN (CURING) BETON

Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah
mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan.
Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat.
Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal
selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan
perawatan yang dipercepat (PB,1989:29).

Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang
tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan
terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.
Fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk menghindarkan beton dari :
1. Kehilangan air-semen yang banyak pada saat-saat setting time concrete.
2. Kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari pertama.
3. Perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
13

3.1 Metode Perawatan (Curing) Beton Hasil Produksi

3.1.1 Perawatan Dengan Pembasahan

Pembahasan dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan. Pekerjaan perawatan


dengan pembasahan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Menyelimuti permukaan beton dengan air.
b. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
c. Menyirami permukaan beton secara kontinyu.
d. Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound.

Untuk menanggulangi kehilangan air dalam beton ini dapat dilakukan langkah-
langkah perbaikan dengan perawatan. Pelaksanaan Curing Compound, sesuai dengan
ASTM C.309, dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe I, Curing Compound tanpa Dye, biasanya terdiri dari paraffin sebagai selaput
lilin yang dicampur dengan air.
2. Tipe I-D, Curing Compound dengan Fugitive Dye (warna akan hilang selama
beberapa minggu).
3. Tipe II, Curing Compound dengan zat berwarna putih.

Di pasaran, kita dapat menjumpai beberapa merek sikament, misalnya Antisol Red
(termasuk tipe I-D), Antisol White (termasuk tipe II) dan Antisol E (termasuk Tipe I, Non
Pigmented Curing Compound). Curing compound ini selain berguna untuk perawatan
pada daerah vertikal juga berguna untuk daerah yang mempunyai temperature yang tinggi,
karena bersifat memantulkan cahaya (terutama Tipe I).

3.1.2 Perawatan Dengan Penguapan

Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan dengan tekanan
rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan tekanan rendah berlangsung selama
10-12 jam pada suhu 40-55C, sedangkan penguapan dengan suhu tinggi dilaksanakan selama
10-16 jam pada suhu 65-95C, dengan suhu akhir 40-55C. Sebelum perawatan dengan
penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada suhu 10-30C selama beberapa jam.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
14

Perawatan dengan penguapan berguna pada daerah yang mempunyai musim dingin.
Perawatan ini harus diikuti dengan perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam,
minimal selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan rencana pada
umur 28 hari.

3.1.3 Perawatan Dengan Membran

Membran yang digunakan untuk perawatan merupakan penghalang fisik untuk


menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4 jam (sesuai
final setting time), dan membentuk selembar film yang kontinyu, melekat dan tidak bergabung,
tidak beracun, tidak selip, bebas dari lubang-lubang halus dan tidak membahayakan beton.

Lembaran plastik atau lembaran lain yang kedapa air dapat digunakan dengan sangat
efesien. Perawatan dengan menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan pada
lapisan perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini harus dilaksanakan sesegera mungkin
setelah waktu pengikatan beton. Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau
sebelum perawatan dengan pembasahan.

3.1.4 Perawatan beton yang dipercepat (accelerated curing)

Dengan kondisi curing normal, beton mengeras secara perlahan. Curing harus
dipertahankan minimal 14 hari untuk mendapatkan kekuatan akhir yang mendekati kekuatan
beton yang dirawat 28 hari. Dengan mengerasnya pasta beton, akan terbentuk penampang
beton sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Lamanya pencapaian kekuatan beton yang
direncanakan supaya dapat memikul beban menyebabkan pembongkaran bekisting dapat
dilaksanakan setelah umur beton mencapai empat minggu (28 hari).

Pencapaian kekuatan beton dalam waktu yang lebih singkat dapat dilakukan dengan
menambah bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan atau dengan menaikkan
temperatur saat curing. Mempersingkat waktu curing untuk mendapatkan kekuatan umur
normal beton 28 hari mempunyai beberapa keuntungan:
- Pembangunan dapat dipercepat.
- Penggunaan cetakan atau bekisting dapat digunakan secara berulang-ulang dengan frekuensi
yang tinggi, sehingga dapat menghemat biaya bekisting.

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
15

- Dapat mengurangi gudang penyimpanan beton yang telah mengeras, terutama pada produksi
beton pracetak.
- Mempercepat produksi beton dan mempercepat pengantaran ke lapangan.

3.1.5 Perawatan beton dengan infra merah

Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan dengan
menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan melakukan penyinaran selama 2-4 jam pada suhu
90C. hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi. Selain
itu ada pula perawatan hidrotermal (dengan memanaskan cetakan untuk beton-beton pra-cetak
selama 4 jam pada suhu 65C) dan perawatan dengan karbonisasi.

3.2 Metode Perawatan (Curing) Benda Uji di Laboratorium Proyek

3.2.1 Penutupan setelah pekerjaan akhir

Untuk menghindari penguapan air dari beton yang belum mengeras, tutup benda uji segera
setelah pekerjaan akhir, lebih dipilih dengan pelat yang tak menyerap dan tidak reaktif atau
lembaran plastik yang kuat, awet, dan kedap air. Goni basah dapat digunakan untuk menutup,
tetapi harus diperhatikan untuk menjaga goni tetap basah hingga benda uji dibuka dari cetakan.
Letakkan lembaran plastik di atas goni akan melindungi goni untuk tetap basah. Lindungi
permukaan luar cetakan papan dari kontak dengan goni basah atau sumber air lainnya
sedikitnya untuk 24 jam setelah silinder dicetak. Air dapat menyebabkan cetakan mengembang
dan merusakkan benda uji pada umur awal.

3.2.2 Pembukaan cetakan

Buka benda uji dari cetakan 24 jam8 jam setelah pencetakan.

3.2.3 Lingkungan perawatan

Kecuali bila ada persyaratan lain, semua benda uji harus dirawat basah pada
temperatur23C1,7C mulai dari waktu pencetakan sampai saat pengujian (lihat Catatan
13).Penyimpanan selama 48 jam pertama perawatan harus pada lingkungan bebas getaran.
Seperti yang diberlakukan pada perawatan benda uji yang dibuka, perawatan basah berarti

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
16

bahwa benda uji yang akan diuji harus memiliki air bebas yang dijaga pada seluruh permukaan
pada semua waktu. Kondisi ini dipenuhi dengan merendam dalam air jenuh kapur dan dapat
dipenuhi dengan penyimpanan dalam ruang jenuh air sesuai dengan AASTHO M 201. Benda
uji tidak boleh diletakkan pada air mengalir atau air yang menetes. Rawat silinder beton
struktur ringan sesuai dengan standar ini atau sesuai dengan SNI 03-3402-1994.

3.2.3 Benda Uji Kuat Lentur


Rawat benda uji kuat lentur sesuai dengan 8.1 dan 8.2, kecuali selama dalam
penyimpananuntuk masa minimum 20 jam segera sebelum pengujian benda uji harus direndam
dalamcairan jenuh kapur pada 23C1,7C. Saat terakhir masa perawatan, antara waktu benda
uji dipindahkan dari perawatan sampai pengujian diselesaikan, pengeringan benda uji harus
dihindarkan

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
17

4. RANCANGAN CAMPURAN BETON (CONCRETE MIX DESIGN) UNTUK MUTU K250

50

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
18

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
19

a. Mencari nilai FAS

Dengan Semen Portland Tipe 1, Agregat kasar Batu Pecah dan kuat tekan pada umur 28 hari
diambil 35 Mpa

0.48

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
20

Dengan asumsi keadaan non korosif maka didapat FAS maksimum di angka 0.55
b. Kadar air bebas

Jumlah kadar air bebas didapat dari 2/3(Wh) + 1/3(Wk) = 2/3x180 + 1/3x210 = 190

c. Kadar Semen
Kadar semen didapatkan dengan membandingkan kadar semen hitunga, kadar semen maksimum,
dan kadas semen minimum.
- Kadar semen = Kadar air bebas/ FAS = 190/0.48 = 395.83 kg
- Kadar semen maksimum = kadar air bebas/ FAS Maximum = 190/0.55 = 345.45 kg
- Kadar semen minimum dari Tabel 4 SNI 03-2834-2000 = 325 kg
Dari data diatas diambil kadar semen maksimum sebesar = 345.45 kg

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
21

d. Komposisi Beton
- Susunan butir agragat halus berada pada daerah gradasi butir 1
- Susunan butir agregat kasar berada pada daerah gradasi gambar 9 SNI-03-2834-2000
- Persen agreagat halus adalah 42% dari grafik

- Berat jenis kering permukaan (BJ agregat halus x persen agregat halus + BJ agregat
kasar x persen agregat kasar) = 2.56 kg/L
- Volumen agregat gabungan (1000 (volume air + volume semen) = 685
- Berat agregat gabungan = volume agregat gabungan x berat jenis gabungan = 1753.72

Sehingga Komposisi beton :


- Air : 190 kg
- Semen : 396 kg
- Ag. Halus :737 kg
- Ag. Kasar : 1017 kg

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
22

5. KUAT TEKAN KARAKTERISTIK


No xi xi- (xi- )^2
1 325 9.5 90.25
2 310 -5.5 30.25
No xi xi- (xi- )^2
3 365 49.5 2450.25
1 325 9.5 90.25
4 295 -20.5 420.25
2 310 -5.5 30.25
5 300 -15.5 240.25
3 365 49.5 2450.25
6 300 -15.5 240.25
4 295 -20.5 420.25
7 305 -10.5 110.25
5 300 -15.5 240.25
8 360 44.5 1980.25
6 300 -15.5 240.25
9 370 54.5 2970.25
7 305 -10.5 110.25
10 321 5.5 30.25
8 360 44.5 1980.25
11 355 39.5 1560.25
9 370 54.5 2970.25
12 374 58.5 3422.25
10 321 5.5 30.25
13 310 -5.5 30.25
11 355 39.5 1560.25
14 298 -17.5 306.25
12 374 58.5 3422.25
15 295 -20.5 420.25
13 310 -5.5 30.25
16 215 -100.5 10100.25
14 298 -17.5 306.25
17 285 -30.5 930.25
15 295 -20.5 420.25
18 296 -19.5 380.25
16 215 -100.5 10100.25
19 299 -16.5 272.25
17 285 -30.5 930.25
20 300 -15.5 240.25
18 296 -19.5 380.25
21 302 -13.5 182.25
19 299 -16.5 272.25
22 300 -15.5 240.25
20 300 -15.5 240.25
23 323 7.5 56.25
(xi-
24 333 17.5 306.25
313.9 )^2 26225
25 365 49.5 2450.25
26 341 25.5 650.25
27 352 36.5 1332.25
28 322 6.5 42.25
29 311 -4.5 20.25
30 300 -15.5 240.25
31 280 -35.5 1260.25
32 300 -15.5 240.25
33 305 -10.5 110.25
34 315 -0.5 0.25
(xi-
315.5 )^2 33356.5

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598
23

=1( )
=
1
1. SD dengan sampel 34 buah adalah = 31.79
2. SD dengan sampel 20 buah adalah = 37.15 x 1.08 = 40.12

Nilai kuat tekan karakteristiknya adalah


1. Untuk sampel 34 Fcr = Fc + (1.64 x 31.79)
2. Untuk sampel 20 Fcr = Fc + (1.64 x 40.12)

Makalah PEW Ahli Beton Muda


Lorentz Agatha Meliala/ ET153598

Anda mungkin juga menyukai