Anda di halaman 1dari 9

PEKERJAAN PENGECORAN BETON

Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17
Doc. Type Prosedur
Doc. Level 2
Revision Status 01
Effective date 09 Januari 2017
Quality Health, Safety and Environmental System Page 1

PEKERJAAN PENGECORAN BETON

1. TUJUAN
Mengatur tata cara dan alur Instruksi Kerja Pengawasan Pekerjaan
Pengecoran Beton, sehingga ada kesamaan persepsi mengenai
penyelenggaraan bagi pihak- pihak terkait dan juga mendapatkan hasil
pekerjaan sesuai dengan mutu yang direncanakan dan standar yang berlaku.

2. RUANG LINGKUP
Instruksi Kerja ini meliputi Pengawasan Pekerjaan Pengecoran Beton pada
pekerjaan konstruksi.

3. REFERENSI / RUJUKAN
a) PBI’71 N I – 2 (Peraturan Beton Indonesia)
b) SNI (Peraturan Perencanaan Struktur Beton Indonesia)
c) ASTM (American Society for Testing Material)
d) ACI (American Concrete Institut)

4. DEFINISI DAN ISTILAH


4.1. Pengecoran : Menuangkan adukan material beton ke
dalam bekisting/acuan beton sesuai dengan Konstruksi yang
direncanakan.
4.2. Beton : Merupakan campuran dengan kadar tertentu dari Pasir,
Kerikil, Semen dan Air.
4.3. Beton bertulang : Merupakan campuran dengan kadar tertentu dari
Pasir, Kerikil, Semen dan Air yang dituangkan kedalam
bekisting/acuan beton dimana terdapat struktur pembesian dengan
diameter dan jumlah batang tertentu sesuai yang direncanakan.
4.4. Slump Test : Merupakan Test terhadap campuran beton yang
diambil langsung dari mixer, sebelum beton dituang ke lokasi
pengecoran untuk mengetahui kadar kekentalan campuran beton.
4.5. Beton Decking : Merupakan kaki tulangan sebagai penguat atau
pemisah antar tulangan yang terbuat dari besi maupun pemisah antar
tulangan dengan bekisting/acuan beton yang terbuat dari beton dan
menjadi dudukan untuk memberikan kepastian posisi tulangan
Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17
Doc. Type Prosedur
Doc. Level 2
Revision Status 01
Effective date 09 Januari 2017
Quality Health, Safety and Environmental System Page 2

beton tidak akan berubah selama dan setelah proses pengecoran


dilakukan.
4.6. Bekisting/Acuan Beton : Merupakan cetakan beton yang dibuat
secara kuat mengikuti bentuk Konstruksi beton sesuai dengan yang
direncanakan.
4.7. Agregat : Merupakan batu kerikil pecah dengan ukuran tertentu
sebagai salah satu bahan campuran beton.
4.8. Spesi adukan semen : Merupakan bahan campuran Semen,
pasir, air dengan kadar tertentu yang biasa digunakan sebagai
penyatu permukaan beton lama dengan beton baru yang akan dicor.
4.9. Internal & External Vibrator : Merupakan peralatan yang digunakan
pada saat pengecoran beton agar menghasilkan konstruksi beton yang
padat dan homogin.
4.10. Drop Bucket : Merupakan peralatan yang biasa digunakan
pada pengecoran dibawah permukaan air.
4.11. Lengas Nisbi : Merupakan salah satu unsur persaratan
pelkasanaan pengecoran yang terkait dengan kondisi cuaca.
4.12. Admixture : Merupakan bahan tambahan yang dicampurkan
dengan campuran beton pada saat pengecoran yang disesuaikan
dengan kondisi tempat pekerjaan.
4.13. Homogenitas beton : Merupakan kondisi beton yang
menggambarkan kualitas beton dari hasil proses pelaksanaan
pencampuran material beton.
4.14. Segregasi spesi beton : Pemisahan antara batu kerikil dengan
campuran semen, pasir dan air akibat proses pengecoran yang tidak
benar.

5. INFORMASI UMUM
Instruksi Kerja ini menguraikan langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh seorang Supervisor dalam melakukan pengawasan Pekerjaan
Pengecoran Beton mulai dari pekerjaan persiapan sampai dengan selesai.
Pekerjaan Pengecoran Beton dalam hal ini meliputi konstruksi Beton
bertulang maupun tidak bertulang.
Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17
Doc. Type Prosedur
Doc. Level 2
Revision Status 01
Effective date 09 Januari 2017
Quality Health, Safety and Environmental System Page 3

. URAIAN RINCI
6.1. Pemeriksaan persiapan pekerjaan :
6.1.1. Periksa posisi beton decking dan atau kaki tulangan apakah
telah dapat memberikan kepastian posisi tulangan beton tidak
akan berubah selama dan setelah proses pengecoran dilakukan.

6.1.2. Periksa sudut-sudut dan sambungan dari bekisting (acuan)


beton, apakah terdapat celah yang dapat mengakibatkan
keluarnya air semen. Bila ditemukan, celah agar segera ditutup.

6.1.3. Periksa kekokohan dari bekisting (acuan) beton apakah


mampu menahan beban dari adukan beton yang belum
mengeras (untuk menghindarkan lendutan akibat beban adukan).

6.1.4. Permukaan beton lama yang nantinya berhubungan dengan


hasil pengecoran beton baru harus mempunyai permukaan kasar
dan telah disapu dengan spesi adukan semen yang sesuai
dengan campuran beton baru.
6.1.5. Periksa mix design campuran beton yang akan dipergunakan,
batasan proporsi takaran campuran minimum sesuai tabel
berikut:

Ukuran Kadar Semen


Mutu Rasio Air/Semen
Agregrat (Kg/m3 dari
Beton Maks. (Terhadap
Maks.
berat) campuran)
(mm)
Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17
Doc. Type Prosedur
Doc. Level 2
Revision Status 01
Effective date 09 Januari 2017
Quality Health, Safety and Environmental System Page 4

K-400 37 0.4 356


25 5 370
19 0.4 400
K-350 5
37 315
25 0.4 335
19 5 365
K-300
37 0.4 300
5
25 320
K-250 0.4
19 350
5
37 290
0.4
25 5 310
K-175
19 0.4 340
K-125
50 5 300 yang
Apabila table tersebut berbeda dengan hasil mix design
50 0.4 250
telah diuji di Laboratorium dan disaksikan oleh kedua belah pihak
Kontraktor dan Pemberi Kerja, maka5 digunakan hasil mix design
0.4
yang telah disetujui Pemberi kerja
5
0.5
6.1.6. Periksa kelayakan alat penggetar 0 (internal atau external
vibrator), untuk jumlah alat 0.5 penggetar internal vibrator,
sesuaikan dengan tabel berikut : 0
0.5
Tabel jumlah minimum internal
0
vibrator:
0.5
7
Kecepatan Mengecor Beton 0.6 Jumlah Alat
0
4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6

6.1.7. Periksa peralatan tremie atau drop bucket untuk pengecoran


dibawah air.
Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17
Doc. Type Prosedur
Doc. Level 2
Revision Status 01
Effective date 09 Januari 2017
Quality Health, Safety and Environmental System Page 5

6.1.8. Periksa kebersihan area yang akan di cor dari kotoran-kotoran


yang ada.

6.1.9. Periksa permukaan sebelah dalam bekisting yang nantinya


menempel dengan beton harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak yang tidak meninggalkan bekas.

6.2. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan :


6.2.1. Pengecoran beton harus dilaksanakan pada siang hari,
kecuali diizinkan oleh yang berwenang dapat dilaksanakan pada
malam hari.

6.2.2. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada kondisi cuaca seperti


berikut :
a) Hujan, air hujan langsung mengenai area
pengecoran. b) Temperature melebihi 300 C.
c) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.
d) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam.
Pada point b,c dan d pengecoran masih dapat dilakukan
dengan penambahan admixture yang sesuai dengan kondisi
tempat pekerjaan

6.2.3. Pengecoran dilakukan segera setelah selesai pengadukan


dan sebelum campuran beton mulai mengeras.

6.2.4. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai


dengan sambungan konstruksi (construction joint) yang telah
disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. Hal ini
dimaksudkan agar tercapainya homogenitas beton secara
keseluruhan untuk menjamin sifat kedap air.

6.2.5. Jarak jatuh bebas ke dalam cetakan harus pada ketinggian


kurang dari
150cm, apabila melebihi dapat menyebabkan segregasi spesi
beton. Serta tidak diperkenankan menimbun beton dalam jumlah
Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17
Doc. Type Prosedur
Doc. Level 2
Revision Status 01
Effective date 09 Januari 2017
Quality Health, Safety and Environmental System Page 6

banyak di suatu tempat dengan maksud untuk kemudian


meratakannya sepanjang acuan.

6.2.6. Slump test (test kekentalan adukan beton) dilakukan


selama pelaksanaan pengecoran untuk menjamin agar nilai air
semen tetap sesuai mix design. Pelajari prosedur kerja slump
test yang telah disepakati.

Jenis Struktur Beton Nilai Slump Beton


Konstruksi Umum/unless otherwise specified 8 cm
Kolom dan Dinding 12 cm
Beton masip ≤ 8 cm

6.2.7. Lakukan pemadatan dengan menggunakan alat penggetar


(internal atau external vibrator).
6.3. Pengawasan Perawatan setelah pelaksanaan Pengecoran Beton :

6.3.1. Pastikan bahwa setelah beton mulai mengeras selimuti dengan


bahan yang menyerap air. Lembaran bahan harus dibuat jenuh
dalam waktu paling sedikit 3 hari. Perawatan beton juga dapat
dilakukan dengan uap ataupun secara chemical.

6.3.2. Apabila digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus


dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar.

6.3.3. Awasi bahwa lalu lintas ataupun penambahan beban selain


beban sendiri tidak diperkenankan sampai beton berumur 7 hari
setelah pelaksanaan pengecoran.

6.3.4. Pada lantai yang difungsikan sebagai lantai harus dirawat


setelah permukaannya mulai mengeras dengan cara ditutup oleh
lapisan lembab setebal 5 cm paling sedikit sebelum 21 hari.

6.4. Pengawasan Pemeliharaan hasil Pengecoran Beton :


6.4.1. Periksa dan amati permukaan beton hasil pengecoran, sesuai
Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17
Doc. Type Prosedur
Doc. Level 2
Revision Status 01
Effective date 09 Januari 2017
Quality Health, Safety and Environmental System Page 7

dengan pengamatan dan penyebab yang terlihat pada tabel


berikut:

PENGAMATAN PENYEBAB
Retak-retak Peretakan kering/susut, retak-retak
halus kelihatan hidratasi. Kelebihan pembebanan
pengendapan beton pada stadium
plastis.
Ruang –ruang Sangkar krikil atau ruang udara tertutup
besar didalam
beton.
Permukaan berpasir Kurangnya perawatan

6.4.2. Apabila terdapat cacat seperti pada point 6.4.1, minta


kepada pelaksana untuk diperbaiki. Gunakan Formulir Produk
Tidak sesuai atau Formulir Tindakan Koreksi jika diperlukan.

6.4.3. Pengetesan sample beton dilakukan untuk setiap mutu beton


dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah
pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian minimum harus
mencakup empat benda uji, dengan maksud sebagai berikut :

Benda uji pertama diuji/test pembebanan kuat tekan sesudah


3 hari.
Benda uji kedua diuji/test pembebanan kuat tekan sesudah 7 hari.
Benda uji ketiga di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah
14 hari.
Benda uji keempat diuji/test pembebanan kuat tekan sesudah
28 hari.

6.4.4. Pembongkaran acuan tidak boleh dibongkar dari bidang


vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih
awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang
oleh perancah di bawah pelat, balok, gelagar, atau struktur
busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan
bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah
Doc. Code No. 051/AKA/SOP/I/17
Doc. Type Prosedur
Doc. Level 2
Revision Status 01
Effective date 09 Januari 2017
Quality Health, Safety and Environmental System Page 8

dicapai.

6.4.5. Lakukan pemeriksaan pada construction joint, untuk


memastikan sambungan tidak terjadi kebocoran dan
discontinuity. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
penyemprotan air atau penggenangan air pada lokasi
construction joint, apabila terjadi rembesan maka construction
joint yang ada harus diperbaiki.

6.4.6. Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diizinkan.

7. KEADAAN KHUSUS
Jika pelaksanaan tidak sesuai dari yang telah ditetapkan, tenaga
supervisi harus menegur pelaksana lapangan.

8. DOKUMENTASI
Prosedur ini didokumentasikan dalam bentuk soft copy dan
hard copy, serta pengendaliannya diatur dalam Prosedur
Pengendalian Dokumen No.033/AKA/SOP/I/17

9. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai