Rasio Jenis
No Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelamin
1 Tangar 1.157 921 2.078 1,26
2 Baampah 194 178 372 1,09
3 Kawan Batu 427 380 807 1,12
4 Tanjung Bantur 317 273 590 1,16
5 Penda Durian 327 288 615 1,14
6 Pahirangan 89 69 158 1,29
7 Sationg 438 306 744 1,43
8 Santilik 713 570 1.283 1,25
9 Tangka Robah 654 665 1.319 0,98
10 Pemantang 1.782 1.538 3.320 1,16
11 Tumbang Sapiri 605 459 1.064 1,32
12 Kuala Kuayan 4.433 3.937 8.370 1,13
13 Bawan 129 134 263 0,96
14 Tanjung Jariangau 1.363 1.238 2.601 1,10
15 Kapuk 3.584 2.329 5.913 1,54
16 Pantap 149 149 298 1,00
Kecamatan Mentaya Hulu 16.361 13.434 29.795 1,22
3.3.4 Vegetasi
Vegetasi daerah kabupaten Kotawaringin Timur khususnya desa Sationg
merupakan jenis tanaman yang dibudidaya oleh masyarakat karena sebagian besar
lahan pada daerah tersebut merupakan lahan pertanian dan perkebunan seperti
padi perkebunan sawit, karet dan kopi.
CV. ADA Coal berada dikawasan areal hutan penggunaan lain dimana
hutan areal penggunaan lain merupakan kawasan hutan yang dapat dikonversikan
untuk pengelolaan non kehutanan.
3.4 Iklim
Kondisi iklim Kabupaten Kotawaringin Timur termasuk beriklim tropis
basah (lembab) dengan tipe B (menurut Schmidt dan Ferguson) dengan
kelembaban berkisar antara 82% - 89% dan suhu rata-rata bulanan berkisar antara
27o C – 36o C. Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan kabupaten dengan
curah hujan bervariasi. Pada daerah pedalaman kecenderungan hujannya tinggi
sedangkan dikawasan pantai memiliki curah hujan sedang. Jumlah curah hujan
rata-rata di wilayah Kabupaten Kotawaringin berkisar antara 1.934 mm/tahun.
2. Batuan Gunungapi
Breksi berkomposisi andesit dan basal, aliran lava, batupasir tufan, tuf,
terobosanandesit dan basal. Batuan ini dinamakan kompleks Matan (van
Emmichoven,1993). Batuan ini telah sedikit termalihkan dan menghasilkan
logam dasar, diantaranya emas. Umur satuan ini tidak dapat ditentukan,
tetapi di bagian baratKalimantan, van Emmichoven (1939) menemukan fosil
berumur Trias. Adanyaterobosan andesit dan basal yang masih
segar, di daerah yang dipetakan,menimbulkan perkiraan bahwa batuan
ini berumur Tersier.
3. Tonalik Sepaut
Batuan granitan dengan tekstur merata, berkomposisi diorit, tonalit,
granodioritsampai monzonit. Kontak terobosan antara batuan pluton
granitan dengan batuanleleran yang bersusunan menengah terdapat di
sekitar Buntut Nusa hulu S.Mentaya. Proses piritisasi juga terjadi di
beberapa tempat urat kuarsa dengan tebal beberapa mm sampai beberapa cm
berhubungan erat dengan terjadinyaendapan logam dasar di daerah ini.
Berdasarkan penentuan jejak belah, batuan iniberumur kira-kira 76 – 87 juta
tahun atau Kapur Atas (Wikamo, 1976).
4. Formasi Tanjung
Bagian bawah terdiri atas perselingan batupasir, serpih, batulanau
dankonglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen
konglomeratantara lain : kuarsa, feldspar, granit, sekis, gabro dan basal. Di
dalam batupasirdijumpai komponen glaukonit. Bagian atas terdiri dari
perselingan batupasirkuarsa bermika, batulanau, batugamping dan bijih besi
(Fe). Batulanau berfosil foram plankton antara lain : Globigerina
tripartita KOCH, Globigerinaouachitaensis HOWE & WALLACE,
Globigerina sp., dan Globorotalia sp., yangmenunjukkan umur Eosen-
Oligosen (P.16-N3), sedangkan dalam batu gampingterdapat fosil
Operculina sp., Discocylina sp., dan Biplanispira yang berumurEosen
Akhir (Tb). Formasi ini menindih tidak selaras di atas batuan
Mesozoikumdengan tebal mencapai 1300 m (Soetrisno dkk, 1994).
Gambar 3.6Stratigrafi regional cekungan barito (Modifikasi dari Nila dkk, 1995;
Sumartadipura dan Margono, 1996).
3.6 Keadaan Endapan
Keadaan batubara yang terdapat di lokasi penambangan CV. ADA Coal
memiliki warna hitam kecokelatan – cokelat kehitaman, mengkilap, agak kusam,
goresan cokelat, getas (brittle), agak keras, mudah dipatahkan, setempat terlihat
resin, terdapat pengotor lempung, sebagian terlihat jejak tumbuhan. Lapisan
batubara menunjukkan bahwa endapan batubara membentuk pola homoklin
dengan arah jurus relatif barat laut-tenggara dengan kemiringan relatif landai (8°
s.d. 12°) ke arah timur laut, sehingga kompleksitas struktur daerah penelitian
dianggap sederhana dan tidak banyak berpengaruh pada pelamparan lateral
maupun vertikal lapisan batubara tersebut. Meskipun demikian, secara stratigrafis
terdapat lapisan yang menunjukkan pola menebal, menipis atau menghilang dan
mengikuti pelamparan jurus lapisan.