Anda di halaman 1dari 13

III KEADAAN UMUM

3.1 Lokasi dan Luas Daerah


Daerah pertambangan CV. ADA Coal secara administratif beradadi sekitar
Desa Sationg, Kecamatan Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin, Kalimantan
Tengah.Secara astronomis lokasi pertambangan CV. ADA Coal terletak pada
koordinat112o30’16.30’’Bujur Timur sampai dengan 112o30’37.72’’ Bujur Timur
dan 2o06’41.75’’ Lintang Selatan sampai dengan 2o06’42.90’’ Lintang Selatan.
Lokasi penambangan CV. ADA Coal berbatasan dengan beberapa wilayah
perusahan pertambangan maupun lahan kosong, berikut batasan wilayahnya :
A. Sebelah Barat : SDR. Steffano Permana Putra
B. Sebelah Timur : Lahan Kosong
C. Sebelah Selatan : PT. Rasuma Bersaudara
D. Sebelah Utara : PT. Sarana Arut Selatan
Total luas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) CV. ADA Coal
adalah sebesar 30 Ha , dimana 8 Ha untuk daerah penambangan dan 22 Ha untuk
daerah yang bukan untuk penambangan. Daerah yang bukan daerah penambangan
ini nantinya akan dibangun fasilitas seperti Kantor, StockPile, StockYard,
Workshop, dan fasilitas lainnya.

3.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan


CV. ADA Coal berlokasi di desa Sationg, dimana jarak lokasi penambangan
dan pusat Kabupaten Kotawaringin Timur berjarak 119 km. Akses jalan menuju
lokasi penambangan dapat ditempuh melalui jalur darat dengan melalui jalan
poros Parenggeanmenggunakan kendaraan seperti mobil maupun sepeda motor
selama 3 jam 50 menit.
Gambar 3.1 Kesampaian Daerah CV. ADA Coal

3.3 Keadaan Lingkungan Daerah


3.3.1 Kependudukan
Penduduk kecamatan Mentaya Hulu menurut data statistik tahun 2019
berjumlah 29. 795 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 16.361 jiwa dan
perempuan sebanyak 13.434 jiwa. Berikut rincian jumlah penduduk dan rasio
jenis kelamin Kecamatan Mentaya Hulu :
Tabel 3.1 Rincian Jumlah Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Kecamatan
Mentaya Hulu (Sumber :BPS Kecamatan Mentaya Hulu, Tahun 2019)

Rasio Jenis
No Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelamin
1 Tangar 1.157 921 2.078 1,26
2 Baampah 194 178 372 1,09
3 Kawan Batu 427 380 807 1,12
4 Tanjung Bantur 317 273 590 1,16
5 Penda Durian 327 288 615 1,14
6 Pahirangan 89 69 158 1,29
7 Sationg 438 306 744 1,43
8 Santilik 713 570 1.283 1,25
9 Tangka Robah 654 665 1.319 0,98
10 Pemantang 1.782 1.538 3.320 1,16
11 Tumbang Sapiri 605 459 1.064 1,32
12 Kuala Kuayan 4.433 3.937 8.370 1,13
13 Bawan 129 134 263 0,96
14 Tanjung Jariangau 1.363 1.238 2.601 1,10
15 Kapuk 3.584 2.329 5.913 1,54
16 Pantap 149 149 298 1,00
Kecamatan Mentaya Hulu 16.361 13.434 29.795 1,22

3.3.2 Sosial Budaya


Terkait dengan seluruh kegiatan membangun untuk meningkatkan
manusia/masyarakat di dalam tatanan sosial dengan spektrum perencanaan
pembangunan segala sesuatu tentangnya, antara lain: pendidikan, peribadatan,
kebugaran, kemiskinan, tradisi, budaya, transformasi, komunikasi, keamanan,
keselamatan, ideologi, politik, dan lain sebagainya.
A. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan
Peningkatan akses dan kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan daerah yang menyangkut pada pengembangan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing dalam menyongsong era
globalisasi. Isu-isu utama yang menjadi permasalahan dalam pengembangan
pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Timur, antara lain:
 Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan baik secara kuantitas
maupun kualitas sehingga perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan untuk setiap jenjang pendidikan belum
tercapai.
 Mutu dan relevansi pendidikan yang menyangkut jumlah dan sebaran
tenaga pendidik/guru berdasarkan lokasi/daerah/sekolah yang masih
kurang dan belum merata.
 Kompetensi guru dibeberapa mata pelajaran masih lemah serta
pengelolaan manajemen pelayanan pendidikan masih belum
menunjukan tingkat efisiensi dan efektivitas.
B. Peningkatan Pelayanan dan Kualitas Kesehatan Masyarakat
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah
satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga
merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki
peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam pelaksanaan
pembangunankesehatan dibutuhkan perubahan pola berpikir (mindset) dari
paradigma sakit ke paradigma sehat.
Adapun permasalahan kesehatan yang masih dihadapi di Kabupaten
Kotawaringin Timur adalah:
 Masih banyak daerah yang sulit dijangkau pelayanan kesehatan serta
kurangnya jumlah tenaga medis serta penyebarannya yang tidak merata.
 Masih tingginya angka kesakitan, rendahnya angka harapan hidup, dan
masih tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan.
 Masih tingginya jumlah balita yang kurang gizi.
 Masih tingginya ancaman penyebaran penyakit menular seperti
Filariasis, TB Paru, Demam Berdarah, HIV Aids.
 Kemampuan masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan yang
masih rendah

3.3.3 Mata Pencaharian


Mayoritas penduduk di Kabupaten Kotawaringin Timur sekitar 71%
penduduknya berada di daerah pedesaan, dengan sektor pertanian masih
memberikan kontribusi yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja.
Dominannya sektor pertanian ini selain sebagai lapangan usaha yang sudah
menjadi ciri khas di wilayah pedesaan, juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
lahan yang luas mengingat kepadatan penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur
rata-rata 183 jiwa/km2.
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu komponen yang mampu
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyerap tenaga kerja di sektor
pertanian di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Selain mampu menyerap
tenaga kerja yang cukup besar sebagai buruh perkebunan, penerapan sistem
plasma dan kebun rakyat memberikan alternatif kepada masyarakat dalam
pemanfaatan lahan yang dikuasai yang pada umumnya masih digunakan untuk
tanaman pangan.
Sektor perdagangan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja
terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 17.4% dari seluruh tenaga
kerja yang ada di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.

3.3.4 Vegetasi
Vegetasi daerah kabupaten Kotawaringin Timur khususnya desa Sationg
merupakan jenis tanaman yang dibudidaya oleh masyarakat karena sebagian besar
lahan pada daerah tersebut merupakan lahan pertanian dan perkebunan seperti
padi perkebunan sawit, karet dan kopi.
CV. ADA Coal berada dikawasan areal hutan penggunaan lain dimana
hutan areal penggunaan lain merupakan kawasan hutan yang dapat dikonversikan
untuk pengelolaan non kehutanan.

Gambar 3.3 Peta Kawasan Hutan


3.3.5 Tata Guna Lahan
Tata gunalahan pada Kabupaten Kotawaringin Timur khususnya di daerah
desa Sationg dibagi atas dua faktor determinan menurut sistem kegiatan yaitu
faktor kependudukan dimanater dapat pemukiman penduduk dan faktor kegiatan
penduduk dimana terdapat lahan pertanian (perkebunan) dengan komoditi
tanaman pangan dan perkebunan kelapa sawit. Daerah penambangan termasuk
dalam kawasan yang sudah berkembang dengan adanya pemukiman penduduk di
Timur dan area penambangan PT. Rasuma Bersaudara di sebelah selatan dari
WIUP CV. ADA Coal.

Gambar 3.4 Peta Tata Ruang Wilayah

3.4 Iklim
Kondisi iklim Kabupaten Kotawaringin Timur termasuk beriklim tropis
basah (lembab) dengan tipe B (menurut Schmidt dan Ferguson) dengan
kelembaban berkisar antara 82% - 89% dan suhu rata-rata bulanan berkisar antara
27o C – 36o C. Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan kabupaten dengan
curah hujan bervariasi. Pada daerah pedalaman kecenderungan hujannya tinggi
sedangkan dikawasan pantai memiliki curah hujan sedang. Jumlah curah hujan
rata-rata di wilayah Kabupaten Kotawaringin berkisar antara 1.934 mm/tahun.

3.5 Keadaan Lingkungan Daerah


3.5.1 Fisiografi
Kabupaten Kotawaringin Timur dapat dibagi ke dalam beberapa wilayah
fisiografis, yaitu : (RPIJM Kabupaten Kotawaringin Timur, 2018)
1. Dataran rendah, endapan pantai
Wilayah ini terdapat di tepi pantai, tepatnya pantai yang beebatasan dengan
laut Jawa, yang berjarak 2-5 km dari pantai. Dataran ini terbentuk dari hasil
pengendapan pantai, yang berupa tanah kering atau sedikit tergenang dan
memiliki tekstur kasar.
2. Dataran rendah, endapan sungai
Wilayah ini terdapat di tepian sungai yang berbelok-belok (meander) atau
danau kecil. Letaknya agak tinggi, namun kadang-kadang tergenang dan
banjir akibat limpahan air sungai. Dataran ini bertekstur tanah sedang
sampai halus. Seluruh wilayah dataran rendah, baik yang berupa endapan
sungai maupun endapan pantai, masih dipengaruhi oleh pasang surut air
laut.
3. Lahan gambut
Wilayah ini terletak di belakang wilayah endapan sungai (leeve), yang
terbentuk akibat hutan rawa monoton telah mencapai klimaks, sehingga
terbentuk gambut yang cembung (dome).
4. Dataran rendah, batuan endapan pantai
Wilayah ini terletak agak ke hilir/tengah, terutama di sekitar Sungai
Mentaya. Dataran ini membentang dari Pangkalan Bun sampai
Palangkaraya terus ke timur. Pada wilayah ini air sulit mengalir keluar
karena wilayah ini sangat datar, sehingga pada beberapa tempat drainase
agak terlambat. Dataran ini memiliki tekstur tanah yang kasar.
5. Pegunungan/perbukitan batuan instrusi masam
6. Delta/Pulau
Merupakan daratan dengan luasan yang kecil di tengah laut maupun sungai.
7. Lain-lain
Bagian yang termasuk lain-lain adalah tubuh air, diantaranya danau dan
rawa, yaitu merupakan depresi atau cekungan yang airnya masih dalam.
Pada daerah ini belum sempat terbentuk gambut.
Kabupaten Kotawaringin Timur didominasi oleh pegunungan/perbukitan
dataran rendah batuan pantai. Pegunungan atau perbukitan terdapat pada bagian
utara wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Pegunungan/perbukitan tersebut
terdiri dari batuan intrusi dan endapan masam, sehingga memiliki kendala dalam
pembudidayaan lahan. Dataran rendah endapan pantai banyak ditemui pada
bagian tengah dan pesisir Kabupaten Kotawaringin Timur. Selain dataran rendah
dengan batuan pantai, pada bagian tengah Kabupaten Kotawaringin Timur juga
memiliki kondisi fisiografis yang terdiri dome gambut, serta dataran rendah
endapan sungai di sepanjang aliran sungai. Sedangkan pada bagian selatan,
fisiografis wilayahnya merupakan dome gambut dan dataran rendah endapan
sungai. Pada bagian pesisir fisiografis wilayahnya terdiri dari dataran rendah
endapan pantai. Kendala yang dihadapi Kabupaten Kotawaringin Timur terutama
dalam membangun saluran air, dimana air sulit mengalir keluar serta kadang-
kadang tergenang dan banjir.

Gambar 3.5 Peta Geologi Regional


3.5.2 Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tewah (Sumartadipura dan Margono,
1996) dan Lembar Palangkaraya (Nila dkk., 1995), stratigrafi Cekungan Barito
terdiri dari kelompok Batuan Dasar berupa batuan Malihan (gneiss, sekis, filit dan
kuarsit), Satuan batuan Formasi Tanjung, satuan batuan Formasi Berai, satuan
batuan Formasi Warukin dan satuan batuan Formasi Dahor. Dalam wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur berdasarkan pembagianlembar Peta Geologi
yang dibuat dan dipublikasikan oleh Pusat Penyelidikan danPengembangan
Geologi, Direktorat Jenderal Geologi danSumberdaya Mineral,Bandung
tahun 1995. Secara regional susunan stratigrafi daerah penyelidikan daritua ke
muda.
1. Batuan Malih Pinoh
Fillit, sekis, kuarsit dan gneis. Secara urnum foliasinya berarah
baratdaya-timurlaut (NE-SW). Secara umum batuan malihan tersebut
berasal dari batulumpur. Proses hidrotermal pneumatolit mempengaruhi
satuan ini, di beberapatempat menghasilkan endapan logam dasar. Umur
batuan diperkirakan Trias (Van Emmichoven, 1939).

2. Batuan Gunungapi
Breksi berkomposisi andesit dan basal, aliran lava, batupasir tufan, tuf,
terobosanandesit dan basal. Batuan ini dinamakan kompleks Matan (van
Emmichoven,1993). Batuan ini telah sedikit termalihkan dan menghasilkan
logam dasar, diantaranya emas. Umur satuan ini tidak dapat ditentukan,
tetapi di bagian baratKalimantan, van Emmichoven (1939) menemukan fosil
berumur Trias. Adanyaterobosan andesit dan basal yang masih
segar, di daerah yang dipetakan,menimbulkan perkiraan bahwa batuan
ini berumur Tersier.
3. Tonalik Sepaut
Batuan granitan dengan tekstur merata, berkomposisi diorit, tonalit,
granodioritsampai monzonit. Kontak terobosan antara batuan pluton
granitan dengan batuanleleran yang bersusunan menengah terdapat di
sekitar Buntut Nusa hulu S.Mentaya. Proses piritisasi juga terjadi di
beberapa tempat urat kuarsa dengan tebal beberapa mm sampai beberapa cm
berhubungan erat dengan terjadinyaendapan logam dasar di daerah ini.
Berdasarkan penentuan jejak belah, batuan iniberumur kira-kira 76 – 87 juta
tahun atau Kapur Atas (Wikamo, 1976).
4. Formasi Tanjung
Bagian bawah terdiri atas perselingan batupasir, serpih, batulanau
dankonglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen
konglomeratantara lain : kuarsa, feldspar, granit, sekis, gabro dan basal. Di
dalam batupasirdijumpai komponen glaukonit. Bagian atas terdiri dari
perselingan batupasirkuarsa bermika, batulanau, batugamping dan bijih besi
(Fe). Batulanau berfosil foram plankton antara lain : Globigerina
tripartita KOCH, Globigerinaouachitaensis HOWE & WALLACE,
Globigerina sp., dan Globorotalia sp., yangmenunjukkan umur Eosen-
Oligosen (P.16-N3), sedangkan dalam batu gampingterdapat fosil
Operculina sp., Discocylina sp., dan Biplanispira yang berumurEosen
Akhir (Tb). Formasi ini menindih tidak selaras di atas batuan
Mesozoikumdengan tebal mencapai 1300 m (Soetrisno dkk, 1994).

5. Batuan Gunung Api Malasan


Breksi gunungapi, tuffa, aglomerat dan lava andesit. Komponen breksi
umumnyaandesit dan dasit berukuran beberapa 50 cm – 100 cm. Aliran lava
umumnyaberkomposisi andesit hornblende. Batuan Gunungapi Malasan
menjemari denganbagian bawah Formasi Tanjung, diduga berumur Miosen
Awal dan diendapkan dilingkungan litoral.
6. Batuan Terobosan Sintang
Batuan terobosan berkomposisi andesit (a) dan basal (b) terdapat sebagai
retasdengan ketebalan 50 cm sampai 4 m dan sebagai tubuh terobosan
dengan ukurangaris tengah beberapa km. Terobosan ini
dikorelasikan dengan kegiatangunungapi Sintang di baratlaut lembar pada
jaman Tersier.
7. Formasi Warukin
Batupasir, batupasir tufan, batupasir gampingan, batulanau dan
batulempung. Dibeberapa tempat terdapat konglomerat berlapis
silang-siur dan sisipanbatugamping. Lapisan bijih besi (Fe) dengan
ketebalan antara 0,3 sampai 2 meter terdapat di dalam lapisan
batupasir. Di daerah yang dipetakan formasi ini mengandung batuan
gunungapi dan ke arah utara kandungannya semakin banyak.Sisipan
batugamping koral berwarna putih dan kekuning-kuningan
denganketebalan kira-kira 10 sampai 5 meter, terdapat di bagian bawah
satuan ini danmengandung fosil Lepidocyclina angulosa provale,
Lepidocyclina acutarutten, Heterostegina bornensis van vlerk,
Leppidocyclina hippioidesjones dan chapman, dan keratan-keratan koral
(Kadar, 1974). Umurnya adalah Miosen. Di Lembar Tewah satuan ini
merupakan bagian paling bawahdaripada Formasi Warukin. Berdasarkan
penampang melintang, ketebalannyadiperkirakan berkisar antara 300 - 500
meter.
8. Formasi Dahor
Batupasir kuarsa halus sampai kasar berwarna kelabu-kebiru biruan
dankonglomerat berlapis silangsiur dengan komponen batuan malihan dan
batuangranitan bersisipan lapisan mengandung limonit. Lapisan bijih besi
(Fe) dengantebal 0,3 – 3 meter terdapat di dalam lapisan batupasir berbutir
kasar. Di daerahyang dipetakan satuan ini tidak mengandung fosil, kecuali
kepingan moluskayang tidak dapat dikenal lagi di dalam lapisan bijih besi
(Fe). Satuan ini didugaberumur Pliosen-Pleistosen. Diperkirakan
ketebalannya mencapai 300 m dansangat mungkin menebal ke arah timur.
9. Alluvium
Umumnya terdiri dari pasir kuarsa, kerikil dan bongkah yang
berasal darikomponen batuan malihan, batuan bersifat granit dan kuarsit
lepas. Di beberapatempat ditemukan lumpur pasir dan tanah liat
mengandung lignit dan limonit.Batuan yang akan mengeras juga ditemukan
terletak antara 40 – 50 meter di ataspermukaan sungai sekarang. Batuan-
batuan tersebut terdapat sebagai endapansungai, undak dan rawa.
Struktur geologi yang terdapat di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah
struktur sesar/patahan (fault) dan kekar (join). Struktur patahan dapat memicu
terjadinya bencana alam geologi. Daerah yang rawan terhadap bencana alam
geologi ini antara lain Kecamatan Mentaya Hulu karena pada daerah ini terdapat
struktur sesar/patahan.

Gambar 3.6Stratigrafi regional cekungan barito (Modifikasi dari Nila dkk, 1995;
Sumartadipura dan Margono, 1996).
3.6 Keadaan Endapan
Keadaan batubara yang terdapat di lokasi penambangan CV. ADA Coal
memiliki warna hitam kecokelatan – cokelat kehitaman, mengkilap, agak kusam,
goresan cokelat, getas (brittle), agak keras, mudah dipatahkan, setempat terlihat
resin, terdapat pengotor lempung, sebagian terlihat jejak tumbuhan. Lapisan
batubara menunjukkan bahwa endapan batubara membentuk pola homoklin
dengan arah jurus relatif barat laut-tenggara dengan kemiringan relatif landai (8°
s.d. 12°) ke arah timur laut, sehingga kompleksitas struktur daerah penelitian
dianggap sederhana dan tidak banyak berpengaruh pada pelamparan lateral
maupun vertikal lapisan batubara tersebut. Meskipun demikian, secara stratigrafis
terdapat lapisan yang menunjukkan pola menebal, menipis atau menghilang dan
mengikuti pelamparan jurus lapisan.

3.6.1 Bentuk Endapan


Endapan batubara adalah endapan yang mengandung hasil akumulasi
material organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah melalui proses
litifikasi untuk membentuk lapisan batubara. Material tersebut telah mengalami
kompaksi, ubahan kimia dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan
tekanan selama waktu geologi. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam
lapisan batubara mempunyai berat lebih dari 50% atau volume bahan organik
tersebut, termasuk kandungan lengas bawaan (inherent moisture), lebih dari 70%
(Standarisasi Nasional Indonesia, 2011).
Kandungan unsur kimia tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kualitas
batubara. Sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem dari Amerika Serikat
berdasarkan jumlah unsur-unsur kimia utama di dalamnya Berdasarkan klasifikasi
tersebut, batubara pada daerah penelitian memiliki kualitas batubara lignit hingga
subbituminus.
3.6.2 Sumber Daya dan Cadangan
Sumberdaya mineral (mineral resource) adalahendapan mineral
yangdiharapkandapatdimanfaatkansecaranyata. Sumberdaya mineral
dengankeyakinangeologitertentudapatberubahmenjadicadangansetelahdilakukanp
engkajiankelayakantambang dan memenuhicriteria layaktambang.Pada wilayah
penambangan CV. ADA Coal pengeboran untuk eksplorasi sumberdaya dilakukan
sebanyak 25 lubang bor dengan kedalaman 35 m. Jarak antar lubang bor adalah
50-100 m sehingga masuk dalam kategori sumber daya terukur.Jumlah
sumberdaya di CV. ADA Coal sekitar 2994144.25 ton.
Cadangan adalah bagian dari sumber daya yang tertunjuk dan terukur dapat
ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan harus melalui perhitungan
dilution dan loses yang muncul pada saat endapan ditambang. Penentuan
cadangan secaratepat telah dilaksanakan yang mungkin termasuk pada studi
kelayakan. Penetuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua faktor-faktor
yang berkaitan sepertimetode penambangan, ekonomi, pemasaran, legal,
lingkungan, sosial, dan peraturanpemerintah. Jumlah cadangan batubara di CV.
ADA Coal sekitar 1710001.05 ton.

Anda mungkin juga menyukai