3.4 Iklim
Curah hujan merupakan salah satu indikator wilayah untuk mengetahui
kondisi tanah dalam suatu wilayah. Keadaan cuaca ini banyak mempengaruhi
semua kegiatan pembangunan yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang
bersangkutan dengan wadah pembangunan itu sendiri yang berupa tanah. Tercatat
curah hujan rata-rata berkisar antara 10,00-24,17mm/hari dimana rata-rata curah
hujan terendah pada bulan September dan tertinggi pada bulan April. Kelembaban
udara dan temperatur dipengaruhi oleh ketinggian dan jarak dari permukaan air
laut. Rata-rata temperatur udara sebesar 27,10°C pada Bulan Desember sampai
dengan 28,70°C pada Bulan Februari dan Maret. Rata-rata kelembaban udara
berkisar antara 67% pada Bulan Agustus sampai dengan 85% pada Bulan Mei,
November dan Desember.
3.5.2 Stratigrafi
Stratigrafi regional difokuskan kepada kelompok batuan yang tersingkap
di daerah Binuang dan sekitarnya, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan menurut
para peneliti terdahulu. Adapun unit – unit stratigrafi yang tersingkap di daerah
Binuang menurut R. Heryanto, dkk. (1998) dalam Peta Geologi Lembar
Belimbing skala 1:100.000 dari tua ke muda adalah Granit (Mgr), Formasi
Pitanak (Khpi), Formasi Keramaian (Kpk), Formasi Tanjung (Tet), Formasi Berai
(Tomb), Formasi Warukin (Tmw), Formasi Dahor (Qtd). Berikut ini akan
diuraikan karakteristik ketujuh formasi tersebut:
1. Granit (Mgr)
Terdiri dari granit, hipidiomorf yang tersusun oleh mineral ortoklas, kuarsa,
sedikit plagioklas (albit), bertekstur grafik, granofirik, dan mirmekit, mineral
lainnya horenblenda, muskovit dan mineral bijih. Daerah setempat dijumpai
kepingan mineral apatit dan rekahan yang terisi zeolit. Mineral ubahan yang
dijumpai adalah klorit, serisit, dan mineral lempung. Umur diperkirakan pra-kapur
akhir.
2. Formasi Pitanak (Khpi)
Terdiri dari leleran lava dengan breksi gunung api yang berkomposisi
basaltik sampai andesitik. Lava berkomposisi basaltik sampai andesitik, setempat
porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen. Umumnya berlongsong yang
diisi oleh mineral zeolit dan kuarsa. Di beberapa tempat berstruktur bantal.
Setempat berasosiasi dengan breksi vulkanik dengan komponen batuan andesitik-
basaltik porfiri. Umur diperkirakan Kapur Akhir.
3. Formasi Keramaian (Kpk)
Terdiri dari perselingan batupasir (vulkarenit) sangat halus-kasar dengan
batulanau atau batulempung, setempat sisipan rijang. Batuan ini telah terkersikan
dan sangat kompak. Struktur sedimen yang terdapat dalam formasi ini adalah
perarian halus, konvolut, lapisan sejajar, butiran tersusun dan lapisan silang siur.
Dengan terdapatnya struktur sedimen turbidit memperlihatkan bahwa formasi ini
diendapkan di laut dalam berupa endapan kipas bawah laut sebagai endapan kipas
bagian luar. Umur diperkirakan kapur akhir.
4. Formasi Tanjung (Tet)
Terdiri atas konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung dan batubara.
Setempat dijumpai lensa batugamping warna kelabu kecoklatan mengandung
foraminifera. Umur dari Formasi tanjung di Pegunungan Meratus diambil dari
lensa-lensa batugamping warna kelabu kecoklatan mengandung foraminefera
diantaranya Nummulites javanus (Verbeck) dan Heterostegina yang menunjukan
umur Eosen. Analisa palinologi yang dilakukan di tepi timur Tinggian Meratus
menemukan adanya Florschuetzia trilobata, Meyeripollis naharkotensis dan
Palmaepollennites kutchensis yang menunjukan umur Eosen Akhir. Bagian atas
dari Formasi Tanjung dikuasai oleh batu warna kelabu kehijauan, setempat
ditemukan konkresi dari oksida besi. Heryanto dkk. (1998) menamakan satuan ini
sebagai Anggota Batulempung.
5. Formasi Berai (Tomb)
Nama Formasi Berai pertama kali diperkenalkan oleh Goldschmid (1930),
dengan lokasi tipe di G. Berai di timur kota Tanjung. Formasi ini batugamping
dengan sisipan napal dan batulempung. Formasi ini terdiri dari batugamping,
napal, dan batulempung. Berdasarkan fosil foraminifera yang terdapat
batugamping formasi in berumur Tc-Td, sedang berdasarkan foraminifera
plangton menunjukan N1-N2 (Sikumbang dan Heryanto, 1986). Formasi ini
menindih secara selaras Formasi Tanjung Anggota Lempung, tebalnya lebih
kurang 1000 m.
6. Formasi Warukin (Tmw)
Nama Formasi Warukin diambil dari Pertamina (1979). Formasi ini disusun
oleh perselingan batupasir kuarsa dan batulempung, setempat dijumpai sisipan
batubara. Berdasarkan kumpulan fosil foraminifera formasi ini berumur nisbi
Akhir Miosen Bawah - Miosen Tengah, jenjang Te5-Tf1-2 (Sikumbang dan
Heryanto. 1986). Tebal formasi diperkirakan lebih kurang 1250 meter. Formasi
ini menindih secara selaras Formasi Berai.
7. Formasi Dahor (Qtd)
Pada Kala Plio-Pleistosen Seluruh batuan tersebut diatas ditindih secara
tidak selaras oleh Formasi Dahor yang terdiri dari Konglomerat dan batupasir
kasar yang kurang kompak, serta batulempung warna putih.