PENDAHULUAN
Kabupaten Bondowoso memiliki potensi bahan galian non logam yang beraneka
ragam diantaranya adalah batu padas, sirtu (pasir batu), tanah urug dan feldspar.
dalah kelompok mineral tektosilikat pembentuk batuan yang membentuk
41% kerak bumi.
Bagi pihak PT. Ekareza Atawolo, dokumen ekplorasi ini akan menjadi landasan
serta acuan kerja yang menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan di lapangan, yang
meliputi : kegiatan eksplorasi awal, kegiatan eksplorasi Detil serta sampai pada
1
perhitungan sumber daya. Dengan demikian akan didapatkan hasil kerja yang
optimal sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditentukan.
1.1.1 Perizinan
Perizinan usaha pertambangan memiliki dasar hukum berupa Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta pasal 33 dan ayat 3, yang
berbunyi bahwa bumi dan air serta kekayaan lainnya yang terkandung
didalamnya, juga dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat,
juga terkandung didalam undang- undang nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan batubara dan mineral. Adanya perundang- undangan mengenai
pertambangan maka jika anda ingin mendirikan sebuah usaha pertambangan maka
mau tidak mau harus mendapatkan izin dari pemerintah terlebih dahulu. Untuk
tata cara permohonan izin usaha jasa pertambangan ada beberapa hal yang harus
anda ketahui, pertama adalah administratif, kedua teknis, ketiga lingkungan dan
keempat adalah finansial.
Tabel 1.1
Perizinan
1. Nama Perusahaan Ekareza Atawolo
2. NPWP Pemohon 84.384.813.9-656.001
3. Alamat Pemohon Jl Arief Rahman Hakim 100, Kota
Surabaya, Provinsi Jawa Timur
4. Lokasi Desa Tanah Wulan, Kecamatan
Maesan, Kabupaten Bondowoso,
Provinsi Jawa Timur
5. Komoditas Felsdspar
6. Kepala Teknik Tambang Illa Firda Anggraini
7. Luas WIUP 10 Ha
8. Luas IUP Eksplorasi 5,7 Ha
9. SK WIUP P2T / 12 / 31 / 42 / VII / 2018
10 SK IUP Eksplorasi P2T / 12 / 31.01 / VIII / 2018
.
2
belukar dan daerah perbukitan, serta persawahan. Luas Wilayah eksplorasi adalah
10 Ha dengan status telah menjadi milik pribadi setelah dilakukan pembelian
lahan oleh pemrakarsa dengan pemilik lahan.
Status tata guna lahan Kecamatan Maesan diantaranya sebagai berikut:
1. Status Lahan Eksplorasi : Hak Guna Pakai (HGP) untuk kegiatan
Eksplorasi
2. Luas Lahan dalam HGP
a. Luas Perbukitan : 70.418,4 Ha atau 44,4% dari luas daerah
b. Luas Persawahan : 35.545 Ha
Lahan yang dipakai untuk kegiatan eksplorasi sampai penambangan adalah lahan
perbukitan dan persawahan
3
Lokasi Kabupaten Bondowoso di Provinsi Jawa Timur terdapat pada kordinat 8°
0'19.54"S, 113°44'41.82"E, sampai 8° 0'37.70"S, 113°44'55.22"E
1. Provinsi : Jawa Timur
2. Dasar Hukum : UU No.47 Tahun 1999
3. Ibu Kota : Surabaya
4
Bondowoso tidak dilalui jalur utama Provinsi Jawa Timur bagian Utara
(Banyuwangi - Situbondo - Probolinggo - Pasuruan - Surabaya) dan jalur utama
Provinsi Jawa Timur bagian Tengah (Banyuwangi - Jember - Lumajang -
Probolinggo-Pasuruan-Surabaya).
Untuk mencapai Bondowoso dapat ditempuh melalui tiga pintu gerbang utama,
yaitu Kecamatan Prajekan (dari Kabupaten Situbondo sebelah utara/timur),
Kecamatan Maesan (dari Kabupaten Jember sebelah selatan) dan Kecamatan
Wringin (dari Kabupaten Situbondo sebelah barat). Disamping itu juga dapat
ditempuh lewat jalur alternatif Kecamatan Sempol (dari Kabupaten Banyuwangi)
dan Kecamatan Tamanan (dari Kabupaten Jember).
Gambar 1.1
Peta Administrasi Kabupaten Bondowoso
Tabel 1.2
Pembagian Wilayah Administrasi Di Kabupaten Bondowoso
5
(Sumber: RTRW Kabupaten Bondowoso)
Jumlah
No. Kecamatan
Kelurahan Desa Dusun Luas (km²)
1. Maesan - 12 62 64,25
2. Grujugan - 11 36 36,14
3. Tamanan - 8 35 28,04
4. Jambesari DS - 10 33 29,03
5. Pujer - 11 37 35,91
6. Tlogosari - 10 51 91,31
7. Sukosari - 4 15 37,88
8. Sbr. Wringin - 6 33 138,61
9. Tapen - 9 44 48,60
10. Wonosari - 12 55 35,01
11. Tenggarang 1 11 46 23,22
12. Bondowoso 7 4 16 21,42
13. Curahdami 1 11 55 42,98
14. Binakal - 8 29 27,37
15. Pakem - 8 34 72,66
16. Wringin - 13 77 58,01
17. Tegalampel 1 7 36 33,58
18. Taman Krocok - 7 28 53,62
19. Klabang - 11 47 102,81
20. Botolinggo - 8 44 110,70
21. Sempol - 6 30 217,20
22. Prajekan - 7 37 76,39
23. Cermee - 15 56 175,36
Jumlah 10 209 913 1.560,10
6
Tabel 1.3.1
Tabel 1.3.1
Kesampaian Lokasi Menuju Kabupaten Bondowoso
N Jalur Waktu Tempuh Keterangan
o
1. Surabaya – Sidoarjo – Bangil – 4 jam 27 min Kendaraan yang
Pasuruan – Bayeman – di pakai bisa
Probolinggo – Kraksaan – berupa mobil
Besuki Bondowoso maupun motor
2. Stasiun Surabaya Gubeng – sekitar 1,5 jam Alat transportasi
Stasiun Jember – Terminal atau 2 jam menggunakan
Arjasa Jember – Terminal kereta dan
Bondowoso kendaraan
umum
7
1.4 Keadaan Umum Lingkungan
Lokasi daerah eksplorasi Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten
Bondowoso, Jawa Timur. Luas Desa Tanah Wulan keseluruhan adalah 518,383
Ha. Dimana seluas 29,560 Ha adalah pemukiman 43 penduduk dan sisanya adalah
lahan kering dan area persawahan. Berikut adalah batas-batas wilayah:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Grujugan
2. Sebelah Timur : Kecamatan Tamanan
3. Sebelah Selatan : Jember
4. Sebelah Timur : Probolinggo
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Kepadatan dan Sex Rasio Kabupaten Bondowoso Tahun 2008-2012
(dalam jiwa)
Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2009-2013
Lima wilayah kecamatan pada tahun 2012 yang jumlah penduduknya terbanyak
dari 23 Kecamatan, berturut-turut adalah Kecamatan Bondowoso dengan 71.479
jiwa, Maesan dengan 46.625 jiwa, Tlogosari dengan 44.437 jiwa, Cermeedengan
44.263 jiwa, dan Tenggarang dengan 40.439 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
terkecil adalah Kecamatan Sempol yaitu sebanyak 11.487 Jiwa.
8
Tabel 1.5
Komposisi Jumlah Penduduk Kepadatan dan Sex Rasio Kabupaten Bondowoso Tahun
2008-2012 (Dalam Jiwa)
Sumber: Kabupaten Bondowosoo Dalam Angka 2009-2013
No. Kelompok Umur Laki-laki Perempua Jumlah
n
1. 0 –4 28.375 27.464 55.838
2. 5 –9 27.755 27.082 54.837
3. 10 – 14 29.504 27.903 57.407
4. 15 – 19 27.921 27.013 54.934
5. 20 – 24 25.167 26.937 52.104
6. 25 – 29 26.336 28.488 54.824
7. 30 – 34 27.671 30.213 57.884
8. 35 – 39 28.816 30.255 59.071
9. 40 – 44 28.571 29.981 58.552
10. 45 – 49 27.174 28.335 55.509
11. 50 – 54 24.282 25.106 49.388
12. 55 – 59 19.962 19.933 39.895
Penduduk usia produktif (15-64) tahun tahun 2012 berada pada kisaran 69,17%,
sedangkan penduduk usia muda (0-14) tahun berada pada kisaran 22,53%, dan
untuk penduduk usia tua (65 tahun ke atas) persentasenya sebesar 8,29%,
sehingga bila ditinjau dari struktur umur, penduduk Kabupaten Bondowoso
memiliki struktur penduduk tua, karena persentase penduduk usia muda dibawah
30%, serta persentase penduduk usia produktif lebih dari 60%. Ciri struktur umur
penduduk Kabupaten Bondowoso ini memberi konsekuensi bahwa penyediaan
dan perluasan lapangan pekerjaan sangat penting mengingat pada struktur umur
ini tingkat produktifitas penduduk sangat tinggi.
9
kabupaten. Umumnya dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Jawa
(dialek Surabaya) bercampur bahasa Madura. Bahkan hampir dua pertiga
penduduk Bondowoso tidak bisa berbahasa Jawa sama sekali dan hanya berbahasa
Madura.
Tabel 1.6
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008-2012
Secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah selama kurun waktu lima tahun
mengalami peningkatan sebesar 82,91% dari Rp.586.839.725.157,00 pada tahun
2008 menjadi Rp.1.073.390.149.430,73 pada tahun 2012 dengan rata-rata
pertumbuhan pendapatan sebesar 15,67%.
10
realisasi penerimaan pendapatan daerah pada tahun 2012 terealisasi sebesar
157,61% dari target RPJMD.
PAD sebagai bagian dari komponen pendapatan daerah walaupun hanya memiliki
tingkat kontribusi berkisar antara 5%-7% terhadap pendapatan daerah tetapi setiap
tahun cenderung mengalami kenaikan.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan unsur pendapatan daerah yang
sangat bervariasi karena pos ini merupakan kumpulan pendapatan daerah yang
tidak dapat dimasukkan ke dalam pos pendapatan yang lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan perolehannya setiap tahun tergantung kepada
ketersediaan anggaran dari pemerintah pusat dan provinsi. Komponen penyusun
pendapatan ini terdiri dari Hibah, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Dana
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lain, bantuan keuangan dari
pemerintah provinsi dan dana lainnya.
Secara kumulatif lima tahun, pendapatan daerah dari pendapatan lain-lain yang
sah sebesar Rp.751.752.489.630,00. Perolehan Dana Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah pada tahun 2008 terealisasi sebesar Rp.28.308.642.005,00 dan pada
tahun 2012 terealisasi sebesar Rp.198.927.375.859,00 terjadi lonjakan sebesar
11
Rp.170.618.733.854,00 atau meningkat 602,71%, pertumbuhan rata-rata mencapai
70,61%.
2. Belanja Daerah
Selama periode tahun 2008-2012 akumulasi belanja daerah direncanakan sebesar
Rp.4.389.266.756.930,06 dan terserap sebesar Rp.4.097.250.317.844,12 atau
terealisasi 93,35% dari target. Penyerapan anggaran diatas 90,00% per tahun
merupakan realisasi yang optimal untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan.
Realisasi penyerapan anggaran belanja daerah per tahun dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 1.7
Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2008-2012
Tahun Target % Realisasi % Bertambah/Berkurang
2008 667.086.874.976,34 600.953.474.997,44 90,09 -66.133.399.978,90
2009 732.711.883.812,68 705.698.336.447,84 96,31 -27.013.547.364,84
2010 830.993.200.420,68 765.513.977.031,58 92,12 -65.479.223.389,10
2011 1.035.811.127.474,08 950.958.157.445,49 91,81 -84.852.970.028,59
2012 1.122.663.670.246,28 1.074.126.371.921,77 95,68 -48.537.298.324,51
Jumlah 4.389.266.756.930,06 4.097.250.317.844,12 93,35 -292.016.439.085,94
Sedangkan persentase alokasi anggaran Belanja Daerah yang terdiri dari
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung menurut pendekatan urusan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah secara akumulatif selama
periode lima tahun dapat terlihat sebagaimana grafik dibawah ini :
12
Masalah penyediaan lapangan kerja merupakan suatu masalah yang sangat
kompleks dan sulit untuk diatasi dalam kurun waktu yang singkat. Banyak faktor
yang mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja, diantaranya kualitas sumber
daya manusia belum memenuhi standar yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan
yang tersedia dan lapangan kerja yang tersedia lebih kecil daripada jumlah pencari
kerja. Penyediaan lapangan kerja merupakan tanggung jawab pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha.
Tabel 1.9
Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2007-2011
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012
No Kondisi 2007 2008 2009 2010 2011
1. Pencarian kerja 10,33 2,659 7,683 3,476 2,987
9
2. Penempatan kerja 1,032 433 1,524 1,638 1,835
3. Penghapusan 5,242 0 0 0 1,732
pencarian kerja
4. Belum ditempatkan 4,065 2,166 6,159 1,838 1,143
5. Permintaan lowongan 1,148 433 674 1,638 4,675
6. Dipenuhi 1,032 433 674 1,638 1,835
7. Penghapusan 218 0 0 0 2,295
lowongan
8. Sisa lowongan 0 0 0 0 545
13
Tabel Grafik 1.10
Kualifikasi Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Tingkat Pendidikan
(Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012)
Gambar diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang ada di
Kabupaten Bondowoso terserap pada sektor angkutan dan pergudangan sebesar
34,78%, sedangkan sektor lain-lain sebesar 18,72%, jasa kemasyarakatan, sosial
dan perorangan sebesar 18,32%, pertanian masih me-nyerap tenaga kerja sebesar
10,17%, industri pen-golahan sebesar 5,92%, konstruksi dan bangunan sebesar
4,73%, perdagangan dana rumah makan sebesar 4,06%, pertambangan dan
penggalian sebesar 3,28%; sedangkan sektor asuransi dan listrik, gas dan air
minum belum secara signifikan me-nyerap tenaga kerja.
Pergeseran perekonomian daerah dari sektor primer ke arah sektor sekunder dan
14
tersier, berdam-pak pada pola pencaharian masyarakat yang beralih ke sektor
sekunder, tetapi sebagian besar masih bekerja di sektor pertanian. Mata
pencaharian pen-duduk yang bekerja di sektor pertanian (60,00%), perdagangan
(14,59%), industri (8,79%), jasa kema-syarakatan (7,71%), angkutan (4,94%),
konstruksi (3,03%), pertambangan dan penggalian (0,51%), dan lainnya (0,43%).
Secara rinci sebagaimana tabel beikut ini:
Tabel 1.12
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, data diolah, 2012
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1. Pertanian 223.384
2. Industri 23.554
3. Perdagangan 53.923
4. Jasa 28.568
Kemasyarakatan
5. Angkutan 18.518
6. Konstruksi 11.132
7. Pertambangan, 1.265
penggalian
8. Lain lain 1.265
Jumlah 370.454
1.4.4 Iklim
Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang sejuk berkisar 20,40C – 25,90C
dengan suhu rata-rata 25,70C, karena berada diantara pegunungan Kendeng Utara
dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur
serta kaki pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung
Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat
Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.
Curah hujan rata-rata di Kabupaten Bondowoso sebesar 6.475 mm/tahun dengan
lama hujan 9 hari per bulan, dimana curah hujan minimum sebesar 1.622 mm
terjadi pada bulan Juni dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari
sebesar 13.102 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Oktober dan
musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai Mei. Akan tetapi bulan
April, September dan Oktober merupakan bulan peralihan musim, sehingga
walaupun terjadi hujan tetapi relatif kecil.
Table 1.13
15
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Bondowoso, 2018.
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso)
Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan
Januari 8.607 383
Februari 11.914 649
Maret 7.389 396
April 2.714 174
Mei 1.514 69
Juni 565 37
Juli 177 16
Agustus 14 3
September 516 27
Oktober 414 30
November 3.908 242
Desember 5.467 358
1.4.5 Topografi
Keadaan topografi wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan yang
bervariasi dengan 44,4% wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan,
30,7% merupakan dataran rendah, dan 24,9% merupakan dataran tinggi. Ditinjau
dari ketinggiannya, Kabupaten Bondowoso rata – rata berada pada posisi 253
mdpl (diatas permukaan laut) dengan puncak tertinggi 3.287 mdpl (kecamatan
sempol dan Sukosari) dan terendah 73 mdpl (Kecamatan Cermee dan Prajekan).
16
Gambar 1.2
Peta Kondisi Topografi Kabupaten Bondowoso
Tabel 1.14
Keadaan Topografi Kabupaten Bondowoso
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012
No Lereng Luas
Km2 %
1. Datar (0-2%) 190,83 12,23
2. Landai (2-15%) 268,17 36,42
3. Agak Curam (15-40%) 304,70 19,53
4. Sangat Curam (>40%) 496,40 31,82
Jumlah 1.560,10 100,00
Secara rinci luasan dan ketinggian wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.15
17
Ketinggian Tempat Kabupaten Bondowoso
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012
No Ketinggian Luas
Km2 %
1. 0-100 m 50,94 3,27
2. 100-500 m 766,23 49,11
3. 500-1000 m 308,10 19,75
4. >1000 m 434,83 27,87
Jumlah 1.560,10 100,00
Daerah terluas berada pada ketinggian 100-500 m dpl, dengan 49,11 % dari
keseluruhan luas, daerah tersempit berada pada ketinggian 0 – 100 m dpl.
18
(Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012)
Gambar 1.3
Peta Penggunaan Lahan
19
Terdapat banyak sungai yang membelah Kabupaten Bondowoso menjadi dua
bagian yaitu dataran dan pegunungan sebelah Timur dan dataran serta
pegunungan sebelah barat. Sungai Sampean ini berhulu di sebelah selatan yaitu di
wilayah Kecamatan Maesan dan bermuara di sebelah utara yaitu wilayah
Kabupaten Situbondo. Di tengah-tengah Sungai Sampean ini tepatnya di antara
batas wilayah antara Kecamatan Klabang di Kecamatan Tapen Kabupaten
Bondowoso terdapat bendungan yang cukup besar yaitu Bendungan Sampean
Baru.
Sumber air dari Sungai Sampean ditunjang dari sungai-sungai kecil yang lain,
sungai-sungai kecil tersebut bermuara di Sungai Sampean, oleh karena itu debit
Sungai Sampean juga tergantung dari sungai-sungai kecil tersebut. Sungai-sungai
kecil tersebut antara lain : Sungai Bluncong, Taal, Telogo, Gunung piring,
Klampokan, Pakisan dan lain-lain. Pada sungai-sungai kecil tersebut di buat
bendungan atau dam kecil yang jumlahnya mencapai ± 48 buah.
20
7. Pembuatan Laporan
Sedangkan untuk mengetahui hubungan vertical dari batuan yang ada didaerah
penyelidikan dilakukan pengamatan singkapan, pengamatan parit uji dan
sumur uji untuk mengetahui singkapan batuan segar (fresh rock). Untuk
melaksanakan pekerjaan ini dibutuhkan beberapa peralatan lapangan sebagai
berikut :
a. Peta dasar, berupa peta RBI skala 1 : 25.000
b. Peta Geologi Lembar Bondowoso (skala 1 : 100.000)
c. Palu Geologi
d. Kompas Geologi
e. GPS, Germin (seri 76CSx)
21
f. Lup (perbesaran 10x dan 20x) merk Triplet
g. Larutan HCI 0,1 M
h. Kamera digital
i. Kantong sampel
j. Meteran ukur
k. Alat tulis
l. Computer (PC dan Laptop) dan Printer
Hasil dari pemetaan geologi ini adalah peta geologi detil yang memuat
informasi jenis, sebaran dan karakteristik batuan baik secara lateran ataupun
vertikalnya dengan skala 1 : 25.000 pada skala lokal dan skala 1 : 10.000 – 1 :
5.000 pada skala detil pada beberapa lokasi prospek yang akan diusulkan untuk
ditambang/layak tambang.
2. Penelitian Geofisika
Penelitian Geofisika akan dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah
permukaan dan perencanaan pengeboran inti. Metode geofisika (geolistrik,
seismic, induksi polarisasi, dsb) yang akan dilakukan akan disesuaikan
berdasarkan kondisi medan dan penyelidikan geologi detil.
Pemboran inti dilakukan untuk mengetahui jenis dan sebaran batuan di bawah
permukaan secara langsung. Hasil log pemboran inti juga digunakan untuk
mengetahui karakteristik bahan galian yang ada menyangkut antara lain:
a. Kekerasan dan kekompakan batuan yang ada di bawah permukaan.
b. Tingkat keterusan batuan/ahan galian yang ada.
c. Kualitas dan kuantitas bahan galian.
d. Batas air tanah yang ada.
Pemboran inti dilakukan setelah analisa dan model keterdapatan batuan (pasir
dan batu) pada lokasi tersebut telah dapat diketahui, yaitu berdasarkan analisa
dari tahapan kegiatan eksplorasi sebelumnya. Pemboran inti bertujuan untuk
mencari pembuktian kondisi bawah permukaan yaitu dengan mengambil
contoh batuan dengan metode coring.
22
Hasil lapangan yang diharapkan dari pemboran inti adalah data log bawah
permukaan serta contoh batuan. Peralatan lapangan yang di gunakan :
a. Mesin bor (rotary drilling) dan perlengkapannya
b. Generator atau mesin diesel
c. Tangki air 1000 liter dan selang air
Hasil lapangan yang diharapkan dari pemboran inti adalah data log bawah
permukaan serta inti batuan yang akan disimpan dalam core box.
4. Perhitungan cadangan
Cadangan dihitung dengan menggunakan pendekatan teknis, yatu
memperhitungkan ketebalan sirtu yang dapat diambil berdasarkan pada batas
dan rencana bentuk akhir tambang.
1.7 Pelaksana
Daftar Tenaga Ahli dalam kegiatan Eksplorasi:
Tabel 1.19
Daftar Tenaga Ahli dalam kegiatan Eksplorasi
N Keahlian Nama
o
1. Project Manager Illa Firda Anggraini S.T, S.Ds, M.T
2. Ahli Geologi Abidulloh Rozak S.T, M.T
3. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Pengelolaan Rizki Ardhi Wiwaha S.T, M.T
Lingkungan
4. Ahli Lingkungan Cahyadi Kamal S.T, M.T
5. Ahli Pemboran Rinaldhie Guntur Darmansyah S.T, MT
6. Design Engineer Andyel Chaeza S.T, M.T
7. Pemetaan Eka Rizky Ramadhani S.T, M.T
8. Operator Alat Berat Yophi Kombongkila
9. Pengambil Semua Data Alfian Maulana
S.T, M.T
10 Pengelolaan Lingkungan Daniel Mahmud
. S.T, M.T
11 Pemboran Fahmi A Said S.T, M.T
23
.
BAB II
GEOLOGI
2. 1 Geologi Regional
Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten dalam Propinsi Jawa Timur
yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Dikenal dengan sebutan daerah tapal
kuda. Ibukotanya adalah Bondowoso. Kabupaten Bondowoso memiliki luas
wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis berada pada koordinat antara
113°48′10″ – 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ – 7°56′41″ LS.
Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 oC –
25,10 oC, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya
Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki
pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan
Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas
Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.
Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun
berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang
menghubungkan antar propinsi. Bondowoso juga tidak memiliki lautan. Ini yang
menyebabkan Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan kabupaten
lainnya di Jawa Timur.
24
Gambar 2.4
Peta Kabupaten Bondowoso
Untuk jenis tanahnya 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung
berdebu dan lempung liat berpasir; dan 3,1% bertekstur kasar yang meliputi
25
pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan tinjauan geologi, topografi, jenis tanah
dan pola pemanfaatan lahan, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki
karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya bencana alam,
khususnya banjir dan longsor.
26
Jenis tanah Litosol terdapat di Kecamatan Curahdami (1.800 Ha), Pakem (1.950
Ha) dan Klabang (1.150 Ha), Jenis tanah ini berbatu-batu dan berupa areal
pertanaman rumput ternak, palawija, dan tanaman keras.
2.1.1 Geomorfologi
Geomorfologi merupakan kajian tentang bentuk lahan yang mencakup genesis,
perkembangan serta hubungan dengan lingkungannya. Genesis bentuk lahan
ditentukan oleh proses endogen dan struktur geologi. Perkembangan bentuk lahan
terjadi karena adanya proses eksogen yang meliputi pelapukan, erosi, abrasi,
gerakan massa tanah dan batuan, banjir dan sedimentasi. Proses eksogen tersebut
dipengaruhi oleh agensia iklim, gelombang laut, grafitasi bumi dan biologi
termasuk kegiatan manusia. Sedangkan hubungan bentuk lahan dengan faktor
lingkungan meliputi pengaruh bentuk lahan terhadap kondisi tanah, tata air dan
aktivitas kehidupan manusia seperti aktifitas dalam bidang pertanian, pemukiman,
pertambangan dan industri.
27
1. Pegunungan dan perbukitan seluas 44,4 %
2. Dataran tinggi 24,9 %
3. Dataran rendah 30,7 % dari luas wilayah keseluruhan.
2.1.2 Litologi
Penyebarannya jenis tanah Kabupaten Bondowoso digolongkan atas 13 bagian,
yaitu :
1. Kompleks Andosol Coklat kekuningan
2. Kompleks Asos, Andosol coklat dan regosol kelabu
3. Kompleks Asos, Andosol Kelabu dan Regosol kelabu
4. Asos, Litosol dan Latosol Coklat Kemerahan
5. Gromosol kelabu
6. Komplek Mediteran Grumosol,Regosol dan litosol
7. Komplek Regosol dan litosol
8. Komplek Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol
9. Komplek mediteran Coklat dan litosol
10. Komplek Regosol dan litosol
11. Latosol Coklat kemerahan
12. Regosol Coklat
13. Regosol Coklat kelabu
28
Tabel 2.20
Luas Wilayah (Km²) Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kab. Bondowoso
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka Tahun 2006
2.1.3 Struktur
Kabupaten Bondowoso merupakan bagian dari antiklinorium Rembang dengan
sumbu antiklin dan sinklin umumnya berarah barat-timur dan barat laut-tenggara.
Sesar yang ada umumnya berarah barat daya-timur laut dan barat laut-tenggara.
Mendala Rembang di daerah Maesan Bondowoso mengalami perlipatan dan
persesaran. Sumbu-sumbu lipatan berarah barat laut - tenggara, sedangkan sesar
berarah timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara. Selain itu, terbentuk pula
lipatan berarah timur – barat, antara timur - timur laut, antara barat - barat daya,
utara – selatan, barat - barat laut, dan timur - tenggara. Demikian pula sesar yang
terbentuk mempunyai arah yang bervariasi. Kemiringan perlapisan batuan
penyusuan berkisar antara 10o – 60o. Struktur lipatan yang penting antara lain
adalah
1) Antiklin Lodan, Antiklin Lodan terdapat pada bagian utara dimana sumbunya
melalui Desa Lodan berarah barat-timur dengan panjang lebih kurang 38 km
29
mulai dari Ngandang (Jawa Tengah) sampai Cakrawati (Kecamatan
Tambakboyo, Maesan Bondowoso). Antiklin ini berkembang pada Formasi
Tawun, Anggota Ngrayong, Formasi Bulu, dan Formasi Wonocolo. Sudut
kemiringan lapisan batuannya ke arah utara dan selatan hampir sama, yaitu
antara 100-200 dan tergolong dalam lipatan terbuka dan setangkup.
Selain antiklin tersebut di atas masih ada beberapa antiklin lainnya yang
berukuran kecil seperti yang dijumpai di daerah Sambangrejo dan Gempol yang
memotong K. Klero di daerah Semanding dan disebelah tenggara G. Kebondo dan
G. Sangit.
Sesar yang dijumpai di Kabupaten Bondowoso adalah sesar naik, sesar normal
dan sesar geser jurus. Sesar naik berarah relatif barat - timur, jurus sesar normal
30
dan sesar geser jurus umumnya berarah barat daya - timur laut dan sebagian barat
laut - tenggara.
1) Sesar normal Mliwang yang berarah timur laut - barat daya melalui daerah
Bugang melewati Mliwang sampai di Gesikan. Bagian yang terletak di sebelah
utara bergerak relatif naik bila dibandingkan dengan bagian sebelah selatan.
Batuan yang tersesarkan meliputi batu gamping dari Formasi Paciran, dan batu
pasir kuarsa yang berselingan dengan batu gamping dan batu lempung dari
Anggota Ngrayong Formasi Maesan Bondowoso.
2) Sesar normal G. Nalaffla berarah timur laut - barat daya mulai dari G. Nalatita
sampai di Kebonduren. Bagian yang terletak disebelah utara bergerak relatif
naik bila dibandingkan dengan bagian yang terletak disebelah selatan.
Sedangkan batuan yang tersesarkan meliputi napal pasiran berselingan dengan
batugamping pasiran dari Formasi Wonocolo dan batunapal, batulempung
lanauan dan batugamping napalan dari Formasi Mundu.
3) Sesar geser Jeladra, sesar ini berarah barat laut - tenggara memotong K.
Jeladra dan antiklin Jamprong. Secara berderet dengan arah yang sama juga
dijumpai sesar Sokogunung dan Ngasem. Batuan-batuan yang tersesarkan
terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran dari
Formasi Wonocolo, batugamping pasiran dengan sisipan batunapal pasiran
dari Formasi Bulu serta batupasir kuarsa berselingan batugamping dan
batulempung dari Anggota Ngrayong, Formasi Maesan Bondowoso.
4) Sesar geser Tawiwiyah - Nguluan, berarah barat laut - tenggara mulai dari
kawasan pebukitan di Tawiwiyah sampai di perbukitan sebelah barat Nguluan.
Batuan yang tersesarkan berupa batugamping dari formasi Paciran, batupasir
berselingan dengan batugamping dan batulempung dari Anggota Ngrayong
Formasi Maesan Bondowoso.
5) Sesar geser Lodan Wetan, berarah barat laut - tenggara melalui Lodan Wetan,
batuan yang tersesarkan berupa batupasir kuarsa dari Anggota Ngrayong
Formasi Maesan Bondowoso, napal pasiran berselingan dengan batugamping
pasiran Formasi Wonocolo dan napal pasiran berselingan dengan batugamping
bioklastik dari Anggota Tawun Formasi Maesan Bondowoso.
31
2.2.1 Nama Instansi atau Organisasi
Nama Perusahaan : PT. Ekareza Atawolo
2.2.3 Geomorfologi
Geomorfologi daerah Kecamatan Maesan Bondowoso pada penelitian berupa
kawasan perbukitan, lembahan dengan perbedaan ketinggian yang cukup tajam
dan daerah persawahan. Daerah penelitian di bagi ke dalam empat satuan
geomorfologi, yaitu: Satuan Perbukitan Vulkanik, Satuan Perbukitan Lipatan,
Satuan Lembah Vulkanik, dan Satuan Lembah Alluvial.
32
Tabel 2.21
Peta Geomorfologi
33
berlapis baik dan setempat berubah secara berangsur menjadi tuf breksi. Secara
megaskopis, breksi berwarna abu-abu kecolatan, terdiri dari fragmen batuan beku
dan batuan sedimen, bentuk butir menyudut sampai menyudut tanggung, dengan
ukuran fragmen 2-27 cm, pemilahan buruk, kemas terbuka, massa dasar tersusun
oleh pasir halus hingga pasir sangat kasar dengan semen oksida besi.
2.2.5 Struktur
Struktur geologi yang dimiliki Kabupaten Maesan Bondowoso adalah bagian dari
antiklinorium Rembang dengan sumbu antiklin dan sinklin umumnya berarah
barat-timur dan barat laut-tenggara. Sesar yang ada umumnya berarah barat daya-
timur laut dan barat laut-tenggara. Mendala Rembang di daerah Maesan
Bondowoso mengalami perlipatan dan persesaran.
2.2.6 Alterasi
Terjadi akibat pengaruh hidrotermal, proses ini berlangsung akibat adanya proses
injeksi larutan hidrotermal yang bersifat asam merembes melalui celah celah
rakahan pada batuan yang dilaluinya sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi
antar larutan tersebut dengan batuan itu.
34
data hasil perhitungan cadangan maka rencana produksi dapat dibuat. Pada
kegiatan ini dari data-data eksplorasi dilakukan perhitungan sumberdaya dan
cadangan. Perhitungan yang dilakukan oleh PT. Ekareza Atawolo berdasarkan
atau didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 13-6606-2001
Tentang tatacara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian.
35
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
36
3.2. Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan terbagi menjadi 3 yaitu pemetaan geologi, pemetaan
topografi, dan penyelidikan lainnya.
3.2.1 Pemetaan Geologi
Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah
atau wilayah atau kawasan dengan tingkat kualitas yang bergantung pada skala
peta yang digunakan. Peta geologi ini menggambarkan informasi sebaran dan
jenis serta sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi, serta
potensi sumber daya mineral dan energi yang disajikan dalam bentuk gambar
dengan warna, simbol dan corak, atau gabungan dari ketiganya (Kepmen. ESDM
No. 1452 K /10/ MEM/2000). Peta geologi harus di lengkapi dengan simbol peta,
istilah, keterangan peta, penyajian peta, penerbitan, spesifikasi, dan ukuran lembar
peta yang sesuai dengan hasil pembakuan standar nasional indonesia (SNI) No.13-
4691-1998.
Pemetaan geologi dilakukan dengan cara pemboran dan pengambilan sample
batuan guna lebih dalam mengamati litologi (jenisbatuan), stratigrafi dan struktur
geologi yang ada di daerah penelitian. Litologi diamati bagaimana pelamparannya
baik secara vertical maupun horizontal. Beberapa titik pengamatan diambil di
daerah penelitian yang memiliki singkapan batuan dengan dimensi yangcukup
untuk dapat memberikan gambaran mengenai jenis litologi, variasi litologi, dan
dimensi dari masing-masing litologi yang di jumpai. Dari beberapa titik
pengamatan dan lintasan selama menyusuri daerah penelitian, dibuatlah peta
geologi detail daerah penelitian.
3.2.1.1Lokasi dan Luasan
PT. Roitrick Aristo yang terletak di wilayah Desa
Tanahwulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso.
Luasan IUP yang terbit adalah 9,27 Hektar,sesuai dengan
No:MPD/161/16.04/IX/2019 Tgl: 23 September2019, dan
sesuai dengan ulasan yang direkomendasikan oleh Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi JawaTimur
37
Gambar 4.4
Peta Geologi Lokal
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
38
Gambar 4.5
Peta Luasan IUP
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
39
3.2.1.2 Metoda dan Skala
Metode yang kami lakukan adalah metode secara langsung
yang lebih mengarah pada pengamatan atau deskripsi batuan,
ketebalan batuan, vegetasi, dan lain-lain. mengamati secara
umum kondisi lapangan dan gambaran umum mengenai
kondisi geologi dan komoditas tambang yang ada. Survei
dilakukan dengan pengamatan kondisi batuan, tanah, morfologi
sekitar, dan aspek hidrogeologi seperti keterdapatan sungai dan
mata air di daerah penelitian secara umum. Penyeliikan
Geologi juga dilakkan dengn cara pemeboran guna
mendapatkan lapisanlitologi daerah penelitian. Skala peta
adalah perbandingan jarak yang tercantum pada peta dengan
jarak sebenarnya yang dinyatakan dengan angka, garis, atau
gabungan keduanya. Skala peta yang umum digunakan adalah
1:10.000 (SNI 19-6502.1-2000).
3.2.1.3 Pengambilan Contoh
Berdasarkan studi literatur jumlah pengambilan conto
belum ada teori baku yang menyebutkan parameter baku untuk
menentukan jumlah contoh. Namun beberapa ahli menyatakan
bahwa faktor efisien dan ekonomis sangat berpengaruh ke
dalam keputusan jumlah pengambilan contoh. Pengambilan
contoh pada lokasi penelitian berjumlah 9 karena dirasa cukup
untuk mewakili anomali yang ada pada lokasi daerahpenelitian.
40
lunak (software) untukmenghasilkan kontur ketinggian dan model 3
dimensinya. Hasil dari pemetaan topografiini dapat dijadikan dasar
sebagai pembuatan peta geomorfologi, peta geologi, peta eksisting
(kondisi awal) tambang dan peta rencana awal tambang.
41
Gambar 4.6
Peta Topografi
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
42
3.2.2.1 Lokasi dan Luasan
PT Roitrick Aristo yang terletak di wilayah Desa Tanah
wulan Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso. Luas
WIUP yang terbit adalah 61 Hektar, sesuai dengan No :
MPD/161/16.04/IX/2019 Tgl : 23 September 2019, dan sesuai
dengan ulasan yang direkomendasikan oleh Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur.
3.2.2.2 Metoda dan Skala
Pemetaan topograf imenggunakan metode langsung yang
artinya tim dari PT. Roitrick Aristo melakukan pengukuran
menggunakan total station mengambil data di beberapa titik
untuk nanti diolah menggunakan software. Sehingga dapat di
ketahui topografi daerah penelitiannya. Output dari software
berupa peta skala 1:2000 sesuai dengan Kepmen. ESDM No.
1453 K/29/MEM/2000
43
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
44
lapangandilakukandelineasibatassatuanberdasarkankarakteristikpolakonturtertentu
yang menggambarkan proses geologi yang terjadi. Dalampeta geologilocaldaerah
WIUPhanyamemilikisatuanbatuanbreksiFeldsparataubreksiArgopuro yang
berasaldariGunungArgopuro dan tersebar di Barat
LautlerengselatanGunungArgopuro dan memilikiumurpleistosen.
45
46
Gambar 4.7
Peta GeologiLokal
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
47
4.1.1.1 Litologi
Satuanbatuan yang terdapatdilokasipenyelidikan
adalahsatuanbatuanbreksiargopuro (Qvab)
berdasarkanlembargeologilembarJember. Penyebaran Feldspar tersebut terdapat
di seluruh bagian wilayah IUP. Feldspar pada bagianinimempunyaipenyebaran
yang relativemenerusdenganarahjurus (strike) relative Barat laut–Tenggara,
sedangkanketebalanlapisannyabervariasi, berkisarantara 1–7 meter.
Sudutkemiringan/dip yang landaiantara 10°-15° Timur Laut,
sehinggadiperkirakancukupmudahuntukdilakukanpenambangannantinya.
4.1.1.2 Struktur
Karakteristikdaristrukturbatuan yang
Nampakdalampemetaangeologiadalahbatuanbreksidimanabatuaninitersusunatasba
tuanFeldsparhasildarigunungargopuro.Warnabatuantersebutputihkecoklatan.
4.1.2 PemetaanTopografi
Pada tahappraeksplorasi Feldspar,
dilakukanpengukurantopografidiarearencanatambanguntuklokasi yang
secarafisikkondisinyamasihberupaladang, semakbelukar dan sedikitpemukiman.
Data topografiinitelahdiukurdenganalat total station denganwaktupekerjaanselama
2 bulandan disajikandalam petatopografi areal tambangFeldspar skala1:3.000.
Data yang didapatberupadata konturtopografi digital
denganselangatauintervalkontursebesar50 dan dibuatsurfacenya di
dalamkomputer. Peta inidibuatberdasarkanpengukurantopografi yang
kerangkakontrolnyaberbentukpoligon.
Kerangkacontroltersebuttelahdihitungataudiolah data pengukurannya.
48
Gambar 4.8
Peta Topografi
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
49
4.1.3 SurveiGeokimia
Analisis kimia dilakukan terhadap contoh individu untuk mengetahui kandungan
unsur dalam konsentrat, antara lain: Cu,Pb,Zn, Co, Mn, Ag, Li, K, Fe, Cr dan Au.
Analisis kimia dapat dilakukan dengan metoda AAS. Analisis tersebut dilakukan
di laboratorium Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Tabel 4.22
Komposisi Feldspar
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
4.1.4 SurveiGeofisika
Surveigeofisikabertujuanuntukmengklasifikasikanberdasarkanukuranbutirdarisuat
ubahangalian. Dimana
dariukuranbutirtersebutdapatmempengaruhiproduktivitasapabiladilakukanpenamb
angan dan pengangkutan.
50
Tabel 4.2
Hasil AnalisisBerdasar Skala Wenthworth
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
>4 mm (Kerakal) 22%
-4 + 2 mm (Kerikil) 18%
35%
-2 + 1 mm (PasirKasar) 17%
-1 + 0,5 mm (PasirSedang) 14%
23%
- 0,5 mm (pasirhalus) 9%
< 0,25 mm lanau/lempung 20%
4.1.5.1 Litologi
Litologi yang didapatdarihasilpengeboranyaituberupasusunanbatuan.
Tabel 4.24
Litologi Hasil Pengeboran
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
Top Soil
Tanah Pasiran
Tanah Pasiran
Feldspar
Feldspar
BreksiFeldspar
BreksiFeldspar
4.1.6 KarakteristikBahanGalian
51
Kandunganrata-ratadari Feldspar adalah SiO2 = 71,82 %, Al2O3 = 18,00 %, K2O =
6,43 %, Fe2O3 = 1,43 %, CaO = 1,90 %. Feldspar iniberwarnacoklatsedikitputih.
4.2 EstimasiSumberDaya
Dari hasilestimasisumberdayadarihasilkegiatanpenampanggeologi,
pemetaantopografi, pembuatanpenampangmelintangendapan dan model endapan,
pengukuranketebalanlapisanmelalui data litologimakaakandielevasikan Sebagian
besarsumberdayaendapanbahangalian yang akandiperolehdarilokasipekerjaan.
4.2.1 Metoda
Metode yang digunakanuntukperhitungansumberdaya pada bahangalian Feldspar
yaitumenggunakanmetode cross section (metodepenampang).
Kemudianuntukperhitungannyadenganmenghitungluasdarimasing-masingsayatan
yang meliputiluasandari Feldspar dan overburden yang dilakukandenganbantuan
software pemodelandalamtambang, setelahitudilanjutkanmenghitung volume
sertamenghitungtonasedengandensitas Feldspar sebesar2.56.
52
4.2.3 Pemodelan
Dari hasilanalisamakadidapatkansebaransumberdaya Feldspar
berikutadalahpermodelannya.
53
Gambar 4.10
PermodelanSumberdaya
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
54
4.2.4 Jumlah dan KlasifikasiSumberDaya
Dalampengelolahan data eksplorasi, didapatkan zona
prospekuntukpenambangankomoditasFeldsparmempunyailuasan9,27 Ha. Dari
hasilanalisaFeldspar memilikidensitas 2.56 g/cm3 .
Permodelangeologiendapanbahangaliandilakukanuntukdapatmenenukanmetodeestim
asisumberdayasertamengetahuitonase dan volume bahangaliantersebut.
Perhitungandilakukandenganmenggunakan software Global Mapper, Qgis, dan
Surfer. Data yang digunakanuntukmenghitungsumberdayayaitu data koordinat
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Permodelansumberdayadapatdilihat pada
gambarberikut:
Pada perhitunganterekamemiliki volume 18451019.674721 m3,
berdasarkanhasilanalisisdensitas rata-rata Feldspar 2.56 g/cm3,
makatonasenyaadalah47.234.610.367.285,76Ton
Tabel 4.25
PernyataanCompetent Person
No Nama CompetentPerson Komoditas Tanda tangan
CPI PERHAPI JAWA
1 Royan Rizki Feldspar
TIMUR
CPI PERHAPI JAWA
2 Abidullah Dimas Feldspar
TIMUR
55
BAB V
LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN KERJA
56
dampak lingkungan yang terjadi tidak terlalu besar, tetapi tetap dilakukan
pengelolahan.
57
kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang
tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.Secara keilmuan K3, didefinisikan
sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3
dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang K3.
Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan
menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan akan menurun dan biaya tenaga
kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada
gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-
tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap
tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial. Dengan
melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan
akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif,
sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan.
Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan
produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.
58
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
5. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
6. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
7. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
8. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
59
BAB VI
KEUANGAN
Tabel 6.1
Biaya Langsung
Kuantitas Biaya Total
Keterangan (satuan) (Rp) (Rp)
60
Tabel 6.2
Biaya Tidak Langsung
61
62
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
Hasil eksplorasi dilokasi pertambangan a. n. Pemrakasa yang terletak di Desa Tanah
Wulan Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Kabupten Jawa Timur adalah
sebagai berikut:
1. Luas area yang ditambang tertulis dalam IUP pertambangan yakni ±5.6 Ha dari
luas WIUP 17,4 Ha dengan bataan elevasi terendah 1.251 mdpl, Batasan elevasi
tertinggi 1358 mdpl
2. Komoditas tambang berupa batuan feldspar yang terdapat disekitar perbukitan
berupa produk dari magma yang bersifat basa dari
3. Volume sumber daya yang terdapat pada daerah lokasi yakni sebesar
18.451.019,674721 m3
4. Jumlah suberdaya terukur pada lokasi IUP yakni sebesar 47.234.610.367.285,76
Ton
5. Tata guna lahan yang ada sekitar lokasi eksplorasi adalah sebagai besar ladang
dengan aliran sungai dengan komposisi batuan feldspar.
62