Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Bondowoso adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Ibu kotanya adalah Bondowoso. Ibu Kota kabupaten Bondowoso
berada di persimpangan jalur dari Basuki dan Situbondo menuju Jember.
Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki
wilayah laut (terkurung daratan) di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur.

Kabupaten Bondowoso memiliki potensi bahan galian non logam yang beraneka
ragam diantaranya adalah batu padas, sirtu (pasir batu), tanah urug dan feldspar.
dalah kelompok mineral tektosilikat pembentuk batuan yang membentuk
41% kerak bumi.

Untuk mendapatkan bahan galian feldspar dilakukan dengan serangkain kegiatan


pertambangan dan diperlukan pula hasil dari eksplorasi pertambangan. Dimana
kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan pertambangan untuk memperoleh
informasi tentang suatu bahan galian tertentu secara terperinci, teliti dan disertai
kondisi fisik dari lingkungan eksplorasinya.

Didalam uraian berikut akan digambarkan mengenai eksplorasi yang akan


dilakukan oleh PT. Ekareza Atawolo untuk komoditas Feldspar seluas 10 Ha di
Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa
Timur.

Tujuan dari penyusunan Dokumen eksplorasi ini untuk memberikan informasi


kepada Pemerintah Kabupaten Bondowoso mengenai tahapan-tahapan kegiatan
eksplorasi dan perkiraan anggaran atau pembiayaan dari PT. Ekareza Atawolo
untuk kegiatan eksplorasi endapan Feldspar di Desa Tanah Wulan, Kecamatan
Maesan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur.

Bagi pihak PT. Ekareza Atawolo, dokumen ekplorasi ini akan menjadi landasan
serta acuan kerja yang menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan di lapangan, yang
meliputi : kegiatan eksplorasi awal, kegiatan eksplorasi Detil serta sampai pada

1
perhitungan sumber daya. Dengan demikian akan didapatkan hasil kerja yang
optimal sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditentukan.

1.1.1 Perizinan
Perizinan usaha pertambangan memiliki dasar hukum berupa Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta pasal 33 dan ayat 3, yang
berbunyi bahwa bumi dan air serta kekayaan lainnya yang terkandung
didalamnya, juga dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat,
juga terkandung didalam undang- undang nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan batubara dan mineral. Adanya perundang- undangan mengenai
pertambangan maka jika anda ingin mendirikan sebuah usaha pertambangan maka
mau tidak mau harus mendapatkan izin dari pemerintah terlebih dahulu. Untuk
tata cara permohonan izin usaha jasa pertambangan ada beberapa hal yang harus
anda ketahui, pertama adalah administratif, kedua teknis, ketiga lingkungan dan
keempat adalah finansial.

Tabel 1.1
Perizinan
1. Nama Perusahaan Ekareza Atawolo
2. NPWP Pemohon 84.384.813.9-656.001
3. Alamat Pemohon Jl Arief Rahman Hakim 100, Kota
Surabaya, Provinsi Jawa Timur
4. Lokasi Desa Tanah Wulan, Kecamatan
Maesan, Kabupaten Bondowoso,
Provinsi Jawa Timur
5. Komoditas Felsdspar
6. Kepala Teknik Tambang Illa Firda Anggraini
7. Luas WIUP 10 Ha
8. Luas IUP Eksplorasi 5,7 Ha
9. SK WIUP P2T / 12 / 31 / 42 / VII / 2018
10 SK IUP Eksplorasi P2T / 12 / 31.01 / VIII / 2018
.

1.1.2 Status dan Kegunaan Lahan


Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan, lokasi kegiatan Eksplorasi terletak di Desa
Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur
hampir seluruhnya adalah tanah hak milik yang di dalamnya dipenuhi oleh semak

2
belukar dan daerah perbukitan, serta persawahan. Luas Wilayah eksplorasi adalah
10 Ha dengan status telah menjadi milik pribadi setelah dilakukan pembelian
lahan oleh pemrakarsa dengan pemilik lahan.
Status tata guna lahan Kecamatan Maesan diantaranya sebagai berikut:
1. Status Lahan Eksplorasi : Hak Guna Pakai (HGP) untuk kegiatan
Eksplorasi
2. Luas Lahan dalam HGP
a. Luas Perbukitan : 70.418,4 Ha atau 44,4% dari luas daerah
b. Luas Persawahan : 35.545 Ha
Lahan yang dipakai untuk kegiatan eksplorasi sampai penambangan adalah lahan
perbukitan dan persawahan

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari kegiatan eksplorasi ini adalah untuk memperoleh
informasi tentang lokasi, bentuk dimensi, sebaran, kualitas dari bahan galian serta
kondisi fisik lokasi lingkungannya.
1. Mencari dan menemukan jenis mineral
2. Mendapatkan gambaran sebaran bahan galian
3. Mendapatkan gambaran bentuk dan dimensi tubuh bijih
4. Mengestimasi kuantitas dan kualitas bahan galian
5. Mengestimasi nilai ekonomi dan cadangan.

1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan


1.3.1 Administratif dan Geografis

Secara administratif lokasi terletak di Desa Gunung Sari, Kecamatan Maesan,


Kabupaten Bondowoso, Daerah Jawa Timur, Memiliki tempat seluas 1.560,10
km2. Batas wilayah izin usaha pertambangan sebagai berikut:
Batas – batas wilayah pada daerah ini yaitu :
1. Utara : Kabupaten Situbondo
2. Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi
3. Selatan: Kabupaten Jember
4. Barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo

3
Lokasi Kabupaten Bondowoso di Provinsi Jawa Timur terdapat pada kordinat 8°
0'19.54"S, 113°44'41.82"E, sampai 8° 0'37.70"S, 113°44'55.22"E
1. Provinsi : Jawa Timur
2. Dasar Hukum : UU No.47 Tahun 1999
3. Ibu Kota : Surabaya

Pemerintahan Kabupaten Bondowoso,


1. Bupati : Drs. KH. Salwa Arifin
2. APBD : 2 Triliun (2019)
3. DAU : Rp. 752.776.704.000.- (2013)
4. Luas : 1.560,10km2
5. Populasi total : 791.838 jiwa (2018)
6. Kepadatan : 499,27jiwa/km2
7. Agama : Islam (99.26%)
: Kristen (0.48%)
: Katholik (0.18%)
: Hindu (0.03%)
: Budha (0.05%)
8. Kode area : +62 332
9. Bandar Udara : Bandara Udara Notohadi Negoro
Bandara Udara Banyuwangi
Bandar Udara Trunojoyo
10. Kecamatan : 23
11. Kelurahan : 10
12. Desa : 209

Secara geografis, Kabupaten Bondowoso berada di wilayah bagian Timur


Provinsi Jawa Timur dengan jarak kurang lebih 200 km dari Ibu Kota Provinsi
(Surabaya). Koordinat wilayah terletakantara 113°48’10” - 113°48’26” Bujur
Timur dan antara 7°50’10” - 7°56’41” Lintang Selatan.

Kabupaten Bondowoso meskipun berada di tengah-tengah eks Karesidenan


Besuki juga tidak terletak pada jalur yang menguntungkan karena tidak dilewati
jalan negara yang menghubungkan antar provinsi. Wilayah Kabupaten

4
Bondowoso tidak dilalui jalur utama Provinsi Jawa Timur bagian Utara
(Banyuwangi - Situbondo - Probolinggo - Pasuruan - Surabaya) dan jalur utama
Provinsi Jawa Timur bagian Tengah (Banyuwangi - Jember - Lumajang -
Probolinggo-Pasuruan-Surabaya).

Untuk mencapai Bondowoso dapat ditempuh melalui tiga pintu gerbang utama,
yaitu Kecamatan Prajekan (dari Kabupaten Situbondo sebelah utara/timur),
Kecamatan Maesan (dari Kabupaten Jember sebelah selatan) dan Kecamatan
Wringin (dari Kabupaten Situbondo sebelah barat). Disamping itu juga dapat
ditempuh lewat jalur alternatif Kecamatan Sempol (dari Kabupaten Banyuwangi)
dan Kecamatan Tamanan (dari Kabupaten Jember).

Gambar 1.1
Peta Administrasi Kabupaten Bondowoso

Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Bondowoso secara Keselurahan 1.560,10


Km² atau sekitar 3,26% dari luas total Provinsi Jawa Timur. Yang terbagi menjadi
23 kecamatan, 10 kelurahan, 209 desa dan 913 dusun. Adapun untuk jelasnya
mengenai pembagian wilayah administrasi kabupaten Bondowoso dapat dilihat
pada table dan peta berikut ini.

Tabel 1.2
Pembagian Wilayah Administrasi Di Kabupaten Bondowoso

5
(Sumber: RTRW Kabupaten Bondowoso)
Jumlah
No. Kecamatan
Kelurahan Desa Dusun Luas (km²)
1. Maesan - 12 62 64,25
2. Grujugan - 11 36 36,14
3. Tamanan - 8 35 28,04
4. Jambesari DS - 10 33 29,03
5. Pujer - 11 37 35,91
6. Tlogosari - 10 51 91,31
7. Sukosari - 4 15 37,88
8. Sbr. Wringin - 6 33 138,61
9. Tapen - 9 44 48,60
10. Wonosari - 12 55 35,01
11. Tenggarang 1 11 46 23,22
12. Bondowoso 7 4 16 21,42
13. Curahdami 1 11 55 42,98
14. Binakal - 8 29 27,37
15. Pakem - 8 34 72,66
16. Wringin - 13 77 58,01
17. Tegalampel 1 7 36 33,58
18. Taman Krocok - 7 28 53,62
19. Klabang - 11 47 102,81
20. Botolinggo - 8 44 110,70
21. Sempol - 6 30 217,20
22. Prajekan - 7 37 76,39
23. Cermee - 15 56 175,36
Jumlah 10 209 913 1.560,10

1.3.2 Kesampaian Wilayah


Menuju lokasi bisa menggunakan alat transportasi darat berupa mobil, motor
maupun kereta. menggunakan kereta bisa pesan tiket kereta menuju stasiun
Jember dari Stasiun Surabaya Gubeng, dengan KA Sri Tanjung. Harga tiket kereta
ekonomi AC berkisar Rp 50.000. Sampai di Stasiun Jember, naiklah angkutan
umum ke arah Terminal Arjasa Jember dengan tarif Rp 3.000. Dari terminal
Arjasa, pilih angkutan umum menuju Terminal Bondowoso. Anda akan dipatok
tarif sekitar Rp 7.000 untuk rute Terminal Arjasa sampai Terminal Bondowoso.

6
Tabel 1.3.1

Peta Kesampaian Lokasi

Tabel 1.3.1
Kesampaian Lokasi Menuju Kabupaten Bondowoso
N Jalur Waktu Tempuh Keterangan
o
1. Surabaya – Sidoarjo – Bangil – 4 jam 27 min Kendaraan yang
Pasuruan – Bayeman – di pakai bisa
Probolinggo – Kraksaan – berupa mobil
Besuki Bondowoso maupun motor
2. Stasiun Surabaya Gubeng – sekitar 1,5 jam Alat transportasi
Stasiun Jember – Terminal atau 2 jam menggunakan
Arjasa Jember – Terminal kereta dan
Bondowoso kendaraan
umum

7
1.4 Keadaan Umum Lingkungan
Lokasi daerah eksplorasi Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten
Bondowoso, Jawa Timur. Luas Desa Tanah Wulan keseluruhan adalah 518,383
Ha. Dimana seluas 29,560 Ha adalah pemukiman 43 penduduk dan sisanya adalah
lahan kering dan area persawahan. Berikut adalah batas-batas wilayah:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Grujugan
2. Sebelah Timur : Kecamatan Tamanan
3. Sebelah Selatan : Jember
4. Sebelah Timur : Probolinggo

1.4.1 Kondisi Sosial Budaya


Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso pada tahun 2008 sebesar 737.807 jiwa
dan pada tahun 2012 menjadi 745.948 jiwa, yang berarti ada kenaikan sebesar
8.141 jiwa atau mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 0,27%.
Jumlah penduduk tahun 2012 tersebut terdiri dari 362.549 jiwa laki-laki dan
383.399 jiwa perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 244.193 dengan
rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 3 jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar
94,56%, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-
laki. Angka kepadatan penduduk tahun 2008 sebesar 473 jiwa/km2 sedangkan
tahun 2012 tingkat kepadatannya mencapai 478 jiwa/km2.

Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Kepadatan dan Sex Rasio Kabupaten Bondowoso Tahun 2008-2012
(dalam jiwa)
Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2009-2013

Lima wilayah kecamatan pada tahun 2012 yang jumlah penduduknya terbanyak
dari 23 Kecamatan, berturut-turut adalah Kecamatan Bondowoso dengan 71.479
jiwa, Maesan dengan 46.625 jiwa, Tlogosari dengan 44.437 jiwa, Cermeedengan
44.263 jiwa, dan Tenggarang dengan 40.439 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
terkecil adalah Kecamatan Sempol yaitu sebanyak 11.487 Jiwa.

8
Tabel 1.5
Komposisi Jumlah Penduduk Kepadatan dan Sex Rasio Kabupaten Bondowoso Tahun
2008-2012 (Dalam Jiwa)
Sumber: Kabupaten Bondowosoo Dalam Angka 2009-2013
No. Kelompok Umur Laki-laki Perempua Jumlah
n
1. 0 –4 28.375 27.464 55.838
2. 5 –9 27.755 27.082 54.837
3. 10 – 14 29.504 27.903 57.407
4. 15 – 19 27.921 27.013 54.934
5. 20 – 24 25.167 26.937 52.104
6. 25 – 29 26.336 28.488 54.824
7. 30 – 34 27.671 30.213 57.884
8. 35 – 39 28.816 30.255 59.071
9. 40 – 44 28.571 29.981 58.552
10. 45 – 49 27.174 28.335 55.509
11. 50 – 54 24.282 25.106 49.388
12. 55 – 59 19.962 19.933 39.895

Penduduk usia produktif (15-64) tahun tahun 2012 berada pada kisaran 69,17%,
sedangkan penduduk usia muda (0-14) tahun berada pada kisaran 22,53%, dan
untuk penduduk usia tua (65 tahun ke atas) persentasenya sebesar 8,29%,
sehingga bila ditinjau dari struktur umur, penduduk Kabupaten Bondowoso
memiliki struktur penduduk tua, karena persentase penduduk usia muda dibawah
30%, serta persentase penduduk usia produktif lebih dari 60%. Ciri struktur umur
penduduk Kabupaten Bondowoso ini memberi konsekuensi bahwa penyediaan
dan perluasan lapangan pekerjaan sangat penting mengingat pada struktur umur
ini tingkat produktifitas penduduk sangat tinggi.

Mayoritas penduduk Kabupaten Bondowoso memeluk agama Islam yang hidup


dalam suasana harmonis dan saling menghormati baik antar etnis maupun antar
pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat. Pada tahun 2012, komposisi
penduduk berdasarkan pemeluk agama sebagai berikut : Islam mencapai 99%,
Protestan (0,49%), Katholik (0,33%), Hindu (0,03%), Budha (0,04%) dan
Konghucu (0,002%).

Kebudayaan sosial masyarakat bondowoso, terdapat lima suku atau etnis di


Kabupaten Bondowoso. Mayoritas dari Madura. Minoritas lainnya adalah
minoritas non pribumi, yakni suku India, Arab, dan Cina yang terdapat di ibu kota

9
kabupaten. Umumnya dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Jawa
(dialek Surabaya) bercampur bahasa Madura. Bahkan hampir dua pertiga
penduduk Bondowoso tidak bisa berbahasa Jawa sama sekali dan hanya berbahasa
Madura.

1.4.2 Kondisi Ekonomi


1.4.2.1 Pendapatan dan Belanja Daerah
1. Pendapatan Daerah
Profil realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso tahun 2008 - 2012 dan
rata-rata pertumbuhannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.6
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008-2012

Secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah selama kurun waktu lima tahun
mengalami peningkatan sebesar 82,91% dari Rp.586.839.725.157,00 pada tahun
2008 menjadi Rp.1.073.390.149.430,73 pada tahun 2012 dengan rata-rata
pertumbuhan pendapatan sebesar 15,67%.

Realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun 2012 mencapai


Rp.1.073.390.149.430,73, jauh melebihi target yang direncanakan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bondowoso Tahun
2009-2013. Pendapatan daerah dalam RPJMD diestimasi mencapai
Rp.664.411.691.672,00 pada tahun 2012 sehingga apabila dibandingkan dengan

10
realisasi penerimaan pendapatan daerah pada tahun 2012 terealisasi sebesar
157,61% dari target RPJMD.

PAD sebagai bagian dari komponen pendapatan daerah walaupun hanya memiliki
tingkat kontribusi berkisar antara 5%-7% terhadap pendapatan daerah tetapi setiap
tahun cenderung mengalami kenaikan.

Realisasi PAD pada tahun 2008 sebesar Rp.35.371.877.885,00 meningkat


120,08% menjadi Rp.77.846.177.656,73 pada tahun 2012, dengan pertumbuhan
rata-rata PAD sebesar 21,09%.

Kontribusi penerimaan Dana Perimbangan yang bersumber dari Dana Alokasi


Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) selama
periode 2008-2012 masih sangat dominan yaitu berkisar antara 68,32% sampai
89,15% terhadap pendapatan daerah. DAU memberikan porsi terbesar dalam
menopang pendapatan daerah, yaitu berkisar antara 50% sampai 75%.

Setiap tahun realisasi penerimaan dana perimbangan terus meningkat. Realisasi


penerimaan Dana Perimbangan pada tahun 2008 mencapai
Rp.523.159.205.267,00 dan pada tahun 2012 mencapai Rp.796.616.595.915,00
terjadi peningkatan sebesar 52,27% selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Rata –
rata pertumbuhan Dana Perimbangan setiap tahun mencapai 11,74%.

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan unsur pendapatan daerah yang
sangat bervariasi karena pos ini merupakan kumpulan pendapatan daerah yang
tidak dapat dimasukkan ke dalam pos pendapatan yang lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan perolehannya setiap tahun tergantung kepada
ketersediaan anggaran dari pemerintah pusat dan provinsi. Komponen penyusun
pendapatan ini terdiri dari Hibah, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Dana
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lain, bantuan keuangan dari
pemerintah provinsi dan dana lainnya.

Secara kumulatif lima tahun, pendapatan daerah dari pendapatan lain-lain yang
sah sebesar Rp.751.752.489.630,00. Perolehan Dana Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah pada tahun 2008 terealisasi sebesar Rp.28.308.642.005,00 dan pada
tahun 2012 terealisasi sebesar Rp.198.927.375.859,00 terjadi lonjakan sebesar

11
Rp.170.618.733.854,00 atau meningkat 602,71%, pertumbuhan rata-rata mencapai
70,61%.

2. Belanja Daerah
Selama periode tahun 2008-2012 akumulasi belanja daerah direncanakan sebesar
Rp.4.389.266.756.930,06 dan terserap sebesar Rp.4.097.250.317.844,12 atau
terealisasi 93,35% dari target. Penyerapan anggaran diatas 90,00% per tahun
merupakan realisasi yang optimal untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan.
Realisasi penyerapan anggaran belanja daerah per tahun dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.

Tabel 1.7
Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2008-2012
Tahun Target % Realisasi % Bertambah/Berkurang
2008 667.086.874.976,34 600.953.474.997,44 90,09 -66.133.399.978,90
2009 732.711.883.812,68 705.698.336.447,84 96,31 -27.013.547.364,84
2010 830.993.200.420,68 765.513.977.031,58 92,12 -65.479.223.389,10
2011 1.035.811.127.474,08 950.958.157.445,49 91,81 -84.852.970.028,59
2012 1.122.663.670.246,28 1.074.126.371.921,77 95,68 -48.537.298.324,51
Jumlah 4.389.266.756.930,06 4.097.250.317.844,12 93,35 -292.016.439.085,94
Sedangkan persentase alokasi anggaran Belanja Daerah yang terdiri dari
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung menurut pendekatan urusan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah secara akumulatif selama
periode lima tahun dapat terlihat sebagaimana grafik dibawah ini :

Tabel Grafik 1.8


Presentasi Alokasi Anggaran Belanja Daerah per Urusan Tahun 2008-2012

1.4.3 Mata Pencaharian Penduduk

12
Masalah penyediaan lapangan kerja merupakan suatu masalah yang sangat
kompleks dan sulit untuk diatasi dalam kurun waktu yang singkat. Banyak faktor
yang mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja, diantaranya kualitas sumber
daya manusia belum memenuhi standar yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan
yang tersedia dan lapangan kerja yang tersedia lebih kecil daripada jumlah pencari
kerja. Penyediaan lapangan kerja merupakan tanggung jawab pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha.
Tabel 1.9
Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bondowoso Tahun 2007-2011
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012
No Kondisi 2007 2008 2009 2010 2011
1. Pencarian kerja 10,33 2,659 7,683 3,476 2,987
9
2. Penempatan kerja 1,032 433 1,524 1,638 1,835
3. Penghapusan 5,242 0 0 0 1,732
pencarian kerja
4. Belum ditempatkan 4,065 2,166 6,159 1,838 1,143
5. Permintaan lowongan 1,148 433 674 1,638 4,675
6. Dipenuhi 1,032 433 674 1,638 1,835
7. Penghapusan 218 0 0 0 2,295
lowongan
8. Sisa lowongan 0 0 0 0 545

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa angkatan kerja yang bekerja di


Kabupaten Bondowoso tahun 2007-2011 menunjukkan kecenderungan menurun.
Kualifikasi tingkat pendidikan pencari kerja di Kabupaten Bondowoso secara
rerata antara tahun 2007-2011 masih didominasi oleh tamatan SD sebesar 67%
dan tamatan SMA sebesar 19,12%. Sementara itu untuk tamatan SLTP hanya
sebesar 7,85%, sedangkan tenaga kerja yang menamatkan pendidikan tinggi
(akademi dan sarjana) hanya sebe-sar 6,05%. Kualifikasi dan jumlah pencari kerja
disa-jikan dalam grafik dan berdasarkan lapangan usaha disajikan dalam grafik.

13
Tabel Grafik 1.10
Kualifikasi Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Tingkat Pendidikan
(Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012)

Tabel Grafik 1.11


Pencari Kerja Rerata per Tahun Menurut Lapangan Usaha
(Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012)

Gambar diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang ada di
Kabupaten Bondowoso terserap pada sektor angkutan dan pergudangan sebesar
34,78%, sedangkan sektor lain-lain sebesar 18,72%, jasa kemasyarakatan, sosial
dan perorangan sebesar 18,32%, pertanian masih me-nyerap tenaga kerja sebesar
10,17%, industri pen-golahan sebesar 5,92%, konstruksi dan bangunan sebesar
4,73%, perdagangan dana rumah makan sebesar 4,06%, pertambangan dan
penggalian sebesar 3,28%; sedangkan sektor asuransi dan listrik, gas dan air
minum belum secara signifikan me-nyerap tenaga kerja.
Pergeseran perekonomian daerah dari sektor primer ke arah sektor sekunder dan

14
tersier, berdam-pak pada pola pencaharian masyarakat yang beralih ke sektor
sekunder, tetapi sebagian besar masih bekerja di sektor pertanian. Mata
pencaharian pen-duduk yang bekerja di sektor pertanian (60,00%), perdagangan
(14,59%), industri (8,79%), jasa kema-syarakatan (7,71%), angkutan (4,94%),
konstruksi (3,03%), pertambangan dan penggalian (0,51%), dan lainnya (0,43%).
Secara rinci sebagaimana tabel beikut ini:
Tabel 1.12
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, data diolah, 2012
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1. Pertanian 223.384
2. Industri 23.554
3. Perdagangan 53.923
4. Jasa 28.568
Kemasyarakatan
5. Angkutan 18.518
6. Konstruksi 11.132
7. Pertambangan, 1.265
penggalian
8. Lain lain 1.265
Jumlah 370.454

1.4.4 Iklim
Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang sejuk berkisar 20,40C – 25,90C
dengan suhu rata-rata 25,70C, karena berada diantara pegunungan Kendeng Utara
dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur
serta kaki pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung
Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat
Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.
Curah hujan rata-rata di Kabupaten Bondowoso sebesar 6.475 mm/tahun dengan
lama hujan 9 hari per bulan, dimana curah hujan minimum sebesar 1.622 mm
terjadi pada bulan Juni dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari
sebesar 13.102 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Oktober dan
musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai Mei. Akan tetapi bulan
April, September dan Oktober merupakan bulan peralihan musim, sehingga
walaupun terjadi hujan tetapi relatif kecil.
Table 1.13

15
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Bondowoso, 2018.
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso)
Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan
Januari 8.607 383
Februari 11.914 649
Maret 7.389 396
April 2.714 174
Mei 1.514 69
Juni 565 37
Juli 177 16
Agustus 14 3
September 516 27
Oktober 414 30
November 3.908 242
Desember 5.467 358

1.4.5 Topografi
Keadaan topografi wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan yang
bervariasi dengan 44,4% wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan,
30,7% merupakan dataran rendah, dan 24,9% merupakan dataran tinggi. Ditinjau
dari ketinggiannya, Kabupaten Bondowoso rata – rata berada pada posisi 253
mdpl (diatas permukaan laut) dengan puncak tertinggi 3.287 mdpl (kecamatan
sempol dan Sukosari) dan terendah 73 mdpl (Kecamatan Cermee dan Prajekan).

16
Gambar 1.2
Peta Kondisi Topografi Kabupaten Bondowoso

Hamparan tersebut dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kendeng Utara dengan


puncak Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung Widodaren disebelah Timur,
Pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Kilap dan
Gunung Krincing di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Utara terdapat Gunung
Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Kondisi permukaan tanah
bervariasi namun sebagian besar memiliki derajat kemiringan cukup tinggi
sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 1.14
Keadaan Topografi Kabupaten Bondowoso
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012
No Lereng Luas
Km2 %
1. Datar (0-2%) 190,83 12,23
2. Landai (2-15%) 268,17 36,42
3. Agak Curam (15-40%) 304,70 19,53
4. Sangat Curam (>40%) 496,40 31,82
Jumlah 1.560,10 100,00

Secara rinci luasan dan ketinggian wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.15

17
Ketinggian Tempat Kabupaten Bondowoso
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012
No Ketinggian Luas
Km2 %
1. 0-100 m 50,94 3,27
2. 100-500 m 766,23 49,11
3. 500-1000 m 308,10 19,75
4. >1000 m 434,83 27,87
Jumlah 1.560,10 100,00
Daerah terluas berada pada ketinggian 100-500 m dpl, dengan 49,11 % dari
keseluruhan luas, daerah tersempit berada pada ketinggian 0 – 100 m dpl.

1.4.6 Tata Guna Lahan dan Infrastruktur


Pola penggunaan tanah untuk sawah beririgasi seluas 323,56 km2 atau 20,74%
luas wilayah, luas lahan kering sebesar 432,77 km2 (27,74%), sehingga luas areal
potensial yang sudah digunakan untuk kegiatan produktif dalam pengembangan
pertanian seluas 756,33 km2 atau 48,48% dari luas wilayah Kabupaten
Bondowoso, sementara seluas 558,05 km2 atau 35,77% merupakan kawasan
hutan (hutan sejenis, semak belukar dan rimba). Rincian pola penggunaan lahan di
Kabupaten Bondowoso tersaji dalam tabel.
Tabel 1.16
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah (Ha) Tahun 2008-2012
Sumber: Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2008-2012
No. Jenis Penggunaan 2008 2009 2010 2011 2012
1. Permukiman 7.305,96 7.314,89 7.323,40 7.326,59 7.330,25
2. Industri 26,26 27,58 27,58 27,58 27,94
3. Persawahan Irigasi 32.374,04 32.364,51 32.357,22 32.354,23 32.351,25
4. Tanah Kering 43.160,84 43.160,12 43.158,90 43.158,700 43.158,81
5. Kebun Campur 296,06 296,06 296,06 296,06 296,06
6. Perkebunan 8.857,26 8.857,26 8.858,26 8.858,26 8.858,26
7. Hutan 55.810,75 55.810,75 55.810,75 55.810,75 55.810,75
8. Rawa/danau/ waduk 52,00 52,00 52,00 52,00 52,00
9. Padang rumput/ tanah 3.185,45 3.185,45 3.185,45 3.185,45 3.185,45
kosong
10. Sungai/saluran irigasi 767,20 767,20 767,20 767,20 767,20
11. Jalan darat 773,67 773,67 773,67 773,67 773,67
12. Tanah tandus/rusak 3.399,36 3.399,36 3.399,36 3.399,36 3.399,36
13. Lain-lain 1,15 1,15 1,15 1,15 -
Jumlah 156.010,00 156.010,00 156.010,00 156.010,00 156.010,00

Tabel Grafik 1.17


Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan (Km2)

18
(Sumber: Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2012)

Gambar 1.3
Peta Penggunaan Lahan

1.4.7 Gambaran Geohidrologi


Kabupaten Bondowoso memiliki 3 buah sungai dimana untuk sungai terpanjang
yaitu sungai Sampean. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Bondowoso
merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam,
berkelok putus, cagar alam bersifat tetap, selain sungai sampean di Kabupaten
Bondowoso juga terdapat sungai Deluweng yang mengalir dari kecamatan Pakem
dan Kecamatan Wringin dan sungai Kalipait yang terdapar di Kecamatan Sempol.

19
Terdapat banyak sungai yang membelah Kabupaten Bondowoso menjadi dua
bagian yaitu dataran dan pegunungan sebelah Timur dan dataran serta
pegunungan sebelah barat. Sungai Sampean ini berhulu di sebelah selatan yaitu di
wilayah Kecamatan Maesan dan bermuara di sebelah utara yaitu wilayah
Kabupaten Situbondo. Di tengah-tengah Sungai Sampean ini tepatnya di antara
batas wilayah antara Kecamatan Klabang di Kecamatan Tapen Kabupaten
Bondowoso terdapat bendungan yang cukup besar yaitu Bendungan Sampean
Baru.

Sumber air dari Sungai Sampean ditunjang dari sungai-sungai kecil yang lain,
sungai-sungai kecil tersebut bermuara di Sungai Sampean, oleh karena itu debit
Sungai Sampean juga tergantung dari sungai-sungai kecil tersebut. Sungai-sungai
kecil tersebut antara lain : Sungai Bluncong, Taal, Telogo, Gunung piring,
Klampokan, Pakisan dan lain-lain. Pada sungai-sungai kecil tersebut di buat
bendungan atau dam kecil yang jumlahnya mencapai ± 48 buah.

Di samping sungai-sungai tersebut tata air/hidrologi di Kabupaten Bondowoso


didukung juga dengan adanya mata air yang berjuimlah ± 126 buah. Saluran Dam
Sampean Baru memanjang dari Kecamatan Tapen sampai Kecamatan Cerme ±
23,197 Km. Di Kabupaten Bondowoso juga terdapat sumber mata air mineral (air
panas) sebanyak tiga buah yang terletak di Kecamatan Sempol.

1.5 Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan Kegiatan eksplorasi dilakukan dari persiapan sampai pembuatan
laporan berlangsung kurang lebih selama 3 (Tiga) bulan seperti pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1.18
Serangkaian Kegiatan Eksplorasi
N Uraian Pekerjaan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan dan
mobilisasi alat
2. Survei Topografi
dan Geologi
3. Pemetaan singkapan
4. Pemboran
5. Perhitungan
cadangan
6. Analisis Data

20
7. Pembuatan Laporan

Namun sebelum kegiatan eksplorasi berlangsung perlu diperhatikan yaitu kondisi


lapangan sekitar daerah penelitian dapat dilihat dari peta geologi regional daerah
penyelidikan karena akan berpengaruh dalam perencanaan kegiatan selama
eksplorasi sampai penambangan.

1.6 Metoda dan Peralatan


Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan
tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya
tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga
untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas, kuantitas, dan jumlah cadangan serta
cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang
tenaga dan modal. Sebelum melakukan eksplorasi yaitu perlu untuk melakukan
persiapan berupa mempelajari lokasi daerah eksplorasi dan mempersiapkan
peralatan yang akan diperlukan dalam kegiatan eksplorasi. Berikut adalah metode
yang digunakan serta peralatan yang dibutuhkan.
1. Survey Geologi
Mencakup pemetaan terhadap penyebaran jenis dan kondisi batuan baik secara
vertical atau lenteranya. Pemetaan geologi dilakukan dengan penjelajahan
medan dan pengambilan contoh atau sampling. Pendekatan geologi digunakan
untuk merekrontruksi kondisi sejarah geologi guna pendugaan keterdapatan
dari bahan galian pasir dan batu (sirtu).

Sedangkan untuk mengetahui hubungan vertical dari batuan yang ada didaerah
penyelidikan dilakukan pengamatan singkapan, pengamatan parit uji dan
sumur uji untuk mengetahui singkapan batuan segar (fresh rock). Untuk
melaksanakan pekerjaan ini dibutuhkan beberapa peralatan lapangan sebagai
berikut :
a. Peta dasar, berupa peta RBI skala 1 : 25.000
b. Peta Geologi Lembar Bondowoso (skala 1 : 100.000)
c. Palu Geologi
d. Kompas Geologi
e. GPS, Germin (seri 76CSx)

21
f. Lup (perbesaran 10x dan 20x) merk Triplet
g. Larutan HCI 0,1 M
h. Kamera digital
i. Kantong sampel
j. Meteran ukur
k. Alat tulis
l. Computer (PC dan Laptop) dan Printer

Hasil dari pemetaan geologi ini adalah peta geologi detil yang memuat
informasi jenis, sebaran dan karakteristik batuan baik secara lateran ataupun
vertikalnya dengan skala 1 : 25.000 pada skala lokal dan skala 1 : 10.000 – 1 :
5.000 pada skala detil pada beberapa lokasi prospek yang akan diusulkan untuk
ditambang/layak tambang.

2. Penelitian Geofisika
Penelitian Geofisika akan dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah
permukaan dan perencanaan pengeboran inti. Metode geofisika (geolistrik,
seismic, induksi polarisasi, dsb) yang akan dilakukan akan disesuaikan
berdasarkan kondisi medan dan penyelidikan geologi detil.

3. Pemboran inti (core drilling)

Pemboran inti dilakukan untuk mengetahui jenis dan sebaran batuan di bawah
permukaan secara langsung. Hasil log pemboran inti juga digunakan untuk
mengetahui karakteristik bahan galian yang ada menyangkut antara lain:
a. Kekerasan dan kekompakan batuan yang ada di bawah permukaan.
b. Tingkat keterusan batuan/ahan galian yang ada.
c. Kualitas dan kuantitas bahan galian.
d. Batas air tanah yang ada.

Pemboran inti dilakukan setelah analisa dan model keterdapatan batuan (pasir
dan batu) pada lokasi tersebut telah dapat diketahui, yaitu berdasarkan analisa
dari tahapan kegiatan eksplorasi sebelumnya. Pemboran inti bertujuan untuk
mencari pembuktian kondisi bawah permukaan yaitu dengan mengambil
contoh batuan dengan metode coring.

22
Hasil lapangan yang diharapkan dari pemboran inti adalah data log bawah
permukaan serta contoh batuan. Peralatan lapangan yang di gunakan :
a. Mesin bor (rotary drilling) dan perlengkapannya
b. Generator atau mesin diesel
c. Tangki air 1000 liter dan selang air
Hasil lapangan yang diharapkan dari pemboran inti adalah data log bawah
permukaan serta inti batuan yang akan disimpan dalam core box.

Selain pemboran inti untuk mendukung pendugaan bawah permukaan


dilakukan pembuatan parit uji/test pit untuk mengetahui singkapan batuan
segar (fresh rock). Sesuai dengan kepentingan eklporasi, galian tanah dari perit
uji akan dikembalikan seperti semua, agar tida menimbulkan kerusakan lahan
pada lokasi pemboran.

4. Perhitungan cadangan
Cadangan dihitung dengan menggunakan pendekatan teknis, yatu
memperhitungkan ketebalan sirtu yang dapat diambil berdasarkan pada batas
dan rencana bentuk akhir tambang.

1.7 Pelaksana
Daftar Tenaga Ahli dalam kegiatan Eksplorasi:
Tabel 1.19
Daftar Tenaga Ahli dalam kegiatan Eksplorasi
N Keahlian Nama
o
1. Project Manager Illa Firda Anggraini S.T, S.Ds, M.T
2. Ahli Geologi Abidulloh Rozak S.T, M.T
3. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Pengelolaan Rizki Ardhi Wiwaha S.T, M.T
Lingkungan
4. Ahli Lingkungan Cahyadi Kamal S.T, M.T
5. Ahli Pemboran Rinaldhie Guntur Darmansyah S.T, MT
6. Design Engineer Andyel Chaeza S.T, M.T
7. Pemetaan Eka Rizky Ramadhani S.T, M.T
8. Operator Alat Berat Yophi Kombongkila
9. Pengambil Semua Data Alfian Maulana
S.T, M.T
10 Pengelolaan Lingkungan Daniel Mahmud
. S.T, M.T
11 Pemboran Fahmi A Said S.T, M.T

23
.

BAB II

GEOLOGI

2. 1 Geologi Regional
Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten dalam Propinsi Jawa Timur
yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Dikenal dengan sebutan daerah tapal
kuda. Ibukotanya adalah Bondowoso. Kabupaten Bondowoso memiliki luas
wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis berada pada koordinat antara
113°48′10″ – 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ – 7°56′41″ LS.

Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 oC –
25,10 oC, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya
Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki
pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan
Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas
Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.

Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun
berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang
menghubungkan antar propinsi. Bondowoso juga tidak memiliki lautan. Ini yang
menyebabkan Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan kabupaten
lainnya di Jawa Timur.

Secara geografis, Kabupaten Bondowoso mempunyai batas-batas wilayah sebagai


berikut :
1. Sebelah utara : Kabupaten Situbondo
2. Sebelah timur : Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi
3. Sebelah selatan : Kabupaten Jember
4. Sebelah barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo

24
Gambar 2.4
Peta Kabupaten Bondowoso

Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah sebagai berikut:


1. Wilayah barat merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Iyang),
2. Wilayah bagian tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang
3. Wilayah bagian timur berupa pegunungan (bagian dari Dataran Tinggi
Ijen).

Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak


memiliki garis pantai.

Berdasarkan tinjauan geologis di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan,


yaitu hasil dari:
1. gunung api kwarter 21,6%
2. gunung api kwarter muda 62,8%
3. batuan lensit 5,6%
4. alluvium 8,5%
5. miasem jasies sedimen 1,5%.

Untuk jenis tanahnya 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung
berdebu dan lempung liat berpasir; dan 3,1% bertekstur kasar yang meliputi

25
pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan tinjauan geologi, topografi, jenis tanah
dan pola pemanfaatan lahan, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki
karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya bencana alam,
khususnya banjir dan longsor.

Kabupaten Bondowoso merupakan rangkaian zona fisiografis gunung api kuarter


yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan
Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil aktifitas
gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain (Recent
Volcanic Formation).

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki jenis tanah Regosol


yaitu seluas 78.286 Ha yang tersebar di 23 Kecamatan. Jenis tanah ini luasan
terbesar terdapat di Kecamatan Tlogosari mencapai seluas 11.092 Ha. Tanah
regosol merupakan tanah berbutir kasar berasal dari material vulkanik gunung
berapi yang mengendap berupa abu dan pasir vulkanik yang merupakan areal
pertanaman padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.

Sedangkan jenis tanah Andosol 32.859 Ha tersebar di 10 Kecamatan dengan


luasan terbesar terdapat di Kecamatan Sempol seluas 16.811 Ha, vegetasi yang
tumbuh berupa tanaman hutan bambu, dan rumput.

Untuk jenis tanah Mediteran terdapat seluas 11.230 Ha tersebar di Kecamatan


Tapen, Wringin, Tegalampel, Taman Krocok, Klabang, Botolinggo, Prajekan dan
Cermee. Tanah mediteran berwarna antara merah sampai kecoklatan yang
merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Jenis tanah
mediteran merupakan bagian lahan subur di daerah kapur daripada jenis tanah
kapur yang lainnya. Tanaman yang tumbuh berupa palawija, jati, tembakau, dan
jambu mente.

Jenis tanah Gromosol terdapat seluas 510 Ha hanya di wilayah Kecamatan


Cermee. Gromosol adalah jenis tanah berwarna kelabu hitam berbentuk material
halus berlempung. Jenis tanah ini bersifat subur dan merupakan areal pertanaman
padi, jagung, kedelai, tebu, tembakau, dan jati.

26
Jenis tanah Litosol terdapat di Kecamatan Curahdami (1.800 Ha), Pakem (1.950
Ha) dan Klabang (1.150 Ha), Jenis tanah ini berbatu-batu dan berupa areal
pertanaman rumput ternak, palawija, dan tanaman keras.

Sedangkan untuk jenis tanah Latosol tersebar di 12 Kecamatan, total seluas


28.224 Ha yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Grujugan, Klabang,
Cermee dan Sumber Wringin. Jenis tanah ini berwarna merah hingga kuning,
sehingga sering disebut tanah merah, banyak mengandung zat besi dan aluminium
dengan kandungan bahan organik yang rendah sampai sedang dan pH berkisar
antara 4,5-5,5. Areal pertanaman yang ada berupa padi, palawija, sayuran, buah-
buahan, dan kopi.

2.1.1 Geomorfologi
Geomorfologi merupakan kajian tentang bentuk lahan yang mencakup genesis,
perkembangan serta hubungan dengan lingkungannya. Genesis bentuk lahan
ditentukan oleh proses endogen dan struktur geologi. Perkembangan bentuk lahan
terjadi karena adanya proses eksogen yang meliputi pelapukan, erosi, abrasi,
gerakan massa tanah dan batuan, banjir dan sedimentasi. Proses eksogen tersebut
dipengaruhi oleh agensia iklim, gelombang laut, grafitasi bumi dan biologi
termasuk kegiatan manusia. Sedangkan hubungan bentuk lahan dengan faktor
lingkungan meliputi pengaruh bentuk lahan terhadap kondisi tanah, tata air dan
aktivitas kehidupan manusia seperti aktifitas dalam bidang pertanian, pemukiman,
pertambangan dan industri.

Geomorfologi daerah penelitian berupa perbukitan dan lembahan dengan


perbedaan ketinggian yang cukup tajam. Hal tersebut sangat dikontrol oleh
kondisi struktur dan litologinya. Berdasarkan pengamatan terhadap bentukan dan
kondisi geologinya (Lobeck, 1939), daerah penelitian di bagi ke dalam empat
satuan geomorfologi, yaitu:
1) Satuan Perbukitan Vulkanik
2) Satuan Perbukitan Lipatan
3) Satuan Lembah Vulkanik
4) Satuan Lembah Alluvial

Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri atas

27
1. Pegunungan dan perbukitan seluas 44,4 %
2. Dataran tinggi 24,9 %
3. Dataran rendah 30,7 % dari luas wilayah keseluruhan.

Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian antara 78-2.300 meter dpl,


dengan rincian 3,27% berada pada ketinggian di bawah 100 m dpl, 49,11%
berada pada ketinggian antara 100 – 500 m dpl, 19,75% pada ketinggian antara
500 – 1.000 m dpl dan 27,87% berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl.

Menurut klasifikasi topografis wilayah, kelerengan Kabupaten Bondowoso


bervariasi. Datar dengan kemiringan 0-2 % seluas 190,83 km2, landai (3-15%)
seluas 568,17 km2, agak curam (16-40%) seluas 304,70 km2 dan sangat curam di
atas 40% seluas 496,40 km2.

2.1.2 Litologi
Penyebarannya jenis tanah Kabupaten Bondowoso digolongkan atas 13 bagian,
yaitu :
1. Kompleks Andosol Coklat kekuningan
2. Kompleks Asos, Andosol coklat dan regosol kelabu
3. Kompleks Asos, Andosol Kelabu dan Regosol kelabu
4. Asos, Litosol dan Latosol Coklat Kemerahan
5. Gromosol kelabu
6. Komplek Mediteran Grumosol,Regosol dan litosol
7. Komplek Regosol dan litosol
8. Komplek Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol
9. Komplek mediteran Coklat dan litosol
10. Komplek Regosol dan litosol
11. Latosol Coklat kemerahan
12. Regosol Coklat
13. Regosol Coklat kelabu

28
Tabel 2.20
Luas Wilayah (Km²) Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kab. Bondowoso
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka Tahun 2006

2.1.3 Struktur
Kabupaten Bondowoso merupakan bagian dari antiklinorium Rembang dengan
sumbu antiklin dan sinklin umumnya berarah barat-timur dan barat laut-tenggara.
Sesar yang ada umumnya berarah barat daya-timur laut dan barat laut-tenggara.
Mendala Rembang di daerah Maesan Bondowoso mengalami perlipatan dan
persesaran. Sumbu-sumbu lipatan berarah barat laut - tenggara, sedangkan sesar
berarah timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara. Selain itu, terbentuk pula
lipatan berarah timur – barat, antara timur - timur laut, antara barat - barat daya,
utara – selatan, barat - barat laut, dan timur - tenggara. Demikian pula sesar yang
terbentuk mempunyai arah yang bervariasi. Kemiringan perlapisan batuan
penyusuan berkisar antara 10o – 60o. Struktur lipatan yang penting antara lain
adalah
1) Antiklin Lodan, Antiklin Lodan terdapat pada bagian utara dimana sumbunya
melalui Desa Lodan berarah barat-timur dengan panjang lebih kurang 38 km

29
mulai dari Ngandang (Jawa Tengah) sampai Cakrawati (Kecamatan
Tambakboyo, Maesan Bondowoso). Antiklin ini berkembang pada Formasi
Tawun, Anggota Ngrayong, Formasi Bulu, dan Formasi Wonocolo. Sudut
kemiringan lapisan batuannya ke arah utara dan selatan hampir sama, yaitu
antara 100-200 dan tergolong dalam lipatan terbuka dan setangkup.

2) Alaskembang, Antiklin Alas kembang berarah Barat – Timur, sepanjang 32


kilometer, melewati daerah Alaskembang sampai Gunung Gesikan. Antiklin
Alaskembang terdapat di bagian tengah dengan sumbu berarah barat-timur
mulai dari Desa Alaskembang sampai ke daerah G. Gesikan. Antiklin ini
berkembang pada Anggota Ngrayong, Formasi Bulu, Wonocolo dan Leclok. Di
daerah Gesikan ditutupi oleh Formasi Paciran. Panjang sumbunya kurang lebih
32 km, dengan sudut kemiringan lapisan sayap utara berkisar antara 300-650
sedangkan sayap selatan berkisar antara 250-350.
3) Sentul, Antiklin Sentul terletak pada bagian tengah dengan sumbu memanjang
pada arah barat-timur mulai dari daerah G. Sentul sampai ke daerah G.
Watutelo, berkembang pada Anggota Ngrayong, Formasi Bulu dan Wonocolo.
Sudut kemiringan lapisan sayap utara besarnya 150 dan relatif lebih kecil
dengan kemiringan lapisan sayap selatan yang besarnya berkisar antara 250-
350.
4) Jamprong, Antiklin Jamprong ditemukan pada bagian Barat Daya Kabupaten
Maesan Bondowoso dengan sumbu berarah relatif barat-timur melalui Desa
Jamprong dan menunjam ke daerah G. Tewu. Antiklin ini berkembang
Anggota Ngrayong dan Formasi Bulu dengan sudut kemiringan lapisan batuan
pada sayap utara sebesar 100, relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan
kemiringan lapisan batuan di sayap selatan yaitu sebesar 200-300.

Selain antiklin tersebut di atas masih ada beberapa antiklin lainnya yang
berukuran kecil seperti yang dijumpai di daerah Sambangrejo dan Gempol yang
memotong K. Klero di daerah Semanding dan disebelah tenggara G. Kebondo dan
G. Sangit.

Sesar yang dijumpai di Kabupaten Bondowoso adalah sesar naik, sesar normal
dan sesar geser jurus. Sesar naik berarah relatif barat - timur, jurus sesar normal

30
dan sesar geser jurus umumnya berarah barat daya - timur laut dan sebagian barat
laut - tenggara.
1) Sesar normal Mliwang yang berarah timur laut - barat daya melalui daerah
Bugang melewati Mliwang sampai di Gesikan. Bagian yang terletak di sebelah
utara bergerak relatif naik bila dibandingkan dengan bagian sebelah selatan.
Batuan yang tersesarkan meliputi batu gamping dari Formasi Paciran, dan batu
pasir kuarsa yang berselingan dengan batu gamping dan batu lempung dari
Anggota Ngrayong Formasi Maesan Bondowoso.
2) Sesar normal G. Nalaffla berarah timur laut - barat daya mulai dari G. Nalatita
sampai di Kebonduren. Bagian yang terletak disebelah utara bergerak relatif
naik bila dibandingkan dengan bagian yang terletak disebelah selatan.
Sedangkan batuan yang tersesarkan meliputi napal pasiran berselingan dengan
batugamping pasiran dari Formasi Wonocolo dan batunapal, batulempung
lanauan dan batugamping napalan dari Formasi Mundu.
3) Sesar geser Jeladra, sesar ini berarah barat laut - tenggara memotong K.
Jeladra dan antiklin Jamprong. Secara berderet dengan arah yang sama juga
dijumpai sesar Sokogunung dan Ngasem. Batuan-batuan yang tersesarkan
terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran dari
Formasi Wonocolo, batugamping pasiran dengan sisipan batunapal pasiran
dari Formasi Bulu serta batupasir kuarsa berselingan batugamping dan
batulempung dari Anggota Ngrayong, Formasi Maesan Bondowoso.
4) Sesar geser Tawiwiyah - Nguluan, berarah barat laut - tenggara mulai dari
kawasan pebukitan di Tawiwiyah sampai di perbukitan sebelah barat Nguluan.
Batuan yang tersesarkan berupa batugamping dari formasi Paciran, batupasir
berselingan dengan batugamping dan batulempung dari Anggota Ngrayong
Formasi Maesan Bondowoso.
5) Sesar geser Lodan Wetan, berarah barat laut - tenggara melalui Lodan Wetan,
batuan yang tersesarkan berupa batupasir kuarsa dari Anggota Ngrayong
Formasi Maesan Bondowoso, napal pasiran berselingan dengan batugamping
pasiran Formasi Wonocolo dan napal pasiran berselingan dengan batugamping
bioklastik dari Anggota Tawun Formasi Maesan Bondowoso.

2.2 Penyelidik dan Hasil Penyelidikan Terdahulu

31
2.2.1 Nama Instansi atau Organisasi
Nama Perusahaan : PT. Ekareza Atawolo

Desa Tanah Wulan Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Jawa Timur


memiliki potensi sumberdaya feldspar yang layak dan ekonomis untuk ditambang
sehingga pihak perusahaan memutuskan untuk melakukan serangkaian kegiatan
penyelidikan kelokasi dan melakukan penambangan pada daerah tersebut.

2.2.2 Rekapitulasi Kegiatan Eksplorasi yang Dilakukan


Dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada eksplorasi secara langsung
kegiatan langsung dilapangan yang dimulai dari pemetaan dan pemboran serta
pengambilan sample. Pemetaan yang dilakukaan terbagi atas pemetaan topografi
dan pemetaan geologi. Pemetaan topografi untuk mengetahui tampak permukaan
dari daerah penyelidikan. Sedangkan pemetaan geologi dilakukan untuk
mengetahui sebaran, litologi, struktur dan kualitas bahan galian dengan
dilakukannya pemboran.

Adapun kegiatan untuk mendapatkan sumberdaya dengan tingkat keyakinan


geologi antara 25-40%. Dalam hal ini untuk mendapatkannya dilakukan survey
tinjau, studi literatur, pemetaan topografi, pemetaan morfologi, dan pemetaan
singkapan.

2.2.3 Geomorfologi
Geomorfologi daerah Kecamatan Maesan Bondowoso pada penelitian berupa
kawasan perbukitan, lembahan dengan perbedaan ketinggian yang cukup tajam
dan daerah persawahan. Daerah penelitian di bagi ke dalam empat satuan
geomorfologi, yaitu: Satuan Perbukitan Vulkanik, Satuan Perbukitan Lipatan,
Satuan Lembah Vulkanik, dan Satuan Lembah Alluvial.

32
Tabel 2.21

Peta Geomorfologi

2.2.4 Litologi dan Stratigrafi


Berdasarkan kesebandingan litologi terhadap ciri formasi dalam stratigrafi
regional Zona Rembang, stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda termasuk
ke dalam Formasi Tawun, Anggota Ngrayong Formasi Tawun, Formasi Bulu,
Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, Formasi Mundu, dan Endapan Aluvium
Undak Solo.

Litologi satuan batuan ini di lapangan bersusunan Feldspar dan basalt


terpropilitkan, terlipat dan terkekarkan sangat kuat. Breksi menunjukan kemas
terbuka dan terpilah buruk. Lava berwarna hitam-coklat, berstruktur bantal dan
banyak mengandung urat kuarsa dan kalsit. Tuf terdiri dari tuf abu sampai tuf sela

33
berlapis baik dan setempat berubah secara berangsur menjadi tuf breksi. Secara
megaskopis, breksi berwarna abu-abu kecolatan, terdiri dari fragmen batuan beku
dan batuan sedimen, bentuk butir menyudut sampai menyudut tanggung, dengan
ukuran fragmen 2-27 cm, pemilahan buruk, kemas terbuka, massa dasar tersusun
oleh pasir halus hingga pasir sangat kasar dengan semen oksida besi.

2.2.5 Struktur
Struktur geologi yang dimiliki Kabupaten Maesan Bondowoso adalah bagian dari
antiklinorium Rembang dengan sumbu antiklin dan sinklin umumnya berarah
barat-timur dan barat laut-tenggara. Sesar yang ada umumnya berarah barat daya-
timur laut dan barat laut-tenggara. Mendala Rembang di daerah Maesan
Bondowoso mengalami perlipatan dan persesaran.

2.2.6 Alterasi
Terjadi akibat pengaruh hidrotermal, proses ini berlangsung akibat adanya proses
injeksi larutan hidrotermal yang bersifat asam merembes melalui celah celah
rakahan pada batuan yang dilaluinya sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi
antar larutan tersebut dengan batuan itu.

Pada saat reaksi berlangsung ,komposisi larutan hidrotermal tersebut menjadi


berubah .Unsur unsure alkali akan dibawa kearah luar ,sehingga selama proses ini
berlangsung akan terjadi daerah atau zona yang berkembang dari asam ke basa
dan pada umumnya berbentuk melingkar sepanjang rekahan dimana larutan itu
menginjeksi.

2.2.7 Sumber Daya


Dalam konteks ini sumberdaya (Resource) baik itu mineral dan batubara, menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) sumberdaya adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

Salah satu tahapan dalam melakukan perencanaan tambang adalah melakukan


penghitungan sumber daya dan cadangan. Untuk setiap blok atau lubang dalam
bijih harus dihitung kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan menggunakan

34
data hasil perhitungan cadangan maka rencana produksi dapat dibuat. Pada
kegiatan ini dari data-data eksplorasi dilakukan perhitungan sumberdaya dan
cadangan. Perhitungan yang dilakukan oleh PT. Ekareza Atawolo berdasarkan
atau didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 13-6606-2001
Tentang tatacara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian.

35
BAB III

KEGIATAN PENYELIDIKAN

3.1. Penyelidikan Sebelum Lapangan


Sebelum dilakukannya kegiatan pengamatan langsung di lapangan, studi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengusahaan pertambangan didaerah
penelitian perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
mengenai kondisi geologi seperti potensi komoditas tambang dan gambaran
geometri bahan tambang,dan faktor pendukung lainnyaseperti akses jalan dan
kondisi lingkungan di daerah penelitian. Studi ini dilakukan dengan cara mencari
literature atau informasi baik pada berbagai media komunikasi yang berkaitan
dengan daerah penelitian. Beberapa sumber yang dijadikan acuan dalam
penyelidikan sebelum lapangan ini antaralain:
1. Peta Geologi Regional Lembar Jember
2. Peta Rupa Bumi Indonesia, skala
3. Dokumen dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso
Berdasarkan studi yang dilakukan, diketahui bahwa kegiatan
pertambangan sudah cukup banyak dilakukan disekitar lokasi penelitian. Potensi
komoditas tambang yang banyak terdapat di sekitar daerah penelitian adalah
batuan hasil esktruksi magma dengan pelemparan yang luas dan ketebalan
yangcukup baik. Berdasarkan citra satelit, akses menuju lokasi penelitian sudah
cukup baik dengan adanya jalan aspal dari jalan raya utama hingga jalan desa
lokasi penelitian dan jalan tanah yang cukup lebar untuk menuju lokasi
penambangan. Lahan disekitar daerah penelitian dimanfaatkan oleh warga sebagai
lahan perkebunan.

36
3.2. Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan terbagi menjadi 3 yaitu pemetaan geologi, pemetaan
topografi, dan penyelidikan lainnya.
3.2.1 Pemetaan Geologi
Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah
atau wilayah atau kawasan dengan tingkat kualitas yang bergantung pada skala
peta yang digunakan. Peta geologi ini menggambarkan informasi sebaran dan
jenis serta sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi, serta
potensi sumber daya mineral dan energi yang disajikan dalam bentuk gambar
dengan warna, simbol dan corak, atau gabungan dari ketiganya (Kepmen. ESDM
No. 1452 K /10/ MEM/2000). Peta geologi harus di lengkapi dengan simbol peta,
istilah, keterangan peta, penyajian peta, penerbitan, spesifikasi, dan ukuran lembar
peta yang sesuai dengan hasil pembakuan standar nasional indonesia (SNI) No.13-
4691-1998.
Pemetaan geologi dilakukan dengan cara pemboran dan pengambilan sample
batuan guna lebih dalam mengamati litologi (jenisbatuan), stratigrafi dan struktur
geologi yang ada di daerah penelitian. Litologi diamati bagaimana pelamparannya
baik secara vertical maupun horizontal. Beberapa titik pengamatan diambil di
daerah penelitian yang memiliki singkapan batuan dengan dimensi yangcukup
untuk dapat memberikan gambaran mengenai jenis litologi, variasi litologi, dan
dimensi dari masing-masing litologi yang di jumpai. Dari beberapa titik
pengamatan dan lintasan selama menyusuri daerah penelitian, dibuatlah peta
geologi detail daerah penelitian.
3.2.1.1Lokasi dan Luasan
PT. Roitrick Aristo yang terletak di wilayah Desa
Tanahwulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso.
Luasan IUP yang terbit adalah 9,27 Hektar,sesuai dengan
No:MPD/161/16.04/IX/2019 Tgl: 23 September2019, dan
sesuai dengan ulasan yang direkomendasikan oleh Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi JawaTimur

37
Gambar 4.4
Peta Geologi Lokal
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018

38
Gambar 4.5
Peta Luasan IUP
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018

39
3.2.1.2 Metoda dan Skala
Metode yang kami lakukan adalah metode secara langsung
yang lebih mengarah pada pengamatan atau deskripsi batuan,
ketebalan batuan, vegetasi, dan lain-lain. mengamati secara
umum kondisi lapangan dan gambaran umum mengenai
kondisi geologi dan komoditas tambang yang ada. Survei
dilakukan dengan pengamatan kondisi batuan, tanah, morfologi
sekitar, dan aspek hidrogeologi seperti keterdapatan sungai dan
mata air di daerah penelitian secara umum. Penyeliikan
Geologi juga dilakkan dengn cara pemeboran guna
mendapatkan lapisanlitologi daerah penelitian. Skala peta
adalah perbandingan jarak yang tercantum pada peta dengan
jarak sebenarnya yang dinyatakan dengan angka, garis, atau
gabungan keduanya. Skala peta yang umum digunakan adalah
1:10.000 (SNI 19-6502.1-2000).
3.2.1.3 Pengambilan Contoh
Berdasarkan studi literatur jumlah pengambilan conto
belum ada teori baku yang menyebutkan parameter baku untuk
menentukan jumlah contoh. Namun beberapa ahli menyatakan
bahwa faktor efisien dan ekonomis sangat berpengaruh ke
dalam keputusan jumlah pengambilan contoh. Pengambilan
contoh pada lokasi penelitian berjumlah 9 karena dirasa cukup
untuk mewakili anomali yang ada pada lokasi daerahpenelitian.

3.2.2 Pemetaan Topografi / Barimetri


Secara umum, peta topografi adalah peta ketinggian titik atau
kawasan yang dinyatakan kedalam bentuk angka ketinggian atau
kontur ketinggian yang di ukur terhadap permukaan laut rata-rata.
Pemetaan topografi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-
data ketinggian pada beberapa titik di lapangan dan kemudian
diintegrasikan dengan data sekunder berupa citra satelit. Data
ketinggian tersebut kemudian diolah dengan menggunakan perangkat

40
lunak (software) untukmenghasilkan kontur ketinggian dan model 3
dimensinya. Hasil dari pemetaan topografiini dapat dijadikan dasar
sebagai pembuatan peta geomorfologi, peta geologi, peta eksisting
(kondisi awal) tambang dan peta rencana awal tambang.

41
Gambar 4.6
Peta Topografi
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018

42
3.2.2.1 Lokasi dan Luasan
PT Roitrick Aristo yang terletak di wilayah Desa Tanah
wulan Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso. Luas
WIUP yang terbit adalah 61 Hektar, sesuai dengan No :
MPD/161/16.04/IX/2019 Tgl : 23 September 2019, dan sesuai
dengan ulasan yang direkomendasikan oleh Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur.
3.2.2.2 Metoda dan Skala
Pemetaan topograf imenggunakan metode langsung yang
artinya tim dari PT. Roitrick Aristo melakukan pengukuran
menggunakan total station mengambil data di beberapa titik
untuk nanti diolah menggunakan software. Sehingga dapat di
ketahui topografi daerah penelitiannya. Output dari software
berupa peta skala 1:2000 sesuai dengan Kepmen. ESDM No.
1453 K/29/MEM/2000

43
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN

4.1 Blok/ Prospek


Secaraumumdaerahpenyelidikan WIUP mempunyaiprospekkomoditas batuan.
Prospekutamadaripenyelidikaniniadalahdarisegikelimpahansumberdaya dan
urutanrencanapenambangandari yang terdekatkeaksesjalan,
sehinggaprospekpenambanganmempunyailuasansekitar9,27 Ha atausekitar70%
dariseluruh WIUP 17,4 Ha yang secaradetilakandibahas pada
pembahasanselanjutnya.
4.1.1 PemetaanGeologi
Pemetaangeologimerupakansuatutindakan yang dilakukanuntukmengetahuisifat-
sifatgeologi yang terjadi di daeraheksplorasikhususnyasebaranbatuan,
bataslithologi, strukturgeologi, khusus yang berhubungandengankomoditas batuan
(Feldspar). Metodepemetaangeologidilakukandengankompilasi data
lintasanterbukadimana data geologiberupasingkapanbatuan dan strukturgeologi,
batasanlithologi, sertaindikasimineralisasi, diplotmelaluialat GPS (global position
system) kemudiandituangkankedalam peta kerja. Hasil
pemetaangeologiinikemudiandituangkandalam peta penyebaranpotensibatuan,
yang kemudianmenjadiacuandalampenyusunanrencanakegiatanpenambangan dan
pembagianblokpenambangan. Tahapawalsetelah survey lapanganadalahmembuat
peta lintasangeologi, titikpengambilansampelmerupakantitikpelaksanaan chip
sampling, pencatatan data, dan pengeplotan di peta.
Lintasanmerupakanjejakperjalananpenyelidikan di lapangan, perjalan yang
dilewatimewakilipersebaranbatuan di sekitarnya juga
dijadikandasarpenarikansatuanbatuan. Peta
geologidibuatberdasarkankesamaansumberbatuan dan proses geologi yang terjadi.
Data

44
lapangandilakukandelineasibatassatuanberdasarkankarakteristikpolakonturtertentu
yang menggambarkan proses geologi yang terjadi. Dalampeta geologilocaldaerah
WIUPhanyamemilikisatuanbatuanbreksiFeldsparataubreksiArgopuro yang
berasaldariGunungArgopuro dan tersebar di Barat
LautlerengselatanGunungArgopuro dan memilikiumurpleistosen.

45
46
Gambar 4.7
Peta GeologiLokal
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018

47
4.1.1.1 Litologi
Satuanbatuan yang terdapatdilokasipenyelidikan
adalahsatuanbatuanbreksiargopuro (Qvab)
berdasarkanlembargeologilembarJember. Penyebaran Feldspar tersebut terdapat
di seluruh bagian wilayah IUP. Feldspar pada bagianinimempunyaipenyebaran
yang relativemenerusdenganarahjurus (strike) relative Barat laut–Tenggara,
sedangkanketebalanlapisannyabervariasi, berkisarantara 1–7 meter.
Sudutkemiringan/dip yang landaiantara 10°-15° Timur Laut,
sehinggadiperkirakancukupmudahuntukdilakukanpenambangannantinya.

4.1.1.2 Struktur
Karakteristikdaristrukturbatuan yang
Nampakdalampemetaangeologiadalahbatuanbreksidimanabatuaninitersusunatasba
tuanFeldsparhasildarigunungargopuro.Warnabatuantersebutputihkecoklatan.

4.1.2 PemetaanTopografi
Pada tahappraeksplorasi Feldspar,
dilakukanpengukurantopografidiarearencanatambanguntuklokasi yang
secarafisikkondisinyamasihberupaladang, semakbelukar dan sedikitpemukiman.
Data topografiinitelahdiukurdenganalat total station denganwaktupekerjaanselama
2 bulandan disajikandalam petatopografi areal tambangFeldspar skala1:3.000.
Data yang didapatberupadata konturtopografi digital
denganselangatauintervalkontursebesar50 dan dibuatsurfacenya di
dalamkomputer. Peta inidibuatberdasarkanpengukurantopografi yang
kerangkakontrolnyaberbentukpoligon.
Kerangkacontroltersebuttelahdihitungataudiolah data pengukurannya.

48
Gambar 4.8
Peta Topografi
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018

49
4.1.3 SurveiGeokimia
Analisis kimia dilakukan terhadap contoh individu untuk mengetahui kandungan
unsur dalam konsentrat, antara lain: Cu,Pb,Zn, Co, Mn, Ag, Li, K, Fe, Cr dan Au.
Analisis kimia dapat dilakukan dengan metoda AAS. Analisis tersebut dilakukan
di laboratorium Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

4.1.3.1 Hasil AnalisisLaboratorium


Dari sampel yang diamatidapatdianalisakadardalam Feldspar yang
adadilapanganyaitusebagaiberikut.

Tabel 4.22
Komposisi Feldspar
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018

Komposisi Kimia Persentase (%)


SiO2 47,55
Fe2O3 8,19
Al2O3 18,37
TiO2 0,59
CaO 7,11
MgO 2,25
K2O 2,16
H2O 0,52
P2O5 0,30
Na2O 1,70

4.1.4 SurveiGeofisika
Surveigeofisikabertujuanuntukmengklasifikasikanberdasarkanukuranbutirdarisuat
ubahangalian. Dimana
dariukuranbutirtersebutdapatmempengaruhiproduktivitasapabiladilakukanpenamb
angan dan pengangkutan.

4.1.4.1 Hasil Penelitian


Dari hasilpencucian Feldspar yang diambildarilapangan dan
dianalisisayakanberdasarkanukuranbutirmenurutkalsifikasi Wentworth
Diperolehfraksifraksibutiransebagaiberikut:

50
Tabel 4.2
Hasil AnalisisBerdasar Skala Wenthworth
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
>4 mm (Kerakal) 22%
-4 + 2 mm (Kerikil) 18%
35%
-2 + 1 mm (PasirKasar) 17%
-1 + 0,5 mm (PasirSedang) 14%
23%
- 0,5 mm (pasirhalus) 9%
< 0,25 mm lanau/lempung 20%

4.1.4.2 Interpretasidengan Data Geologi


Dari hasilanalisatersebuttelahdiketahuipencuciansampel yang
telahdiamatitelahdibedakanberdasarkanukuranbutir dan
kandungannyadimanadapatmenentukanproduktivitasbahangalianapabiladilakukan
penambangan dan bilaekonomisuntukdilakukanpenambangan.

4.1.5 Pengeboran, Sumur Uji, dan Parit Uji


Berdasarkanpengeboran yang dilakukan, daerahpenyelidikantermasukjenis
batuanbreksiargopurokarenahasildariletusangunungapiargopuro, dimana pada
susunannyaterdapatbatuFeldspar.

4.1.5.1 Litologi
Litologi yang didapatdarihasilpengeboranyaituberupasusunanbatuan.
Tabel 4.24
Litologi Hasil Pengeboran
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018
Top Soil
Tanah Pasiran
Tanah Pasiran
Feldspar
Feldspar
BreksiFeldspar
BreksiFeldspar

4.1.6 KarakteristikBahanGalian

51
Kandunganrata-ratadari Feldspar adalah SiO2 = 71,82 %, Al2O3 = 18,00 %, K2O =
6,43 %, Fe2O3 = 1,43 %, CaO = 1,90 %. Feldspar iniberwarnacoklatsedikitputih.

4.2 EstimasiSumberDaya
Dari hasilestimasisumberdayadarihasilkegiatanpenampanggeologi,
pemetaantopografi, pembuatanpenampangmelintangendapan dan model endapan,
pengukuranketebalanlapisanmelalui data litologimakaakandielevasikan Sebagian
besarsumberdayaendapanbahangalian yang akandiperolehdarilokasipekerjaan.

4.2.1 Metoda
Metode yang digunakanuntukperhitungansumberdaya pada bahangalian Feldspar
yaitumenggunakanmetode cross section (metodepenampang).
Kemudianuntukperhitungannyadenganmenghitungluasdarimasing-masingsayatan
yang meliputiluasandari Feldspar dan overburden yang dilakukandenganbantuan
software pemodelandalamtambang, setelahitudilanjutkanmenghitung volume
sertamenghitungtonasedengandensitas Feldspar sebesar2.56.

4.2.2 Parameter Estimasi


Parameter Sumberdaya dan Cadangan :
a. SumberdayaTereka
1. WIUP 17,4 Ha
2. Topografi
3. Ketebalanendapansesuaiformasigeologi regional
4. Sebarankadar
b. SumberdayaTerunjuk
1. WIUP 17,4 Ha
2. Topografi
3. Ketebalanendapan
4. Sebarankadar
c. SumberdayaTerukur
1. IUP Eksplorasi13,4 Ha
2. Topografi
3. Ketebalanendapan
4. Sebarankadar

52
4.2.3 Pemodelan
Dari hasilanalisamakadidapatkansebaransumberdaya Feldspar
berikutadalahpermodelannya.

53
Gambar 4.10
PermodelanSumberdaya
Sumber : PT. Ekareza Atawolo, 2018

54
4.2.4 Jumlah dan KlasifikasiSumberDaya
Dalampengelolahan data eksplorasi, didapatkan zona
prospekuntukpenambangankomoditasFeldsparmempunyailuasan9,27 Ha. Dari
hasilanalisaFeldspar memilikidensitas 2.56 g/cm3 .

Permodelangeologiendapanbahangaliandilakukanuntukdapatmenenukanmetodeestim
asisumberdayasertamengetahuitonase dan volume bahangaliantersebut.
Perhitungandilakukandenganmenggunakan software Global Mapper, Qgis, dan
Surfer. Data yang digunakanuntukmenghitungsumberdayayaitu data koordinat
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Permodelansumberdayadapatdilihat pada
gambarberikut:
Pada perhitunganterekamemiliki volume 18451019.674721 m3,
berdasarkanhasilanalisisdensitas rata-rata Feldspar 2.56 g/cm3,
makatonasenyaadalah47.234.610.367.285,76‬Ton

4.2.5 Pernyataan Competent Person


Kami sebagaiCompetent Person menyatakanbahwa:
1. Data sumberdaya yangdinyatakandalamlaporanEksplorasiinimemilikidasar,
kecukupan dankeakuratan;
2. Telahmelakukanevaluasi dan verifikasiterhadap data sumberdaya pada
laporanEksplorasiinisesuaiStandar KCMI.
Bertanggungjawab dan bertanggunggugatterhadap data estimasisumberdaya
dan cadangan pada laporanEksplorasiini.

Tabel 4.25
PernyataanCompetent Person
No Nama CompetentPerson Komoditas Tanda tangan
CPI PERHAPI JAWA
1 Royan Rizki Feldspar
TIMUR
CPI PERHAPI JAWA
2 Abidullah Dimas Feldspar
TIMUR

55
BAB V
LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN KERJA

5.1 Kegiatan Pengelolahan Lingkungan


Kegiatan Eksplorasi yang dilakukan hanya merupakan kegiatan eksplorasi
permukaan. Pada kegiatan ini tidak dilakukan pembukaan lahan sehingga tidak
dilakukan kegiatan reklamasi pada tahap eksplorasi. Kegiatan yang dilakukan pada
tahun 2020 meupakan kegiatan eksplorasi yang mana dalam kegiatan ini akan
berdampak pada masalah lingkungan. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan
pengelolahan dan pemantauan lingkungan, perlu adanya kegiata identifikasi dampak
lingkungan yang terjadi. Identifikasi dampak lingkungan sebagi berikut:
1. Mengidentfikasi rencana kegiatan eksplorasi batuan oleh an. Perakasa terutama
yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan pada tahap eksplorasi,
pemetaan geologi dan pengambilan sampel
2. Mengidentifikasi komponen lingkungan hidup yang dapat terkena dampak akibat
kegiatan eksplorasi meliputi komponen fisik kimia, biologi dan ekonom social
budaya Kesehatan masyarakat.
3. Menentukan jenis dan sifat serta ukuran dampak yang diperkirakan ada
4. Menetukan langka-langka atau Tindakan yang perlu diambil untuk mencegah,
menanggulangi dan mengendalikan dampak negative, serta meningkatkan
dampak positif yang disebabkan oleh dampak kegiatan eksplorasi.

Kegiatan pengelolahan lingkungan difokuskan pada area eksplorasi yang merupakan


area yang terkena dampak. Berdasarkan hasil eksplorasi dimana metode eksplorasi
yan digunakan adalah pemetaan geologi atau pemetaan singkapan dan pengambilan
sampel berupa chip sampling pada sembilan titik pada wilayah eksplorasi, maka

56
dampak lingkungan yang terjadi tidak terlalu besar, tetapi tetap dilakukan
pengelolahan.

Komponen lingkungan yang dilakukan yang terkena dampak adalah hilangnya


vegetasi akibat adanya kegiatan eksplorasi, sedangkan untuk komponen kimia,
biologi dan social masarakatvsedikit terkena dampak. luasan area eksplorasi
merupakan 17,4 Ha dengan total pengambilan sampel adalah tujuh titik. Dapat
dijelaskan bahwa kegiatan eksplorasi ini tidak berdampak besar terhadap morfologi,
hampir tidak menyebabkan perubahan pada morfologi awal.

Upaya pengelolahan lingkungann pada kegiatan eksplorasi ini adalah dengan


memelihara lintasan atau jalan eksplorasi aga tidak menimbulkan dampak seperti
kelongsoran, jalanya semakin terjal, lintasan eksplorasi ini tidak dlakukan revegetasi.

5.2 Keselamatan Pertambangan


Dalam kegiatan ini pemrakasa membentuk 1 tim yang terdiri dari 3 orang yang terdiri
dari satu orang ahli pemetaan topografi, satu orang ahli pemetaan geologi dan satu
orang sebagai penulis serta koordiator lapangan. Pemetaan dilakukan dengan 2 pekan
dengan waktu kerja 6 hari per pekan. Untuk pemetaan topografi dilakuka dengan
menggunakan metode chaining atau pengukuran stratigrafi terukur dan terikat
sepanjang jalur pemetaan menggunakan theodolite digital (SOKKIA DT 740)
dilakukan dengan membuat titik detail sepanjang jalur pemetaan. Sedangkan untuk
pemetaan gologi dilakukan dengan melakukan survey lapangan dengan melakukan
lintasan geologi, hasil dari lintasan geologi menjadi dasar penentuan batas litologi di
daerah penyelidikan.

Terjadinya kecelakaan kerja tentusaja menjadikan masalah yang besar bagi


kelangsungan suatu usaha. Kerugiaan yang diderita bukan hanya kerugiaan berupa
materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang
tidak sedikit pula jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan

57
kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang
tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.Secara keilmuan K3, didefinisikan
sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3
dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang K3.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan
menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan akan menurun dan biaya tenaga
kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada
gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-
tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap
tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial. Dengan
melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan
akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif,
sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan.
Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan
produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.

Pengelolahan K3 perambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah


maupun perusahaan. Pengelolahan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai
berikut:

58
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
5. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
6. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
7. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
8. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.

Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi bahaya


untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai
bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat
Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa
dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya
yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian resiko. Kegiatan
pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan APD,
pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai
pengawas. Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah
dengan melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.

59
BAB VI
KEUANGAN

6.1 Laporan Biaya Langsung


Biaya langsung untuk kegiatan eksplorasi dan penyelidikan pada lokasi WIUP
sebesar Rp 35.500.000 Meliputi biaya pemetaan regional, pemetaan detil, pemetaan
topografi, Analisa conto dan penyelidikan hidrogeologi. Rincian total biaya langsung
selama kegiatan eksplorasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6.1
Biaya Langsung
Kuantitas Biaya Total
Keterangan (satuan) (Rp) (Rp)

1. Pemetaan Regional 8 Ha 5.000.000 5.000.000


2. Pemetaan Detil 8 Ha 6.000.000 6.000.000
3. Pemetaan Topografi 8 Ha 9.000.000 9.000.000
4. Analisa Contoh Sampel 6.000.000 6.000.000
5. Penyelidikan Hidrogeologi 8 Ha 7.000.000 7.000.000
TOTAL BIAYA LANGSUNG 33.000.000

6.2 Biaya Tidak Langsung


Biaya tidak langsung untuk kegiatan eksplorasi di lokasi WIUP sebesar Rp
64.500.000 meliputi biaya tenaga kerja, adminitrasi, sewa kantor, Analisa
labolatorium. Rincian total biaya tidak langsung selama kegiatan eksplorasi dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

60
Tabel 6.2
Biaya Tidak Langsung

Kuantitas Biaya Total


Keterangan (satuan) (Rp) (Rp)

1. Biaya tenaga kerja 3 Orang 1.500.000 4.500.000

2. Administrasi 1 Paket 15.000.000 15.000.000

3. Sewa kantor 1 Paket 25.000.000 25.000.000

4. Analisa Laboratorium 1 Paket 20.000.000 20.000.000

TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG 64.500.000

61
62

BAB VII
KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan
Hasil eksplorasi dilokasi pertambangan a. n. Pemrakasa yang terletak di Desa Tanah
Wulan Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Kabupten Jawa Timur adalah
sebagai berikut:
1. Luas area yang ditambang tertulis dalam IUP pertambangan yakni ±5.6 Ha dari
luas WIUP 17,4 Ha dengan bataan elevasi terendah 1.251 mdpl, Batasan elevasi
tertinggi 1358 mdpl
2. Komoditas tambang berupa batuan feldspar yang terdapat disekitar perbukitan
berupa produk dari magma yang bersifat basa dari
3. Volume sumber daya yang terdapat pada daerah lokasi yakni sebesar
18.451.019,674721 m3
4. Jumlah suberdaya terukur pada lokasi IUP yakni sebesar 47.234.610.367.285,76‬
Ton
5. Tata guna lahan yang ada sekitar lokasi eksplorasi adalah sebagai besar ladang
dengan aliran sungai dengan komposisi batuan feldspar.

62

Anda mungkin juga menyukai