id 43
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Peta 4.1Administrasi Kota Surakarta
45
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
c. Letak Hidologis
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo merupakan DAS
terbesar di Pulau Jawa, terletak di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
dengan luas wilayah 1.594.716,22 Ha. Lokasi DAS Bengawan Solo pada
posisi 110º18’ BT sampai 112º45’ BT dan 6º49’LS sampai 8º08’ LS. DAS
Bengawan Solo dibagi ke dalam tiga SubDAS, yang meliputi; SubDAS
Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan
Solo Hilir. Luas Sub DAS Bengawan Solo Hulu ± 6.072 km2, luas Sub
DAS Kali Madiun ± 3.755 km2, sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo
Hilir ± 6.273 km2. Kota Surakarta termasuk dalam sub DAS Bengawan
Solo Hulu.
Secara administratif DAS Bengawan Solo mencakup 17 (tujuh
belas) kabupaten dan 3 (tiga) kota, yaitu:
- Kabupaten: Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar,
Sragen, Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi,
Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Pacitan.
- Kota: Surakarta, Madiun dan Surabaya. Berikut ini ditampilkan peta
DAS Bengawan Solo
Kota Surakarta merupakan daerah Cekungan Airtanah yang
wilayah sekitarnya merupakan kawasan perbukitan/pegunungan. Surakarta
terletak di dataran rendah di ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m
dpl,
Kota Surakarta termasuk dalam zona akuifer dengan aliran melalui
celahan dan ruang antar butir (Djaeni, 1982). Kedalaman muka airtanah
beragam dan debit airtanah pada umumnya 5 lt/dtk (Djaeni, 1982).
Sumber air permukaan terutama berasal dari sungai dan waduk
penampung air. Sumber air permukaan utama adalah Bengawan Solo yang
mengalir dari selatan ke utara dengan lebar rata rata 20 meter merupakan
muara hampir dari seluruh sungai di daerah ini. Anak sungai bengawan
Solo berasal dari lereng Gunung Lawu dan Gunung Merapi, serta yang
commit toyang
terbesar adalah Kali Dengkeng user berasal dari selatan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
2. Luas Daerah
Berdasarkan data statistik BPS Kota Surakarta Tahun 2011, Kota
Surakarta memiliki luas wilayah 44,036 km2. Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan paling kecil adalah Kecamatan
Serengan. Luas masing-masing kecamatan di Kota Surakarta dapat disajikan
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2. Luas Wilayah Kota Surakarta per Kelurahan
Luas
No. Kecamatan Kelurahan
(km²)
A. Banjarsari
1. Mangkubumen 0.797
2. Timuran 0.315
3. Keprabon 0.318
4. Ketelan 0.25
5. Punggawan 0.36
6. Kestalan 0.208
7. Setabelan 0.277
8. Gilingan 1.272
9. Manahan 1.28
10. Sumber 1.33
11. Nusukan 2.063
12. commit to user
Kadipiro 5.088
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
Laweyan
C.
1. Pajang 1.553
2. Laweyan 0.248
3. Bumi 0.373
4. Panularan 0.544
5. Sriwedari 0.513
6. Penumping 0.503
7. Purwosari 0.843
8. Sondakan 0.785
9. Kerten 0.921
10. Jajar 1.055
11. Karangasem 1.3
Jumlah 8.638
D. Pasar Kliwon
1. Joyosuran 0.54
2. Semanggi 1.668
3. Pasar Kliwon 0.36
4. Baluwarti 0.407
5. Gajahan 0.339
6. Kauman 0.192
7. Kampung Baru 0.306
8. Kedung Lumbu 0.551
9. Sangkrah 0.452
Jumlah 4.815
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
E. Serengan
1. Joyotakan 0.459
2. Danukusuman 0.508
3. Serengan 0.64
4. Tipes 0.64
5. Kratonan 0.324
6. Jayengan 0.293
7. Kemlayan 0.33
Jumlah 3.194
Sumber: BPS Surakarta Dalam Angka 2011
3. Geologi
Secara geologis, formasi geologi sangat berpengaruh terhadap kondisi
topografi dan sumberdaya air suatu daerah. Formasi Geologi adalah formasi
batuan yang dapat berfungsi menyimpan airtanah dalam jumlah besar.
Bemmelen (1949) dalam (Wibowo:56) membagi Zona Solo menjadi 3
bagian yaitu: Sub Zona Blitar, Sub Zone Solo (sensutrico) dan Sub Zone
Ngawi. Menurut system pembagian ini Kota Surakarta termasuk dalam Sub
Zone Solo. Sub Zone Solo merupakan depresi endapan vulkanik muda yang
membatasi sisi selatan Perbukitan Kendeng dan terdiri dari sederhana vulkan
kuarter. Aliran permukaan menuju sub Zone ini, sehingga material penyusun
Sub Zone Solo adalah material endapan. Material pembentuk batuan di Kota
Surakarta terdiri dari bahan vulkanis Merapi dan Lawu yang berumur
Holosen.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro skala
1:100.000, formasi batuan penyusun di Kota Surakarta terdiri dari:
a. Aluvium (Qa): terdiri dari kerakal, kerikil, lanau, dan lempung yang
merupakan endapan sungai. Formasi ini berada dibagian selatan timur, hingga
utara Kota Surakarta. Batuannya tersusun lempung, lumpur, lanau, pasir,
kerikil, kerakal, dan berangkal. Formasi ini mempunyai luas 2638,3 ha atau
yang terbesar mencakup 56% dari luas total Kota Surakarta.
b. Aluvium Tua (Qt): tersusun oleh konglomerat, batupasir, lanau dan
lempung. Formasi ini berada commit
dibagiantotengah
user Kota Surakarta atau mencakup
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Peta 4.2 Geologi Kota Surakarta
51
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
4. Iklim
Iklim dapat diartikan sebagai keadaan rata-rata cuaca pada suatu
daerah dalam waktu relatif lama, kurang lebih 10 tahun. Iklim merupakan
sintesis dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca dalam jangka panjang di suatu
tempat atau pada suatu wilayah tertentu (Handoko, 1994: 3). Dalam suatu
wilayah memiliki karakteristik iklim yang berbeda-beda. Perbedaan ini
bergantung pada intensitas curah hujan, kelembaban udara, temperatur, letak,
jarak dari matahari dan tinggi suatu tempat.
Klasifikasi iklim dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi dari
Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi ini menggunakan perbandingan rata-rata
bulan kering dengan rata-rata bulan basah atau berdasarkan nilai Q (Quotien).
Nilai Q dinyatakan dalam persen (%) dengan rumus sebagai berikut:
Rerata Bulan Kering
Q= × 100%
Rerata Bulan Basah
Penentuan bulan basah dan bulan kering menggunakan klasifikasi dari
Mohr, yaitu:
a. Bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan > 100 mm.
b. Bulan lembab adalah bulan dengan rata-rata curah hujan antara 60 – 100
mm.
c. Bulan kering adalah bulan dengan rata-rata curah hujan < 60 mm.
Berdasarkan besarnya nilai Q, tipe curah hujan di Indonesia dibagi
menjadi 8 golongan. Klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt dan
Ferguson disajikan pada Tabel.
Tabel 4.3. Klasifikasi Tipe Curah Hujan Menurut Scmidt dan Ferguson
No Tipe Nilai Sifat
1 A 0,0 % ≤ Q < 14,3 % Sangat basah
2 B 14,3 % ≤ Q < 33,3 % Basah
3 C 33,3 % ≤ Q < 60,0 % Agak Basah
4 D 60,0 % ≤ Q < 100 % Sedang
5 E 100 % ≤ Q < 167 % Agak Kering
6 F 167 % ≤ Q < 300 % Kering
7 G 300 % ≤ Q < 70 0 % Sangat Kering
8 H 700 % ≤ Q < ̴ Luar biasa kering
commit to user
53
53
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
5. Tanah
Tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas
komponen-komponen padat, cair dan gas dan mempunyai sifat serta perilaku
yang dinamik, yang terbentuk sebagai hasil kerja interaksi antara iklim, jasad
hidup, terhadap suatau bahan induk yang dipengaruhi oleh relief tempatnya
terbentuk dan waktu. Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa faktor
pembentuk tanah terdiri dari: iklim, bahan induk, relief, organisme dan waktu.
Dalam mempengaruhi pembentukan dan perkembangan tanah, faktor-faktor
tersebut tidak mempunyai intensitas yang sama, sehingga berakibat bahwa
pada setiap tempat di permukaan bumi mempunyai sifat dan karakteristik
tanah yang tidak homogen atau sama. Dari perbedaan tersebut dimungkinkan
terjadi perbedaan penamaan dalam setiap kategorinya. Disamping itu lahan
pada berbagai tempat dimungkinkan pula mempunyai perbedaan dalam
kemampuan dan kesesuaian tanah dalam kaitannya dengan penggunaannya.
Persebaran tanah di lokasi penelitian ditunjukkan oleh Peta Tanah
Tinjau skala 1: 250.000 yang disusun oleh Supraptoharjo dkk (1966) dalam
Baiquni (1988: 32). Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, macam tanah di
lokasi penelitian meliputi:
a. Asosiasi Grumusol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat Kemerahan
Tanah ini merupakan kombinasi campuran antara tanah grumusol
kelabu tua dan mediteran coklat kemerahan. Bahan induknya adalah tuf
vulkan alkali basis dengan fisiografi vulkan. Di Kota Surakarta jenis tanah
ini berada di bagian utara kota, yaitu pada posisi 477907 – 484882 mT dan
9160810 – 9168388 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 2.085,74
ha. Tanah grumusol merupakan tanah dengan kadar liat lebih dari 30%
bersifat mengembang dan mengkerut. Pada musim kemarau tanah
grumusol akan mengeras dan retak – retak dikarenakan mengerut. Pada
musim penghujan akan menjadi lengket karena mengembang. Tanah
mediteran merupakan hasil dari penimbunan liat. Tanah dengan tekstur
halus mempunyai banyak pori mikro bersifat sulit untuk meloloskan air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
d. Regosol Kelabu
Tanah ini berada di bagian barat dan selatan Kota Surakarta, yaitu
pada posisi 474435 – 481174 mT dan 9160751 – 9166784 mU. Luas tanah
ini di Kota Surakarta adalah 138,36 ha. Tanah regosol adalah tanah yang
terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik, pasir
pantai dan nafal. Tanah regosol merupakan tanah yang terbentuk dari
erupsi Gunungapi Merapi yang terletak di sebelah barat Kota Surakarta.
Jenis tanah regosol mempunyai beberapa sifat yaitu umur tanah masih
muda, belum mengalami deferensiasi horizon, bersifat subur, berbutir
kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, cenderung gembur,
kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Dengan sifat tanah
tersebut, tanah regosol akan mudah menyerap air hujan yang turun dan
memeperkecil adanya aliran permukaan.
Persebaran tanah di Kota Surakarta dipresentasikan dalam Peta 4.3
berikut ini:
commit to user
58
Peta 4.3 Tanah Kota Kota Surakarta
58
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
6. Kemiringan Lereng
Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi kemiringan lereng menurut
Kumar (1979:109) yang membagi besar kemiringan menjadi 3 kelas.
Kemiringan lereng di Kota Surakarta dibedakan menjadi dua yaitu kemiringan
lereng 0%-5% dan 5%-10%. Perbandingan luas kelas kemiringan lereng dapat
dilihat pada Tabel dan Peta
Tabel 4.5. Kemiringan Lereng di Kota Surakarta
Luas
No Kemiringan Lereng
Ha %
1 0%-5% 3717,85 78,9
2 5%-10% 994,01 21,1
Jumlah 4711,86 100,0
Sumber: Hasil Analisis SIG Tahun 2013
commit to user
Peta 4.4. Kemiringan Lereng Kota Surakarta 60
54
60
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
7. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan akibat dari segala tindakan manusia
pada lahan. Menurut Arsyad (1989: 207) dalam skripsi Novika Pradanesti
(2010: 6) penggunaan lahan (landuse) diartikan sebagai bentuk campurtangan
(intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan secara umum
dapat dibedakan menjadi:
a. Pertanian (Cultivated Areas)
Penggunaan lahan ini mencakup persawahan dan pertanian kering
semusim (tegalan/lading). Lahan pertanian di Kota Surakarta mempunyai
luas 200,70 ha atau sebesar 4, 27 % yang terdapat di Kecamatan Banjarsari
yaitu 100, 83 ha. Lahan pertanian di Kota Surakarta dapat dilihat pada
gambar 20 dibawah ini.
commit to user
Peta 4.5. Penggunaan Lahan Kota Surakarta 64
64
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
8. Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk dengan luas wilayah. Pada Tahun 2011, jumlah penduduk Kota
Surakarta mencapai 588,114 jiwa/km2 dengan tingkat kepadatan 13.355,30
jiwa/km2. Jumlah penduduk yang paling banyak di Kecamatan Banjarsari,
sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Serengan tetapi
yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Serengan.
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk Kota Surakarta Tahun 2013
sebanyak 600.165 jiwa.
Tabel 4.6. Kepadatan Penduduk Kota Surakarta
Jumlah Jumlah
Kepadatan
Penduduk Penduduk
luas Pertumbuhan Penduduk Tahun
No Kecamatan Kelurahan Tahun Tahun
(km²) Penduduk ( r ) 2013
2011 2013
(Jiwa/Km²)
(Jiwa) (Jiwa)
A Laweyan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
9. Hidrologi
Kota Surakarta secara morfologi merupakan daerah cekungan air tanah
yang wilayahnya dikelilingi oleh pegunungan atau perbukitan. Kota Surakarta
sebagian besar wilayahnya datar, namun memiliki ketinggian yang berbeda.
Sebelah utara daerahnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah selatan.
Kondisi tersebut juga memungkinkan bahwa Kota Surakarta mendapat pasokan
air dari wilayah sekitar. Sumber airtanah di Kota Surakarta berasal dari airtanah
dangkal, airtanah dalam, dan air PDAM.
Di Kota Surakarta pemanfaatan airtanah diantaranya adalah untuk
kebutuhan hotel, industri/pabrik, rumah sakit, mall/restoran dan rumah tangga.
Sumber air yang dapat dimanfaatkan adalah potensi air yang terdapat di
permukaan dan air tanah. Menurut Winarno (1986:21) dalam handayani yang
dimaksud dengan potensi air ialah jumlah air yang tersedia, berupa air
permukaan dan air tanah yang dinyatakan dalam jangka rata-rata setahun. Pada
dasarnya sumber air yang dapat kita manfaatkan di alam ini ialah air hujan, air
permukaan, dan air tanah.
PDAM sebagai perusahaan yang mengelola sumber daya air dan
distribusi serta pemeliharananya kepada masyarakat mendapatkan air dari
sumber air yang berasal dari mata air Cokrotulung dengan kapasitas 387 lt/detik
yang mengalir melalui pipa transmisi secara gravitasi ke reservoir Kartasura
hingga sampai ke Kota Surakarta. Selain mata air Cokrotulung, pasokan air
juga diperoleh dari beberapa sumur dalam yang dimilio oleh PDAM yang
memiliki total 26 sumur dalam di seluruh wilayah Kota Surakarta dengan
kapasitas total 350,10 liter/detik yang dilengkapi 5 Instalasi Pengilahan Air
(IPA).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7. Kapasitas Produksi Sumber Baku Air PDAM Tirta Dharma Kota
Surakarta (liter/detik)
Tahun
No. Air Baku
2006 2007 2008 2009 2010
1 Mojosongo I 16,54 13,82 13,83 8,96 10,59
2 Mojosongo II 9,17 8,12 8,13 8,06 5,43
3 Mojosongo III 5,51 2,01 5,21 2,01 2,01
4 Kadipiro I 21,3 16,05 16,06 17,01 14,73
5 Kadipiro II 27,74 34,18 34,09 32,98 32,12
6 Kadipiro III 20,38 13,56 13,49 19,31 19,13
7 Randusari I 10,56 3,3 3,3 - -
8 Randusari II 23,74 19,96 25,08 19,97 19,97
9 Randusari III 16,36 11,23 11,23 16,9 13,93
10 Ngadisono 45,3 42,11 36,92 31,29 37,78
11 Plesungan I - - - - -
12 Plesungan II 21,22 20,33 24 24,24 21,75
13 Plesungan III 7,42 6,22 6,22 3,27 1,29
14 Sibela 2,77 3,3 5,11 4,51 3,75
15 Karangasem 24,48 26,66 26,28 8,24 17,42
16 Manahan 1 26,92 19,38 19,43 17,92 18,06
17 Manahan 2 20,2 20,16 18,76 15,6 13,25
18 Sumber 3,14 2,64 2,99 - -
19 Banyuanyar 7,81 8,16 8,21 6,87 6,52
20 Banjarsari 25,77 27,9 24,99 21,52 21,84
21 Jebres I 22,99 20,02 19,94 17,62 19,4
22 Jebres II 36,28 34,26 34,82 24,91 25,28
23 Pedaringan 15,2 10,91 8,18 8,22 8,3
24 Jurug 1 16,8 19,22 14,31 17,04 15,61
25 Jurug 2 - - - - -
26 Semanggi 9,96 11,04 10,44 10,59 15,62
27 Sriwedari - - 5,56 5,72 6,25
28 Tironadi 22,75 21,73 21,61 19,48 15,69
MA.
29 Cokrotulung 387 387 387 387 387
30 IPA Jurug 35,26 76,13 76,13 82,25 85,47
Jumlah 2888,57 2886,4 2889,32 2840,49 2832,57
(Sumber: PDAM Tirta Dharma Kota Surakarta, 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
TAHUN
URAIAN
2007 2008 2009 2010
Produksi Air 25.902.099 25.391.983 24.817.080 24.581.453
Air Terjual 15.670.331 15.426.614 14.892.569 14.802.307
Kehilangan Air 10.231.768 9.966.369 9.924.511 9.779.146
% Kehilangan
Air 59 39.26 40.00 39.80
(Sumber: PDAM Tirta Dharma Kota Surakarta, 2010)
Berdasarkan data pada tabel 4.8. yang merupakan data tahun 2010
tersebut menjelaskan bahwa, terdapat defisit antaraproduksi air dibandingkan
dengan air yang terjual dan kehilangan air yang rata-rata kehilangan airnya
adalah 44,5% sejak tahun 2007 hingga tahun 2010.
9.779.146
2010 14.802.307
24.581.453
9.924.511
2009 14.892.569
24.817.080
Tahun
Kehilangan Air
9.966.369
2008 15.426.614 Air Terjual
25.391.983
Produksi Air
10.231.768
2007 15.670.331
25.902.099
liter/hari
Gambar 4.6. Grafik Distribusi dan Produksi Air PDAM Kota Surakarta
commit to user
(Sumber: PDAM Tirta Dharma Kota Surakarta)
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
Dari grafik pada gambar 4.6. dapat kita ketahui pula bahwa sumber daya
air yang ada tidak dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat yang dalam
hal ini adalah pelanggan PDAM. Terbatasnya sumber daya air tersebut juga
semakin parah dengan adanya pencemaran air yang dilakukan oleh masyarakat
sekitar sumber air. Dari data BPS 2007 yang dipublikasikan dalam Statistik
Lingkungan Hidup 2006/2007, di Indonesia pada tahun 2006 rata-rata sekitar
65% rumah tangga tidak memiliki penampungan akhir tinja dengan septi tank.
Selain pencemaran karena kegiatan domestik, kegiatan industri juga memiliki
potensi yang sangat besar untuk menimbulkan terjadinya pencemaran air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan analisis data dari hasil survei lapangan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut:
1. Kebutuhan Air Domestik Kota Surakarta Tahun 2013
Kebutuhan air domestik di Kota Surakarta dibagi menjadi 5
kecamatan, yaitu kecamatan laweyan, kecamatan serengan, kecamatan pasar
kliwon, kecamatan jebres dan kecamatan banjarsari. Setiap kecamatan akan
diketahui prosentase jumlah konsumsi air domestik, kualitas airtanah,
kuantitas airtanah dan konflik sumberdaya air. Hasil tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Kecamatan Laweyan
1). Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik
Keterangan:
Angkutan
Buruh Bangunan
14% 7%
8%
6% Buruh Industri
14%
18% Buruh Tani
13%
Pedagang
7% Pengusaha
13%
Pensiunan
8%
26%
Keterangan:
Baik
67% Sedang
Prosentase (%) Buruk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
8%
92%
Keterangan :
Baik
Sedang
Buruk
Prosentase (%)
47%
53% Keterangan:
Sedang
Banyak
Buruk
Prosentase (%)
13%
Keterangan :
Sedang
Banyak
Kurang
88%
Prosentase (%)
19%
Keterangan :
Pernah
Belum Pernah
81%
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
b. Kecamatan Serengan
1). Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik
Keterangan:
11% Buruh Bangunan
26%
15%
Buruh Industri
Pedagang
12%
18% Pengusaha
17% Pensiunan
PNS/TNI/POLRI
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
7% 4%
Keterangan :
Baik
Sedang
Buruk
89%
Prosentase (%)
40%
Keterangan :
60%
Baik
Sedang
Buruk
Prosentase (%)
15%
Keterangan :
Sedang
Banyak
Kurang
85%
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
100%
Kecamatan :
Banyak
Sedang
Kurang
Prosentase (%)
21%
Keterangan :
Pernah
Diagram.............................................
79% Belum Pernah
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
10% Angkutan
11% 24%
Buruh Bangunan
Buruh Industri
13%
14%
Pedagang
11%
17% Pengusaha
Pensiunan
Prosentase (%) PNS/TNI/POLRI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
2%
21%
Keterangan :
Baik
Sedang
74% Buruk
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
38%
Keterangan:
Baik
62%
Sedang
Buruk
Prosentase (%)
Keterangan:
Banyak
Sedang
Kurang
87%
Prosentase (%)
31%
Keterangan :
Banyak
Sedang
Kurang
69%
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
49%
Keterangan :
51% Pernah
Belum Pernah
Prosentase (%)
Keterangan:
Angkutan
13% 14% Buruh Bangunan
12% 11%
Buruh Industri
Pedagang
12% 12%
Pengusaha
12% 14% Pensiunan
Petani Sendiri
Prosentase (%)
PNS/TNI/POLRI
100%
Keterangan :
Baik
Sedang
Buruk
Prosentase (%)
Gambar 4.26. Diagram Data Prosentase Kualitas Airtanah Dangkal
Kecamatan Jebres (Sumber: Survei Lapangan, 2013)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id
11%
35%
Keterangan :
Baik
Sedang
Buruk
54%
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
Banyak
Sedang
Kurang
100%
Prosentase (%)
17%
21%
Keterangan:
Banyak
Sedang
61% Kurang
Prosentase (%)
8%
Keterangan :
Pernah
Belum Pernah
92%
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id
e. Kecamatan Banjarsari
1). Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik
Keterangan:
Angkutan
Buruh Bangunan
9% 10%
9% 10% Buruh Industri
13% 10% Buruh Tani
Pedagang
10% Pengusaha
23%
8% Pensiunan
Petani Sendiri
Prosentase (%)
PNS/TNI/POLRI
47% Keterangan :
Baik
53%
Sedang
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id
Keterangan
: Baik
57%
43%
86%
Keterangan
\ : Banyak
Sedang
Kurang
Prosentase (%)
14%
Keterangan :
Banyak
Sedang
Kurang
86%
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id
8%
Keterangan :
Pernah
Belum Pernah
92%
Prosentase (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.16. Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2013 Menurut
Standar Kebutuhan Air
Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Domestik
luas
No Kecamatan Tahun 2013 Tahun 2013
(km²)
(Jiwa) (m³/kapita/tahun)
1 Laweyan 8,638 113.676 4.978.988,09
2 Serengan 3,194 64.397 2.820.600,56
3 Banjarsari 14,808 180.884 7.922.732,23
4 Pasar Kliwon 4,815 90.692 3.972.291,09
5 Jebres 12,581 150.516 6.592.598,99
Jumlah 44,036 600.165 26.287.210,96
(sumber: analisis data, 2013)
Tabel 4.16 menunjukkan kebutuhan air domestik di kota surakarta
tahun 2013. Perhitungan kebutuhan tersebut berdasarkan standar kebutuhan air
yang sudah ditetapkan. Berdasarkan analisis data kebutuhan air domestik yang
paling tinggi yaitu di Kecamatan Banjarsari sebesar 7.922.732,23
m³/kapita/tahun. Sedangkan kebutuhan air domestik terendah di Kecamatan
Serengan yaitu sebesar 2.820.600,56 m³/kapita/tahun. Total kebutuhan air
domestik menurut standar baku adalah 26.287.210,96 m³/kapita/tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Peta 4.7.P rosentase Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kota Surakarta Tahun 2013
109
Peta 4.8. Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2013 110
102
110
111
Peta 4.8. Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2033
111
perpustakaan.uns.ac.id 112
digilib.uns.ac.id
C. Pembahasan
buah sumur dalam yang aktif sebesar 346,14 l/det dan dari 2 buah IPA
(Instalasi Pengolahan Air Bengawan Solo) sebesar 166,65 l/det. Akan tetapi
kapasitas Reservoir yang ada sebesar 9.640 m3, hanya mampu melayani pada
jam puncak 3,02 jam dari standard 4,8 jam atau 37,13 %, sehingga pada jam-
jam puncak, kawasan Selatan pelayanan dan sebagian kawasan Utara, tekanan
airnya sangat rendah. Bahkan bebarapa kawasan tidak dapat menerima air.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah-wilayah tertentu masih
mengalami kekurangan distribusi air PDAM.
4. IPA Mojosongo 300 l/det di tahun 2017 (13 buah Sumur Dalam Utara
diistirahatkan)
5. Pada Tahun 2018 SPAM Kota Surakarta tidak memanfaatkan sumur dalam
sebagai sumber air baku (Zerro Deep Well)
Dengan adanya rencana pengembangan dalam hal ini adalah
penambahan kapasitas produksi air oleh PDAM, Kota Surakarta diharapkan
mampu untuk mencukupi kebutuhan air pada tahun 2033, sehingga distribusi
air bersih akan tersebar merata di seluruh wilayah.
Dalam dunia pendidikan pengelolaan airtanah juga dapat
diperkenalkan kedalam kurikulum pembelajaran disekolah, baik pembelajaran
didalam kelas maupun diluar yaitu dengan cara antara lain melakukan
peningkatan dan pemakaian buku mengenai air dan buku lingkungan umum di
sekolah-sekolah, internet sebagai salah satu sarana untuk menggali informasi
yang berkaitan dengan airtanah, pemakain dan pemanfaatan proyek
pengelolaan sumber daya air lokal yaitu proyek yang berdekatan dengan
lokasi-lokasi sekolah, melakukan kunjungan infrastruktur keairan, kunjungan
kedaerah yang kekurangan air untuk menumbuhkan kesadaran mengenai
konservasi dan pendayagunaan airtanah yang aman dan ramah lingkungan,
kunjungan daerah studi ke daerah–daerah wisata air, atau daerah recharge
area. Oleh sebab itu, selain pengelola air para pendidik juga ikut andil dan
bekerjasama untuk memikirkan bersama bagaimana aset air tanah lokal dapat
dipakai sebagai sumber pembelajaran untuk masyarakat dan sekolah dengan
melalui kegiatan seperti seminar, diskusi, dan sebagainya. Gambar, photo dan
visualisasi lainnya seperti film akan sangat membantu bagi siswa untuk lebih
jelas memahami persoalan air. Disamping disampaikan kepada peserta didik,
promosi mengenai lingkungan alam dapat juga diberikan kepada para guru
dalam bentuk pelatihan, kursus dan seminar. Hal ini sangat bermanfaat
terutama untuk penyusunan kurikulum yang terkait dengan pengelolaan sumber
daya air.
commit to user