Anda di halaman 1dari 78

perpustakaan.uns.ac.

id 43
digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Letak
a. Letak Astronomis
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1: 25.000 lembar
1408-343 yang diterbitkan Badan Informasi Geospasial (BIG), Kota
Surakarta terletak antara 7o31’22” LS – 7o35’43” LS dan 110o46’06” BT –
110o52’16” BT atau dalam koordinat UTM terletak antara 474412 –
485510 mT dan antara 9168438 – 9160401 mU.
b. Letak Administrasi
Secara administrasi Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa
Tengah. Kota Surakarta berbatasan dengan 4 kabupaten yaitu:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Boyolali
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Sukoharjo
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Sukoharjo
Kota Surakarta terbagi menjadi 5 kecamatan dan 51 Kelurahan.
Pembagian wilayah administrasi Kota Surakarta dijelaskan dalam tabel
dibawah ini:

commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Surakarta Tahun 2013


No. Kecamatan Kelurahan
1 Banjarsari Mangkubumen, Timuran, Keprabon, Ketelan,
Punggawan, Kestalan, Setabelan, Gilingan,
Manahan, Sumber, Nusukan, Kadipiro,
Banyuanyar
2 Jebres Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan,
Sudiroprajan, Gandekan, Sewu, Jagalan,
Purwodiningratan, Tegalharjo, Jebres,
Mojosongo
3 Laweyan Pajang, Laweyan, Bumi, Panuluran, Sriwedari,
Penumping, Purwosari, Sondakan, Kerten,
Jajar, Karangasem
4 Pasar Kliwon Joyosuran, Semanggi, Pasar Kliwon, Baluwarti,
Gajahan, Kauman, Kampungbaru,
Kedunglumbu, Sangkrah
5 Serengan Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Tipes,
Kratonan, Jayengan, Kemlayan
Sumber: BPS Surakarta Dalam Angka 2011.

Pembagian wilayah administratif Kota Surakarta disajikan ke dalam peta


4.1 berikut ini:

commit to user
45
Peta 4.1Administrasi Kota Surakarta
45
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

c. Letak Hidologis
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo merupakan DAS
terbesar di Pulau Jawa, terletak di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
dengan luas wilayah 1.594.716,22 Ha. Lokasi DAS Bengawan Solo pada
posisi 110º18’ BT sampai 112º45’ BT dan 6º49’LS sampai 8º08’ LS. DAS
Bengawan Solo dibagi ke dalam tiga SubDAS, yang meliputi; SubDAS
Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan
Solo Hilir. Luas Sub DAS Bengawan Solo Hulu ± 6.072 km2, luas Sub
DAS Kali Madiun ± 3.755 km2, sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo
Hilir ± 6.273 km2. Kota Surakarta termasuk dalam sub DAS Bengawan
Solo Hulu.
Secara administratif DAS Bengawan Solo mencakup 17 (tujuh
belas) kabupaten dan 3 (tiga) kota, yaitu:
- Kabupaten: Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar,
Sragen, Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi,
Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Pacitan.
- Kota: Surakarta, Madiun dan Surabaya. Berikut ini ditampilkan peta
DAS Bengawan Solo
Kota Surakarta merupakan daerah Cekungan Airtanah yang
wilayah sekitarnya merupakan kawasan perbukitan/pegunungan. Surakarta
terletak di dataran rendah di ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m
dpl,
Kota Surakarta termasuk dalam zona akuifer dengan aliran melalui
celahan dan ruang antar butir (Djaeni, 1982). Kedalaman muka airtanah
beragam dan debit airtanah pada umumnya 5 lt/dtk (Djaeni, 1982).
Sumber air permukaan terutama berasal dari sungai dan waduk
penampung air. Sumber air permukaan utama adalah Bengawan Solo yang
mengalir dari selatan ke utara dengan lebar rata rata 20 meter merupakan
muara hampir dari seluruh sungai di daerah ini. Anak sungai bengawan
Solo berasal dari lereng Gunung Lawu dan Gunung Merapi, serta yang
commit toyang
terbesar adalah Kali Dengkeng user berasal dari selatan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Kondisi air sungai Bengawan Solo cukup keruh, mengandung lumpur


cukup tinggi. (Dandun, 1998). Selain sungai, sumber air permukaan
adalah waduk, seperti Waduk Cengklik, Waduk Mulur, Waduk Delingan,
serta yang terbesar adalah Waduk Gajahmungkur.Air permukaan ini
sangat berguna untuk masyarakat, terutama di musim kemarau baik untuk
irigasi sawah maupun untuk kebutuhan sehari – hari. Sedangkan air tanah
yang dijumpai adalah air tanah bebas (akuifer tidak tertekan) dan air tanah
tertekan yang cukup produktif, terutama di daerah padataran yang disusun
oleh endapan aluvium dan endapan gunung api muda. Apabila
dihubungkan dengan pengelolaan air tanah berbasis cekungan air tanah,
maka daerah di sekitar Surakarta masuk ke dalam Cekungan Air Tanah
(CAT) Karanganyar - Boyolali.

2. Luas Daerah
Berdasarkan data statistik BPS Kota Surakarta Tahun 2011, Kota
Surakarta memiliki luas wilayah 44,036 km2. Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan paling kecil adalah Kecamatan
Serengan. Luas masing-masing kecamatan di Kota Surakarta dapat disajikan
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2. Luas Wilayah Kota Surakarta per Kelurahan
Luas
No. Kecamatan Kelurahan
(km²)
A. Banjarsari
1. Mangkubumen 0.797
2. Timuran 0.315
3. Keprabon 0.318
4. Ketelan 0.25
5. Punggawan 0.36
6. Kestalan 0.208
7. Setabelan 0.277
8. Gilingan 1.272
9. Manahan 1.28
10. Sumber 1.33
11. Nusukan 2.063
12. commit to user
Kadipiro 5.088
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

13. Banyuanyar 1.25


Jumlah 14.808
B. Jebres
1. Kepatihan Kulon 0.175
2. Kepatihan Wetan 0.225
3. Sudiroprajan 0.23
4. Gandekan 0.35
5. Sewu 0.485
6. Pucangsawit 1.27
7. Jagalan 0.65
8. Purwodiningratan 0.373
9. Tegalharjo 0.325
10. Jebres 3.17
11. Mojosongo 5.328
Jumlah 12.581

Laweyan
C.
1. Pajang 1.553
2. Laweyan 0.248
3. Bumi 0.373
4. Panularan 0.544
5. Sriwedari 0.513
6. Penumping 0.503
7. Purwosari 0.843
8. Sondakan 0.785
9. Kerten 0.921
10. Jajar 1.055
11. Karangasem 1.3
Jumlah 8.638
D. Pasar Kliwon
1. Joyosuran 0.54
2. Semanggi 1.668
3. Pasar Kliwon 0.36
4. Baluwarti 0.407
5. Gajahan 0.339
6. Kauman 0.192
7. Kampung Baru 0.306
8. Kedung Lumbu 0.551
9. Sangkrah 0.452
Jumlah 4.815
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

E. Serengan
1. Joyotakan 0.459
2. Danukusuman 0.508
3. Serengan 0.64
4. Tipes 0.64
5. Kratonan 0.324
6. Jayengan 0.293
7. Kemlayan 0.33
Jumlah 3.194
Sumber: BPS Surakarta Dalam Angka 2011

3. Geologi
Secara geologis, formasi geologi sangat berpengaruh terhadap kondisi
topografi dan sumberdaya air suatu daerah. Formasi Geologi adalah formasi
batuan yang dapat berfungsi menyimpan airtanah dalam jumlah besar.
Bemmelen (1949) dalam (Wibowo:56) membagi Zona Solo menjadi 3
bagian yaitu: Sub Zona Blitar, Sub Zone Solo (sensutrico) dan Sub Zone
Ngawi. Menurut system pembagian ini Kota Surakarta termasuk dalam Sub
Zone Solo. Sub Zone Solo merupakan depresi endapan vulkanik muda yang
membatasi sisi selatan Perbukitan Kendeng dan terdiri dari sederhana vulkan
kuarter. Aliran permukaan menuju sub Zone ini, sehingga material penyusun
Sub Zone Solo adalah material endapan. Material pembentuk batuan di Kota
Surakarta terdiri dari bahan vulkanis Merapi dan Lawu yang berumur
Holosen.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro skala
1:100.000, formasi batuan penyusun di Kota Surakarta terdiri dari:
a. Aluvium (Qa): terdiri dari kerakal, kerikil, lanau, dan lempung yang
merupakan endapan sungai. Formasi ini berada dibagian selatan timur, hingga
utara Kota Surakarta. Batuannya tersusun lempung, lumpur, lanau, pasir,
kerikil, kerakal, dan berangkal. Formasi ini mempunyai luas 2638,3 ha atau
yang terbesar mencakup 56% dari luas total Kota Surakarta.
b. Aluvium Tua (Qt): tersusun oleh konglomerat, batupasir, lanau dan
lempung. Formasi ini berada commit
dibagiantotengah
user Kota Surakarta atau mencakup
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

sebagian dari Kecamatan Jebres. Batuannya tersusun dari konglomerat,


batupasir, lanau, dan lempung. Formasi ini mempunyai luas 758,3 ha atau
mencakup 16,1 % dari luas wilayah Kota Surakarta.
c. Batuan Gunung Api Merapi (Qvm): tersusun oleh breksi gunung api,
lava, dan tufa. Formasi ini berada dibagian utara dan timur Kota Surakarta.
Batuannya tersusun dari breksi gunung api, lava. Formasi ini mempunyai luas
1315,19 ha atau mencakup 27,9% dari luas wilayah Kota Surakarta.

commit to user
51
Peta 4.2 Geologi Kota Surakarta
51
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

4. Iklim
Iklim dapat diartikan sebagai keadaan rata-rata cuaca pada suatu
daerah dalam waktu relatif lama, kurang lebih 10 tahun. Iklim merupakan
sintesis dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca dalam jangka panjang di suatu
tempat atau pada suatu wilayah tertentu (Handoko, 1994: 3). Dalam suatu
wilayah memiliki karakteristik iklim yang berbeda-beda. Perbedaan ini
bergantung pada intensitas curah hujan, kelembaban udara, temperatur, letak,
jarak dari matahari dan tinggi suatu tempat.
Klasifikasi iklim dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi dari
Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi ini menggunakan perbandingan rata-rata
bulan kering dengan rata-rata bulan basah atau berdasarkan nilai Q (Quotien).
Nilai Q dinyatakan dalam persen (%) dengan rumus sebagai berikut:
Rerata Bulan Kering
Q= × 100%
Rerata Bulan Basah
Penentuan bulan basah dan bulan kering menggunakan klasifikasi dari
Mohr, yaitu:
a. Bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan > 100 mm.
b. Bulan lembab adalah bulan dengan rata-rata curah hujan antara 60 – 100
mm.
c. Bulan kering adalah bulan dengan rata-rata curah hujan < 60 mm.
Berdasarkan besarnya nilai Q, tipe curah hujan di Indonesia dibagi
menjadi 8 golongan. Klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt dan
Ferguson disajikan pada Tabel.
Tabel 4.3. Klasifikasi Tipe Curah Hujan Menurut Scmidt dan Ferguson
No Tipe Nilai Sifat
1 A 0,0 % ≤ Q < 14,3 % Sangat basah
2 B 14,3 % ≤ Q < 33,3 % Basah
3 C 33,3 % ≤ Q < 60,0 % Agak Basah
4 D 60,0 % ≤ Q < 100 % Sedang
5 E 100 % ≤ Q < 167 % Agak Kering
6 F 167 % ≤ Q < 300 % Kering
7 G 300 % ≤ Q < 70 0 % Sangat Kering
8 H 700 % ≤ Q < ̴ Luar biasa kering
commit to user
53

Tabel 4.4. Curah Hujan Rata-Rata Kota Surakarta Tahun 2002-2011


Rerata Curah Hujan (mm) Pada Tahun: Rerata
Bulan Jumlah
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahunan
Januari 339 356 17.1 426.1 106.7 78.9 221 551 566 382.7 3044.5 304.45
Februari 331 349 218.9 391 595 595 242 735 398.4 348.5 4203.8 420.38
Maret 226 271 309.4 391 407.4 305.1 470.8 202 318.9 382 3283.6 328.36
April 126 62 114 576 464 452 168 230 316.5 459.7 2968.2 296.82
Mei 104 22 86.2 84 462 67 42.6 265.3 13 177.8 1323.9 132.39
Juni 0 12 11 163 0 22.1 0 184 94.4 10.5 497 55.22
Juli 0 0 23.2 292 0 0 0 0 14.6 10.8 340.6 37.84
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 0 121.8 0 121.8 13.53
September 0 0 8.4 225 0 25 0 0 296 0 554.4 69.3
Oktober 49 102 78.8 235 0 126.4 22 1.2 273 144.9 1032.3 103.23
November 114 269 560.4 481.7 116.2 112.4 9 8 204.1 210 2084.8 208.48
Desember 390 226 435.4 102.58 273.9 487.8 303 2 400.4 324 2945.08 294.51
Jumlah 1679 1669 1862.8 3367.38 2425.2 2271.7 1478.4 2178.5 3017.1 2450.9 22400 186.67
Bln 7 6 5 10 7 6 5 6 9 8 69 6.9
Basah
Bln 0 1 2 1 - 2 0 0 1 0 7 0.7
Lembab
Bln 5 5 5 1 5 4 7 6 2 4 44 4.4
Kering
Sumber: Stasiun Pengamatan Bandara Adi Sumarmo Tahun 2012

53
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui bahwa rata-rata bulan tertinggi


adalah 420 mm terjadi pada bulan Februari dan terendah adalah 13.53 mm
terjadi pada bulan Agustus. Tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson
dinyatakan dengan nilai Q yaitu perbandingan antara rerata bulan kering dan
rerata bulan basah.
Rerata Bulan Kering (BK)
𝑄= x 100%
Rerata Bulan Basah (BB)
Berdasarkan tabel curah hujan dapat ditentukan rerata bulan kering
adalah 4,4 dan rerata bulan basah 6,9, sehingga dapat diketahui nilai Q adalah
64 %

Gambar 4.1. Grafik Tipe Curah Hujan Kota Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

5. Tanah
Tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas
komponen-komponen padat, cair dan gas dan mempunyai sifat serta perilaku
yang dinamik, yang terbentuk sebagai hasil kerja interaksi antara iklim, jasad
hidup, terhadap suatau bahan induk yang dipengaruhi oleh relief tempatnya
terbentuk dan waktu. Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa faktor
pembentuk tanah terdiri dari: iklim, bahan induk, relief, organisme dan waktu.
Dalam mempengaruhi pembentukan dan perkembangan tanah, faktor-faktor
tersebut tidak mempunyai intensitas yang sama, sehingga berakibat bahwa
pada setiap tempat di permukaan bumi mempunyai sifat dan karakteristik
tanah yang tidak homogen atau sama. Dari perbedaan tersebut dimungkinkan
terjadi perbedaan penamaan dalam setiap kategorinya. Disamping itu lahan
pada berbagai tempat dimungkinkan pula mempunyai perbedaan dalam
kemampuan dan kesesuaian tanah dalam kaitannya dengan penggunaannya.
Persebaran tanah di lokasi penelitian ditunjukkan oleh Peta Tanah
Tinjau skala 1: 250.000 yang disusun oleh Supraptoharjo dkk (1966) dalam
Baiquni (1988: 32). Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, macam tanah di
lokasi penelitian meliputi:
a. Asosiasi Grumusol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat Kemerahan
Tanah ini merupakan kombinasi campuran antara tanah grumusol
kelabu tua dan mediteran coklat kemerahan. Bahan induknya adalah tuf
vulkan alkali basis dengan fisiografi vulkan. Di Kota Surakarta jenis tanah
ini berada di bagian utara kota, yaitu pada posisi 477907 – 484882 mT dan
9160810 – 9168388 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 2.085,74
ha. Tanah grumusol merupakan tanah dengan kadar liat lebih dari 30%
bersifat mengembang dan mengkerut. Pada musim kemarau tanah
grumusol akan mengeras dan retak – retak dikarenakan mengerut. Pada
musim penghujan akan menjadi lengket karena mengembang. Tanah
mediteran merupakan hasil dari penimbunan liat. Tanah dengan tekstur
halus mempunyai banyak pori mikro bersifat sulit untuk meloloskan air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

hujan ke dalam tanah. Kondisi tersebut menyebabkan tanah ini berdampak


memperbesar aliran permukaan dari air hujan.
b. Mediteran Coklat Tua
Tanah ini berada di bagian timur laut Kota Surakarta yaitu pada
posisi 481512 – 485500 mT dan 9164415 – 9167416 mU. Luas tanah ini
di Kota Surakarta adalah 688,34 ha. Bahan induknya adalah tuf vulkan
intermediair dan berada pada fisiografi vulkan dan bukit lipatan. Tanah
mediteran merupakan tanah dengan horizon penimbunan liat dengan
kejenuhan basa lebih dari 50 %. Ditinjau dari batuan penyusunnya, tanah
ini merupakan tanah yang subur. Hal tersebut dibuktikan dengan
banyaknya areal persawahan dan hutan yang terdapat pada tanah ini.
Dengan tekstur yang halus, tektur liat mempunyai banyak pori mikro,
yang sulit meloloskan air hujan yang jauh ke tanah. Kondisi tersebut akan
menyebabkan besarnya aliran permukaan pada tersebut.
c. Aluvial Coklat Kekelabuan
Tanah ini berada di tepi Bengawan Solo, yaitu pada posisi 479806
– 481866 mT dan 9160442 – 9162399 mU. Luas tanah ini di Kota
Surakarta adalah 138,36 ha. Bahan induknya adalah endapan liat yang
menempati fisiografi dataran. Tanah ini termasuk jenis tanah aluvial yang
salah satu sifatnya tergantung dari asal tanah itu diendapkan sehingga
kesuburannya ditentukan oleh keadaan bahan asalnya. Tanah ini terbentuk
karena adanya pengaruh dari endapan material tanah yang dibawa oleh
luapan banjir Sungai Bengawan Solo. Tekstur tanah aluvial yaitu liat atau
liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan teguh pada
waktu lembab. Tekstur tanah aluvial yaitu liat akan menyebabkan air
hujan sulit terinfiltrasi kedalam tanah dikarenakan tanah dengan tekstur
liat mempunyai banyak pori-pori mikro yang sulit meloloskan air hujan
yang jatuh ke tanah. Kondisi tersebut akan menyebabkan besarnya aliran
permukaan pada tanah tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

d. Regosol Kelabu
Tanah ini berada di bagian barat dan selatan Kota Surakarta, yaitu
pada posisi 474435 – 481174 mT dan 9160751 – 9166784 mU. Luas tanah
ini di Kota Surakarta adalah 138,36 ha. Tanah regosol adalah tanah yang
terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik, pasir
pantai dan nafal. Tanah regosol merupakan tanah yang terbentuk dari
erupsi Gunungapi Merapi yang terletak di sebelah barat Kota Surakarta.
Jenis tanah regosol mempunyai beberapa sifat yaitu umur tanah masih
muda, belum mengalami deferensiasi horizon, bersifat subur, berbutir
kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, cenderung gembur,
kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Dengan sifat tanah
tersebut, tanah regosol akan mudah menyerap air hujan yang turun dan
memeperkecil adanya aliran permukaan.
Persebaran tanah di Kota Surakarta dipresentasikan dalam Peta 4.3
berikut ini:

commit to user
58
Peta 4.3 Tanah Kota Kota Surakarta
58
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

6. Kemiringan Lereng
Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi kemiringan lereng menurut
Kumar (1979:109) yang membagi besar kemiringan menjadi 3 kelas.
Kemiringan lereng di Kota Surakarta dibedakan menjadi dua yaitu kemiringan
lereng 0%-5% dan 5%-10%. Perbandingan luas kelas kemiringan lereng dapat
dilihat pada Tabel dan Peta
Tabel 4.5. Kemiringan Lereng di Kota Surakarta
Luas
No Kemiringan Lereng
Ha %
1 0%-5% 3717,85 78,9
2 5%-10% 994,01 21,1
Jumlah 4711,86 100,0
Sumber: Hasil Analisis SIG Tahun 2013

Kemiringan lereng 0-15 % terdapat di sebagian besar wilayah Kota


Surakarta yang meliputi Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasarkliwon,
Kecamatan Serengan, dan sebagian Kecamatan Banjarsari, sedangkan
kemiringan lereng 5-10 % terdapat hanya sebagian kecil diwilayah Kota
Surakarta yang meliputi Kelurahan Mojosongo, Kelurahan Jebres, dan
Kelurajan Kadipiro
Secara morfologi Kota Surakarta dikelilingi oleh perbukitan dan
pegunungan. Bagian timur oleh Gunung Lawu, bagian barat oleh Gunung
Merapi dan Gunung Merbabu, bagian utara oleh perbukitan kendeng dan
bagian selatan oleh perbukitan baturagung. Kondisi seperti ini akan
berpangaruh terhadap besarnya aliran permukaan dan infiltrasi. Pada topografi
datar akan membuat aliran permukaan semakin kecil. Hal ini disebabkan
karena kemiringan lereng yang kecil, debit aliran permukaan menjadi kecil.
Air akan banyak terinfiltrasi ke dalam tanah daripada menjadi aliran
permukaan, sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya ketersediaan air
tanah.

commit to user
Peta 4.4. Kemiringan Lereng Kota Surakarta 60
54
60
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

7. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan akibat dari segala tindakan manusia
pada lahan. Menurut Arsyad (1989: 207) dalam skripsi Novika Pradanesti
(2010: 6) penggunaan lahan (landuse) diartikan sebagai bentuk campurtangan
(intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan secara umum
dapat dibedakan menjadi:
a. Pertanian (Cultivated Areas)
Penggunaan lahan ini mencakup persawahan dan pertanian kering
semusim (tegalan/lading). Lahan pertanian di Kota Surakarta mempunyai
luas 200,70 ha atau sebesar 4, 27 % yang terdapat di Kecamatan Banjarsari
yaitu 100, 83 ha. Lahan pertanian di Kota Surakarta dapat dilihat pada
gambar 20 dibawah ini.

Gambar 4.2. Penggunaan Lahan berupa Lahan Pertanian


(Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari)
pada koordinat 9165645.14 mU dan 478816.53 mT

b. Hutan Kota (Forested Areas )


Lahan hutan kota didaerah penelitian mencakup hutan kota atau daerah
yang ditumbuhi vegetasi yang lebat. Komunitas tumbuh-tumbuhan hutan
kota terdiri dari pepohonan, rerumputan, atau penutup lahan lainnya
seperti semak. Dengan jarak tanam tidak beraturan. Lahan hutan kota di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Surakarta mempunyai luas 103,08 ha atau sebesar 2,19 % tersebar di 5


kecamatan dan paling terdapat di Kecamatan Jebres.

Gambar 4.3. Penggunaan Lahan berupa Hutan


(Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres)
pada koordinat 9164292.03 mU dan 484706.75 mT
c. Lahan Kosong (Pastures)
Lahan kosong kosong mencakup lapangan, kuburan, taman kota, daerah
stasiun kereta api, pekarangan, dan tanah yang belum dilakukan aktifitas
penggunaan seperti sempadan sungai dan sawah yang sudah tidak diolah.
Lahan ini tersebar di 5 Kecamatan di Kota Surakarta dengan luas total
324,72 ha atau sebesar 6,91%. Kecamatan yang memiliki lahan kosong
terluas adalah Kecamatan Jebres.

Gambar 4.4. Penggunaan Lahan berupa Lahan Kosong


(Kelurahan commit
Kepabron, Kecamatan Banjarsari)
to user
pada koordinat 9163572.97 mU dan 480358.72 mT
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

d. Permukiman (Urban Areas )


Permukiman adalah kelompok-kelompok manusia berdasarkan satuan
tempat tinggal atau kediaman. Mencakup fasilitas-fasilitasnya seperti
bangunan rumah serta jalur jalan yang melayani manusia tersebut
(Ritohardoyo, 1986:6). Lahan permukiman memiliki sebaran terluas di
Kota Surakarta yaitu sebesar 4067,47 ha (86,62%).

Gambar 4.5. Penggunaan Lahan berupa Permukiman


(Kelurahan Tegalharjo, Kecamatan Jebres)
pada koordinat 9163572.97 mU dan 480358.72 mT

commit to user
Peta 4.5. Penggunaan Lahan Kota Surakarta 64
64
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

8. Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk dengan luas wilayah. Pada Tahun 2011, jumlah penduduk Kota
Surakarta mencapai 588,114 jiwa/km2 dengan tingkat kepadatan 13.355,30
jiwa/km2. Jumlah penduduk yang paling banyak di Kecamatan Banjarsari,
sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Serengan tetapi
yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Serengan.
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk Kota Surakarta Tahun 2013
sebanyak 600.165 jiwa.
Tabel 4.6. Kepadatan Penduduk Kota Surakarta
Jumlah Jumlah
Kepadatan
Penduduk Penduduk
luas Pertumbuhan Penduduk Tahun
No Kecamatan Kelurahan Tahun Tahun
(km²) Penduduk ( r ) 2013
2011 2013
(Jiwa/Km²)
(Jiwa) (Jiwa)
A Laweyan

1 Pajang 1,55 24755 0,0093 25218 16238


2 Laweyan 0,25 2598 0,0086 2643 10658
3 Bumi 0,37 7296 0,0137 7499 20105
4 Panularan 0,54 9733 0,0030 9792 17999
5 Sriwedari 0,51 4761 0,0081 4839 9433
6 Penumping 0,50 5657 0,0081 5750 11431
7 Purwosari 0,84 13163 0,0123 13490 16002
8 Sondakan 0,79 11975 0,0015 12010 15300
9 Kerten 0,92 12063 0,0116 12346 13405
10 Jajar 1,06 9792 0,0081 9952 9433
11 Karangasem 1,30 9974 0,0081 10138 7798
Jumlah 8,64 111767 0,0084 113676 147802
B Serengan
1 Joyotakan 0,459 8949 0,0094 9119 19866
2 Danukusuman 0,508 11700 0,0005 11711 23053
3 Serengan 0,640 13038 0,0108 13323 20817
4 Tipes 0,640 13902 0,0111 14215 22211
5 Kratonan 0,324 6217 0,0019 6241 19263
6 Jayengan 0,293 5803 0,0034 5842 19940
7 Kemlayan 0,330 3882 0,0081 3946 11957
Jumlah 3,194 63491 0,0065 64397 137108

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Lanjutan tabel 4.6


Pasar
C Kliwon

1 Joyosuran 0,540 11672 0,0071 11838 21923


2 Semanggi 1,668 34051 0,0083 34620 20755
3 Pasar Kliwon 0,360 7113 0,0081 7230 20083
4 Baluwarti 0,407 7375 0,0226 7716 18958
5 Gajahan 0,339 5228 0,0081 5314 15675
6 Kauman 0,192 3513 0,0040 3541 18444
7 Kampung Baru 0,306 3695 0,0081 3756 12273
8 Kedung Lumbu 0,551 4839 0,0021 4859 8819
9 Sangkrah 0,452 11682 0,0058 11817 26144
Jumlah 4,815 89168 0,0083 90692 163076
D Jebres

1 Kepatihan Kulon 0,175 2972 0,0079 3019 17252


2 Kepatihan Wetan 0,225 3081 0,0062 3120 13865
3 Sudiroprajan 0,230 5025 0,0081 5108 22207
4 Gandekan 0,350 9548 0,0042 9628 27509
5 Sewu 0,485 7537 0,0081 7661 15795
6 Pucangsawit 1,270 13640 0,0081 13864 10917
7 Jagalan 0,650 12443 0,0059 12590 19369
8 Purwodiningratan 0,373 5449 0,0019 5470 14665
9 Tegalharjo 0,325 6116 0,0032 6155 18940
10 Jebres 3,170 32086 0,0081 32613 10288
11 Mojosongo 5,328 47806 0,0352 51289 9626
Jumlah 12,581 145703 0,0088 150516 180432
E Banjarsari

1 Mangkubumen 0,797 10020 0,0059 10138 12720


2 Timuran 0,315 4357 0,0039 4391 13941
3 Keprabon 0,318 3770 0,0100 3846 12095
4 Ketelan 0,250 4257 0,0024 4277 17109
5 Punggawan 0,360 5253 0,0065 5321 14781
6 Kestalan 0,208 3037 0,0067 3078 14797
7 Setabelan 0,277 4331 0,0081 4402 15892
8 Gilingan 1,272 21710 0,0029 21836 17167
9 Manahan 1,280 13451 0,0062 13620 10641
10 Sumber 1,330 16933 0,0076 17192 12926
11 Nusukan 2,063 28727 0,0090 29251 14179
12 Kadipiro 5,088 49647 0,0059 50232 9873
13 Banyuanyar 1,250 12492 0,0313 13299 10639
Jumlah 14,808 177985 0,0082 180884 176760
(Sumber: BPS Surakarta Dalamcommit
Angkato2011)
user
67
Peta 4.6. Kepadatan Penduduk Kota
Surakarta
67
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

9. Hidrologi
Kota Surakarta secara morfologi merupakan daerah cekungan air tanah
yang wilayahnya dikelilingi oleh pegunungan atau perbukitan. Kota Surakarta
sebagian besar wilayahnya datar, namun memiliki ketinggian yang berbeda.
Sebelah utara daerahnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah selatan.
Kondisi tersebut juga memungkinkan bahwa Kota Surakarta mendapat pasokan
air dari wilayah sekitar. Sumber airtanah di Kota Surakarta berasal dari airtanah
dangkal, airtanah dalam, dan air PDAM.
Di Kota Surakarta pemanfaatan airtanah diantaranya adalah untuk
kebutuhan hotel, industri/pabrik, rumah sakit, mall/restoran dan rumah tangga.
Sumber air yang dapat dimanfaatkan adalah potensi air yang terdapat di
permukaan dan air tanah. Menurut Winarno (1986:21) dalam handayani yang
dimaksud dengan potensi air ialah jumlah air yang tersedia, berupa air
permukaan dan air tanah yang dinyatakan dalam jangka rata-rata setahun. Pada
dasarnya sumber air yang dapat kita manfaatkan di alam ini ialah air hujan, air
permukaan, dan air tanah.
PDAM sebagai perusahaan yang mengelola sumber daya air dan
distribusi serta pemeliharananya kepada masyarakat mendapatkan air dari
sumber air yang berasal dari mata air Cokrotulung dengan kapasitas 387 lt/detik
yang mengalir melalui pipa transmisi secara gravitasi ke reservoir Kartasura
hingga sampai ke Kota Surakarta. Selain mata air Cokrotulung, pasokan air
juga diperoleh dari beberapa sumur dalam yang dimilio oleh PDAM yang
memiliki total 26 sumur dalam di seluruh wilayah Kota Surakarta dengan
kapasitas total 350,10 liter/detik yang dilengkapi 5 Instalasi Pengilahan Air
(IPA).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.7. Kapasitas Produksi Sumber Baku Air PDAM Tirta Dharma Kota
Surakarta (liter/detik)

Tahun
No. Air Baku
2006 2007 2008 2009 2010
1 Mojosongo I 16,54 13,82 13,83 8,96 10,59
2 Mojosongo II 9,17 8,12 8,13 8,06 5,43
3 Mojosongo III 5,51 2,01 5,21 2,01 2,01
4 Kadipiro I 21,3 16,05 16,06 17,01 14,73
5 Kadipiro II 27,74 34,18 34,09 32,98 32,12
6 Kadipiro III 20,38 13,56 13,49 19,31 19,13
7 Randusari I 10,56 3,3 3,3 - -
8 Randusari II 23,74 19,96 25,08 19,97 19,97
9 Randusari III 16,36 11,23 11,23 16,9 13,93
10 Ngadisono 45,3 42,11 36,92 31,29 37,78
11 Plesungan I - - - - -
12 Plesungan II 21,22 20,33 24 24,24 21,75
13 Plesungan III 7,42 6,22 6,22 3,27 1,29
14 Sibela 2,77 3,3 5,11 4,51 3,75
15 Karangasem 24,48 26,66 26,28 8,24 17,42
16 Manahan 1 26,92 19,38 19,43 17,92 18,06
17 Manahan 2 20,2 20,16 18,76 15,6 13,25
18 Sumber 3,14 2,64 2,99 - -
19 Banyuanyar 7,81 8,16 8,21 6,87 6,52
20 Banjarsari 25,77 27,9 24,99 21,52 21,84
21 Jebres I 22,99 20,02 19,94 17,62 19,4
22 Jebres II 36,28 34,26 34,82 24,91 25,28
23 Pedaringan 15,2 10,91 8,18 8,22 8,3
24 Jurug 1 16,8 19,22 14,31 17,04 15,61
25 Jurug 2 - - - - -
26 Semanggi 9,96 11,04 10,44 10,59 15,62
27 Sriwedari - - 5,56 5,72 6,25
28 Tironadi 22,75 21,73 21,61 19,48 15,69
MA.
29 Cokrotulung 387 387 387 387 387
30 IPA Jurug 35,26 76,13 76,13 82,25 85,47
Jumlah 2888,57 2886,4 2889,32 2840,49 2832,57
(Sumber: PDAM Tirta Dharma Kota Surakarta, 2010)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan analisis demand yang dilakukan PDAM Tirta Dharma Kota


Surakarta hingga tahun 2010, Sistem Pelayanan Air di Kota Surakarta pada
kebutuhan maksimum mengalami kekurangan 65 liter/detik dengan kondisi
pemakaian rumah tangga adalah 177 liter/orang/hari dan total kehilangan air
sebanyak 39,80%.
Tabel 4.8. Produksi dan Distribusi Air PDAM Tirta Dharma Kota Surakarta

TAHUN
URAIAN
2007 2008 2009 2010
Produksi Air 25.902.099 25.391.983 24.817.080 24.581.453
Air Terjual 15.670.331 15.426.614 14.892.569 14.802.307
Kehilangan Air 10.231.768 9.966.369 9.924.511 9.779.146
% Kehilangan
Air 59 39.26 40.00 39.80
(Sumber: PDAM Tirta Dharma Kota Surakarta, 2010)
Berdasarkan data pada tabel 4.8. yang merupakan data tahun 2010
tersebut menjelaskan bahwa, terdapat defisit antaraproduksi air dibandingkan
dengan air yang terjual dan kehilangan air yang rata-rata kehilangan airnya
adalah 44,5% sejak tahun 2007 hingga tahun 2010.

GRAFIK PRODUKSI DAN DISTRIBUSI AIR


PDAM TIRTA DHARMA KOTA SURAKARTA

9.779.146
2010 14.802.307
24.581.453

9.924.511
2009 14.892.569
24.817.080
Tahun

Kehilangan Air
9.966.369
2008 15.426.614 Air Terjual
25.391.983
Produksi Air
10.231.768
2007 15.670.331
25.902.099

0 10.000.000 20.000.000 30.000.000

liter/hari

Gambar 4.6. Grafik Distribusi dan Produksi Air PDAM Kota Surakarta
commit to user
(Sumber: PDAM Tirta Dharma Kota Surakarta)
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Dari grafik pada gambar 4.6. dapat kita ketahui pula bahwa sumber daya
air yang ada tidak dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat yang dalam
hal ini adalah pelanggan PDAM. Terbatasnya sumber daya air tersebut juga
semakin parah dengan adanya pencemaran air yang dilakukan oleh masyarakat
sekitar sumber air. Dari data BPS 2007 yang dipublikasikan dalam Statistik
Lingkungan Hidup 2006/2007, di Indonesia pada tahun 2006 rata-rata sekitar
65% rumah tangga tidak memiliki penampungan akhir tinja dengan septi tank.
Selain pencemaran karena kegiatan domestik, kegiatan industri juga memiliki
potensi yang sangat besar untuk menimbulkan terjadinya pencemaran air.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Berdasarkan analisis data dari hasil survei lapangan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut:
1. Kebutuhan Air Domestik Kota Surakarta Tahun 2013
Kebutuhan air domestik di Kota Surakarta dibagi menjadi 5
kecamatan, yaitu kecamatan laweyan, kecamatan serengan, kecamatan pasar
kliwon, kecamatan jebres dan kecamatan banjarsari. Setiap kecamatan akan
diketahui prosentase jumlah konsumsi air domestik, kualitas airtanah,
kuantitas airtanah dan konflik sumberdaya air. Hasil tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Kecamatan Laweyan
1). Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik

Keterangan:
Angkutan
Buruh Bangunan
14% 7%
8%
6% Buruh Industri
14%
18% Buruh Tani
13%
Pedagang
7% Pengusaha
13%
Pensiunan

Prosentase (%) Petani


PNS/TNI/POLRI

Gambar 4.7. Diagram Data Prosentase Jumlah Konsumsi Air


Domestik Kecamatan Laweyan (Sumber: survei
lapangan, 2013)

Gambar 4.7. menunjukkan prosentase jumlah konsumsi air


domestik terhadap jenis pekerjaan di Kecamatan Laweyan.
Berdasarkan hasil survei terdapat 9 jenis pekerjaan/ mata pencaharian
commit to user
yang terdiri dari angkutan, buruh bangunan, buruh industri, buruh tani,
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

pedagang, pengusaha, pensiunan, petani dan Pns/tni/polri. Prosentase


jumlah konsumsi air domestik paling tinggi adalah penduduk dengan
mata pencaharian sebagai pensiunan sebesar 18 %, sedangkan
prosentase jumlah konsumsi air domestik paling rendah adalah
penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebesar 6%.
2). Kualitas Airtanah
Kualitas airtanah di kecamatan laweyan terbagi menjadi dua
yaitu kualitas airtanah dangkal dan kualitas air PDAM. Prosentase
kualitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:
a). Kualitas Airtanah Dangkal

8%
26%

Keterangan:
Baik
67% Sedang
Prosentase (%) Buruk

Gambar 4.8. Diagram data prosentase kualitas airtanah dangkal


kecamatan laweyan (Sumber: survei lapangan,
2013).

Gambar 4.8. menunjukkan prosentase kualitas airtanah


dangkal di Kecamatan Laweyan. Kualitas baik ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 26%, kualitas sedang ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 67% dan kualitas buruk ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 8%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

b). Kualitas Air PDAM

8%

92%
Keterangan :
Baik
Sedang
Buruk

Prosentase (%)

Gambar 4.9. Diagram Data Prosentase Kualitas Air PDAM


Kecamatan Laweyan (Sumber: Survei Lapangan,
2013)

Gambar 4.9. menunjukkan prosentase kualitas airtanah


PDAM di Kecamatan Laweyan. Kualitas baik ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 8%, kualitas sedang ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 92% dan untuk kualitas buruk 0%.
3). Kuantitas Airtanah
Kuantitas airtanah di Kecamatan Laweyan terbagi menjadi
dua yaitu kuantitas airtanah dangkal dan kuantitas air PDAM.
Prosentase kuantitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:
a). Kuantitas Airtanah Dangkal

47%

53% Keterangan:
Sedang
Banyak
Buruk
Prosentase (%)

Gambar 4.10. Diagram Data Prosentase Kuantitas Airtanah


commit to
Dangkal user
Kecamatan Laweyan (Sumber: Survei
Lapangan, 2013)
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.10. menunjukkan prosentase kuantitas airtanah


dangkal di Kecamatan Laweyan. Kuantitas sedang ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 47%, kuantitas banyak ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 53% dan kuantitas kurang 0%.
b). Kuantitas air PDAM

13%

Keterangan :
Sedang
Banyak
Kurang

88%

Prosentase (%)

Gambar 4.11. Diagram Data Prosentase Kuantitas Air PDAM


Kecamatan Laweyan (Sumber: Survei
Lapangan, 2013)

Gambar 4.11. menunjukkan prosentase kuantitas air


PDAM di kecamatan laweyan. Kuantitas sedang ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 13%, kuantitas banyak ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 88% dan kuantitas kurang 0%.
4). Konflik Sumber Daya Air

19%

Keterangan :
Pernah
Belum Pernah

81%
Prosentase (%)

Gambar 4.12. Diagram Data Prosentase Konflik Sumber Daya Air


Kecamatan Laweyan (Sumber: Survei Lapangan,
2013) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.12. menunjukkan prosentase konflik sumber


daya air yang pernah ada di Kecamatan Laweyan. Dari hasil penelitian
di 19% pernah dan 81% belum pernah.
5). Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Laweyan Tahun 2013
Tabel. 4.9. Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Laweyan Tahun
2013.
Rata-Rata Kebutuhan Air
Jumlah Prosentase
Pemakaian Domestik Tahun
No Jenis Pekerjaan Penduduk (%)
Air per hari 2013
(jiwa)
(Lt/hari/orang) (m³/kapita/tahun)
91,25 4204 140.019,47 0,78
1 Angkutan
914,62 12852 4.290.464,12 23,80
2 Buruh bangunan
1797,06 16099 10.559.767,16 58,59
3 Buruh industri
90 34 1.116,90 0,01
4 Buruh tani
382,5 7380 1.030.340,25 5,72
5 Pedagang
1600 1542 900.528,00 5
6 Pengusaha
683,83 3298 823.174,03 4,57
7 Pensiunan
75 50 1.368,75 0,01
8 Petani
173,5 4386 277.754,41 1,54
9 PNS/TNI/POLRI
Jumlah 49845 18.024.533,12 100%
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.9. jumlah kebutuhan air domestik di
Kecamatan Laweyan adalah 18.024.533,12 m³/kapita/tahun. Rata-rata
pemakaian air per hari tertinggi adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan buruh industri yaitu 1797,06 liter/hari/orang, sedangkan rata-
rata pemakaian air per hari terendah adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan sebagai petani yaitu 75 liter/hari/orang. Kebutuhan air
domestik tahun 2013 tertinggi adalah penduduk dengan jenis pekerjaan
buruh industri yaitu 10.559.767,16 m³/kapita/tahun dengan besar
prosentase 58,59 %, sedangkan kebutuhan air domestik terendah
adalah penduduk dengan jenis pekerjaan buruh tani yaitu 1.116,9
m³/kapita/tahun dengan prosentase 0,01 %.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

b. Kecamatan Serengan
1). Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik

Keterangan:
11% Buruh Bangunan
26%
15%
Buruh Industri
Pedagang
12%
18% Pengusaha
17% Pensiunan
PNS/TNI/POLRI
Prosentase (%)

Gambar 4.13. Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik Di


Kecamatan Serengan Tahun 2013 (Sumber: Survei
Lapangan, 2013)

Gambar 4.13. menunjukkan prosentase jumlah konsumsi air


domestik di Kecamatan Serengan berdasarkan jenis pekerjaan.
Berdasarkan hasil hitungan jumlah responden, di kecamatan serengan
terbagai menjadi 6 jenis pekerjaan,yaitu buruh bangunan, buruh
industri, pedagang, pengusaha, pensiunan, PNS/TNI/POLRI. Dari hasil
penelitian di lapangan proesentase jumlah konsumsi air domestik
tertinggi adalah jenis pekerjaan PNS/TNI/POLRI sebesar 26%,
sedangkan untuk prosentase jumlah konsumsi air domestik paling
rendah adalah buruh bangunan yaitu sebesar 11%.
2). Kualitas Airtanah
Kualitas airtanah di Kecamatan Serengan terbagi menjadi dua
yaitu kualitas airtanah dangkal dan kualitas air PDAM. Prosentase
kualitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

a). Kualitas Airtanah Dangkal

7% 4%

Keterangan :
Baik
Sedang
Buruk
89%
Prosentase (%)

Gambar 4.14. Diagram Data Prosentase Kualitas Airtanah Dangkal


Kecamatan Serengan (Sumber: Survei Lapangan,
2013)

Gambar 4.14. menunjukkan prosentase kualitas airtanah


dangkal di Kecamatan Serengan. Kualitas baik ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 89%, kualitas sedang ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 7% dan kualitas buruk ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 4%.
b). Kualitas air PDAM

40%

Keterangan :
60%
Baik
Sedang
Buruk
Prosentase (%)

Gambar 4.15. Diagram Data Prosentase Kualitas Air PDAM


Kecamatan Serengan (Sumber: Survei Lapangan,
2013).

Gambar 4.15. menunjukkan prosentase kualitas air PDAM


commit to user
di Kecamatan Serengan. Kualitas baik ditunjukkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

prosentase sebesar 40%, kualitas sedang ditunjukkan dengan


prosentase sebesar 60% dan kualitas buruk 0%.
3). Kuantitas Airtanah
Kuantitas airtanah di Kecamatan Serengan terbagi menjadi dua
yaitu kuantitas airtanah dangkal dan kuantitas air PDAM. Prosentase
kuantitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:
a). Kuantitas Airtanah Dangkal

15%

Keterangan :
Sedang
Banyak
Kurang
85%

Prosentase (%)

Gambar 4.16. Diagram Data Prosentase Kuantitas Airtanah


Dangkal Kecamatan Serengan (Sumber: Survei
Lapangan, 2013)

Gambar 4.16. menunjukkan prosentase kuantitas airtanah


dangkal di Kecamatan Serengan. Kuantitas sedang ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 15%, kuantitas banyak ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 85% dan kuantitas kurang 0%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

b). Kuantitas Air PDAM

100%

Kecamatan :
Banyak
Sedang
Kurang
Prosentase (%)

Gambar 4.17. Diagram data prosentase kuantitas air PDAM


kecamatan serengan. (Sumber: survei lapangan,
2013).

Gambar 4.17. menunjukkan prosentase kuantitas air PDAM


di kecamatan serengan. Kuantitas banyak ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 100%, sedangkan untuk kuantitas sedang dan
kurang adalah 0%.
4). Konflik Sumber Daya Air

21%

Keterangan :
Pernah
Diagram.............................................
79% Belum Pernah
Prosentase (%)

Gambar 4.18. Diagram Data Prosentase Konflik Sumber Daya Air di


Kecamatan Serengan. (Sumber: Survei Lapangan,
2013).

Gambar 4.18. menunjukkan besarnya prosentase konflik


commit to user
sumber daya air di Kecamatan Serengan. Berdasarkan hasil penelitian
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

sebanyak 21 % menjawab pernah, sedangkan 79 % menjawab belum


pernah.
5). Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Serengan Tahun 2013
Tabel 4.10. Kebutuhan Domestik di Kecamatan Serengan Tahun 2013
Rata-rata
Jumlah Kebutuhan Air
Pemakaian Air Prosentase
No Jenis Pekerjaan Penduduk Domestik
per hari (%)
(jiwa) (m³/kapita/tahun)
(Lt/hari/orang)
1 Angkutan 238,33 2.284 198.686,18 20,52
2 Buruh Bangunan 75 5.042 138.024,75 14,26
3 Buruh Industri 98,89 6.966 251.436,72 25,97
4 Buruh Tani - - -
5 Pedagang 81 5.285 156.251,025 16,14
6 Pengusaha 108,33 1.980 78.290,091 8,09
7 Pensiunan 120 819 35.872.,2 3,71
8 Petani - - -
9 Pns/Tni/Polri 171 1.755 109.538,325 11,31
Jumlah 24.131 968.099,3 100
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.10. jumlah kebutuhan air domestik di
Kecamatan Serengan adalah 968.099,3 m³/kapita/tahun. Rata-rata
pemakaian air per hari tertinggi adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan angkutan yaitu 238,33 liter/hari/orang, sedangkan rata-rata
pemakaian air per hari terendah adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan sebagai buruh bangunan yaitu 75 liter/hari/orang.
Kebutuhan air domestik tahun 2013 tertinggi adalah penduduk dengan
jenis pekerjaan buruh industri yaitu 251.436,72 m³/kapita/tahun
dengan besar prosentase 25,97 %, sedangkan kebutuhan air domestik
terendah adalah penduduk dengan jenis pekerjaan pensiunan yaitu
35.872,200 m³/kapita/tahun dengan prosentase 3,71 %.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

c. Kecamatan Pasar Kliwon


1). Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik

Keterangan:
10% Angkutan
11% 24%
Buruh Bangunan
Buruh Industri
13%
14%
Pedagang
11%
17% Pengusaha
Pensiunan
Prosentase (%) PNS/TNI/POLRI

Gambar 4.19. Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik Di


Kecamatan Pasar Kliwon (Sumber: Survei
Lapangan, 2013)

Gambar 4.19. menujukkan besarnya prosentase jumlah


konsumsi air domestik di Kecamatan Pasar kliwon berdasarkan jenis
pekerjaan. Di Kecamatan pasar kliwon terdapat 7 jenis pekerjaan,
antara lain angkutan, buruh bangunan, buruh industri, pedagang,
pengusaha, pensiunan, PNS/TNI/POLRI. Jumlah konsumsi air ini
berbeda-beda bergantung pada penggunaan air dan jenis pekerjaan
masing-masing penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan
prosentase jumlah konsumsi air domestik paling banyak adalah
penduduk dengan jenis pekerjaan sebagai angkutan sebesar 24%,
sedangkan prosentase jumlah konsumsi air domestik paling sedikit
adalah penduduk dengan jenis pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI
yaitu sebesar 10%. Sedangkan untuk jenis pekerjaan lainya yaitu buruh
bangunan sebesar 14%, buruh industri sebesar 17%, pedagang sebesar
11%, pengusaha sebesar 13%, pensiunan sebesar 11%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

2). Kualitas Airtanah


Kualitas airtanah di kecamatan pasar kliwon terbagi menjadi dua
yaitu kualitas airtanah dangkal dan kualitas air PDAM. Prosentase
kualitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:
a). Kualitas Airtanah Dangkal

2%
21%

Keterangan :

Baik
Sedang
74% Buruk

Prosentase (%)

Gambar 4.20. Diagram Data Prosentase Kualitas Airtanah Dangkal


Kecamatan Pasar Kliwon (Sumber: survei lapangan,
2013)

Gambar 4.20. menunjukkan prosentase kualitas airtanah


dangkal di Kecamatan Pasar Kliwon. Kualitas baik ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 74%%, kualitas sedang ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 21% dan kualitas buruk ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 2%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

b). Kualitas Air PDAM

38%
Keterangan:
Baik
62%
Sedang
Buruk

Prosentase (%)

Gambar 4.21. Diagram Data Prosentase Kualitas Air PDAM


Kecamatan Pasar Kliwon (Sumber: Survei
Lapangan, 2013)

Gambar 4.21. menunjukkan prosentase kualitas Air PDAM di


Kecamatan Pasar Kliwon. Kualitas baik ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 62%, kualitas sedang ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 38% dan kualitas buruk tidak terdapat.
3). Kuantitas Airtanah
Kuantitas airtanah di kecamatan pasar kliwon terbagi menjadi
dua yaitu kuantitas airtanah dangkal dan kuantitas air PDAM.
Prosentase kuantitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:
a). Kuantitas Airtanah Dangkal
13%

Keterangan:
Banyak
Sedang
Kurang
87%
Prosentase (%)

Gambar 4.22. Diagram Data Prosentase Kuantitas Airtanah


Dangkal Kecamatan Pasar Kliwon (Sumber:
commit
survei to user2013)
lapangan,
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.22. menunjukkan prosentase kuantitas airtanah


dangkal di Kecamatan Pasar Kliwon. Kuantitas banyak ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 87%, kuantitas sedang ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 13% dan kuantitas kurang tidak
terdapat.
b). Kuantitas Air PDAM

31%
Keterangan :
Banyak
Sedang
Kurang
69%

Prosentase (%)

Gambar 4.23. Diagram Data Prosentase Kuantitas Air PDAM


Kecamatan Pasar Kliwon (Sumber: Survei
Lapangan, 2013)

Gambar 4.23. menunjukkan prosentase kuantitas air PDAM


di Kecamatan Pasar Kliwon. Kuantitas banyak ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 31%, kuantitas sedang ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 69%, dan kuantitas kurang tidak terdapat
dikecamatan ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

4). Konflik Sumber Daya Air

49%

Keterangan :
51% Pernah
Belum Pernah

Prosentase (%)

Gambar 4.24. Diagram Data Konflik Sumber Daya Air di Kecamatan


Pasar Kliwon (Sumber: Survei Lapangan, 2013).

Gambar 4.24. menunjukkan besarnya prosentase konflik


sumber daya air di Kecamatan Pasar Kliwon. Berdasarkan hasil
penelitian sebanyak 49% % menjawab pernah, sedangkan 51 %
menjawab belum pernah.
5). Kebutuhan Air Domestik Di Kecamatan Pasar Kliwon Tahun 2013
Tabel 4.11. Kebutuhan Air Domestik Di Kecamatan Pasar Kliwon
Tahun 2013
Rata-rata
Jumlah Kebutuhan Air
pemakaian air Prosentase
No Jenis Pekerjaan Penduduk Domestik
per hari (%)
(jiwa) (m³/kapita/tahun)
(Lt/hari/orang)
1 Angkutan 158 5.995 345.731,65 18,13
2 buruh bangunan 94,5 11.389 392.835,08 20,60
3 buruh industri 115 15.852 665.387,7 34,89
4 Buruh Tani - - - -
5 Pedagang 71,5 11.373 296.806,86 15,56
6 Pengusaha 83,33 3.238 98.485,22 5,16
7 Pensiunan 70 1.983 50.665,65 2,66
8 Petani - - - -
9 PNS/TNI/POLRI 66,5 2.365 57.404,46 3,01
1.907.316,64 100
Jumlah
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.11. jumlah kebutuhan air domestik di
Kecamatan Pasar Kliwon adalah 1.907.316,64 m³/kapita/tahun. Rata-
commit to user
rata pemakaian air per hari tertinggi adalah penduduk dengan jenis
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

pekerjaan angkutan yaitu 158 liter/hari/orang, sedangkan rata-rata


pemakaian air per hari terendah adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI yaitu 66,5 liter/hari/orang.
Kebutuhan air domestik tahun 2013 tertinggi adalah penduduk dengan
jenis pekerjaan buruh bangunan yaitu 392.835,08 m³/kapita/tahun
dengan besar prosentase 20,6 %, sedangkan kebutuhan air domestik
terendah adalah penduduk dengan jenis pekerjaan pensiunan yaitu
57.404,46 m³/kapita/tahun dengan prosentase 2,66 %.
d. Kecamatan Jebres
1). Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik

Keterangan:
Angkutan
13% 14% Buruh Bangunan
12% 11%
Buruh Industri
Pedagang
12% 12%
Pengusaha
12% 14% Pensiunan
Petani Sendiri
Prosentase (%)
PNS/TNI/POLRI

Gambar 4.25. Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik


Kecamatan Jebres Tahun 2013 (Sumber: Survei
Lapangan, 2013).

Gambar 4.25. menunjukkan besarnya prosentase jumlah


konsumsi air domestik di Kecamatan Pasar Kliwon berdasarkan jenis
pekerjaan. Di Kecamatan Pasar Kliwon terdapat 8 jenis pekerjaan,
antara lain angkutan, buruh bangunan, buruh industri, pedagang,
pengusaha, pensiunan, Petani, PNS/TNI/POLRI. Jumlah konsumsi air
ini berbeda-beda bergantung pada penggunaan air dan jenis pekerjaan
masing-masing penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan
commit toairuser
prosentase jumlah konsumsi domestik penduduk dengan jenis
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

pekerjaan sebagai angkutan sebesar 14%, buruh bangunan 11%, buruh


industri 12%, pedagang 14%, pengusaha 12%, pensiunan 12%, petani
sendiri 12%, PNS/TNI/POLRI 13%. Prosentase jumlah konsumsi air
domestik paling sedikit adalah penduduk dengan jenis pekerjaan
sebagai buruh bangunan yaitu sebesar 11%.
2). Kualitas Airtanah
Kualitas airtanah di kecamatan jebres terbagi menjadi dua
yaitu kualitas airtanah dangkal dan kualitas air PDAM. Prosentase
kualitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:
a). Kualitas Airtanah Dangkal

100%

Keterangan :
Baik
Sedang
Buruk

Prosentase (%)
Gambar 4.26. Diagram Data Prosentase Kualitas Airtanah Dangkal
Kecamatan Jebres (Sumber: Survei Lapangan, 2013)

` Gambar 4.26. menunjukkan prosentase kualitas


airtanah dangkal di Kecamatan Jebres. Secara keseluruhan kualitas
airtanah dangkal di kecamatan ini adalah baik. Kualitas baik
ditunjukkan dengan prosentase sebesar 100%, sedangkan kualitas
sedang dan buruk adalah 0%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

b). Kualitas Air PDAM

11%

35%
Keterangan :
Baik
Sedang
Buruk

54%

Prosentase (%)

Gambar 4.27. Diagram Data Prosentase Kualitas Air PDAM


Kecamatan Jebres (Sumber: Survei Lapangan,
2013)

Gambar 4.27. menunjukkan prosentase kualitas Air


PDAM di Kecamatan Jebres. Kualitas baik ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 11%, kualitas sedang ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 54% dan kualitas buruk ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 35%.
3). Kuantitas Airtanah
Kuantitas airtanah di Kecamatan Jebres terbagi menjadi dua
yaitu kuantitas airtanah dangkal dan kuantitas air PDAM.
Prosentase kuantitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

a). Kuantitas Airtanah Dangkal

Keterangan :
Banyak
Sedang
Kurang

100%
Prosentase (%)

Gambar 4.28. Diagram Data Prosentase Kuantitas Airtanah


Dangkal Kecamatan Jebres (Sumber: survei
lapangan, 2013)

Gambar 4.28. menunjukkan prosentase kuantitas


airtanah dangkal di Kecamatan Jebres. Secara keseluruhan
kuantitas airtanah dangkal di kecamatan ini adalah banyak.
Kuantitas banyak ditunjukkan dengan prosentase sebesar 100%,
sedangkan kuantitas sedang dan kurang adalah 0%.
b). Kuantitas Air PDAM

17%
21%

Keterangan:

Banyak
Sedang
61% Kurang

Prosentase (%)

Gambar 4.29. Diagram Data Prosentase Kuantitas Air PDAM


Kecamatan Jebres (Sumber: Survei Lapangan,
2013)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.29. menunjukkan prosentase kuantitas air


PDAM di Kecamatan Jebres. Kuantitas banyak ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 21%, kuantitas sedang ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 61% dan kuantitas kurang
ditunjukkan dengan prosentase sebesar 17%.
4). Konflik Sumber Daya Air

8%

Keterangan :

Pernah
Belum Pernah

92%

Prosentase (%)

Gambar 4.30. Diagram Data Prosentase Konfik Sumber Daya Air


di Kecamatan Jebres Tahun 2013 (Sumber: Survei
Lapangan, 2013)

Gambar 4.30. menunjukkan besarnya prosentase konflik


sumber daya air di Kecamatan Jebres. Berdasarkan hasil penelitian
sebanyak 92% menjawab pernah, sedangkan 8 % menjawab belum
pernah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

5). Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Jebres Tahun 2013


Tabel 4.12. Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Jebres Tahun 2013
Rata-rata
Jumlah Kebutuhan Air
pemakaian per Prosentase
No Jenis Pekerjaan Penduduk Domestik
hari (%)
(jiwa) (m³/kapita/tahun)
(Lt/hari/orang)
1 Angkutan 78,75 2.813 80.856,17 5,64
2 Buruh Bangunan 66,59 16.206 393.892,5 27,5
3 Buruh Industri 67,95 16.852 417.959,09 29,18
4 Buruh Tani - - -
5 Pedagang 79,29 5.218 151.013,36 10,54
6 Pengusaha 70 2.202 56.261,1 3,93
7 Pensiunan 72 3.733 98.103,24 6,85
8 Petani Sendiri 70 85 2.171,75 0,15
9 PNS/TNI/POLRI 78,64 8.091 232.240,83 16,21
Jumlah 1.432.498,03 100
( Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.12. jumlah kebutuhan air domestik di
Kecamatan Jebres adalah 1.432.498,03 m³/kapita/tahun. Rata-rata
pemakaian air per hari tertinggi adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan pedagang yaitu 79,29 liter/hari/orang, sedangkan rata-rata
pemakaian air per hari terendah adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan sebagai buruh banunan yaitu 66,59 liter/hari/orang.
Kebutuhan air domestik tahun 2013 tertinggi adalah penduduk dengan
jenis pekerjaan buruh industri yaitu 417.959.2,09 m³/kapita/tahun
dengan besar prosentase 29,18 %, sedangkan kebutuhan air domestik
terendah adalah penduduk dengan jenis pekerjaan petani yaitu 2.171,75
m³/kapita/tahun dengan prosentase 0,15 %.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

e. Kecamatan Banjarsari
1). Prosentase Jumlah Konsumsi Air Domestik

Keterangan:
Angkutan
Buruh Bangunan
9% 10%
9% 10% Buruh Industri
13% 10% Buruh Tani
Pedagang
10% Pengusaha
23%
8% Pensiunan
Petani Sendiri
Prosentase (%)
PNS/TNI/POLRI

Gambar 4.31. Diagram Data Prosentase Jumlah Konsumsi Air


Domestik di Kecamatan Banjarsari

Gambar 4.31. menujukkan besarnya prosentase jumlah


konsumsi air domestik di Kecamatan Banjarsari berdasarkan jenis
pekerjaan. Di Kecamatan Banjarsari terdapat 9 jenis pekerjaan, antara
lain angkutan, buruh bangunan, buruh industri, buruh tani, pedagang,
pengusaha, pensiunan, Petani sendiri, PNS/TNI/POLRI. Jumlah
konsumsi air ini berbeda-beda bergantung pada penggunaan air dan
jenis pekerjaan masing-masing penduduk. Berdasarkan hasil penelitian
dilapangan prosentase jumlah konsumsi air domestik penduduk dengan
jenis pekerjaan sebagai angkutan sebesar 10%, buruh bangunan 10%,
buruh industri 10%, buruh tani 23%, pedagang 8%, pengusaha 10%,
pensiunan 13%, petani sendiri 9%, PNS/TNI/POLRI 9%. Prosentase
jumlah konsumsi air domestik paling banyak adalah penduduk dengan
jenis pekerjaan sebagai buruh tani yaitu sebesar 23%, sedangkan
prosentase jumlah konsumsi air domestik paling sedikit adalah
penduduk dengan jeniscommit to user
pekerjaan sebagai pedagang yaitu sebesar 8%.
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

2). Kualitas Airtanah


Kualitas airtanah di Kecamatan Banjarsari terbagi menjadi dua
yaitu kualitas airtanah dangkal dan kualitas air PDAM. Prosentase
kualitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:
a). Kualitas Airtanah Dangkal

47% Keterangan :
Baik
53%
Sedang

Prosentase (%)

Gambar 4.32. Diagram Data Prosentase Kualitas Airtanah Dangkal


Kecamatan Banjarsari (sumber: survei lapangan,
2013)

Gambar 4.32. menunjukkan prosentase kualitas airtanah


dangkal di Kecamatan Banjarsari. Kualitas baik ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 53%%, kualitas sedang ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 47% dan kualitas buruk tidak terdapat di
kecamatan ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

b). Kualitas Air PDAM

Keterangan
: Baik
57%

43%

Gambar 4.33. Diagram Data Prosentase Kualitas Air PDAM


Kecamatan Banjarsari (sumber: survei lapangan,
2013)

Gambar 4.33. menunjukkan prosentase kualitas air PDAM di


Kecamatan Banjarsari. Kualitas baik ditunjukkan dengan prosentase
sebesar 43%%, kualitas sedang ditunjukkan dengan prosentase
sebesar 57% dan kualitas buruk tidak terdapat di kecamatan ini.
3). Kuantitas Airtanah
Kuantitas airtanah di Kecamatan Banjarsari terbagi menjadi
dua yaitu kuantitas airtanah dangkal dan kuantitas air PDAM.
Prosentase kuantitas airtanah dapat dilihat pada diagram berikut:
a). Kuantitas Airtanah Dangkal
14%

86%

Keterangan
\ : Banyak
Sedang
Kurang

Prosentase (%)

Gambar 4.34. Diagram Data Prosentase Kuantitas Airtanah


Dangkal Kecamatan Banjarsari (sumber: survei
lapangan, 2013)
Gambar 4.34. menunjukkan prosentase kualitas air PDAM di
commit
Kecamatan Banjarsari. to user
Kualitas baik ditunjukkan dengan prosentase
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

sebesar 86%, kualitas sedang ditunjukkan dengan prosentase


sebesar 14% dan kualitas buruk tidak terdapat di kecamatan ini.
b). Kuantitas Air PDAM

14%

Keterangan :
Banyak
Sedang
Kurang

86%

Prosentase (%)

Gambar 4.35. Diagram Data Prosentase Kuantitas Air PDAM


Kecamatan Banjarsari (sumber: survei lapangan,
2013)

Gambar 4.35. menunjukkan prosentase kuantitas air PDAM


di Kecamatan Banjarsari. Kuantitas banyak ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 14%, kualitas sedang ditunjukkan dengan
prosentase sebesar 86% dan kualitas buruk tidak terdapat di
kecamatan ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

3). Konflik Sumber Daya Air

8%

Keterangan :

Pernah
Belum Pernah

92%

Prosentase (%)

Gambar 4.36. Diagram Data Prosentase Konflik Sumber Daya Air di


Kecamatan Banjarsari (sumber : survei lapangan,
2013)

Gambar 4.36. menunjukkan besarnya prosentase konflik


sumber daya air di Kecamatan Banjarsari. Berdasarkan hasil
penelitian sebanyak 8% menjawab pernah, sedangkan 92 % menjawab
belum pernah.
4). Kebutuhan Air Domestik Di Kecamatan Banjarsari Tahun 2013
Tabel 4.13. Kebutuhan Air Domestik Di Kecamatan Banjarsari Tahun
2013
Rata-rata
Jumlah Kebutuhan Air
pemakian air per Prosentase
No Jenis Pekerjaan Penduduk Domestik
hari (%)
(jiwa) (m³/kapita/tahun)
(Lt/hari/orang)
63,14 5.938 136.847,74 6,95
1 Angkutan
63,58 22.743 527.789,97 26,82
2 Buruh Bangunan
64,7 20.829 491.887,24 25
3 Buruh Industri
150 724 39.639 2,01
4 Buruh Tani
55,69 11.825 240.365 12,21
5 Pedagang
64,25 3.764 88.270,5 4,49
6 Pengusaha
82,73 9.091 274.515,9 13,95
7 Pensiunan
60 346 7.577,4 0,39
8 Petani Sendiri
56,44 7.815 160.993,6 8,18
9 PNS/TNI/POLRI
1.967.886,49 100
Jumlah
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan tabel 4.13. jumlah kebutuhan air domestik di


Kecamatan Banjarsari adalah 1.967.886,5 m³/kapita/tahun. Rata-rata
pemakaian air per hari tertinggi adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan buruh tani yaitu 150 liter/hari/orang, sedangkan rata-rata
pemakaian air per hari terendah adalah penduduk dengan jenis
pekerjaan sebagai pedagang yaitu 55,69 liter/hari/orang. Kebutuhan air
domestik tahun 2013 tertinggi adalah penduduk dengan jenis pekerjaan
buruh bangunan yaitu 527.789,97 m³/kapita/tahun dengan besar
prosentase 26,82 %, sedangkan kebutuhan air domestik terendah
adalah penduduk dengan jenis pekerjaan petani yaitu 7.577,4
m³/kapita/tahun dengan prosentase 0,39 %.
Berdasarkan kebutuhan air menurut jenis perkerjaan maka dapat
diperoleh Kebutuhan Air Domestik Eksisting di Kota Surakarta per kecamatan
sebagai berikut:
Tabel 4.14. Kebutuhan Air Domestik Kota Surakarta Tahun 2013
No Kecamatan Kebutuhan Air Domestik (m³/kapita/tahun)
1 Laweyan 18.024.533,12
2 Serengan 968.099,3
3 Pasar Kliwon 1.907.316,64
4 Jebres 1.432.498,03
5 Banjarsari 1.967.886,49
Jumlah 24.300.243,58
Sumber: analisis data, 2013
Tabel 4.14. menunjukkan besarnya kebutuhan air domestik di Kota
Surakarta. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan air domestik
yang paling banyak adalah di Kecamatan Laweyan yaitu sebesar
18.024.533,12 m³/kapita/tahun, sedangkan kebutuhan air domestik yang paling
sedikit adalah kecamatan serengan sebesar 968.099,3 m³/kapita/tahun. Di
kecamatan pasar kliwon dan banjarsari kebutuhan air domestik hampir sama
yaitu sebesar 1.907.316,64 m³/kapita/tahun dan 1.967.886,49 m³/kapita/tahun.
commit to user
Di kecamatan jebres kebutuhan air domestik sebesar 1.432.498,03
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

m³/kapita/yahun. Total kebutuhan air domestik di Kota Surakarta sebesar


24.300.243,58 m³/kapita/tahun.
Selain penjelasan di atas secara umum Kota Surakarta penduduknya
lebih banyak menggunaan air PDAM daripada airtanah dangkal. Pernyataan
tersebut dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.15. Volume penggunaan Air PDAM dan Airtanah Dangkal Kota
Surakarta
No Kecamatan Sumber Air (liter)
PDAM Airtanah Dangkal
1 Laweyan 35.670 16.305
2 Serengan 456 2.745
3 Pasar Kliwon 1.220 3.521
4 Jebres 5.125 140
5 Banjarsari 853 5.339
Jumlah 43.324 28.050
(Sumber: Survei Lapangan, 2013)
Data pada tabel 4.15 diperoleh dari data lapangan dengan respoden
berjumlah 300, sehingga diperoleh total penggunaan air di Kota Surakarta
untuk Air PDAM sebesar 43.324 liter, sedangkan untuk airtanah dangkal
sebesar 28.050 liter. Volume penggunaan air paling banyak adalah di
kecamatan Laweyan yaitu air PDAM sebesar 35.670 liter dan airtanah dangkal
sebesar 16.305 liter, sedangkan volume penggunaan air paling sedikit adalah
di Kecamatan Serengan yaitu air PDAM sebesar 456 liter dan airtanah dangkal
sebesar 2.745 liter. Di Kecamatan Pasar Kliwon yaitu air PDAM sebesar 1.220
liter dan airtanah dangkal sebesar 3.521 liter.
Kebutuhan air domestik di Kota Surakarta Tahun 2013 menurut
standar kebutuhan air dapat dilihat pada tabel berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.16. Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2013 Menurut
Standar Kebutuhan Air
Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Domestik
luas
No Kecamatan Tahun 2013 Tahun 2013
(km²)
(Jiwa) (m³/kapita/tahun)
1 Laweyan 8,638 113.676 4.978.988,09
2 Serengan 3,194 64.397 2.820.600,56
3 Banjarsari 14,808 180.884 7.922.732,23
4 Pasar Kliwon 4,815 90.692 3.972.291,09
5 Jebres 12,581 150.516 6.592.598,99
Jumlah 44,036 600.165 26.287.210,96
(sumber: analisis data, 2013)
Tabel 4.16 menunjukkan kebutuhan air domestik di kota surakarta
tahun 2013. Perhitungan kebutuhan tersebut berdasarkan standar kebutuhan air
yang sudah ditetapkan. Berdasarkan analisis data kebutuhan air domestik yang
paling tinggi yaitu di Kecamatan Banjarsari sebesar 7.922.732,23
m³/kapita/tahun. Sedangkan kebutuhan air domestik terendah di Kecamatan
Serengan yaitu sebesar 2.820.600,56 m³/kapita/tahun. Total kebutuhan air
domestik menurut standar baku adalah 26.287.210,96 m³/kapita/tahun.

2. Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2033


Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2033 diketahui
dengan cara menentukan proyeksi jumlah penduduk pada tahun yang sudah
ditentukan. Setelah melakukan proyeksi penduduk kemudian melakukan
perhitungan kebutuhan air sesuai dengan rumus perhitungannya. Penjelasan
mengenai proyeksi jumlah penduduk di Kota Surakarta Tahun 2033 dan
perhitungan Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2033 dapat
dilihat berikut ini:
a. Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2033
Proyeksi jumlah penduduk Kota Surakarta diperoleh dari
perhitungan pertumbuhan penduduk dengan metode geometri. Dari
perhitungan tersebut, maka diperoleh tabel proyeksi penduduk per
kecamatan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.17. Proyeksi Jumlah Penduduk di Kecamatan Laweyan Tahun


2033
Jumlah Penduduk Proyeksi Jumlah
luas Pertumbuhan
No Kelurahan Tahun 2013 penduduk Tahun 2033
(km²) Penduduk ( r )
(Jiwa) (Jiwa)
1 Pajang 1,55 0,0093 25.218 30.347
2 Laweyan 0,25 0,0086 2.643 3.140
3 Bumi 0,37 0,0137 7.499 9.869
4 Panularan 0,54 0,0030 9.792 10.396
5 Sriwedari 0,51 0,0081 4.839 5.695
6 Penumping 0,50 0,0081 5.750 6.767
7 Purwosari 0,84 0,0123 13.490 17.238
8 Sondakan 0,79 0,0015 12.010 12.368
9 Kerten 0,92 0,0116 12.346 15.562
10 Jajar 1,06 0,0081 9.952 11.701
11 Karangasem 1,30 0,0081 10.138 11.931
Jumlah 8,64 0,0084 113.676 135.014
(Sumber: Hasil Perhitungan, 2013)
Berdasarkan tabel 4.17. proyeksi jumlah penduduk tertinggi di
Kelurahan Purwosari yaitu 17.238 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terendah di Kelurahan Laweyan yaitu 3.140 jiwa. Total proyeksi jumlah
penduduk di Kecamatan Laweyan pada Tahun 2033 adalah 135.014 jiwa.
Tabel 4.18. Proyeksi Jumlah Penduduk di Kecamatan Serengan Tahun
2033
Jumlah Penduduk Proyeksi Jumlah
luas Pertumbuhan
No Kelurahan Tahun 2013 Penduduk Tahun 2033
(km²) Penduduk ( r )
(Jiwa) (Jiwa)
1 Joyotakan 0,459 0,0094 9.119 11.003
2 Danukusuman 0,508 0,0005 11.711 11.822
3 Serengan 0,640 0,0108 13.323 16.540
4 Tipes 0,640 0,0111 14.215 17.763
5 Kratonan 0,324 0,0019 6.241 6.488
6 Jayengan 0,293 0,0034 5.842 6.251
7 Kemlayan 0,330 0,0081 3.946 4.644
Jumlah 3,194 0,0065 64.397 74.511
(Sumber: Hasil Perhitungan, 2013)
Berdasarkan tabel 4.18. proyeksi jumlah penduduk tertinggi di
Kelurahan Tipes yaitu 17.763 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah
di Kelurahan Kemlayan yaitu 4.644 jiwa. Total proyeksi jumlah penduduk
di Kecamatan Serengan Tahun 2033 adalah 75.511 jiwa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.19. Proyeksi Jumlah Penduduk di Kecamatan Pasarkliwon Tahun


2033
Jumlah Penduduk Proyeksi Jumlah
luas Pertumbuhan
No Kelurahan Tahun 2013 Penduduk Tahun
(km²) Penduduk ( r )
(Jiwa) 2033 (Jiwa)
1 Joyosuran 0,540 0,0071 11.838 13.640
2 Semanggi 1,668 0,0083 34.620 40.859
3 Pasar Kliwon 0,360 0,0081 7.230 8.509
4 Baluwarti 0,407 0,0226 7.716 12.127
5 Gajahan 0,339 0,0081 5.314 6.254
6 Kauman 0,192 0,0040 3.541 3.838
7 Kampung Baru 0,306 0,0081 3.756 4.420
8 Kedung Lumbu 0,551 0,0021 4.859 5.065
9 Sangkrah 0,452 0,0058 11.817 13.260
Jumlah 4,815 0,0083 90.692 107.970
(Sumber: Hasil Perhitungan, 2013)
Berdasarkan tabel 4.19. proyeksi jumlah penduduk tertinggi di
Kelurahan Semanggi yaitu 40.859 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terendah di Kelurahan Kauman yaitu 3.838 jiwa. Total proyeksi jumlah
penduduk di Kecamatan Pasar Kliwon Tahun 2033 adalah 107.970 jiwa.
Tabel 4.20. Proyeksi Jumlah Penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2033
Proyeksi Jumlah
luas Pertumbuhan Jumlah Penduduk
No Kelurahan Penduduk Tahun
(km²) Penduduk ( r ) Tahun 2013 (Jiwa)
2033 (Jiwa)
1 Kepatihan Kulon 0,175 0,0079 3.019 3.533
2 Kepatihan Wetan 0,225 0,0062 3.120 3.535
3 Sudiroprajan 0,230 0,0081 5.108 6.011
4 Gandekan 0,350 0,0042 9.628 10.466
5 Sewu 0,485 0,0081 7.661 9.016
6 Pucangsawit 1,270 0,0081 13.864 16.316
7 Jagalan 0,650 0,0059 12.590 14.153
8 Purwodiningratan 0,373 0,0019 5.470 5.686
9 Tegalharjo 0,325 0,0032 6.155 6.563
10 Jebres 3,170 0,0081 32.613 38.382
11 Mojosongo 5,328 0,0352 51.289 103.618
Jumlah 12,581 0,0088 150.516 217.280

(Sumber: Hasil Perhitungan, 2013)


Berdasarkan tabel 4.20. proyeksi jumlah penduduk tertinggi di
Kelurahan Mojosongo yaitu 103.618 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terendah di Kelurahan Kepatihan Kulon yaitu 3.533 jiwa. Total proyeksi
commit to user
jumlah penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2033 adalah 217.280 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.21. Proyeksi Jumlah Penduduk di Kecamatan Banjarsari Tahun


2033
Proyeksi Jumlah
luas Pertumbuhan Jumlah Penduduk
No Kelurahan Penduduk Tahun
(km²) Penduduk ( r ) Tahun 2013 (Jiwa)
2033 (Jiwa)
1 Mangkubumen 0,797 0,0059 10.138 11.398
2 Timuran 0,315 0,0039 4.391 4.751
3 Keprabon 0,318 0,0100 3.846 4.699
4 Ketelan 0,250 0,0024 4.277 4.484
5 Punggawan 0,360 0,0065 5.321 6.055
6 Kestalan 0,208 0,0067 3.078 3.517
7 Setabelan 0,277 0,0081 4.402 5.181
8 Gilingan 1,272 0,0029 21.836 23.138
9 Manahan 1,280 0,0062 13.620 15.433
10 Sumber 1,330 0,0076 17192 20.008
11 Nusukan 2,063 0,0090 29251 35.046
12 Kadipiro 5,088 0,0059 50232 56.477
13 Banyuanyar 1,250 0,0313 13299 24.872
Jumlah 14,808 0,0082 180884 215.058
(Sumber: Hasil Perhitungan, 2013)
Berdasarkan tabel 4.21. proyeksi jumlah penduduk tertinggi di
Kelurahan Kadipiro yaitu 56.477 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terendah di Kelurahan Kestalan yaitu 3.517 jiwa. Total proyeksi jumlah
penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2033 adalah 215.058 jiwa.
Tabel 4.22. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2033
Jumlah Penduduk Proyeksi Jumlah
luas Pertumbuhan
No Kecamatan Tahun 2013 Penduduk Tahun
(km²) Penduduk ( r )
(Jiwa) 2033 (Jiwa)
1 Laweyan 8,638 0,0084 113.676 135.014
2 Serengan 3,194 0,0065 64.397 74.511
3 Banjarsari 14,808 0,0082 180.884 215.058
4 Pasar 4,815 0,0083 90.692 107.970
Kliwon
5 Jebres 12,581 0,0088 150.516 217.280
Jumlah 44,036 600.165 749.833

(Sumber: Hasil Perhitungan ,2013)


Berdasarkan tabel 4.22. proyeksi jumlah penduduk di Kota
Surakarta tertinggi adalah di Kecamatan Banjarsari yaitu 215.058 jiwa,
sedangkan proyeksi jumlah penduduk terendah di Kecamatan Serengan
yaitu 74.511 jiwa. Total proyeksi jumlah penduduk di Kota Surakarta
commit to user
Tahun 2033 yaitu 749.833 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

b. Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2033


Tabel 4.23. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Laweyan
Tahun 2033
Proyeksi Jumlah Proyeksi Kebutuhan Air
luas
No Kelurahan penduduk Tahun Domestik Tahun 2033
(km²)
2033 (Jiwa) (m³/kapita/tahun)
1 Pajang 1,55 30.347 1.329.177,09
2 Laweyan 0,25 3.140 137.535,73
3 Bumi 0,37 9.869 432.256,89
4 Panularan 0,54 10.396 455.360,76
5 Sriwedari 0,51 5.695 249.450,26
6 Penumping 0,50 6.767 296.395,74
7 Purwosari 0,84 17.238 755.018,07
8 Sondakan 0,79 12.368 541.697,08
9 Kerten 0,92 15.562 681.633,91
10 Jajar 1,06 11.701 512.494,28
11 Karangasem 1,30 11.931 522.582,84
Jumlah 8,64 135.014 5.913.602,67
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.23. proyeksi kebutuhan air domestik
tertinggi di Kelurahan Pajang yaitu 1.329.177,09 m³/kapita/tahun,
sedangkan untuk proyeksi kebutuhan air domestik terendah di Kelurahan
Laweyan yaitu 137.535,73 m³/kapita/tahun. Total kebutuhan air domestik
di Kecamatan Laweyan Tahun 2033 yaitu 5.913.602,67 m³/kapita/tahun.
Tabel 4.24. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Serengan
Tahun 2033
Proyeksi Jumlah Proyeksi Kebutuhan Air
luas
No Kelurahan Penduduk Tahun Domestik Tahun 2033
(km²)
2033 (Jiwa) (m³/kapita/tahun)
1 Joyotakan 0,459 11.003 481.930,35
2 Danukusuman 0,508 11.822 517.797,72
3 Serengan 0,640 16.540 724.432,06
4 Tipes 0,640 17.763 778.032,68
5 Kratonan 0,324 6.488 284.165,64
6 Jayengan 0,293 6.251 273.810,11
7 Kemlayan 0,330 4.644 203.395,49
Jumlah 3,194 74.511 3.263.564,05
(sumber: hasil analisis, 2015)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan tabel 4.24. proyeksi kebutuhan air domestik


tertinggi di Kelurahan Tipes yaitu 778.032,68 m³/kapita/tahun, sedangkan
untuk proyeksi kebutuhan air domestik terendah di Kelurahan Kemlayan
yaitu 203.395,49 m³/kapita/tahun. Total kebutuhan air domestik di
Kecamatan Serengan Tahun 2033 yaitu 3.263.564,05 m³/kapita/tahun.
Tabel 4.25. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Pasar Kliwon
Tahun 2033
Proyeksi Jumlah Proyeksi Kebutuhan Air
luas
No Kelurahan Penduduk Tahun Domestik Tahun 2033
(km²)
2033 (Jiwa) (m³/kapita/tahun)
1 Joyosuran 0,540 13.639,57 597.412,98
2 Semanggi 1,668 40.859,09 1.789.628,29
3 Pasar Kliwon 0,360 8.508,72 372.682,15
4 Baluwarti 0,407 12.126,65 531.147,48
5 Gajahan 0,339 6.253,85 273.918,50
6 Kauman 0,192 3.837,59 168.086,41
7 Kampung Baru 0,306 4.420,04 193.597,71
8 Kedung Lumbu 0,551 5.065,02 221.847,88
9 Sangkrah 0,452 13.259,64 580.772,44
Jumlah 4,815 107.970,18 4.729.093,83
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.25. proyeksi kebutuhan air domestik
tertinggi di Kelurahan Semanggi yaitu 1.789.628,29 m³/kapita/tahun,
sedangkan untuk proyeksi kebutuhan air domestik terendah di Kelurahan
Kauman yaitu 168.086,41 m³/kapita/tahun. Total kebutuhan air domestik di
Kecamatan Pasar Kliwon Tahun 2033 yaitu 4.729.093,83 m³/kapita/tahun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.26. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Jebres Tahun


2033
Jumlah
Proyeksi Kebutuhan Air
luas Penduduk
No Kelurahan Domestik Tahun 2033
(km²) Tahun 2033
(m³/kapita/tahun)
(Jiwa)
1 Kepatihan Kulon 0,175 3.533,11 154.750,00
2 Kepatihan Wetan 0,225 3.534,68 154.818,90
3 Sudiroprajan 0,230 6.011,01 263.282,41
4 Gandekan 0,350 10.465,83 458.403,37
5 Sewu 0,485 9.015,92 394.897,42
6 Pucangsawit 1,270 16.316,46 714.661,12
7 Jagalan 0,650 14.153,28 619.913,55
8 Purwodiningratan 0,373 5.685,85 249.040,10
9 Tegalharjo 0,325 6.563,38 287.476,21
10 Jebres 3,170 38.381,97 1.681.130,25
11 Mojosongo 5,328 103.618,42 4.538.486,95
Jumlah 12,581 217.279,92 9.516.860,28
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.26. proyeksi kebutuhan air domestik
tertinggi di Kelurahan Mojosongo yaitu 4.538.486,95 m³/kapita/tahun,
sedangkan untuk proyeksi kebutuhan air domestik terendah di Kelurahan
Kepatihan Kulon yaitu 154.750,00 m³/kapita/tahun. Total kebutuhan air
domestik di Kecamatan Jebres Tahun 2033 yaitu 9.516.860,28
m³/kapita/tahun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.27. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik di Kecamatan Banjarsari


Tahun 2033
luas Proyeksi Jumlah Proyeksi Kebutuhan
No Kelurahan Penduduk Tahun Air Domestik Tahun
(km²)
2033 (Jiwa) 2033 (m³/kapita/tahun)
1 Mangkubumen 0,797 11.398 499.221,01
2 Timuran 0,315 4.751 208.079,78
3 Keprabon 0,318 4.699 205.809,47
4 Ketelan 0,250 4.484 196.393,15
5 Punggawan 0,360 6.055 265.218,27
6 Kestalan 0,208 3.517 154.055,05
7 Setabelan 0,277 5.181 226.920,62
8 Gilingan 1,272 23.138 1.013.453,21
9 Manahan 1,280 15.433 675.966,33
10 Sumber 1,330 20.008 876.333,04
11 Nusukan 2,063 35.046 1.534.999,39
12 Kadipiro 5,088 56.477 2.473.698,76
13 Banyuanyar 1,250 24.872 1.089.406,41
Jumlah 14,808 215.058 9.419.554,49
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.27. proyeksi kebutuhan air domestik
tertinggi di Kelurahan Kadipiro yaitu 2.473.698,76 m³/kapita/tahun,
sedangkan untuk proyeksi kebutuhan air domestik terendah di Kelurahan
Kestalan yaitu 154.055,05 m³/kapita/tahun. Total kebutuhan air domestik di
Kecamatan Banjarsari Tahun 2033 yaitu 9.419.554,49 m³/kapita/tahun.
Tabel 4.28. Proyeksi Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun
2033.
Proyeksi Jumlah
Proyeksi Kebutuhan
luas Penduduk
No Kecamatan Air Domestik Tahun
(km²) Tahun 2033
2033 (m³/kapita/tahun)
(Jiwa)
1 Laweyan 8,638 135.014 5.913.602,67
2 Serengan 3,194 74.511 3.263.564,05
3 Banjarsari 14,808 215.058 9.419.554,49
4 Pasar Kliwon 4,815 107.970 4.729.093,83
5 Jebres 12,581 217.280 9.516.860,28
Jumlah 44,036 749.833 32.842.675,31
(Sumber: Hasil Analisis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.28. proyeksi kebutuhan air domestik
commit9.516.860,28
tertinggi di Kecamatan Jebres to user m³/kapita/tahun, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

proyeksi kebutuhan air domestik terendah di Kecamatan Serengan


3.263.564,05 m³/kapita/tahun. Total kebutuhan air domestik di Kota
Surakarta pada Tahun 2033 yaitu 32.842.675,31 m³/kapita/tahun.

commit to user
109
Peta 4.7.P rosentase Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kota Surakarta Tahun 2013
109
Peta 4.8. Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2013 110
102
110
111
Peta 4.8. Kebutuhan Air Domestik di Kota Surakarta Tahun 2033
111
perpustakaan.uns.ac.id 112
digilib.uns.ac.id

C. Pembahasan

1. Kebutuhan Air Domestik Di Surakarta Tahun 2013


Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan
pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari
seperti; memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya.
Kebutuhan air domestik pada suatu wilayah dapat diketahui apabila terdapat
hasil hitung antara rata-rata pemakaian air liter/hari/orang dengan jumlah
penduduk atau dengan standar kebutuhan air dihitung dengan jumlah
penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tersebut penduduk
menggunakan air yang berasal dari air PDAM dan airtanah dangkal. Intensitas
penggunaan air antara air PDAM dan Airtanah Dangkal ini sangat berbeda. Air
PDAM dipasok oleh sumber mata air yang berasal dari sumber mata air cokro
tulung yang keberadaan airnya atau jumlah air diwilayah tersebut melimpah
sehingga memungkinkan air tersebut dipasok ke wilayah sekitar terutama Kota
Surakarta untuk mencukupi segala keperluan sehari-hari, sedangkan Airtanah
Dangkal berasal dari sumur-sumur penduduk. Air yang diambil dari sumur-
sumur penduduk belum mencukupi untuk kegiatan sehari-hari. Sehingga dilihat
dari segi kuantitas, secara umum penduduk Kota Surakarta lebih banyak
menggunakan air PDAM dibanding dengan Airtanah Dangkal. Terlepas dari itu
semua Air PDAM maupun Airtanah Dangkal memiliki karakteristik yang
berbeda meliputi kualitas dan kuantitas air tersebut. Kualitas airtanah
digunakan sebagai ukuran kelayakan untuk penggunaan air untuk kebutuhan
sehari-hari. Dalam penelitian ini kualitas air ditentukan dari ciri fisik air
tersebut, Sedangkan kuantitas air ditentukan dari tersedianya air diwilayah
tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat dengan cara pengamatan secara
langsung dilapangan.
Menurut hasil penelitian bahwa di Kota Surakarta memiliki kebutuhan
air domestik yang berbeda untuk tiap-tiap jenis pekerjaan yang ada di 5
kecamatan. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang ada di Kota Surakarta
commit to
menurut data badan pusat statistik user
ada 9 jenis pekerjaan yang meliputi
perpustakaan.uns.ac.id 113
digilib.uns.ac.id

angkutan, buruh bangunan, buruh industri, pedagang, pengusaha, pensiunan,


petani, PNS/TNI/POLRI. Jenis pekerjaan tersebut tersebar tidak merata di
seluruh wilayah Kota Surakarta karena mengingat bahwa Kota Surakarta
sebagai besar wilayahnya merupakan wilayah perkotaan, sehingga setiap
kecamatan belum tentu terdapat penduduk yang bekerja sebagai petani.
Di Kecamatan Laweyan terdapat 9 jenis pekerjaan yang meliputi
angkutan, buruh bangunan, buruh industri, buruh tani, pengusaha, pedagang,
pensiunan, petani dan PNS/TNI/POLRI. Setiap jenis mata pekerjaan memiliki
kebutuhan air domestik yang berbeda-beda. Penduduk dengan jenis pekerjaan
sebagai buruh industri memiliki prosentase kebutuhan air domestik yang paling
besar dibandingkan dengan kecamatan lain. Penduduk dengan jenis pekerjaan
buruh industri memiliki prosentase sebesar 58,59 %, buruh bangunan sebesar
23,80%, angkutan sebesar 0,78%, buruh tani sebesar 0,01%, pedagang 5,72%,
pengusaha sebesar 5%, pensiunan, sebesar 4,57%, petani sebesar 0,01%,
PNS/TNI/POLRI sebesar 1,54%. Kecamatan Laweyan ini memiliki luas
wilayah 8,64 km² dengan kepadatan penduduk sebesar 147.802 jiwa/km² dan
rata-rata pemakaian air sebesar 980,66 liter/hari/orang atau 0,99 m³/hari/orang.
besarnya prosentase kebutuhan air domestik untuk jenis pekerjaan buruh
industri dipengaruhi oleh rata-rata konsumsi air oleh jenis pekerjaan buruh
industri sebesar 1797,06 liter/hari/orang dan jumlah penduduk yang bekerja
sebagai buruh industri di kecamatan laweyan. Rata-rata pemakaian air tersebut
apabila dibandingkan dengan standar kebutuhan air domestik menurut Standar
Nasional Indonesia sudah melebihi standar. Namun berdasarkan standar
kebutuhan air kementerian lingkungan hidup, kebutuhan air domestik di
kecamatan laweyan tergolong rendah.
Di Kecamatan Serengan terdapat 7 jenis pekerjaan yaitu angkutan,
buruh bangunan, buruh industri, pedagang, pengusaha, pensiunan,
PNS/TNI/POLRI. Penduduk dengan jenis pekerjaan sebagai angkutan,
pedagang dan pengusaha memiliki prosentase kebutuhan air domestik yang
paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain. Prosentase kebutuhan air
commit
domestik untuk jenis pekerjaan to user
sebagai angkutan sebesar 20,52%, buruh
perpustakaan.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id

bangunan sebesar 14,26 %, buruh industri sebesar 25,97%, pedagang sebesar


16,14%, pengusaha sebesar 8,09, pensiunan sebesar 3,71%, PNS/TNI/POLRI
sebesar 11,31%. Besarnya prosentase kebutuhan air domestik untuk jenis
pekerjaan angkutan, pedagang dan pengusaha dipengaruhi oleh rata-rata
konsumsi air oleh jenis pekerjaan angkutan sebesar 238 liter/hari/orang,
pedagang sebesar 81 liter/hari/orang dan pengusaha sebesar 108,3
liter/hari/orang dan jumlah penduduk yang bekerja sebagai angkutan, pedagang
dan pengusaha di kecamatan laweyan. Kecamatan Serengan memiliki luas
wilayah 3,194 km² dengan kepadatan penduduk sebesar 137.108 jiwa/km² dan
rata-rata pemakaian air sebesar 103,26 liter/hari/orang atau 0,103
m³/hari/orang. Rata-rata pemakaian air tersebut apabila dibandingkan dengan
standar kebutuhan air domestik menurut Standar Nasional Indonesia masih
dibawah standar. Namun berdasarkan standar kebutuhan air kementerian
lingkungan hidup, kebutuhan air domestik di kecamatan serengan pada tingkat
rendah.
Di Kecamatan Pasar Kliwon terdapat 7 jenis mata pencaharian yaitu
angkutan, buruh bangunan, buruh industri, pedagang, pengusaha,
PNS/TNI/POLRI. Prosentase kebutuhan air domestik untuk pekerjaan
angkutan sebesar 18,13%, buruh bangunan sebesar 20,6%,buruh industri
sebesar 34,89%, pedagang sebesar 15,56%, pengusaha sebesar 5,16%,
pensiunan sebesar 2,66%, PNS/TNI/POLRI sebesar 3,01%. Kecamatan Pasar
Kliwon memiliki luas wilayah 4,815 km² dengan kepadatan penduduk sebesar
163.076 jiwa/km² dan rata-rata pemakaian air sebesar 100,87 liter/hari/orang
atau 0,1 m³/hari/. Rata-rata pemakaian air tersebut apabila dibandingkan
dengan standar kebutuhan air domestik menurut Standar Nasional Indonesia
masih dibawah standar. Namun berdasarkan standar kebutuhan air kementerian
lingkungan hidup, kebutuhan air domestik di kecamatan pasarkliwon pada
tingkat rendah.
Di Kecamatan Jebres terdapat 8 jenis mata pencaharian yaitu
angkutan, buruh bangunan, buruh industri, pedagang, pengusaha, pensiunan,
commit
petani sendiri, PNS/TNI/POLRI. to user dengan jenis pekerjaan buruh
Penduduk
perpustakaan.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id

bangunan dan PNS/TNI/POLRI memiliki prosentase kebutuhan air domestik


paling besar yaitu 27,5% dan 16,2% dibandingkan di kecamatan lain.
Prosentase kebutuhan air domestik untuk jenis pekerjaan angkutan sebesar
5,64%, buruh industri sebesar 29,18%, pedagang sebesar 10,54%, pengusaha
sebesar 3,93%, pensiunan sebesar 6,85%, petani sendiri sebesar 0,15%.
Besarnya prosentase untuk jenis pekerjaan buruh bangunan dan
PNS/TNI/POLRI dipengaruhi oleh rata-rata konsumsi air untuk jenis pekerjaan
tersebut yaitu sebesar 66,59 liter/hari/orang dan 78,64 liter/hari/orang dan
jumlah penduduk total masing masing jenis pekerjaan. Kecamatan Jebres
memiliki luas wilayah 12,581 km² dengan kepadatan penduduk sebesar
180.432 jiwa/km² dan rata-rata pemakaian air sebesar 71,15 liter/hari/orang
atau 0,071 m³/hari/orang. Rata-rata pemakaian air tersebut apabila
dibandingkan dengan standar kebutuhan air domestik menurut Standar
Nasional Indonesia masih dibawah standar. Namun berdasarkan standar
kebutuhan air kementerian lingkungan hidup, kebutuhan air domestik di
kecamatan jebres pada tingkat sedang.
Di Kecamatan Banjarsari terdapat 9 jenis mata pencaharian yaitu
angkutan, buruh bangunan, buruh industri, buruh tani, pedagang, pengusaha,
pensiunan, petani sendiri, PNS/TNI/POLRI. Penduduk dengan jenis pekerjaan
sebagai buruh tani dan pensiunan memiliki prosentase kebutuhan air paling
besar dibanding dengan kecamatan lainnya. Prosentase kebutuhan air domestik
untuk jenis pekerjaan buruh tani sebesar 2%, pensiunan sebesar 13,9%,
angkutan 6,95%, buruh bangunan sebesar 26,82%, buruh industri sebesar 25%,
pedagang sebesar 12,21%, pengusaha sebesar 4,49%, petani sebesar 0,39%,
PNS/TNI/POLRI sebesar 8,18%. Kecamatan Banjarsari memiliki luas 14,808
km² dengan kepadatan penduduk sebesar 176.760 jiwa/km² dan rata-rata
pemakaian air sebesar 65,18 liter/hari/orang atau 0,065 m³/hari/orang. Rata-rata
pemakaian air tersebut apabila dibandingkan dengan standar kebutuhan air
domestik menurut Standar Nasional Indonesia masih dibawah standar. Namun
berdasarkan standar kebutuhan air kementerian lingkungan hidup, kebutuhan
commitpada
air domestik di kecamatan banjarsari to user
tingkat tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id 116
digilib.uns.ac.id

Di Kota Surakarta pengelolaan sumber daya air dikelola oleh


perusahaan daerah air minum yaitu PDAM Tirta Dharma. Dalam upaya
pengelolaannya banyak masalah yang timbul. Yang pertama, berkaitan dengan
aliran air. Permasalahan air yang sering dihadapi oleh pelanggan air PDAM
antara lain terkendala dengan aliran air PDAM pada jam-jam tertentu, terutama
pada waktu pagi dan sore hari. Yang kedua berkaitan dengan kualitas air.
Masyarakat sering dikeluhkan dengan adanya obat penjerih air yang dapat
diketahui dari rasa dan bau air tersebut. Yang ketiga berkaitan dengan fasilitas
dan prasarana, bahwa penduduk sering dikeluhkan dengan kebocoran pipa air
PDAM yang baru diketahui beberapa hari setelah kebocoran. Pencacatan
meter kubik oleh pihak PDAM dirasa masyarakat masih kurang teliti, sehingga
dapat menyebabkan biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari penggunaan air
atau sebaliknya. Selain pencemaran karena kegiatan domestik, kegiatan
industri juga memiliki potensi yang sangat besar untuk menimbulkan
terjadinya pencemaran air terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar
industri atau pabrik.
Berdasarkan analisis demand yang dilakukan PDAM Tirta Dharma
Kota Surakarta hingga tahun 2010, Sistem Pelayanan Air di Kota Surakarta
pada kebutuhan maksimum mengalami kekurangan 65 liter/detik dengan
kondisi pemakaian rumah tangga adalah 177 liter/orang/hari dan total
kehilangan air sebanyak 39,80%. Pada tahun Tahun 2013 kondisi pemakaian
rumahtangga oleh pengguna air PDAM meningkat menjadi 348 liter/hari/orang
dan pemakaian rumah tangga dari airtanah dangkal/sumur sebesar 149
liter/hari/orang. Data produksi dan distribusi air PDAM Tirta Dharma Tahun
2010 menunjukkan bahwa terdapat defisit antaraproduksi air dibandingkan
dengan air yang terjual dan kehilangan air yang rata-rata kehilangan airnya
adalah 44,5% sejak tahun 2007 hingga tahun 2010.
Pada Tahn 2013 PDAM Kota Surakarta melakukan penambahan dengan
total kapasitas produksi air minum sebesar 899,79 l/det, untuk melayani 58.231
sambungan rumah atau ± 78,61 % dari 505.797 penduduk kota Surakarta.
commit
Sumber air berasal dari air baku matatoair
user
Cokrotulung sebesar 387 l/det, 20
perpustakaan.uns.ac.id 117
digilib.uns.ac.id

buah sumur dalam yang aktif sebesar 346,14 l/det dan dari 2 buah IPA
(Instalasi Pengolahan Air Bengawan Solo) sebesar 166,65 l/det. Akan tetapi
kapasitas Reservoir yang ada sebesar 9.640 m3, hanya mampu melayani pada
jam puncak 3,02 jam dari standard 4,8 jam atau 37,13 %, sehingga pada jam-
jam puncak, kawasan Selatan pelayanan dan sebagian kawasan Utara, tekanan
airnya sangat rendah. Bahkan bebarapa kawasan tidak dapat menerima air.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah-wilayah tertentu masih
mengalami kekurangan distribusi air PDAM.

2. Kebutuhan Air Domestik di Surakarta Tahun 2033


Secara umum pengembangan sumberdaya air dapat berupa
pemanfaatan air dan pengaturan air. Pemanfaatan sumberdaya air meliputi
penyediaan air untuk kebutuhan air bersih, irigasi, pembangkit listrik,
perikanan, peternakan, pemeliharaan sungai, dan lalu lintas air, sedangkan
untuk pengaturan air misalnya pembuatan bendung, instalasi pengolahan air,
penampungan air sementara, dan sebagainya. Untuk melaksanakan kegiatan
tersebut tentu diperlukan konsep, perancangan, perencanaan, pembangunan dan
pengoperasian fasilitas-fasilitas pendukungnya. Tujuannya adalah dalam upaya
memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber
daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun
yang akan datang yang kemudian dapat dituangkan di dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Di satu sisi, perkembangan suatu wilayah dapat diamati dengan
melihat faktor kependudukan tersebut. Kedinamisan dari pertumbuhan
penduduk menjadi indikator utama dalam melihat perkembangan suatu
wilayah. Sehingga data demografi ini dianggap sebagai salah satu data penting
untuk melakukan analisa secara regional. Besarnya jumlah penduduk dapat
menjadi dualisme penilaian yang berbeda. Di sisi lain besarnya jumlah
penduduk dapat menjadi aset bagi suatu wilayah apabila penduduk tersebut
commit sebaliknya
merupakan penduduk yang produktif, to user jumlah penduduk yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id 118
digilib.uns.ac.id

dapat menjadi penghambat dalam perkembangan suatu wilayah apabila


penduduk diwilayah tersebut lebih banyak berstruktur penduduk non produktif
atau lebih didominasi penduduk produktif namun tidak memiliki pekerjaan/
pengangguran. Untuk kondisi yang kedua (penduduk produktif yang
menganggur),kondisi ini akan menyebabkan permasalahan baru yang semakin
tinggi, sehingga dalam hal pemanfaatan air pertumbuhan penduduk akan
mengakibatkan kebutuhan air juga meningkat.
Dalam penelitian ini prediksi kebutuhan air diharapakan mampu
memberikan evaluasi dalam perencanaan wilayah. Prediksi kebutuhan air
dilakukan dengan cara memperkirakan penduduk terlebih dahulu sesuai tahun
yang diinginkan. Di Kota Surakarta kebutuhan air domestik Tahun 2033
dihitung berdasarkan prediksi jumlah penduduk per kecamatan yang
disesuaikan dengan standar kebutuhan air menurut Kementerian Lingkungan
Hidup. Perhitungan tersebut menggunakan metode geometri. Pada perhitungan
ini diasumsikan bahwa perkembangan atau jumlah penduduk akan secara
otomatis bertambah untuk setiap tahunnya dan tidak memperhatikan penurunan
jumlah penduduk.
Di Kota Surakarta jumlah penduduk pada Tahun 2033 yang paling
tinggi adalah di Kecamatan Jebres, sedangkan jumlah penduduk paling rendah
adalah di Kecamatan Serengan. Di Kecamatan Laweyan pertambahan
penduduk sebesar 21.338 jiwa dengan prosentase peningkatan pertambahan
penduduk sebesar 18,77 % dan angka pertumbuhan penduduk (r) sebesar
0,84%. Di Kecamatan Serengan pertambahan penduduk sebesar 10.114 jiwa
dengan prosentase peningkatan pertambahan penduduk sebesar 15,71% dan
angka pertumbuhan penduduk (r) sebesar 0,65%. Di Kecamatan Banjarsari
pertambahan penduduk sebesar 34.174 jiwa dengan prosentase pertambahan
penduduk sebesar 18,89% dan angka pertumbuhan penduduk (r) sebesar
0,82%. Di Kecamatan Pasar Kliwon pertambahan penduduk sebesar 17.278
jiwa dengan prosentase pertambahan penduduk sebesar 19,05% dan angka
pertumbuhan penduduk(r) sebesar 0,83%. Di Kecamatan Jebres pertambahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 119
digilib.uns.ac.id

penduduk sebesar 66.764 jiwa dengan prosentase pertambahan penduduk


sebesar 44,36% dan angka pertumbuhan penduduk(r) sebesar 0,88%.
Di Kota Surakarta pada tahun 2033 kebutuhan air domestik yang
paling tinggi adalah di Kecamatan Jebres, sedangkan kebutuhan air domestik
yang paling rendah di Kecamatan Serengan. Di kecamatan Laweyan diperoleh
kebutuhan air domestik sedang, Kecamatan Pasar Kliwon diperoleh kebutuhan
air domestik rendah dan di Kecamatan Banjarsari diperoleh kebutuhan air
domesik tinggi. Besar kecilnya kebutuhan air domestik di Kota Surakata Tahun
2033 ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk prediksi.
Berdasarkan hasil prediksi kebutuhan air domestik pada Tahun 2033,
dari segi besarnya kebutuhan air , maka akan memungkinkan bahwa semakin
banyak penduduk, semakin meningkat kebutuhan air akan menimbulkan
berbagai macam konflik. Konflik ini merupakan salah satu bentuk interaksi
sosial dalam proses sosial. Aspek sosial merupakan salah satu aspek penting
dalam pengelolaan sumber daya air. Oleh karena itu, pengelolaan tersebut
harus dipandang sebagai suatu aktifitas menyeluruh yang pada hakekatnya
adalah dari masyarakat, oleh masyarakat dalam mewujudkan suatu kehidupan
yang layak, adil dan sejahtera.
Pada tahun mendatang PDAM Kota Surakarta telah melakukan upaya
dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat. Kemampuan
PDAM baru mampu melakukan rencana pengembangan PDAM sampai dengan
dengan tahun 2022 dengan rincian sebagai berikut:
1. Operasional instalasi pengolahan air d jebres 100 l/det dari Sungai
Bengawan Solo untuk MBR di kawasan Utara yang direncanakan pada
tahun 2011 (dana pembangunan IPA Jebres dari APBN)
2. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Sungai Bengawan Solo di Semanggi
300 l/det tahun 2012 (Sumur Dalam Sriwedari dan Semanggi diistirahatkan)
3. Uprating Instalasi Pengolahan Air Sungai Bengawan Solo di Jurug menjadi
200 l/det tahun 2014 (12 buah Sumur Dalam di Kawasan Tengah
diistirahatkan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 120
digilib.uns.ac.id

4. IPA Mojosongo 300 l/det di tahun 2017 (13 buah Sumur Dalam Utara
diistirahatkan)
5. Pada Tahun 2018 SPAM Kota Surakarta tidak memanfaatkan sumur dalam
sebagai sumber air baku (Zerro Deep Well)
Dengan adanya rencana pengembangan dalam hal ini adalah
penambahan kapasitas produksi air oleh PDAM, Kota Surakarta diharapkan
mampu untuk mencukupi kebutuhan air pada tahun 2033, sehingga distribusi
air bersih akan tersebar merata di seluruh wilayah.
Dalam dunia pendidikan pengelolaan airtanah juga dapat
diperkenalkan kedalam kurikulum pembelajaran disekolah, baik pembelajaran
didalam kelas maupun diluar yaitu dengan cara antara lain melakukan
peningkatan dan pemakaian buku mengenai air dan buku lingkungan umum di
sekolah-sekolah, internet sebagai salah satu sarana untuk menggali informasi
yang berkaitan dengan airtanah, pemakain dan pemanfaatan proyek
pengelolaan sumber daya air lokal yaitu proyek yang berdekatan dengan
lokasi-lokasi sekolah, melakukan kunjungan infrastruktur keairan, kunjungan
kedaerah yang kekurangan air untuk menumbuhkan kesadaran mengenai
konservasi dan pendayagunaan airtanah yang aman dan ramah lingkungan,
kunjungan daerah studi ke daerah–daerah wisata air, atau daerah recharge
area. Oleh sebab itu, selain pengelola air para pendidik juga ikut andil dan
bekerjasama untuk memikirkan bersama bagaimana aset air tanah lokal dapat
dipakai sebagai sumber pembelajaran untuk masyarakat dan sekolah dengan
melalui kegiatan seperti seminar, diskusi, dan sebagainya. Gambar, photo dan
visualisasi lainnya seperti film akan sangat membantu bagi siswa untuk lebih
jelas memahami persoalan air. Disamping disampaikan kepada peserta didik,
promosi mengenai lingkungan alam dapat juga diberikan kepada para guru
dalam bentuk pelatihan, kursus dan seminar. Hal ini sangat bermanfaat
terutama untuk penyusunan kurikulum yang terkait dengan pengelolaan sumber
daya air.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai