Anda di halaman 1dari 77

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Geografis Daerah Penelitian


1. Letak dan Luas Daerah Penelitian
Desa Pusparaja merupakan salah satu Desa dari 16 Desa yang

berada di Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa

Barat. Berada kurang lebih 15 Km dari pusat Kecamatan Singaparna yang

merupakan Ibukota dari Kabupaten Tasikmalaya. Secara administratif

Desa Pusparaja memiliki batas wilayah sebagai berikut :


a. Batas Wilayah
1) Sebelah Utara : Desa Puspamukti
2) Sebelah Selatan : Desa Jayapura
3) Sebelah Barat : Kecamatan Salawu
4) Sebelah Timur : Desa Nangtang
b. Jarak (Orbitasi)
Jarak dari Desa Pusparaja ke Ibukota Kecamatan Cigalontang

yaitu sekitar 5 km dengan lama waktu 20 menit, sedangkan jarak ke

Ibukota Kabupaten Tasikmalaya sekitar 15 Km dengan lama waktu

tempuh 45 menit dan jarak ke Ibukota Provinsi Jawa Barat 108 Km.
Desa Pusparaja mempunyai luas wilayah 653,87 Ha, terdiri dari

4 Dusun yaitu Dusun Maleer, Dusun Babakan, Dusun Pasanggrahan

dan Dusun Tanjung. Tabel 4.1 merupakan data administratif jumlah RT

yang ada di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang.

Tabel 4.1
Data Administratif Rukun Tetangga Desa Pusparaja
No Dusun Jumlah RT
1 Maleer 3
2 Babakan 4
3 Pasanggrahan 5
4 Tanjung 5
41

Jumlah 17
Sumber : Kepala Desa Pusparaja

Berikut merupakan Lokasi yang menjadi tempat penelitian,

yang terdapat pada Gambar 4.2 Peta Administrasif Kecamatan

Cigalontang dan Gambar 4.3 Peta Administratif Desa Pusparaja :


42

Gambar 4.1
Peta Administrasif Kabupaten Tasikmalaya
43

Gambar 4.2
Peta Administrasif Kecamatan Cigalontang
44

2. Kondisi Fisikal Daerah Penelitian


a. Kondisi Geologis
45

Bentuk permukaan bumi yang terlihat sekarang merupakan

hasil dari suatu proses geologi sebagai tenaga endogen dan

pengaruh faktor cuaca sebagai tenaga eksogen yang menyebabkan

batuan mengalami proses pelapukan. Dengan demikian daerah

yang telah terangkat akan mengalami proses denudasi sehingga

terbentuk bukit-bukit (peneplain), proses pengangkatan dan

patahan akan menimbulkan zona-zona lemah sehingga akan

terbentuk lembah-lembah sungai dan penerobosan magma

kepermukaan dalam bentuk vulkanisme yang menghasilkan batuan

vulkanik.
Secara Fisiografi van Bemmelen (1970:16) dalam Panduan

PKL dataran Tinggi Bandung 2014 telah membangi daerah Jawa

Barat tersebut yatu :

Gambar 4.4
Fisiografi Provinsi Jawa Barat
1) Dataran rendah aluvial Jakarta
Dataran rendah Jakarta lebarnya 40 Km, mulai dari

Serang dan Rangkasbitung di sebelah barat Cirebon, terdiri

atas endapan aluvial sungai dan lahar gunungapi di pedalaman


46

dan kadang-kadang ada juga penyikapan sedimen marin yang

berusia tersier yang mengalami pelipatan lemah.


2) Zone Bogor
Lebar Zone Bogor lebih kurang 40 Km. Letaknya

langsung di sebelah selatan dataran rendah Jakarta, berupa

daerah berbukit-bukit. Zone ini mulai dari Jasinga di sebelah

barat sampai Ci pamali di Bumiayu di Jawa Tengah. Daerah ini

merupakan antiklinorium dari sedimen Neogin dengan banyak

instrusi berupa volcanic neck, stock, dan lain-lain yang

termasuk hypabsal, seperti yang terdapat pada kompleks

sangga buana di sebelah barat Purwakarta. Bagian barat Zone

ini arahnya barat timur tetapi di bagian timurnya membelok ke

arah tenggara jadi agak lengkung mencembung ke arah utara.

Pada bagian timurnya terletak vulkan muda seperti kompleks

gunung sunda di sebelah utara Bandung ( dengan puncaknya

yang tertinggi adalah bukit tunggul, 2209 m), tampomas

(1684m), Ciremai (3078)

3) Zone Bandung
Zone Bandung adalah depresi antar montana yang

memanjang. Pada Zone ini muncul pegunungan-pegunungan

semacam pulau yang terdiri atas lapisan tertier. Lebar zone ini

berkisar antara 20-40 Km di mulai di teluk pelabuhan ratu

melalui lembah cimandiri, dataran tinggi Cianjur, dataran

tinggi Bandung, dataran tinggi Garut. Kemudian sagara


47

anakan. Secara struktur daerah ini adalah puncak-puncak yang

ganitlklim yang pecah pada akhir tertier yaitu selama atau

sesudah pembumbungannya. Dalam beberapa hal dapat

disamakan dengan Zone smangko di Sumatra. Tetapi Zone

Bandung ini lebih lebar 40 Km dari Zone semangko yang

lebarnya hanya 5-15 Km. Zone Bandung meliputi bagian

puncak dan sayap utara gantiklim Jawa.


Pada batas Zone Bandung dengan Zone Bogor terletak

sederetan zone gunung api yang berusia kuarter yakni kendeng

1370 m, gagak 1511 m, salak 2111 m, pangrango 3019 m,

gede 2958m, Burangrang 2046 m, tangkuban parahu 2076 m,

bukit tunggul 2209 m, Calangcang 1667 m dan cakrabuana

1721 m. Pada tepi dataran tinggi Garut terdapat dua deretan

gunung api yang arahnya melintang memotong Zona Bandung

dari utara ke seletan. Deretan pertama memisahkan dataran

tinggi Garut dan dataran tinggi Bandung yang terditi dari

gunung mandalawangi, guntur. Deretann ke dua memisahkan

dataran tinggi garut dengan lembah citanduy yang terdiri atas

gunung galunggung 2241 m, talaga bodas 2201 m, sadakeling

1676 m pada lembah itanduy terdapat sebuah gunung api yaitu

gunung syawal 1733 m, di utara Tasikmalaya. Zone Bandung

ini sebagian tertutup oleh endapan aluvial dan bahan vulkanis

muda tetapi disana sini terdapat bukit-bukit dan pegunungan-

pegunungan yang terdiri atas batuan tersier.


48

4) Zone pegunungan selatan


Pegunungan selatan terbentang di Priangan Selatan

mulai dari teluk Pelabuhan Ratu sampai Nusa Kambangan.

Lebarnya rata-rata 50 Km, tetapi Nusa Kambangan hanya

beberapa Km saja. Keseluruhannya merupakan sayap selatan

dari geantiklin Jawa yang miring ke arah Samudera Hindia.

Zone ini dapat dibagi tiga daerah, yaitu seksi Jampang,

Pangalengan dan Karangnunggal.


a) Seksi Jampang adalah bagian paling barat. Permukaannya

merupakan hasil erosi yang relaif kuat. Dari Samudera

Hindia ke arah utara makin meninggi sampai setinggi

1000 m. Pada daerah ini terdapat beberapa volccanic

necks yang resisten dengan ketinggian yang lebih besar

daripada sekitarnya (misalnya Gunung Malang 1305 m ),

kemudian dengan Zone Bandung terpisahkan oleh bidang

patahan atau flexture.


b) Seksi Pangalengan, merupakan bagian yang tertinggi.

Pada seksi ini terletak beberapa gunungapi, antara lain :

Gunung Kancana (2182 m), seksi ini dari Zone Bandung

terpisahkan juga oleh patahan dan flexture. Pada peralihan

ini terdapat gunungapi, seperti yang telah disebutkan

diatas.
c) Seksi Karangnunggal, yaitu bagian yang paling timur

sekali. Keadaannya hampir serupa dengan seksi Jampang.

Puncak tertinggi dari Seksi ini tentu ada juga pada masa
49

Neosen, karena trangerasi marine pada Mosin atas tidak

menggenangi seluruh daerah ini, sehingga pada waktu itu

merupakan pulau.
b. Kondisi Geomorfologis
Menurut Suharni dan Palangan (2014:2) Geomorfologi

berasal dari bahasa Yunani yaitu geo berarti bumi, morphe berarti

bentuk. Dan logos berarti ilmu. Jadi geomorfologi dapat diberi

pengertian sebagai ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk lahan

permukaan bumi. Geomorfologi sebagai ilmu yang mempelajari

bentuk-bentuk lahan di permukaan bumi, dengan penekananan

pada sifat-sifat alami, proses perkembangannya, komposisi materi

penyusun serta hubungan dengan bentuk-bentuk lahan tersebut.


Hal tersebut, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku, kegitan dan tindakan manusia termasuk pertumbuhan

serta pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan manusia.

Morfologi dipermukaan bumi terdiri dari perbukitan, pegunungan,

dataran, cekungan, dan lembah memegang peranan penting dalam

menentukan karakteristik suatu wilayah, yang masing-masing

mempunyai potensi untuk dikembangkan. Setiap daerah memiliki

morfologi yang berbeda-beda tergantung tenaga serta suatu

fenomena yang membentuk morfologis tersebut.


Kondisi geomorfologis Jawa Barat bagian selatan pada

umumnya tersusun oleh endapan kuarter berupa endapan alluvium.

Endapan alluvium merupakan rombakan gunung api serta

rombakan tersier yang sebagian telah mengalami pelapukan.


50

Wilayah yang tersusun atas endapan kuarter akan mengalami

goncangan gempa bumi yang lebih kuat dibandingkan dengan

wilayah lainnya dan berpotensi diikuti oleh longsoran atau retakan

pada permukaan tanah. Kondisi geomorfologis ini bersifat

memperkuat efek goncangan gempa bumi dan rentan terjadi

gerakan tanah atau tanah longsor.


Keadaan tersebut sama seperti halnya yang terjadi di Desa

Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya, yang

berpotensi rawan bencana longsor atau retakan pada permukaan

tanah. Kejadian tersebut terbukti dengan adanya bencana longsor

hebat pada tahun 2006 lalu.


c. Keadaan iklim dan cuaca daerah penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:276) cuaca

adalah kelembaban udara pada suatu tempat tertentu dengan jangka

waktu terbatas, sedangkan iklim adalah keadaan hawa pada suatu

daerah di jangka waktu yang agak lama di suatu daerah.


Cuaca dan iklim mengacu pada keadaan atmosfer pada

suatu tempat dan waktu tertentu. Cuaca dan iklim berbeda dalam

rentang waktu dan luas tempat. Cuaca didefinisikan sebagai

keadaan atmosfer pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Iklim

adalah keadaan atmosfer pada daerah yang lebih luas dalam kurun

waktu yang panjang. Dengan kata lain iklim adalah rata-arat cuaca

dalam periode waktu yang panjang dan daerah yang lebih luad

minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap. Adapun unsur-unsur yang


51

mempengaruhi cuaca dan iklim adalah : suhu udara, tekanan udara,

curah hujan, penyinaran matahari, arah dan kecepatan angin.


Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) dalam Tjasyono

(2004:11) Menerima metode Mohr dalam menentukan bulan bulan

kering dan bulan basah dari tiap-tiap tahun kemudian baru diambil

rata-ratanya. Periode pengamatan yang diikutsertakan di dalam

perhitungan jumlah bulan kering dan basah adalah dari tahun 1921

sampe 1940, stasiun hujan yang datanya kurang dari 10 tahun

dihilangkan
Kondisi iklim di wilayah Kecamatan Cigalontang termasuk

pada iklim tropis, sama dengan daerah lain di Indonesia, dengan

memiliki dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan.

Curah hujan rata-rata umumnya tinggi, lebih dari 3000 mm/tahun.

Iklim dan curah hujan Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya dari tahun 2012 sampai tahun 2016 dapat dilihat pada

Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2
Data Curah Hujan Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya
Tahun
Jumlah Rata-rata
No Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 (mm) (mm)
1 Januari 69 273 258 275 144 1.019 203,8
2 Februari 118 379 325 191 262 1.275 255
3 Maret 219 241 338 247 403 1.448 289,6
4 April 415 593 524 155 313 2.000 400
5 Mei 157 236 509 154 77 1.133 226,6
6 Juni 72 234 258 217 58 839 167,8
7 Juli 43 11 423 95 107 679 135,8
8 Agustus 3 2 215 65 18 303 60,6
9 September 4 10 172 63 244 493 98,6
52

10 Oktober 226 444 308 246 222 1.446 289,2


11 November 774 646 372 191 385 2.368 473,6
12 Desember 291 548 427 132 165 1.563 312,6
Jumlah 2391 3617 4129 2031 2398 14566 2913,2
Rata-rata 199,2 301,4 344,1 169,2 199,8 1213,8 2427,5
Bulan Kering 3 3 0 0 2 8 1,6
Bulan Lembap 2 0 0 3 1 6 1,2
Bulan Basah 7 9 12 9 9 46 9,2
Sumber: BP3K Kecamatan Cigalontang 2017

Pada Tabel 4.2 di atas dapat dianalisis bahwa curah hujan

tertinggi terdapat pada bulan November dengan angka 774 mm.

Peneliti mengklasifikasikan iklim di Kecamatan Cigalontang

berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1940)

menggunakan harga perbandingan dengan rumus :

Q=

Keterangan :
Bulan basah curah hujan > 100 mm
Bulan kering curah hujan < 60 mm
Bulan lembap curah hujan 60 -100 mm

Tiap tahun pengamatan, dihitung jumlah bulan kering dan

bulan basah, kemudian baru dirata-ratakan selama periode

pengamatan (misalnya 20 tahun). Dari sini diperoleh jumlah rata-

rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah, yaitu rata-rata

selama 20 tahun. Misalnya jumlah rata-rata bulan kering =2 dan

jumlah rata-rata bulan basah = 8 maka diperoleh harga Q = 0,25.


Dari harga Q yang ditentukan oleh persamaan (10.1)

kemudian Schmidt dan Ferguson (1951) menentukan jenis


53

iklimnya yang ditandai dengan iklim A sampai iklim H, sebagai

berikut.
1) Iklim A, kategori sangat basah dengan nilai : 0

2) Iklim B, kategori basah dengan nilai : 0, 143

3) Iklim C, kategori agak basah dengan nilai 0,33

4) Iklim D, kategori sedang dengan nilai : 0,600


5) Iklim E kategori agak kering dengan nilai : 1,000

6) Iklim F kering kategori dengan nilai 1,670


7) Iklim G sangat kering kategori dengan nilai : 3,000

8) Iklim H luar biasa kering kategori dengan nilai : 7,000

Dengan demikian iklim di Kecamatan Cigalontang menurut

klasifikasi Schmidt dan Ferguson sebaga berikut :

Rumus Perhitungan Q = Rata-rata bulan kering (Md) X 100%


Rata-rata bulan basah (Mw)
= 1,6 x 100%
9,2
= 17,4%
54

17,4 %

Gambar 4.5
Grafik Curah Hujan Kecamatan Cigalontang

Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa

kondisi iklim di Kecamatan Cigalontang tergolong kedalam tipe B

(basah), karena memiliki nilai Q sebesar 17,4 % Kondisi iklim

seperti ini cocok untuk pertanian.


d. Kondisi hidrologis
Air adalah substansi yang paling melimpah di permukaan

bumi, merupakan komponen utama bagi semua makhluk hidup, dan

merupakan kekuatan utama yang secara konstan membentuk

permukaan bumi untuk kebutuhan manusia.


Menurut Indarto (2012 : 3) Hidrologi pada hakikatnya

mempelajari setiap fase air di bumi. Hidrologi adalah disiplin ilmu

yang sangat penting bagi manusia dan lingkungannya.


Kondisi hidrologis di daerah penelitian terdiri dari perairan

permukaan air tanah (sumur) dan sungai atau saluran air serta mata

air yang terdapat di desa tersebut. Pasokan air yang ada di Desa

Pusparaja jernih dan melimpah. Di setiap Dusun di Desa Pusparaja

terdapat sebuah sungai yang dapat menunjang terhadap setiap

aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakatnya terutama untuk

bertani dan bercocok tanam.


e. Kondisi tanah
Menurut Jamulya (2014 :2) Tanah dalam konteks kajian

kajian geografis adalah tanah sebagai tubuh alam yang menyelimuti


55

permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya yang

khas dalam proses pembentukan, keterdapatan, dinamika dari

waktu ke waktu, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia.


Tanah juga memiliki perbedaan dan jenis-jenis di setiap

daerahnya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,

jenis batuan induk, iklim topografi, vegetasi penutup, dan proses

waktu.
Jenis tanah yang mendominasi permukaan tanah di Desa

Pusparaja adalah Tanah Regosol dan Hidrosol (Tanah Sawah). Jenis

tanah darat termasuk tanah regosol terutama regosol abu-abu

vulkanik. Abu vulkanik ini merupakan material sisa-sia dari erupsi

letusan Gunung Galunggung berupa debu, pasir, kerikil, lapilin,

dan bom.
Menurut Darmawidjaya 1990 dalam Putinella (2014 :124)

Tanah regosol merupakan jenis tanah yang masih berkembang,

terbentuk pada tumbuhan bahan induk yang baru diendapkan, yang

terangkut dari tempat lain dan tertimbun pada tempat tersebut.

Tanah regosol dengan tekstur kasar atau kandungan pasir tinggi

akan mempunyai porositas yang baik karena di dominasi oleh pori

makro.
Menurut Munnir dalam Helmy 2014 penggunaan tanah

regosol untuk lahan pertanian dapat dilakukan jika terlebih dahulu

diperbaiki sifat fisika, kimia dan biologinya. Sifat fisika yang

menjadi penghambat adalah drainse dan porositas serta belum

membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi. Hal ini


56

menyebabkan tingkat produktifitas tanah regosol rendah sehingga

diperlukan perbaikan secara fisika, kimia dan biologi.


f. Penggunaan lahan
Menurut Vink 1975 dalam Ritohardoyo (1975 :15) Secara

geografis lahan merupakan suatu wilayah tertentu di atas

permukaan bumi khusunya meliputi semua benda penyusun biosfer

yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah berada diatas

wilayah meliputi atmosfer, dan di bawah wilayah tersebut

mencakup tanah, batuan (bahan induk, tofografi, air, tumbuh-

tumbuhan dan binatang, dan berbagai kegiatan manusia pada masa

lalu maupun sekarang yang semuanya memiliki pengaruh nyata

terhadap penggunanan lahan oleh manusia pada masa sekarang

maupun masa yang akan datang.


Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang

sangat penting bagi kehidupan manusia karena diperlukan dalam

setiap kegiatan manusia seperti untuk pertanian, daerah industri,

daerah pemukiman, jalan tranportasi, atau daerah-daerah yang

dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah.


Penggunaan lahan di Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya salah satunya digunakan

untuk lahan permukiman, juga kegiatan sosial ekonomi dan

sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3
Penggunaan lahan di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya
57

No Penggunaan lahan Luas (Ha) Persentase (%)


1 Sawah 183,20 28
2 Perkebunan 181,21 28
3 Ladang 165,70 25
4 Hutan 70,51 11
5 Perkantoran 5,30 1
6 Pemukiman 41,50 6
7 Kolam 4,45 1
8 Bangunan umum 0,79 0
9 Sarana olahraga 1,21 0
Jumlah 653,87 Ha 100
Sumber : Kepala Desa Pusparaja Tahun 2016

Gambar 4.6
Penggunaan lahan di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya

Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa

sebagian besar penggunaan lahan di Desa Pusparaja merupakan

lahan pertanian/sawah sebanyak 183,20 Ha dengan persentase 28%

dan untuk perkebunan seluas 181,21 Ha dan kebanyak masyarakat

yang masih berada di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

bermatapercaharian sebagai petani.


3. Kondisi Demografi
a. Komposisi penduduk berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
58

Komposisi penduduk berdasarkan umur penting diketahui

untuk menentukan kelompok penduduk produktif. Umur dapat

mencerminkan vitalitas dalam beraktivitas untuk kebutuhan hidup.


Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Kelompok Jenis kelamin Persentase
No jumlah
Usia (tahun) L P (%)
1 0–4 305 271 576 14
2 5-9 140 148 288 6
3 10 - 14 143 139 282 6
4 15 - 19 140 137 277 6
5 20 - 24 137 129 266 6
6 25 - 29 142 138 280 6
7 30 - 34 130 147 277 6
8 35 - 39 144 157 301 6
9 40 - 44 139 137 276 6
10 45 - 49 149 168 317 7
11 50 - 54 152 139 291 7
12 55 - 59 126 139 265 6
13 60 - 64 128 134 262 6
14 65 - 69 122 125 247 5
15 70 - 74 79 89 168 4
16 59 64 123 3
Jumlah 2235 2261 4496 100
Sumber : Data Penduduk Desa Pusparaja Tahun 2016

Gambar 4.7
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
59

Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.7 di atas dapat dihitung Sex

Ratio. Berdasarkan tabel dan gambar, dimana untuk menentukan

Sex Ratio dengan perbandingan antara jumlah penduduk laki-

laki dibagi dengan jumlah penduduk perempuan. Maksud dari

sex ratio adalah untuk mencari perbandingan jumlah penduduk

laki-laki sebanding dengan 100 penduduk perempuan dengan

demikian maka dapat dihitung kepadatan penduduk di desa

Pusparaja sebagai berikut.

Sex Ratio= x100

= x100 = 98,085 dibulatkan menjadi 99 jiwa

Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

terdapat 99 laki-laki setiap 100 perempuan. Dari komposisi

tersebut dapat dikelompokan ke dalam kelompok usia belum

produktif, produktif dan sudah produktif. Kelompok usia 0-15

dikatakan belum produktif, sedangkan kelompok usia 16-64

dikatakan produktif dan usia >65 dikatakan sudah tidak

produktif.
60

Berikut ini pengelompokan berdasarkan usia yang ada di

Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya

adalah :
1) Kelompok usia (0-15) dikatakan belum produktif yang

sebanyak 1.146 orang


2) Kelompok usia (16-64) dikatakan produktif sebanyak 2812

orang
3) Kelompok usia (65 tahun keatas) dikatakan tidak produktif

sebanyak 538 orang.


b. Jumlah dan kepadatan penduduk
Jumlah penduduk di Desa Pusparaja ± 4.496 orang.

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk di desa Pusparaja terdiri dari

2.235 jiwa penduduk laki-laki dan 2.261 jiwa penduduk

perempuan yang seluruhnya Warga Negera Indonesia.


Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, maka

dapat dihitung kepadatan penduduknya. Kepadatan penduduk

menunjukan pada banyaknya penduduk per satuan unit wilayah.

Dengan demikian maka dapat dihitung kepadatan penduduk di

Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang sebagai berikut :


1) Kepadatan Penduduk Kasar
Kepadatan penduduk kasar adalah banyaknya penduduk

pada suatu wilayah tersebut. Perhitungan ini berdasarkan luas

wilayah keseluruhan termasuk wilayah perairan dan daerah lain

yang tidak mungkin untuk huni manusia.


Berdasrkan tabel dan tabel, dapat dihitung kepadatan

penduduk kasar di Desa Pusparaja yaitu sebagai berikut.

Kepadatan =
61

= = 6,87=7

Dari hasil jumlah penduduk yang ada di Desa Pusparaja

yaitu 4496 jiwa, kemudian dibagi dengan luas wilayah yaitu

653,87 Ha, maka kepadatan penduduk Desa Pusparaja setiap 1

Ha lahan dihuni oleh 7 jiwa.


2) Kepadatan Penduduk Fisiologis
Kepadatan penduduk fisiologis ialah jumlah penduduk

tiap kilometer persegi tanah pertanian atau bisa dihitung dengan

rumus :

Kepadatan Penduduk Fisiologis=

4,55 dibulatkan menjadi 5

Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap 1 Ha di garap oleh 5 orang

penduduk.
3) Kepadatan penduduk Agraris

=24,54 = dibulatkan menjadi 25 jiwa/Km2

Jadi dapat disimpulkan kepadatan penduduk agraris di Desa

Pusparaja Kecamatan Cigalontang adalah 1 Km2 lahan pertanian.


62

c. Komposisi berdasarkan jenis kelamin


Untuk mengetahui komposisi penduduk berdasarkan jenis

kelamin di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalolntang dapat dilihat

pada Tabel 4.5.


Tabel 4.5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 2235 50 %
2 Perempuan 2261 50 %
Jumlah 4496 100
Sumber : Profil Desa Pusparaja Tahun 2016

Gambar 4.8
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Dari data monografi di atas dapat disimpulkan bahwa

jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hasilnya seimbang yaitu

penduduk laki-laki mencapai 50% dan penduduk perempuan juga

mencapai 50%.
d. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan bagian hal yang paling penting bagi

kehidupan sehari-hari. Dengan pendidikan kita bisa melihat

bagaimana suatu wilayah bisa dikategorikan kedalam suatu wilayah

yang maju atau tidak. Berbicara mengenai pendidikan di Desa

Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya


63

dikategorikan meningkat karena masyarakat sekitar menyadari

bahwa pentingnya suatu pendidikan bagi kehidupan.


Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari komposisi tabel

pendidikan Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya.
Tabel 4.6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah
No Tingkat pendidikan Persentase
penduduk
1 Belum sekolah 576 34%
2 Tidak tamat SD 909 13,5%
3 Tamat SD Sederajat 1885 31%
4 Tamat SMP Sederajat 533 12%
5 Tamat SMA Sederajat 523 7%
6 Tamat Diploma I/II 10 0,2%
7 Tamat Diploma III 13 0,3%
8 Tamat S1 42 1%
9 Tamat S2 5 0,1%
Jumlah 4496 100%
Sumber: Profil Desa Pusparaja Tahun 2016

Gambar 4.9
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
64

Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.9 diatas dapat

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak di

tempuh oleh penduduk Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

Kabupaten Tasikmalaya adalah dari tamatan SD sederajat yang

mencapai angka 1.414 atau sekitar 31% hal ini membuktikan

bahwa masyarakat belum peduli terhadap pentingnya pendidikan.


e. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian
Mata pencaharian yang ada di daerah penelitian sangat

beragam, salah satuya bermata pencaharian sebagai petani di

karenakan daerah penelitian tersebut sebagian besar wilayahnya

merupakan lahan pertanian dan hutan. Berikut dapat dipaparkan

dalam sebuah tabel di bawah ini.

Tabel 4.7
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase


1 PNS/POLRI/TNI 31 1%
2 Karyawan swasta 180 4%
3 Buruh 1150 19 %
4 Petani 1340 23 %
5 Peternak 22 1%
7 Wiraswasta 361 8%
8 Pelajar/Mahasiswa 548 12%
9 Belum/Tidak bekerja 864 16%
Jumlah 4496 100%
Sumber : Profil Desa Pusparaja Tahun 2016
65

Gambar 4.10
Diagram Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Pusparaja

Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.10 diatas dapat diketahui

bahwa mata pencaharian di Desa Puspaparaja sebagian besar

adalah petani sebanyak 1.031 atau 23%, selanjutnya bermata

pencaharian sebanyak 842 orang sebagai buruh atau 19%,

4. Kondisi Fasilitas Sosial dan Ekonomi


a. Keadaan Fasilitas Sosial
1) Sarana dan prasarana transportasi
Menurut Gunardo (2014:48) mengemukakan bahwa

transportasi adalah proses pemindahan gerakan atau berpindah

orang dan atau barang dari lokasi/tempat yang satu ke

lokasi/tempat lain, menggunakan sarana dan prasarana dalam

suatu sistem dengan tujuan tertentu. Maka dapat diartikan

bahwa transportasi merupakan segala sesuatu yang berkaitan

dengan pemindahan orang atau barang dari suatu tempat ke

tempat lain.
66

Begitupula dengan sarana dan prasarana yang ada di

Desa Pusparaja tergolong cukup baik karena di dukung oleh

aksesibilitas yang baik. Selain dari sarana dan prasarana jalan

di Desa Pusparaja terdapat juga sarana prasarana berupa

jembatan 3 unit yang kondisinya baik serata terdapat sarana

dan prasarana penerangan lilstrik yang di pasilitasi oleh PLN.


Tabel 4.8
Jenis Jalan di Desa Pusparaja

No Jenis Jalan Luas (Km) Persentasi


1 Jalan beton/konblok/smen 4,3 59%
2 Jalan aspal 3 41%
JUMLAH 7,3 100
Sumber:Profil Desa Pusparaja Tahun 2016

Gambar 4.11
Jalan aspal

2) Sarana dan Prasarana Sosial


Ketersediaan sarana dan prasarana sangat menunjang

untuk segala kehidupan masyarkat. Berikut ini merupakan

sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Pusparaja.


Tabel 4.9
67

Sarana Sosial dan Tempat Ibadah


No Jenis Bangunan Jumlah
1 Paud 7
2 Sekolah Dasar (SD) 4
3 SLTP/MTS 1
4 SMA/SMK 1
5 Pondok pesantren 1
6 Mesjid 12
7 Mushola 20
8 Posyandu 6
9 Polindes 1
10 Praktek Bidan Desa 1
10 Lapangan Olahraga 1
Jumlah 55
Sumber: Profil Desa Pusparaja Tahun 2016

Gambar 4.12
Sarana dan prasarana sosial

Berdasarkan tabel diatas, dapat di kelompokan seperti

di bawah ini:
a) Sarana Pendidikan, untuk sarana pendidikan terdapat

PAUD (7) buah, sekolah SD/Sederajat terdapat (4) buah

yang terdapat pada setiap dusunnya, MTS terdapat (1)

buah, SMK berbasis IT (1) buah. Untuk sarana pendidikan

agama terdapat (1) buah pesantren yang sudah terkenal ke

luar daerah.
68

b) Sarana prasarana Peribadatan, dapat dilihat dari tabel di

atas bahwa sarana peribadatan yang ada di Desa Pusparja

terdapat masjid sebanyak (12) buah, dan mushola terdapat

(20) buah.
c) Sarana dan Prasarana Kesehatan yang ada di Desa

pusparaja terdapat posyandu sebanyak (6) buah, praktek

bidan (1) buah.


d) Sarana Lapangan Olahraga yang luas biasanya di gunakan

untuk turnamen keolahragaan antar dusun yang di lakukan

disana.
b. Keadaan Fasilitas Ekonomi
Fasilitas ekonomi dalam hal ini adalah berbagai fasilitas

yang dapat menunjang kegiatan perekonomian baik secara

langsung ataupun tidak langsung. Adapaun fasilitas perekonomian

yang ada di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 4.10 :

Tabel 4.10
Fasilitas Perekonomian di Desa Pusparaja
No Jenis Bangunan Jumlah Persentase
1 Warung 56 91,80
2 Toko 4 6,55
3 Koperasi 1 1,65
Jumlah 61 100
Sumber : Hasil penelitian penulis tahun 2017
69

Gambar 4.13
Fasilitas Perekonomian di Desa Pusparaja

Berdasarkan Tabel 4.10 dan Gambar 4.13 Merupakan

fasilitas yang digunakan oleh masyarakat yang bisa menunjang

perekonomian serta kebutuhan di Desa Pusparaja dengan jumlah

60 buah tempat membeli kebutuhan sehari-hari. Selain itu

kebanyakan masyarakat di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

bermatapencaharian sebagai petani dan pekebun, sehingga

kebanyak masyarakatnya bertani untuk menunjang berbagai

macam kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tetapi ada juga

masyarakat Desa Pusparaja yang melakukan migrasi ke luar kota

agar mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.

B. Deskripsi Hasil Penelitian


Dalam deskripsi hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai hasil

penelitian yang telah diolah dengan menggunakan teknik analisis

persentase sederhana, adapun yang dijelaskan mencakup profil responden

dan tiap variabel penelitiannya.


1. Karakteristik Responden
Deskripsi hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai hasil

penelitian yang telah diolah dengan menggunakan teknik analisis

persentase sederhana, adapun yang dijelaskan mencakup profil

responden dan tiap variabel penelitiannya.


Responden penelitian ini adalah Kepala Desa, keluarga yang

melakukan mobilitas non permanen dengan sampel sebanyak 31

orang. Adapun yang menjadi responden kuisioner dalam penelitian ini

terdiri dari keluarga pelaku mobilitas non permanen baik itu ibu, anak
70

ataupun istri. Berikut penjelasan mengenai pelaku mobilitas non

permanen di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

Kabupaten Tasikmalaya.
a. Kepala Desa
Kepala Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang bernama

Sahrul Mubarak yang berusia 36 tahun beliau menjadi kepala

Desa sejak tahun 2013. Menurut beliau dengan adanya mobilitas

non permanen di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya ini berpengaruh besar,

terutama dalam perekonomian, dengan melakukan mobilitas non

permanen masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokok juga

dapat meningkatkan status sosial keluarga masing-masing.

b. Keluarga Pelaku Mobilitas


1) Hubungan Keluarga dengan Pelaku Mobilitas Non

Permanen
Berikut adalah responden yang merupakan keluarga pelaku

mobilitas non permanen yang berjumlah 31 orang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11
Responden (Keluarga Pelaku Mobilitas)
Hubungan Jenis
Kekerabatan Kelamin
Nama
No dengan Alamat
Responden
Pelaku
Mobilitas
1 Imas Istri P Sukarame
2 Eka Anak P Sukarame
3 Ernawati Istri P Sukarame
4 Syifa Istri P Sukarame
71

Hubungan Jenis
Kekerabatan Kelamin
Nama
No dengan Alamat
Responden
Pelaku
Mobilitas
5 Kokom Istri P Sukarame
6 Epon Istri P Sukarame
7 Kesin Istri P Saungseel
8 Herna Anak P Saungseel
9 Dwi Anak P Saungseel
10 Tati Istri P Saungseel
11 Siti Istri P Saungseel
12 Listi Anak P Tanjung
13 Nandi Anak L Tanjung
14 Ocin Istri P Tanjung
15 Teti Istri P Tanjung
16 Dede Anak L Tanjung
17 Sumi Istri P Tanjung
18 Iip Anak L Tanjung
19 Andi Anak L Tanjung
20 jejen Anak L Tanjung
21 Iis Istri P Tanjung
22 Odah Istri P Tanjung
23 Ai Istri P Tanjung
24 Nana Istri P Nagrak
25 Omay Istri P Nagrak
26 Lilis Istri P Nagrak
27 Maya Istri P Nagrak
28 Esih Istri P Pancaksuji
29 Ibut Istri P Pancaksuji
30 Sri Anak P Pancaksuji
31 Yati Istri P Pancaksuji
Sumber : Hasil Penelitian Penulis Tahun 2017

Berdasarkan pada Tabel 4.11 yang banyak melakukan

mobilitas non permanen berasal dari RW Tanjung yang

didominasi oleh laki-laki dan yang menjadi responden adalah

istrinya.

2) Jenis Kelamin
72

Untuk mengetahui kondisi responden berdasarkan jenis

kelamin di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang terdapat pada tabel 4.12.


Tabel 4.12
Jenis Kelamin Responden (Keluarga Pelaku Mobilitas)
Jumlah
No Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 12 39
2 Perempuan 19 61
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil penelitian penulis tahun 2017

Gambar 4.14
Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan Tabel 4.12 dan Gambar 4.14 dapat

disimpulkan bahwa yang menjadi responden dalam penelitian

ini kebanyakan perempuan yang terdiri dari anak, ibu dan istri

dengan persentase 61 % karena laki-lakinya yang melakukan

mobilitas non permanen.

3) Usia
Berikut ini adalah karakteristik responden berdasarkan

usia karena merupakan hal yang penting dan untuk mengetahui

seberapa banyak usia yang sudah atau tidak produktif lagi di

Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang.


Tabel 4.13
Kelompok Usia Responden
73

No Kelompok usia Keluarga Pelaku Persentase


Mobilitas (%)
1 20-25 7 23 %
2 26-30 3 10 %
3 31-35 4 13%
4 36-40 2 7%
5 41-45 4 13%
6 46-50 5 17%
7 51-55 2 7%
8 56-60 3 10%
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Penulis tahun 2017

Berdasarkan pada Tabel 4.13 sebagian besar kelompok

usia responden pelaku mobilitas non permanen berada pada

uisia 20-25 tahun dengan jumlah 7 orang, dan kelompok usia

responden pelaku mobilitas yang paling sedikit diambil dari

usia 31-35 dan usia 51-55 tahun dengan jumlah 2 keluarga


4) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan hidup, setiap orang memiliki

pekerjaan yang berbeda-beda. Berikut ini dalah pekerjaan

keluarga pelaku mobiitas yang menjadi responden dalam

penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.14


Tabel 4.14
Jenis Pekerjaan Keluarga Pelaku Mobilitas
Jenis
No Jumlah Persentase
Pekerjaan
1 Buruh 11 36 %
2 Petani 15 48 %
3 Pedagang 5 16 %
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2017
Berdasarkan pada Tabel 4.14 menyatakan bahwa jenis

pekerjaan keluarga responden sebanyak 15 orang dengan

persentase 48 % bekerja sebagai petani, 11 responden bekerja


74

sebagai buruh dengan persentase 36 % dan 5 keluarga bekerja

sebagai pedagang.
c. Pelaku Mobilitas Non Permanen
1) Pelaku Mobilitas berdasarkan Usia
Berdasarkan data yang diperoleh diatas usia sangat

berpengaruh dalam seseorang beraktifitas untuk melihat usia

produktif dan non produktif.


Tabel 4.15
Kelompok Usia Responden
No Kelompok Keluarga Persentase
usia Pelaku (%)
Mobilitas
1 20-25 11 36 %
2 26-30 3 10 %
3 31-35 2 7%
4 36-40 2 6%
5 41-45 2 6%
6 46-50 6 19%
7 51-55 3 10%
8 56-60 2 6%
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Penulis tahun 2017

Berdasarkan pada Tabel 4.15 untuk usia kelompok

pelaku mobilitas 11 orang dengan persentase 36 % termasuk ke

kelompok usia 20-25 tahun, sedangkan 6 orang dengan

persentase 19 % termasuk kedalam kelompok usia 46-50 tahun,

kemudian 26-30 tahun dan 51-55 tahun berjumlah 3 orang

dengan persentase 10 %.
2) Pelaku Mobilitas Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dari 31 responden, pelaku

yang melakukan mobilitas non permanen adalah laki-laki.

Karena, laki-laki merupakan kepala keluarga yang bertanggung


75

jawab untuk keluarganya sedangkan istri bertanggung jawab

untuk mendidik anak-anaknya.


3) Pelaku Mobilitas Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan dapat dijadikan tolok ukur kemajuan suatu

masyarakat, karena kualitas yang baik dapat menjadi penentu

keberhasilan dari masyarakat yang berada pada suatu tempat,

semakin tinggi jenjang pendidikan maka akan semakin

menambah pengetahuan dan wawasan.


Peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan

semakin meningkat walaupun bukan suatu ukuran yang mutlak

namun dengan pendidikan akan lebih meningkatkan derajat

taraf hidup dan kecerdasan. Pendidikan juga merupakan hal

yang mendasar dalam pembentukan karakter masyarakat.

Adapun tingkat pendidikan yang ada disuatu daerah dapat

terlihat dari struktur pendidikan yang ada di Dusun Tanjung

Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang. Tabel 4.15 akan

menjelaskan tingkat pendidikan responden :


Tabel 4.16
Tingkat Pendidikan Pelaku Mobilitas
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SD 17 54,8
2 SMP 10 32,3
3 SMA 4 12,9
4 Dipoloma - 0
5 Sarjana - 0
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Penulis Tahun 2017
76

Gambar 4.15
Tingkat Pendidikan Responden

Berdasarkan dari Tabel 4.16 dan Gambar 4.15 Dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden di Dusun Tanjung

Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang adalah lulusan SD

yaitu sebanyak 54,8 %. Tingkat pendidikan akan berpengaruh

terhadap cara berfikir masyarakat untuk bijak dan arif dalam

memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam.

4) Pelaku Mobilitas Berdasarkan Pekerjaan di Daerah Tujuan


Pekerjaan pelaku mobilitas di daerah tujuan diantaranya

tukang kredit, pedagang kacamata, dan pedagang roti. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.17

Tabel 4.17
Jenis Pekerjaan Pelaku Mobilitas Non Permanen
di Daerah Tujuan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Tukang kredit 13 42 %
2 Tukang kacamata 8 26 %
3 Dagang 4 13 %
4 Pedagang roti 6 19 %
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Penulis 2017
Berdasrkan Tabel 4.17 dapat disimpulkan bahwa

pekerjaan pelaku mobilitas non permanen sebanyak 13 orang

dengan persentase 42 % bekerja sebagai tukang kredit, sebanyak


77

8 orang dengan persentase 26 % pekerjaanya sebagai tukang

kacamata, sebanyak 6 orang dengan persentase 19 %

pekerjaanya sebagai tukang roti dan sebanyak 4 orang dengan

persentase 13 % pekerjaannya sebagai pedagang.


5) Pelaku Mobilitas Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan pelaku mobilitas non permanen

adalah banyaknya anggota keluarga yang turut serta, berada

atau hidup dalam satu rumah sehingga menjadi tanggungan dari

kepala keluarga yang terdiri dari anak, isri serta orang lain yang

hidup bersama keluarga. Untuk mengetahui informasi jumlah

tanggungan hidup keluarga responden dapat dilihat pada tabel

berikut :
Tabel 4.18
Jumlah tanggungan keluarga
No Tanggungan keluarga Jumlah Persentase (%)
1 3 orang 11 36%
2 4 orang 8 27%
3 5 orang 6 20%
4 6 orang 5 17%
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Penulis Tahun 2017

Gambar 4.16
Jumlah tanggungan keluarga
78

Dapat dilihat dari Tabel 4.18 dan Gambar 4.16 diatas

bahwa jumlah tanggungan keluarga yang paling bnayak adalah 3

orang dengan persentase 36%, jumlah tanggungan keluarga

sebanyak 4 orang dengan persentase 27%. Jumlah tanggungan

keluarga sebanyak 5 orang dengan persentase 20%, jumlah

tanggungan 6 orang dengan persentasi 17%.

6) Pelaku Mobilitas Berdasarkan Pendapatan


Berkaitan dengan mobilitas non permanen yang

dilakukan oleh masyarakat Dusun Tanjung Desa Pusparaja

dengan bekerja sebagai tukang kredit, pedagang kecamatan dan

pedagang roti di daerah tujuan.


Tabel 4.19
Pendapatan pelaku mobilitas
No Penghasilan perbulan Jumlah Persentase
1 Rp 1.500.000-2.000.000 1 3%
2 Rp 2.500.000-3.000.000 9 29%
4 ≥ Rp 3.500.000 21 68%
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 4.19 dari 31 responden sebanyak 21

orang menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh setiap

bulannya sebesar ˃ Rp 3.500.000 dengan persentase 68 %, dan

pendapatan yang paling rendah Rp 1.500.000- Rp 2.000.000

berjumlah satu orang.


2. Deskripsi Objek Penelitian
79

Gambar 4.17
Wawancara dengan responden
Menurut salah satu responden didapatkan informasi pada

awalnya masyarakat yang melakukan mobilitas non permanen mulai

terjadi sebelum krisismoneter tahun 1990-an. Daerah yang menjadi

tujuan utama masyarakat melakukan mobilitas non permanen adalah

ke Bali hal tersebut berlangsung sampai saat ini dikarenakan sudah

menjadi tradisi turun temurun, sehingga informasi menyebar secara

luas.masyarakart yang mlakukan mobilitas non permanen bekerja

sebagai tukang kredit atau jualan cicilan.


Setelah semakin banyak masyarakat yang melkakukan

mobilitas non permanen, sehingga terbentuklah sebuah organisasi yang

khusus menaungi masyarakat sunda yang bekerja di Bali. Organisasi

tersebut bernama BAMUS (Badan Musyawarah Urang Sunda) dan

PUSDA (Paguyuban Urang Sunda) yang dibentuk pada tahun 1998.

Pada saat ini muncul organisasi baru di berbagai daerah di Bali yang

masih dibawah naungan BAMUS.


80

Gambar 4.18
Orgnisasi Bamus

Gambar 4.18 menunjukaan adanya bukti kegiatan yang

dilakukan diantaranya halal bihalal dan silaturahmi masyarakat orang

sunda yang berada di Bali.


Pada saat ini daerah yang menjadi tujuang mobilitas non

permanen tidak hanya ke Bali tetapi ke daerah lainnya seperi

Karawang, Subang, Cikarang dan Jakarta karena jarak yang terlalu

jauh sehingga masyarakat mencari daerah yang lebih dekat.


Dusun Tanjung merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa

Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya yang

sebelum melakukan mobilitas non permanen bermata pencaharian

sebagai petani, buruh tani, buruh kasar dan pedagang. Alasan

masyarakat melakukan mobilitas non permanen karena awalnya

masyarakat tertarik melihat orang yang sebelumnya melakukan

mobilitas non permanen. Sehingga mereka termotivasi untuk ikut

bekerja diluar daerah Desa Pusparaja.


Jenis pekerjaan pelaku mobilitas non permanen yaitu, tukang

kredit, pedagang kacamata dan pedagang roti. Mereka memilih jenis


81

pekerjaan tersebut karena, tingkat pendidikan mereka yang rendah

dengan keterampilan kerja yang kurang sehingga mereka lebih

memilih pekerjaan tersebut.


Pendapatan yang didapat oleh pelaku mobilitas non permanen

mengalami peningkatan setelah melakukan mobilitas non permanen

dibandingkan bekerja diwilayah Desa Pusparaja Kecamatan

cigalontang kabupaten Tasikmalaya. Contohnya pelaku mobilitas non

permanen di wilayah Bali pendapatannya mencapai Rp 3.000.000

sedangkan pendapatan di Desa Pusparaja sebagian kurang dari Rp

500.000 hal ini terjadi karena, UMR (Upah Minimum Regional) di

Bali sebesar 2.173.000 sedangkan UMR Kabupaten Tasikmalaya Rp

1.600.000. Sehingga, banyak masyarakat yang berminat bekerja di

luar wilayah Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya.
3. Faktor-Faktor Geografis yang mempengaruhi masyarakat

melakukan mobilitas non permanen di Desa Pusparaja

Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya


Mobilitas penduduk non permanen adalah gerak penduduk dari

suatu wilayah menuju kewilayah lain dengan tidak ada niatan menetap

didaerah tujuan ( Zelinsky dalam Mantra 2012 : 175). Faktor-faktor

Geografis yang mempengaruhi masyarakat melakukan mobilitas non

permanen terditi atas faktor penarik dan faktor pendorong.


a. Faktor Penarik
Faktor penarik merupakan hal yang menyababkan

banyaknya masyarakat melakukan mobilitas dikarenakan penarik


82

dari daerah tujuan yang cukup tinggi untuk meningkatkan tarap

kehidupan masyarakat yang ada pada suatu tempat.

1) Kesempatan mendapatkan pekerjaan


Masyarakat di Dusun Tanjung sebelum melakukan

mobilitas non permanen kebanyakan bermatapencaharian

sebagai petani sehingga pendapataan yang didapat tidak terlalu

tinggi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

Namun masyarakat berkeinginan untuk memperbaiki tingkat

pendapatan dengan cara melakukan mobilitas non permanen

kesuatu tempat untuk mencari lapangan perkerjaan yang lebih

baik. Masyarakat mengetahui informasi adanya lowongan

pekerjaan didaerah tujuan dapat dilihat dari tabel berikut :


Tabel 4.20
Sumber informasi tentang lowongan pekerjaan di daerah
tujuan
No Alternatif jawaban Jumlah Persentase (%)
1 Saudara 30 96,8
2 Sosial media 1 3,2
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Penulis tahun 2017

Gambar 4.19
Sumber informasi tentang lowongan pekerjaan di daerah
tujuan
83

Berdasarkan Tabel 4.20 dan Gambar 4.19 Menunjukan

bahwa informasi yang didapat mengenai mobilitas non

permanen berasal dari saudara dengan persentase sebanyak

96,8% . Informasi mengenai lowongan pekerjaan di daerah

tujuan karena adanya komunikasi dari saudara atau keluarga

yang telah berhasil melakukan mobilitas non permanen sehingga

adanya ajakan untuk mengajak saudara untuk bekerja keluar

kota. Dan sebanyak 3,2 % masyarakat mendapatkan informasi

lowongan pekerjaan dari sosial media.


Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa

kebanyakan masyarakat yang melakukan mobilitas non

permanen karena adanya ajakan dari keluarga dan saudara.

Daerah yang menjadi tujuan mobilitas non permanen berbeda-

beda, untuk mengetahui daerah-daerah yang menjadi tujuan

mobilitas non permanen dapat dilihat dari Tabel 4.21


Tabel 4.21
Daerah tujuan mobilitas non permanen
No Alternatif jawaban Jumlah Persentase (%)
1 Karawang 3 7
2 Cikarang 4 13
3 Subang 6 19
4 Jakarta 1 6
5 Bali 17 55
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Penulis tahun 2017
84

Gambar 4.20
Daerah tujuan mobilitas non permanen

Dari Tabel 4.21 dan Gambar 4.20 dapat dilihat bahwa

yang masyarakat paling banyak melakukan mobilitas non

permanen sebanyak 17 orang dengan persentase 55% berangkat

ke Bali, sebanyak 6 orang dengan persentase 19 % berangkat ke

Subang, sebanyak 4 orang dengan persentase 13 % berangkat ke

Cikarang, sebanyak 3 orang dengan persentase dengan

persentase 10 % berangkat ke Karawang dan yang terakhir

dengan persentase 3 % berangkat ke Jakarta.


Berikut lokasi tujuan masyarakat dusun Tanjung yang

melakukan migrasi non permanen.


85
86

Berdasarkan keterangan pada Gambar 4.21 merupakan

wilayah yang menjadi tujuan masyarakat di Dusun Tanjung

Desa Pusparaja dalam melakukan mobilitas non permanen ke

luar daerah.
2) Pendapatan yang lebih tinggi
Berkaitan dengan mobilitas non permanen yang

dilakukan oleh masyarakat Dusun Tanjung Desa Pusparaja

dengan bekerja sebagai tukang kredit, pedagang kacamata, dan

pedagang roti dapat meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.22


Tabel 4.22
Pendapatan yang Lebih Tinggi
Pendapatan Pendapatan
sebelum sesudah
No Jumlah Persentase Jumlah Persentase
melakukan melakukan
mobilitas mobilitas
1 ˂ Rp 1.000.000 19 61 % Rp 1.500.000- 1 3%
Rp 2.000.000
2 Rp 1.000.000- 9 29 % Rp 2.500.000- 9 29 %
Rp 1.500.000 Rp 3.000.000
3 ˃ Rp 1.500.000 3 10 % ˃ Rp 3.500.000 21 68 %
Jumlah 31 100 Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa

pendapatan pelaku mobilitas non permanen mengalami

peningkatan hal ini dapat diketahui dari jumlah pendapatan yang

mereka dapatkan perbulannya. Pendapatan yang paling tinggi ˃

Rp 3.500.000 dengan jumlah responden 21 orang dengan

persentase 68 % sedangkan pendapatan sebelum mobilitas non

permanen pendapatannya ˂ Rp 1.000.000 dengan jumlah

responden 19 orang dengan persentase 61 %.


b. Faktor Pendorong
87

Faktor merupakan faktor yang menyebabkan masyarakat

berkeinginan untuk keluar dari daerah asal ke daerah tujuan untuk

memperbaiki tingkat perekonomian agar meningkatkan pendapatan

dan mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Faktor

pendorong tersebut dapat terjadi karena rendahnya tingkat

pendidikan, terbatasnya keterampilan kerja dan kurangnya

lapangan pekerjaan di daerah asal


1) Rendahnya Tingkat Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan pelaku mobilitas non

permanen di Dusun Tanjung mengakibatkan terbatasnya

keahlian, keterampilan dan kemampuan. Hal ini disebabkan

karena di Dusun Tanjung sebagian besar pelaku mobilitas hanya

lulusan sekolah dasar untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 4.23
Tabel 4.23
Tingkat pendidikan pelaku mobilitas non permanen
No Pendidikan Pelaku Jumlah Persentase
Mobilitas
1 SD 17 57
2 SMP 10 33
3 SMA 3 10
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2017

Berdasarkan dari Tabel 4.23 dapat disimpulkan bahwa

tingkat pendidikan pelaku mobilitas sebagian besar hanya

lulusan SD dengan persentase 57 %, lulusan SMP 33 % dan

lulusan SMA dengan persentase 33 % itu semua membuktikan

bahwa tingkat pendidikan pendidikan mereka rendah.


2) Terbatasnya Keterampilan Kerja
88

Selain rendahnya tingkat pendidikan, 31 responden

pelaku mobilitas non permanen yang berasal dari Dusun

Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya. Seluruhnya tidak pernah mengikuti pendidikan

non formal atau kegiatan-kegiatan yang bersifat pelatihan untuk

memperoleh keterampilan tertentu.


3) Kurangnya Lapangan Pekerjaan di Daerah Asal
Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

yang merupakan wilayah dengan potensi lahan agraris tidak

dapat menyerap sebagian tenaga kerja produktif. Hal tersebut

karena, sebagian besar masyarakatnya tidak berminat untuk

bertani. Adapun keterbatasan tingkat pendidikan dan

keterampilan kerja responden pelaku mobilitas berakibat kepada

kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru atau

kegiatan usaha yang secara ekonomi dapat memperbaiki

perekonomian mereka.

Tabel 4.24
Hal yang melatarbelakangi masyarakat melakukan
mobilitas non permanen
No Alternatif jawaban Jumlah Persentase
(%)
1 Kurangnya lapangan 14 45 %
pekerjaan
2 Kesempatan 6 20 %
mendapatkan pekerjaan
lebih baik
3 Pendapatan di daerah 5 16 %
tujuan lebih tinggi
4 Meningkatkan 6 19 %
perekonomian
Jumlah 31 100
89

Sumber : Hasil Penelitian tahun 2017

Gambar 4.22
Hal yang melatarbelakangi masyarakat melakukan
mobilitas non permanen
Berdasarkan Tabel 4.24 dan Gambar 4.22 dapat dilihat

bahwa hal yang melatarbelakangi masyarakat melakukan

mobilitas non permanen di karenakan oleh faktor kurangnya

lapangan pekerjaan di daerah asal sebanyak 14 orang dengan

persentase 45 %, yang awalnya masyarakatnya bermata

pencaharian sebagai petani dan ingin memperbaiki tingkat

perekonomian, kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan

lebih baik sebanyak 6 orang dengan persentase 20 %

dikarenakan masyarakat ingin mendapatkan lapangan pekerjaan

yang lebih baik dari sebelumnya, sebanyak 5 orang dengan

persentase 16 % menjawab pendapatan di daerah tujuan lebih

tinggi, sebanyak 5 orang dengan persentase 16 % menjawab

pendapatan di daerah tujuan lebih tinggi.


90

4. Pengaruh mobilitas non permanen terhadap perkembangan sosial

ekonomi masyarakat di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

Kabupaten Tasikmalaya
Dengan adanya mobilitas non permanen ke daerah tujuan dapat

memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial ekonomi, seperti

halnya masyarakat banyak mendapatkan lapangan pekerjaan yang

layak serta pendapatan yang menjadi meningkat dan mampu

meningkatkan tingkat pendidikan anak bagi yang telah berkeluarga.


a. Perubahan Mata Pencaharian
Dusun Tanjung Desa Pusparaja masyarakatnya bekerja

sebagai petani, pedagang dan buruh. Setelah mereka melakukan

mobilitas non permanen pekerjaanya berubah. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.25

Tabel 4.25
Perubahan mata pencaharian pada pelaku mobilitas
non permanen di Dusun Tanjung
Pelaku Mobilitas
Sebelum Sesudah
No Responden
Melakukan Melakukan
Mobilitas Mobilitas
1 Solihin Petani Tukang kredit
2 Wawan Buruh kasar Tukang kredit
3 Yaya Buruh tani Tukang kredit
4 Atoy Pedagang Pedagang roti
5 Ntar Petani Pedang roti
6 Ntis Petani Tukang kacamata
7 Oman Petani Tukang kredit
8 Jono Buruh kasar Tukang kacamata
9 Ojak Petani Tukang kredit
10 Rohim Buruh kasar Tukang kacamata
11 Ndut Petani Tukang kredit
12 Osim Petani Tukang kredit
13 Karyan Petani Tukang kredit
91

Pelaku Mobilitas
Sebelum Sesudah
No Responden
Melakukan Melakukan
Mobilitas Mobilitas
14 Nana Petani Pedagang cuanki
15 Asum Pedagang Tukang kredit
16 Mahyar Petani Tukang kredit
17 Udin Pedagang Tukang kredit
18 Mulyana Pedagang Pedagang roti
19 Heru Buruh kasar Tukang kacamata
20 Azis Buruh kasar Pedagang roti
21 Ardi Buruh kasar Pedagang cuanki
22 Asep Buruh kasar Pedagang roti
23 Agus Buruh kasar Pedagang cuanki
24 Ade midra Sopir angkot Pedagang roti
25 Agung Buruh kasar Pedagang roti
26 Heri Buruh kasar Pedagang cuanki
27 Atang Sopir angkot Tukang kredit
28 Alan Buruh kasar Tukang kacamata
29 Jajang Buruh kasar Tukang kacamata
30 Sandi Buruh kasar Pedagang roti
31 Indra Buruh kasar Tukang kredit
Sumber : Hasil Penelitian Penulis tahun 2017

Berdasarkan Tabel 4.25 menyatakan bahwa adanya

perubahan mata pencaharian pelaku mobilitas non permanen di

Dusun Tanjung. Sebagian besar mereka bekerja sebagai tukang

kredit sebanyak 13 orang.


b. Perubahan Status Sosial
Pendapatan yang diperoleh masyarakat dari melakukan

mobilitas non permanen setidaknya mampu meningkatkan

terhadap kondisi sosial ekonomi dan status sosial masyarakat di

Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang. Dengan

pendapatan yang mereka peroleh dapat dipergunakan untuk

berbagai kebutuhan sehari-hari serta menunjang kebutuhan


92

lainnya seperti untuk memperbaiki rumah, membeli alat

transportasi dan untuk membiayai pendidikan anak sekolah.


Menurut (BPS, 2008) membedakan pendapatan menjadi 4

golongan. golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika

pendapatan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000 perbulan, golongan

pendapatan tinggi jika pendapatan rata-rata antara Rp 2.500.000-

Rp 3.500.000 perbulan, golongan pendapatan sedang adalah jika

pendapatan rata-rata antara Rp 1.500.000- Rp 2.500.000, goongan

pendapatan rendah adalah rata-rata Rp 1.500.000.


Berikut adalah tabel deskripsi mengenai kondisi sosial

berdasarkan pada hasil penelitian mengenai kondisi sosial pelaku

mobilitas masyarakat Dusun Tanjung. Salah satu unsur yang

menentukan perubahan status sosial adalah unsur ekonomi yang

didalamnya termasuk berapa banyak pendapatan rata-rata yang

diperoleh setiap bulannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.26
Tabel 4.26
Kriteria Pendapatan Pelaku Mobilitas
No Responden Pendapatan kriteria Pe.ndapatan kriteria
sebelum sesudah
melakukan melakukan
mobilitas mobilitas
1 Solihin ˂ Rp 1.000.000 Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
2 Wawan Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
3 Yaya ˂ Rp 1.000.000 Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Sangat
Tinggi
4 Atoy Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
5 Ntar ˂ Rp 1.000.000 Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
6 Ntis ˂ Rp 1.000.000 Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
93

No Responden Pendapatan kriteria Pe.ndapatan kriteria


sebelum sesudah
melakukan melakukan
mobilitas mobilitas
7 Oman ˂ Rp 1.000.000 Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
8 Jono Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
9 Ojak Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
10 Rohim Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
11 Ndut ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
12 Osim Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
13 Karyan ˃ Rp 1.500.000 sedang ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
14 Nana ˃ Rp 1.500.000 Sedang ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
15 Asum ˃ Rp 1.500.000 Sedang ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
16 Mahyar Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
17 Udin ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp. 1.500.000-Rp Sedang
2000.000
18 Mulyana ˂ Rp 1.000.000 Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
19 Heru ˂ Rp 1.000.000 Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
20 Azis ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
21 Ardi ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
22 Asep ˂ Rp 1.000.000 Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Tinggi
23 Agus ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
24 Ade midra ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
25 Agung ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
26 Heri ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
27 Atang ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
94

No Responden Pendapatan kriteria Pe.ndapatan kriteria


sebelum sesudah
melakukan melakukan
mobilitas mobilitas
3.000.000
28 Alan ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
29 Jajang ˂ Rp 1.000.000 Rendah Rp 2.500.000-Rp Tinggi
3.000.000
30 Sandi Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
31 Indra Rp 1.000.000- Rendah ˃ Rp 3.500.000 Sangat
Rp 1.500.000 Tinggi
Jumlah 31 100
Sumber : Hasil Penelitian Penulis tahun 2017

Berdasarkan Tabel 4.26 diatas, dari 31 responden yang

melakukan mobilitas non permanen tingkat pendapatannya

mengalami perubahan yang tadinya sebagian besar

pendapatannya adalah ˂ Rp 1.000.000 setelah melakukan

mobilitas non permanen pendapatannya mengalami peningkatan

yaitu sekitar ˃ Rp 3.500.000. Dari hasil pendapatan tersebut

mereka mampu menyisihkan sebagian uangnya di. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :


Tabel 4.27
Masyarakat yang memiliki tabungan setelah melakukan
mobilitas non permanen
No Alternatif jawaban Jumlah Persentasi
1 Ya 23 74 %
2 Tidak 8 26 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Hasil penelitian 2017
Berdasarkan Tabel 4.27 menyatakan bahwa dari 31

responen sebanyak 23 keluarga memiliki tabungan di Bank,

sedangkan yang tidak memiliki tabungan sebanyak 8 keluarga.


Tabel 4.28
95

jumlah uang yang ditabungkan setiap bulannya oleh pelaku mobilitas non
permanen
Jumlah uang yang Jumlah
No persentase
ditabungkan keluarga
1 Rp.300.000-500.000 5 22 %
2 Rp.500.000- 7 30 %
1.000.000
3 Rp.1000.000- 11 48 %
1.500.000
Jumlah 23 100 %
Sumber : Hasil Penelitian tahun 2017
Berdasarkan Tabel 4.28 dapat diketahui bahwa 11 keluarga

dari 23 responden pelaku mobilitas non permanen, mereka

menyisihkan uangnya ke Bank sebesar Rp 1.000.000-1.500-000

sedangkan 5 keluarga sebesar Rp 300.000-500.000. jadi dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar pelaku mobilitas non

permanen di Dusun Tanjung memiliki tabungan dan setiap

bulannya menyisihkan uang sebesar Rp 1.000.000-1.500.000.


c. Peningkatan sarana penunjang hidup

Tabel 4.32
Peningkatan sarana penunjang hidup
Rumah Kendaraan
No Responden
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Solihin Tidak memiliki Membangun Tidak memiliki Motor
rumah rumah
2 Wawan Rumah Memperbaiki Tidak memiliki Motor
3 Yaya Tidak memiliki Membangun Motor Mobil
rumah
4 Atoy Rumah Membangun Motor Mobil
rumah
5 Ntar Rumah diperbaiki Motor Motor 2
6 Ntis Tidak memiliki Membangun Tidak memiliki Motor 2
7 Oman Rumah Membangun Motor Mobil
rumah
8 Jono Rumah Diperbaiki Motor Motor 2
9 Ojak Rumah Diperbaiki Mmotor Motor 2
10 Rohim Rumah Membangun Motor Mobil
rumah
96

Rumah Kendaraan
No Responden
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
11 Ndut Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor
12 Osim Rumah diperbaiki Tidak memiliki Mobil
13 Karyan Rumah Diperbaiki Motor Mobil
14 Nana Rumah Diperbaiki Motor Mobil
15 Asum Rumah diperbaiki Tidak memiliki Motor
16 Mahyar Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor
17 Udin Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor
18 Mulyana Rumah Diperbaiki Motor Mobil
19 Heru Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor 2
20 Azis Rumah Diperbaiki Motor Motor 2
21 Ardi Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor
22 Asep Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor
23 Agus Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor 2
24 Ade Midra Rumah diperbaiki Motor Motor 2
25 Agung Rumah diperbaiki Diperbaiki Motor Mobil
26 Heri Tidak memiliki Membangun Tidak memiliki Motor
rumah
27 Atang Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor
28 Alan Rumah Diperbaiki Tidak memiliki Motor
29 Jajang Tidak memiliki Membangun Tidak memiliki Motor
rumah
30 Sandi Rumah diperbaiki Motor Mobil
31 Indra Rumah Diperbaiki Motor Mobil
Sumber : Hasil Penelitian tahun 2017

Berdasarkan Tabel 4.32 dapat disimpulkan bahwa dari 31

responden sebagian besar hasil dari bekerja di luar daerah mereka

mampu memperbaiki rumah, membangun rumah, dan memili

kendaraan pribadi.
97

Gambar 4.23
Gambar rumah masyarakat sebelum diperbaiki

Gambar 4.24
Masyarakat yang sedang membangun rumah baru
dari hasil melakukan mobilitas non perman
C. Pembuktian Hipotesis
Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan akan di

simpulkan sesuai hipotesis seperti yang telah dikemukakan di bagian awal.

Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan pada pembuktian

hipotesis berikut ini :


1. Pembuktian Hipotesis I
Hipotesis pertama yang penulis kemukakan yaitu faktor-faktor

geografis yang mempengaruhi masyarakat melakukan mobilitas non

permanen di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

Kabupaten Tasikmalaya karena adanya faktor penarik: kesempatan


98

mendapatkan pekerjaan, pendapatan yang lebih tinggi. Faktor

pendorong: randahnya tingkat pendidikan, terbatasnya keterampilan

kerja, kurangnya lapangan pekerjaan di daerah asal.

Tabel 4.33
Rangkuman Hasil Penelitian
Faktor-faktor geografis apasajakah yang mempengaruhi masyarakat
melakukan mobilits non permanen di Dusun Tanjung Desa Pusparaja
Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya
Pembuktian
No Variabel Sub Variabel Hasil Analisis Hipotesis
Ya Tidak
1 Faktor Penarik Kesempatan Dalam hal kesempatan
mendapatkan mendapatkan pekerjaan
pekerjaan masyarakat Dusun Tanjung yang
melakukan mobilitas non
permanen mendapatkan
informasi lowongan pekerjaan
dari saudara dan dari media
sosial karena teknologi yang
semakin maju sehingga
informasi dapat diakses dengan
mudah. Daerah yang menjadi
tujuan masyarakat melakukan
mobilitas non permanen yaitu ke
Bali, Karawang, Subang,
Cikarang dan Jakarta. Kegiatan
Mobilitas non permanen yang
dilakukan oleh masyarakat
Dusun Tanjung sudah
berlangsung sebelum era krisis
moneter dan semakin meningkat
sejak tahun 1990-an sampai
sekarang. dari keseluruhan
pelaku mobilitas non permanen
di Dusun Tanjung Desa
Pusparaja adalah laki-laki.
Pendapatan Setelah masyarakat melakukan
yang lebih mobilitas non permanen dapat
tinggi diketahui adanya peningkatan
pendapatan yang awalnya
kurang dari Rp 1.000.000 dan
setelah melakukan mobilitas non
99

Pembuktian
No Variabel Sub Variabel Hasil Analisis Hipotesis
Ya Tidak
permanen pendapatannya
menjadi > Rp 3.500.000. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan masyarakat
yang melakukan mobilitas non
permanen karena adanya
peningkatan pendapatan setelah
melakukan mobilitas non
permanen ke luar daerah Desa
Pusparaja Kecamatan
Cigalontang Kabupaten
Tasikmalaya.
2 Faktor Rendahnya Tingkat pendidikan masyarakat
Pendorong tingkat yang melakukan mobilitas non
pendidikan permanen sebagian besar adalah
lulusan SD hal tersebut
menunjukan rendahnya tingkat
pendidikan yang ada di Dusun
Tanjung Desa Pusparaja
Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya.
Rendahnya tingkat pendidikan
ini mengakibatkan masyarakat
Dusun Tanjung Desa Pusparaja
Kecamatan Cigalontang
memiliki keterbatasan dalam
bidang pekerjaan.
Terbatasnya Kurangnya peran pemerintah
keterampilan dalam meningkatkan
kerja keterampilan kerja masyarakat
di Dusun Tanjung
mengakibatkan terbatasnya
keterampilan yang dimiliki oleh
Masyarakat. Masyarakat di
Dusun Tanjung Desa Pusparaja
tidak pernah mengikuti
pendidikan non formal atau
kegiatan-kegiatan yang bersifat
pelatihan untuk memperoleh
keterampilan tertentu. Sehingga
dalam hal ini masyarakat hanya
mampu mengandalkan
kemampuan sendiri dalam hal
100

Pembuktian
No Variabel Sub Variabel Hasil Analisis Hipotesis
Ya Tidak
melakukan pekerjaan.
Kurangnya Hal utama yang menyebabkan
lapangan masyarakat melakukan mobilitas
pekerjaan non permanen dikarenakan
kurangnya lapangan pekerjaan di
daerah asal, dimana
masyarakatnya kebanyakan
bermata pencaharian sebagai
petani dengan pendapatan yang
terbatas. Sehingga untuk
meningkatkan pendapatan dan
memenuhi segala kebutuhan
hidupnya masyarakat mulai
melakukan mobilitas non
permanen ke luar daerah dengan
mata pencaharian yang beragam
Sumber :Hasil penelitian penulis 2017

Dari data-data dan bukti-bukti yang telah dikemukakan

pada Tabel 4.31 , maka hipotesis 1 : Faktor-faktor geografis

apasajakah yang mempengaruhi masyarakat melakukan mobilitas non

permanen di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

Kabupaten Tasikmalaya. Faktor penarik : kesempatan mendapatkan

pekerjaan, pendapatan yang lebih tinggi. Faktor pendorong :

rendahnya tingkat pendidikan, terbatasnya keterampilan kerja dan

kurangnya lapangan pekerjaan di daerah asal. Adalah terbukti


2. Pembuktian Hipotesis II
Hipotesis kedua yang penulis kemukakan yaitu pengaruh

mobilitas non permanen masyarakat terhadap perkembangan sosial

ekonomi masyarakat di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.


101

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa yang menjadi

variabel mengenai pengaruh mobilitas non permanen masyarakat

terhadap perkembangan sosial ekonomi di Dusun Tanjung Desa

Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya dapat

dilihat pada Tabel 4.31.

Tabel 4.34
Rangkuman Hasil Penelitian
Pengaruh Mobilitas Non permanenterhadap Perkembangan Sosial Ekonomi
Masyarakat di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya
Pembuktian
No Variabel Hasil Analisis Hipotesis
Ya Tidak
1 Perubahan mata Daerah di Dusun Tanjung
pencaharian Masyarakatnya sangat bergantung
terhadap hasil pertanian hampir seluruh
masyarakat bermata pencaharian
sebagai petani padi, cabai, jagung dan
lain-lain. Untuk meningkatkan
pendapatan saat ini masyarakat banyak
yang melakukan mobilitas non
permanen ke luar daerah Dusun
Tanjung dengan mata pencaharian yang
beragam seperti menjadi tukang kredit,
tukang kacamata, pedagang roti, dan
pedagang cuanki. Sehingga masyarakat
tidak hanya bergantung terhadap hasil
pertanian karena mata pencahariannya
telah berubah.
3 Perubahan Status Dengan adanya mobilitas non
sosial permanen berpengaruh juga terhadap
perubahan status sosial masyarakat
Dusun Tanjung. Hal tersebut dapat
dilihat dari peningkatan pendapatan
masyarakat setiap bulannya yang
awalnya pendapatan tiap bulannya
kurang dari Rp 1.000.000 setelah
melakukan mobilitas non permanen
pengahasilannya mengalami
peningkatan menjadi lebih dari Rp
3.500.000
102

Pembuktian
No Variabel Hasil Analisis Hipotesis
Ya Tidak
4 Perubahan sarana Dengan adanya mobilitas non
penunjang hidup peramanen perekonomian masyarakat
menjadi meningkat sehingga
masyarakat mampu memenuhi segala
kebutuhan sehari-hari. Selain itu
masyarakat juga mampu memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Masyarakat Dusun Tanjung mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya lebih
baik lagi setelah melakukan mobilitas
non permanen diantaranya dapat
memperbaiki rumah lebih bagus, dan
yang belum punya dapat membangun
rumah sendiri, masyarakat juga dapat
membeli lahan, membeli alat
transportasi mobil atau motor dan
perhiasan serta kebutuhan lainnya yang
dapat menunjang kehidupan.

Sumber :Hasil penelitian penulis 2017

Dari data-data dan bukti-bukti yang telah dikemukakan pada

Tabel 4.31. maka, hipotesis 2 : Pengaruh migrasi non permanen

masyarakat terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat di

Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya adalah : perubahan mata pencaharian, perubahan status

soaial, perubahan sarana penunjang hidup adalah terbukti.


D. Pembahasan
1. Faktor-faktor geografis yang mempengaruhi masyarakat

melakukan mobilitas non permanen di Dusun Tanjung Desa

Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.


Mobilitas adalah kesiap siagaan untuk bergerak, gerakan

berpindah-pindah gerak perubahan ynag terjadi diantara warga

masyarakat, baik secara fisik maupun secara sosial(Kamus Besar


103

Bahasa Indonesia, 2008 : 923) Menurut Mantra (2012: 175) mobilitas

non permanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke

wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan.


Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun

Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya yang melakukan mobilitas non permanen ke berbagai

wilayah yang bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan dan

memperbaik tingkat perekonomiannya.


Faktor-faktor geografis yang mempengaruhi terhadap kegiatan

mobilitas masyarakat di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat dari faktor penarik

dan faktor pendorong.

a. Faktor penarik
Faktor penarik merupakan faktor yang menarik masyarakat

untuk melakukan mobilitas non permanen karena berbagai sebab di

daerah asal sehingga karena adanya peluang di daerah tujuan

menyebabkan banyaknya masyarakat yang melakukan mobilitas

non permanen.
1) Kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan
Mobilitas non permanen yang dilakukan oleh masyarakat

Dusun Tanjung tujuannya adalah untuk mendapatkan lapangan

pekerjaan. Menurut Simanjuntak (1998), dalam Saputri

(2011:23) tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau

sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang

melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah

tangga. Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga


104

walaupun tidak bekerja, tetapi mereka secara fisik mampu dan

sewaktu-waktu dapat ikut bekerja


Diluar desa Pusparaja terutama di Dusun Tanjung

terdapat lapangan pekerjaan yang menjadi daya tarik dalam

masyarakat, seperti di wilayah Subang, Karawang, Cikarang ,

Jakarta dan Bali. Alasan mereka memilih wilayah tersebut

karena terdapat salah satu masyarakat dari Desa Pusparaja

Khususnya di Dusun Tanjung yang telah berhasil dan sukses

setelah melakukan mobilitas non permanen di wilayah tersebut.

Hal ini dapat meningkatkan minat masyarakat untuk merubah

status sosial keluarga dengan cara ikut melakukan mobilitas non

permanen.
2) Pendapatan yang lebih tinggi
Menrut Samuelson dan Nordhaus (2003:264) dalam

Indriani (2015:27) mengatakan bahwa Pendapatan pribadi dapat

diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan

yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apa pun.


Masyarakat Dusun Tanjung Desa Pusparaja

sebagian besar melakukan mobilitas non permanen. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan perekonomian. Salah satu Dusun

di Desa Pusparaja yang banyak melakukan mobilitas non

permanen adalah Dusun Tanjung.


Dusun Tanjung merupakan salah satu Dusun yang

berada di Desa Pusparaja kecamatan Cigalontang. Sebagian

besar Kepala Keluarga dan anak yang tidak melanjutkan sekolah


105

mereka bekerja sebagai pedagang, (tukang kredit, dagang

kacamata, dagang roti).


Tempat yang dituju oleh masyarakat Dusun Tanjung

Desa Pusparaja diantaranya Subang, Karawang, Cikarang,

Jakarta Bali. Alasan masyarakat memilih bekerja diluar daerah

Desa Pusparaja adalah kurangnya lapangan pekerjaan,

kesempatan mendapatkan pekerjaan lebih baik di tempat tujuan,

pendapatan di daerah tujuan lebih tinggi serta dapat

meningkatkan perekonmian.
b. Faktor Pendorong
Faktor pendorong merupakan suatu hal yang mendorong

masyarakat untuk melakukan mobilitas non permanen


1) Rendahnya tingkat pendidikan
Menurut Nugroho (2015:24) mengatakan masalah

pertama yang kerap terjadi dalam penerimaan pegawai yaitu

rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh sebagian orang. Jika

mereka hanya memiliki tingkat pendidikan yang minim, itu

bisa menjadikan seseorang kesulitan dalam mencari setiap

pekerjaan.
Desa Pusparaja merupakan salah satu Desa yang

terdapat di Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya

yang tingkat pendidikannya sebagian besar hanya sampai

Sekolah Dasar (SD). Hal ini dapat diketahui dari data

penduduk, rendahnya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

pola pikir masyarakat, jenis-jenis keterampilan dan

kemampuan seseorang.
106

Rendahnya tingkat pendidikan di Dusun Tanjung dapat

mempengaruhi keahlian yang mereka miliki, salah satunya

pelaku mobilitas non permanen sebagian besar mereka bekerja

sebagai pedagang. Karena, berdagang merupakan suatu

kegiatan yang menjajakan barang dagangannya pada halayak

umum, agar membeli barang dagangannya. Sehingga, dalam

berdagang tidak ditentukan keahlian khusus yang hanya

dibutuhkan bisa memanage uang modal yang dimiliki dan

pemasarannya.
2) Terbatasnya keterampilan kerja
Banyak ahli berpendapat tentang definisi pelatihan.

Namun dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak

jauh berbeda. Menurut Mondy dan Noe (2005:202) dalam

Zumala (2014:30) menyatakan bahwa ”Training: aktivites

designed to provide learners with the knowladge and skill

needed for their present jobs”. Pelatihan merupakan aktifitas

yang dirancang untuk menyiapkan calon tenaga kerja agar

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan

dalam menunjang pekerjaannya.


Pelaku mobilitas non permanen di Dusun Tanjung

sebelum melakukan mobilitas mereka tidak melakukan

pelatihan. Karena, di dusun Tanjung tidak tersedia sarana

maupun prasarana untuk pelatihan sebelum bekerja. Oleh sebab

itu, jenis pekerjaan pelaku mobilitas non permanen di Dusun


107

Tanjung hanya sebagai tukang kredit, pedagang kacamata, dan

pedagang roti.

3) Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah asal


Untuk menentukan keseimbangan tenaga kerja

dilakukan dengan melihat antara proyeksi kesempatan kerja

ketersediaan tenaga kerja menurut lapangan usaha. Hal ini

untuk melihat seberpa besar kelebihan angkatan kerja

(penganggur terbuka) maupun kekurangan angkatan kerja

untuk semua lapangan usaha.


Pekerjaan yang ada di Dusun Tanjung Desa Pusparaja

diantaranya sebagai petani, buruh, dan pedagang masih sangat

mendominasi. Masyakatnya pun belum mampu menciptakan

lapangan pekerjaan sendiri seperti merintis usaha home

industry dengan alasan kurangnya biayaya.


Oleh karena itu masyarakat Dusun Tanjung lebih

memilih untuk melakukan mobilitas non permanen di luar

daerah, karena pendapatan yang kecil dan belum mampu

mencukupi kebutuhan pokok.

2. Pengaruh mobilitas non permanen masyarakat di Dusun Tanjung

Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya

terhadap perkembangan sosial ekonomi


a. Perubahan mata pencaharian
Mata pencaharian adalah pekerjaan pokok yang dilakukan

manusia untuk hidup dan sumberdaya yang tersedia untuk

membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf

hidup), dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi


108

penggunaan sumberdaya, lembaga dan hubungan politik. Dalam

perkembangannya, mata pencaharian seseorang seringkali berubah

baik karena faktor internal, eksternal, ataupun kombinasi dari

keduanya (Supriyadi, 2007:20) dalam Prambudi (2010:8).


Di Desa Pusparaja jenis mata pencahariannya adalah

PNS/TNI, karyawan swasta, wirausaha, buruh dan petani. Pelaku

mobilitas non permanen sebelum melakukan mobilitas mereka

bekerja sebagai petani, pedagang dan buruh. Setelah mereka

melakukan mobilitas non permanen terdapat perubahan jenis

pekerjaan atau jenis mata pencaharian yaitu tukang kredit,

pedagang kacamata, dan pedagang roti.


Pelaku mobilitas non permanen di Dusun Tanjung sebelum

melakukan mobilitas mereka bekerja sebagai petani kemudian

menjadi pedagang. Alasannya, ingin meningkatkan kesejahteraan

keluarga dengan beralih jenis pekerjaan. Karena propesi sebagai

pedagang di luar daerah lebih menguntungkan dibandingkan di

Dusun Tanjung Desa Pusparaja. Sedangkan yang tadinya bekerja

sebagai pedagang mereka masih tetap melakukan pekerjaan yang

sama hanya saja mereka berdagang di luar daerah Pusparaja (Bali,

Karawang, Subang, Cikarang, Jakarta). Karena, tempat tujuan

mobilitas merupakan daerah yang memiliki potensi bisnis yang

tinggi dan lebih menguntungkan.


b. Peningkatan pendapatan
Menurut KBBI (2013:293) pendapatan adalah hasil kerja

(usaha dsb). Berkaitan dengan mobilitas non permanen yang


109

dilakukan oleh masyarakat Dusun Tanjung Desa Pusparaja

Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya salah satunya

adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat itu sendiri,

menurut pernyataan responden pengahsilan yang di dapatkan

sebelum melakukan mobilitas non permanen sebagai buruh tani,

dan buruh kasar tidak menentu, ada yang dalam satu bulan hanya

mendapatkan kurang dari Rp 1.000.000 tentu saja dengan

penghasilan tersebut belum mampu untuk mencukupi kebutuhan

pokok. Sehingga masyarakat Dusun Tanjung memutuskan untuk

melakukan mobilitas non permanen ke luar daerah dengan

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarganya masing-

masing dan mampu mencukupi kebutuhan pokok masyarakat.


c. Perubahan status sosial
Menurut Abdulsyani (1994:35) dalam (Abdullah 2016:3)

status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang

dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas

ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan

jabatan dalam organisasi.


Status sosial ini sangat erat kaitannya dengan kekayaan,

kepemilikan, ataupun keberhasilan. Namun itu semua bertolak

belakang dengan keadaan status sosial masyarakat Dusun Tanjung

Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya

sebelum melakukan mobilitas non permanen.


Dalam Hal ini penulis mengemukakan status sosial

berdasarkan penelitian dilapangan. Salah satunya dari kondisi


110

bangunan rumah ada beberapa yang kurang layak huni, serta

masyarakatnya belum mempunyai atau memiliki alat transportasi

yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Jangankan untuk

membeli alat transportasi yang sifatnya hanya sebagai penunjang,

namun untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat Dusun

Tanjung Desa Pusparaja masih kesulitan, ditambah lagi bagi

keluarga yang telah memiliki anak diharuskan untuk membiayai

sekolah anaknya. Tidak jarang jarang para orang tua hanya mampu

membiayai sekolah sampai SD.


Status sosial ini pula yang menandakan bahwa masyarakat

Dusun Tanjung Desa Pusparaja belum sejahtera, dan pada akhirnya

masyarakat lebih memilih untuk melakukan mobilitas non

permanen.
d. Peningkatan sarana penunjang hidup
Ketersediaan adalah kesiapan suatu sarana (tenaga, barang,

modal, anggaran). Sarana dan prasarana secara umum dapat

diartikan menurut beberapa sumber. Sarana adalah segala sesuatu

yang dipakai sebagai alat dalam mencapai makna dan tujuan.

Prasarana adalah sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses.sedangkan menurut Sagne dan Brigs

Latuheru (2008:13) dalam (Utomo 2013:9) sarana prasarana adalah

alat secara fisik untuk menyampaikan isi pembelajaran.


Sarana penunjang hidup di Dusun Tanjung mengalami

peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya mobilitas non

permanen. Hasil dari mobilitas tersebut mereka memanfaatkannya


111

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga kesejahteraan

keluarga mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik.

E. Analisis Geografi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

masyarakat melakukan mobilitas non permanen di Dusun Tanjung

Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya


1. Analisis (5W+1H)
a. Faktor-faktor geografis yang mempengaruhi mobilitas non

permanen di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya ? (what)


Faktor penarik merupakan hal yang menyebabkan banyaknya

masyarakat melakukan mobilitas non permanen dikarenakan

penarik dari daerah tujuan yang cukup tinggi untuk meningkatkan

tarap kehidupan masyarakat yang ada pada suatu tempat.

Diantaranya kesempatan mendapatkan pekerjaan, untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat.

b. Dimana lokasi penelitian mobilitas non permanen ? (where)


Untuk menjawab where pada penelitian mobilitas non permanen

ini, terjadi di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya, dikarenakan penghasilan dari

pekerjaan sebelum melakukan mobilitas non permanen belum

mencukupi kebutuhan sehingga mereka mengikuti jejak orang-

orang yang melakukan mobilitas non permanen di luar daerah


112

Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya.
c. Sejak kapan penelitian ini dilakukan mengenai mobilitas non

permanen ? (when)
Untuk menjawab when pada penelitian ini, dilakukan pada bulan

November 2016 yang bertujuan untuk mengetahui informasi

tentang mobilitas non permanen yang ada di Dusun Tanjung Desa

Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya dengan

mewawancarai pelaku dan saudara yang melakukan mobilitas non

permanen ke luar daerah.


d. Siapa saja yang melakukan mobilitas non permanen di Dusun

Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang ? (who)


Untuk menjawab who pada penelitian mobilitas non permanen di

Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten

Tasikmalaya dilakukan oleh masyarakat Dusun Tanjung. Karena, di

Desa Pusparaja yang banyak melakukan mobilitas non permanen

adalah masyarakat yang ada di Dusun Tanjung.


e. Mengapa masyarakat di Dusun Tanjung Desa Pusparaja

Kecamatan Cigalontang melakukan mobilitas non permanen ?

(why)
Untuk menjawab why pada penelitian mobilitas non permanen ini,

karena masyarakat di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat, memenuhi kebutuhan pokok dan

meningkatkan kondisi sosial ekonomi.


113

f. Bagaimankah pengaruh mobilitas non permanen masyarakat

Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang

terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat ? (how)


Untuk menjawab how pada penelitian mobilitas non permanen ini,

pengaruhnya terhadap Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Dapat meningkatkan

pendapatan, dapat meningkatkan kesejahtraan keluarga.


2. Analisis Pendekatan Geografi
a. Pendekatan keruangan
Menurut Sumaatmadja (1988:76) karena suatu masalah

yang dikaji berbagai ilmu itu hakekatnya adalah masalah-masalah

yang sama, maka pada pelaksanaanya berbagai ilmu yang

bersangkutan dapat saling membantu dan saling meningkatkan

mutu kerjanya. Mengingat hal tersebut maka muncullah

pendekatan suatu gejala dan suatu masalah yang harus dilakukan

dari berbagai aspek atau dari berbagai bidang keilmuan.


Pendekatan keruangan merupakan pendekatan yang khas

geografi. Pada pelaksanaan pendekatan menganalisis fenomena

geosfer dengan mempelajari faktor, sebab, akibat, penyebarannya

interaksi dan interelasinya dalam ruang tempat terjadinya suatu

gejala.
Berdasarkan penjelasan tentang pendekatan keruangan

maka dapat dikaitkan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti

bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena mobilitas

non permanen di Dusun Tanjung tidak bisa dipisahkan dari

adanya kebutuhan untuk memenuhi sosial ekonomi keluarga.


114

Karena, untuk memenuhi kebutuhan hidup pelaku mobilitas non

permanen bekerja diluar daerah. Hal ini terjadi disebabkan

penghasilan dari bekerja di Dusun tanjung lebih minim

dibandingkan diluar sehingga mereka lebih tertarik bekerja diluar

daerah.
b. Pendekatan Kewilayahan
Mengkaji suatu fenomena geosfer dengan kombinasi

antara pendekatan keruangan dan ekologi. Memperhatikan adanya

differentation, dimana interaksi wilayah akan terus berkembang

dan berbeda dengan wilayah lainnya.


Di Dusun Tanjung Desa Pusparaja Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya sebelum melakukan

mobilitas non permanen kebanyakan bermata pencaharian sebagai

petani tetapi karena adanya keinginan untuk memperbaiki tingkat

kualitas hidup keluarga sehingga masyarakat bekerja ke luar

daerah (Bali, Subang, Cikarang, Karawang, Jakarta). Contohnya

karawang merupakan wilayah industri hal ini dapat menyebabkan

peluang pekerjaan yang besar sehingga membutuhkan pegawai

untuk bekerja dan pendapatan di daerah Karawang lebih besar

daripada di Dusun Tanjung. Karena, UMR wilayah karawang Rp

3.700.000 sedangkan di Kabupaten Tasikmalaya Rp 1.600.000.

Peristiwa ini dapat menyebabkan terjadinya tingkat mobilitas

yang tinggi di Dusun Tanjung karena masyarakat ingin

meningkatkan kesejahteraan keluarganya.


115

F. Keterkaitan Antara Hasil Penelitian Dengan Pembelajaran Geografi

di Sekolah
Hasil penelitian yang penulis buat atau lakukan yaitu berhubungan

dengan mobilitas penduduk dan pengendaliannya. Di dalam dunia

pendidikan khususnya di persekolahan hal tersebut sudah dipelajari di

kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA).


Tabel 4.35
Silabus SMA kelas XI
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran kurikulum
3.4 Menganalisis  Sumber data Kurikulum 2013
dinamika dan masalah kependudukan
kependudukan serta  Kuantitas dan analisis
sumber daya manusia demografi
di Indonesia untuk  Kualitas penduduk
pembangunan.  Mobilitas penduduk
dan pengendaliannya.
 Permasalahan
kependudukan di
Indonesia dan
solusinya
 Peta jalan (road map)
pengembangan Sumber
Daya Manusia
Sumber : Silabus Kelas XI SMA
1) Mobilitas Penduduk
Merupakan gejala dan fenomena sosial yang sering di jumpai

dalam kehidupan sehari-hari, yaitu gerak perpindahan penduduk dari

satu unit geografis (wilayah) ke dalam unit geografis lainnya. Proses

pergerakan penduduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu permanen

dan nonpermanen.
2) Mobilitas non permanen
Pada dasarnya tidak semua penduduk yang bergerak atau

mengadakan mobilitas dari suatu wilayah ke wilayah lainnya bertujuan

untuk menetap di wilayah yang dikunjunginya. Ada kalanya mereka

berpindah untuk sementara waktu, baik dalam durasi waktu harian


116

(pulang-pergi), mingguan, bulanan, atau mungkin lebih lama lagi.

Proses perpindahan penduduk semacam ini dinamakan mobilitas

penduduk non permanen.


Berdasarkan lamanya waktu di tempat tujuan, mobilitas non

permanen dibedakan menjadi dua, yaitu komutasi dan sirkulasi.

Komutasi merupakan bentuk mobilitas penduduk non permanen secara

ulak-alik (pulang-pergi). Sirkulasi adalah jenis mobilitas non permanen

tetapi sempat menginap di tempat tujuan atau mobilitas non permanen

musiman. Orang yang melakukan sirkulasi adalah sirkuler. Waktu yang

dibutuhkan untuk sirkulasi berbeda-beda.


3) Mobilitas Permanen (Migrasi)
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan

ekonomis, pendidikan, keamanan atau alasan-alasan sosial lainnya

sering kali manusia pindah dari suatu wilayah ke wilayah lainnya,

kemudian menetap di tempat tujuan. Bentuk pergerakan penduduk

seperti ini disebut mobilitas permanen atau migrasi.

Anda mungkin juga menyukai