Anda di halaman 1dari 32

Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,

Provinsi Jawa Timur

BAB II
BATANG TUBUH

2.1. GEOLOGI
2.1.1. Geologi Umum
A. Fisiografi Regional
Van Bemmelen (1949) secara detail membagi fisiografi Jawa Timur menjadi
tujuh zona fisiografi, yaitu :
1. Alluvial plains of Northern Java (Dataran aluvial Utara Jawa)
2. Rembang-Madura Anticlinorium (Perbukitan Rembang dan Madura)
3. Lajur Randublatung
4. Lajur Kendeng
5. Dataran Tengah Jawa Timur
6. Gunungapi Tengah / Gunungapi Kuarter
7. Pegunungan Selatan

Gambar 2.1. Pembagian Zona Fisiografis Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)

Berdasarkan fisiografis regional Jawa Timur tersebut daerah penelitian yang


merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tuban, berada pada Zona Rembang
(Bemmelen, 1949). Zona ini meliputi pantai utara Jawa yang membentang dari Tuban
ke arah timur melalui Lamongan, Gresik, dan hampir keseluruhan Pulau Madura.
Merupakan daerah dataran yang berundulasi dengan jajaran perbukitan yang

Bab II. 1
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

berarah barat-timur dan berselingan dengan dataran aluvial. Litologi karbonat


mendominasi zona ini. Aksesibilitas cukup mudah dan karakter tanah keras.
Jalur Rembang terdiri dari pegunungan lipatan berbentuk Antiklinorium yang
memanjang ke arah Barat – Timur, dari Kota Purwodadi melalui Blora, Kenduran,
Tuban sampai Pulau Madura.
Morfologi di daerah tersebut dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu Satuan
Morfologi datar, morfologi bergelombang landai – curam dan Satuan Morfologi
bergelombang curam – terjal, dengan punggung perbukitan tersebut umumnya
memanjang berarah Barat – Timur, sehingga pola aliran sungai umumnya hampir
sejajar (sub-parallel) dan sebagian berpola mencabang (dendritic).
Berdasarkan karakteristik lereng, Kabupaten Tuban terdiri dari beberapa klas
kelerengan, yaitu :
1. Kemiringan 0-2 % (0-2°), merupakan wilayah datar dengan luas 545,82 km2
atau 28,37% dari luas wilayah Kabupaten Tuban.
2. Kemiringan 2-15 % (2-8°), merupakan wilayah bergelombang landai – curam
dengan luas 1177.25 km2 atau 61.20% dari luas wilayah Kabupaten Tuban.
3. Kemiringan 15-40 % (8-20°), merupakan wilayah bergelombang curam-
terjaldengan luas 200.49 km2 atau 10.42% dari luas wilayah Kabupaten
Tuban.

B.Stratigrafi Regional
Satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah tersebut adalah Formasi
Tawun berumur Miosen Awal, yaitu mulai diendapkannya napal pasiran berselingan
dengan batugamping bioklastika Formasi Tawun. Formasi Tawun memiliki
penyebaran luas di Zona Rembang Barat, dari lokasi tipe hingga ke Timur sampai
Tuban dan Rengel, sedangkan ke Barat satuan batuan masih dapat ditemukan di
Selatan Pati. Lingkungan pengendapan Formasi Tawun adalah paparan dangkal
yang terlindung, tidak terlalu jauh dari pantai dengan kedalaman 0 – 50 meter di
daerah tropis.
Kemudian ditindih selaras oleh Formasi Ngrayong yang berumur Miosen Awal
sampai Miosen Tengah. Formasi Ngrayong disusun oleh batupasir kuarsa dengan
perselingan batulempung dan batugamping bioklastik. Lingkungan pengendapan
Formasi Ngrayong di lingkungan fluvial (non marine), daerah dangkal dekat pantai
yang makin ke atas hingga sublitoral pinggir. Karena terdiri dari batupasir kuarsa
Bab II. 2
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

maka Formasi Ngrayong merupakan batuan reservoir minyak yang berpotensi pada
cekungan Jawa Timur bagian Utara.
Pada akhir Miosen Tengah diendapkan Formasi Bulu secara selaras berada di
atas Formasi Ngrayong. Ciri litologi dari Formasi Bulu terdiri dari perselingan antara
napal pasiran dengan batulempung pasiran. Pada napal pasiran memperlihatkan
kandungan mineral kuarsa dan foraminifera. Kondisi litologi dan kandungan fosilnya
menunjukkan bahwa Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal (neritik)
antara 50 – 100 meter.
Pada Kala Miosen Akhir bagian tengah diendapkan Formasi Wonocolo
terletak selaras di atas Formasi Bulu dan ditumpangi oleh Formasi Ledok. Formasi
Wonocolo terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran. Urutan
ini menunjukkan bahwa selama pengendapannya terjadi kondisi transgresif pada
kondisi laut terbuka dengan kedalaman antara 100 – 500 meter.
Pada akhir Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir, daerah tersebut mengalami
penurunan (genang laut) yang disertai pengendapan batupasir glaukonit dengan
sisipan batugamping pasiran dari Formasi Ledok di lingkungan laut dalam kemudian
diendapkannya batunapal, batulempung lanauan serta batugamping napalan dari
Formasi Mundu. Secara stratigrafis Formasi Mundu terletak tidak selaras di atas
Formasi Ledok (penampang C-D).
Pada Kala Pliosen Akhir sampai Plistosen bagian tengah, daerah tersebut
kembali mengalami pengangkatan dan penurunan yang mengakibatkan tererosinya
Formasi Mundu, yang kemudian diendapkan batulempung, lempung hitam dan
batupasir dari Formasi Lidah di lingkungan laut dangkal yang kemudian ditutupi
secara tidak selaras oleh endapan Aluvial sungai dan pantai berupa pasir, lempung,
lanau dan kerikil pada Kala Holosen.
Pada Kala Plistosen juga terjadi aktifitas vulkanik yang menghasilkan G.
Butak, G. Senjong dan G. Lasem (806m) yang telah padam. Komposisi batuan
berupa andesit. Terdapat juga litologi breksi gunungapi berupa breksi, konglomerat
dan batupasir tufan. Breksi gunungapi merupakan hasil ekstrusif dari aktifitas
gunungapi.

Bab II. 3
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.2. Peta Satuan Morfologi Kabupaten Tuban

Bab II. 4
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.3. Peta Satuan Geologi Kabupaten Tuban

Bab II. 5
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

C. Struktur Regional
Pulau jawa mempunyai dua macam konfigurasi struktur (structural grains)
yang berbeda.Di bagian utara tercirikan oleh kecenderungan mengikuti arah timur-
barat. Pola timurlaut–baratdaya diduga mengikuti konfigurasi basement. Basement-
nya sendiri diduga merupakan bagian dari kerak benua yang berumur Pre Tersier,
tersusun oleh mélange, ofiolit dan bagian dari jenis kerak benua lain. Pola struktur
yang berarah timur–barat ini sesuai dengan busur volkanik Tersier yang juga berarah
timur–barat (Hamilton, 1978). Cekungan Jawa Timur, dimana Zona Kendeng dan
Rembang terletak, kemungkinan terletak pada kerak perantara (intermediate crust)
dari kelompok mélange yang berangsur berubah menjadi kerak samudra, yang
mungkin terdapat pada penghujung timur dari cekungan ini.
Pada bagian barat cekungan Jawa Timur nampak adanya kecendrungan arah
morfologi dan struktur timur–barat.Hal ini dapat dibandingkan dengan cekungan
selatan (Southern Basin).Daratan tersebut mencakup Zona Rembang dan Zona
Kendeng serta kelanjutannya, yang dibagian utara dibatasi oleh tinggian Kujung-
Kangean–Madura-Sepanjang yang terbentuk sebagai akibat sesar geser (wrench
related). Ke arah selatan zona ini dibatasi oleh jalur gunung api kuarter. Cekungan ini
kemungkinan terbentuk sejak Eosen hingga akhir Oligosen oleh suatu tektonik
ekstensional, yang kemudian diikuti oleh fase tektonik inverse sejak awal Miosen
hingga Holosen.Pada fase inversi ini dibagian utara dari cekungan ini mengalami
pengangkatan (Zona Rembang) sedangkan pada bagian selatannya masih berupa
cekungan laut dalam (Zona Kendeng).
Menurut Koesoemadinata (1978), cekungan Jawa Timur bagian Utara lebih
merupakan geosinklin dengan ketebalan sedimen Tersier mungkin melebihi 6000
meter. Suatu hal yang khas dari cekungan Jawa Timur bagian Utara berarah Timur-
Barat dan terlihat merupakan gejala tektonik Tersier Muda.
Pada Miosen awal hingga Miosen akhir. Pada waktu ini penunjaman lempeng
Indo-Australia ke pulau Jawa yang oblique. Penunjaman yang oblique ini membentuk
struktur lipatan dan sesar yang berarah timur laut – barat daya (pola meratus).Pada
fase ini Zona Rembang masih berupa fore arc basin dan telah memasuki fase
sagging – inverse. Pada waktu inilah terendapkan Formasi Tawun, Ngrayong, Bulu,
Wonocolo, dan Ledok. Kedudukan muka air laut pada kala ini relatif regresi sehingga
menyebabkan pola progadasional yang menyebabkan perebahan facies secara
lateral kearah darat ke arah utara. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan
Bab II. 6
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

facies dari batugamping (Formasi Tawun) ke batupasir, batulempung yang kaya


mineral Glaukonit (formasi Ngrayong dan Ledok).Batupasir ini kemungkinan
diendapkan di lingkungan delta.
Dari Miosen akhir sampai Pleistocen awal.Pada Kala ini terjadi transgresi air
laut yang menyebabkan kenaikan muka air laut secara relatif yang mengendapkan
formasi Mundu, Paciran, dan Lidah. Pada fase ini Zona Rembang masih berupa fore
arc basin. Memasuki pengendapan Formasi Paciran terjadi regresi muka air laut
sehingga terjadi perubahan lingkungan pengendapan lagi dari laut dalam (bathial) ke
laut dangkal (neritik tengah).
Kemudian pada Pleistocene akhir – Holosen, terjadi penunjaman lempeng
Indo-Australia sudah tegak lurus dengan Pulau Jawa sehingga terbentuklah lipatan,
sesar, dan struktur-struktur geologinya lainnya yang berarah timur-barat.
Penunjaman ini juga menyebabkan terjadinya partial melting, sehingga terjadi
vulkanisme di sebelah selatan Zona Rembang. Sehingga Zona Rembang berubah
menjadi back arc basin. Vulkanisme ini juga menghasilkan gunungapi serta
menyebabkan terendapkan batuan batuan gunungapi seperti tuff, breksi andesit,
aglomerat.Selain itu terjadi juga intrusi-intrusi andesit. Peristiwa ini menyebabkan
Zona Rembang menjadi daerah yang prospek dalam eksplorasi hidrokarbon.Dimana
Formasi Ngimbang merupakan source rock yang poetensial.Pematangan source rock
ini disebabkan karena naiknya astenosfer yang diakibatkan penunjaman ini. Daerah
back arc basin lebih potensial terjadi pematangan source rock daripada fore arc
basin. Sedangkan batuan penutup dan reservoir banyak ditemui di Formasi Tawun
dan Tuban dimana banyak mengandung batulanau-batulempung sedangkan
reservoarnya bayak ditemui pada Formasi Ngrayong, dan Ledok yang
mengendapkan batupasir. Reservoir lainnya yang berupa batugamping juga
ditemukan.

2.1.2. Geologi Lokal dan Sumberdaya Geologi


A. Geomorfologi Daerah Penyelidikan

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan peta topografi, daerah


penelitianmerupakan daerah yang sebagian besar merupakan daerah yang memiliki
satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah dengan tingkat kemiringan 00 - 40.

Bab II. 7
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

B. Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Klasifikasi satuan stratigrafi daerah pemetaan didasarkan atas kenampakan


dan ciri litologi di lapangan atau disebut juga litostratigrafi. Sedangkan untuk
penamaan atau klasifikasi satuan stratigrafi daerah pemetaan merupakan satuan
litostratigrafi tidak resmi, bukan menggunakan penamaan atas formasi seperti pada
satuan litostratigrafi resmi. Pembagian satuan ini menjadi dasar pemerian deskriptif
ciri fisik dan dominasi batuan yang ada. Berdasarkan hal tersebut daerah tersebut
daerah penelitian tersusun oleh batuan – batuan yang diperkirakan berumur Miosen
Tengah yaitu : Fomasi Ngrayong

 Formasi Ngrayong
Tersusun dari litologi batupasir kuarsa dengan perselingan batulempung,
lanau, lignit, dan batugamping bioklastik. Pada batupasir kuarsanya kadang-kadang
mengandung cangkang moluska laut. Lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong
di daerah dangkal dekat pantai yang makin ke atas lingkungannya menjadi littoral,
lagoon, hingga sublittoral pinggir.

C. Struktur Geologi Daerah Penyelidikan

Pada daerah IUP milik Supriyanto, setelah dilakukan penyelidikan atau survey
lapangan dapat di Tarik kesimpulan adanya struktur geologi berupa struktur
perlapisan.

D. Sumberdaya Geologi
Jenis bahan galian yang ada pada lokasi rencana permohonan ijin usaha
pertambangan milik Supriyanto ini adalah jenis komoditas pertambangan Pasir
Kuarsa, dimana jenis material tambang ini merupakan hasil proses sedimentasi
material yang banyak mengandung kuarsa yang umumnya berasosiasi dengan
endapan alluvial. Pasir kuarsa di daerah penelitian merupakan batuan penyusun dari
Formasi Ngrayong.

Bab II. 8
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

2.2. KEGIATAN PENYELIDIKAN


2.2.1. Penyelidikan Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan studi yang di daerah
penelitian yaitu:
a. Van Bemmelen (1949), membagi tujuh bagian zona fisiografi pada pulau
jawa dan memasukan Zona Rembang-Madura Anticlinorium (Perbukitan
Rembang dan Madura) kedalam bagian dari fisiografi.
b. R, L Situmorang, R. Smith dan E.J Vassem 1992 masuk kedalam Formasi
Ngrayong (peta geologi Lembar Kenduran,) pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi serta meneliti stratigrafi, morfologi, dan struktur
daerah penelitian.
2.2.2. Penyelidikan Sebelum Lapangan
Untuk mencapai target, lingkup teknis pekerjaan di lakukan sebelum
melakukan kegiatan penyelidikan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. Lingkup
teknis pekerjaan meliputi :

a) Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan
beberapa persiapan, diantaranya meliputi:
- Melengkapi perijinan, dan persyaratan administrasi untuk melakukan
pengambilan data; mempersiapkan semua surat menyurat dan dokumen
lainnya yang terkait dengan perizinan untuk melakukan penelitian, ke
badan-badan atau dinas-dinas terkait.
- Menyiapkan personil dan peralatan
Penyiapan materi dan tugas masing-masing personil (job description) baik
pada tahap penyelidikan lapangan maupun pada tahap analisis di
laboratorium/kantor.
- Pengecekan ulang semua peralatan yang diperlukan pada saat penelitian
serta kondisi dan kesiapan alat.

b) Studi Literatur dan pengumpulan data sekunder.


Bab II. 9
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Data sekunder berupa pengumpulan data yang telah ada dari hasil pekerjaan
inventarisasi bahan tambang yang ada di Kabupaten Tuban serta penyelidikan-
penyelidikan yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, antara lain berupa data
yang bisa didapatkan dari berbagai instansi terkait.

2.2.3. Metode Dan Tahapan Eksplorasi


Ekplorasi merupakan kegiatan untuk mengetahui kondisi lapangan secara
langsung dengan menggunakan metode tertentu. Metode eksplorasi yang digunakan
adalah survei geologi dimana akan dilakukan survei litologi, morfologi maupun
hidrogeologinya dan kemudian dilakukan perhitungan cadangan.
A. Survei Geologi
Mencakup pemetaan terhadap penyebaran jenis dan kondisi batuan baik
secara vertikal atau lateralnya. Pemetaan geologi dilakukan dengan penjelajahan
dan pengambilan contoh batuan (sampling). Pendekatan geologi digunakan untuk
merekonstruksi kondisi sejarah geologi guna pendugaan keterdapatan dari bahan –
bahan galian batu di daerah penyelidikan. Sedangkan untuk mengetahui hubungan
vertikal dari batuan yang ada di daerah penyalidikan dilakukan pengamatan
singkapan, pengamatan parit uji dan sumur uji untuk mengetahui singkapan batuan
segar (fresh rock).
Untuk melaksanakan pekerjaan ini dibutuhkan beberapa peralatan lapangan
sebagai berikut:
1. Peta dasar, berupa peta RBI skala 1 : 25.000, serta pengukuran topografi
sekala 1 : 1.000
2. Peta Geologi Lembar Kenduran (skala 1 : 100.000)
3. Palu Geologi
4. Kompas Geologi
5. GPS (Global Positioning System)
6. Kamera digital
7. Kantong sampel
8. Meteran ukur
9. Alat tulis
10. Komputer (PC dan Laptop) + Printer

Bab II. 10
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Hasil dari pemetaan geologi ini adalah peta geologi detil yang memuat
informasi jenis, sebaran dan karateristik batuan baik secara lateral ataupun
vertikalnya dengan skala 1 : 25.000 pada skala lokal dan skala 1 : 5.000 sampai 1 :
1.000 pada skala detail pada beberapa lokasi prospek yang akan diusulkan untuk
ditambang / layak tambang.

B. Perhitungan Cadangan
Cadangan dihitung dengan menggunakan pendekatan teknis, yaitu
memperhitungkan ketebalan batu dan memperhatikan beda tinggi (kontur) yang
dapat diambil berdasarkan pada batas dan rencana bentuk akhir
tambang.Perhitungan potensi cadangan dilakukan dengan cara volumetrik
menggunakan peta dasar serta peta topografi (Peta RBI sekala 1 : 25.000 dan skala
1 : 1000) dan hasil pengukuran penyebaran bahan galian di lapangan. Analisa
perhitungan dilakukan dengan bantuan software GIS 3D dengan metode TIN
(Triangular Irregular Network) dari peta kontur ketinggian yang ada, yang telah
dilakukan pengeplotan pada tahap sebelumnya. Metode perhitungan cadangan
disesuaikan dengan peta topografi yang ada. Perhitungan cadangan dengan
software ini pada prinipnya sama dengan prinsip perhitungan cadangan dengan
metode kerucut terpancung untuk masing-masing segmen tipe kontur.
Perhitungan volume dianggap sama dengan perhitungan “mean area”, yaitu
rerata dari masing-masing luasan penampang dikalikan dengan jarak antar
penampangnya, dengan rumus perhitungan volume sebagai berikut:

V = [1/2 (A1 + A2)] x L


Dimana V12 = volume diantara penampang A1 dan A2
A1 = luas penampang atas
A2 = luas penampang bawah
L = jarak antara penampang A1 dan A2

2.2.4. Penyelidikan Lapangan


A. Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi mencakup pemetaan terhadap penyebaran jenis dan
kondisi batuan baik secara vertikal atau lateralnya. Pemetaan geologi dilakukan
dengan penjelajahan dan pengambilan contoh batuan (sampling). Pendekatan

Bab II. 11
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

geologi digunakan untuk merekonstruksi kondisi sejarah geologi guna pendugaan


keterdapatan dari bahan – bahan galian batu di daerah penyelidikan.
Hasil dari pemetaan geologi ini adalah peta geologi detil yang memuat
informasi jenis, sebaran dan karateristik batuan baik secara lateral ataupun
vertikalnya dengan skala 1 : 25.000 pada skala lokal dan skala 1 : 5.000 sampai 1 :
1.000 pada skala detail pada beberapa lokasi prospek yang akan diusulkan untuk
ditambang / layak tambang.

B. Hidrogeologi
Keadaan keairan sangat menentukan dalam perencanaan pertambangan.
Dalam penataan wilayah pertambangan kondisi air tanah juga menentukan
perkembangan dan pengembangan wilayah tersebut. Kondisi batuan dan
geomorfologi yang ada pada daerah penelitian akan mempengaruhi fungsinya
sebagai akuifer air tanah.
Sistem akuifer yang terdapat pada daerah penelitian termasuk dalam sistem
akuifer melalui celah atau sarang dengan produktivitas kecil, keterusan rendah dan
debit langka. Pada lokasi sekitar IUP kondisi sungai kering, sungai akan terisi lagi
saat turun hujan.

Bab II. 12
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.4. Peta lokasi pengamatan


Pertambangan Supriyanto

Bab II. 13
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

2.2.5. Pengolahan Data


A. Pengolahan data geologi
Semua data – data dari hasil pemetaan geologi yang telah dilakukan di daerah
penyelidikan akan diproses dan diolah datanya menggunakan software GIS. Hasil
output dari pengolahan data ini adalah berupa peta topografi, peta geologi, peta
geomorfologi, peta pola aliran dan peta potensi sumberdaya.

2.3. HASIL PENYELIDIKAN


2.3.1. Geologi
Dari hasil penyelidikan dan pemetaan geologi yang sudah dilakukan di daerah
penyelidikan maka hasilnya adalah sebagai berikut:
A. Morfologi Daerah penelitian
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan peta topografi, secara keseluruhan,
daerah penelitian dibagi menjadi 1 klas morfologi, yaitu :

1. Morfologi Perbukitan bergelombang lemah


Morfologi ini terletak hampir di semua lokasi wilayah ijin usaha
pertambangan dengan luasan sekitar 80% dari seluruh luas WIUP yang
tersebar di bagian barat dan di ujung timur lokasi. Morfologi ini mempunyai
kemiringan ± 0º - 4º.

Bab II. 14
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.5. Kenampakan morfologi perbukitan bergelombang lemah di dalam


wilayah IUP Supriyanto. LP. 3

B. Stratigrafi Daerah Penelitian


Klasifikasi satuan stratigrafi dari daerah pemetaan diamati dari kenampakan
dan ciri litologi di lapangan atau disebut juga litostratigrafi. Untuk penamaan atau
klasifikasi satuan stratigrafi daerah pemetaan digunakan satuan litostratigrafi tidak
resmi. Pembagian satuan ini menjadi dasar pemerian deskriptif ciri fisik dan dominasi
batuan yang ada. Berdasarkan hal tersebut daerah penelitian tersusun oleh batuan –
batuan yang diperkirakan berumur Miosen Tengah dengan Formasi Ngrayong
berada di bawah Formasi Bulu. yaitu : satuan batupasir

 Satuan Batupasir
Termasuk dalam Formasi Ngrayong, tersusun dari litologi batupasir kuarsa
dengan perselingan batulempung, lanau. Pada batupasir kuarsanya kadang-kadang
mengandung cangkang moluska laut. Lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong di
daerah dangkal dekat pantai yang makin ke atas lingkungannya menjadi littoral,
lagoon, hingga sublittoral pinggir.

Bab II. 15
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.6. Kenampakan batupasir kuarsa. LP. 8.

Gambar 2.7. Kenampakan lanau. LP. 9

Bab II. 16
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

C. Struktur Geologi Daerah Penelitian


Pada daerah penelitian setelah dilakukan penyelidikan atau survey lapangan
dapat di Tarik kesimpulan adanya struktur geologi berupa struktur perlapisan

D. Hidrogeologi
Sistem akuifer yang terdapat pada daerah penelitian termasuk dalam sistem
akuifer melalui celah atau sarang dengan produktivitas kecil, keterusan rendah dan
debit langka. Pada lokasi sekitar IUP kondisi sungai kering, sungai akan terisi lagi
saat turun hujan.
Sedangkan aliran sungai yang ada di sekitar wilayah IUP merupakan bagian
aliran dari anak sungai Kali Boncong. Kali Boncong merupakan sungai utama yang
mengalir di selatan wilayah IUP.

1.
1.3.
2.3.2 Estimasi Sumberdaya dan Cadangan
A. Penyebaran, bentuk dan geometri bahan galian
Penyebarannya meliputi sebaran batupasir kuarsa yang menyusun Formasi
Ngrayong, yang menyebar dan membentuk dataran bergelombang lemah sampai
sedang dengan ketinggian antara 222 - 235 m diatas permukaan laut. Pada dataran
bergelombang ini tingkat ketebalan soil umumnya berkisar antara 0,3 m – 0,5 m.
Sumberdaya bahan galian ini diestimasikan sebesar 214.552 m3. Pada lokasi
rencana permohonan IUP ini ketersedian air langka. Kondisi lahan merupakan
tegalan. Disebabkan kondisi topografi lahan yang lebih tinggi dari ketinggian aliran
sungai yang ada disekitar wilayah permohonan IUP. Maka pada musim kemarau,
warga disekitar melakukan penyedotan air kali Boncong untuk penyediaan air untuk
tegalan. Sehingga diharapkan dari aktivitas pertambangan ini dimana diakhir aktivitas
pertambangan diharapkan ketinggian topografinya akan mendekati level ketinggian
anak Kali Boncong, sehingga akan memudahkan warga sekitar untuk mendapatkan
air Kali Boncong sebagai sarana penyediaan air untuk pertanian. Kegiatan
penambangan tidak akan dilakukan pada badan sungai.

B. Evaluasi Cadangan Bahan Galian

Bab II. 17
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Penghitungan potensi cadangan dilakukan dengan cara volumetrik


menggunakan peta dasar peta topografi (Peta RBI skala 1 : 25.000) dan hasil
pengukuran penyebaran bahan galian di lapangan. Analisa perhitungan cadangan
menggunakan bantuan software GIS ArcView extension 3D dengan metode TIN
(Triangular Irregular Network) dari peta kontur ketinggian yang ada, yang telah
dilakukan pengeplotan pada tahap sebelumnya. Metode penghitungan cadangan
disesuaikan dengan peta topografi yang ada. Perhitungan cadangan dengan
software ini pada prinsipnya sama dengan prinsip perhitungan cadangan dengan
metode kerucut terpancung untuk masing-masing segmen luasan tiap kontur.
Klasifikasi yang digunakan untuk perhitungan potensi sumberdaya dan
cadangan adalah berdasarkan klasifikasi perhitungan sumberdaya dan cadangan
(SNI 134726-1 9981 Amd 1 : 1999). Pembagian klasifikasi penghitungan cadangan
sumber daya mineral dibagi menjadi :
 Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral Tertunjuk
dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya
masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor
yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomis.

 Cadangan Terbukti (Proved Reserve) adalah sumber daya mineral terukur yang
berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis.

 Cadangan tertambang (mineable reserve), yaitu cadangan terukur yang dapat


ditambang secara ekonomis. Satuannya m3 atau ton.
 Cadangan terperoleh (recoverable reserve) adalah cadangan tertambang
sesudah dikurangi kehilangan (losses) atau produksi tambang yang dapat dijual;
satuannya m3 atau ton.

Bab II. 18
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.8. Bagan tahapan eksplorasi dan hasil kelayakan sumberdaya dan
cadanganberdasarkan klasifikasi perhitungan sumberdaya dan cadangan
(SNI 134726-1 9981 Amd 1 : 1999)

Selain klasifikasi diatas ada beberapa pendekatan terminologi cadangan,


diantaranya :
Cadangan tereka/terduga/terkira (inferred / prossible raserve) perhitungannya
hanya didasarkan pada data dan informasi geologi serta percontoh dari singkapan
yang ada ; kesalahan perhitungan berkisar 40% - 60%.
Cadangan terunjuk/terindikasi (indicated / probable reserve) perhitungannya
kecuali didasarkan pada data dan informasi yang lebih rinci juga dilengkapi dengan
data pengeboran ini geologi yang jaraknya kurang rapat (>50 m untuk endapan bijih;
> 250 m untuk endapan batubara); kesalahannya 20% - 40%.
Cadangan terukur/teruji (measured / proven reserve), perhitungannya diperoleh
berdasarkan data pemercontohan untuk sistematis dari pengeboran inti yang rapat
(25 – 50 m untuk endapan bijih; 100 – 250 m untuk endapan batubara);
kesalahannya maksimum 20%.
Cadangan tertambang (mineable reserve), yaitu cadangan terukur yang dapat
ditambang secara ekonomis. Satuannya m3 atau ton.

Bab II. 19
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Cadangan terperoleh (recoverable reserve) adalah cadangan tertambang sesudah


dikurangi kehilangan (losses) atau produksi tambang yang dapat dijual; satuannya m 3
atau ton.
Pada perhitungan sumberdaya dan cadangan penyebaran batuan sesuai
dengan penyebaran menerus dari bahan galian batuan, dengan hasil perhitungan
volumetrik dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Berdasarkan asumsi dan pendekatan
metode perhitungan tersebut maka dapat dihitung volume cadangan bahan galian
pasir pada rencana lokasi tambang milik SUPRIYANTO di Desa Jamprong
Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timuradalah sebagai
berikut:
 Luas area tambang ± 3,6 Ha
 Elevasi tertinggi kondisi eksisting adalah pada level ± 235 m dpl dan
terendah adalah pada level ± 222 m dpl.
 Base level untuk lantai / batas bawah tambang terendah adalah ±
222 m dpl (mengikuti level kontur terendah Sungai Boncong dan
sedikit lebih tinggi dari elevasi terendah Sungai Boncong), dan
merupakan rencana topografi akhir dari proses perataan topografi di
area pertambangan.
 Volume cadangan terukur pasir kuarsa yang ditambang dihitung
berdasarkan asumsi aktivitas kegiatan penambangan yang
rencananya dilakukan dilakukan untuk meratakan topografi
sehingga memiliki level topografi sedikit diatas level topografi
sungai di sekitarnya yang akan digunakan untuk mempermudah
proses penyedotan air untuk tegalan sehingga area permohonan
IUP ini nantinya akan menjadi tegalan yang lebih produktif.

Bab II. 20
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Bab II. 21
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Tabel 2.1. Perhitungan sumberdaya dan cadangan terbukti jenjang blok kemajuan tambang.

TABEL LUAS DAN CADANGAN PENAMBANGAN


SUMBERDAYA SUMBERDAYA CADANGAN VOLUME CADANGAN
LUAS SUMBERDAYA SUMBERDAYA VOLUME
NO HIPOTETIK TERTUNJUK TERKIRA LUAS (M²) SOIL TERBUKTI
(M²) TEREKA (M³) TERUKUR (M³) (M³)
(M³) (M³) (M³) (M³) (M³)

1 BLOK 1 6.702 38.754 2.011 36.744


2 BLOK 2 7.154 29.185 2.146 27.039
35.612 214.552 193.097 173.787 154.477
3 BLOK 3 7.169 26.745 2.151 24.595
4 BLOK 4 9.749 79.313 4.874 74.439
JUMLAH 30.775 173.998 11.182 162.815
KAPSITAS PRODUKSI 108.000 M³ pertahun          

Bab II. 22
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan tabel diatas maka :

1. Volume sumberdaya hipotetik pasir kuarsa adalah 214.552 m3


2. Volume top soil dengan rata-rata setebal 0,5 meter yang merupakan pasir halus-
lanau di lokasi tambang yaitu sebesar 11.182 m3.
3. Volume cadangan terkira adalah sebesar 173.998 m3.
4. Volume cadangan tertambang (mineable reserve), yaitu cadangan terbukti yang
dapat ditambang secara ekonomis adalah sebesar 162.815 m3.
5. Berat total = volume cadangan tertambang x berat jenis
= 162.815 m3 x 2,65
= 431.459,75 metrik Ton

C. Produksi Batu dan Umur Tambang


Penambangan pasir kuarsa dilakukan dengan menggunakan alat berat yaitu
backhoe, dan kemudian diangkut dan didistribusikan kekonsumen menggunakan
dumptruck, dengan tujuan akhir meratakan topografi area permohonan IUP,
sehingga area IUP memiliki level topografi sedikit diatas level topografi sungai di
sekitarnya yang akan digunakan untuk mempermudah proses penyedotan air untuk
tegalan sehingga area permohonan IUP ini nantinya akan menjadi tegalan yang lebih
produktif. Pengambilan material industri berupa pasir kuarsa ini dapat melayani
pembelian di tempat (umum) ataupun sistem kontrak / order yaitu pengiriman sampai
ke lokasi pembeli.
Produksi pasir kuarsa pada lokasi rencana tambang tersebut direncanakan
adalah sebanyak ± 60 rit / hari. Dengan asumsi bahwa per–rit truk pengangkut
batuan ukuran sedang dapat memuat sebanyak ± 6 m3, sehingga besaran produksi
harian sebesar 360 m3. Sedangkan jumlah volume potensi / cadangan pasir kuarsa
yang dapat diambil adalah sebanyak 108.000 m3/tahun, maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
 Kapasitas produksi (KP) = 60 rit / hari @ 6 m3, atau = 360 m3 / hari
(954 Ton/hari).
 Kapasitas produksi pertahun dengan asumsi waktu kerja efektif adalah 300
hari per – tahun adalah sebesar 108.000 m 3

Bab II. 23
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

 Umur tambang, dengan tanpa memperhitungkan faktor lainnya, dan


dengan asumsi waktu kerja efektif adalah 300 hari per – tahun, maka umur
tambangnya (dalam tahun) adalah:
= (162.815 m3 : 108.000 m3) = 1,5 Tahun

Untuk persiapan penambangan dan kegiatan reklamasi pasca tambang


diperkirakan membutuhkan alokasi waktu ± 5 - 6 bulan. Sehingga umur
tambang dibulatkan adalah ± 2 tahun.
Berdasarkan perhitungan jumlah cadangan tertambang dan umur tambang,
bahwa penambangan ini akan habis dalam waktu dalam waktu 2 tahun, akan
direncanakan tahapan–tahapan kegiatan penambangan dengan mempertimbangkan
beberapa aspek. Ijin operasi produksi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Timur berlaku maksimal 5 tahun dengan maksimal perpanjangan 2 kali.
Sehingga umur ijin kegiatan operasi produksi untuk tambang pasir kuarsa ini
memerlukan 1 kali ijin.
D. Arahan Penambangan
Penambangan bahan galian jenis pasir pada lokasi ini harus dilakukan dengan
memenuhi kaidah / arahan penambang sebagai berikut :
a. Tahap pra penambangan
 Ijin kegiatan penambangan (dulu namanya adalah ijin SIPD (Surat
Ijin Pertambangan Daerah), dengan diberlakukannya UU No.4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara maka ijin
yang dikeluarkan adalah Ijin Usaha Pertambangan (IUP)). Di dalam
ijin pertambangan ini harus diinformasikan tentang luasan wilayah,
titik ikat dan batas – batas (patok) tambang.
 Pengukuran topografi detil (dengan skala 1 : 2.000), dan diikatkan
pada titik BM referensi. Penggambaran peta disesuaikan dengan
sistem koordinat geografis ataupun UTM (Universal Transverse
Mercator) dan menggunakan datum WGS – 84 (World Geodetic
System tahun 1984).
 Penelitian detail (studi eksplorasi) untuk mengetahui cadangan
bahan galian batu dan pasir yang dapat terambil (proven deposits).
Tahap penambangan.

Bab II. 24
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

 Persiapan lahan tambang


Untuk tipe tambang terbuka maka pembukaan lahan didahului oleh
proses land clearing, yaitu pembersihan permukaan dari tumbuh –
tumbuhan, tanaman, fasilitas umum (kalau ada) atau bangunan.
Soil / tanah harus dipindahkan pada tempat khusus yang sudah
disediakan, dengan maksud supaya dapat dikembalikan kembali
sebagai penutup lahan pada pasca tambang.
 Front tambang dan cara penambangan
Penambangan pada tipe tambang terbuka menggunakan sistem
penambangan berjenjang dari bottom to top, yaitu mengambil
bagian terbawah dahulu baru bergerak ke elevasi yang lebih tinggi.
Front tambang pada lokasi ini adalah dimulai pada level elevasi ±
223 m dpl (sedikit lebih tinggi dari elevasi terendah Sungai
Boncong) dan membentuk lantai tambang.
Tahap awal proses penambangan pasir kuarsa Milik
Supriyanto di Desa Jamprong ini adalah dengan menentukan model
atau desain lereng penambangan (opencut design) di bawah ini.
Pada area Blok 1 berada pada ketinggian ± 222 meter diatas
permukaan laut dengan lebar jenjang 5 meter, begitu juga dengan
Blok 2, Blok 3, dan Blok 4.
Dengan mengacu pada anjuran dari Dinas ESDM Provinsi
Jawa Timur dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tuban, maka
perancangan geometri penambangan yang akan digunakan adalah
dengan sistem jenjang. Tinggi jenjang tunggal dibuat ± 5 meter dan
lebar jenjang 5 meter dengan kemiringan jenjang 40º - 60º dan
kemiringan lereng (slope) < 45º dimana dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Rancangan teknis penambangan dilakukan untuk
mempermudah proses penambangan dan memperoleh perhitungan
cadangan yang sesuai dengan target produksi, sesuai dengan arah
penyebaran bahan galian pasir kuarsa.

Bab II. 25
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.9. Sketsa Desain Geometri Penambangan

Keterangan Gambar Geometri Jenjang Penambangan :


 Tinggi lereng keseluruhan (Overall Slope Hight) = 5 - 6 meter
 Kemiringan lereng keseluruhan (Overall Slope) = ≤ 45°
 Tinggi lereng Tunggal (Bench High) = 3 - 6 meter
 Kemiringan Lereng Tunggal (Bench Slope) = 60 °
 Lebar Jenjang (Berm) = 3 - 5 meter

Selanjutnya penggalian dilanjutkan untuk meratakan


topografi area permohonan IUP, sehingga area IUP memiliki level
topografi sedikit diatas level topografi sungai di sekitarnya yang
akan digunakan untuk mempermudah proses penyedotan air untuk
tegalan sehingga area permohonan IUP ini nantinya akan menjadi
tegalan yang lebih produktif, dengan masa panen 3 kali dalam
setahun. Penambangan dilakukan dengan sistem tambang terbuka
dengan target perataan topografi dari wilayah IUP sehingga
diharapkan dari aktivitas pertambangan ini dimana diakhir aktivitas
pertambangan diharapkan ketinggian topografinya akan mendekati
level ketinggian Kali Boncong (1 - 2m).
Selanjutnya penggalian dilanjutkan untuk meratakan topografi area
permohonan IUP, sehingga area IUP memiliki level topografi sedikit
diatas level topografi sungai di sekitarnya yang akan digunakan

Bab II. 26
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

untuk mempermudah proses penyedotan air untuk tegalan sehingga


area permohonan IUP ini nantinya akan menjadi tegalan yang lebih
produktif.
b. Tahap pasca penambangan
 Reklamasi tambang
Reklamasi yang dilakukan pada kasus wilayah IUP Supriyanto ini
dilakukan untuk mengembalikan atau meningkatkan produktifitas
tegalan sesuai dengan peruntukannya, yaitu untuk meratakan
topografi area permohonan IUP, sehingga area IUP memiliki level
topografi sedikit diatas level topografi sungai di sekitarnya yang
akan digunakan untuk mempermudah proses penyedotan air untuk
tegalan sehingga area permohonan IUP ini nantinya akan menjadi
tegalan yang lebih produktif. Cara reklamasi yang disarankan
adalah dengan melakukan penanaman vegetasi yang produktif,
seperti tanaman akasia, tanaman perkebunan ataupun tanaman
perdu yang ekonomis (jarak: sebagai penghasil minyak diesel /
biosolar maupun sengon). Jenis – jenis tanaman tersebut diatas
adalah merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada lahan dengan
ketebalan soil yang tipis dan tahan terhadap perubahan cuaca serta
hama penyakit.

Bab II. 27
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.10. Peta lokasi wilayah rencana permohonan Ijin Usaha Pertambangan Supriyanto

Bab II. 28
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.11. Peta Satuan Geomorfologi lokasi wilayah rencana permohonan Ijin Usaha Pertambangan Supriyanto

Bab II. 29
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.12. Peta Satuan Geologi lokasi wilayah rencana permohonan Ijin Usaha Pertambangan Supriyanto

Bab II. 30
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.13. Peta Potensi dan Blok Tambang lokasi wilayah rencana permohonan Ijin
Usaha Pertambangan Supriyanto

Bab II. 31
Laporan Studi Eksplorasi di Lokasi Permohonan IUP Supriyanto di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduran, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.14. Peta rencana desain dan bentuk akhir tambang lokasi wilayah rencana permohonan Ijin Usaha
Pertambangan Supriyanto

Bab II. 32

Anda mungkin juga menyukai