Anda di halaman 1dari 39

GEOLOGI INDONESIA

PULAU JAWA
By:
ARHISAL
WAHYU
DINAWATI BUSURA
MELYAN B LAWEWAN
PULAU JAWA

Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural,


dibagi atas empat bagian utama (Bemmelen,
1970) yaitu: Sebelah barat Cirebon (Jawa
Barat) Jawa Tengah (antara Cirebon dan
Semarang) Jawa Timur (antara Semarang
dan Surabaya) Cabang sebelah timur
Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan
Pulau Madura
PETA UMUM PULAU JAWA
Lanjutan
Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu
komplek sejarah penurunan basin, pensesaran,
perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh
stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke
waktu.
Secara regional pulau Jawa dapat dibedakan
adanya 3 satuan tektonik, yaitu:
a. Cekungan Jawa Utara, yang terdiri dari
cekungan Jawa Baratlaut (NW Java Basin)
dan cekungan Jawa Timurlaut (NE Java Basin)
b. Daerah cekungan Bogor-Kendeng
c. Daerah cekungan Pegunungan Selatan
RAT
A B A
I JAW
I N S
R OV
P
MELYAN B LAWEWAN
451 414 028
Kondisi Fisiografi Jawa Barat
Bemmelen (1949) membagi Jawa Barat menjadi
lima zona fisiografi yaitu Dataran Rendah Pantai
Jakarta, Zona Bandung, Zona Bogor, Pegunungan
Bayah dan Pegunungan Selatan

Gambar Peta Fisiografi Jawa Barat


(Bemmelen,1949)
KONDISI GEOLOGI / REGIONAL JAWA BARAT

Struktur regional jawa barat memiliki empat pola struktur


akibat adanya empat aktivitas tektonik yaitu: Struktur
penglipatan dan pensesaran yang mempunyai arah barat
ke timur. Diakibatkan oleh pengangkatan yang
berlangsung selama miosen tengah struktur perlipatan
dsn pensesaran yang mempunyai arah sekitar N45oo.
Struktur ini di akibatkan oleh pengangkatan yang disertai
volkanisme oleh Oligosen akhir sampai Miosen awal

Struktur disebelah timur jawa barat


mempunyai arah sekitar N315oE, membentang
ke barat di utara bandung berarah timur-barat,
semakin ke barat maka struktur berarah
umum barat daya. Struktur ini di akibatkan
oleh aktivitas tektonik yang berlangsung
selama kuarter.
PETA REGIONAL JAWA BARAT
Geologi lingkungan pegunungan selatan jawa barat

Disamping berbagai faktor yang mendukung untuk


berkembangnya jawa barat bagian selatan, terdapat pula
berbagai kendala yaitu :

1. Topografi
Oleh karena batuannya bervariasi dari batuan beku yang
keras (lava intrusi)sampai ke lempeng dan tufa yang amat
lunak, maka topografi disini sangat kasar.
2. Bencana alam geologi
kondisi topografi yangkasar dan berlereng terjal
menyebabkan daerah ini rawan akan tanah longsor
3. Jenis batuan
Batuan yang membentuk formasi andesit tua lebih di
dominasi oleh piroklastika yang sulit melapuk. Karena itu
batuan penutup disini relatif tipis.
STRATIGRAFI JAWA BARAT
Pada Tersier awal (peleosen) terbentuk kompleks
melange pada baratdaya Jawa barat (Teluk Cileutuh)
yang diduga sebagai bagian zona penunjaman ke arah
Jawa Tengah.

Pada kala Eosen, Jawa Barat berada pada kondisi


benua, yang ditandaioleh ketidakselarasan,
tetapi Rajamandala-Sukabumi merupakan area
terestial fluvial dimana hadir formasi Gunung
Walat yang mengisi depresi interarc basin.

Pada kala Oligosen Awal ditandai oleh ketidaklarasan pada


puncak GunungWalat berupa konglomerat batupasir kwarsa,
yang menunjukan suatutektonik uplift diseluruh daerah.
Pada kala Oligosen Akhir diawali dari transgresi marine, yang
terbentuk dari selatan-timur (SE) ke arahutara-timur (NE).

Pada kala Miosen yaitu setelah formasi Rajamandala terbentuk maka


pada cekungan Bogor diisi oleh endapan turbidit dan volcanic debris.
Sementara pada bagian selatan diendapkan formasi Jampang dan
Cimandiri. Di sebelah utara diendapkan formasi Parigi dan formasi
Subang.
Tatanan Tektonik Jawa Barat
a. Pola Struktur
Berdasarkan data
gayaberat,seismic, citra
Landsat/foto udara pengamatan
di lapangan, di Jawa Barat ini
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
Arah baratlaut-tenggara
Tmur-barat
Utara-selatan (dominan)

B . Satuan-satuan Tektonik
Batuan tertua tersingkap di Jawa Barat
adalah batuan berumur eosen awal di Ciletuh
yang berupa olisostrom. Satuan ini
berhubungan secara tektonis dengan
batuan ofiolit yang mengalami breksiasi
dan serpentinisasi pada jalur-jalur
kontaknya.
c. Mandala Sedimentasi
Didasarkan pada mayoritas cirri sedimen,
Soedjono (1984) membagi daerah Jabar
menjadi 3 mandala sedimentasi, yaitu mandala
paparan kontinen yang terletak di utara,
diikuti oleh Mandala Cekungan Bogor di bagian
tengah, dan ke arah barat terdapat mandala
Banten.
JAWA TENGAH

MELYAN B LAWEWAN
451 414 028
FISIOGRAFIS JAWA TENGAH

Daerah Jawa Tengah merupakan bagian yang


sempit diantara bagian yang lain dari pulau jawa.
Fisiografi jawa tengah menurut bammelen 1949
terbagi menjadi 6 zona yaitu :
Zona gunung api kuarter
Zona dataran aluvial jawa utara
Zona antiklinorium bogor serayu utara-
kendeng
Zona depresi jawa tengah
Zona pegunungan serayu selatan
Zona pegunungan selatan jawa
Gambar Peta Fisiografi Jawa Tengah (Van Bammelen,1949)
Kondisi Geomorfologi Jawa Tengah
Pada geomorfologi wilayah Jawa Tengah terdapat banyak
pembagian zona-zona wilayah dengan proses pembentukan
setiap zona berbeda proses geomorfologinya, diantaranya
adalah sebegai berikut :
1. Bentang Lahan Zona Selatan Jawa Tengah
Proses yang terjadi pada zona Jawa Tengah bagian selatan
adalah patahan dan pengangkatan yang menghasilkan
bentuklahan struktural patahan dan juga bentuklahan karst.
Bentuklahan patahan dapat dilihat di perbukitan Baturagung,
sedangkan bentuklahan karst dapat dilihat di kompleks
Gunung Sewu, Gunungkidul.
2. Bentanglahan Transisi Zona Selatan dan Tengah Jawa Tengah.
Zona transisi selatan dan tengah Jawa Tengah ditandai
dengan adanya intrusi diorit. Intrusi diorit ini merupakan
hasil proses struktural dan vulkanis. Pada zona peralihan ini,
karakteristik yang ada merupakan campuran dari dua
bentuklahan tersebut, sehingga banyak dijumpai sebaran
batu volkanis dan rombakannya.
PETA GEOMORFOLOGI JAWA
TENGAH
Tatanan Tektonik Jawa Tengah

Secara fisiografi, jawa tengah dibagi menjadi 4


bagian:
Dataran pantai selatan
Pegunungan serayu selatan
pegunungan serayu utara, dan
Dataran pantai utara
UR
T IM
WA
JA

DINAWATI BUSURA
451 414 013
Fisiografi Regional di Jawa Timur

Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern Mountains) :


batuan pembentuknya terdiri atas siliklastik,
volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat.
Zona Gunung Api Kuarter (Quartenary Volcanoes) :
merupakan gunung aktiv
Zona Kendeng (Kendeng Zone) :
batuan pembentuknya terdiri atas Sekuen dari
volkanogenik dan sedimen pelagik.
Zona Rembang (Rembang Zone) :
batuan pembentuknya terdiri atas endapan laut dangkal ,
sedimen klastik , dan batuan karbonat. Pada zona ini juga
terdapat patahan yang dinamakan Rembang High dan
banyak lipatan yang berarah timur-barat
Gambar Peta fisiografi jawa timur (Van Bammelen,1949)
Struktur Geologi Jawa Timur

1. Cekungan Jawa Timur Utara


Cekungan Jawa Timur Utara sebelah barat dibatasi
1. oleh Busur Karimun jawa dimana memisahkannya
dengan Cekungan Jawa Barat Utara, di sebelah selatan
dibatasi oleh busur vulkanik, sebelah timur dibatasi
oleh Cekungan Lombok dan sebelah utara dibatasi
oleh Tinggian Paternoster, dimana memisahkannya
dengan selat Makasar.
2. Kerangka Tektonik Cekungan Jawa Timur Utara
Graben, half-graben, dan sesar-sesar hasil dari proses
rifting telah dihasilkan pada periode ekstensional yaitu
pada Paleogen. Selanjutnya periode kompresi dimulai
pada Miosen Awal yang mengakibatkan reaktivasi
sesar-sesar yang telah terbentuk sebelumnya pada
periode ekstensional.
Tatanan Tektonik Jawa Timur

Satuan -satuan fisografi yang dapat


dibedakan terdiri dari (selatan ke
utara)
Pegunungan Selatan
Jalur Depresi Tengah
Jalur Kendang
Depresi Randublatung
Zona Rembang yang dapat
diteruskan ke pulau Madura
BANTEN

ARHISAL
451 414
Keadaan Topografi dan Struktur Geologi
Provinsi Banten

Banten merupakan provinsi yang berdiri berdasarkan Undang


Undang Nomor 23 Tahun 2000 secara administratif, terbagi
atas 4 Kabupaten dan 2 Kota yaitu : Kabupaten Serang,
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon, dengan luas
8.651,20 Km2. Letak geografis Provinsi Banten pada batas
Astronomi 1051'112; - 1067'122; BT dan 57'502; -
71'12; LS, dengan jumlah penduduk hingga tahun 2006
sebesar 9.308.944 Jiwa.
TOPOGRAFI

Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada


ketinggian 0 1.000 m dpl. Secara umum kondisi
topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran
rendah yang berkisar antara 0 200 m dpl yang
terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang,
Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten
Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian
kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian
berkisar 201 2.000 m dpl dan daerah Lebak Timur
memiliki ketinggian 501 2.000 m dpl yang terdapat di
Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.
Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi
menjadi tiga kelompok yaitu morfologi dataran,
perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-
sedang) dan perbukitan terjal.
Gambar Peta topografi provinsi banten
Struktur Geologi

Struktur geologi daerah Banten terdiri dari formasi


batuan dengan tingkat ketebalan dari tiap-tiap formasi
berkisar antara 200 800 meter dan tebal keseluruhan
diperkirakan melebihi 3.500 meter.
Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen,
batuan gunung api, batuan terobosan dan Alluvium yang
berumur mulai Miosen awal hingga Resen, satuan tertua
daerah ini adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen.
Formasi Bayah terdiri dari tiga anggota yaitu Anggota
Konglomerat, Batu Lempung dan Batu Gamping.
Batuan endapan termuda adalah aluium dan endapan
pantai yang berupa Kerikil, pasir, lempung, rombakan
batu gamping, koral bercampur pecahan moluska atau
kerang kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.
Potensi Bencana Geologi di
Provinsi Banten
Di wilayah Banten zona
tunjaman atau subduksi terdapat
Wilayah Indonesia berada dalam di sepanjang Banten bagian
posisi geografis yang rawan selatan di daerah Samudra
terpapar berbagai bencana alam. Indonesia. Pergerakan lempeng
Wilayah Provinsi Banten tidak pada zona subdaksi ini menurut
terkecuali dari kemungkinan ini. data rata-rata 7,5 mm/tahun.
Banten memiliki jumlah Gempa bumi biasanya bersumber
penduduk yang cukup padat dari terjadinya pergeseran atau
terutama di daerah-daerah pelepasan energi pada zona
subduksi ini seperti pada peristiwa
perkotaan. Banten juga
gempa Aceh, Jogja dan terakhir
merupakan nadi penting bagi
Tasikmalaya yang banyak
ekonomi karena merupakan memakan korban. Tapi disisilain
daerah penghubung antara P. dengan adanya zona ini
Jawa dengan P. Sumatera, menghasilkan sumber bahan
sehingga menjadikan situasi mineral seperti emas, perak,
risiko yang dihadapinya logam dasar (Cu, Pb, Zn) dan hasil
dipandang sebagai sesuatu yang kegiatan gunungapi lainnya
khusus. seperti andesit, pasir, tras dan
bahan galian industri lainnya.

DKI JAKARTA

DINAWATI BUSURA
451 414 013
Struktur Geologi provinsi DKI jakarta

Formasi geologi jakarta berumur holosen, dicirikan


dengan batu endapan permukaan. Secara regional,
struktur geologi yang berkembang memperlihatkan
adanya 3 arah dominan yaitu arah barat laut Tenggara
timur laut barat daya, dan barat - timur .
Batuan yang terdapa disana :Batuan Sedimen, batuan
endapan permukaan, batuan Gunungapi, batuan Intrusi.
seluruh dataran terdiri dari endapan pleistocene yang
terdapat pada 50 m di bawah permukaan tanah.
Gambar Peta Geologi DKI Jakarta dan
Sekitarnya
Karakteristik Geomorfologi

Dataran Jakarta digolongkan ke dalam


dataran aluvial pantai dan sungai, yang
merupakan hasil endapan yang terbawa
oleh aliran sungai Ci Liwung, Ci Sedane,
dan kali bekasi.

Karakteristik Tanah

Aluvial Hidromorf, Aluvial Kelabu Tua,


Asosiasi Aluvial Coklat Kelabu dan
Aluvial Coklat, Asosiasi Glei Humus
Rendah dan Aluvial Kelabu, Asosiasi
Latosol Merah, Latosol Coklat
Kemerahan, dan Regosol Coklat.
Karakteristik Hidrologi

Provinsi Jakarta yang menjadi tempat


bermuaranya 11 buah sungai dan 2 buah
kanal. Di perairan ini bermuara 13 sungai
besar mulai dari muara sungai Cisadane di
bagian barat sampai muara sungai Citarum
di bagian timur

Karakteristik Oseanografi
Secara umum morfologi topografi pantai utara
Jakarta merupakan suatu daerah
dataran.Wilayah Pantai Utara (Pantura) Jakarta
berada pada satuan geomorfologi dataran
aluvial.
DI YOGYAKARTA

WAHYU
451 414
Geologi Regional daerah Yogyakarta

FISIOGRAFI
Yogyakarta terbentuk akibat pengangkatan Pegunungan
Selatan dan Pegunungan Kulon Progo pada Kala Plistosen
awal (0,01-0,7 juta tahun). Proses tektonisme diyakini
sebagai batas umur Kwarter di wilayah.
tahun). Proses tektonisme diyakini sebagai batas umur
Kwarter di wilayah. Setelah pengangkatan Pegunungan
Selatan, terjadi genangan air (danau) di sepanjang kaki
pegunungan hingga Gantiwarno dan Baturetno.
Gunung Api Merapi muncul pada 42.000 tahun yang lalu,
namun data umur K/Ar lava andesit di Gunung Bibi,
Berthomier (1990) menentukan aktivitas Gunung Merapi
telah berlangsung sejak 0,67 juta tahun lalu.
Topografi
Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
atau sebesar 65,65% wilayah terletak pada ketinggian
antara 100-499 m dari permukaan laut
Satuan Gunung Berapi Merapi, seluas 582,81 km,
ketinggian 80-2.911 m, terbentang mulai dari kerucut
gunung api hingga dataran fluvial Gunung Merapi,
meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta,
dan sebagian Kabupaten Bantul, serta termasuk
bentang alam vulkanik.
Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan
Pegunungan Kulon Progo seluas 215,62 km, ketinggian
080 m, merupakan bentang alam fluvial yang
didominasi oleh dataran Alluvial.
Lanjutan
Dilihat dari jenis tanah, dari 3.185,80 km luas Daerah
Istimewa Yogyakarta, 33,05% merupakan jenis tanah
Lithosol, 27,09% merupakan tanah Regosol, 12,38% tanah
Lathosol, 10,97% tanah Grumusol, 10,84% tanah Mediteran,
3,19% Alluvial dan 2,47% adalah tanah jenis Rensina.
THANK YOU

KELOMPOK 4

Anda mungkin juga menyukai