Gambar II.1 Peta daerah Cekungan Jawa Timur (ESDM op.cit, Sirait 2007)
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
graben yang berumur Pre–Tersier. Secara geologi Pulau Jawa merupakan suatu
komplek sejarah penurunan cekungan, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di
bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara
umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut – Barat Daya (NE-
SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda dan
arah Timur – Barat (E-W). Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang
berarah Timur Laut - Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur - Barat (E-W)
sejak Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di
Pulau Jawa, (Sribudiyani, dkk, 2003).
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
Cekungan Selatan. Akibat tumbukan lempeng selama Tersier Awal, Cekungan
Jawa Timur terangkat dan mengalami erosi.
Deretan perbukitan berarah NE – SW terbentuk di sepanjang tepi Tenggara
Paparan Sunda akibat pemekaran busur belakang. Dari Utara ke Timur,
kenampakan struktur utama dalam wilayah tarikan ini adalah Busur Karimunjawa,
Palung Muria, Busur Bawean, dan Tinggian Tuban - Madura Utara.
Pengangkatan pada waktu Oligosen Awal menghentikan proses - proses
pengendapan dan menyebabkan erosi yang luas. Periode selanjutnya adalah periode
tektonik tenang dan akumulasi endapan karbonat hingga Miosen Awal. Periode
terakhir adalah periode tektonik kompresi mulai dari Miosen Akhir hingga
sekarang.
Sesar-sesar normal yang membentuk horst dan graben teraktifkan kembali,
sehingga menghasilkan struktur-struktur terbalik (inverted relief) (Hamilton,1979)
Gambar II.2 Tiga struktur utama Cekungan Jawa Timur (Satyana dan
Purwaningsih, 2003).
Bagian Utara Cekungan Jawa Timur terdiri dari struktur tinggian dan
rendahan dengan trend NE – SW, terlihat pada konfigurasi alasnya seperti Busur
Karimunjawa, Palung Muria, Busur Bawean, Palung Tuban - Camar, Bukit JS-1,
Depresi Masalembo - Doang, dan Paparan Madura Utara. Ke arah Selatan, Paparan
Jawa NE, Zona Rembang Madura Kendeng, Zona Madura Selatan, dan Zona
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
Depresi Solo. Bagian tengah Cekungan Jawa Timur didominasi oleh pola struktur
berarah Utara - Timur seperti yang berkembang di Paparan Madura Utara, Tinggian
Madura, dan Sub Cekungan Selat Madura. Ke Timur, pola Utara – Timur lebih
berkembang, diperlihatkan oleh Sub-Cekungan Sakala, Kangean, Sub-Cekungan
Lombok. Umumnya, mandala Paparan Utara, merupakan sisa struktur yang
berkembang pada zaman Kapur (sutura Meratus). Selama Eosen hingga Miosen
daerah ini berubah menjadi tempat perkembangan terumbu. Pada zaman Tersier
Akhir daerah ini menjadi lingkungan yang baik bagi perkembangan fasies karbonat
paparan.
1. Mandala Tinggian Sentral, Merupakan daerah terangkat hasil
penyesaran ekstensional Eosen – Oligosen Akhir dan pembalikan struktur Miosen
-Resen. Tinggian Sentral berbentuk kemenerusan Tinggian Kujung dan Tinggian
Madura - Kangean ke arah Timur. Di Utara, Tinggian Sentral dibatasi oleh sesar-
sesar Sepanjang dan Sakala, dan di Selatan oleh Tinggian Madura – Kangean -
Sepanjang. Mandala, tegasan tensional Eosen Akhir menyebabkan penurunan
regional di daerah ini. Bagian tingginya menjadi tempat perkembangan fasies
reefal.
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
tiga kelompok struktur utama dari arah utara ke selatan, yaitu North Platform,
Central High dan South Basin. Perubahan struktur juga terjadi pada konfigurasi
basement dari arah barat ke timur. Bagian barat pada Platform Utara dapat
dikelompokkan menjadi Muria Trough, Bawean Arc, JS-1 Ridge, Norhteast Java
Platform, Central-Masalembo Depression, North Madura Platform dan JS 19-1
Depression. Sedangkan pada South Basin, dari barat ke timur dapat dikelompokkan
menjadi North East Java Madura Sub-Basin(Rembang-Madura Strait-Lombok
Zone), South Madura Shelf (kelanjutan dari Zona Kendeng) dan Solo Depression
Zone. Pada Central High tidak ada perubahan struktur yang berarti dari arah barat
ke timur (Ponto, et al., 1995). Penjelasan diatas dapat dilihat pada Gambar II.3 dan
Gambar II.4
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
Gambar II.3 Struktur Daerah Cekungan Jawa Timur Utara
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
Gambar II.4 Paleogene Geography of the East Java Basin (Satyana, 2005)
10
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
II.1.5 Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional Jawa Timur menurut Setianingprang, dkk, 2016, yaitu
(gambar II.5) :
a. Batuan Dasar
Formasi ini ditafsirkan diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Pra-
Ngimbang, formasi ini diendapkan pada akhir Miosen Tengah, Formasi Ngimbang
Klastik di dominasi oleh batupasir pada saat rifting. Lalu setelah itu terendapkan
Formasi Ngimbang Karbonat yang didominasi oleh batu gamping terumbu setelah
fase Rifting pada Eosen Akhir dilingkungan laut dangkal. Menurut Setianingprang,
dkk (2016), terlihat pola onlap Formasi Ngimbang Shale yang menabrak bentukan
carbonate Build-up Ngimbang Karbonat.
d. Formasi Kujung
Secara regional, pembentukan Formasi Kujung ini terjadi pada fase transgresi,
pada formasi ini di dominasi shale yang berumur Oligosen. Pada formasi ini
memiliki anggota yaitu Anggota Prupuh Bawah yang berupa batu gamping terumbu
yang terendapkan pada fase transgresi di lingkungan laut dangkal (Setianingprang,
dkk, 2016).
11
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
e. Formasi Cepu
Pengendapan Formasi Cepu ini pada awal Miosen Awal dan yang mendominasi
adalah shale dan terdapat beberapa anggota yaitu Anggota Prupuh Atas di dominasi
oleh batu gamping. Lalu setelah itu Anggota Rancak yang didominasi oleh batu
gamping klastik yang memiliki umur Miosen Tengah dan di endapkan di
lingkungan laut dangkal, umur dari Formasi Cepu ini sampai akhir Miosen
(Setianingprang, dkk, 2016).
f. Formasi Mundu
Pada umur Pliosen, terendapkan Formasi Mundu yang didominasi oleh shale
dan memiliki anggota yaitu Anggota Paciran yang memiliki litologi batu gamping
dan batupasir dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal (Setianingprang, dkk,
2016).
g. Formasi Lidah
Formasi yang termuda adalah Formasi Lidah memiliki umur Pleistosen. Pada
formasi ini didominasi shale dan mengalami fase kompresi yang aktif pada saat
diendapkan. Hal ini ditunjukan dengan aktifnya sesarsesar naik yang salah satunya
memisahkan Tinggian Tengah dan Cekungan Selatan (Setianingprang, dkk, 2016).
12
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
II.2 Landasan Teori
Menurut Walker dan James (1992) fasies merupakan suatu tubuh batuan yang
memiliki kombinasi karakteristik yang khas bila dilihat dari litologi, stuktur biologi
dan struktur sedimen dari karakteristik tersebut akan menampilkan aspek fasies
yang berbeda dari tubuh batuan yang berada di atas, di bawah atau sekelilingnya.
Fasies pada umumnya dikelompokan kedalam asosiasi fasies, dimana dari
beberapa fasies, dikelompokan secara genetis, sehingga asosiasi fasies memiliki arti
bahwa fasies-fasies yang ada didalamnya terbentuk oleh proses yang sama pada
lingkungan pengendapan yang sama pula.
Sedangkan menurut Selley, 1985, (dalam Walker dan James 1992), fasies
sedimen adalah suatu tubuh batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan
batuan lain atas dasar geometri, litologi, fosil, struktur sediemen, serta pola arus
purbanya. Dengan mempertimbangkan ciri-ciri fisika, kimia dan biologi, dapat
dilakukan rekonstruksi lingkungan pengendapan dari suatu runtutan batuan
sedimen yang biasa disebut dengan analisa fasies.
Beberapa kegunaan dari model fasies yaitu:
b) Lingkungan Pengendapan
13
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
berlangsung yang menghasilkan suatu jenis endapan sedimen tertentu. Nichols,
2009 menambahkan yang dimaksud dengan proses tersebut adalah proses yang
berlangsung selama proses pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen.
Perbedaan fisik dapat berupa elemen statis ataupun dinamis
14
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
dalam kerangka kronostratigrafi terhadap lapisan (strata) yang berulang saling
berhubungan secara genetik serta dibatasi oleh permukaan erosi atau non-deposisi
dan keselarasanya yang sebanding (Posamentier, dkk, 1999). Unit stratigrafi sekuen
dikenal sebagai sekuen pengendapan.
Satu sikuen pengendapan terbentuk dari satu siklus perubahan relatif muka air
laut. Fasies sedimentasi dan biofasies merupakan bagian pembentuk sekuen
pengendapan dan batas permukaan sebagai pembatas sekuen deposisional,
dipengaruhi oleh perubahan relatif muka air laut dan suplai sedimen yang terekam
pada variasi pola sedimen.
15
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
II.2.3 System Tract
System tract adalah hubungan dari beberapa sistem pengendapan yang seumur.
Setiap system tract terbentuk pada tahapan atau waktu tertentu dalam satu siklus
perubahan muka air laut relatif. System tract dan sikuen didefinisikan atas bentuk
geometri dan hubungan fisik dari suatu strata dan fasies yang tidak tergantung pada
lamanya pembentukkan, ukuran atau mekanisme pengendapan.
System tract dipisahkan oleh permukaan stratigrafi kunci, permukaan
tersebut yang paling penting adalah sequence boundary dan maximum flooding
surface.
A. Lowstand System Tract (LST)
Merupakan suatu set depositional system yang aktif selama turunnya
relative sea level hingga awal naiknya kembali relative sea level. Fase ini dibatasi
oleh sequence boundary di bagian bawah dan transgressive surface di bagian atas.
16
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
bagian bawah oleh transgressive surface dan maximum flooding surface di bagian
atas. Rendahnya intensitas sedimentasi pada fase ini menyebabkan secara umum
transgressive system tract lebih tipis dibandingkan dengan system tract yang lain.
17
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
II.2.4 Batuan Karbonat
a. Karakteristik Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan reservoir baik untuk minyak ataupun gas,
batuan karbonat adalah batuan yang memiliki kandungan material - material
karbonat lebih dari 50% persen, serta memiliki susunan dari partikel karbonat
klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil dari presipitasi langsung.
Batuan karbonat bukan merupakan batu gamping saja, pada dasarnya batuan
karbonat adalah semua batuan yang memiliki garam karbonat menurut Reijers dan
Hsu (1986), ada banyak mineral karbonat di bumi, namun yang paling berperan
penting adalah Aragonit, kalsit dengan kandungan MG tinggi, kalsit dengan
kandungan mg rendah, dan dolomit. Pada dasarnya batuan karbonat terbentuk dari
akumulasi larutan yang mengandung garam, pada umumnya mineral yang
mengandung mineral kalsium dan magnesium.
Sedimentasi dari karbonat dihasilkan dari proses organic biokimia pada
lingkungan laut yang bersih, hangat dan kedalaman dangkal. Daerah yang paling
cocok adalah daerah yang ber iklim tropis dan sub tropis, lalu faktor-faktor yang
mempengaruhi sedimentasi karbonat adalah berikut:
a. Salinitas
c. Penetrasi Cahaya
d. Butiran Karbonat
18
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
proporsi dari butiran dan proporsi dari pengikatan.
19
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
C. Fasies dan Lingkungan Pengendapan Karbonat
Pada batuan karbonat, proses dasar dari sedimentasi dan pertumbuhan fasies
secara lateral disebut standart facies belt, ada beberapa peneliti terdahulu seperti
klasifikasi Pomar, 2004. Pomar membagi lingkungan pengendapan menjadi
beberapa bagian yaitu (gambar II.13) :
Lagon adalah tempat yang dibatasi oleh pembatas, memiliki energi yang rendah
dibelakang reef core. Lagoonal memiliki ciri yaitu endapan mud stone dan
wackstone dengan lapisan horizontal dan memiliki batas bidang erosional dari
permukaan. Lagoonal dibagi menjadi outer dan inner lagoon. Ciri dari inner
lagoonal memiliki ciri fosil yaitu molusca, ostracodes, stromalit, milliolids dan
memiliki struktur yaitu root structure. Dan pada outer lagoonal memiliki ciri yaitu
mempunya endapan skeletal grainstone atau packstone with coral dan memiliki ciri
fosil yaitu coral mollusks, foram red algae, rhodolites, echinoids dan worm.
lagoonal ini memiliki variasi ukuran, secara relatif dari kecil berkembang di dalam
atol hingga barier reef utama.
b. Reef Core
Reef core adalah endapan puncak reef yang hampir tersingkap di permukaan
dan mudah dipengaruhi oleh gelombang air laut. Hasil mofologi dari reef dan
komposisinya tergantung pada rezim energi yang berkembang. Pada reef core ini
memiliki ciri yaitu sedimentasi didominasi oleh coral framework dengan skeletal
grainstone atau packstone dan endapan nya membentuk segmodial. Lalu memiliki
ciri fosil yaitu coral, red algae, foraminifera, bryozoans, worms dan mollusk.
c. Fore reef
20
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
Pada morfologi ini endapan yang sering di jumpai adalah endapan halus seperti
endapan packstone dan wackstone dan endapan kasar seperti packstone dan
grainstone. Lalu pada morfologi ini memiliki ciri fosil yaitu planktonik
foraminifera, echinodermata, rhodolit, red algae fragments, koral, echinoids.
a. Lagoon
Pada morfologi ini memiliki ciri yaitu memiliki foraminifera yang domninan
yaitu small milliolids dan small rotaliids, dan foram yang memungkinkan ada yaitu
miogypsnds dan autrotrillina, lalu memiliki banyak kandungan micrite, dapat juga
ditemukan planktonik foraminifera jika ada akses ke laut langsung.
b. Backreefshelf
21
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga
miogypsinds, Lepidocyclina. Endapan yang sering dijumpai adalah endapan
coralga biostromes, alga biostomes. Lalu banyak terdapat micrite dan sparite.
c. Reef
d. Forereef shelf
e. Abbysal
Morfologi ini adalah bentukan yang plaing dalam, dan memiliki ciri banyak
pelagic micrite, dan plantonik foraminifera, agglutinated foraminifera.
22
Analisis sikuen stratigrafi batuan karbonat formasi tambayangan dan jukong-jukong , pada daerah kepulauan kangean ,
Cekungan Jawa Timur Utara.
Samuel Parulina Sinaga