Abstract
One of the efforts to develop tourists’ understanding in maintaining sustainability at the
natural tourist attractions is through nature conservation education. It can be achieved in
the form of nature tourism interpretation program. This study aims to create and develop
an interpretation planning program for visitors based on mangrove conservation to
support sustainability of the Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk Jakarta.
TWA Mangrove Angke Kapuk Jakarta as one of the nature attractions does not have and
has not developed an interpretation program for visitors. This study is a descriptive
qualitative study using interview and observation methods to collect data based on
Sharpe’s (1982) interpretation planning analysis. The result is the interpretation planning,
they are: (1) the objects, themes, and interpretation materials; (2) the purpose and target
of interpretation; (3) interpretation program; (4) interpretation techniques; and (5)
facilities development planning.
2 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
Permasalahan adalah taman wisata alam (TWA), yang
merupakan kawasan pelestarian alam
Interpretasi merupakan jembatan un-
dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan
tuk menyampaikan keistimewaan
bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi
mangrove kepada pengunjung.
alam (Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Interpretasi juga merupakan peluang bagi
1990).
pengelola untuk mengenalkan dan
TWA merupakan bagian dari kawasan
meningkatkan kesadaran masyarakat
pelestarian alam yang dimanfaatkan
tentang konservasi mangrove dan
terutama untuk kepentingan pariwisata
manfaatnya baik bagi ekosistem maupun
alam dan rekreasi. Kawasan pelestarian
bagi kualitas pesisir Jakarta. Interpretasi
alam sendiri menurut PP Nomor 108
juga memberikan pengalaman yang
Tahun 2015 adalah kawasan dengan ciri
berkualitas bagi pengunjung. Untuk itu
khas tertentu, baik di daratan maupun di
pada penelitian ini rumusan permasalahan
perairan yang mempunyai fungsi pokok
adalah bagaimanakah perencanaan
perlindungan sistem penyangga
program interpretasi wisata alam berbasis
kehidupan, pengawetan keanekaragaman
konservasi mangrove di TWA Mangrove
jenis tumbuhan dan satwa, serta
Angke Kapuk Jakarta?
pemanfaatan secara lestari sumber daya
Tujuan Penelitian alam hayati dan ekosistemnya.
Adapun tujuan penelitian adalah untuk Dalam undang-undang tersebut
menyusun perencanaan program dikatakan bahwa terdapat beberapa
interpretasi wisata alam berbasis kriteria yang harus dipenuhi suatu
mangrove di TWA Mangrove Angke kawasan untuk dapat dijadikan taman
Kapuk Jakarta. wisata alam, yang meliputi: 1) mempunyai
daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa
Luaran Penelitian atau ekosistem gejala alam serta formasi
Luaran penelitian ini adalah geologi yang menarik; 2) mempunyai luas
perencanaan program interpretasi berbasis yang cukup untuk menjamin kelestarian
konservasi mangrove dan artikel ilmiah fungsi potensi dan daya tarik untuk
untuk diterbitkan di Jurnal Eduturisma. dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
alam; 3) kondisi lingkungan di sekitarnya
TINJAUAN PUSTAKA mendukung upaya pengembangan
Taman Wisata Alam pariwisata alam. Jadi, berdasarkan
definisinya maka taman wisata alam dapat
Dalam PP Nomor 36 Tahun 2010 yang dimanfaatkan untuk keperluan : 1)
dimaksud dengan wisata alam adalah pariwisata alam dan rekreasi; 2) penelitian
kegiatan perjalanan atau sebagian dari dan pengembangan; 3) pendidikan; dan 4)
kegiatan tersebut yang dilakukan secara kegiatan penunjang budidaya.
sukarela serta bersifat sementara untuk Sesuai dengan fungsinya, taman
menikmati gejala keunikan dan keindahan wisata alam dapat dimanfaatkan untuk: 1)
alam di kawasan suaka margasatwa, taman pariwisata alam dan rekreasi; 2) penelitian
nasional, taman hutan raya, dan taman dan pengembangan; 3) pendidikan
wisata alam. Salah satu tujuan wisata alam (kegiatan pendidikan dapat berupa karya
wisata, widya wisata, dan pemanfaatan terkait serta lokasi pembelajaran yang ada
hasil-hasil penelitian serta peragaan doku- di alam terbuka akan lebih mengena.
mentasi tentang potensi kawasan wisata Konservasi adalah bentuk pengelolaan
alam tersebut; 4) kegiatan penunjang sumber daya alam dan lingkungan yang
budaya. Tetapi semua kegiatan bertanggungjawab, berkelanjutan, dan
pengunjung di TWA tetap harus berkeseimbangan (Zuhud, 2011). Tujuan
memperhatikan koridor pelestarian alam dari konservasi yaitu terpeliharanya proses
karena TWA merupakan bagian dari ekologis yang menunjang kelangsungan
kawasan konservasi. Untuk itu, kegiatan kehidupan untuk meningkatkan
pengunjung tidak boleh menyebabkan kesejahteraan masyarakat dan mutu
perubahan pada fungsi TWA sesuai kehidupan manusia. Kegiatan konservasi
undang-undang, yaitu: 1) berburu, meliputi tiga hal, yaitu perlindungan
menebang pohon, mengangkut kayu dan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
satwa atau bagian-bagiannya di dalam dan jenis tumbuhan dan satwa, serta
ke luar kawasan, serta memusnahkan pemanfaatan secara lestari sumber daya
sumber daya alam di dalam kawasan; 2) alam hayati dan ekosistemnya
melakukan kegiatan usaha yang (Departemen Kehutanan 1990).
menimbulkan pencemaran kawasan; 3) Crohn dan Birnbaum (2010)
melakukan kegiatan usaha yang tidak menyebutkan bahwa pendidikan tentang
sesuai dengan rencana pengelolaan dan lingkungan lebih sering dilakukan dalam
atau rencana pengusahaan yang telah bentuk non-formal, yang
mendapat persetujuan dari pejabat yang mengimplikasikan bahwa sebagian besar
berwenang. kegiatan pembelajaran dilakukan di luar
dinding sekolah. Pendidikan konservasi
Pendidikan Konservasi Mangrove
merupakan suatu cara atau proses kegiatan
Konservasi alam merupakan tanggung dalam memberikan informasi dan
jawab semua pihak. Agar makna penyadaran masyarakat terhadap
konservasi lebih mengena secara konservasi sumber daya alam hayati dan
mendalam dan tepat sasaran maka perlu ekosistemnya (Ditjen PJLWA, 2007).
diberikan pemahaman sejak dini, terutama Dikatakan juga bahwa pendidikan
kepada anak-anak. Semakin dekat konservasi bertujuan untuk meningkatkan
hubungan anak dengan alam, maka pengetahuan dan peran serta masyarakat di
kemungkinan anak tersebut tumbuh bidang konservasi sumber daya alam
menjadi orang dewasa yang memahami hayati dan ekosistemnya. Dari pengertian
dan memperhatikan kelestarian alam lebih tersebut maka dapat dikatakan bahwa
besar. Bentuk pendidikan tentang alam pendidikan konservasi memiliki tujuan
bagi anak tidak cukup hanya di sekolah, yaitu:
ataupun hanya melalui membaca atau 1. Menumbuhkan kesadaran dan
mendengar. Anak-anak butuh belajar sensitivitas terhadap lingkungan dan
tentang alam melalui koneksi langsung permasalahannya.
dengan alam. Untuk memahami mengenai 2. Memberikan pengetahuan dasar
berbagai upaya konservasi atau pelestarian mengenai fungsi lingkungan dan
alam, pemanfaatan sumber daya alam
4 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
bagaimana cara berinteraksi dengan Tingkat kerusakan ekosistem
lingkungan. mangrove dunia, termasuk Indonesia,
3. Mengembangkan sikap berupa kepedu- sangat cepat dan dramatis. Ancaman
lian terhadap lingkungan dan utama kelestarian ekosistem mangrove
komitmen untuk berpartisipasi secara adalah kegiatan manusia, seperti
aktif dalam perlindungan lingkungan. pembuatan tambak (ikan dan garam),
4. Memiliki dan mempraktikkan penebangan hutan, dan pencemaran
ketrampilan dalam berkontribusi untuk lingkungan. Di samping itu terdapat pula
memecahkan masalah-masalah ancaman lain seperti reklamasi dan
lingkungan. sedimentasi, pertambangan dan sebab-
5. Berpartisipasi aktif pada semua sebab alam seperti badai (Setyawan dan
tahapan pemecahan masalah Winarno, 2006).
lingkungan. Ruang lingkup konservasi hutan
Mangrove merupakan salah satu mangrove meliputi usaha perlindungan,
ekosistem langka dan khas di dunia, pelestarian alam dalam bentuk penyisihan
karena luasnya hanya 2% permukaan bumi areal sebagai kawasan suaka alam baik
(Setyawan dan Winarno, 2006). untuk perairan laut, pesisir dan hutan
Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, mangrove (Tri, 2009). Tujuan konservasi
sosial-ekonomi, dan sosial-budaya yang hutan mangrove adalah sebagai berikut: 1)
sangat penting. Fungsi ekologi hutan melestarikan vegetasi dengan habitat
mangrove meliputi tempat sekuestrasi hutan mangrove dengan tipe - tipe
karbon, remediasi bahan pencemar, ekosistem; 2) melindungi jenis – jenis
menjaga stabilitas pantai dari abrasi, biota dengan habitatnya yang terancam
intrusi air laut, dan gelombang badai, punah; 3) mengelola areal bagi pembiakan
menjaga kealamian habitat, menjadi jenis – jenis biota yang bernilai ekonomi;
tempat bersarang, pemijahan dan 4) melindungi unsur – unsur yang
pembesaran berbagai jenis ikan, udang, mempunyai nilai sejarah dan budaya; 5)
kerang, burung dan fauna lain, serta mengelola areal yang bernilai estetis dan
pembentuk daratan. Fungsi sosial- memanfaatkan areal tersebut bagi usaha
ekonomi hutan mangrove meliputi kayu rekreasi, turisme, pendidikan, penelitian
bangunan, kayu bakar, kayu lapis, bubur dan lain –lain (Tri, 2009).
kertas, tiang telepon, tiang pancang, bagan
Program Interpretasi Wisata Alam
penangkap ikan, dermaga, bantalan kereta
api, kayu untuk mebel dan kerajinan 1. Program Interpretasi
tangan, atap huma, tannin, bahan obat, Terminologi interpretasi diadopsi oleh
gula, alkohol, asam asetat, protein hewani, layanan taman nasional di Amerika
madu, karbohidrat, dan bahan pewarna, Serikat di akhir tahun 1930-an sebagai
serta memiliki fungsi sosial-budaya upaya untuk pendidikan lingkungan.
sebagai areal konservasi, pendidikan, Tujuan interpretasi adalah untuk
ekoturisme dan identitas budaya. menstimulasi pembaca dan pendengar
Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, yang ingin memperluas horizon minat dan
sosial-ekonomi, dan sosia-budaya yang pengetahuannya, dan untuk mendapatkan
sangat penting. pemahaman yang ada pada setiap
pernyataan fakta. Interpretasi yang didi- suasana yang santai (Ham, 1992). Program
sain dan disampaikan dengan baik selama membantu pengunjung untuk
kegiatan ekowisata dapat meningkatkan menyelaraskan kebutuhan rekreasi dan
pengetahuan dari pengunjung di kawasan ekspektasi akan sumber daya yang ada
konservasi, perilaku yang mendukung isu- sekaligus memberi dampak terhadap
isu pengelolaan sumber daya alam, serta tingkah laku pengunjung secara langsung.
mendukung upaya pelestarian alam Interpretasi dapat dilakukan dengan
(Bramwell, Lane, & Hall, 1996). Ketika berbagai teknik interpretasi. Veverka
pengunjung datang ke kawasan, mereka (1998) mengklasifikasikan teknik
dapat berinteraksi dengan komponen interpretasi menjadi beberapa jenis.
interpretasi yang meliputi: 1) orang. Teknik interpretasi tidak selalu berupa
Personil interpretasi dapat terdiri atas guided tour, namun dapat berupa ucapan,
perwakilan setempat, pemandu wisata, musik pengiring kedatangan pengunjung,
operator wisata, penjaga keamanan, pola-pola ubin, penataan ruangan hingga
maupun jagawana; 2) media. Meliputi hal-hal yang meningkatkan ketertarikan
peralatan interaktif, grafik, suara, aroma, pengunjung serta menciptakan ikatan
pameran (interaktif maupun statis); 3) (bonding) antara pengunjung dengan
obyek. Berupa bangunan, fauna, tanaman, kawasan wisata.
bebatuan, model, property dan Sharpe (1982) menyampaikan
sebagainya; 4) peralatan memandu interpretasi terdiri dari dua teknik yaitu: 1)
mandiri (self-guiding tools). Berupa peta, teknik langsung (attended service), dan 2)
buku panduan, komputer interaktif, sistem teknik secara tidak langsung (unattended
informasi geografi (SIG) (Cave dan service).
Jolliffe, 2012). 1. Teknik langsung (attended service)
Kegiatan interpretasi yang baik adlah yaitu kegiatan interpretasi yang
yang disusun secara terstruktur dalam melibatkan langsung antara interpreter
bentuk program interpretasi. Program dan pengunjung dengan obyek
interpretasi merupakan pengetahuan dari interpretasi yang ada sehingga
seluruh usaha interpretasi, yaitu mencakup pengunjung dapat secara langsung
personil, fasilitas, dan seluruh kegiatan melihat, mendengar atau bila mungkin
interpretasi, kelembagaan serta tempat mencium, meraba dan merasakan
wisata tersebut (Sharpe, 1982). Program obyek-obyek intrepretasi yang
interpretasi merupakan suatu pola dipergunakan. Tahap-tahap
pelaksanaan interpretasi menurut waktu pelaksanaan sebagai berikut: 1)
dan skenario cerita tertentu pula (Ditjen Pengunjung akan mendapatkan
PHPA, 1988). Skenario cerita interpretasi informasi tentang obyek yang akan
adalah garis-garis besar cerita yang dikunjungi; 2) Rencana kegiatan
mencakup materi interpretasi sebagai pelaksanaan program akan dijelaskan
bahan yang digunakan untuk menyusun pada suatu sentra pengunjung, jadi
suatu program interpretasi dan menjadi isi pengunjung sudah lebih dulu
dan maksud dari program interpretasi mengetahui program interpretasi yang
tersebut. Program interpretasi yang dipilih dan garis besar rencana
disusun haruslah informal dan dalam perjalanannya, 3) penyampaian uraian-
6 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
uraian, dilakukan oleh interpreter pada b. Ringkasan tujuan program interpretasi
saat melaksanakan program inter- c. Menentukan faktor-faktor yang
pretasinya. mempengaruhi:
2. Teknik secara tidak langsung - Keadaan lingkungan
(unattended service) yaitu kegiatan • cuaca dan iklim
interpretasi yang dilaksanakan dengan • lokasi
menggunakan alat bantu dalam • letak geografis
memperkenalkan obyek interpretasi. • sejarah alam (geologi, biologi dan
Interpretasi disajikan dalam suatu ekologi)
program slide, video, film, ataupun • nilai sejarah
rangkaian gambar-gambar. Program ini • nilai arkeologi
biasanya diselenggarakan terutama • nilai-nilai tertentu
untuk kawasan yang sangat luas - Pengunjung
sehingga tidak semua potensi alam • asal
mudah dinikmati atau didatangi • tingkat ekonomi
(daerahnya rawan, satwa liar masih • latar belakang: umum, peneliti
banyak) sehingga walaupun tidak dapat • pola kunjungan
mengunjungi semua lokasi tetapi • aktivitas yang dilakukan
pengunjung dapat mengetahui dan - Pusat pengunjung
menikmati kekayaan alam yang ada di • catatan tentang apa isinya dan
kawasan tersebut. Program interpretasi bagaimana cara membangun
secara tidak langsung ini juga harus sesuai fungsinya.
dibuat menarik dan dapat mewakili • fungsi berbagai ruangan:
potensi alam yang ada di tempat o lobi dan isinya
tersebut. o ruang pameran
Kedua teknik di atas sebenarnya tidak o ruang audio visual
dapat dipisahkan begitu saja karena o perpustakaan
biasanya pengunjung yang datang ke suatu o ruang kerja dan ruang
kawasan yang mempunyai potensi besar penyimpanan
dan luas ingin melihat dulu secara o lain-lain.
keseluruhan potensi alam yang ada - Tempat pemberhentian
ditempat-tempat tersebut, baru setelah itu • Catatan tentang tempat dan
melihat salah satu atau beberapa program kenyamanan
interpretasi yang ditawarkan. o Tanda-tanda interpretasi
Grater (1976) mengusulkan supaya o Pelayanan personal
sebelum menyusun perencanaan o Meja informasi untuk pusat
interpretasi disusun dulu suatu prospektus pengunjung dan museum
yang merupakan ringkasan atau studi o Sarana untuk jalan kaki, dst.
dasar. Garis besar prospektus adalah - Pendukung/sarana interpretasi
sebagai berikut: • Keadaan sekarang
a. Tinjauan umum tentang lokasi yang o pusat pengunjung
akan diinterpretasikan, untuk membuat o tempat pemberhentian
ruang lingkup perencanaannya. o tanda-tanda interpretasi
o peralatan pelayanan sendiri k. Sungai
(selfguiding devices) l. Pantai, laut dan kehidupan bawah laut
o pelayanan personal Sementara itu, yang termasuk sebagai
▪ jalan kaki, mendaki dan sumber daya sejarah dan budaya yaitu:
wisata a. Situs dan benda peninggalan budaya
▪ on site assignment b. Situs sejarah
▪ off site assignment c. Pemukiman dan kehidupan penduduk
▪ demonstrasi asli
▪ panggung terbuka atau pro- d. Sejarah kawasan
gram api unggun e. Sejarah atau mitos yang ada di
- fasilitas audio visual masyarakat
- publikasi untuk pengunjung Berkmuller (1981) menyampaikan kriteria
- perpustakaan jalur interpretasi yang baik, yaitu:
- taman koleksi a. Menuju ke obyek yang spektakuler
Sebagi bagian dari program b. Jalur aman (tidak licin, curam,
interpretasi, perlu dibuatkan jalur tergenang ataupun berlumpur)
interpretasi. Jalur interpretasi merupakan c. Dilengkapi rambu-rambu (petunjuk
suatu rute yang dibuat untuk mengarahkan arah dan papan interpretasi) yang jelas
pengunjung ke obyek-obyek interpretasi d. Jalur tidak lurus, dan tidak berjauhan
yang dapat dijelaskan kepada pengunjung dengan jalur lain
baik oleh pemandu maupun dengan tanda e. Jalur tidak melalui komunitas
interpretasi (Douglas, 1982). Obyek tumbuhan yang rapuh atau habitat
interpretasi sendiri merupakan segala satwa liar yang mudah terganggu
sesuatu yang ada di dalam kawasan yang f. Panjang jalur yang baik ditentukan oleh
dapat digunakan sebagai bahan utama lamanya waktu berjalan kaki.
dalam menyampaikan interpretasi Disarankan lama waktu tempuh
(Muntasib et. al., 2014). Dijelaskan juga berjalan kaki antara 45 menit s.d. 1 jam,
bahwa secara garis besar obyek dan tergantung pada kondisi lapangan
interpretasi terbagi dalam dua kategori serta kondisi pengunjung yang
yaitu: 1) potensi sumber daya alam, dan 2) berjalan.
potensi sejarah dan budaya. Yang g. Jalur umumnya dirancang untuk
termasuk dalam potensi sumber daya alam berbagai sarana transportasi, tetapi
yaitu: diutamakan untuk berjalan kaki.
a. Flora
METODOLOGI PENELITIAN
b. Fauna
c. Tipe ekosistem yang khas Metode Penelitian
d. Tanah dan geologi Penelitian ini dilakukan menggunakan
e. Kawah gunung metode penelitian deskriptif, yaitu
f. Goa pencarian fakta dengan interpretasi yang
g. Air terjun tepat serta bertujuan untuk membuat
h. Danau gambaran secara sistematis, faktual dan
i. Pemandangan alam akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
j. Habitat fauna yang khas dan fenomena yang diselidiki (Nazir,
8 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
1999) dengan pendekatan perencanaan Teknik Pengumpulan Data
program interpretasi menurut Sharpe
1. Wawancara
(1982). Penelitian ini dilakukan dengan
Wawancara dilakukan secara
melalui tahapan penelitian sebagai
terstruktur dengan mengajukan beberapa
berikut:
pertanyaan yang telah disusun
1. Tahap awal, meliputi studi
sebelumnya, kepada pihak pengelola
pendahuluan dan studi pustaka,
TWA dan pengunjung. Wawancara
pemilihan lokasi, penyusunan usulan
kepada pengelola dilakukan dengan
penelitian;
menggunakan panduan wawancara yang
2. Tahap pelaksanaan penelitian, yang
berisi daftar pertanyaan dengan topik
meliputi kegiatan penyusunan
mengenai visi misi TWA, dan program
instrumen penelitian, pengumpulan
pendidikan konservasi yang sudah ada.
data dan pengolahan dan analisis data
Dalam penelitian ini, responden dipilih
3. Tahap akhir, meliputi sintesa dan
secara acak
pembuatan program, serta penulisan
Wawancara dengan pengunjung
laporan akhir.
dilakukan dengan memilih responden
Tempat dan Waktu Penelitian yang dapat diajak berkomunikasi dengan
baik serta memberikan informasi yang
Penelitian dilakukan di TWA
diperlukan sesuai dengan tujuan
Mangrove Angke Kapuk Jakarta Utara,
perencanaan program interpretasi.
dimulai pada bulan Desember 2018.
Wawancara kepada responden dilakukan
Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara
dengan menggunakan panduan
purposive (sengaja) karena merupakan
wawancara yang berisi daftar pertanyaan
kawasan yang memiliki fasilitas dan
dengan topik yang sesuai pada prokpektus
sumber daya yang sesuai untuk kegiatan
interpretasi yaitu asal, tingkat ekonomi,
wisata pendidikan konservasi. Selain itu,
latar belakang (umum, peneliti), pola
TWA Mangrove Angke Kapuk
kunjungan, aktivitas yang dilakukan, serta
merupakan bagian dari kawasan pesisir
dilengkapi pertanyaan mendasar seputar
dengan hutan mangrove di Jakarta. Akses
motivasi pengunjung datang, pemahaman
menuju lokasi sangat mudah dicapai dari
pengunjung mengenai mangrove dan
berbagai penjuru kota.
pentingnya upaya pelestarian mangrove.
Variabel Penelitian 2. Observasi
Variabel menurut Sugiyono dalam Observasi dilakukan untuk
Widoyoko (2012) adalah suatu atribut atau mengetahui kondisi riil kawasan. Kegiatan
sifat atau nilai dari orang, obyek atau observasi dilakukan dengan menggunakan
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu panduan observasi. Obyek yang
yang ditetapkan oleh peneliti untuk diobservasi sesuai dengan komponen yang
dipelajari dan kemudian ditarik ada di prospektus.
kesimpulannya. Variabel pada penelitian 3. Studi Pustaka
ini adalah program interpretasi wisata Telaah pustaka dan dokumen
alam dilakukan untuk memperoleh gambaran
awal mengenai kondisi kawasan TWA
Mangrove Angke Kapuk. Metode ini juga
digunakan untuk mengidentifikasi jumlah usia pengunjung. Sumber daya alami
responden yang menjadi sasaran meliputi flora dan fauna yang dapat
penelitian. dijadikan sebagai bahan perencanaan
program wisata pendidikan konservasi.
Analisa Data
2. Analisa Pengunjung
Data yang telah dikumpulkan akan di- Analisa data karakteristik pengunjung
analisis secara deskriptif dengan menjadi bahan untuk menyusun rencana
pengelompokan dan tabulasi data. Data program interpretasi yang tepat sesuai
berupa karakteristik pengunjung, jenis dengan kebutuhan dan karakteristik
mangrove dan keanekaragaman hayati lain pengunjung yang datang ke TWA.
yang ada, program wisata di TWA, peran Kemudian dibuat menjadi beberapa
dan kontribusi pengelola terhadap program interpretasi yang disesuaikan
konservasi mangrove, serta aspek dengan durasi waktu dan karakteristik
pemahaman pengunjung mengenai pengunjung. Selain itu juga dilakukan
mangrove. pengoptimalan lokasi dengan
1. Analisa Kawasan pengembangan fasilitas yang ada berupa
Analisa kawasan dilakukan pembuatan papan interpretasi pada
berdasarkan hasil observasi dan tinjauan beberapa lokasi yang dapat menarik
umum tentang kawasan yang akan perhatian pengunjung untuk mengenal
diinterpretasikan, untuk membuat ruang lebih jauh mengenai karakteristik
lingkup perencanaannya. Potensi sumber tumbuhan mangrove.
daya alam yang diobservasi yaitu: Hasil analisa ini berguna untuk
a. Flora memberikan gambaran mengenai
b. Fauna pengetahuan dan pemahaman, sikap,
c. Tipe ekosistem yang khas perilaku dan kesukaan yang bersangkutan
d. Tanah dan geologi tentang konservasi mangrove sehingga
e. Pemandangan alam dapat menjadi masukan dalam
f. Habitat fauna yang khas perencanaan program wisata pendidikan
g. Pantai konservasi. Hasil analisa akan digunakan
Potensi sumber daya yang ada untuk membuat sintesa dan menarik
nantinya akan dikelompokkan kesimpulan. Hasil analisa data akan
berdasarkan jalurnya, manfaat dan dikembangkan menjadi perencanaan
kegunaan, peran serta informasi penting program interpretasi sesuai tahapan
lainnya yang disesuaikan dengan kategori Sharpe (1982), yaitu:
10 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
Gambar 1. Tahapan analisa data (Sharpe, 1982)
12 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
tahun 2006 dan diresmikan oleh Menteri Hutan bakau yang berada di pesisir ini
Kehutanan RI pada tanggal 25 Januari memberikan manfaat yang besar bagi DKI
2010. Jakarta, karena sesuai fungsinya bakau
melindungi garis pantai dari abrasi atau
pengikisan. Bakau merupakan tanaman
yang termasuk dalam famili rhi-
zophoraceae.
Kegiatan yang dapat dilakukan
wisatawan di kawasan ini meliputi: 1)
rekreasi alam, menikmati pemandangan
hutan bakau sambil berjalan menyusuri
kawasan melalui jembatan kayu yang ada;
2) menjelajah hutan bakau dengan
menyewa perahu motor atau perahu
dayung; 3) mengawasi kehidupan satwa
liar (wildlife watching dan bird watching),
di kawasan TWA terdapat hewan liar
seperti biawak, burung, kelinci dan
Gambar 2 Papan Nama Kawasan monyet; 4) ikut serta dalam kegiatan
Potensi Sumber Daya Alam konservasi bakau melalui penanaman
bakau. Untuk ikut menanam bakau, biaya
Daya tarik utama kawasan ini adalah yang dikenakan sebesar Rp. 150.000 per
hutan bakau atau lebih populer dengan orang; serta 5) kegiatan outbond.
istilah dalam bahasa Inggris, mangrove.
14 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
Tujuan dan Sasaran Program
Interpretasi
Interpretasi merupakan aktivitas
pendidikan yang bertujuan untuk
mengungkap arti dan hubungan melalui
penggunaan obyek aslinya, serta
pengalaman langsung, dan melalui media
ilustrasi, bukan dengan sekadar
mengkomunikasikan informasi faktual
(Tilden, 1977). Dari definisi tersebut maka
tujuan dan sasaran perencanaan
interpretasi di TWA Mangrove Angke
Kapuk dijabarkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan penghargaan
(apresiasi) masyarakat (pengunjung)
mengenai mangrove. Gambar 4 Salah satu upaya meningkatkan
a. Menjadi pusat informasi dan kesadaran pengunjung
konservasi mangrove di Jakarta. Tujuan ini meliputi aktifitas
b. Mewujudkan pendekatan yang pendidikan lingkungan melalui
seimbang antara sumber daya alam penggalian dan penyampaian informasi
(mangrove) dan budaya (Jakarta). mengenai sumber daya mangrove melalui
c. Mengembangkan komunikasi dua program interpretasi. Dengan
arah antara pengunjung dan TWA memperhatikan pelaksanaan interpretasi
Mangrove Angke Kapuk. yang autentik, relevan dan eksklusif bagi
2. Mencapai kelestarian sumber daya pengunjung, agar memperoleh makna dan
mangrove, serta keberlanjutan usaha nilai dari sumber daya mangrove dan
TWA Mangrove Angke Kapuk. menciptakan kepedulian (awareness)
a. Terwujudnya kelestarian sumber yang tinggi terhadap mangrove. Dari
daya alam mangrove. tujuan tersebut, interpretasi diharapkan
b. Terwujudnya relevansi sosial dapat mencapai tujuan yang menjamin
melalui pemberdayaan masyarakat keseimbangan antara kelestarian sumber
sekitar dan kerjasama kemitraan. daya dan keberlanjutan usaha bagi pihak
c. Terwujudnya program rutin dengan pengelola. Sesuai dengan teori yang
lembaga pendidikan dan pihak dikemukakan oleh Veverka (1994), bahwa
lainnya. objectives are specific and measurable
d. Mewujudkan TWA Mangrove steps that outline actions to achieve goals.
Angke Kapuk sebagai model Tujuan, sasaran dan strategi perencanaan
interpretasi yang ideal, asli, khas interpretasi berbasis konservasi mangrove
dan relevan bagi semua pengunjung. di TWA Mangrove Angke Kapuk
dikembangkan berdasarkan rencana
interpretasi yang merupakan hasil sintesis
dari inventarisasi dan analisis data kawasan sehingga tertarik untuk
penelitian. Strategi yang dikembangkan melakukan kunjungan kembali secara
ini diharapkan juga dapat menarik rutin.
pengunjung baik pengunjung baru mau-
pun pengunjung yang pernah datang ke
16 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
kegiatan konservasi
mangrove
• Meningkatnya
kepedulian publik
terhadap konservasi
sumber daya mangrove
18 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
keberlanjutan TWA Mangrove Angke Dengan tema-tema ini diharapkan
Kapuk. Tema-tema tersebut merupakan mampu menginspirasi, menggugah
pernyataan ide penting yang mengatur kesadaran, kepedulian dan penghargaan
pesan-pesan yang akan disampaikan pengunjung terhadap obyek interpretasi.
kepada pengunjung. Pesan yang Beberapa materi interpretasi dari masing-
diturunkan dari tema-tema interpretasi masing tema dideskripsikan pada tabel di
merupakan materi yang berupa informasi bawah ini.
yang akan disampaikan kepada
pengunjung.
Tabel 6 Obyek, Tema dan Materi Interpretasi
No. Obyek Tema Pesan/ Materi
1. Sumber daya Bioekologi mangrove • Klasifikasi, morfologi serta
mangrove menjadi dasar konservasi anatomi mangrove
sumber daya mangrove • Habitat dan penyebaran mangrove
• Pengenalan jenis-jenis mangrove
• Memahami siklus hidup mangrove
• Manfaat mangrove
Tema Pendukung :
1.Karakteristik mangrove
merupakan tulang punggung
(backbone) TWA
• Filosofi mangrove
• Karakteristik mangrove
• Sifat fisik dan mekanik
mangrove
• Jenis mangrove yang
tumbuh di pesisir Jakarta
2. Konservasi sumber daya
mangrove
• Prinsip pengelolaan
mangrove
• Arboretum mangrove di
TWA
• Pembibitan dan
penanaman mangrove di
TWA
20 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
dikembangkan antara lain: penyediaan pa- dari mangrove tersebut. Hal ini akan
pan interpretasi, leaflet, peta jalur memacu pengunjung untuk mengenali
interpretasi. dan mencari tahu lebih jauh mengenai
1. Pusat Informasi hal tersebut. Papan interpretasi
Ruang ini menjadi pusat bagi memuat materi yang terdiri dari 2 tema
pengunjung dalam memperoleh interpretasi yaitu: (1) Karakteristik
informasi mengenai obyek dan tema mangrove merupakan tulang punggung
interpretasi yang terdapat di TWA. (backbone) TWA, dan (2) Konservasi
Pusat informasi dilengkapi dengan peta sumber daya mangrove. Kedua tema
lokasi TWA, peta zona kegiatan, leaflet tersebut selanjutnya dijabarkan dalam
dan booklet mengenai sejarah TWA, bentuk pesan yang akan disampaikan
jenis mangrove yang ada di lokasi serta kepada pengunjung.
sebuah perpustakaan mini dimana
pengunjung dapat membaca beragam
pustaka mengenai mangrove. Selain itu
perlu ditunjukkan jenis mangrove yang
digunakan dalam membangun TWA
jaman dulu hingga masa kini, proses
produksi hingga upaya konservasi
mangrove.
3. Arboretum Mangrove
Arboretum mangrove di TWA
Gambar 9 Ruang depan yang ada berfungsi sebagai konservasi ex-situ
2. Papan Interpretasi yang bertujuan menjaga dan
Papan Interpretasi menjadi salah satu membudidayakan semua jenis
bagian yang menarik pengunjung untuk mangrove untuk memberikan
mengetahui lebih jauh suatu obyek. informasi pengetahuan dan pendidikan
Papan interpretasi yang akan dibuat bagi pengunjung.
antara lain adalah papan informasi dan 4. Media Publikasi
papan penunjuk arah. Papan informasi Media publikasi yang dikembangkan
yang akan dibuat tidak hanya berupa leaflet, brosur dan poster yang
menyebutkan nama dan nama latin dari memperkenalkan mangrove dan
suatu jenis mangrove namun akan fungsinya dengan bahasa yang mudah
ditambahkan dengan kegunaan dan asal dimengerti dan menarik perhatian
pengunjung. Brosur dan leaflet akan DAFTAR PUSTAKA
tersedia di tempat-tempat strategis
Bramwell, B., Lane, B., & Hall, C. M.
seperti saung-saung hingga di mushola.
(1996). Journal of Sustainable
Poster mengenai mangrove juga akan
Tourism. Journal of Travel Research,
ditempatkan di ruang souvenir.
35(2), 28–28.
SIMPULAN DAN SARAN https://doi.org/10.1177/
Simpulan 004728759603500205
Cave, J. and L. Jolliffe (2012) Visitor
Perencanaan program interpretasi Interpretation. Tourism: The Key
yang dibuat di TWA merupakan program Concepts Robinson, P. (Ed.) London:
interpretasi berbasis konservasi mangrove. Routledge. pp 273-275
Program interpretasi ini diarahkan untuk Crohn K, Birnbaum M. 2010.
meningkatkan apresiasi pengunjung Environmental Education Evaluation
terhadap konservasi dan keberadaan : Time To Reflect, Time For Change.
mangrove. Perlu adanya integrasi Evaluation and Program Planning
perencanaan interpretasi wisata 33:155-158.
konservasi mangrove ke dalam rencana Direktorat Jenderal Pemanfaatan Jasa
pengelolaan TWA sehingga dapat Lingkungan dan Wisata Alam. 2017.
mengoptimalkan pengenalan mangrove. Pedoman Pendidikan Konservasi
Saat ini di TWA belum terdapat program Sumberdaya Alam Hayati dan
interpretasi yang terstruktur sehingga Ekosistemnya. Bogor: Dephut.
perencanaan program interpretasi di TWA Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dibuat berdasarkan kebutuhan dan potensi dan Pelestarian Alam. 1988. Pedoman
yang ada, meliputi: program interpretasi, Interpretasi Taman Nasional.
obyek, tema dan materi interpretasi, teknik Ham, S.H. 1992. Environmental
interpretasi, dan rencana pengembangan Interpretation :A Practical guide for
fasilitas. People with Big Ideas and Small
Budgets. Fulcrum Publishing Golden,
Saran
Colorado.
Perencanaan interpretasi di TWA Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian
merupakan interpretasi yang berbasis pada Deskriptif Kualitatif. Gaung Persada
konservasi mangrove. Salah satu bentuk Press Group, Jakarta.
konservasi mangrove dengan upaya Muntasib et. al. 2014. Rekreasi Alam dan
budidaya mangrove khususnya jenis Ekowisata. Penerbit IPB Press.
mangrove untuk kawasan pesisir Jakarta. Setyawan, Ahmad Dwi. Winarno,
Sebagai pengelola, pihak TWA perlu Kusumo. 2006. Pemanfaatan
mengintegrasikan perencanaan Langsung Ekosistem Mangrove di
interpretasi wisata konservasi mangrove Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan
kedalam rencana pengelolaan TWA di Sekotarnya: Kerusakan dan Upaya
sekaligus mendukung pemberdayaan Restorasinya. Biodiversitas Volume 7
stakeholder dalam pelaksanaan Nomor 3.
perencanaan interpretasi wisata
konservasi mangrove.
22 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
Sharpe, G.W. 1982. Interpreting the Mendukung Kedaulatan Pangan dan
Environment (2nd edition). John Obat Keluarga (POGA) Indonesia
Willey &Sons, Inc. dalam Menghadapi Ancaman Krisis
Tri, W. (2009). Konservasi Hutan Baru Ekonomi Dunia di Era
Mangrove Sebagai Wisata Globalisasi. Orasi Ilmiah Guru Besar
Pendidikan. Envirotek : Jurnal Ilmiah dalam rangka Dies Natalis IPB ke -
Teknik Lingkungan, 1, 15–25. 48. IPB Press. Bogor. Indonesia
Veverka, J.A. 1994. Interpretive Master
Planning: For parks, historic sites, Peraturan dan Undang-Undang
forests, zoos, and related tourism Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
sites, for self-guided interpretive 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
services, for interpretive exhibits, for Pengembangan Ekowisata di Daerah
guided programs/tours. Falcon Press. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun
Wijayanti, Tri. 2009. Konservasi Hutan 2015 tentang Perubahan Atas
Mangrove Sebagai Wisata Peraturan Pemerintah Nomor 28
Pendidikan. Jurnal Ilmiah Teknik Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
www.jakartamangrove.id Pelestarian Alam
Zuhud, E.A.M. 2011. Pengembangan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
Desa Konservasi Hutan tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Keanekaragaman Hayati untuk Hayati dan Ekosistemnya.