Anda di halaman 1dari 23

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI WISATA ALAM

BERBASIS KONSERVASI MANGROVE DI TAMAN WISATA ALAM


MANGROVE ANGKE KAPUK JAKARTA
1
Lenny Yusrini, 2Nova Eviana
Prodi Usaha Perjalanan Wisata, AKPINDO Jakarta
1
lenny@akpindo.ac.id,2emanova_jenk@yahoo.co.id

Abstract
One of the efforts to develop tourists’ understanding in maintaining sustainability at the
natural tourist attractions is through nature conservation education. It can be achieved in
the form of nature tourism interpretation program. This study aims to create and develop
an interpretation planning program for visitors based on mangrove conservation to
support sustainability of the Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk Jakarta.
TWA Mangrove Angke Kapuk Jakarta as one of the nature attractions does not have and
has not developed an interpretation program for visitors. This study is a descriptive
qualitative study using interview and observation methods to collect data based on
Sharpe’s (1982) interpretation planning analysis. The result is the interpretation planning,
they are: (1) the objects, themes, and interpretation materials; (2) the purpose and target
of interpretation; (3) interpretation program; (4) interpretation techniques; and (5)
facilities development planning.

Keywords: sustainability, interpretation program planning, mangrove conservation,


conservation education

PENDAHULUAN dari yang sebelumnya diperkirakan seluas


4,2 juta hektar. Karena pengelolaan yang
Latar Belakang
kurang tepat terjadi deforestasi sehingga
Mangrove merupakan salah satu dari tahun 1980 hingga 2005 laju
ekosistem langka dan khas di dunia, deforestasi mangrove Indonesia mencapai
karena luasnya hanya 2% permukaan 52.000 ha/tahun (Tampubolon, 2017).
bumi. Luas keseluruhan hutan mangrove DKI Jakarta sebagai provinsi yang
di dunia mencapai 81.500 km2 yang bagian utaranya merupakan kawasan
tersebar di 105 negara tropis dan subtropis. pesisir memiliki area hutan mangrove
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih luas. Salah satu wilayah di
yang memiliki hutan mangrove terbesar. Jakarta yang memiliki hutan mangrove
Luas ekosistem mangrove di Indonesia adalah Kecamatan Penjaringan Jakarta
mencapai 20% dari luas mangrove di Utara. Di sepanjang wilayah pesisir
dunia dan 75% dari total mangrove di Asia Kecamatan Penjaringan, kawasan hutan
Tenggara yang menjadikan kawasan mangrove terbagi menjadi tiga wilayah
ekosistem mangrove di Indonesia terluas pemanfaatan, yaitu 1) Suaka Margasatwa
di dunia (Tampubolon, 2017). Luas Muara Angke, 2) Hutan Lindung Angke-
mangrove Indonesia saat ini 3,2 juta hektar Kapuk (HLAK), yang merupakan satu-
satunya hutan lindung dan salah satu ka- Sesuai dengan status kawasan, maka
wasan konservasi formal yang ada di kegiatan wisata yang sesuai dengan TWA
wilayah daratan DKI Jakarta dengan luas Mangrove Angke Kapuk adalah
kawasan 44,76 ha, dan 3) Taman Wisata ekowisata. Ekowisata adalah kegiatan
Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk. wisata alam di daerah yang bertanggung
Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua jawab dengan memperhatikan unsur
hutan mangrove di wilayah ini pendidikan, pemahaman, dan dukungan
dimanfaatkan sesuai dengan fungsi terhadap usaha-usaha konservasi sumber
dasarnya yaitu sebagai pelindung pantai daya alam, serta peningkatan pendapatan
dari abrasi dan sebagai pengendali banjir masyarakat lokal (Permendagri Nomor 33
ketika air laut pasang. Mangrove di Tahun 2009). Hal ini menyebabkan
kawasan ini juga dimanfaatkan untuk aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung
kepentingan pariwisata. di kawasan ini harus mendukung prinsip-
TWA Mangrove Angke Kapuk prinsip ekowisata dan pelestarian alam.
menjadi salah satu tujuan kunjungan Yusrini (2018) menyebutkan bahwa
wisatawan yang menyajikan suasana alam walaupun perilaku pengunjung TWA
pesisir pantai. Kendati begitu, kegiatan Angke Kapuk menunjukkan sikap sangat
wisata di kawasan ini tidak dapat positif dalam mendukung keberlanjutan
meninggalkan prinsip-prinsip TWA, pembelajaran mengenai upaya
keberlanjutan (sustainability) karena konservasi mangrove belum menjadi
sebagai sebuah taman wisata alam, berarti tujuan utama kunjungan. Kedatangan
bahwa TWA Mangrove Angke Kapuk pengunjung ke TWA masih dengan alasan
merupakan bagian dari kawasan wisata massal, seperti rekreasi, berpiknik
pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk dan berfoto. Dengan bentuk aktivitas
kegiatan pariwisata. Kawasan pelestarian seperti ini maka tujuan yang ingin dicapai
alam sendiri menurut PP Nomor 108 melalui kegiatan ekowisata belum
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas tercapai. Salah satu penyebabnya adalah di
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun kawasan ini belum terdapat program
2011 Tentang Pengelolaan Kawasan interpretasi wisata alam yang terstruktur
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian bagi pengunjung, terutama yang terkait
Alam adalah kawasan dengan ciri khas dengan mangrove sehingga sisi
tertentu, baik di daratan maupun di pendidikan konservasi belum tersentuh.
perairan yang mempunyai fungsi pokok Penjelasan dari sisi konservasi diberikan
perlindungan sistem penyangga secara insidental dan hanya bagi
kehidupan, pengawetan keanekaragaman pengunjung yang meminta, tetapi hal ini
jenis tumbuhan dan satwa, serta sangat jarang. Untuk itu, agar interpretasi
pemanfaatan secara lestari Sumber Daya wisata alam di TWA Mangrove Angke
Alam Hayati dan ekosistemnya. Sesuai Kapuk dapat berjalan dengan baik dan
dengan hal tersebut maka pemanfaatan pesannya sampai kepada pengunjung
kawasan TWA Mangrove Angke Kapuk maka perlu disusun program interpretasi
sebagai daya tarik wisata tidak boleh wisata alam berbasis konservasi mangrove
keluar dari rambu-rambu kawasan di kawasan ini.
pelestarian alam.

2 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
Permasalahan adalah taman wisata alam (TWA), yang
merupakan kawasan pelestarian alam
Interpretasi merupakan jembatan un-
dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan
tuk menyampaikan keistimewaan
bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi
mangrove kepada pengunjung.
alam (Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Interpretasi juga merupakan peluang bagi
1990).
pengelola untuk mengenalkan dan
TWA merupakan bagian dari kawasan
meningkatkan kesadaran masyarakat
pelestarian alam yang dimanfaatkan
tentang konservasi mangrove dan
terutama untuk kepentingan pariwisata
manfaatnya baik bagi ekosistem maupun
alam dan rekreasi. Kawasan pelestarian
bagi kualitas pesisir Jakarta. Interpretasi
alam sendiri menurut PP Nomor 108
juga memberikan pengalaman yang
Tahun 2015 adalah kawasan dengan ciri
berkualitas bagi pengunjung. Untuk itu
khas tertentu, baik di daratan maupun di
pada penelitian ini rumusan permasalahan
perairan yang mempunyai fungsi pokok
adalah bagaimanakah perencanaan
perlindungan sistem penyangga
program interpretasi wisata alam berbasis
kehidupan, pengawetan keanekaragaman
konservasi mangrove di TWA Mangrove
jenis tumbuhan dan satwa, serta
Angke Kapuk Jakarta?
pemanfaatan secara lestari sumber daya
Tujuan Penelitian alam hayati dan ekosistemnya.
Adapun tujuan penelitian adalah untuk Dalam undang-undang tersebut
menyusun perencanaan program dikatakan bahwa terdapat beberapa
interpretasi wisata alam berbasis kriteria yang harus dipenuhi suatu
mangrove di TWA Mangrove Angke kawasan untuk dapat dijadikan taman
Kapuk Jakarta. wisata alam, yang meliputi: 1) mempunyai
daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa
Luaran Penelitian atau ekosistem gejala alam serta formasi
Luaran penelitian ini adalah geologi yang menarik; 2) mempunyai luas
perencanaan program interpretasi berbasis yang cukup untuk menjamin kelestarian
konservasi mangrove dan artikel ilmiah fungsi potensi dan daya tarik untuk
untuk diterbitkan di Jurnal Eduturisma. dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
alam; 3) kondisi lingkungan di sekitarnya
TINJAUAN PUSTAKA mendukung upaya pengembangan
Taman Wisata Alam pariwisata alam. Jadi, berdasarkan
definisinya maka taman wisata alam dapat
Dalam PP Nomor 36 Tahun 2010 yang dimanfaatkan untuk keperluan : 1)
dimaksud dengan wisata alam adalah pariwisata alam dan rekreasi; 2) penelitian
kegiatan perjalanan atau sebagian dari dan pengembangan; 3) pendidikan; dan 4)
kegiatan tersebut yang dilakukan secara kegiatan penunjang budidaya.
sukarela serta bersifat sementara untuk Sesuai dengan fungsinya, taman
menikmati gejala keunikan dan keindahan wisata alam dapat dimanfaatkan untuk: 1)
alam di kawasan suaka margasatwa, taman pariwisata alam dan rekreasi; 2) penelitian
nasional, taman hutan raya, dan taman dan pengembangan; 3) pendidikan
wisata alam. Salah satu tujuan wisata alam (kegiatan pendidikan dapat berupa karya
wisata, widya wisata, dan pemanfaatan terkait serta lokasi pembelajaran yang ada
hasil-hasil penelitian serta peragaan doku- di alam terbuka akan lebih mengena.
mentasi tentang potensi kawasan wisata Konservasi adalah bentuk pengelolaan
alam tersebut; 4) kegiatan penunjang sumber daya alam dan lingkungan yang
budaya. Tetapi semua kegiatan bertanggungjawab, berkelanjutan, dan
pengunjung di TWA tetap harus berkeseimbangan (Zuhud, 2011). Tujuan
memperhatikan koridor pelestarian alam dari konservasi yaitu terpeliharanya proses
karena TWA merupakan bagian dari ekologis yang menunjang kelangsungan
kawasan konservasi. Untuk itu, kegiatan kehidupan untuk meningkatkan
pengunjung tidak boleh menyebabkan kesejahteraan masyarakat dan mutu
perubahan pada fungsi TWA sesuai kehidupan manusia. Kegiatan konservasi
undang-undang, yaitu: 1) berburu, meliputi tiga hal, yaitu perlindungan
menebang pohon, mengangkut kayu dan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
satwa atau bagian-bagiannya di dalam dan jenis tumbuhan dan satwa, serta
ke luar kawasan, serta memusnahkan pemanfaatan secara lestari sumber daya
sumber daya alam di dalam kawasan; 2) alam hayati dan ekosistemnya
melakukan kegiatan usaha yang (Departemen Kehutanan 1990).
menimbulkan pencemaran kawasan; 3) Crohn dan Birnbaum (2010)
melakukan kegiatan usaha yang tidak menyebutkan bahwa pendidikan tentang
sesuai dengan rencana pengelolaan dan lingkungan lebih sering dilakukan dalam
atau rencana pengusahaan yang telah bentuk non-formal, yang
mendapat persetujuan dari pejabat yang mengimplikasikan bahwa sebagian besar
berwenang. kegiatan pembelajaran dilakukan di luar
dinding sekolah. Pendidikan konservasi
Pendidikan Konservasi Mangrove
merupakan suatu cara atau proses kegiatan
Konservasi alam merupakan tanggung dalam memberikan informasi dan
jawab semua pihak. Agar makna penyadaran masyarakat terhadap
konservasi lebih mengena secara konservasi sumber daya alam hayati dan
mendalam dan tepat sasaran maka perlu ekosistemnya (Ditjen PJLWA, 2007).
diberikan pemahaman sejak dini, terutama Dikatakan juga bahwa pendidikan
kepada anak-anak. Semakin dekat konservasi bertujuan untuk meningkatkan
hubungan anak dengan alam, maka pengetahuan dan peran serta masyarakat di
kemungkinan anak tersebut tumbuh bidang konservasi sumber daya alam
menjadi orang dewasa yang memahami hayati dan ekosistemnya. Dari pengertian
dan memperhatikan kelestarian alam lebih tersebut maka dapat dikatakan bahwa
besar. Bentuk pendidikan tentang alam pendidikan konservasi memiliki tujuan
bagi anak tidak cukup hanya di sekolah, yaitu:
ataupun hanya melalui membaca atau 1. Menumbuhkan kesadaran dan
mendengar. Anak-anak butuh belajar sensitivitas terhadap lingkungan dan
tentang alam melalui koneksi langsung permasalahannya.
dengan alam. Untuk memahami mengenai 2. Memberikan pengetahuan dasar
berbagai upaya konservasi atau pelestarian mengenai fungsi lingkungan dan
alam, pemanfaatan sumber daya alam

4 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
bagaimana cara berinteraksi dengan Tingkat kerusakan ekosistem
lingkungan. mangrove dunia, termasuk Indonesia,
3. Mengembangkan sikap berupa kepedu- sangat cepat dan dramatis. Ancaman
lian terhadap lingkungan dan utama kelestarian ekosistem mangrove
komitmen untuk berpartisipasi secara adalah kegiatan manusia, seperti
aktif dalam perlindungan lingkungan. pembuatan tambak (ikan dan garam),
4. Memiliki dan mempraktikkan penebangan hutan, dan pencemaran
ketrampilan dalam berkontribusi untuk lingkungan. Di samping itu terdapat pula
memecahkan masalah-masalah ancaman lain seperti reklamasi dan
lingkungan. sedimentasi, pertambangan dan sebab-
5. Berpartisipasi aktif pada semua sebab alam seperti badai (Setyawan dan
tahapan pemecahan masalah Winarno, 2006).
lingkungan. Ruang lingkup konservasi hutan
Mangrove merupakan salah satu mangrove meliputi usaha perlindungan,
ekosistem langka dan khas di dunia, pelestarian alam dalam bentuk penyisihan
karena luasnya hanya 2% permukaan bumi areal sebagai kawasan suaka alam baik
(Setyawan dan Winarno, 2006). untuk perairan laut, pesisir dan hutan
Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, mangrove (Tri, 2009). Tujuan konservasi
sosial-ekonomi, dan sosial-budaya yang hutan mangrove adalah sebagai berikut: 1)
sangat penting. Fungsi ekologi hutan melestarikan vegetasi dengan habitat
mangrove meliputi tempat sekuestrasi hutan mangrove dengan tipe - tipe
karbon, remediasi bahan pencemar, ekosistem; 2) melindungi jenis – jenis
menjaga stabilitas pantai dari abrasi, biota dengan habitatnya yang terancam
intrusi air laut, dan gelombang badai, punah; 3) mengelola areal bagi pembiakan
menjaga kealamian habitat, menjadi jenis – jenis biota yang bernilai ekonomi;
tempat bersarang, pemijahan dan 4) melindungi unsur – unsur yang
pembesaran berbagai jenis ikan, udang, mempunyai nilai sejarah dan budaya; 5)
kerang, burung dan fauna lain, serta mengelola areal yang bernilai estetis dan
pembentuk daratan. Fungsi sosial- memanfaatkan areal tersebut bagi usaha
ekonomi hutan mangrove meliputi kayu rekreasi, turisme, pendidikan, penelitian
bangunan, kayu bakar, kayu lapis, bubur dan lain –lain (Tri, 2009).
kertas, tiang telepon, tiang pancang, bagan
Program Interpretasi Wisata Alam
penangkap ikan, dermaga, bantalan kereta
api, kayu untuk mebel dan kerajinan 1. Program Interpretasi
tangan, atap huma, tannin, bahan obat, Terminologi interpretasi diadopsi oleh
gula, alkohol, asam asetat, protein hewani, layanan taman nasional di Amerika
madu, karbohidrat, dan bahan pewarna, Serikat di akhir tahun 1930-an sebagai
serta memiliki fungsi sosial-budaya upaya untuk pendidikan lingkungan.
sebagai areal konservasi, pendidikan, Tujuan interpretasi adalah untuk
ekoturisme dan identitas budaya. menstimulasi pembaca dan pendengar
Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, yang ingin memperluas horizon minat dan
sosial-ekonomi, dan sosia-budaya yang pengetahuannya, dan untuk mendapatkan
sangat penting. pemahaman yang ada pada setiap
pernyataan fakta. Interpretasi yang didi- suasana yang santai (Ham, 1992). Program
sain dan disampaikan dengan baik selama membantu pengunjung untuk
kegiatan ekowisata dapat meningkatkan menyelaraskan kebutuhan rekreasi dan
pengetahuan dari pengunjung di kawasan ekspektasi akan sumber daya yang ada
konservasi, perilaku yang mendukung isu- sekaligus memberi dampak terhadap
isu pengelolaan sumber daya alam, serta tingkah laku pengunjung secara langsung.
mendukung upaya pelestarian alam Interpretasi dapat dilakukan dengan
(Bramwell, Lane, & Hall, 1996). Ketika berbagai teknik interpretasi. Veverka
pengunjung datang ke kawasan, mereka (1998) mengklasifikasikan teknik
dapat berinteraksi dengan komponen interpretasi menjadi beberapa jenis.
interpretasi yang meliputi: 1) orang. Teknik interpretasi tidak selalu berupa
Personil interpretasi dapat terdiri atas guided tour, namun dapat berupa ucapan,
perwakilan setempat, pemandu wisata, musik pengiring kedatangan pengunjung,
operator wisata, penjaga keamanan, pola-pola ubin, penataan ruangan hingga
maupun jagawana; 2) media. Meliputi hal-hal yang meningkatkan ketertarikan
peralatan interaktif, grafik, suara, aroma, pengunjung serta menciptakan ikatan
pameran (interaktif maupun statis); 3) (bonding) antara pengunjung dengan
obyek. Berupa bangunan, fauna, tanaman, kawasan wisata.
bebatuan, model, property dan Sharpe (1982) menyampaikan
sebagainya; 4) peralatan memandu interpretasi terdiri dari dua teknik yaitu: 1)
mandiri (self-guiding tools). Berupa peta, teknik langsung (attended service), dan 2)
buku panduan, komputer interaktif, sistem teknik secara tidak langsung (unattended
informasi geografi (SIG) (Cave dan service).
Jolliffe, 2012). 1. Teknik langsung (attended service)
Kegiatan interpretasi yang baik adlah yaitu kegiatan interpretasi yang
yang disusun secara terstruktur dalam melibatkan langsung antara interpreter
bentuk program interpretasi. Program dan pengunjung dengan obyek
interpretasi merupakan pengetahuan dari interpretasi yang ada sehingga
seluruh usaha interpretasi, yaitu mencakup pengunjung dapat secara langsung
personil, fasilitas, dan seluruh kegiatan melihat, mendengar atau bila mungkin
interpretasi, kelembagaan serta tempat mencium, meraba dan merasakan
wisata tersebut (Sharpe, 1982). Program obyek-obyek intrepretasi yang
interpretasi merupakan suatu pola dipergunakan. Tahap-tahap
pelaksanaan interpretasi menurut waktu pelaksanaan sebagai berikut: 1)
dan skenario cerita tertentu pula (Ditjen Pengunjung akan mendapatkan
PHPA, 1988). Skenario cerita interpretasi informasi tentang obyek yang akan
adalah garis-garis besar cerita yang dikunjungi; 2) Rencana kegiatan
mencakup materi interpretasi sebagai pelaksanaan program akan dijelaskan
bahan yang digunakan untuk menyusun pada suatu sentra pengunjung, jadi
suatu program interpretasi dan menjadi isi pengunjung sudah lebih dulu
dan maksud dari program interpretasi mengetahui program interpretasi yang
tersebut. Program interpretasi yang dipilih dan garis besar rencana
disusun haruslah informal dan dalam perjalanannya, 3) penyampaian uraian-

6 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
uraian, dilakukan oleh interpreter pada b. Ringkasan tujuan program interpretasi
saat melaksanakan program inter- c. Menentukan faktor-faktor yang
pretasinya. mempengaruhi:
2. Teknik secara tidak langsung - Keadaan lingkungan
(unattended service) yaitu kegiatan • cuaca dan iklim
interpretasi yang dilaksanakan dengan • lokasi
menggunakan alat bantu dalam • letak geografis
memperkenalkan obyek interpretasi. • sejarah alam (geologi, biologi dan
Interpretasi disajikan dalam suatu ekologi)
program slide, video, film, ataupun • nilai sejarah
rangkaian gambar-gambar. Program ini • nilai arkeologi
biasanya diselenggarakan terutama • nilai-nilai tertentu
untuk kawasan yang sangat luas - Pengunjung
sehingga tidak semua potensi alam • asal
mudah dinikmati atau didatangi • tingkat ekonomi
(daerahnya rawan, satwa liar masih • latar belakang: umum, peneliti
banyak) sehingga walaupun tidak dapat • pola kunjungan
mengunjungi semua lokasi tetapi • aktivitas yang dilakukan
pengunjung dapat mengetahui dan - Pusat pengunjung
menikmati kekayaan alam yang ada di • catatan tentang apa isinya dan
kawasan tersebut. Program interpretasi bagaimana cara membangun
secara tidak langsung ini juga harus sesuai fungsinya.
dibuat menarik dan dapat mewakili • fungsi berbagai ruangan:
potensi alam yang ada di tempat o lobi dan isinya
tersebut. o ruang pameran
Kedua teknik di atas sebenarnya tidak o ruang audio visual
dapat dipisahkan begitu saja karena o perpustakaan
biasanya pengunjung yang datang ke suatu o ruang kerja dan ruang
kawasan yang mempunyai potensi besar penyimpanan
dan luas ingin melihat dulu secara o lain-lain.
keseluruhan potensi alam yang ada - Tempat pemberhentian
ditempat-tempat tersebut, baru setelah itu • Catatan tentang tempat dan
melihat salah satu atau beberapa program kenyamanan
interpretasi yang ditawarkan. o Tanda-tanda interpretasi
Grater (1976) mengusulkan supaya o Pelayanan personal
sebelum menyusun perencanaan o Meja informasi untuk pusat
interpretasi disusun dulu suatu prospektus pengunjung dan museum
yang merupakan ringkasan atau studi o Sarana untuk jalan kaki, dst.
dasar. Garis besar prospektus adalah - Pendukung/sarana interpretasi
sebagai berikut: • Keadaan sekarang
a. Tinjauan umum tentang lokasi yang o pusat pengunjung
akan diinterpretasikan, untuk membuat o tempat pemberhentian
ruang lingkup perencanaannya. o tanda-tanda interpretasi
o peralatan pelayanan sendiri k. Sungai
(selfguiding devices) l. Pantai, laut dan kehidupan bawah laut
o pelayanan personal Sementara itu, yang termasuk sebagai
▪ jalan kaki, mendaki dan sumber daya sejarah dan budaya yaitu:
wisata a. Situs dan benda peninggalan budaya
▪ on site assignment b. Situs sejarah
▪ off site assignment c. Pemukiman dan kehidupan penduduk
▪ demonstrasi asli
▪ panggung terbuka atau pro- d. Sejarah kawasan
gram api unggun e. Sejarah atau mitos yang ada di
- fasilitas audio visual masyarakat
- publikasi untuk pengunjung Berkmuller (1981) menyampaikan kriteria
- perpustakaan jalur interpretasi yang baik, yaitu:
- taman koleksi a. Menuju ke obyek yang spektakuler
Sebagi bagian dari program b. Jalur aman (tidak licin, curam,
interpretasi, perlu dibuatkan jalur tergenang ataupun berlumpur)
interpretasi. Jalur interpretasi merupakan c. Dilengkapi rambu-rambu (petunjuk
suatu rute yang dibuat untuk mengarahkan arah dan papan interpretasi) yang jelas
pengunjung ke obyek-obyek interpretasi d. Jalur tidak lurus, dan tidak berjauhan
yang dapat dijelaskan kepada pengunjung dengan jalur lain
baik oleh pemandu maupun dengan tanda e. Jalur tidak melalui komunitas
interpretasi (Douglas, 1982). Obyek tumbuhan yang rapuh atau habitat
interpretasi sendiri merupakan segala satwa liar yang mudah terganggu
sesuatu yang ada di dalam kawasan yang f. Panjang jalur yang baik ditentukan oleh
dapat digunakan sebagai bahan utama lamanya waktu berjalan kaki.
dalam menyampaikan interpretasi Disarankan lama waktu tempuh
(Muntasib et. al., 2014). Dijelaskan juga berjalan kaki antara 45 menit s.d. 1 jam,
bahwa secara garis besar obyek dan tergantung pada kondisi lapangan
interpretasi terbagi dalam dua kategori serta kondisi pengunjung yang
yaitu: 1) potensi sumber daya alam, dan 2) berjalan.
potensi sejarah dan budaya. Yang g. Jalur umumnya dirancang untuk
termasuk dalam potensi sumber daya alam berbagai sarana transportasi, tetapi
yaitu: diutamakan untuk berjalan kaki.
a. Flora
METODOLOGI PENELITIAN
b. Fauna
c. Tipe ekosistem yang khas Metode Penelitian
d. Tanah dan geologi Penelitian ini dilakukan menggunakan
e. Kawah gunung metode penelitian deskriptif, yaitu
f. Goa pencarian fakta dengan interpretasi yang
g. Air terjun tepat serta bertujuan untuk membuat
h. Danau gambaran secara sistematis, faktual dan
i. Pemandangan alam akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
j. Habitat fauna yang khas dan fenomena yang diselidiki (Nazir,

8 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
1999) dengan pendekatan perencanaan Teknik Pengumpulan Data
program interpretasi menurut Sharpe
1. Wawancara
(1982). Penelitian ini dilakukan dengan
Wawancara dilakukan secara
melalui tahapan penelitian sebagai
terstruktur dengan mengajukan beberapa
berikut:
pertanyaan yang telah disusun
1. Tahap awal, meliputi studi
sebelumnya, kepada pihak pengelola
pendahuluan dan studi pustaka,
TWA dan pengunjung. Wawancara
pemilihan lokasi, penyusunan usulan
kepada pengelola dilakukan dengan
penelitian;
menggunakan panduan wawancara yang
2. Tahap pelaksanaan penelitian, yang
berisi daftar pertanyaan dengan topik
meliputi kegiatan penyusunan
mengenai visi misi TWA, dan program
instrumen penelitian, pengumpulan
pendidikan konservasi yang sudah ada.
data dan pengolahan dan analisis data
Dalam penelitian ini, responden dipilih
3. Tahap akhir, meliputi sintesa dan
secara acak
pembuatan program, serta penulisan
Wawancara dengan pengunjung
laporan akhir.
dilakukan dengan memilih responden
Tempat dan Waktu Penelitian yang dapat diajak berkomunikasi dengan
baik serta memberikan informasi yang
Penelitian dilakukan di TWA
diperlukan sesuai dengan tujuan
Mangrove Angke Kapuk Jakarta Utara,
perencanaan program interpretasi.
dimulai pada bulan Desember 2018.
Wawancara kepada responden dilakukan
Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara
dengan menggunakan panduan
purposive (sengaja) karena merupakan
wawancara yang berisi daftar pertanyaan
kawasan yang memiliki fasilitas dan
dengan topik yang sesuai pada prokpektus
sumber daya yang sesuai untuk kegiatan
interpretasi yaitu asal, tingkat ekonomi,
wisata pendidikan konservasi. Selain itu,
latar belakang (umum, peneliti), pola
TWA Mangrove Angke Kapuk
kunjungan, aktivitas yang dilakukan, serta
merupakan bagian dari kawasan pesisir
dilengkapi pertanyaan mendasar seputar
dengan hutan mangrove di Jakarta. Akses
motivasi pengunjung datang, pemahaman
menuju lokasi sangat mudah dicapai dari
pengunjung mengenai mangrove dan
berbagai penjuru kota.
pentingnya upaya pelestarian mangrove.
Variabel Penelitian 2. Observasi
Variabel menurut Sugiyono dalam Observasi dilakukan untuk
Widoyoko (2012) adalah suatu atribut atau mengetahui kondisi riil kawasan. Kegiatan
sifat atau nilai dari orang, obyek atau observasi dilakukan dengan menggunakan
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu panduan observasi. Obyek yang
yang ditetapkan oleh peneliti untuk diobservasi sesuai dengan komponen yang
dipelajari dan kemudian ditarik ada di prospektus.
kesimpulannya. Variabel pada penelitian 3. Studi Pustaka
ini adalah program interpretasi wisata Telaah pustaka dan dokumen
alam dilakukan untuk memperoleh gambaran
awal mengenai kondisi kawasan TWA
Mangrove Angke Kapuk. Metode ini juga
digunakan untuk mengidentifikasi jumlah usia pengunjung. Sumber daya alami
responden yang menjadi sasaran meliputi flora dan fauna yang dapat
penelitian. dijadikan sebagai bahan perencanaan
program wisata pendidikan konservasi.
Analisa Data
2. Analisa Pengunjung
Data yang telah dikumpulkan akan di- Analisa data karakteristik pengunjung
analisis secara deskriptif dengan menjadi bahan untuk menyusun rencana
pengelompokan dan tabulasi data. Data program interpretasi yang tepat sesuai
berupa karakteristik pengunjung, jenis dengan kebutuhan dan karakteristik
mangrove dan keanekaragaman hayati lain pengunjung yang datang ke TWA.
yang ada, program wisata di TWA, peran Kemudian dibuat menjadi beberapa
dan kontribusi pengelola terhadap program interpretasi yang disesuaikan
konservasi mangrove, serta aspek dengan durasi waktu dan karakteristik
pemahaman pengunjung mengenai pengunjung. Selain itu juga dilakukan
mangrove. pengoptimalan lokasi dengan
1. Analisa Kawasan pengembangan fasilitas yang ada berupa
Analisa kawasan dilakukan pembuatan papan interpretasi pada
berdasarkan hasil observasi dan tinjauan beberapa lokasi yang dapat menarik
umum tentang kawasan yang akan perhatian pengunjung untuk mengenal
diinterpretasikan, untuk membuat ruang lebih jauh mengenai karakteristik
lingkup perencanaannya. Potensi sumber tumbuhan mangrove.
daya alam yang diobservasi yaitu: Hasil analisa ini berguna untuk
a. Flora memberikan gambaran mengenai
b. Fauna pengetahuan dan pemahaman, sikap,
c. Tipe ekosistem yang khas perilaku dan kesukaan yang bersangkutan
d. Tanah dan geologi tentang konservasi mangrove sehingga
e. Pemandangan alam dapat menjadi masukan dalam
f. Habitat fauna yang khas perencanaan program wisata pendidikan
g. Pantai konservasi. Hasil analisa akan digunakan
Potensi sumber daya yang ada untuk membuat sintesa dan menarik
nantinya akan dikelompokkan kesimpulan. Hasil analisa data akan
berdasarkan jalurnya, manfaat dan dikembangkan menjadi perencanaan
kegunaan, peran serta informasi penting program interpretasi sesuai tahapan
lainnya yang disesuaikan dengan kategori Sharpe (1982), yaitu:

10 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
Gambar 1. Tahapan analisa data (Sharpe, 1982)

Penjabaran dari tahap tersebut adalah: 4. Sintesis


1. Tujuan Tahap ini merupakan tahap
Perumusan tujuan merupakan sasaran memadukan berbagai alternatif
yang ingin dicapai dalam perencanaan kegiatan dan mengidentifikasi
interpretasi implikasinya. Rencana interpretasi
2. Inventarisasi mengadopsi potensi sumber daya
Tahap inventarisasi adalah tahap dengan kebutuhan pengunjung.
mengidentifikasi lokasi untuk 5. Perencanaan
menemukan sumber daya serta Pada tahap ini merupakan tahap
kekhasan dari lokasi tersebut yang melengkapi semua aspek dan rencana
meliputi aspek fisik, biologis, dan yang diperoleh sekaligus pendugaan
sosial budaya. Inventarisasi yang baik dan dampak implementasi.
sangat diperlukan untuk memberikan 6. Evaluasi dan Perbaikan Rencana
sebuah data dasar dalam perencanaan Kegiatan monitoring dan pemantauan
interpretasi. diperlukan untuk melihat potensi
3. Analisis Data keberhasilan dan keberlanjutan suatu
Data yang diperoleh dalam rencana yang dibuat sehingga tujuan
inventarisasi harus menggambarkan yang diinginkan dapat tercapai.
kondisi yang ada di lokasi. Data Evaluasi dilakukan terkait dampak
kemudian dianalisis secara deskriptif program terhadap para pengguna dan
dengan penyajian dalam bentuk dampak fasilitas yang dibangun
tabulasi. Dalam analisis data, informasi terhadap sumber daya.
yang didapatkan harus diuji dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dievaluasi sehingga menghasilkan
potensi, permasalahan, dan pemecahan Profil Pengunjung
masalah yang dilanjutkan pemilihan
obyek interpretasi serta lokasi 1. Berdasarkan Jenis Kelamin
interpretasi (site) untuk pengembangan Berdasarkan data terlihat bahwa
rencana interpretasi yang disusun. pengunjung yang datang ke TWA
Mangrove Angke Kapuk secara umum dikunjungi oleh pengunjung yang berasal
merata baik laki-laki (44%) maupun dari Jakarta (56%). Ini menunjukkan
perempuan (56%). Ini menunjukkan bahwa penduduk Jakarta menyukai tujuan
bahwa daya tarik di TWA dapat dinikmati wisata alami untuk menyegarkan pikiran
tanpa batasan gender. kembali di sela aktivitasnya.
Tabel 1 Profil Pengunjung Berdasarkan
Jenis Kelamin Tabel 4 Profil Pengunjung Berdasarkan
Tempat Asal
Kategori Jumlah Persen (%)
Persen
Laki-laki 44 44% Kategori Jumlah
(%)
Perempuan 56 56%
Jakarta 56 56%
TOTAL 100 100%
BOTABEK 32 32%
Luar JABOTABEK 12 12%
2. Berdasarkan Jenjang Pendidikan TOTAL 100 100%
Berdasarkan jenjang pendidikan,
pengunjung TWA didominasi oleh Informasi Umum TWA Mangrove
pengunjung berlatar belakang pendidikan Angke Kapuk
SMA/sederajat.
Taman Wisata Alam (TWA)
Tabel 2 Profil Pengunjung Berdasarkan Mangrove Angke Kapuk berada di
Jenjang Pendidikan Kelurahan Kamal Muara Kecamatan
Kategori Jumlah Persen (%) Penjaringan Jakarta Utara. TWA
SD – SMA 15 15% Mangrove Angke Kapuk sebagai sebuah
SMA/sederajat 57 57% taman wisata alam, merupakan bagian dari
Sarjana 28 28% kawasan pelestarian alam yang
TOTAL 100 100% dimanfaatkan terutama untuk kepentingan
wisata alam dan rekreasi dengan luas
3. Berdasarkan Usia 99.82 hektar. Untuk kegiatan wisata dan
Dari hasil angket yang disebar rekreasi, kawasan ini dibuka pada setiap
diperoleh data kelompok usia pada tabel di hari, Senin s.d. Minggu pada pukul 08.00
bawah ini. Kelompok usia ≥ 17 tahun s.d. 19.00 WIB. Tiket masuk kawasan ini
mendominasi sebesar 78%. Ini diperoleh dengan harga Rp. 25.000 untuk
menunjukkan bahwa kawasan ini lebih dewasa dan Rp. 10.000 untuk anak di atas
menarik bagi pengunjung usia dewasa. 5 tahun. TWA Mangrove Angke Kapuk
merupakan kawasan milik Kementerian
Tabel 3 Profil Pengunjung Kehutanan yang saat ini izin
Berdasarkan Usia pengelolaannya ada pada PT. Murindra
Kategori Jumlah Persen (%) Karya Lestari dengan mekanisme izin
≤ 17 Tahun 22 22% pinjam pakai kawasan untuk
≥ 17 Tahun 78 78% pengembangan dan pemanfaatan wisata
TOTAL 100 100% alam mangrove sejak tahun 1997. Saat
mulai dikelola, 90% mangrove dalam
4. Berdasarkan Tempat Asal Wisatawan kondisi rusak akibat kesalahan
Sebagai salah satu tujuan wisata pengelolaan. Penanaman kembali pohon
dengan nuansa alami, TWA banyak mangrove dilakukan secara mandiri mulai

12 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
tahun 2006 dan diresmikan oleh Menteri Hutan bakau yang berada di pesisir ini
Kehutanan RI pada tanggal 25 Januari memberikan manfaat yang besar bagi DKI
2010. Jakarta, karena sesuai fungsinya bakau
melindungi garis pantai dari abrasi atau
pengikisan. Bakau merupakan tanaman
yang termasuk dalam famili rhi-
zophoraceae.
Kegiatan yang dapat dilakukan
wisatawan di kawasan ini meliputi: 1)
rekreasi alam, menikmati pemandangan
hutan bakau sambil berjalan menyusuri
kawasan melalui jembatan kayu yang ada;
2) menjelajah hutan bakau dengan
menyewa perahu motor atau perahu
dayung; 3) mengawasi kehidupan satwa
liar (wildlife watching dan bird watching),
di kawasan TWA terdapat hewan liar
seperti biawak, burung, kelinci dan
Gambar 2 Papan Nama Kawasan monyet; 4) ikut serta dalam kegiatan
Potensi Sumber Daya Alam konservasi bakau melalui penanaman
bakau. Untuk ikut menanam bakau, biaya
Daya tarik utama kawasan ini adalah yang dikenakan sebesar Rp. 150.000 per
hutan bakau atau lebih populer dengan orang; serta 5) kegiatan outbond.
istilah dalam bahasa Inggris, mangrove.

Gambar 3 Mangrove dan Dermaga

Berdasarkan hasil observasi dan Zona mangrove; 2) Zona bird watching; 3)


wawancara maka diperoleh data untuk Zona outbond; 4) Zona camping ground;
zonasi kawasan berdasarkan atraksi wisata 5) Zona jembatan gantung; 6) Zona wisata
yang terdapat di TWA Mangrove Angke air. Sumber daya alami meliputi flora dan
Kapuk. Zonasi tersebut terdiri atas: 1) fauna yang dapat dijadikan sebagai bahan
perencanaan program wisata pendidikan Abu/Grey Heron (Ardea cinerea),
konservasi. Cekakak Sungai/Collared Kingfisher
(Todirhamphus chloris), Elang Laut
Perencanaan Program Interpretasi
Perut Putih/White-Bellied Sea Eagle
Berbasis Konservasi Mangrove
(Haliaeetus leucogaster), Elang
Perencanaan interpretasi merupakan Tiram/Osprey (Pandion haliaetus).
salah satu upaya pengenalan sumber daya Gagang Bayam Timur /Pied Stilt
mangrove yang diharapkan dapat (Himantopus leucocephalus), Itik
meningkatkan pengertian dan Benjut/Sunda Teal (Anas
pemahaman, kesadaran, serta apresiasi Gibberifrons), Kokokan Laut/Little
masyarakat (pengelola dan pengunjung) Heron (Butorides striatus), Kowak
terhadap sumber daya mangrove. Malam Abu/Black-Crowned Night
Pentingnya upaya konservasi dalam Heron (Nycticorax nycticorax), Kuntul
menjaga keberadaan sumber daya Kerbau/Cattle Egret (Bulbucus ibis),
mangrove jangka panjang disampaikan Kuntul Putih/Little Egret (Egretta sp.),
dalam bentuk interpretasi. Di kawasan Pecuk Ular Asia/Oriental Darter
TWA Mangrove Angke Kapuk ini, yang (Anhinga melanogaster), Raja Udang
menjadi obyek interpretasi adalah: Biru/Small Blue Kingisher (Alcedo
1. Mangrove coerulescens), Tangkar Centrong alias
Di TWA ini, bakau yang ada Murai Irian /Racket-tailed Treepie
merupakan jenis bakau besar (Crypsirina temia)
(Rhizopora mucronata Lam.), bakau 3. Fauna
merah (Bruguiera gymnorrhiza), dan Selain burung, fauna lain yang berada
bakau api-api (Avicennia alba). Topik di kawasan dan dapat dinikmati sebagai
mangrove sebagai obyek interpretasi obyek interpretasi adalah biawak air
dijabarkan menjadi beberapa tema, (Varanus Salvator), ikan
antara lain: pengenalan jenis-jenis gelodok/gelosoh (Glossogobius Giuris)
mangrove, memahami siklus hidup dan udang bakau (Thalassina
mangrove, manfaat mangrove, filosofi Anomala).
mangrove dan konservasi sumber daya 4. Flora lain
mangrove. Obyek interpretasi berupa tumbuhan
2. Burung selain mangrove yang ada di sini antara
Di dalam kawasan, pengunjung dapat lain bluntas (Pluchea indica), dadap
melakukan kegiatan pengamatan (Erythrina variagate), duri busyetan
burung (bird watching). Melalui (Mimosa sp.), flamboyan (Delonix
kegiatan ini pengunjung dapat belajar regia), kedondong laut (Polysia
mengenai berbagai jenis burung, frutucosa), ki hujan (Samanea saman),
morfologinya, dan cara hidupnya. ki tower (Deris heterophyla),
Beberapa jenis burung yang dapat mendongan (Scripus litoralis), dan
diamati di sini adalah: Belekok/Javan waru laut (Hibiscus tilliaceus)
Pond Heron (Ardeola speciosa), (www.jakartamangrove.id.).
Belibis/Wandering Whistling Duck
(Dendrocygna arcuate), Cangak

14 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
Tujuan dan Sasaran Program
Interpretasi
Interpretasi merupakan aktivitas
pendidikan yang bertujuan untuk
mengungkap arti dan hubungan melalui
penggunaan obyek aslinya, serta
pengalaman langsung, dan melalui media
ilustrasi, bukan dengan sekadar
mengkomunikasikan informasi faktual
(Tilden, 1977). Dari definisi tersebut maka
tujuan dan sasaran perencanaan
interpretasi di TWA Mangrove Angke
Kapuk dijabarkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan penghargaan
(apresiasi) masyarakat (pengunjung)
mengenai mangrove. Gambar 4 Salah satu upaya meningkatkan
a. Menjadi pusat informasi dan kesadaran pengunjung
konservasi mangrove di Jakarta. Tujuan ini meliputi aktifitas
b. Mewujudkan pendekatan yang pendidikan lingkungan melalui
seimbang antara sumber daya alam penggalian dan penyampaian informasi
(mangrove) dan budaya (Jakarta). mengenai sumber daya mangrove melalui
c. Mengembangkan komunikasi dua program interpretasi. Dengan
arah antara pengunjung dan TWA memperhatikan pelaksanaan interpretasi
Mangrove Angke Kapuk. yang autentik, relevan dan eksklusif bagi
2. Mencapai kelestarian sumber daya pengunjung, agar memperoleh makna dan
mangrove, serta keberlanjutan usaha nilai dari sumber daya mangrove dan
TWA Mangrove Angke Kapuk. menciptakan kepedulian (awareness)
a. Terwujudnya kelestarian sumber yang tinggi terhadap mangrove. Dari
daya alam mangrove. tujuan tersebut, interpretasi diharapkan
b. Terwujudnya relevansi sosial dapat mencapai tujuan yang menjamin
melalui pemberdayaan masyarakat keseimbangan antara kelestarian sumber
sekitar dan kerjasama kemitraan. daya dan keberlanjutan usaha bagi pihak
c. Terwujudnya program rutin dengan pengelola. Sesuai dengan teori yang
lembaga pendidikan dan pihak dikemukakan oleh Veverka (1994), bahwa
lainnya. objectives are specific and measurable
d. Mewujudkan TWA Mangrove steps that outline actions to achieve goals.
Angke Kapuk sebagai model Tujuan, sasaran dan strategi perencanaan
interpretasi yang ideal, asli, khas interpretasi berbasis konservasi mangrove
dan relevan bagi semua pengunjung. di TWA Mangrove Angke Kapuk
dikembangkan berdasarkan rencana
interpretasi yang merupakan hasil sintesis
dari inventarisasi dan analisis data kawasan sehingga tertarik untuk
penelitian. Strategi yang dikembangkan melakukan kunjungan kembali secara
ini diharapkan juga dapat menarik rutin.
pengunjung baik pengunjung baru mau-
pun pengunjung yang pernah datang ke

Tabel 5 Perencanaan Program Interpretasi Berbasis Konservasi Mangrove


No Tujuan Sasaran/ Indikator Strategi
1 Meningkatkan a. Menjadi pusat informasi • Membangun pusat
pengetahuan, dan konservasi mangrove konservasi mangrove
pemahaman dandi Indonesia. • Meningkatkan penekanan
penghargaan (apresiasi)b. Mewujudkan pendekatan program wisata pada sumber
masyarakat (pengunjung)yang seimbang antara daya mangrove
mengenai mangrove sumber daya alam • Mengintegrasikan
mangrove dan budaya interpretasi mangrove
Jakarta. dengan budaya
c. Mengembangkan • Memberi peluang bagi
komunikasi dua arah antara pengunjung berperan dalam
pengunjung dan TWA. kegiatan interpretasi
• Pengunjung bisa (menjadi guide/informan
mengenal mangrove dan mengenai mangrove,
habitatnya menjadi salah satu pemain
• Pengunjung mengetahui pertunjukan)
jenis-jenis mangrove • Memfasilitasi pengunjung
• Pengunjung mengerti dan untuk berperan dalam
memahami pentingnya pengelolaan interpertasi
konservasi mangrove mangrove (volunteer)
• Pengunjung bisa • Membangun media
merasakan pengalaman komunikasi secara online
secara langsung proses (website)
penanaman mangrove
2 Mencapai kelestarian a. Terwujudnya kelestarian • Menggali dan
sumber daya mangrove sumber daya mangrove mengembangkan nilai-nilai
serta keberlanjutan b. Terwujudnya budaya masyarakat lokal
kawasan TWA keberlanjutan konservasi • Meningkatkan kepedulian
mangrove publik terhadap konservasi
c. Mewujudkan TWA sumber daya mangrove
sebagai model interpretasi • Menerapkan hasil riset untuk
yang ideal, asli, khas dan mendukung pengelolaan
relevan bagi semua • Mengembangkan pusat
pengunjung. konservasi mangrove
• Pengunjung dapat • Membangun pusat
menerima pesan konservasi mangrove
konservasi dan tertarik • Membangun stasiun
untuk ikut serta penelitian dan pembibitan
(berpartisipasi) dalam mangrove

16 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
kegiatan konservasi
mangrove
• Meningkatnya
kepedulian publik
terhadap konservasi
sumber daya mangrove

1. Program pengenalan sumber daya


Program Interpretasi
mangrove
Dari tujuan, sasaran dan strategi 2. Program konservasi mangrove
perencanaan interpretasi seperti yang telah Program-program tersebut di atas
dijabarkan sebelumnya, selanjutnya merupakan program interpretasi berbasis
ditetapkan beberapa program interpretasi konservasi sumber daya mangrove. Dalam
di TWA. program ini, pengunjung tidak hanya
diberi informasi mengenai jenis-jenis
mangrove dan upaya konservasi
mangrove, tetapi mereka diajak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan konservasi
tersebut baik secara langsung maupun
secara tidak langsung sehingga dapat
memperkaya pengalaman pengunjung.
Mengajak pengunjung melihat langsung
obyek interpretasi, memahami keterkaitan
dan hubungan obyek interpretasi dengan
lingkungan melalui pengalaman langsung
lewat panca indera, penglihatan,
pendengaran, perasaan, penciuman,
ataupun perabaan. Aspek yang terlibat
dalam sebuah penyampaian interpretasi
Gambar 5 Papan interpretasi tidak hanya ranah kognitif, melainkan juga
ranah afektif dan psikomotorik. Parameter
Dengan memperhatikan prinsip- ranah afektif berupa perasaan dan emosi
prinsip interpretasi yang telah yang berpengaruh signifikan terhadap
dikemukakan oleh Tilden (1977), persepsi dan perilaku pengunjung
pendekatan interpretasi oleh Ham (1992), khususnya terkait isu lingkungan (Povey
dan saran-saran dari Lewis (1980), maka & Rion 2002).
beberapa program interpretasi yang dipilih
di TWA adalah :
“The resources, theme, and sub-theme to
be interested”, dengan demikian What
memberikan gambaran mengenai sumber
daya yang akan menjadi obyek
interpretasi.

Gambar 6 Salah satu jalur wisata

TWA Mangrove Angke Kapuk telah


memiliki jalur wisata yang dapat
digunakan atau menjadi bagian dari jalur
interpretasi. Jalur wisata ini berbentuk Gambar 7 Salah satu papan di obyek
jalan setapak yang terbuat dari kayu interpretasi
sepanjang sekitar Mangrove sebagai obyek interpretasi
Obyek, Tema dan Materi Interpretasi di TWA telah dipilih menjadi topik
interpretasi yang merupakan dasar dalam
Dalam perencanaan interpretasi ber- pengembangan tema interpretasi berbasis
basis konservasi mangrove ini, semua data konservasi mangrove. Dalam
penelitian yang telah dikumpulkan dari merumuskan tema interpretasi, Mullins
berbagai sumber, baik data primer maupun (1979) menetapkan suatu formula yaitu
data sekunder digunakan untuk Theme = Topic + Recurring Message
merumuskan dan mendukung Element. Pada penelitian ini, formulasi
pengembangan tema interpretasi. tema interpretasi dapat dirumuskan
Perumusan dan pengembangan tema sebagai Tema = Topik ( Obyek) + Pesan
interpretasi seperti yang dikemukakan berulang (pesan bagi pengunjung).
oleh Veverka (1994) memberikan Berdasarkan formula tersebut, maka dapat
langkah-langkah perencanaan interpretasi dirumuskan sebuah tema utama yang
yang meliputi enam elemen yaitu What, terbagi menjadi 3 (tiga) sub tema dalam
Why, Who, How/ When/Where (Story perencanaan interpretasi berbasis
Development Forms), Implementation and konservasi sumber daya mangrove yaitu
Operation, So What. Pada elemen mangrove, konservasi, dan TWA. Tema
pertama, Veverka (1994) memberikan utama interpretasi berbasis konservasi
penjelasan bahwa What berisi tentang sumber daya mangrove dalam mendukung

18 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
keberlanjutan TWA Mangrove Angke Dengan tema-tema ini diharapkan
Kapuk. Tema-tema tersebut merupakan mampu menginspirasi, menggugah
pernyataan ide penting yang mengatur kesadaran, kepedulian dan penghargaan
pesan-pesan yang akan disampaikan pengunjung terhadap obyek interpretasi.
kepada pengunjung. Pesan yang Beberapa materi interpretasi dari masing-
diturunkan dari tema-tema interpretasi masing tema dideskripsikan pada tabel di
merupakan materi yang berupa informasi bawah ini.
yang akan disampaikan kepada
pengunjung.
Tabel 6 Obyek, Tema dan Materi Interpretasi
No. Obyek Tema Pesan/ Materi
1. Sumber daya Bioekologi mangrove • Klasifikasi, morfologi serta
mangrove menjadi dasar konservasi anatomi mangrove
sumber daya mangrove • Habitat dan penyebaran mangrove
• Pengenalan jenis-jenis mangrove
• Memahami siklus hidup mangrove
• Manfaat mangrove
Tema Pendukung :
1.Karakteristik mangrove
merupakan tulang punggung
(backbone) TWA
• Filosofi mangrove
• Karakteristik mangrove
• Sifat fisik dan mekanik
mangrove
• Jenis mangrove yang
tumbuh di pesisir Jakarta
2. Konservasi sumber daya
mangrove
• Prinsip pengelolaan
mangrove
• Arboretum mangrove di
TWA
• Pembibitan dan
penanaman mangrove di
TWA

teknik interpretasi. Sesuai dengan


Teknik Interpretasi
penjelasan Sharpe (1982), maka teknik
Untuk menyampaikan pesan yang interpretasi yang digunakan untuk
berupa materi interpretasi berbasis menyampaikan pesan/materi interpretasi
konservasi sumber daya mangrove kepada di TWA terdiri dari dua teknik yaitu (1)
pengunjung dengan baik, maka diperlukan teknik secara langsung (attended service),
dan (2) teknik secara tidak langsung (unat- 2. Teknik secara tidak langsung
tended service). (unattended service)
1. Teknik secara langsung (attended Teknik penyampaian informasi/ materi
service) interpretasi secara tidak langsung
Penyampaian materi interpretasi (unattended service) juga dilakukan di
berbasis konservasi sumber daya TWA. Penyampaian materi dilakukan
mangrove kepada pengunjung tanpa kehadiran interpreter, namun
dilakukan secara langsung oleh seorang dengan menggunakan alat bantu yang
interpreter (guide) yang telah ditunjuk berupa media atau sarana interpretasi
oleh pihak pengelola. Interpreter dalam memperkenalkan obyek
tersebut bertugas memberikan interpretasi (Pradini 2002). Media atau
penjelasan mengenai obyek interpretasi sarana interpretasi yang digunakan
dengan berdasarkan pada tema dan adalah papan informasi, papan tanda
materi yang telah ditentukan atau penunjuk arah, peta interpretasi,
sebelumnya sehingga pengunjung video, galeri foto, website, dan leaflet
merasa tertarik terhadap obyek serta booklet yang berisi materi
tersebut. Proses penyampaian interpretasi berbasis konservasi sumber
informasi yang berupa materi ini daya mangrove.
berlangsung didekat obyek interpretasi,
sehingga pengunjung dapat melihat dan
merasakan obyek seperti mangrove dan
mangrove secara langsung. Pada saat
dibutuhkan, interpreter akan
mendemonstrasikan suatu aktifitas.
Pengunjung juga diberi kesempatan
untuk mempraktekkan apa yang telah
dijelaskan dan diperagakan oleh
interpreter tersebut. Dalam proses
komunikasi ini, juga diselingi dengan
tanya jawab dan diskusi. Pengunjung
yang tertarik, biasanya akan
menanyakan sesuatu yang belum Gambar 8 Contoh Unattended Service
diketahui dan ingin penjelasan yang Contoh Rencana Pengembangan
lebih detil. Khusus pada program Fasilitas
pertunjukan penanaman, interpreter
juga bertugas sebagai pembawa acara Fasilitas yang akan dikembangkan
(host) yang memandu acara direncanakan sarat dengan nuansa alam,
pertunjukan dari awal sampai akhir khususnya sumber daya mangrove. Hal ini
pertunjukan. Bahasa yang digunakan untuk memperkuat ikatan (bonding)
adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa pengunjung dengan mangrove. TWA yang
Inggris, karena pengunjung bukan sudah memiliki kelengkapan fasilitas
hanya berasal dari dalam negeri, namun cukup dikembangkan dengan nuansa dan
juga berasal dari luar negeri. ciri khas mangrove. Fasilitas yang akan

20 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
dikembangkan antara lain: penyediaan pa- dari mangrove tersebut. Hal ini akan
pan interpretasi, leaflet, peta jalur memacu pengunjung untuk mengenali
interpretasi. dan mencari tahu lebih jauh mengenai
1. Pusat Informasi hal tersebut. Papan interpretasi
Ruang ini menjadi pusat bagi memuat materi yang terdiri dari 2 tema
pengunjung dalam memperoleh interpretasi yaitu: (1) Karakteristik
informasi mengenai obyek dan tema mangrove merupakan tulang punggung
interpretasi yang terdapat di TWA. (backbone) TWA, dan (2) Konservasi
Pusat informasi dilengkapi dengan peta sumber daya mangrove. Kedua tema
lokasi TWA, peta zona kegiatan, leaflet tersebut selanjutnya dijabarkan dalam
dan booklet mengenai sejarah TWA, bentuk pesan yang akan disampaikan
jenis mangrove yang ada di lokasi serta kepada pengunjung.
sebuah perpustakaan mini dimana
pengunjung dapat membaca beragam
pustaka mengenai mangrove. Selain itu
perlu ditunjukkan jenis mangrove yang
digunakan dalam membangun TWA
jaman dulu hingga masa kini, proses
produksi hingga upaya konservasi
mangrove.

Gambar 10 Papan interpretasi

3. Arboretum Mangrove
Arboretum mangrove di TWA
Gambar 9 Ruang depan yang ada berfungsi sebagai konservasi ex-situ
2. Papan Interpretasi yang bertujuan menjaga dan
Papan Interpretasi menjadi salah satu membudidayakan semua jenis
bagian yang menarik pengunjung untuk mangrove untuk memberikan
mengetahui lebih jauh suatu obyek. informasi pengetahuan dan pendidikan
Papan interpretasi yang akan dibuat bagi pengunjung.
antara lain adalah papan informasi dan 4. Media Publikasi
papan penunjuk arah. Papan informasi Media publikasi yang dikembangkan
yang akan dibuat tidak hanya berupa leaflet, brosur dan poster yang
menyebutkan nama dan nama latin dari memperkenalkan mangrove dan
suatu jenis mangrove namun akan fungsinya dengan bahasa yang mudah
ditambahkan dengan kegunaan dan asal dimengerti dan menarik perhatian
pengunjung. Brosur dan leaflet akan DAFTAR PUSTAKA
tersedia di tempat-tempat strategis
Bramwell, B., Lane, B., & Hall, C. M.
seperti saung-saung hingga di mushola.
(1996). Journal of Sustainable
Poster mengenai mangrove juga akan
Tourism. Journal of Travel Research,
ditempatkan di ruang souvenir.
35(2), 28–28.
SIMPULAN DAN SARAN https://doi.org/10.1177/
Simpulan 004728759603500205
Cave, J. and L. Jolliffe (2012) Visitor
Perencanaan program interpretasi Interpretation. Tourism: The Key
yang dibuat di TWA merupakan program Concepts Robinson, P. (Ed.) London:
interpretasi berbasis konservasi mangrove. Routledge. pp 273-275
Program interpretasi ini diarahkan untuk Crohn K, Birnbaum M. 2010.
meningkatkan apresiasi pengunjung Environmental Education Evaluation
terhadap konservasi dan keberadaan : Time To Reflect, Time For Change.
mangrove. Perlu adanya integrasi Evaluation and Program Planning
perencanaan interpretasi wisata 33:155-158.
konservasi mangrove ke dalam rencana Direktorat Jenderal Pemanfaatan Jasa
pengelolaan TWA sehingga dapat Lingkungan dan Wisata Alam. 2017.
mengoptimalkan pengenalan mangrove. Pedoman Pendidikan Konservasi
Saat ini di TWA belum terdapat program Sumberdaya Alam Hayati dan
interpretasi yang terstruktur sehingga Ekosistemnya. Bogor: Dephut.
perencanaan program interpretasi di TWA Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dibuat berdasarkan kebutuhan dan potensi dan Pelestarian Alam. 1988. Pedoman
yang ada, meliputi: program interpretasi, Interpretasi Taman Nasional.
obyek, tema dan materi interpretasi, teknik Ham, S.H. 1992. Environmental
interpretasi, dan rencana pengembangan Interpretation :A Practical guide for
fasilitas. People with Big Ideas and Small
Budgets. Fulcrum Publishing Golden,
Saran
Colorado.
Perencanaan interpretasi di TWA Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian
merupakan interpretasi yang berbasis pada Deskriptif Kualitatif. Gaung Persada
konservasi mangrove. Salah satu bentuk Press Group, Jakarta.
konservasi mangrove dengan upaya Muntasib et. al. 2014. Rekreasi Alam dan
budidaya mangrove khususnya jenis Ekowisata. Penerbit IPB Press.
mangrove untuk kawasan pesisir Jakarta. Setyawan, Ahmad Dwi. Winarno,
Sebagai pengelola, pihak TWA perlu Kusumo. 2006. Pemanfaatan
mengintegrasikan perencanaan Langsung Ekosistem Mangrove di
interpretasi wisata konservasi mangrove Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan
kedalam rencana pengelolaan TWA di Sekotarnya: Kerusakan dan Upaya
sekaligus mendukung pemberdayaan Restorasinya. Biodiversitas Volume 7
stakeholder dalam pelaksanaan Nomor 3.
perencanaan interpretasi wisata
konservasi mangrove.

22 Jurnal EDUTURISMA, Edisi ke-7, Volume IV Nomor 1, Periode Juni 2019 – November 2019
Sharpe, G.W. 1982. Interpreting the Mendukung Kedaulatan Pangan dan
Environment (2nd edition). John Obat Keluarga (POGA) Indonesia
Willey &Sons, Inc. dalam Menghadapi Ancaman Krisis
Tri, W. (2009). Konservasi Hutan Baru Ekonomi Dunia di Era
Mangrove Sebagai Wisata Globalisasi. Orasi Ilmiah Guru Besar
Pendidikan. Envirotek : Jurnal Ilmiah dalam rangka Dies Natalis IPB ke -
Teknik Lingkungan, 1, 15–25. 48. IPB Press. Bogor. Indonesia
Veverka, J.A. 1994. Interpretive Master
Planning: For parks, historic sites, Peraturan dan Undang-Undang
forests, zoos, and related tourism Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
sites, for self-guided interpretive 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
services, for interpretive exhibits, for Pengembangan Ekowisata di Daerah
guided programs/tours. Falcon Press. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun
Wijayanti, Tri. 2009. Konservasi Hutan 2015 tentang Perubahan Atas
Mangrove Sebagai Wisata Peraturan Pemerintah Nomor 28
Pendidikan. Jurnal Ilmiah Teknik Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
www.jakartamangrove.id Pelestarian Alam
Zuhud, E.A.M. 2011. Pengembangan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
Desa Konservasi Hutan tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Keanekaragaman Hayati untuk Hayati dan Ekosistemnya.

Anda mungkin juga menyukai