Anda di halaman 1dari 42

KONSERVASI LANSEKAP

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP


SEMESTER GANJIL 2020/2021

TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN, PROVINSI LAMPUNG


“Tropical Rainforest Heritage of Sumatra”

Dosen Pengampu:
Ir. Qurrotu ‘Aini Besila, MSi
Dr. Ir Titien Suryanti, MSi.
Suci Widianingrum S, S.T., M.T.

Disusun oleh:
Yuliana Cahya Muyaningtyas
081001700016

FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN


JURUSAN ARSITEKTUR LANSKAP
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Taman Nasional (TN) dan kawasan konservasi (KK) memiliki tujuan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan. Taman Nasional ditetapkan untuk
pelestarian tempat dengan perwakilan ekosistem tertentu dan melindungi jenis-jenis
tumbuhan dan hewan yang unik dan khas untuk daerah tertentu. Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan merupakan salah satu Taman Nasional di Lampung yang juga memiliki
flora dan fauna yang unik, namun belum terlalu banyak dikenal oleh masyarakat
Indonesia.
Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konservasi Lanskap di
Jurusan Arsitektur Lanskap Universitas Trisakti. Sebagai mahasiswa Jurusan Arsitektur
Lanskap, pengetahuan mengenai KK maupun TN penting agar dapat memahami
peraturan yang berlaku serta teori untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan secara
bijaksana melalui perencanaan, perancangan, serta pengelolaan agar nantinya sumber
daya alam yang ada tetap lestari.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
DAFTAR TABEL 4

BAB I PENDAHULUAN 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
BAB III DATA TNBBS 19
BAB IV ANALISIS 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 40

DAFTAR ACUAN 41

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi TNBBS


Gambar 2. Bukit Barisan
Gambar 3. Zonasi TNBBS
Gambar 4. Balai Besar TNBBS
Gambar 5,6,7,8. Wisata TNBBS

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keanekaragaman Flora


Tabel 2. Tumbuhan Dilindungi
Tabel 3. Hewan Dilindungi

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, konservasi, mempunyai arti pelestarian yaitu melestarikan/
mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara
seimbang (MIPL, 2010; Anugrah, 2008; Wahyudi dan DYP Sugiharto (ed), 2010).
Adapun tujuan konservasi (1) mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, (2) melestarikan kemampuan dan
pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
Selain itu, konservasi meruapakan salah satu upaya untuk mempertahankan
kelestarian satwa. Tanpa konservasi akan menyebabkan rusaknya habitat alami satwa.
Rusaknya habitat alami ini telah menyebabkan konflik manusia dan satwa.
Kawasan konservasi berdasarkan hasil rumusan dalam IVth World Congress on
National Parks and Protected Areas tahun 1994 adalah suatu area dari lahan dan/atau
laut yang secara khusus ditujukan untuk melindungi dan menjaga keanekaragaman
biologi, dan sumber daya alam serta kebudayaan yang berhubungan, dan pengelolaan
melalui hukum dan cara yang efektif lainnya. Taman Nasional (TN) dan kawasan
konservasi (KK) selanjutnya ditetapkan pemerintah dengan tujuan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan. Taman Nasional secara khusus
ditetapkan untuk pelestarian tempat dengan perwakilan ekosistem tertentu dan
melindungi jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang unik dan khas untuk daerah tertentu,
termasuk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang membentang Sumatra
bagian Selatan, khususnya Provinsi Lampung. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
adalah sebuah taman nasional yang ditujukan untuk melindungi hutan hujan tropis
pulau Sumatra beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya.
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah kawasan pelestarian alam dan
benteng terakhir hutan hujan tropis di Provinsi Lampung yang memiliki potensi sumber
daya alam hayati dan non hayati yang cukup tinggi serta ekosistem lengkap mulai dari
ekosistem pantai, hutan hujan dataran rendah sampai hutan hujan pegunungan.

6
Potensi kawasan TNBBS diharapkan mampu berfungsi sebagai perlindungan system
penyangga kehidupan serta mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan
mengingat TNBBS merupakan Daerah Tangkapan Air (cathment area) bagi DAS
Semaka dan Semaka DS. Oleh karena itu Kawasan TNBBS perlu dikelola dengan
sebaik-baiknya, terarah, terencana, sesuai dengan daya dukungnya dan peraturan
perundang-undangan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada karya ilmiah ini yaitu:
1. Bagaimana keadaan fisik Taman Nasional Bukit Barisan Selatan?
2. Bagaimana ekosistem dan keberagaman flora fauna di Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan?
3. Bagaimana wisata alam dan pengelolaannya di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan?
4. Bagaimana potensi dan kendala Taman Nasional Bukit Barisan Selatan?
5. Gagasan apa yang dapat diajukan sesuai potesi dan kendala Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan?

1.3 Tujuan
Tujuan karya ilmiah ini yaitu:
1. Mengetahui keadaan fisik Taman Nasional Bukit Barisan Selatan?
2. Mengetahui ekosistem dan keberagaman flora fauna di Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan?
3. Mengetahui wisata alam dan pengelolaannya di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan?
4. Mengetahui potensi dan kendala Taman Nasional Bukit Barisan Selatan?
5. Mengetahui gagasan yang dapat diajukan sesuai potesi dan kendala Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan?

1.4 Manfaat

7
Manfaat pada karya ilmiah ini yaitu lebih mendalami materi Taman Nasional dan
konservasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional


The International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendefinisikan taman
nasional sebagai area alami di daratan dan/ atau lautan yang ditunjuk untuk melindungi
integritas ekologis dari satu atau lebih ekosistem untuk generasi sekarang dan yang
akan datang; melarang ekploitasi dan okupasi yang bertentangan dengan tujuan
peruntukkan kawasan dan; memberikan keuntungan untuk kegiatan spiritual, ilmu
pengetahuan, pendidikan, rekreasi dan peluang pengunjung wisata yang semuanya itu
harus sesuai dengan lingkungan dan budaya setempat. (IUCN, 2008)
Taman nasional masuk kedalam kategori II kawasan konservasi IUCN yang
merupakan area perlindungan yang dikelola dengan fungsi utama untuk konservasi
spesies dan jenis habitat yang kaya serta untuk rekreasi. Prinsip pokok pengertian
taman nasional adalah (IUCN, 2008):
1. Suatu area yang memiliki keunikan yang tinggi nilai keberadaan jenis yang
dikonservasi, layanan ekosistem, type habitat, bentangan alam yang menarik,
pemandangan yang indah, budaya/ tradisi masyarakat yang menarik.
2. Area yang luas cukup untuk menjamin kesendirian atau dengan dukungan
tambahan dari sebuah jaringan kawasan lindung lainnya yang telah ditetapkan.
3. Konservasi dari kelangsungan hidup dan dinamika lingkungan alam dari
keanekaragaman hayati yang sesuai dengan tujuan rancangan keruangan alam
dan skala sementara di atas.
MacKinnon et al., pada tahun 1993 mendefinisikan taman nasional sebagai
kawasan yang diperuntukkan bagi perlindungan kawasan alami dan pemandangan
indah serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi. Fungsi
utama taman nasional adalah:
1. Menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi sistem penyangga kehidupan

8
2. Melindungi keanekaragaman jenis dan mengupayakan manfaat sebagai sumber
plasma nutfah
3. Menyediakan sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan dan latihan
4. Memenuhi kebutuhan sarana wisata alam dan melestarikan budaya setempat
5. Merupakan bagian dari pengembangan daerah setempat.
Pada saat ini jumlah taman nasional yang ada di Indonesia sebanyak 50 taman
nasional yang tersebar dalam beragam ekosistem baik di daratan (terrestrial), pesisir
dan perairan (laut) (Kemenhut, 2014). Selanjutnya, Nugroho (2011) menyebutkan 65%
proporsi terbesar kawasan konservasi adalah taman nasional. Penataan taman
nasional mempunyai dasar pertimbangan (i) mempunyai keanekaragaman hayati yang
tinggi dengan flora dan fauna khas yang terancam dan mendekati kepunahan, (ii)
merupakan daerah tangkapan air yang penting bagi daerah sekitarnya, (iii) mempunyai
panorama yang indah dengan berbagai potensi ekowisata, (iv) mempunyai potensi
atraksi budaya yang menarik serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, (v)
mempunyai potensi pendidikan dan pelatihan, (vi) dengan fungsi perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
(Nugroho, 2011)

2.2 Peraturan Mengenai Taman Nasional


Menurut (UU No. 5, 1990), taman nasional adalah sebagai kawasan pelestarian
alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang
budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman nasional dikelola dengan sistem zonasi untuk
mengatur keruangan di dalam kawasan taman nasional menjadi zona-zona
pengelolaan.
Taman nasional di Indonesia dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Balai/Balai Besar
Taman Nasional yang secara struktur organisasinya di bawah wewenang Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan. Dasar
pengelolaan taman nasional di Indonesia berlandaskan peraturan Menteri Kehutanan

9
No. P. 03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional.
Selanjutnya, peraturan Menteri Kehutanan No. P. 56/Menhut-II/2006 tentang
Pedoman Zonasi Taman Nasional. Zona taman nasional adalah wilayah di dalam
kawasan taman nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat. Lebih lanjut, zona dalam kawasan taman nasional
terdiri dari: (a) zona inti, (b) zona rimba; zona perlindungan bahari untuk wilayah
perairan, (c) zona pemanfaatan, (d) zona lain (zona tradisional, rehabilitasi, religi,
budaya, sejarah dan zona khusus). Zonasi di dalam kawasan taman nasional yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata terbatas berada di zona rimba.
Sedangkan, untuk zona yang dapat dilakukan kegiatan pemanfatan dan
pengembangan ekowisata berada di zona pemanfaatan.

2.3 Zonasi Taman Nasional


1. Zona Inti
Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota
atau fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak
dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli
dan khas.
Peruntukan Zona inti : untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas
beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma
nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya.
Kriteria zona inti :
- Bagian taman nasional yang mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya;
- Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya yang merupakan
ciri khas ekosistem dalam kawasan taman nasional yang kondisi fisiknya masih
asli dan belum diganggu oleh manusia;
- Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak
atau belum diganggu manusia;

10
- Mempunyai luasan yang cukup dan bentuk tertentu yang cukup untuk menjamin
kelangsungan hidup jenis-jenis tertentu untuk menunjang pengelolaan yang
efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;
- Mempunyai ciri khas potensinya dan dapat merupakan contoh yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi;
- Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa liar beserta ekosistemnya yang
langka yang keberadaannya terancam punah;
- Merupakan habitat satwa dan atau tumbuhan tertentu yang prioritas dan
khas/endemik;
- Merupakan tempat aktivitas satwa migran.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona inti meliputi:
- Perlindungan dan pengamanan;
- Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya;
- Penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan atau
penunjang budidaya;
- Dapat dibangun sarana dan prasarana tidak permanen dan terbatas untuk
kegiatan penelitian dan pengelolaan.

2. Zona Rimba
Kriteria zona rimba:
- Kawasan yang merupakan habitat atau daerah jelajah untuk melindungi dan
mendukung upaya perkembangbiakan dari jenis satwa liar;
- Memiliki ekosistem dan atau keanekaragaman jenis yang mampu menyangga
pelestarian zona inti dan zona pemanfaatan;
- Merupakan tempat kehidupan bagi jenis satwa migran.
- Peruntukkan Zona rimba : untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan
konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta
mendukung zona inti.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona rimba meliputi:
- Perlindungan dan pengamanan;

11
- Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya;
- Pengembangan penelitian, pendidikan, wisata alam terbatas, pemanfaatan jasa
lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya;
- Pembinaan habitat dan populasi dalam rangka meningkatkan keberadaan
populasi hidupan liar;
- Pembangunan sarana dan prasarana sepanjang untuk kepentingan penelitian,
pendidikan, dan wisata alam terbatas.

3. Zona Pemanfaatan
Zona pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi
alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan
kondisi/jasa lingkungan lainnya.
Peruntukkan Zona pemanfaatan: untuk pengembangan pariwisata alam dan
rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang
pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya.
Kriteria zona pemanfaatan:
- Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa formasi
ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan unik;
- Mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya
tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;
- Kondisi lingkungan yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan,
pengembangan pariwisata alam, penelitian dan pendidikan;
- Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi
kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan
pendidikan;
- Tidak berbatasan langsung dengan zona inti.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona pemanfaatan meliputi:
- Perlindungan dan pengamanan;
- Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya;
- Penelitian dan pengembangan pendidikan, dan penunjang budidaya;
- Pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam;

12
- Pembinaan habitat dan populasi;
- Pengusahaan pariwisata alam dan pemanfatan kondisi/jasa lingkungan;
- Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata
alam dan pemanfatan kondisi/jasa lingkungan.

4. Zona Lainnya
Zona Tradisional
Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk
kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan
mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam.
Peruntukkan Zona tradisional : untuk pemanfaatan potensi tertentu taman nasional
oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kriteria zona tradisional :
- Adanya potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati non kayu tertentu yang
telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat setempat guna
memenuhi kebutuhan hidupnya;
- Di wilayah perairan terdapat potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati
tertentu yang telah dimanfaatkan melalui kegiatan pengembangbiakan,
perbanyakan dan pembesaran oleh masyarakat setempat guna memenuhi
kebutuhan hidupnya.
- Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona tradisional meliputi:
- Perlindungan dan pengamanan;
- Inventarisasi dan monitoring potensi jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat;
- Pembinaan habitat dan populasi;
- Penelitian dan pengembangan;
- Pemanfaatan potensi dan kondisi sumberdaya alam sesuai dengan kesepakatan
dan ketentuan yang berlaku.

Zona Rehabilitasi

13
Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami
kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan
ekosistemnya yang mengalami kerusakan.
Peruntukkan Zona rehabilitasi : untuk mengembalikan ekosistem kawasan yang
rusak menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya.

Kriteria zona rehabilitasi :


- Adanya perubahan fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh
kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan
manusia;
- Adanya invasif spesies yang mengganggu jenis atau spesies asli dalam
kawasan;
- Pemulihan kawasan pada huruf a dan b sekurang-kurangnya memerlukan waktu
5 (lima) tahun .

Zona Religi
Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasional yang
didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang
dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.
Peruntukkan Zona religi, budaya dan sejarah : untuk memperlihatkan dan
melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah, arkeologi maupun keagamaan,
sebagai wahana penelitian, pendidikan dan wisata alam sejarah, arkeologi dan religius.
Kriteria zona religi, budaya dan sejarah :
- Adanya lokasi untuk kegiatan religi yang masih dipelihara dan dipergunakan oleh
masyarakat;
- Adanya situs budaya dan sejarah baik yang dilindungi undang-undang, maupun
tidak dilindungi undang-undang.
- Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona religi, budaya dan sejarah
meliputi:
- Perlindungan dan pengamanan;

14
- Pemanfaatan pariwisata alam, penelitian, pendidikan dan religi;
- Penyelenggaraan upacara adat;
- Pemeliharaan situs budaya dan sejarah, serta keberlangsungan upacara-
upacara ritual keagamaan/adat yang ada.

Zona Khusus
Zona khusus adalah bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat
dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya
yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara lain
sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.
Peruntukkan Zona khusus : untuk kepentingan aktivitas kelompok masyarakat
yang tinggal diwilayah tersebut sebelum ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional
dan sarana penunjang kehidupannya, serta kepentingan yang tidak dapat dihindari
berupa sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.
Kriteria zona khusus :
- Telah terdapat sekelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya
yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman
nasional;
- Telah terdapat sarana prasarana antara lain telekomunikasi, fasilitas transportasi
dan listrik, sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional;
- Lokasi tidak berbatasan dengan zona inti.
- Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona khusus meliputi:
- Perlindungan dan pengamanan;
- Pemanfaatan untuk menunjang kehidupan masyarakat dan;
- Rehabilitasi;
- Monitoring populasi dan aktivitas masyarakat serta daya dukung wilayah

2.4 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan


Letak dan Luas

15
Kawasan TNBBS meliputi areal seluas ± 355.511 ha yang membentang dari ujung
selatan bagian Barat Propinsi Lampung sampai dengan Selatan Propinsi Bengkulu
yang secara geografis terletak pada 4o29’ – 5o57’LS dan 103o24’ – 104o44’BT.
Menurut administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS termasuk dalam wilayah 2
(dua) Propinsi yaitu Propinsi Lampung yang meliputi 2 (dua) kabupaten yaitu
Kabupaten Tanggamus seluas ± 10.500 ha, serta Kabupaten Lampung Barat dan
Pesisir Barat seluas ± 280.300 ha, dan Propinsi Bengkulu hanya meliputi Kabupaten
Kaur seluas ± 64.711 ha. Batas Kawasan TNBBS :
- Sebelah Utara : Kab. Kaur
- Sebelah Timur : Kab. Lampung Barat
- Sebelah Selatan : Selat Sunda
- Sebelah Barat : Samudera Hindia

Gambar 1. Lokasi TNBBS

Deskripsi Singkat
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan bagian dari Bukit Barisan di
Sumatra bagian Barat. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah sebuah taman
nasional yang ditujukan untuk melindungi hutan hujan tropis pulau Sumatra beserta
kekayaan alam hayati yang dimilikinya. Secara geografis kawasan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan (TNBBS) berada pada 103º24’ - 104º43’ BT dan 04º31’ - 05º 57’

16
LS. Berdasarkan administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS berada di 2 (dua)
propinsi yaitu Propinsi Lampung dan Bengkulu.

Gambar 2. Bukit Barisan


Pada saat sekarang luas kawasan TNBBS mencapai 356.800 Ha daratan dan 21.600
Ha perairan (CAL-BBS). Di Propinsi Lampung seluas 290.800 Ha yang meliputi
Kabupaten Tanggamus seluas 10.500 Ha dan Kabupaten Lampung Barat seluas
280.300 Ha, sedangkan di Propinsi Bengkulu meliputi Kabupaten Kaur seluas 66.000
Ha.UNESCO menjadikan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Warisan
Dunia. Bukit Barisan Selatan dinyatakan sebagai Cagar Alam Suaka Margasatwa pada
tahun 1935 dan menjadi Taman Nasional pada tahun 1982.
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki beberapa hutan dataran rendah di
Sumatra yang terakhir kali dilindungi. Sangat kaya dalam hal keanekaragaman hayati
dan merupakan tempat tinggal bagi tiga jenis mamalia besar yang paling terancam di
dunia: gajah Sumatra (kurang dari 2000 ekor yang bertahan hidup saat ini), badak
Sumatra (populasi global keseluruhan: 300 individu dan semakin berkurang drastis
jumlahnya) dan harimau Sumatra (populasi global keseluruhan sekitar 400 individu).
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan tercakup dalam Global 200 Ecoregions,
yaitu peringkat habitat darat, air tawar dan laut di bumi yang paling mencolok dari sudut
pandang biologi yang dibuat oleh WWF. Taman ini disorot sebagai daerah prioritas
untuk pelestarian badak Sumatra melalui program Asian Rhino and Elephant Action
Strategy (AREAS) dari WWF. Selain itu, IUCN, WCS dan WWF telah mengidentifikasi
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Unit Pelestarian Macan
(Wikramanayake, dkk., 1997), yaitu daerah hutan yang paling penting untuk pelestarian

17
harimau di dunia. Terakhir, pada tahun 2002, UNESCO telah memilih daerah ini untuk
diusulkan sebagai World Heritage Cluster Mountainous Area beserta Taman Nasional
Gunung Leuser dan Kerinci Seblat. (Wikipedia, 2020)

Latar Belakang dan Sejarah


Hilangnya habitat akibat konversi hutan menjadi permukiman, pengolahan dan
perkebunan telah menjadi ancaman utama bagi taman dan kelangsungan hidup
spesies yang terancam di dalamnya. Pelanggaran terhadap hak atas perkebunan kopi,
merica, dan pertanian lainnya secara lambat-laun merambah ke taman dan memberi
kontribusi pada hilangnya habitat secara substansial. Pembukaan hutan di Bukit
Barisan Selatan juga mendatangkan ancaman serius lainnya terhadap spesies yakni
perburuan liar.
Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka
Marga Satwa melalui Besluit Van Degouvernoor–General Van Nederlandsch Indie
Nomor 48 Stbl 1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SM SS I). Pada tanggal 1 April
1979 statusnya berubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam yang kemudian ditetapkan
sebagai Taman Nasional melalui Surat Pernyataan Menteri pertanian Nomor
736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982.
Kawasan TNBBS melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 6186/Kpts-II/2002 tanggal
10 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional dikelola oleh
Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang merupakan Unit Pelaksanan Teknis
di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Departemen Kehutanan.
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) bersama dengan Taman Nasional
Gunung Leuser dan Taman Kerinci Seblat ditetapkannya sebagai Tapak Warisan Alam
Dunia dengan nama Tropical Rainforest Heritage of Sumatera pada bulan Juli 2005.
Penetapan tersebut dikarenakan memenuhi 3 kriteria Outstanding Universal Value/OUV
yakni mewakili kelompok hutan terpenting di Sumatera untuk konservasi
keanekaragaman hayati dihutan hutan dataran rendah dan hutan pegunungan,

18
mempunyai keindahan panorama alam dan mempunyai keanekaragaman habitat dan
flora/fauna yang sangat tinggi.

Sasaran Dan Tujuan TNBBS


Sasaran keseluruhan dari proyek Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah
menjamin stabilitas atau peningkatan populasi kelinci Sumatra, Kambing hutan
Sumatra, badak Sumatra, gajah Sumatra dan harimau Sumatra.
Tujuan proyek Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yaitu:
1. Menghentikan kecenderungan pelanggaran hak dan penebangan kayu ilegal di
dalam taman dan daerah sekitarnya.
2. Menurunkan angka kejadian perburuan satwa.
3. Menetapkan mata pencaharian yang ramah dengan lingkungan bagi kelompok
masyarakat dan meningkatkan penghasilan melalui Conservation Conscious
Community Network (3CoNet) [Jaringan Masyarakat Sadar Akan Pelestarian].
4. Mendidik dan menumbuhkan kesadaran di antara para pengambil keputusan,
para penegak hukum, dan masyarakat umum mengenai pelestarian dan
perundang-undangan keanekaragaman hayati terkait dengan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan.
5. Mengkaji rencana spasial dan kebijakan hutan terkait Wilayah Lampung Barat
dan Tanggamus agar selaras dengan pelestarian Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan.
Aksesibilitas
Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan darat dengan rute :
- Dari Bandar Lampung – Kotaagung – Sedayu – TNBBS (Sukaraja) ± 125 km
dapat ditempuh selama ± 3 jam.
- Dari Bandar Lampung – Kotaagung – Banding – TNBBS (Suoh) ± 142 km dapat
ditempuh selama ± 7 jam.
- Dari Bandar Lampung – Kotabumi – Bukit Kemuning – Liwa – TNBBS
(Kubuperahu) ± 246 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama
± 6 jam.

19
- Dari Bengkulu – Manna – Merpas – TNBBS (Way Menula) ± 180 km dapat
ditempuh dengan kendaraan roda empat selama ± 3 jam (http://tnbbs.org/
Profile/Kondisi-Umum.aspx).
Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan laut dengan rute
- Dari Kotaagung – TNBBS (Tampang) selama ± 4 jam.
- Kotaagung – TNBBS (Belimbing) selama ± 6 jam.
- Bandar Lampung (Tarahan) – TNBBS (Belimbing) selama ± 8 jam.
Menuju keseluruhan akses jalan darat mengitari TNBBS, terdapat beberapa ruas jalan
tembus memotong kawasan TNBBS masing-masing
- Jalan tembus Sanggi – Bengkunat ± 12 km.
- Jalan tembus Liwa – Krui sepanjang ± 15 km.
- Jalan tembus Pugung Tampak – Manula sepanjang ± 14 km.
BAB III
DATA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

3.1 Keadaan Fisik


Iklim
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (1973), berdasarkan curah hujan rata-
rata tahunan, kawasan TNBBS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu bagian
barat taman nasional dengan curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar antara 3000-3500
mm per tahun dan bagian timur taman nasional berkisar antara 2500-3000 mm per
tahun. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh rantai pegunungan Bukit Barisan
Selatan sehingga kawasan bagian timur lebih kering (http://tnbbs.org/Profile/Kondisi-
Umum.aspx).
Berdasarkan klasifikasi Scmidt dan Ferguson, bagian barat kawasan TNBBS
termasuk dalam tipe ilkim A sedangkan di bagian timur termasuk dalam tipe ilkim B.
Menurut Koppen, kawasan TNBBS termasuk dalam tipe iklim A.
Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai Mei. Musim kemarau dari
bulan Juni sampai Agustus. Bulan-bulan agak kering adalah September – Oktober.
Jumlah hari hujan di musim penghujan rata-rata tiap bulannya 10 – 16 hari dan dimusim
kemarau 4 – 8 hari. Keadaan angin musim hujan lebih besar dari musim kemarau.

20
Menurut Peta Geologi Sumatera yang disusun oleh Lembaga penelitian Tanah
(1966), kawasan TNBBS terdiri dari batuan endapan (Miosin Bawah, Neogen, Paleosik
Tua, Aluvium). Batuan Vulaknik (Recent, Kuatener Tua, Andesit Tua, Basa Intermediet)
dan Batuan Plutonik (Batuan Asam) dimana yang tersebar paling luas adalah batuan
Vulkanik yang dijumpai di bagian tengah dan utara taman nasional. Kawasan TNBBS
berdasarkan Peta Lerang dan Kemampuan Tanah Propinsi Lampung, berada pada
Zona Sesar Semangka yang rawan gempa, tanah longsor, banjir dan peka terhadap
erosi. Terbentuk dari depresi tektonik yang ditutupi oleh sediment-sedimen dari celah
vulkanik (ficuves eruption) yang menutupi wilayah Bukit Barisan pada zaman kuarter.
Patahan aktif akan terus bergerak sehingga menimbulkan kerusakan di dalam dan di
atas permukaan tanah. Pada siklus waktu, pergeseran ini akan menimbulkan gempa
dengan kekuatan yang cukup besar, gempa bumi besar terjadi pada tahun 1933 yang
diakibatkan oleh meletusnya Gunung Ratu dan membentuk gunung baru yaitu Gunung
Loreng di dalam kawasan TNBBS. Kemudian pada tahun 1994 kembali terjadi gempa
bumi besar (terkenal disebut gempa “Liwa”) berskala 6,9 Scala Richter yang
mengakibatkan sebagian Gunung Loreng tenggelam (http://tnbbs.org/Profile/Kondisi-
Umum.aspx).

Tanah dan Topografi


Berdasarkan Peta Tanah yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor
tahun 1976, tanah di kawasan TNBBS terdiri dari 6 jenis tanah yaitu Aluvial, Rensina,
Latosol, Podsolik Merah Kuning dan 2 jenis Andosol yang berbeda di dalam bahan
induknya, dimana yang paling labil dan rawan erosi, sangat asam dan kurang sesuai
untuk mengembangkan pertanian karena kombinasi asam dan lereng yang terjal
dengan potensi tererosi tinggi (http://tnbbs.org/Profile/Kondisi-Umum.aspx).
Kawasan TNBBS terletak di ujung selatan dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan
yang membujur sepanjang Pulau Sumatera, sehingga memiliki topografi yang cukup
bervariasi yaitu mulai datar, landai, bergelombang, berbukit-bukit curam dan
bergunung-gunung dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.964 m dpl. Lereng timurnya
cukup curam sedangkan lereng barat kearah Samudera Hindia agar landai. Daerah
berdataran rendah (0 – 600 mdpl) dan berbukit (600 – 1000 mdpl) terletak di bagian

21
selatan taman nasional sementara daerah pegunungan (1000 – 2000 mdpl) terletak di
bagiantengah dan utara taman nasional.
Puncak tertinggi adalah Gunung Palung (1.964 mdpl) yang terletak di sebelah Barat
Danau Ranau, Lampung Barat. Gunung-gunung lain yang memiliki ketinggian > 1.500
mdpl adalah G. Sekincau (1.738 m) dan G. Balirang (1.703 m), di bagian Barat taman
nasional. Bukit Gedang (1.627 m) dan Bukit Pandan (1.678 m) di perbatasan Propinsi
Sumatera Selatan dan Bengkulu serta Bukit Napalan (1.526 m) di bagian utara taman
nasional termasuk dalam wilayah Kabupaten Kaur.
Keadaan lapangan bagian utara bergelombang sampai berbukit-bukit dengan
kemiringan bervariasi antara 20 – 80%. Bagian selatan merupakan daerah yang datar
dengan beberapa bukit yang agak tinggi dan landai dimana makin selatan makin datar
dengan kemiringan berkisar antara 3 – 5%. Lereng dan arah sisi timur taman nasional
tergolong terjal (20 – 45%) sedangkan arah barat lebih landai.
Hidrologi
Kawasan TNBBS merupakan bagian hulu dari sungai-sungai yang akan mengalir
ke daerah pemukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan sangat penting
sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan melindungi sistem tata air.
Sebagian besar dari sungai-sungai yang ada mengalir ke arah barat daya dan
bermuara di Samudera Indonesia sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk
Semangka. Sungai-sungai yang mengalir di bagian Utara taman nasional terdiri dari Air
Nasal Kiri, Air Sambat, Air Nasal Kanan, Way Menula, Way Simpang dan Way Laai.
Sungai-sungai yang mengalir di bagian tengah taman nasional terdiri dari Way
Tenumbang, Way Biha, Way Marang, Way Ngambur Bunuk, Way Tembuli, Way
Ngaras, Way Pintau, Way Pemerihan, Way Semong, dan Way Semangka. Sementara
di bagian Selatan taman nasional mengalir Way Canguk, Way Sanga, Way Menanga
Kiri, Way Menanga Kanan, Way Paya, Way Kejadian, Way Sulaeman dan Way
Blambangan.
Di bagian ujung Selatan taman nasional terdapat danau yang dipisahkan hanya
oleh pasir pantai selebar puluhan meter yaitu Danau Menjukut (150 ha). Di bagian
tengah yaitu di daerah Suoh terdapat 4 (empat) buah danau yang letaknya berdekatan
yaitu Danau Asam (160 ha), Danau Lebar (60 ha), Danau Minyak (10 ha), dan Danau

22
Belibis (3 ha). Sementara bagian Tenggara, Selatan dan Barat taman nasional
dikelilingi oleh lautan yaitu perairan Teluk Semangka, Tanjung Cina dan Samudera
Indonesia (http://tnbbs.org/Profile/Kondisi-Umum.aspx).

3.2 Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati


Ekosistem
Kawasan konservasi tersebut memiliki bentang alam lengkap mulai dari ketinggian
0 m dpl sampai dengan 1.964 m dpl. Ekosistem alami yang membentang di kawasan
TNBBS mewakili tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan pamah tropika
sampai hutan pegunungan di Sumatera. Kawasan TNBBS merupakan kawasan hutan
hujan dataran rendah terluas yang tersisa di Sumatera dan memiliki beberapa tipe
ekosistem yang lengkap dan tidak terputus meliputi ekosistem kelautan dan ekosistem
terestrial, yaitu hutan pantai (1%), hutan hujan dataran rendah (45%), hutan hujan
bukit (34%), hutan hujan pegunungan bawah (17%), hutan hujan pegunungan tinggi
(3%), ekosistem mangrove, ekosistem rawa, dan estuaria. Tutupan hutan yang
demikian, menjadikan TNBBS sebagai habitat dari jenis-jenis flora yang sangat
beraneka ragam dan menakjubkan termasuk habitat terbaik bagi beragam jenis fauna.
(http://tnbbs.org/Profile/Kondisi-Umum.aspx).

Flora dan Fauna


TNBBS merupakan habitat bagi jenis-jenis flora yang menakjubkan. Selain terdapat
Raflesia sebagai bunga langka terbesar di dunia, juga terdapat Amorphophallus
sebagai bunga tertinggi di dunia. Jenis-jenis flora lainnya mencapai 514 jenis pohon
dan tumbuhan bawah, 126 jenis anggrek, 26 jenis rotan, dan 25 jenis bambu.
Tabel 1. Keanekaragaman Flora
No. Agen
No. Nama suku (famili) dan jenis (spesies) Lokasi Perawakan Kegunaan
Koleksi Pemencar
ACANTHACEAE
1 Asystasia gangetica (L.) T.Anders DA-846 1 Terna menjalar 2 4
2 Gendarussa vulgaris Nees IA-12 1 Perdu 2 4
3 Hemigraphis sp. TM-12 1 Terna menjalar 2 3
4 Staurogyne sp. TM-06 1 Terna 2 4,12
5 Strobilanthes crispus Blume TM-32 2 Perdu 2 4
ALANGIACEAE
6 Alangium sp. TM-08 1 Perdu 3 4
ANNONACEAE

23
7 Anaxagorea javanica Blume AK-1032 1 Perdu/Pohon 2 1,4
8 Anaxagorea scortechinii King DA-843 1 Perdu/Pohon 2 1,4
9 Goniothalamus macrophyllus (Blume)
Hook.f. & Thoms. DA-866 1 Pohon 2 4
10 Mezzettia umbellata Becc. DA-853 1 Pohon 2 1,2
11 Orophea corymbosa Miq. RDH-030 1 Perdu/Pohon 2 2,8
12 Orophea hexandra Blume RDH-029 1 Perdu/Pohon 2 2,8
13 Polyalthia lateriflora (Miq.) King DA-891 1 Pohon 2 1,2,4,8
14 Polyalthia subcordata Blume RDH-022 1 Pohon 2 1,2,4,8
15 Polyalthia rumphii (Blume) Merrill DA-869 1 Pohon 2 1,2,4,8
16 Popowia pisocarpa Endl. AK-1052 2 Perdu/Pohon 2 1,4
Stelechocarpus burahol Hook. f. &
17
Thoms. AK-1047 1 Pohon 1,2 4
Stelechocarpus cauliflorus (Scheff.) J.
18
Sincl. AK-1024 1 Pohon 1,2 4
APOCYNACEAE
19 Kopsia arborea Blume AK-1027 1 Pohon 1,2 1,5
20 Willughbeia coriacea Wall. DA-914 2 Pohon 1,2 1,5
ARACEAE
21 Rhaphidophora sylvestris Engl. IA-26 1 Liana 2 4
22 Rhaphidophora montana Schott. RDH-074 2 Liana 2 4
ARALIACEAE
23 Aralidium pinnatifidum Miq. DA-937 2 Perdu/Pohon 2 4
24 Schefflera aromatica Harms. DA-919 2 Perdu/Pohon 2 3
ARECACEAE
25 Calamus sp. AK-1053 2 Liana 2 1,2
26 Calamus laevigatus Mart. AK-1025 1 Liana 2 1,2
27 Korthalsia rostrata Blume DA-902 1,2 Liana 2 1,2
28 Licuala pumila Blume AK-1059 2 Palem pohon 2 3,8
29 Pinanga latisecta Blume DA-886 1 Palem pohon 2 3,4,5
30 Pinanga cf. malaiana Scheff. AK-1055 2 Palem pohon 2 2
ASTERACEAE
31 Clibadium surinamense L. DA-915 2 Terna 4 4
ATHYRIACEAE
32 Diplazium bantamense Blume DA-934 2 Terna menjalar 3 4,12
BEGONIACEAE
33 Begonia sp. 1 AK-1040 1 Terna 4,6 3,12
34 Begonia sp. 2 TM-09 1 Terna 4,6 3,12
BORAGINACEAE
35 Cordia myxa L. DA-857 1 Pohon 2 2,8
CHLORANTACEAE
36 Chloranthus erectus (Buch.-Ham) Verd. IA-21 1 Perdu 2 4
CLUSIACEAE
37 Garcinia celebica L. RDH-061 1,2 Pohon 1,2 1,5,6
38 Garcinia rigida Miq. DA-899 2 Pohon 1,2 1,5,6
COMMELINACEAE
40 Forrestia mollissima Koord. RDH-011 1 Terna 4 14
COSTACEAE
41 Costus speciosus (Koenig) Sm. TM-13 1,2 Terna 2 4
CUCURBITACEAE
42 Hodgsonia macrocarpa (Blume) Cogn. AK-1045 1 Liana 2 4,12
43 Trichosanthes tricuspidata Lour. DA-868 1 Liana 2 4,15
CYPERACEAE
44 Cyperus pulcherrimus Willd ex. Kunth IA-14 1 Terna 1,2 3,4
45 Mapania cuspidata (Miq.) Uitt. DA-925 2 Liana 3 4
46 Thoracostachyum sumatranum Kurz DA-879 1 Terna menjalar 3 2

24
DILLENIACEAE
47 Tetracera scandens (L.) Merrill AK-1048 1 Liana 2 15
DIPTEROCARPACEAE
48 Dipterocarpus hasseltii Blume AK-1031 1 Pohon 1,2 1,2
EBENACEAE
49 Diospyros diepenhorstii Miq. AK-1063 2 Pohon 2 1,2
50 Diospyros frutescens Blume RDH-045 1 Pohon 2 1,2
51 Diospyros jaherii Bakh. RDH-038 1 Pohon 2 1,2
52 Diospyros malabarica Kostel. RDH-058 2 Pohon 2 1,4
EUPHORBIACEAE
53 Antidesma velutinosum Blume TM-31 2 Pohon 2 1,2
54 Aporosa benthamiana Hook.f. DA-918 1,2 Pohon 2 1,2,10
55 Baccaurea lanceolata (Miq.) Muell. Arg. DA-840 1 Pohon 2 1,2
56 Blumeodendron tokbrai J.J. Smith TM-41 2 Pohon 2 1
57 Botryophora geniculata (Miq.) Beumee
ex.
Airy Shaw TM-17 1 Pohon 2
58 Bridelia monoica Merrill IA-11 1 Pohon 2 1,2
59 Cleistanthus bridelifolius C.B. Rob. DA-917 2 Pohon 2 1,2
60 Cleistanthus myrianthus (Hassk.) Kurz DA-847 1 Pohon 2 1,2
61 Cleistanthus sumatranus Muell. Arg. 2 Pohon 2 1,2
62 Drypetes longifolia (Blume) Pax & K.
Hoffm. DA-895 1 Pohon 2 1,2,9
63 Mallotus mollissimus (Geisel.) Airy Shaw IA-13 1 Pohon 2 1,2,9
64 Mallotus moritzianus Muell. Arg. IA-16 1 Pohon 2 1,2,9
65 Trigonostemon longifolius Baill. AK-1022 1 Perdu/Pohon 2 4
66 Wetria insignis (Steud.) Airy Shaw TM-07 1 Pohon 2 6
FABACEAE
67 Albizia sp. TM-22 1 Pohon 4 1,2,10
68 Bauhinia kockiana Korth. DA-876 1 Liana 4 1,4,5,12
69 Caesalpinia sp. TM-40 2 Perdu/Pohon 4 1,4
70 Cassia alata L. RDH-035 1 Perdu/Pohon 4 1,2,3,5
FLACOURTIACEAE
71 Ryparosa caesia Bl. DA-882 1 Pohon 2 1
72 Ryparosa javanica Koord. & Valet. RDH-041 1 Pohon 2 1
GESNERIACEAE
73 Cyrtandra sandei De Vriese 2 Terna/Perdu 4 4
74 Didymocarpus barbata Jack AK-1036 1 Terna 2 4
ICACINACEAE
75 Medusanthera laxiflora (Miers) Howard DA-900 2 Pohon 2 4,10
LAURACEAE
76 Actinodaphne pubescens Blume DA-861 1 Pohon 2 1
77 Alseodaphne foetida Kosterm. DA-871 1 Pohon 2 1,2
78 Alseodaphne pachyantha Kosterm. DA-885 1 Pohon 2 1,2
79 Cinnamomum iners Reinw. ex Blume DA-852 1 Pohon 2 1,2,4
80 Cryptocarya crassinervia Miq. DA-850 1 Pohon 2 1,2,4
81 Cryptocarya sumatrana Kosterm. DA-872 1 Pohon 2 1,2,4
82 Dehaasia caesia Blume DA-894 1 Pohon 2 1,2,8
83 Dehaasia incrassata (Jack) Kosterm. DA-892 1 Pohon 2 1,2,8
84 Dehaasia microsepala Kosterm. DA-856 1 Pohon 2 1,2,8
85 Endiandra rubescens Blume ex Miq. DA-863 1 Pohon 2 1,2
86 Litsea garciae Vidal DA-878 1 Pohon 2 1,2,4
87 Litsea noronhae Blume DA-864 1,2 Pohon 2 1,2,4
88 Litsea robusta Blume DA-854 1 Pohon 2 1,2,4
89 Litsea sp. TM-39 2 Pohon 2 1,2
LEEACEAE

25
90 Leea aequata L. DA-860 1 Perdu 2 4
91 Leea indica (Burm. f.) Merr. RDH-013 1 Perdu/Pohon 2 4
92 Leea sp. RDH-019 1 Pohon 2 4
MAGNOLIACEAE
93 Talauma candollii Blume RDH-044 1 Pohon 2 4
MARANTHACEAE
94 Phrynium pubinerve Blume IA-19 1 Terna 2 4,12
95 Phrynium macrocephalum K. Schum RDH-069 2 Terna 2 4,12
MELASTOMATACEAE
96 Dissochaeta gracilis Blume RDH-075 2 Liana 2 7
97 Medinilla crassinervia Blume DA-913 2 Perdu 2 4
98 Melastoma polyanthum Benth. RDH-066 2 Perdu 2 4, 5,10
99 Melastoma affine D. Don TM-20 1 Perdu 2 4,10,12
100 Pternandra gracilis (Cogn.) M.P.Nayar RDH-65 2 Pohon 2 1
MELIACEAE
101 Aglaia argentea Blume DA-893 1 Pohon 2 3,4
102 Aglaia odorata Lour. DA-855 1,2 Pohon 2 3,4
103 Aglaia tomentosa Teijsm & Binn. AK-1039 1 Pohon 2 3,4
Aphanamixis polystachya (Wall.) R.N.
104 DA-867 2 Pohon 2 1,2,4
Parker
105 Chisocheton ceramicus (Miq.) C.D.C AK-1046 1 Pohon 2 1
106 Chisocheton diversifolius Miq. DA-851 1 Pohon 2 1
107 Chisocheton macrophyllus King DA-873 1 Pohon 2 1
108 Dysoxylum gaudichaudianum Miq. RDH-031 1 Pohon 2 4
MENISPERMACEAE
109 Coscinium fenestratum Colebr AK-1056 2 Liana 2 4,14
Tinomiscium phytocrenoides Kurz ex
110 IA-22 2 Liana 2 4,14
Teijsm. & Binn.
MORACEAE
111 Ficus hispida L. RDH-032 1 Perdu/Pohon 2 3,4,12
112 Ficus sinuaata Thunb. 2 Perdu/Pohon 2 3,4,12
113 Ficus vasculosa Wall. AK-1044 1 Pohon 2 3,4,12
114 Ficus sp. 1 RDH-040 1 Pohon 2 3,4,12
115 Ficus sp. 2 TM-11 1 Pohon 2 3,4,12
116 Streblus spinosus (Blume) Corner AK-1020 1 Pohon 1,2 4
MUSACEAE
117 Musa salaccensis Zoll. DA-907 1 Terna 1,2 6,12
MYRSINACEAE
118 Ardisia macrophylla Reinw. ex Blume RDH-059 1,2 Perdu/Pohon 2 1
119 Ardisia sanguinolenta Blume DA-848 1,2 Perdu/Pohon 2 1,4
MYRTACEAE
120 Syzygium creaghii (Ridley) Merrill & Perry RDH-018 1 Pohon 2 1,2,4,10
Syzygium foxworthianum (Ridley) Merrill
121 & RDH-027 1 Pohon 2 1,2,4,11
Perry
122 Syzygium magnoliaefolium DC AK-1029 1 Pohon 2 1,2,4,12
123 Syzygium medium (Korth.) Merrill & Perry RDH-033 1 Pohon 2 1,2,4,13
124 Syzygium pycnanthum Merrill & Perry RDH-016 1 Pohon 2 1,2,4,14
OLEACEAE
Perdu
125 Jasminum insigne Blume IA-24 1 2 4
memanjat
Ludwigia hyssopifolia (G. Don.) Exell
126 TM-21 1 Terna 4 4,5
apud A. & R. Fernandes
ORCHIDACEAE
127 Vanilla planifolia Andr. TM-29 1 Liana 3 3
OPILIACEAE

26
128 Lepionurus sylvestris Blume RDH-062 1,2 Perdu 2 4
PANDANACEAE
Perdu
129 Freycinetia javanica Blume AK-1021 2 2 2
memanjat
Perdu
130 Freycinetia rigidifolia Hemsl. AK-1057 2 2 2
memanjat
Perdu
131 Freycinetia sumatrana Hemsl. AK-1041 1,2 2 2
memanjat
Perdu
132 Freycinetia sp. DA-858 2 2 2
memanjat
133 Pandanus asper St. John DA-880 2 Pohon/perdu 2 2,4
134 Pandanus sp. 2 Pohon/perdu 2 2
PIPERACEAE
135 Piper caninum Blume RDH-026 2 Menjalar 2 4
136 Piper cubeba Linn. F. DA-884 2 Terna, Perdu 2 4
Terna
137 Piper nigrescens Blume RDH-043 2 2 4
memanjat
138 Piper nigrum Linn. IA-17 2 Menjalar 2 4,6,11
139 Piper ungaramense C.DC AK-1034 2 Menjalar 2 4
140 Piper sp. TM-23 2 Menjalar 2 4
POACEAE
141 Leptasis urceolata R. Br. RDH-042 2 Rumput 2 13
POLYGALACEAE
142 Xanthopyllum acuminatissimum Miq. DA-841 2 Perdu/Pohon 2 1,2
Xanthophyllum incertum (Blume) R. van
143 der DA-936 2 Perdu/Pohon 2 1,2
Meijden
144 Xanthophyllum vitellinum D. Dietr. AK-1023 2 Perdu/Pohon 2 1,2
RAFFLESIACEAE
RDH-
145 Rafflesia sp. 2 Parasit 1,2 4
075b
RHAMNACEAE
Ziziphus angustifolius (Miq.) Hatusima
146 IA-10 2 Perdu/Pohon 2 1,2
ex van Steenis
RUBIACEAE
147 Acranthera sp. DA-920 2 Perdu 2,3 4
148 Cephaelis cuneata Korth. RDH-056 2 Perdu 2,3 4
149 Chasalia curviflora Thw. DA-862 2 Semak 2,3 4
150 Ixora grandifolia Muell. Arg. RDH-055 2 Perdu/Pohon 2,3 1,2
151 Lasianthus scabridus King & Gamble RDH-054 2 Perdu/Pohon 2,3 4
152 Psychotria sarmentosa Blume DA-849 2 Menjalar 2,3 4
153 Psychotria polycarpa Hook. f. TM-36 2 Menjalar 2,3 4
154 Uncaria gambier Roxb. RDH-049 2 Liana 2,3 5
155 Urophyllum arboreum Korth. RDH-047 2 Perdu/Pohon 2,3 1, 10
156 Urophyllum corymbosum Korth. RDH-070 2 Perdu/Pohon 2,3 1
157 Xanthophyllum borneense Miq. DA-841 2 Perdu/Pohon 2,3 1,2,8
RUTACEAE
158 Clausena engeleri Tanaka AK-1026 2 Pohon 5 4
159 Gycosmis cyanocarpa Spreng. DA-888 2
160 Melicope accendens (Blume) T. Hartley TM-38 2 Perdu/Pohon 5 2
SAPINDACEAE
161 Aphania montana Blume IA-18 2 Pohon 2 1
162 Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh. TM-15 2 Perdu/Pohon 2 11
163 Lepisanthes fruticosa (Roxb.) Leenh. RDH-039 2 Perdu/Pohon 2 11
164 Xerospermum noronhianum Blume RDH-034 2 Pohon 2 1,2
SAPOTACEAE
165 Palaquium rostratum Burck DA-903 2 Pohon 2 1,2

27
SAURAURIACEAE
166 Saurauia sp. 2 Perdu/pohon 2 3,10
167 Saurauia bracteosa C. DC. RDH-023 2 Perdu/pohon 2 3,10
SELAGINELLACEAE
168 Selaginella plana Hieron IA-23 2 Terna 4 4,12
SIMAROUBACEAE
169 Eurycoma longifolia Jack TM-19 2 Pohon 2 4
STERCULIACEAE
170 Pterospermum diversifolium Blume IA-20 2 Pohon 3 1,2,8,9
171 Sterculia longifolia Vent. RDH-060 2 Pohon 3 1,5,9
THYMELAECEAE
172 Phaleria capitata Jack DA -883 2 Perdu/pohon 4 4
THELYPTERIDACEAE
173 Pronephrium rubicundum (Alderw.) RDH-072 2
Holttum
TILIACEAE
174 Microcos crassifolia Burret RDH-048 2 Perdu/Pohon 2 1,2
URTICACEAE
175 Elatostema sp. AK-1028 2 Semak 4 4
176 Elatostema integrrifolium (D. Don) Wedd. AK-1037 2 Perdu 4 4
177 Poikilospermum suaveolens (Blume) RDH-046 2 Perdu 4 4
Merrill
178 Villebrunea rubenscens Blume 2 Perdu 4 4,12
ZINGIBERACEAE
179 Amomum cardamomum Willd. RDH-012 2 Semak 1,2 4
180 Amomum oliganthum K. Schum RDH-067 2 Semak 1,2 4
181 Etlingera coccinea (Blume) Sukai & RDH-025 2 Perdu 1,2 4, 11,12
Nagam
182 Zingiber loerzingii Val. RDH-036 2 Perdu 1,2 4,11
183 Zingiber aromaticum Val. RDH-063 2 Perdu 1,2 4,11
Keterangan:
Lokasi: 1) Way Canguk, 2) Sukaraja Atas; Pemencaran: 1) Manusia 2) Hewan 3) Angin
4) Air, 5) Semut 6) Pemencaran sendiri (Autokori) ;
Kegunaan: 1) Bahan bangunan 2) Bahan peralatan rumah tangga 3) Tanaman hias 4)
Tumbuhan obat 5) Penghasil tanin 6) Penghasil buah 7) Penawar racun 8) Bahan
peralatan musik 9) Bahan pembuat kertas 10) Kayu bakar 11) Bumbu masakan 12)
Sumber sayuran 13) Makanan ternak 14) Racun untuk mata panah 15) Umpan
memancing ikan (Sumber: Alonso, 1995; Bich dan Top, 2003; Khanh, 2003; Lemmens,
1995; 2003; Sosef, 1998).

Tabel 2. Tumbuhan Dilindungi


No Nama Latin Nama Pemanfaatan Foto
. Lokal

28
1. Stelechocarpu (Sunda) Kayunya dapat
s burahol kepel, digunakan untuk industri
(Annonaceae). kecidul atau perabotan rumah
atau tangga maupun tanaman
burahol, hias, sedangkan buahnya
dimanfaatkan untuk obat
dan kosmetik.

2. Anaxagorea pelir Biasa dimanfaatkan


javanica Blume musang, sebagai obat sehabis
(Annonaceae), bersalin, dan kulit
kayunya dapat juga
dijadikan sebagai tali
temali.

3. Licuala pumila Serending Kayu dari tumbuhan ini


Blume itam, digunakan untuk
(Arecaceae). palas membuat atap rumah.
kerdil,
sudang
upul
ataupun
wiru leutik
4. Rafflesia spp.

TNBBS memiliki nilai penting bagi perlindungan beberapa mamalia besar. Terdapat
sedikitnya 122 jenis mamalia termasuk enam spesies terancam punah menurut Red
Data Book IUCN seperti Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), Badak
sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus), Harimau sumatera
(Panthera tigris sumatrae), Beruang madu (Helarcto malayanus), dan ajag (Cuon
alpinus); 123 jenis herpetofauna (reptil dan amphibia termasuk penyu); 53 jenis ikan;
221 serangga dan 450 jenis burung termasuk 9 jenis rangkong. TNBBS menjadi Daerah
Penting Bagi Burung (DPB), dengan kriteria A1. Burung Terancam Punah dan A2.

29
Burung Sebaran Terbatas. TNBBS juga menjadi salah satu landscape prioritas
pelestarian habitat Harimau sumatera (http://tnbbs.org/Profile/Kondisi-Umum.aspx).

Tabel 3. Hewan Dilindungi


No. Nama Latin Nama Lokal Foto
1. Elephas maximus Gajah sumatera
sumatranus

2. Dicerorhinus Badak sumatera


sumatrensis

3. Tapirus indicus Tapir

4. Panthera tigris Harimau sumatera


sumatrae

30
5. Helarcto malayanus Beruang madu

6. Cuon alpinus Ajag

Sumber data dan foto: http://tnbbs.org/


3.3 Zonasi
Zonasi TNBBS diatur dalam SK Dirjen PHPA 2005

Gambar 3. Zonasi TNBBS

31
3.4 Pengelolaan TNBBS
Kawasan TNBBS melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 6186/Kpts-II/2002 tanggal
10 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional dikelola oleh
Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang merupakan Unit Pelaksanan Teknis
di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Departemen Kehutanan.

Gambar 4. Balai Besar TNBBS

Selain Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang berinteraksi langsung
dengan masyarakat dalam hal pengamanan hutan Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan dan pembinaan partisipasi masyarakat pekon Kubu Perahu, juga terdapat
lembaga lain yang berinteraksi dengan masyarakat pekon Kubu Perahu seperti
Lembaga Himpun Pemekonan (LHP) dan Lembaga Kegotong Royongan kedua
lembaga ini didirikan dengan tujuan saling membantu dalam memenuhi kebutuhuhan
seperti membuat rumah dan membuat usaha ternak yang dikelola secara bersama.

Aspek pelaskanaan wisata yang dilakukan meliputi:


a. Pengelolaan tiket
Pengelolaan tiket di Resort Balik Bukit dilakukan oleh staff SPTN Wil III Krui. Tiket
masuk kawasan obyek wisata alam Resort Balik Bukit ditentukan berdasarkan
32
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 59 Tahun 1998 dengan model DKWA
(Daftar Karcis Wisata Alam). Peraturan tersebut berisi tentang harga tiket untuk
pengunjung/wisatawan obyek wisata alam Resort Balik Bukit, untuk wisatawan lokal
sebesar Rp 1.500 dan untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp 15.000. Pelajar yang
ingin mengunjungi obyek wisata alam Resort Balik Bukit dikenakan biaya setengah tarif
dari harga tiket wisatawan lokal yaitu Rp 750. Hal ini berlaku jika berkunjung dengan
kelompok. Kendaraan yang digunakan oleh pengunjung juga dikenakan tarif tiket, untuk
kendaraan roda dua dikenakan tarif sebesar Rp 2.000 sedangkan roda empat Rp
4.000. Hasil dari karcis yang terjual akan masuk kedalam PNBP (Pendapatan Negara
Bukan Pajak). .(Meizannur dan Christine Wulandari, 2015).

b. Pengelolaan parkir
Umumnya wisatawan mengunjungi obyek wisata alam Resort Balik Bukit menggunakan
kendaraan, baik kendaraan roda dua ataupun kendaraan roda empat. Kendaraan yang
dibawa oleh pengunjung/wisatawan dapat diparkirkan di tempat parkir yang telah
disediakan oleh Resort Balik Bukit yaitu di dekat pondok kerja Resort Balik Bukit, dan
didekat bumi perkemahan (Meizannur dan Christine Wulandari, 2015).

c. Pengelolaan fasilitas wisata


Fasilitas wisata yang terdapat di Resort Balik Bukit sangat dibutuhkan oleh para
pengunjung sebagai penunjang kegiatan wisata yang mereka lakukan, namun belum
terawat dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya beberapa fasilitas penunjang wisata
yang tidak terawat dan memerlukan perbaikan seperti shelter yang sudah rapuh, tangga
menara pengamatan yang hilang anak tangganya, jembatan yang kayunya rapuh dan
jalur trail wisata yang bebatu tajam .(Meizannur dan Christine Wulandari, 2015).

d. Pengelolaan tempat/sarana Mandi Cuci Kakus (MCK)


Pengelolaan tempat/sarana MCK dilakukan oleh para petugas yang piket dan dibantu
oleh masyarakat. Kegiatan yang dilakukan seperti memeriksa aliran air ke MCK,
memeriksa keadaan kabel dan lampu di MCK. MCK dibersihkan oleh masyarakat mitra
polhut karena biasanya masyarakat pada sore hari menggunakan bumi perkemahan

33
sebagai tempat bermain sepak bola, dan setelah selesai bermain sepak bola
masyarakat meminum air dari aliran air pada pipa air yang mengalir ke lokasi MCK,
oleh karena itu masyarakat berperan aktif membantu petugas untuk membersihkan
tempat MCK tersebut .(Meizannur dan Christine Wulandari, 2015).

e. Pengelolaan keamanan dan keselamatan


Pengelolaan keamanan dan keselamatan di Resort Balik Bukit belum efektif, hal ini
dikarenakan ada pengunjung yang datang membawa kendaraan terkadang tidak ada
yang menjaga kendaraan tersebut. Dengan demikian penyebab belum efektifnya
pengelolaan keamanan dan keselamatan di Resort Balik Bukit disebabkan oleh
minimnya petugas, sementara petugas Resort Balik Bukit yang ada harus menjalankan
tugas lain. Di Resort ini hanya ada 2 Polhut dan 7 Masyarakat Mitra Polhut, selain itu
minimnya infrastruktur untuk patrol juga masih minim. Dengan demikian perlu upaya
peningkatan pengelolaan keamanan dan keselamatan di Resort Balik Bukit agar para
pengunjung yang datang ke obyek wisata alam ini dapat menikmati suasana yang
nyaman dan aman .(Meizannur dan Christine Wulandari, 2015).

3.5 Kegiatan Wisata TNBBS


Menururt SK Direktur Jenderal PHPA Nomor 57/Kpts/Dj-VI/1990 tanggal 31 Mei 1990,
Daerah Kubu Perahu termasuk dalam Mintakat (Zona) Pemanfaatan untuk kepentingan
rekreasi dan wisata alam. Berikur beberapa kegiatan wisata di TNBBS:
1. Pemandangan Alam (Keindahan Alam)
Resort Balik Bukit memiliki obyek wisata pemandangan alam yang indah yang
dapat dinikmati oleh para pengunjung berupa hamparan strata tajuk yang hijau dan
suasana sejuk dengan angin sepoi-sepoi, dari hasil kuesioner dan wawancara dengan
responden maka dapat diketahui bahwa sebagian pengunjung datang untuk menikmati
pemandangan alam. Para pengunjung memilih datang ke obyek wisata ini karena
pengunjung merasa lokasi obyek wisata ini memiliki pemandangan alam yang indah,
alami dan masih terjaga sehingga pengunjung untuk menikmati suasana alam lebih
memilih berwisata ketempat ini selain itu tempatnya yang mudah dijangkau.

34
2. Berkemah
Dari hasil kuesioner dan wawancara yang diperoleh dari pengunjung Resort Balik
Bukit memiliki obyek wisata alam yang indah juga dapat dimanfaatkan oleh pengunjung
untuk berkemah. Lokasi ini menjadi pilihan pengunjung jika ingin mengadakan
perkemahan, karena lokasinya yang nyaman dan tempatnya strategis dengan didukung
aksesnya yang tidak sulit dijangkau.
3. Lain-lain
Kegiatan wisata lain yang biasa pengunjung lakukan di obyek wisata alam Resort
Balik Bukit adalah Pengamatan flora dan fauna, bird watching, photo hunting,
penjelajahan hutan dan kegiatan-kegiatan keorganisasian.

Pengembangn obyek wisata alam sangat dipengaruhi oleh adanya fasilitas-fasilitas


penunjang untuk kegiatan wisata. Fasilitas penunjang wisata alam yang terdapat di
obyek wisata alam Resort Balik Bukit TNBBS, seperti Bumi Perkemahan, Menara
Pengamatan, Rumah Pohon, Jalur Trail wisata, MCK, Shelter, dan Papan Interpretasi.
Masyarakat Kubu Perahu memiliki potensi yang mampu menunjang kegiatan
pengembangan obyek wisata alam Resort Balik Bukit, potensi yang dapat menunjang
kegiatan pengembangan tersebut seperti adanya kemampuan masyarakat dalam
membuat kerajinan tangan seperti membuat kapal laut dari kotak rokok dan membuat
souvenir motor yang terbuat dari anyaman rotan.
Kerajinan-kerajinan tangan tersebut dapat dijadikan souvenir bagi para pengunjung
yang berwisata di obyek wisata alam resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu, potensi lain
adalah seperti kegiatan sehari-hari masyarakat memecah batu juga dapat dijadikan
potensi karena para wisatawan sangat jarang tahu bagaimana cara dalam memecah
batu dan para wisatawan dapat secara langsung belajar cara masyarakat Kubu Perahu
dalam memecah batu.
Kawasan TNBBS memiliki 9 (sembilan) lokasi wisata alam yang unik dan khas
dengan fenomena jumlah pengunjung wisata alam yang cenderung meningkat pada
periode 2011-2015 yakni 1.250 jumlah pengunjung pada tahun 2011, 1.735 pada tahun
2012, 1.933 pada tahun 2013, 1.677 pada tahun 2014 dan 1.924 pengunjung pada
tahun 2015. Kesembilan lokasi tersebut adalah Tampang- Belimbing, Sukaraja

35
Atas/Camp Rhino, Pemerihan, Way Canguk, Way Nyercik - Biha, Kubu Perahu, Suoh,
Talang Enam- Sekincau, Kramat Menula.

Kegiatan pariwisata:

Menaiki gajah Menyusuri sungai

Menjelajahi hutan Berkemah

Pondok jaga Wisata Budaya: perumahan warga


Gambar 5,6,7,8. Wisata TNBBS

Gangguan pada TNBBS

36
Ketersediaan lahan garapan yang terbatas di Pekon Kubu Perahu serta tekanan
krisis ekonomi dan moneter sejak dimulainya reformasi tahun 1998 telah mendorong
munculnya aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan di kawasan hutan Taman
Nasional di sekitar Enclave Kubu Perahu dan sekitar pusat desa (daerah Way Badas)
seluas puluhan hektar, pada tahun 2003 aktivitas ilegal tersebut telah dapat dihentikan
kecenderungan perluasannya dan sebagian besar telah ditinggalkan oleh pelaku
perambahan hingga saat ini. Secara umum Hutan Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan di zona pemanfaatan intensif Kubu Perahu masih merupakan hutan alam
primer yang relatif aman dari berbagai gangguan seperti perambahan hutan, pencurian
hasil hutan dan perburuan liar.

Dalam wawancara Analisis Pengembangan Obyek Wisata Alam di Resort Balik Bukit
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, disampaikan bahwa:
1. Masyarakat
Menurut hasil wawancara, 89% masyarakat mengatakan Resort Balik Bukit mempunyai
potensi wisata yang baik dan menarik sehingga layak untuk dikembangkan. Dalam
kegiatan pengembangan, 80% masyarakat menyatakan bahwa masih perlu perbaikan
pada fasilitasfasilitas wisata yang sudah rusak dan perlu penambahan sarana
prasarana wisata sepertipengadaan tempat penjualan souvenir dan penginapan bagi
pengunjung. Sebanyak 99% masyrakat yang berdomisili di Kubu Perahu memiliki
keinginan untuk terlibat langsung dalam kegiatan pengembangan yang dilakukan agar
dapat menambah ilmu pengetahuan tentang alam, memperkenalkan keindahan alam
dan budaya yang ada di Balik Bukit Kubu Perahu, dan dapat membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat yang berdomisili di enclave Kubu Perahu (Meizannur dan
Christine Wulandari, 2015).

2. Pengunjung
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung obyek wisata alam Resort Balik
Bukit, persepsi pengunjung terhadap kondisi obyek wisata alam Resort Balik Bukit
berbedabeda. Dari segi sarana prasarana dan lingkungan, sebanyak 98% pengunjung
menyatakan baik, akan tetapi pengunjung menyayangkan tidak adanya fasilitas tempat

37
ibadah, penginapan, penjualan souvenir, dan alat outbond. Pengunjung, baik nusantara
ataupun mancanegara yang berkunjung ke obyek wisata alam Resort Balik Bukit selain
dapat menikmati obyek wisata alam juga dapat membeli dan belajar mebuat kerajinan
tangan dari masyarakat yang ada di enclave Kubu Perahu .(Meizannur dan Christine
Wulandari, 2015).

3. Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan


Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mempunyai rencana bekerjasama
dengan instansi lain untuk mengelola dan mengembangkan obyek wisata alam agar
lebih baik. Saat ini pihak TNBBS sedang membuat design tapak untuk ditawarkan
kepada para stakeholder yang nantinya akan terlibat dalam kegiatan pelaksanaan
pengelolaan dan pengembangan obyek wisata alam Resort Balik Bukit. Instansi yang
nantinya terlibat dalam pengembangan obyek wisata alam Resort Balik Bukit adalah
Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat dan Dinas Pariwisata dan Lingkungan
Hidup Kabupaten Lampung Barat dan BAPPEDA Kabupaten Lampung Barat.
Kerjasama yang akan dilakukan diharapkan mencakup pembagian atau kesepakatan
dari fungsi dan tanggung jawab yang jelas bagi setiap para pihak sehingga dapat
mencapai tujuan pengelolaan dan pengembangan obyek wisata alam yang baik .
(Meizannur dan Christine Wulandari, 2015).

38
BAB IV
ANALISIS, GAGASAN, DAN PENGEMBANGAN

4.1 Analisis Potensi Kendala


Potensi
- Banyaknya potensi SDA yang dimiliki baik flora dan fauna, mengingat lokasinya
yang luas serta memiliki berbagai jenis ketinggian serta terdapat bentang alam
yang indah
- Distribusi potensi wisata yang tersebar di lokasi
- Adanya badan konservasi dan Pamswakarsa sebagai modal awal pelibatan
masyarakat dalam pariwisata alam
- Pengembangan kepariwisataan diakomodasi oleh BBTNBBS
- Keinginan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan OWA
- Adanya keinginan Dinas Pariwisata dan BAPPEDA Lampung Barat untuk terlibat
dalam pengembangan wisata

Kendala
- Belum dikelola secara profesional
- Promosi yang masih kurang
- Kualitas SDM yang masih kurang
- Kurangnya dukungan anggaran
- Pengembangan yang dilakukan harus tepat dan sesuai daya dukung agar tidak
berdampak pada perubahan kualitas lingkungan dan tidak berdampak negatif
pada flora dan fauna
- Potensi konflik kepentingan antara pelestarian dan pemanfaatan untuk
pariwisata alam

39
4.2 Gagasan dan Pengembangan Umum
Gagasan dan pengembangan secara umum yang dapat ditarik dari analisis yaitu:
- Meningkatkan kepedulian Pemerintah Daerah Lampung terhadap potensi wisata
alam dan ekowisata Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sehingga diharapkan
pemerintah dapat menganggarkan biaya lebih untuk:
o Pengembangan fasilitas wisata
o Mempekerjakan kosultan konservasi yang profesional dibidangnya
o Mengedukasi warga terhadap potensi wisata
o Promosi secara profesional dari berbagai social media
o Membuat pusat penelitian

4.3 Gagasan dan Pengembangan dari segi Arsitektur Lanskap


Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ini memang masih belum banyak diperhatikan
pemerintah dan swasta sehingga gagasan dan pengembangan dari segi arsitektur
lanskap yaitu menambahkan fasilitas di zona pemanfaatan seperti:
- Menara pandang diberbagai puncak bukit
- Homestay
- Sekolah gajah
- Area kemah yang memadai
- Outbound
- Restoran khas makanan Lampung
- Toko cinderamata yang bekerjasama dengan masyarakat
- Tempat menginap bari para pekerja TNBBS

40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah kawasan pelestarian alam dan
benteng terakhir hutan hujan tropis di Provinsi Lampung yang memiliki potensi sumber
daya alam hayati dan non hayati yang cukup tinggi serta ekosistem lengkap mulai dari
ekosistem pantai, hutan hujan dataran rendah sampai hutan hujan pegunungan, dan
mendapatkan predikat “Tropical Rainforest Heritage of Sumatra” pada tahun 2005.
Wisata alam yang dimiliki beragam namun belum banyak mendapatkan perhatian dari
berbagai pihak.

5.2 Saran
Kesimpulan karya tulis ini yaitu:
- Pemerintah dan masyarakat harus menyadari potensi wisata alam dari
lingkungan sekitarnya, sehingga tidak sembarangan merusak alam melainkan
mendukung koservasi alam;
- Sebagai civitas akademika, ada baiknya untuk melihat, menggali, dan ikut
memajukan Taman Nasional yang belum terlalu berkembang karena hal ini
dapat membantu pemerataan pembangunan di Indonesia.

41
DAFTAR ACUAN/REFERENSI

Arifiani, Deby dan Ridha Mahyuni Bidang Botani. 2011. Keanekaragaman Flora di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Provinsi Lampung Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Bukit Barisan Selatan National Park Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial
(ESMF)
Meizannur dan Christine Wulandari. 2015. Analisis Pengembangan Obyek Wisata
Alam Di Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Nugroho, I. (2011). Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiarto, Dwi Putro. 2012. [https://tnrawku.wordpress.com/2012/09/21/pengertian-
taman-nasional-kriteria-zonasi-dan-pemanfaatan]
Wahyudin, Agus dan DYP Sugiharto (ed). 2010. Unnes Sutera: Pergualatan Pikir
Sudijono Sastroatmodjo Membangun Sehat, Unggul, Sejahtera. Semarang: Unnes
Press.
Website resmi Balai Besar Taman Nasioal Bukit Barisan Selatan [http://tnbbs.org
/Profile/Kondisi-Umum.aspx]
Wikipedia 2020
[https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Bukit_Barisan_Selatan].

42

Anda mungkin juga menyukai