Anda di halaman 1dari 13

IDENTIFIKASI WILAYAH YANG DIKONSERVASI .

Konservasi Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan. Namun menurut Adishakti (2007) istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter. Disini dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan yang dilakukan ini membutuhkan upaya lintas sektoral, multi dimensi dan disiplin, serta berkelanjutan.

2.Strategi Konservasi
Oleh karena itu, agar sumber daya alam dapat bermanfaat dalam waktu yang panjang maka hal-hal berikut sangat perlu dilaksanakan. 1. Sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, tetapi pengelolaan sumber daya alam harus diusahakan agar produktivitasnya tetap berkelanjutan. 2. Eksploitasinya harus di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi sumber daya alam. 3. Diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada agar dapat lestari dan berkelanjutan dengan menanamkan pengertian sikap serasi dengan lingkungannya. 4. Di dalam pengelolaan sumber daya alam hayati perlu adanya pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 5. Teknologi yang dipakai tidak sampai merusak kemampuan sumber daya untuk pembaruannya. 6. Sebagian hasil panen harus digunakan untuk menjamin pertumbuhan sumber daya alam hayati. 7. Dampak negatif pengelolaannya harus ikut dikelola, misalnya dengan daur ulang. 8. Pengelolaannya harus secara serentak disertai proses pembaruannya. Arah kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam dalam TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang

Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam : 1. Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dalam rangka sinkronisasi kebijakan antarsektor yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 Ketetapan ini. 2. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber daya alam melalui identifikasi dan inventarisasi kualitas dan kuantitas sumber daya alam sebagai potensi dalam pembangunan nasional. 3. Memperluas pemberian akses informasi kepada masyarakat mengenai potensi sumber daya alam di daerahnya dan mendorong terwujudnya tanggung jawab sosial untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan termasuk teknologi tradisional. 4. Memperhatikan sifat dan karakteristik dari berbagai jenis sumber daya alam dan melakukan upayaupaya meningkatkan nilai tambah dari produk sumber daya alam tersebut. 5. Menyelesaikan konflik-konflik pemanfaatan sumber daya alam yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum 6. Menyusun strategi pemanfaatan sumber daya alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi daerah maupun nasional.

.PENYAJIAN INFORMASI TENTANG PERSEBARAN WILAYAH KONSERVASI PENYAJIAN INFORMASI TENTANG PERSEBARAN WILAYAH KONSERVASI Ta

man Nasional dan kawasan konservasi lain di Indonesia dan penyebarannya (KMNLH, 1994).

Kawasan konservasi merupakan gudang plasma nutfah, baik tumbuhan, satwa liar, maupun jasad renik. Menurut Undang-undang no. 5 tahun 1990, konservasi insitu dilakukan di Suaka Alam dan di Kawasan Pelestarian Alam. Kawasan Suaka Alam meliputi Cagar Alam dan Suaka Margasatwa, sedangkan kawasan pelestarian alam meliputi Taman Nasional, Taman Nasional Laut, Taman Hutan Wisata, Taman Wisata Alam, Taman Buru. Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan berbagai tipe kawasan konservasi cukup banyak yang di dilindungi oleh undangundang, yang mana penyebarannya meliputi berbagai daerah di Indonesia. Beberapa contoh kawasan konservasi dapat dilihat pada tabel 1. Pengertian istilah beberapa kawasan konservasi seperti tersebut di atas dapat dijelaskan berikut ini (UU no. 5 th 1990):

Kawasan Suaka Alam: adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyanga kehidupan.

Cagar Alam: adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

Suaka Margasatwa: adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

Kawasan Pelestarian Alam: adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan sedara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Taman Nasional: adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Taman Hutan Raya: adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisara dan rekreasi.

Taman Wisata Alam: adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa persebaran kawasan konservasi meliputi hampir di tiap propinsi. Berarti setiap propinsi memiliki kawasan konservasi insitu yang merupakan gudang plasma nutfah yang khas dari daerah yang bersangkutan. Sering ditemukan dalam satu kawasan konservasi mengandung beberapa tipe ekosistem. Semakin beranekaragam ekosistemnya maka semakin tinggi pula keanekaragaman plasma nutfahnya. Kepulauan Indonesia terbagi dalam tujuh divisi biografi utama (BAPPENAS, 1993; KMNLH, 1994), yaitu: 1) Sumatera, 2) Jawa dan Bali, 3) kalimantan, 4) Nusa Tenggara (termasuk Kletar dan Tanimbar), 5) Sulawesi, 6) Maluku, dan 7) Irian Jaya (termasuk kepulauan Kai dan Aru). 3.PETA PERSEBARAN WILAYAH KONSERVASI Cagar Alam adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi tumbuhan dan lingkungannya agar dapat tumbuh secara alami. Suaka Marga Satwa adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi dan

melestarikan berbagai jenis hewan agar terhindar dari kepunahan. Peta Persebaran Taman Nasional di Indonesia Peta Persebaran Taman Nasional di Indonesia Persebaran Kawasan suaka alam yang dilindungi di indonesia 1. PULAU SUMATRA a. Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh & Sumatra Utara) b. Taman Nasional Siberut (Sumatra Barat) c. Taman Nasional Kerinci Seblat d. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Riau) e. Taman Nasional Berbak (Jambi) f. Taman Nasional Bukit Duabelas (Jambi) g. Taman Nasional Bukit Barisan (Bengkulu & Lampung) h. Taman Nasional Way Kambas (Lampung)

2. PULAU JAWA a. Taman Nasional Ujung Kulon (Banten) b. Taman Nasional Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) c. Taman Nasional Gunung Halimun (Jawa Barat) d. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Jawa Barat) e. Taman Nasional Laut Karimu Jawa (Jawa Tengah) f. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur) g. Taman Nasional Meru Betiri (Jawa Timur) h. Taman Nasional Baluran (Jawa Timur) i. Taman Nasional Alas Purwo (Jawa Timur)

3. Bali dan Nusa Tenggara a. Taman Nasional Bali Barat (Bali) b. Taman Nasional Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat) c. Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur) d. Taman Nasional Kelimutu (Nusa Tenggara Timur)

4. KALIMANTAN a. Taman Nasional Gunung Palung (Kalimantan Barat) b. Taman Nasional Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) c. Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (Kalbar & Kalteng) d. Taman Nasional Betung Karihun (Kalimantan Barat) e. Taman Nasional Kayan Mentarang (Kalimantan Timur)

f. Taman Nasional Kutai (Kalimantan Timur)

5. PULAU SULAWESI a. Taman Nasional Laut Bunaken Manado Tua (Sulawesi Utara) b.Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara) c.Taman Nasional Lore Lindu (Sulawesi Tengah) d.Taman Nasional Laut Taka Bonerate (Sulawesi Selatan) e.Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (Sulawesi Tenggara) f.Taman Nasional Laut Wakatobi (Sulawesi Tenggara)

6. MALUKU dan PAPUA a. Taman Nasional Manusel (Maluku) b. Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasih (Papua)

Tahura berdasarkan Keppres RI No. 52 tahun 1989 tanggal 18 Oktober 1989.

Taman Hutan Raya Murhum; Sulawesi Tenggara. Berlokasi di Kendari dengan luas 7.877 ha. Ditetapkan sebagai Tahura melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 103/Kpts-II/1999, 2 Maret 1999.

Taman Hutan Raya Palu; Sulawesi Tengah. Terletak di Sulawesi Tengah. Kawasan konservasi ini menempati lahan seluas 8.100 ha. Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No: 461/Kpts-11/1995, 4 September 1995.

Taman Hutan Raya Poboya Paneki; Sulawesi Tengah. Di Donggala dengan luas 7.128 ha. Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 24/Kpts-II/1999, 9 April 1999.

Taman Hutan Raya Bontobahari; Sulawesi Selatan. Terdapat di Bulukumba, Sulawesi Selatan dengan luas 3.475 ha. Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 721/Menhut-II/2004, 1 Oktober 2004.

2Strategi pelaksanaan wilayah konservasi di indonesia . Wilayah-wilayah yang perlu dikonservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup antara lain sebagai berikut: a. Daerah resapan air Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, ada yang meresap ke dalam tanah ada pula yang mengalir ke sungai menjadi air sungai yang seterusnya mengalir kelaut. Air ini merupakan cadangan air yang dapat digunakan pada musim kemarau oleh tumbuhan, hewan, dan manusia.

b.

Daerah rawan erosi dan longsor Daerah ini memiliki topografi yang terjal, misalnya perbukitan dengan lereng yang curam, memiliki lapisan tanah yang tebal, dan curah hujan yang tinggi. Daerah ini jika tidak dilindungi akan menjadi ancaman terjadi erosi dan tanah longsor. Lapisan tanah yang ada akan terhanyut dan menjadi tanah yang tandus dan gersang, atau terjadi longsor yang mengakibatkan bencana bagi orang disekitarnya. Cara perlindungannya adalah membiarkan wilayah tersebut menjadi hutan alami, atau jika ditebang harus direboisasi dengan jenis tanaman tahunan dan tidak diolah lagi oleh manusia.

c.

Lahan potensial dan subur Lahan potensi dan subur merupakan lahan pertanian yang sangat produktif memberikan hasil bahan pangan. Daerah ini perlu dilindungi dengan cara menjaga lahan agar tidak dialihfungsikan menjadi lahan industri atau pemukiman, dan dijaga agar tidak tercemar tanahnya

d.

Hutan mangrove/bakau Hutan mangrove yang tumbuh di pantai dapat melindungi pandai dari gempuran ombak, mengendapkan lumpur dan merupakan tempat udang atau ikan mencari makan. Jika hutan mangrove ini rusak akan terjadi abrasi laut yang menghancurkan dan mengerosi pantai. Komunitas ikan dan udang akan musnah.

e.

Habitat hewan dan tumbuhan langka Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu untuk tujuan tertentu seperti dimakan, untuk obat, perhiasan. Habitatnya perlu dilindungi agar hewan dan tumbuhan tidak mengalami kepunahan dengan ditetapkan sebagai kawasan cagar alam dan suaka margasatwa.

f.

Air tanah Sejalan dengan makin pesatnya perkembangan penduduk, industri, kegiatan pertanian dan perkebunan, peternakan dan kegiatankegiatan lain yang banyak membutuhkan air tawar, maka air tanah perlu dilindungi. Di daerah pesisir pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan intrusi air laut sehingga air tanah yang tadinya tawar menjadi payau atau asin. Di daerah tertentu air tanah tercemar bahan berbahaya dan polusi limbah dari pabrik sehingga tidak bisa digunakan bagi berbagai kepentingan. Untuk melindungi air tanah ini perlu digalakan cara pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk menetralkan air limbah sebelum dibuang ke sungai. Strategi pelaksanaan wilayah konservasi di indonesia Indonesia menerapkan empat strategi terpadu untuk memastikan konservasi hutan dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan di Indonesia. Keempat strategi tersebut adalah: 1. Pengelolaan kawasan Pengelolaan kawasan dilakukan di wilayah terestrial yang dilindungi, semua aktivitas komservasi species, pengelolaan daerah tangkapan air, serta pemberdayaan masyarakat di di dalam dan sekitar kawasan konservasi di wilayah kerja WWF. 2. Rencana pemanfaatan lahan berkelanjutan WWF menginisiasi dan memfasilitasi penggunaan lahan dalam skala besar dan terkadang lintas negara dan rencana penggunaan sumber daya alam. Upaya tersebut bertujuan untuk memastikan akses dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan oleh masyarakat lokal dan adat di sekitar kawasan konservasi. 3. Reformasi sektor Intervensi ini dimaksudkan untuk mendorong reformasi pada sektor-sektor berbasiskan sumberdaya alam (misalnya sektor kehutanan, kelapa sawit, serta pulp dan kertas) agar dapat mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang lestari (Better Management Practices). mengembangkan kriteria dan prinsip produksi kelapa sawit yang berkelanjutan. 4. Pendanaan yang berkelanjutan Strategi ini dimaksudkan untuk membuka peluang pendanaan berkelanjutan bagi manajemen konservasi dan aplikasi Better Management Practice dalam skala besar.

Upaya yang difasilitasi oleh WWF-Indonesia antara lain membangun mekanisme pendanaan, mekanisme tata kelola yang transparan, mengidentifikasi pilihan pendanaan yang ada, dan membantu pengembangan program kerja (misalnya: Heart Of Borneo, Coral Triangle, REDD) yang berbasis pada prinsip keadilan sosial dan ekonomi, serta menjamin hak-hak ulayat masyarakat adat. PENYAJIAN INFORMASI TENTANG PERSEBARAN WILAYAH KONSERVASI Taman Nasional dan kawasan konservasi lain di Indonesia dan penyebarannya (KMNLH, 1994).

Kawasan konservasi merupakan gudang plasma nutfah, baik tumbuhan, satwa liar, maupun jasad renik. Menurut Undang-undang no. 5 tahun 1990, konservasi insitu dilakukan di Suaka Alam dan di Kawasan Pelestarian Alam. Kawasan Suaka Alam meliputi Cagar Alam

dan Suaka Margasatwa, sedangkan kawasan pelestarian alam meliputi Taman Nasional, Taman Nasional Laut, Taman Hutan Wisata, Taman Wisata Alam, Taman Buru. Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan berbagai tipe kawasan konservasi cukup banyak yang di dilindungi oleh undang-undang, yang mana penyebarannya meliputi berbagai daerah di Indonesia. Beberapa contoh kawasan konservasi dapat dilihat pada tabel 1. Pengertian istilah beberapa kawasan konservasi seperti tersebut di atas dapat dijelaskan berikut ini (UU no. 5 th 1990):

Kawasan Suaka Alam: adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyanga kehidupan.

Cagar Alam: adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

Suaka Margasatwa: adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

Kawasan Pelestarian Alam: adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan sedara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Taman Nasional: adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Taman Hutan Raya: adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisara dan rekreasi.

Taman Wisata Alam: adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa persebaran kawasan konservasi meliputi hampir di tiap propinsi. Berarti setiap propinsi memiliki kawasan konservasi insitu yang merupakan gudang plasma nutfah yang khas dari daerah yang bersangkutan. Sering ditemukan dalam satu kawasan konservasi mengandung beberapa tipe ekosistem. Semakin beranekaragam ekosistemnya maka semakin tinggi pula keanekaragaman plasma nutfahnya. Kepulauan Indonesia terbagi dalam tujuh divisi biografi utama (BAPPENAS, 1993;

KMNLH, 1994), yaitu: 1) Sumatera, 2) Jawa dan Bali, 3) kalimantan, 4) Nusa Tenggara (termasuk Kletar dan Tanimbar), 5) Sulawesi, 6) Maluku, dan 7) Irian Jaya (termasuk kepulauan Kai dan Aru). PETA WILAYAH PERSEBARAN WILAYAH KONSERVASI Indonesia memiliki banyak kawasan yang dilindungi dalam bentuk suaka alam. Kawasan suaka alam diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa hutan suaka alam mencakup kawasan huitan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus bagi perlindungan alam hayati dan manfaat-manfaat lainnya. Kawasan tersebut terdiri atas Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa. Cagar Alam adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi tumbuhan dan lingkungannya agar dapat tumbuh secara alami. Suaka Marga Satwa adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi dan melestarikan berbagai jenis hewan agar terhindar dari kepunahan. Peta Persebaran Taman Nasional di Indonesia Peta Persebaran Taman Nasional di Indonesia Persebaran Kawasan suaka alam yang dilindungi di indonesia : 1. PULAU SUMATRA a. Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh & Sumatra Utara) b. Taman Nasional Siberut (Sumatra Barat) c. Taman Nasional Kerinci Seblat d. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Riau) e. Taman Nasional Berbak (Jambi) f. Taman Nasional Bukit Duabelas (Jambi) g. Taman Nasional Bukit Barisan (Bengkulu & Lampung) h. Taman Nasional Way Kambas (Lampung)

2. PULAU JAWA a. Taman Nasional Ujung Kulon (Banten) b. Taman Nasional Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) c. Taman Nasional Gunung Halimun (Jawa Barat) d. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Jawa Barat) e. Taman Nasional Laut Karimu Jawa (Jawa Tengah) f. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur)

g. Taman Nasional Meru Betiri (Jawa Timur) h. Taman Nasional Baluran (Jawa Timur) i. Taman Nasional Alas Purwo (Jawa Timur)

3. Bali dan Nusa Tenggara a. Taman Nasional Bali Barat (Bali) b. Taman Nasional Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat) c. Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur) d. Taman Nasional Kelimutu (Nusa Tenggara Timur)

Anda mungkin juga menyukai