Anda di halaman 1dari 8

Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Tanggal : 22 September 2022

Ekowisata Pertemuan :6
Kelas : A2
Dosen : Ae Priatna, Ir, M.M.
Asisten : Adinda Chikanaura S, A.Md.
Hanifah Alifia Roza, A.Md.

TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT

MUH. IMAM FIRDAUS

J0313201055

PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJEMENN LINGKUNGAN

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2022
DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Tujuan 2
II TINJAUAN PUSTAKA 3
III KONDISI UMUM 4
3.1 Sejarah 4
3.2 Visi Misi 4
3.3 Letak dan Luas 4
3.4 Tugas dan Fungsi 4
3.5 Iklim dan Topografi 5
3.6 Zonasi 5
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 6
V KESIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA 7

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Taman Nasional merupakan salah satu kawasan konservasi yang mengandung aspek
pelestarian dan aspek pemanfaatan sehingga kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan ekowisata dan minat khusus (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28
tahun 2011). Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan gabungan dari beberapa kawasan
cagar alam di Pulau Sumatera, ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
901/Kpts-II/ 1999 Tanggal 14 Oktober 1999 seluas 1.375.349,87 Ha yang meliputi Propinsi Jambi,
Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Jambi merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas yaitu
sekitar 2.179.440 ha pada tahun 1999. Dari keseluruhan hutan yang ada di Provinsi Jambi, terdapat
hutan lindung yang termasuk kedalam kawasan taman nasional yaitu 338.000 ha. Salah satu taman
nasional di Provinsi Jambi adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). TNKS merupakan
taman nasional yang ditetapkan pada tahun 1996 dengan luas keseluruhan 1.368.000 ha yang
merupakan gabungan dari beberapa cagar alam yang memiliki kawasan hutan lindung serta
terdapat daerah aliran sungai yang mengalir di beberapa provinsi dan menjadi sumber air bagi
masyarakat.Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan merupakan taman nasional yang
memiliki potensi wisata yang menarik dan telah ditetapkan zonasinya dalam mendukung
pengelolaan wisata alam.

Pentingnya kawasan hutan bagi kelangsungan hidup masyarakat dan keinginan


masyarakat sekitar hutan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik secara ekonomi serta
keinginan dari pemerintah untuk melestarikan hutan, maka dari itu perlu dilakukan penelitian
tentang strategi pengelolaan kawasan TNKS yang secara jangka panjang dapat memberi manfaat
bagi kedua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat secara berkelanjutan.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
1. Mengetahui keanekaragaman hayati dan mengetahui potensi yang terdapat pada Taman
Nasional Kerinci Seblat.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui keanekaragaman hayati flora di Taman Nasional Kerinci Seblat.
2. Mengetahui keanekaragaman hayati fauna di Taman Nasional Kerinci Seblat.
3. Mengetahui ciri khas dan potensi wisata alam yang terdapat di Taman Nasional Kerinci
Seblat.
4. Mengetahui pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (UU No 5, 1990). Taman nasional
adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti
dan atau zona-zona lain yang dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, pariwisata dan rekreasi
(Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 687/KPTS/-II/1989).
Sistem Taman Nasional memiliki keunggulan dibanding dengan sistem lainnya,
diantaranya adalah Taman Nasional dibentuk untuk kepentingan masyarakat karena harus
bermanfaat bagi masyarakat dan didukung oleh masyarakat, Konsepsi pelestarian didasarkan atas
perlindungan ekosistem sehingga mampu menjamin eksistensi unsur-unsur pembentuknya, Taman
Nasional dapat dimasuki oleh pengunjung sehingga pendidikan cinta alam, kegiatan rekreasi dan
fungsi-fungsi lainnya dapat dikembangkan secara efektif (Bratamihardja, 1979). Tujuan Taman
Nasional yang relevan dengan pembangunan regional, sosial dan pengelolaan lingkungan terdiri
atas :
1. Pemeliharaan contoh yang memiliki unik-unik biotik utama melestarikan fungsinya dalam
ekosistem
2. Pemeliharaan keanekaragaman ekologi dan hukum lingkungan
3. Pemeliharaan sumber daya genetika atau plasma nutfa
4. Pemeliharaaan, objek struktur, tapak atau peninggalan warisan kebudayaan
5. Perlindungan keindahan panorama alam
6. Penyediaaan fasilitas pendidikan, penelitian dan pemantuan lingkungan di alam areal
alamiah
7. Penyedian fasilitas rekresai dan turisme
8. Penduduk pembangunan daerah pedesaan dan penggunaan lahan marginal secara regiona
9. Pemeliharaan produksi das , pengendalian erosi dan pengendapan serata melindungi
invertasi daerah lihir (miller 1978)
Menurut UU No. 5, 1990, taman nasional adalah sebagai kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman
nasional dikelola dengan sistem zonasi untuk mengatur keruangan di dalam kawasan taman
nasional menjadi zona-zona pengelolaan.
Taman nasional di Indonesia dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Balai/Balai Besar Taman
Nasional yang secara struktur organisasinya di bawah wewenang Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan. Dasar pengelolaan taman nasional di
Indonesia berlandaskan peraturan Menteri Kehutanan No. P. 03/Menhut-II/2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional.
3
BAB III
KONDISI UMUM
3.1 Sejarah
TNKS dinyatakan secara resmi sebagai taman nasional dengan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 1049/Kpts-II/1992 pada tanggal 12 November 1992. Kemudian, Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 192/Kpts-II/1996 menetapkan luas TNKS lebih kurang
1.368.000 hektar. Setelah diadakan penataan batas, TNKS secara resmi ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan dan Perkebunan dengan Surat Keputusan Nomor 901/Kpts-II/1999 pada bulan Oktober
1999 dengan luas 1.375.349,867 hektar. Karena itu, “Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan
taman nasional pertama di Indonesia yang telah menyelesaikan semua prosedur hukum sehingga
mendapat penetapan resmi.
3.2 Visi dan Misi
Program TNKS diarahkan untuk menghasilkan dampak yang nyata dan signifikan bagi
konservasi hutan di Pulau Sumatra, sehingga Visi dan Misi TNKS sesuai dengan Rencana Strategis
TNKS 2015-2020 adalah sebagai berikut:
1. Visi: Konservasi Keanekaragaman Hayati Hutan Tropis Demi Mendukung Pembangunan
Berkelanjutan di Sumatra
2. Misi: Fasilitasi kegiatan konservasi, perlindungan, restorasi dan pemanfaatan hutan tropis
di Sumatra secara berkelanjutan
3.3 Letak dan Luas
Kawasan yang terletak pada 1”17 - 3” 36 Lintang Selatan, 100” 31 - 102” 44 BT memiliki
lebih kurang 30 gunung atau bukit. TNKS merupakan penyatuan dari beberapa Cagar alam yaitu
Cagar Alam Gunung Idrapura, Cagar Alam Bukit Tapan, dan Cagar Alam Danau Gunung Tujuh.
Juga mencakup beberapa Suaka Margasatwa, yaitu Suaka Margasatwa Bukit Gedang Seblat,
Suaka Margasatwa Rawas Hulu Lakitan, Suaka Margasatwa Sangir Ulu, dan Suaka Margasatwa
Bukit Kayu Embun. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah kawasan yang memiliki nilai
penting luar biasa dalam konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem alam di Indonesia.
Maha taman ini memiliki luas kawasan hampir 1,4 juta hektar dan tersebar di empat provinsi di
Pulau Sumatera; Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Keragaman tofografi
dan ekosistem kawasan menjelma menjadi bentang alam yang unik dan indah, seperti kawasan
Danau Gunung Tujuh, Gunung Kerinci, Rawa Bento, Goa Kasah, dan lain sebagainya
3.4 Tugas dan Fungsi
Pada awalnya TNKS adalah kumpulan dari 17 kelompok hutan kumpulan cagar alam serta
margasatwa dan tambahan beberapa kawasan hutan lindung menjadi tempat perlindungan terbesar
flora dan fauna khas hutan hujan Sumatera Sebagai kawasan pelestarian alam, menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
menentukan tiga fungsi pokok dari TNKS, yaitu:

1. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan


bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia.

4
2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman genetik dan tipe-tipe ekosistemnya sehingga
mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan
pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi
kesejahteraan
3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin
kelestariannya

3.5 Iklim dan Topografi

Kondisi iklim di TNKS bervariasi menurut topografi, tetapi secara umum kawasan TNKS
tergolong ke dalam Tipe A (basah) dalam klasifikasi iklim Schmidt dan Fergu son. Rata-rata
curah hujan tahunan adalah 2.991 mm, dengan bulan kering kurang dari dua bulan per tahunnya.
Rata-rata temperatur antara 16°-28° Celcius. Kelembaban relatif udara adalah 77%-92%.
Wilayah TNKS memiliki topografi berupa lembah curam yang membelah Pegunun gan
Bukit Barisan menjadi dua bagian yang sejajar. Sebagai rangkaian bukit dan gunung, TNKS
dicirikan oleh kelerangan lahan sangat curam (≥ 60%) pada sebagian besar kawasannya (70% dari
luas kawasan) dengan ketinggian antara 200 hingga 3.805 m dpl. Di kawasan ini banyak dijumpai
pegunungan tinggi (lebih kurang terdapat 30 gunung atau bukit), seperti:

1. Gunung Kerinci yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumatera (3.805 m dpl)
2. Gunung Tujuh (2.604 m dpl)
3. Gunung Seblat (2.383 m dpl)
4. Gunung Raya (2.543 m dpl)
5. Gunung Nilo (2.400 m dpl)
6. Gunung Masurai (2.600 m dpl)
7. Gunung Sumbing (2.500 m dpl)

3.6 Zonasi
Kriteria penetapan zonasi dilakukan berdasarkan derajat tingkat kepekaan ekologis
(sensitivitas ekologi), urutan spektrum sensitivi tas ekologi dari yang paling peka sampai yang
tidak peka terhadap intervensi pemanfaatan, berturut -turut adalah zona: inti, rimba, pemanfaatan,
rehabilitasi, khusus, tradisional, dan lain -lain. Zona dalam kawasan Taman Nasional Kerinci
Seblat menurut hasil revisi terakhir tahun 2017 terdiri dari:
1. Zona Inti seluas 738.831 ha
2. Zona Rimba seluas 492.354 ha
3. Zona Rehabilitasi seluas 108.760 ha
4. Zona Pemanfaatan seluas 22.738 ha
5. Zona Khusus seluas 15.219 ha
6. Zona Tradisional seluas 11.606 ha

5
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
TNKS dianugerahi kekayaan biodiversitas yang sangat tinggi setidaknya 85 jenis dari 199
jenis mamalia Sumatera, 371 jenis burung 17 diantaranya endemik Sumatera, 640 pohon dari 63
family. 300 Anggrek liar dan masih banyak lagi satwa dan tumbuhan lain menemukan rumahnya
di sini. selain itu juga merupakan sumber air bagi 5 juta penduduk dan hampir 10 juta hektar lahan
pertanian Sumatera.

Pada ketinggian antara 1.000 – 1.500 m dpl terdapat hutan hujan tropis pegunungan rendah
yang didominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae (hingga ketinggian 1.200 mdpl), seperti Hopea
sp., dan Shorea platyclados, Litsea sp., Rhodamnia cinere, serta suku Euphorbiaceae dan
Leguminosae. Lapisan bawahnya ditumbuhi oleh palem (Livingstonia altissima dan Areca
catechu), epifit (Asplenium sp., Bulbophyllum sp., Dendrobium sp., dan Eria sp.), dan kantong
semar (Nepenthes sp.).

Di atas ketinggian 1.500 mdpl terdapat vegetasi hutan pegunungan yang didominasi oleh
suku Lauraceae dan Ericaceae, seperti Podocarpus amarus, Castanopsis sp., Ficus variegate, dan
Cinnamomum parthenoxylon. Di Kabupaten Kerinci dikenal dua ekosistem rawa, yaitu Rawa
Ladeh dan Rawa Bento yang terletak di ketinggian 1 950 mdpl dengan luasan 150 ha. Kedua rawa
tersebut merupakan rawa gambut tertinggi di Pulau Sumatera. Rawa Bento (Sangir Hulu)
merupakan rawa air tawar dengan karakteristik jenis rumput Leersia hexandra, Glochidion sp.,
dan Eugnia spicata. Jenis tumbuhan khas dengan sebaran terbatas dapat dijumpai di kawasan ini,
yaitu pinus strain kerinci (Pinus merkusii strain kerinci), kayu pacet (Harpullia arborea), pakis
sunsang (Dyera costulata), dan bunga rafflesia (Rafflesia arnoldii).

TNKS merupakan rangkaian tidak terputus hutan hujan dataran rendah sampai pegunungan
termasuk hutan pinus tropis alami hutan Rawa gambut dan danau air tawar, menjadikan Taman ini
sebagai harta dunia yang sangat berharga dan harus dijaga kelestariannya. satu-satunya konifer di
daerah tropis yang memiliki sebaran luas di Asia Tenggara yaitu pinus strain kerinci yang hanya
dapat ditemukan di tiga tempat di pulau Sumatera yaitu Aceh, tapanuli dan Kerinci. Pinus merkusii
kerinci adalah jenis yang sebaran tubuh secara alami menyebrang garis khatulistiwa ke belahan
bumi bagian selatan sampai 2 derajat Lintang Selatan. saat ini dapat ditemukan dalam kelompok
kecil di daerah Bukit Tapan, pungut mudik, Bukit terbakar dan gunung kaca. Mempunyai ciri khas
terletak pada warna daun, Kulit batang produktivitas getah, penampakan tekstur dan percabangan
pohon. Kulit batang tusam Kerinci relatif lebih halus dan tidak beralur, berbatang lurus,
percabangan sangat tinggi, daun jarum sebanyak 2 buah, daun licin dan bagian dalam agak cekung
dan kasar

6
BAB V
KESIMPULAN

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah kawasan yang memiliki nilai penting luar
biasa dalam konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem alam di Indonesia. memiliki luas
kawasan hampir 1,4 juta hektar dan tersebar di empat provinsi di Pulau Sumatera; Jambi, Sumatera
Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Keragaman topografi dan ekosistem kawasan menjelma
menjadi bentang alam yang unik dan indah. Sebagian besar kawasan hutan TNKS adalah hutan
hujan tropis yang melindungi keberadaan flora dan fauna di dalamnya. Beberapa jenis tercatat
sebagai spesies endemik dan terancam punah, seperti harimau sumatera, gajah sumatera , beruang
madu, tapir asia, padma raksasa dan lain -lain.

DAFTAR PUSTAKA

[BBTKNS]. Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman Nasional Kerinci Seblat.
Jambi : Dipa Bbtnks
Lesmana Y. Senoaji G. Anwar G. 2020. Strategi Pengembangan Ekowisata Hutan Madapi -
Taman Nasional Kerinci Seblat Di Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Penelitian
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 9(1):91-101
Gerihano. Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
Provinsi Jambi. Jurnal Aplikasi Manajemen, 14(1):120-125
Salfutra R.D. 2016. Perlindungan Taman Nasional Kerinci Seblat Dalam Kaitannya Dengan
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Hukum Progresif, 10(2):1728-1739
Subhan. 2021. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Perambahan Hutan Tnks (Studi Kasus Di
Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin). [Skripsi]. Jambi:Uin Sulthan Thaha
Saifuddin
https://youtu.be/MiHfIMF5SxQ

Anda mungkin juga menyukai