Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ekologi, Masyarakat & Sains

Volume 1, Nomor 1, 2020


ECOTAS
http://journals.ecotas.org/index.php/ems

Identifikasi Manajemen Kolaborasi


Pengelolaan Taman Nasional Laut di
Indonesia
Arief Khoiri Rustandi,1Cecep Aminudin,1 Refial Fadly1
1
ECOTAS, Cigadung Green Land A9, Bandung 40191, Indonesia

Abstrak
Kata Kunci: Manajemen kolaborasi taman nasional laut diharapkan dapat meningkatkan
Manajemen efektivitas pengelolaan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
kolaborasi, taman dalam proses pengelolaan. Kajian ini bertujuan mengidentifikasi
nasional laut manajemen kolaborasi di tujuh taman nasional laut di Indonesia. Dari hasil
penelitian diketahui pentingnya pelibatan pemerintah daerah dan
masyarakat dalam pengelolaan taman nasional laut yang mencakup
pembagian peran dan akses terhadap manfaat taman nasional laut dalam
kerangka pengelolaan taman nasional laut yang menjamin kelestarian
fungsinya sesuai dengan tujuan penetapannya.

Abstract
Keywords: Collaborative management of marine national parks is expected to increase
Co-management, management effectiveness by involving various stakeholders in the
marine national park management process. This study aims to identify collaborative management
in seven marine national parks in Indonesia. From the research results it is
known the importance of involving the local government and the community
in the management of marine national park which includes the distribution
of roles and access to the benefits of the marine national park within the
framework of marine national park management that guarantees the
preservation of its function in accordance with its stated objectives.

Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan


1 PENDAHULUAN
Pulau-Pulau Kecil. Menurut penjelasan Angka
Taman Nasional adalah Kawasan 22 Pasal 78A Undang-Undang tersebut, yang
Pelestarian Alam (KPA) yang mempunyai dimaksud dengan "kawasan konservasi di
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil"
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, termasuk Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang Pelestarian Alam yang berada di wilayah
budidaya, pariwisata, dan rekreasi (Republik pesisir dan pulau-pulau kecil, dalam bentuk
Indonesia 2011; 1990). Taman Nasional atau Taman Nasional Laut,
Istilah Taman Nasional Laut (TNL) Suaka Margasatwa Laut, Suaka Alam Laut,
dapat ditemukan dalam Undang-Undang Taman Wisata Laut, dan Cagar Alam Laut,
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas antara lain: (a) Taman Nasional (Laut)
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Kepulauan Seribu; (b) Taman Nasional


Penulis koresponden: arief.khoiri.rustandi@ecotas.org

37
EMS 1-1-2020

Kepulauan Karimunjawa; (c) Taman Nasional Nasional Laut dengan luas keseluruhan
(Laut) Bunaken; (d) Taman Nasional (Laut) 4.043.541,30 Ha, dan 14 Taman Wisata Alam
Kepulauan Wakatobi; (e) Taman Nasional Laut dengan luas keseluruhan 491.248,00 Ha.
(Laut) Taka Bonerate; (f) Taman Nasional Adapun KSA terdiri dari 5 (lima) Suaka
Teluk Cenderawasih; dan (g) Taman Nasional Margasatwa Laut dengan luas keseluruhan
Kepulauan Togean (Republik Indonesia 2007). 5.678,25 Ha, dan 6 (enam) Cagar Alam Laut
Pendekatan manajemen kolaboratif (co- dengan luas keseluruhan 154.480,00 Ha.
management) dalam pengelolaan kawasan Kawasan konservasi laut yang terakhir
konservasi sudah lama dipromosikan oleh diinisiasi dan ditetapkan oleh Kementerian
berbagai pihak. Pendekatan co-management Kehutanan adalah Taman Nasional Laut
merupakan sebuah kerangka kerja yang Kepulauan Togean pada tahun 2004
menggambarkan suatu situasi di mana satu atau (Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
lebih aktor sosial menegosiasikan, 2013).
mendefinisikan dan menyepakati diantara Tabel 1 berikut ini menunjukkan tujuh
mereka sendiri perihal pembagian peran dan Taman Nasional Laut di Indonesia berikut
tanggung jawab pengelolaan suatu kawasan luasannya masing-masing.
sumberdaya tertentu serta menjamin adanya
pembagian manfaat yang adil atas sumberdaya Tabel 1. Taman Nasional Laut (TNL) di
tersebut (Borrini-Feyerabend, G, dkk. 2007 Indonesia
dalam Santosa dan Setyowati (2016)).
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan
(Permenhut) No. 19/2004, kolaborasi
pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan
KPA adalah “pelaksanaan suatu kegiatan atau
penanganan suatu masalah dalam rangka
membantu meningkatkan efektivitas
pengelolaan KSA dan KPA secara bersama dan
sinergis oleh para pihak atas dasar
kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku” (Menteri Kehutanan 2004).
Permenhut 85/2014 terbit dan mencabut
Permenhut 19/2004. Menurut Permenhut
85/2014, kerjasama penyelenggaraan KSA dan
KPA adalah kegiatan bersama para pihak yang
dibangun atas kepentingan bersama untuk
optimalisasi dan efektifitas pengelolaan
kawasan atau karena adanya pertimbangan
khusus bagi penguatan ketahanan nasional.
Kerjasama bertujuan untuk mewujudkan Sumber: Kemenhut (2004) dalam Direktorat
penguatan tata kelola pengelolaan kawasan dan Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (2013)
konservasi keanekaragaman hayati. Kerjasama
dapat meliputi penguatan fungsi KSA dan KPA Artikel ini bertujuan untuk
serta konservasi keanekaragaman hayati dan mengindentifikasi manajemen kolaborasi
pembangunan strategis yang tidak dapat dalam pengelolaan taman nasional laut di
dielakkan (Menteri Kehutanan 2014). Indonesia.
Kawasan konservasi di bawah
kewenangan Kementerian Kehutanan
dikelompokkan sebagai KPA dan KSA. KPA 2 METODE PENELITIAN
yang mencakup wilayah perairan adalah Penelitian ini merupakan penelitian yang
Taman Nasional Laut (TNL) dan Taman bersifat deskriptif dengan menggunakan
Wisata Alam Laut (TWAL). Sedangkan KSA pendekatan kualitatif dengan menggunakan
yang mencakup wilayah perairan adalah Suaka data sekunder berupa bahan pustaka yang
Margasatwa Laut (SML) dan Cagar Alam Laut relevan dengan topik kajian.
(CAL). KPA terdiri dari 7 (tujuh) Taman

38
Identifikasi Manajemen Arief Khoiri Rustandi, Cecep Aminudin, Refial Fadly

3 HASIL DAN PEMBAHASAN yang belum mampu bertugas secara efektif


(BTNB 2006 dalam Alikodra dkk. 2008).
3.1 Taman Nasional Laut Bunaken Sehingga ada wacana dari Pemkot Manado
untuk mengambilalih pengelolaan TNB supaya
Taman Nasional Bunaken (TNB) Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) (Alikodra dkk. 2008).
Menhut No. 730/Kpts-11/1991 yang
merupakan penggabungan dari dua fungsi,
3.2 Taman Nasional Laut Taka
yaitu taman wisata laut Bunaken (ditetapkan
Pemda Sulawesi Utara pada tahun 1980) dan Bonerate
cagar alam laut Manado Tua (ditetapkan
Menhut pada tahun 1986). Permasalahan Kawasan Taman Nasional Laut Taka
pengelolaan TNB antara lain penangkapan ikan Bonerate (TNTBR) ditetapkan dengan SK
yang bersifat destruktif, dan masyarakat belum Menteri Kehutanan Nomor 92/KPTS-II/2001
merasakan keuntungan dari keberadaan taman tanggal 15 Maret 2001 dengan luas kawasan
nasional. Pada tahun 1998 dimulai proses 530.765 Ha. merupakan karang atol terbesar
optimalisasi pengelolaan dengan memperkuat ketiga di dunia, yang luasannya mencapai
peran stakeholders melalui mekanisme co- 220.000 Ha, setelah Atol Kwajifein di
management dengan inisiasi Natural resources Kepulauan Marshall dan Atol Suvadiva di
Management (NRM) (Alikodra dkk. 2008). Maldive, serta memiliki keanekaragaman biota
Pengelolaan TNB menurut Peraturan laut yang tinggi dan habitat bagi berbagai
Daerah Propinsi Sulawesi Utara Nomor 14 spesies satwa laut yang langka dan dilindungi
Tahun 2000 tentang Pungutan Masuk Pada (Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Kawasan TNB dilakukan oleh Balai Alam dan Ekosistem 2019).
TNB/Instansi sesuai dengan tugas pokok dan Meski secara umum, upaya pengelolaan
fungsinya dalam mengelola kawasan telah berjalan cukup baik dengan mulai
dimaksud. Untuk membantu tugas-tugas Balai terlihatnya pengelolaan sumberdaya Kawasan
TNB dalam melestarikan TNB, dibentuk atau sosial ekonomi, namun masih perlu
Dewan Pengelolaan TNB yang susunan dilakukan percepatan (pengembangan) upaya
keanggotaan dan tugasnya ditetapkan oleh pengelolaan dan kemungkinan perbedaan sudut
Gubernur. Dewan Pengelolaan TNB pandang (perspektif) pengelolaan yang tidak
merupakan forum bersama antara instansi sama (Direktorat Konservasi Kawasan dan
Pemerintah terkait, Lembaga Swadaya Jenis Ikan 2015).
Masyarakat (LSM), sektor bisnis dan Taman Nasional sekaligus Cagar Biosfer
akademisi untuk bekerjasama memperkuat Dunia Taka Bonerate di Sulawesi Selatan ini
pengelolaan TNB sehingga dapat memberikan termasyhur karena gugusan atol di dalamnya
manfaat secara berlanjut, baik untuk saat ini merupakan atol terluas ketiga di dunia.
maupun untuk masa yang akan datang Keindahan bawah laut Taman Nasional ini
(Sulawesi Utara 2000). ditunjang oleh keberadaan gugusan atol dan
Hasil penerimaan pungutan masuk TNB terumbu karang yang ada di dasar laut. Praktik
dibagi antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan perikanan yang tidak lestari menyebabkan
Kabupaten/Kota, dan Dewan Pengelolaan TNB kerusakan banyak terumbu karang di dalam
dengan perimbangan sebagai berikut: (a) taman nasional. Balai TNTB tertarik
sebesar 5 % (lima perseratus) untuk Pemerintah mengadopsi metode metode baru yang
Pusat; (b). Sebesar 15 % (lima belas perseratus) dikembangkan oleh PT Mars di Pulau Badi
untuk Pemerintah Propinsi dan seiring dengan perkembangan rehabilitasi
Kabupaten/Kota; (c). Sebesar 80 % (delapan terumbu karang. Metode Mars Accelerated
puluh perseratus) untuk Dewan Pengelolaan Reef Rehabilitation System (MARRS)
Taman Nasional Bunaken (Sulawesi Utara mencakup aspek perencanaan, kajian lokasi,
2000). dan intensitas pemantauan, serta aspek teknis,
Dalam pelaksanaannya muncul berbagai seperti penggunaan struktur laba-laba. Dalam
kritikan terhadap kinerja DPTNB tentang implementasinya, masyarakat turut terlibat
penyaluran dana bagi hasil, Dewan Pengelola secara aktif dalam upaya transplantasi terumbu
yang kurang aspiratif dan potensial berpraktek karang Taka Bonerate secara berkelanjutan
kolusi; serta Forum Masyarakat Peduli TNB (Wahju Rudianto dkk. 2017).

39
EMS 1-1-2020

3.3 Taman Nasional Laut Teluk Nomor 6310/Kpts-II/2002 yang secara


Cendrawasih administratif kawasan TNKpS berada dalam
wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan
Taman Nasional Laut Teluk Seribu, terletak di Kecamatan Kepulauan
Cendrawasih ditetapkan berdasarkan Surat Seribu Utara, tepatnya di tiga kelurahan yaitu
Keputusan Menteri Kehutanan No. 8009/Kpts- Pulau Panggang, Pulau Kelapa, dan Pulau
II/2002 tanggal 29 Agustus 2002 dengan luas Harapan (Direktorat Konservasi dan
1.453.00 ha. Balai Taman Nasional Teluk Keanekaragaman Hayati Laut 2020b).
Cendrawasih telah bekerjasama dengan Menurut Prabowo, Arief, dan
sejumlah pihak dalam mengelola Teluk Sunarminto (2015), kolaborasi di TNKpS
Cendrawasih antara lain dengan Universitas belum terjadi, sejauh ini yang terjadi sebatas
Negeri Papua, Pemerintah Daerah Kabupaten kerjasama. Menurut mereka, tujuan para pihak
Teluk Wondama, World Wide Fund (WWF) sudah sesuai dengan rencana pengelolaan
Region Sahul Papua, The Nature Conservancy, TNKpS, namun 11 dari 15 program Rencana
Conservation International dan Southeast Asian Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) yang
Regional Centre for Tropical Biology belum terkordinasikan dengan baik.
(SEAMEO BIOTROP) (Direktorat Konservasi Penyelesaianya adalah dengan berkolaborasi
dan Keanekaragaman Hayati Laut 2020d). dengan pihak yang memiliki tujuan yang
Transformasi peran kelembagaan sesuai. Karena tujuan pengelolaan para pihak
pengelolaan taman nasional di Papua dari dapat menjadi acuan penting penentuan alokasi
government based management menjadi kolaborasi yang tepat.
collaborative management telah berjalan Menurut Sambali dkk. (2014), strategi
terutama setelah dikeluarkannya perundangan yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan
tentang sistem pengelolaan kolaborasi yaitu TNKpS yaitu:
Permenhut No. P.19/Menhut-II/2004 tentang 1. Peninjauan dan revisi Undang-undang
kolaborasi dalam pengelolaan kawasan suaka Nomor 32 Tahun 2004 tentang
alam dan kawasan pelestarian alam. Pemerintahan Daerah dan Undang-undang
Penerapan sebuah sistem pengelolaan yang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
baru dan melibatkan banyak pihak dengan Sumber Daya Alam Hayati dan
berbagai kepentingan menjadi tantangan Ekosistemnya. Substansi yang perlu
tersendiri, sehingga kajian penerapan sistem direvisi adalah pasal 17 dan 18 dalam UU
kolaborasi berbasis potensi pemangku Nomor 32 Tahun 2004 belum
kepentingan dalam pengelolaan taman nasional mengakomodir kegiatan perikanan dan
di Papua sangat penting sebagai pembelajaran lebih menitikberatkan pada pengelolaan
dan perbaikan pengelolaan taman nasional ke sumber daya laut, sementara UU Nomor 5
depan (Winara dan Mukhtar 2011). Tahun 1990 lebih terfokus pada konservasi
Membangun kolaborasi dalam kehutanan/wilayah daratan dan belum
pengelolaan Taman Nasional Teluk mengatur pengelolaan konservasi pesisir
Cenderawasih menurut Winara dan Mukhtar dan laut.
(2011), dapat dilakukan melalui beberapa 2. Peninjauan dan revisi Peraturan Daerah
langkah antara lain: (1) Membangun DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 pasal
kesamaan pandangan berkolaborasi dari para 186 yang hanya melarang penambangan
pemangku kepentingan, (2) Membangun pasir laut, sementara Rencana Pengelolaan
kelembagaan kolaborasi yang kuat termasuk Taman Nasional Kepulauan Seribu Tahun
nota kesepahaman dan kesepakatan kerja 1999 – 2019 melarang penambangan pasir
kolaborasi dari semua pihak yang terlibat, (3) dan batu karang.
Membangun iklim kolaborasi yang kondusif, 3. Pemanfaatan kawasan perairan dalam
(4) Menghadirkan pihak yang mampu menjadi kawasan Taman Nasional oleh kegiatan
inisiator dalam mengawal proses kolaborasi. masyarakat maupun pemangku
kepentingan lainnya harus ditujukan untuk
3.4 Taman Nasional Laut Kepulauan
menunjang fungsi kawasan.
Seribu (TNKpS) 4. Pengawasan dan Pengendalian
penambangan karang dan pasir disertai
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dengan pengadaan material batu dan pasir
ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan

40
Identifikasi Manajemen Arief Khoiri Rustandi, Cecep Aminudin, Refial Fadly

melalui kebijakan subsidi oleh pemerintah memecahkan berbagai persoalan yang


daerah. merupakan saran/rekomendasi dari penelitian
5. Pendidikan dan keterampilan masyarakat mereka yaitu model kolaborasi perencanaan
dalam kawasan konservasi ditingkatkan penanganan kasus, patroli/operasi pengamanan,
disertai upaya pengembangan mata penyuluhan/sosialisasi peraturan, monitoring
pencaharian alternatif bagi masyarakat. delapan sumberdaya penting/target konservasi,
6. Kolaborasi dalam pengelolaan sumber rehabilitasi sumber daya alam hayati,
daya hayati antara pemerintah daerah dan pengelolaan pengunjung, pengelolaan izin
BTNKpS. usaha perikanan dan pengembangan serta
perizinan pariwisata alam.
3.5 Taman Nasional Laut Wakatobi
3.6 Taman Nasional Laut
Taman Nasional Laut Wakatobi Karimunjawa (TNKJ)
ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan
Nomor 393/Kpts-V/1996. Taman Nasional Pulau Karimunjawa dengan ekosistem
Laut dengan luas areanya mencapai 1.390.000 hutan hujan tropis dataran rendah seluas
ha tersebut sangat terkenal di dunia karena 1.285,50 ha, dan wilayah perairan 110.117,30
kekayaan jenis terumbu karangnya. Wakatobi ha, yang telah ditetapkan sebagai kawasan
merupakan kependekan dari nama empat pulau pelestarian alam (KPA) berdasarkan Surat
besar yang ada di kawasan tersebut, yaitu Pulau Keputusan Menhut No. 74/Kpts-II/2001
Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia tanggal 15 Maret 2001 (Direktorat Konservasi
dan Pulau Binongko. Keanekaragaman dan Keanekaragaman Hayati Laut 2020a).
jenisnya melebihi jenis terumbu karang di laut Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ)
Karibia (50 jenis) dan Laut Merah di Mesir merupakan salah satu kawasan konservasi laut
(300 jenis). Secara umum perairan lautnya yang mendapat prioritas pengelolaan secara
mempunyai konfigurasi dari mulai datar nasional karena luasan dan potensi
sampai melandai kearah laut, dan beberapa keanekaragaman hayati yang dimiliki, namun
daerah perairan terdapat yang bertubir curam. keutuhannya terancam dengan kegiatan
Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam eksploitasi penangkapan yang cenderung
mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan merusak dan pengembangan pariwisata yang
sebagian besar berpasir dan berkarang tidak terkontrol. Menurut Alikodra dkk. (2008),
(Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman permasalahan pengelolaan TNKJ disebabkan
Hayati Laut 2020e). oleh keterbatasan kapasitas pengelolaan,
Berdasarkan hasil penelitian Sopari, kurangnya dukungan dinas teknis terkait dan
Oka, dan Salman (2014) terdapat delapan partisipasi masyarakat dalam usaha konservasi
sumber daya penting yang dikelola oleh Balai dan lemahnya koordinasi. Sejalan dengan
TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten otonomi daerah telah berkembang konsep co-
Wakatobi dan masih terdapat berbagai macam management dalam pengelolaan kawasan
permasalahan dalam pengelolaan sumberdaya konservasi, akan tetapi penerapannya belum
tersebut seperti illegal fishing, destructive sepenuhnya menggunakan prinsip-prinsip co-
fishing, penambangan pasir, belum sinergisnya management.
pengelolaan (pengunjung, perizinan usaha
perikanan dan perizinan pariwisata), serta 3.7 Taman Nasional Laut Kepulauan
keterbatasan sumber daya. Permasalahan yang
Togean
ada perlu dipecahkan secara bersama-sama
oleh Balai TN Wakatobi dan Pemerintah
Taman Nasional Laut Kepulauan Togean
Kabupaten Wakatobi sebagai pengelola
yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah,
kawasan, oleh karena itu diperlukan kolaborasi
ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut
perencanaan sebagai salah satu alternatif solusi.
berdasarkan SK. Menhut Nomor:
Kontribusi dan arah perencanaan kedua pihak
Sk.418/Menhut-Ii/2004; Tgl. 19-10-2004.
pun mendukung untuk kolaborasi perencanaan
Taman Nasional Laut ini memiliki luas
pengelolaan sumber daya alam hayati secara
kawasan 362,605.00 dengan kategori II
lestari karena masih mengakomodir kegiatan-
menurut International Union for Conservation
kegiatan konservasi. Model kolaborasi
of Nature (IUCN). Kepulauan ini dikenal kaya
perencanaan yang dapat didesain untuk

41
EMS 1-1-2020

akan terumbu karang dan berbagai biota laut DAFTAR PUSTAKA


yang langka dan dilindungi (Direktorat
Alikodra, Hadi S., Dedi Soedharma, Sambas
Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut
Basuni, dan Purwanti Frida. 2008.
2020c).
“Konsep Co-Management Taman
Penelitian Sangadji dkk. (2011)
Nasional Karimunjawa.” Bogor: IPB
mengungkapkan, faktor-faktor yang dapat
(Bogor Agricultural University).
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
pengelolaan TNLKT adalah kapasitas diri
Alam dan Ekosistem. 2019. Zonasi
masyarakat melalui peningkatan efektivitas
Baru Taman Nasional Taka Bonerate.
proses penyuluhan. Proses penyuluhan menjadi
Jakarta: Kementerian Lingkungan
kunci peningkatan partisipasi apabila diikuti
Hidup dan Kehutanan.
dengan kebijakan penerapan konsep kolaborasi
Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman
dalam pengelolaan TNLKT secara konsisten.
Hayati Laut. 2020a. “Data Kawasan
Strategi yang dapat digunakan adalah
Konservasi Taman Nasional Laut
meningkatkan proses penyuluhan yang
Karimun Jawa.” 2020.
partisipatif yang memungkinkan masyarakat
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/ba
ikut serta dalam proses pengambilan keputusan
sisdata-kawasan-
berkaitan dengan pengelolaan TNLKT.
konservasi/details/1/13.
Menurut mereka, kejelasan status dan
———. 2020b. “Data Kawasan Konservasi
penerapan konsep kolaboratif dalam
Taman Nasional Laut Kepulauan
pengelolaan TNLKT oleh pemerintah dengan
Seribu.” 2020.
pendekatan penyuluhan partisipatif perlu
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/ba
segera dilakukan. Partisipasi masyarakat dalam
sisdata-kawasan-
konservasi perlu didorong sebagai bentuk
konservasi/details/1/11.
pengakuan (recognition) serta karena
———. 2020c. “Data Kawasan Konservasi
ketergantungan hidup mereka pada sumber
Taman Nasional Laut Kepulauan
daya alam di sekitarnya. Mekanisme yang
Togean.” 2020.
menjamin akses masyarakat terhadap
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/ba
sumberdaya atau kompensasi atas akses
sisdata-kawasan-
mereka yang terhambat juga diperlukan.
konservasi/details/1/14.
———. 2020d. “Data Kawasan Konservasi
4 PENUTUP Taman Nasional Laut Teluk
Manajemen kolaborasi dalam Cendrawasih.” 2020.
pengelolaan taman nasional laut memerlukan http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/ba
kerjasama antara otoritas pengelola taman sisdata-kawasan-
nasional dengan pemerintah daerah serta konservasi/details/1/10.
peningkatan partisipasi masyarakat yang dapat ———. 2020e. “Data Kawasan Konservasi
dilakukan dengan penyuluhan partisipatif yang Taman Nasional Laut Wakatobi.”
juga berkaitan dengan akses terhadap sumber 2020.
daya alam dalam pengelolaan taman nasional http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/ba
laut yang lestari dan berkelanjutan. Kolaborasi sisdata-kawasan-
pengelolaan taman nasional laut yang konservasi/details/1/12.
teridentifikasi antara lain melalui pembentukan Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan.
dewan pengelolaan taman nasional yang 2013. Informasi Kawasan Konservasi
beranggotakan unsur pemerintah dan non Perairan di Indonesia. Jakarta:
pemerintah termasuk masyarakat, universitas Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir,
dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang dapat dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian
berkolaborasi dalam perencanaan, pelaksanaan, Kelautan dan Perikanan.
pengawasan dan pemantauan dalam ———. 2015. Profil Kawasan Konservasi
pengelolaan taman nasional laut. Sulawesi Selatan. Jakarta: Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
Menteri Kehutanan. 2004. Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor: P.19/Menhut-
II/2004 tentang Kolaborasi

42
Identifikasi Manajemen Arief Khoiri Rustandi, Cecep Aminudin, Refial Fadly

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Sulawesi Utara. 2000. Peraturan Daerah


Dan Kawasan Pelestarian Alam. Propinsi Sulawesi Utara Nomor 14
———. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan Tahun 2000 Tentang Pungutan Masuk
Nomor P.85/Menhut-II/2014 tentang Pada Kawasan Taman Nasional
tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Bunaken.
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Wahju Rudianto dkk., ed. 2017. Belajar dari
Pelestarian Alam. Lapangan Kisah Keberhasilan
Prabowo, Eka Dana, Harnios Arief, dan Tutut Pemulihan Ekosistem di Kawasan
Sunarminto. 2015. “Analisis Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Manajemen Kolaboratif Dalam Alam secara Partisipatif. Jakarta:
Pengelolaan Taman Nasional Laut Direktorat Kawasan Konservasi.
Kepulauan Seribu (TNKpS).” Tesis, Winara, Aji, dan Abdullah Syarif Mukhtar.
Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2011. “Potensi Kolaborasi dalam
Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Pengelolaan Taman Nasional Teluk
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Cenderawasih Di Papua.” Jurnal
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
dan Ekosistemnya. Lembaran Negara 8 (3).
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3419.
———. 2007. Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
———. 2011. Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan
Pelestarian Alam.
Sambali, Hariyani, Fredinan Yulianda,
Dietriech G Bengen, dan M. Mukhlis
Kamal. 2014. “Analisis Kelembagaan
Pengelola Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu.” Jurnal Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan 9
(1).
Sangadji, Muhd Nur, Sumardjo, Pang S
Asngari, dan Soenarmo. 2011.
“Strategi Penyuluhan di Kawasan
Konservasi (Kasus Taman Nasional
Kepulauan Togean).” Jurnal
Penyuluhan 7 (2).
Santosa, Andri, dan Abidah B. Setyowati.
2016. “Pengelolaan Kawasan
Konservasi Secara Kolaboratif.”
Lestari Paper No. 01. Jakarta:
LESTARI.
Sopari, Hery, Ngakan Putu Oka, dan
Darmawan Salman. 2014. “Model
Kolaborasi Perencanaan Antara Balai
Taman Nasional Wakatobi dan
Pemerintah Kabupaten Wakatobi
Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam Hayati Secara Lestari.” Jurnal
Sains & Teknologi 14 (2).

43

Anda mungkin juga menyukai