Abstract
1. Pendahuluan
Taman Nasional Bali Barat terletak di ujung barat Pulau Bali, sekitar 2 km
dari pelabuhan Gilimanuk. Lokasinya berada pada 2 kabupaten, yaitu Kabupaten
1
Jembrana dan Kabupaten Buleleng. Taman nasional merupakan salah satu
kawasan pelestarian alam yang berada di bawah Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Dalam
pengelolaannya masyarakat terlibat dalam konsultasi public. Bagi nelayan, hasil
dari perubahan zonasi ini adalah munculnya zona tradisional. (Mahmud A. 2015).
2. Metode Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi GPS Garmin 64s,
kamera digital dan perangkat komputer dengan software Sketch Up, Adobe
Photoshop, Ms. Word 2010 dan Easygps.
2
Jembrana, Bali. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah
berupa kuesioner, teknik pengumpulan data dengan form yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada obyek penelitian guna
mendapat informasi.
2.3.2 Analisis
2.3.3 Sintesis
2.3.4 Konsep
2.3.5 Perencanaan
3
Perencanaan merupakan hasil yang dibuat berdasarkan analisis dan
sintesis yang telah dilakukan dengan menghasilkan tata ruang, sirkulasi, dan tata
hijau. Selanjutnya produk akhir yang dihasilkan dari konsep pengembangan yaitu
berupa site plan tapak secara keseluruhan.
Ekosistem yang ada pada kawasan pantai Karangsewu merupakan vegetasi daerah
pesisir, berada pada ketinggian 100 mdpl. Kawasan pantai Karangsewu
didominasi oleh Mangrove api-api (Avicennia marina) dan rumput golf (Cynodon
dactylon) serta beberapa pohon Cermai (Phyllanthus acidus).
Pantai Karangsewu memiliki tekstur tanah lempung liat berpasir yang baik
untuk menyerap air hujan.
Vegetasi dan satwa yang ada di Pantai Karangsewu memiliki potensi dan
daya tarik pengunjung sehingga perlu dijaga kelestariannya. Vegetasi yang
didominasi oleh mangrove mengelilingi pantai. Satwa seperti sapi mirip dengan
situasi yang ada di Taman Nasional Alas Purwo.
4
Konsep dasar dari bumi perkemahan Pantai Karangsewu yaitu bumi
perkemahan berbasis masyarakat dan daya dukung lingkungan terhadap
keberlanjutan kawasan Pantai Karangsewu. Menurut Daya Dukung Lingkungan
dalam Zoer’aini (1997) Daya dukung lingkungan (carrying capacity) adalah batas
atas dari pertumbuhan suatu populasi, di mana jumlah populasi tersebut tidak
dapat lagi didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada. Atau
secara lebih singkat dapat dijelaskan sebagai batas aktivitas manusia yang
berperan dalam perubahan lingkungan. Konsep ini berasumsi bahwa terdapat
kepastian keterbatasan lingkungan yang bertumpu pada pembangunan.
Konsep tata ruang dibagi menjadi tiga yaitu zona konservasi, zona
perkemahan, dan zona pelayanan. Konsep vegetasi pada tapak ini berfungsi
sebagai kawasan konservasi dengan mempertahankan vegetasi lokal yang ada
pada tapak seperti Mangrove api-api (Avicennia marina) dan rumput golf
(Cynodon dactylon) serta beberapa pohon Cermai (Phyllanthus acidus).
3.5 Perencanaan
5
Tata hijau di area bumi perkemahan adalah memberikan kesan alami dan
menjaga keseimbangan ekosistem yang ada pada tapak. Tata ruang dalam
perencanaan Bumi Perkemahan Alun-alun Suryakencana memiliki fungsi hijau,
diantaranya konservasi, penguat fungsi ruang, penguat aktivitas dan fasilitas.
4.1 Simpulan
4.2 Saran
5. Daftar pustaka
6
Lucyanti, Silvia. 2013. Penilaian Daya Dukung Wisatadi Obyek Wisata Bumi
Perkemahan Palutungan Taman Nasional Gunung Ciremai Propinsi Jawa
Barat. Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro. Fakultas MIPA. Universitas Diponegoro. Semarang