01
PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI SECARA
KOLABORATIF
Pendekatan Kolaboratif 1
Pengelolaan Kawasan 3
Konservasi yang Kolaboratif
di Indonesia
Dewasa ini kawasan konservasi yang ditetapkan men- Ketiga, masih banyak kawasan konservasi yang sudah
capai areal sekitar 27 juta hektar atau 21 persen ditunjuk namun belum dikukuhkan. Hal ini memperu-
dari total kawasan hutan dan perairan di Indonesia. mit penyelesaian tata batas kawasan tersebut. Ditam-
Kawasan konservasi seluas ini diklasifikasian dalam be- bah lagi, masih banyak kasus tumpang tindih klaim
berapa kategori seperti Cagar Alam, Suaka Margasatwa, pemilikan atau penguasaan atas kawasan di dalam mau-
Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman Buru pun diluar kawasan hutan. Saat ini terdapat sekitar 3746
dan Taman Nasional. Komposisi dari kawasan konser- desa berada di dalam dan sekitar kawasan konservasi.
vasi tersebut dipaparkan dalam tabel berikut ini: Tanpa ada kejelasan tenurial, konflik antara pengelola
kawasan dan masyarakat desa akan semakin luas baik
Tabel 1. Kategori Kawasan Konservasi di Indonesia1 lokasi maupun para pihak yang terlibat.4
TUJUAN KAWASAN JUMLAH LUAS (HA) Keempat, masih perlunya pembenahan dalam penge-
KONSERVASI UNIT
lolaan kawasan mengingat sampai tahun 2014, baru
Cagar Alam (CA) 222 3.957691,66
187 kawasan konservasi (35,89%) yang telah mempu-
Cagar Alam Laut 5 152.610,00
nyai rencana pengelolaan yang telah disahkan5 dan 85
Suaka Margasatwa (SM) 71 5.024.138,29
kawasan konservasi yang memiliki zonasi dan/atau blok
Suaka Margasatwa Laut 4 5.588,25
pengelolaan.6
Taman Nasional (TN) 43 12.328.523,34
Taman Nasional Laut 7 4.043.541,30 Tantangan-tantangan tersebut diatas menggarisbawahi
Taman Wisata Alam 101 257.323,85 pentingnya berbagai inisiatif untuk meningkatkan efek-
(TWA) tifitas pengelolaan kawasan konservasi. Salah satunya
Taman Wisata Alam 14 491.248,00 dengan pelibatan berbagai pihak, termasuk masyarakat
Laut
dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Taman Buru 13 220.951,44
Taman Hutan Raya 23 351.680,41
(Tahura) Pendekatan Kolaboratif
Kawasan Suaka Alam 18 275.190
(KSA)-Kawasan Pele-
Dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan kolab-
starian Alam (KPA) oratif (co-management) dalam pengelolaan kawasan
JUMLAH 521 27.108.486,54 konservasi sudah lama dipromosikan oleh berbagai
pihak. Pendekatan Co-Management adalah sebuah
Pengelolaan terhadap kawasan konservasi yang luas kerangka kerja yang menggambarkan suatu situasi di-
agar tetap lestari kondisinya bukanlah perkara mudah. mana satu atau lebih aktor sosial menegosiasikan, men-
Ada sejumlah tantangan yang ada dan diantaranya : definisikan dan menyepakati diantara mereka sendiri
1
KLHK. 2014. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya 4
Santosa, A & Praputra, A.C. 2014. Laporan Studi : Pemberdayaan
Alam dan Ekosistem Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun Masyarakat di Dalam dan Sekitar Kawasan Konservasi. Working Group Pem-
2015-2019 berdayaan Kementrian Kehutanan. Kemitraans FKKM: Jakarta.
2
Ibid. 5
KLHK. 2014. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
3
Fathoni, T.2016. Komitmen Pengelolaan KSDAE. Presentasi disampaikan Alam dan Ekosistem Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun
pada Pertemuan Koordinasi Dirjen KSDAE dan USAID LESTARI. Februari 2015-2019.
2016 6
Ibid.
Tabel 2. Peraturan terkait Pelibatan Berbagai Pihak dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
Co-Management Peraturan Keterangan
IUPJWA (Ijin Usaha UU No. 5/1990 Pasal 34 huruf (3) Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah dapat member-
Pengusahaan Jasa tentang KSDAHE ikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan TN, TAHURA & TWA dengan mengikutser-
Wisata Alam) dan/ takannya rakyat
atau IUPSWA (Ijin PP No. 36/2010 PP 36/2010 ini menggantikan PP 18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Usaha Pengusahaan tentang Pengusahaan Pemanfaatan TN, TAHURA, dan TWA yang belum mengatur mengenai pengusahaan pari-
Sarana Wisata Alam) Pariwisata Alam di wisata alam di SM
SM, TN, TAHURA,
dan TWA
Permenhut No. Pasal 9 :
P.48/2010 tentang
(1) Pengusahaan pariwisata alam diberikan dalam bentuk IUPJWA dan/atau IUPSWA.
Pengusahaan Pari-
wisata Alam di SM, Pada wilayah yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, izin sebagaimana dimaksud
TN, TAHURA, dan pada ayat (1) diprioritaskan diberikan kepada masyarakat setempat
TWA.
Kerjasama Penye- Permenhut No. Kerjasama dalam rangka penguatan fungsi KSA dan KPA serta konservasi keanekaragaman
lenggaraan KSA dan P.85/2014 tentang hayati :
KPA untuk: Tata Cara Kerjasama 1. Kerjasama penguatan kelembagaan;
Penyelenggaraan
1. Penguatan fungsi 2. Kerjasama perlindungan kawasan;
KSA dan KPA
KSA dan KPA serta 3. Kerjasama pengawetan flora dan fauna;
konservasi keane-
4. Kerjasama pemulihan ekosistem;
karagaman hayati
5. Kerjasama pengembangan wisata alam;
2. Pembangunan
6. Kerjasama pemberdayaan masyarakat.
strategis.
Terbitnya P.85/2014 ini mencabut Permenhut No. 19/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan
KSA dan KPA. dimana peran pengelola KSA/KPA diperkuat sebagai pihak pertama dalam
melakukan kerjasama pengelolaan, sementara dalam P.19/2004 pihak-pihak lain dapat ber-
tindak sebagai inisiator kolaborasi pengelolaan KSA/KPA
Pemberdayaan mas- Pasal 49 PP No. 28 Dalam PP No. 108/2015 pemberdayaan masyarakat melalui:
yarakat meliputi: /2011 jo PP No. a. Pengembangan desa konservasi;
108/2015 tentang
1. Pengembangan b. Pemberian akses untuk memungut HHBK di zona/blok tradisional atau pemanfaatan
Pengelolaan KSA
kapasitas masyarakat; tradisional;
dan KPA
2. Pemberian akses c. Fasilitasi kemitraan antara pemegang izin pemanfaatan hutan dengan masyarakat; dan/atau
pemanfaatan KSA d. Pemberian izin pengusahaan jasa wisata alam
atau KPA
7
Borrini-Feyerabend, G, dkk. 2007. Co-Management of Natural Resources: Or- 8
Borrini-Feyerabend, G. 2015. Governance Diversity, Quality and Vitality: to-
ganizing, Negotiating and Learning by Doing. wards Shared Language and more Secure and Lasting Prospects for the Conserva-
tion of Nature. Presentasi di Workshop COMACON Bangkok: Oktober, 2015.
Tabel 3. Point METT terkait Pelibatan Berbagai Pihak dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi10
9
Diskusi lebih detil tentang METT ditulis dalam policy brief terpisah. 10
Dirjen KSDAE, KLHK. 2015. Pedoman Penilaian Efektifitas Pengelolaan
Kawasan Konservasi di Indonesia. Jakarta