Anda di halaman 1dari 7

LESTARI PAPER NO.

01

PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI SECARA
KOLABORATIF

Andri Santosa Abidah B. Setyowati


Daftar Isi:

Pendekatan Kolaboratif 1

Pengelolaan Kawasan 3
Konservasi yang Kolaboratif
di Indonesia

Kolaborasi dan Efektivitas 4


Pengelolaan Kawasan Konservasi
Kawasan Konservasi di Indonesia dan Pertama, terbatasnya tenaga pengelola di kawasan kon-
Tantangannya servasi, saat ini, hanya terdapat sekitar 3.508 orang un-
tuk mengelola 27.108.486,54 hektar kawasan konser-
Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang vasi. Artinya, rata-rata 1 orang diberi tanggung jawab
tinggi, mulai dari tipe ekosistem, jenis flora dan fauna, untuk mengelola 3.552 hektar kawasan konservasi.2
serta sumberdaya genetik. Kekayaan keanekaragaman
hayati ini perlu dijaga pengelolaannya dan dipastikan Kedua, terbatasnya pendanaan yang dimiliki oleh pe-
pemanfaatan dilakukan dengan lestari. Langkah-langkah merintah untuk pengelolaan kawasan konservasi. Saat
konservasi menjadi perlu dilakukan agar keanekara- ini, alokasi budget untuk pengelolaan kawasan konser-
gaman hayati yang ada selalu terpelihara dan mampu vasi di Indonesia adalah 3.40 USD/hektar, jauh lebih
mewujudkan keseimbangan dalam kegiatan pembangu- rendah dibandingkan dengan alokasi budget dari ne-
nan. gara-negara lain.3

Dewasa ini kawasan konservasi yang ditetapkan men- Ketiga, masih banyak kawasan konservasi yang sudah
capai areal sekitar 27 juta hektar atau 21 persen ditunjuk namun belum dikukuhkan. Hal ini memperu-
dari total kawasan hutan dan perairan di Indonesia. mit penyelesaian tata batas kawasan tersebut. Ditam-
Kawasan konservasi seluas ini diklasifikasian dalam be- bah lagi, masih banyak kasus tumpang tindih klaim
berapa kategori seperti Cagar Alam, Suaka Margasatwa, pemilikan atau penguasaan atas kawasan di dalam mau-
Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman Buru pun diluar kawasan hutan. Saat ini terdapat sekitar 3746
dan Taman Nasional. Komposisi dari kawasan konser- desa berada di dalam dan sekitar kawasan konservasi.
vasi tersebut dipaparkan dalam tabel berikut ini: Tanpa ada kejelasan tenurial, konflik antara pengelola
kawasan dan masyarakat desa akan semakin luas baik
Tabel 1. Kategori Kawasan Konservasi di Indonesia1 lokasi maupun para pihak yang terlibat.4
TUJUAN KAWASAN JUMLAH LUAS (HA) Keempat, masih perlunya pembenahan dalam penge-
KONSERVASI UNIT
lolaan kawasan mengingat sampai tahun 2014, baru
Cagar Alam (CA) 222 3.957691,66
187 kawasan konservasi (35,89%) yang telah mempu-
Cagar Alam Laut 5 152.610,00
nyai rencana pengelolaan yang telah disahkan5 dan 85
Suaka Margasatwa (SM) 71 5.024.138,29
kawasan konservasi yang memiliki zonasi dan/atau blok
Suaka Margasatwa Laut 4 5.588,25
pengelolaan.6
Taman Nasional (TN) 43 12.328.523,34
Taman Nasional Laut 7 4.043.541,30 Tantangan-tantangan tersebut diatas menggarisbawahi
Taman Wisata Alam 101 257.323,85 pentingnya berbagai inisiatif untuk meningkatkan efek-
(TWA) tifitas pengelolaan kawasan konservasi. Salah satunya
Taman Wisata Alam 14 491.248,00 dengan pelibatan berbagai pihak, termasuk masyarakat
Laut
dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Taman Buru 13 220.951,44
Taman Hutan Raya 23 351.680,41
(Tahura) Pendekatan Kolaboratif
Kawasan Suaka Alam 18 275.190
(KSA)-Kawasan Pele-
Dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan kolab-
starian Alam (KPA) oratif (co-management) dalam pengelolaan kawasan
JUMLAH 521 27.108.486,54 konservasi sudah lama dipromosikan oleh berbagai
pihak. Pendekatan Co-Management adalah sebuah
Pengelolaan terhadap kawasan konservasi yang luas kerangka kerja yang menggambarkan suatu situasi di-
agar tetap lestari kondisinya bukanlah perkara mudah. mana satu atau lebih aktor sosial menegosiasikan, men-
Ada sejumlah tantangan yang ada dan diantaranya : definisikan dan menyepakati diantara mereka sendiri

1
KLHK. 2014. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya 4
Santosa, A & Praputra, A.C. 2014. Laporan Studi : Pemberdayaan
Alam dan Ekosistem Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun Masyarakat di Dalam dan Sekitar Kawasan Konservasi. Working Group Pem-
2015-2019 berdayaan Kementrian Kehutanan. Kemitraans FKKM: Jakarta.
2
Ibid. 5
KLHK. 2014. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
3
Fathoni, T.2016. Komitmen Pengelolaan KSDAE. Presentasi disampaikan Alam dan Ekosistem Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun
pada Pertemuan Koordinasi Dirjen KSDAE dan USAID LESTARI. Februari 2015-2019.
2016 6
Ibid.

WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG LESTARI PAPERS: Kawasan Konservasi di Indonesia dan 1


Tantangannya
berkenaan dengan pembagian peran dan tanggung pihak pemerintah;
jawab pengelolaan suatu kawasan sumberdaya tertentu
2) Upaya konservasi membutuhkan perhatian da-
serta menjamin adanya pembagian manfaat yang adil
lam mengkaitkan kepentingan keanerakaragaman
atas sumberdaya tersebut.7 Lebih spesifik lagi, penge-
hayati dan kebudayaan yang memberi ruang bagi
lolaan kolaboratif merupakan proses mengembangkan
masyarakat lokal dan adat untuk secara aktif dan
kerjasama antar pihak yang relevan, terutama antara
terberdayakan selama kolaborasi berlangsung;
masyarakat lokal dan pengguna sumberdaya alam, yang
sudah mempunyai kejelasan fungsi, hak dan tanggung 3) Upaya konservasi membutuhkan perhatian da-
jawab. lam prinsip kesetaraan dan keadilan, baik pemba-
gian biaya dan manfaat yang diterima baik dalam
Beberapa alasan substantive berkaitan dengan pen- perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan
tingnya co-management itu dalam pengelolaan kawasan sumberdaya alam maupun pemanfaatannya.
konservasi: 8
4) Upaya konservasi menuntut penghormatan ter-
1) Upaya konservasi membutuhkan kapasitas dan hadap hak-hak social ekonomi masyarakat. Prinsip
pelibatan masyarakat secara keseluruhan, tidak do no harm dalam pelaksanaan konservasi pen-
hanya para ahli konservasi, kaum professional serta

Tabel 2. Peraturan terkait Pelibatan Berbagai Pihak dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
Co-Management Peraturan Keterangan
IUPJWA (Ijin Usaha UU No. 5/1990 Pasal 34 huruf (3) Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah dapat member-
Pengusahaan Jasa tentang KSDAHE ikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan TN, TAHURA & TWA dengan mengikutser-
Wisata Alam) dan/ takannya rakyat
atau IUPSWA (Ijin PP No. 36/2010 PP 36/2010 ini menggantikan PP 18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Usaha Pengusahaan tentang Pengusahaan Pemanfaatan TN, TAHURA, dan TWA yang belum mengatur mengenai pengusahaan pari-
Sarana Wisata Alam) Pariwisata Alam di wisata alam di SM
SM, TN, TAHURA,
dan TWA
Permenhut No. Pasal 9 :
P.48/2010 tentang
(1) Pengusahaan pariwisata alam diberikan dalam bentuk IUPJWA dan/atau IUPSWA.
Pengusahaan Pari-
wisata Alam di SM, Pada wilayah yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, izin sebagaimana dimaksud
TN, TAHURA, dan pada ayat (1) diprioritaskan diberikan kepada masyarakat setempat
TWA.
Kerjasama Penye- Permenhut No. Kerjasama dalam rangka penguatan fungsi KSA dan KPA serta konservasi keanekaragaman
lenggaraan KSA dan P.85/2014 tentang hayati :
KPA untuk: Tata Cara Kerjasama 1. Kerjasama penguatan kelembagaan;
Penyelenggaraan
1. Penguatan fungsi 2. Kerjasama perlindungan kawasan;
KSA dan KPA
KSA dan KPA serta 3. Kerjasama pengawetan flora dan fauna;
konservasi keane-
4. Kerjasama pemulihan ekosistem;
karagaman hayati
5. Kerjasama pengembangan wisata alam;
2. Pembangunan
6. Kerjasama pemberdayaan masyarakat.
strategis.
Terbitnya P.85/2014 ini mencabut Permenhut No. 19/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan
KSA dan KPA. dimana peran pengelola KSA/KPA diperkuat sebagai pihak pertama dalam
melakukan kerjasama pengelolaan, sementara dalam P.19/2004 pihak-pihak lain dapat ber-
tindak sebagai inisiator kolaborasi pengelolaan KSA/KPA
Pemberdayaan mas- Pasal 49 PP No. 28 Dalam PP No. 108/2015 pemberdayaan masyarakat melalui:
yarakat meliputi: /2011 jo PP No. a. Pengembangan desa konservasi;
108/2015 tentang
1. Pengembangan b. Pemberian akses untuk memungut HHBK di zona/blok tradisional atau pemanfaatan
Pengelolaan KSA
kapasitas masyarakat; tradisional;
dan KPA
2. Pemberian akses c. Fasilitasi kemitraan antara pemegang izin pemanfaatan hutan dengan masyarakat; dan/atau
pemanfaatan KSA d. Pemberian izin pengusahaan jasa wisata alam
atau KPA

7
Borrini-Feyerabend, G, dkk. 2007. Co-Management of Natural Resources: Or- 8
Borrini-Feyerabend, G. 2015. Governance Diversity, Quality and Vitality: to-
ganizing, Negotiating and Learning by Doing. wards Shared Language and more Secure and Lasting Prospects for the Conserva-
tion of Nature. Presentasi di Workshop COMACON Bangkok: Oktober, 2015.

2 LESTARI PAPERS: Kawasan Konservasi di Indonesia dan WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG


Tantangannya
ting dikedepankan agar tidak memberikan dam- nai substansi revisi UU 5/1990 ini. Hal ini penting
pak buruk terhadap kesejahteraan social-ekonomi untuk memastikan property right yang mencak-
masyarakat yang tinggal didalam dan disekitar ka- up pengetahuan tradisional masyarakat tentang
wasan. Apabila memungkinkan, diupayakan insiatif sumberdaya genetik harus diakui, dihormati dan
konservasi untuk memberi dampak positif pada dihargai sehingga masyarakat dapat mendapatkan
kesejahteraan masyarakat. manfaat yang adil dalam pemanfaatan sumberdaya
genetik tersebut.
Pengelolaan Kawasan Konservasi yang Peran para pihak terutama masyarakat perlu
Kolaboratif di Indonesia diperluas, tidak sebatas dilibatkan dalam kegiatan
Pelibatan masyarakat dengan pendekatan pember- kepariwisataan alam dan obyek dari pendidikan sa-
dayaan menjadi penting mengingat masyarakat sudah dar konservasi seperti dalam UU No 5 Tahun 1990
tinggal di sekitar atau di dalam kawasan konservasi melainkan juga keikutsertaan dalam konservasi ge-
sebelum kawasan tersebut ditetapkan. Karenanya me- netik, spesies, dan ekostem, termasuk mengelola
negasikan keberadaan masyarakat dalam pengelolaan sebagian kawasan konservasi. Karenanya, kolaborasi
kawasan konservasi sangat tidak mungkin mengingat pengelolaan kawasan konservasi merupakan kunci
interaksi, pemahaman dan ketergantungan masyarakat untuk mewujudkan efektivitas pengelolaan. Teruta-
terhadap kawasan cukup tinggi. Masyarakat adalah ma jika melihat keterbatasan sumberdaya yang ada
asset yang eksistensinya dapat mendukung terwujud- di pengelola kawasan konservasi. Masyarakat juga
nya pengelolaan kawasan yang efektif. Ruang kerjasama dimungkinkan mengelola tanah milik atau tanah
pengelolaan kawasan konservasi yang telah diberikan ulayat adatnya menjadi areal konservasi dengan hak
Negara selayaknya menjadi landasan dalam memba- kelola oleh masyarakat dan merupakan bagian dari
ngun kemitraan antar pihak yang sejajar dalam kerang- kawasan ekososistem esensial/penting yang dapat
ka pengelolaan, kawasan konservasi yang lestari dan mendukung keberadaan kawasan konservasi yang
mensejahterkan masyarakat. ada
Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar
Saat ini sedang dilakukan revisi Undang-undang No. 5
kawasan konservasi penting dilakukan untuk me-
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
mastikan tercapainya kesejahteraan masyarakat
Hayati dan Ekosistemnya, yang selama ini menjadi acu-
dan sekaligus mendukung upaya konservasi keane-
an untuk upaya konservasi. Hal ini dilakukan karena
karagaman hayati. Menjamin kemanfaatan konser-
ketentuan yang pengelolaan kawasan konservasi ada,
vasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
sebagian kurang relevant lagi dengan perubahan dan
perlu terukur dari sisi waktu karena UU yang ada
perkembangan social masyarakat. Termasuk kebutu-
selama ini belum dapat membuktikannya..
han menyesuaikan dengan konvensi internasional yang
dapat mendukung tujuan konservasi keanekaragaman Penyelesaian konflik-konflik yang timbul akibat ak-
hayati di Indonesia. tivitas konservasi masa lalu juga perlu perhatian da-
lam revisi ini. Pengakuan hak-hak masyarakat seper-
Dalam pembahasan revisi Undang-undang No. 5 Tahun
ti hak hidup, hak berbudaya, hak tradisional, hak asal
1990, beberapa issu yang menjadi bagian perdebatan
usul dalam kawasan, dan perlindungan wilayah hid-
adalah:
up dalam kawasan adalah ide-ide yang seharusnya
Selain memperkuat upaya konservasi ekosistem dikembangkan sebagai bagian penyelesaian konflik.
dan spesies, maka masalah yang juga mendesak Selain ide untuk membentuk badan khusus dalam
dilakukan adalah keanekaragaman sumberdaya ge- menyelesaikan konlik-konflik konservasi masa lalu.
netik untuk dikelola dengan lestari dan dimanfaat- Pendanaan alternatif untuk konservasi menjadi
kan dengan bijaksana untuk kesejahteraan rakyat. isu penting dalam rangka mendukung pengelolaan
Protokol Nagoya yang menekankan pentingnya kawasan konservasi yang efektif, selain mengubah
akses pada sumberdaya genetik dan pembagian strategi pengelolaan kawasan. Konsep pendanaan
keuntungan yang adil dan seimbang dari peman- alternative non APBN, misalnya dari bantuan/hibah
faatannya merupakan perspektif yang perlu mewar- negara lain atau lembaga nasional dan internasional,

WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG LESTARI PAPERS: Kawasan Konservasi di Indonesia dan 3


Tantangannya
swasta nasional, hasil kerjasama pengelolaan, atau Masyarakat sekitar selain diberdayakan dalam pening-
anggaran para pihak yang ditunjuk sebagai pengelo- katan ekonominya juga mutlak dijadikan mitra sejajar
la kawasan konservasi tertentu menjadi pilihan-pi- dalam upaya konservasi yang dilakukan. Mengingat ma-
lihan yang perlu diekplorasi dalam upaya revisi ini. yoritas masyarakat sangat memahami situasi wilayah
Lembaga pendanaan khusus konservasi selayaknya dan bahkan banyak pula yang mempunyai pengetahuan
dapat dibentuk untuk menghimpun dan mengelola dan kearifan tradisionil dalam konservasi. Selain itu,
pendanaan alternatif ini. mengakomodasi dan mengakui hak-hak masyarakat da-
lam kawasan konservasi perlu diprioritaskan sebagai
Kolaborasi dan Efektivitas Pengelolaan dasar penyelesaian konflik tenurial yang ada dan seka-
Kawasan Konservasi ligus menempatknya sebagai mitra pemerintah dalam
pengelolaan kawasan konservasi tersebut.
Pendekatan Kolaborasi untuk Pengelolaan Kawasan
Konservasi dengan melibatkan secara aktif para pihak Pada hakekatnya, pendekatan kolaborasi pengelo-
secara substansial menjadi pilihan dalam upaya mewu- laan kawasan konservasi juga dapat didorong dengan
judkan pengelolaan kawasan konservasi yang efektif. mengikutsertakan lembaga penelitian/perguruan tinggi,
Pemerintah Indonesia, saat ini menggunakan perang- lembaga swadaya masyarakat, swasta perusahaan dan
kat METT (management effectiveness tracking tools) juga donor dalam upaya menghadapi tantangan yang
dalam mengukur tingkat efektifitas pengelolaan kawasan ada. Peningkatan kapasitas sumberdaya pengelola ka-
konservasi.9 Instrument METT berisi pertanyaan- wasan dapat menjadi kegiatan dalam kolaborasi dengan
pertanyaan dan skoring yang menilai berbagai penge- lembaga-lembaga ini, selain mendorong dana konserva-
lolaan kawasan konservasi secara menyeluruh. si dari publik yang lebih luas.
Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan dan Kolaborasi pengelolaan kawasan konservasi juga sela-
pemanfaatn kawasan konservasi maka Ditjen Kon- yaknya diadopsi dalam perubahan Undang-undang
servasi, Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Konservasi yang saat ini sedang dilakukan. Pelibatan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) peran publik yang lebih luas diperlukan dalam meng-
mengadopsi instrument METT untuk diimplemen- hadapi tantangan-tantangan konservasi keanekarag-
tasikan di Indonesia. Pemerintah dalam hal ini KLHK aman hayati ke depan karena upaya pelestarian keane-
juga berkomitmen untuk mewujudkan pencapaian karagaman hayati tidak hanya menjadi tanggung jawab
skor METT minimal 70 %, setidaknya di 260 kawasan pemerintah namun juga masyarakat secara luas.
konservasi yang strategis. Dalam METT tersebut, dari
4 aspek yang dinilai merupakan variable yang menunju-
kan pentingnya pelibatan berbagai pihak dalam pening-
katan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi.

Tabel 3. Point METT terkait Pelibatan Berbagai Pihak dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi10

Nomer point METT Bobot penilaian Keterangan


22. Pemerintah dan swasta 3 Bobot akan tinggi apabila pengelola kawasan menjalin kerjasama dengan pengguna
disekitar lahan dan air di sekitar
23. Masyarakat adat 3 Bobot akan tinggi apabila masyarakat adat dapat secara langsung berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang relevan terakait pengelolaan kawasan konservasi, contoh
co-management
24. Masyarakat lokal 3 Bobot akan tinggi apabila masyarakat lokal dapat secara langsung berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang relevan terakait pengelolaan kawasan konservasi, contoh
co-management. Ada point tambahan apabila masyarakat secara aktif mendukung
kawasan konservasi (dengan adanya peraturan desa dan upaya lain oleh masyarakat
25. Keuntungan ekonomis 3 Bobot akan tinggi apabila kawasan konservasi memberikan keuntungan ekonomi utama
kepada masyarakat disekitar kawasan konservasi

9
Diskusi lebih detil tentang METT ditulis dalam policy brief terpisah. 10
Dirjen KSDAE, KLHK. 2015. Pedoman Penilaian Efektifitas Pengelolaan
Kawasan Konservasi di Indonesia. Jakarta

4 LESTARI PAPERS: Kawasan Konservasi di Indonesia dan WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG


Tantangannya

Anda mungkin juga menyukai