Anda di halaman 1dari 4

Membangun Cagar Biosfer UNESCO Palung-Mendawak:

Keuntungan dan Peluang


Pengantar Cagar Biosfer UNESCO Cagar Biosfer Palung-Mendawak
Cagar Biosfer Palung-Mendawak yang diusulkan di Kalimantan
Pada tahun 1971, UNESCO meluncurkan Program Manusia
Barat mencakup Taman Nasional Gunung Palung, lanskap
dan Biosfer untuk mempromosikan penggunaan sumber
Mendawak, dan sekitarnya, membentang melintasi kabupaten
daya berkelanjutan dan konservasi keanekaragaman hayati.
Kubu Raya, Kayong Utara, Ketapang, dan Sanggau. Lanskap
Konsep Cagar Biosfer diperkenalkan pada tahun 1976
Mendawak, yang terletak di utara Gunung Palung, membentang
sebagai komponen kunci dari program ini, melambangkan
sekitar 500.000 hektar. Sementara 108.043,90 hektar Gunung
model pembangunan berkelanjutan dan koeksistensi
Palung yang dilindungi menyediakan tempat perlindungan yang
harmonis antara manusia dan alam. Dicirikan sebagai
aman bagi hingga 3.000 orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii),
"tempat belajar untuk pembangunan berkelanjutan", model
Mendawak, meskipun signifikan secara ekologis, tidak memiliki
ini menyediakan area untuk menguji solusi interdisipliner
perlindungan formal dan sebagian besar masih belum disurvei.
terhadap tantangan global dalam konteks lokal.
Laporan Orangutan Population and Habitat Viability Assessment
(PHVA) tahun 2016 melaporkan bahwa hingga 1.348 orangutan
Tiga fungsi utama cagar biosfer adalah:
berpotensi menghuni bentang alam. Daerah yang beragam ini
memiliki hutan primer dan sekunder, rawa gambut dan hutan
1. Konservasi: Mempromosikan konservasi
bakau pantai, dengan struktur komunitas yang sebagian besar
keanekaragaman hayati, ekosistem dan lanskap.
terdiri dari kelompok Melayu dan Dayak. Keseluruhan kawasan
2. Pembangunan: Mendorong pembangunan
Cagar Biosfer Palung-Mendawak terdiri dari total 43 konsesi, 98
berkelanjutan yang sesuai secara sosial, ekonomi,
desa, 66 kawasan perhutanan sosial yang dikelola dan dilestarikan
dan budaya.
oleh masyarakat, bersama dengan beberapa kawasan lindung
3. Dukungan Logistik: Memberikan dukungan untuk
termasuk Taman Nasional Gunung Palung, Hutan Lindung Gunung
penelitian, pemantauan, dan pendidikan tentang
Tarak, dan Hutan Lindung Mendawak seluas 18.681 hektar. Luas
masalah lingkungan.
wilayah meliputi 1.997.950,15 hektar, dengan luas daratan
1.253.199,85 hektar dan wilayah laut 744.750,30 hektar (gambar
1).
Membuat Zona Inti untuk Konservasi
Keanekaragaman Hayati
Cagar Biosfer UNESCO dikategorikan berdasarkan tiga
kriteria utama (gambar 2):
• Zona Inti: Kawasan lindung, terbatas untuk
kegiatan konservasi, penelitian, dan pendidikan,
dan berkontribusi pada konservasi lanskap,
ekosistem, dan spesies. Seringkali menggabungkan
situs yang dilindungi yang sudah ada sebelumnya
seperti taman nasional atau cagar alam.
• Zona Penyangga: Mengelilingi zona inti dan
diizinkan untuk kegiatan yang sensitif secara
ekologis seperti pertanian, agroforestri, pariwisata,
dan praktik yang memperkuat penelitian,
pemantauan, pelatihan, dan pendidikan ilmiah.
• Zona Transisi: Mendukung berbagai kegiatan, Gambar 1 Peta yang menggambarkan lokasi kawasan Cagar Biosfer
Palung-Mendawak yang diusulkan, membentang dari Gunung Palung dan
mempromosikan kerja sama di antara para
desa-desa sekitarnya di selatan hingga Sungai Kapuas di utara. Kawasan
pemangku kepentingan untuk pembangunan
ini meliputi wilayah pesisir dan laut di wilayah paling barat beserta hutan
berkelanjutan. Terutama penting untuk kegiatan mangrove, rawa gambut, hutan perbukitan dan pegunungan, hutan
masyarakat yang berkelanjutan secara ekologis. tanaman, daerah terdegradasi, dan pemukiman manusia.

Hutan Lindung Mendawak di bagian paling utara dari daerah yang diusulkan, beserta Gunung Palung dan Gunung Tarak di bagian
paling selatan, adalah zona inti yang cocok. Perwakilan Manusia dan Biosfer (MAB) Indonesia menjelaskan bahwa, di luar kawasan
lindung, perhutanan sosial dan kawasan Nilai Konservasi Tinggi (HCV) di dalam konsesi juga dapat berfungsi sebagai zona inti,
tergantung pada komitmen terhadap konservasi. Sangga Bumi Lestari dan Universitas Tanjungpura telah mengidentifikasi potensi
konektivitas hutan di lanskap Mendakwak, termasuk kawasan HCV, yang menghubungkan Hutan Lindung Mendawak dengan Hutan
Desa Sungai Paduan di selatan (gambar 3). Pemeliharaan jangka panjang dari konektivitas ini akan menunjukkan komitmen multi-
perusahaan untuk konservasi, menyeimbangkan kepentingan perusahaan dengan pelestarian keanekaragaman hayati.
Mempromosikan Konservasi Keanekaragaman
Hayati dan Konektivitas Hutan
Penunjukan Cagar Biosfer UNESCO menjadi penanda kondisi
ekologi yang penting, dan Indonesia saat ini ada total 19
cagar biosfer yang semuanya adalah anggota Jaringan Cagar
Biosfer Dunia (WNBR). Hal ini secara resmi memberikan
pengakuan cagar biosfer sebagai area prioritas konservasi
dalam kerangka kerja yang dihormati secara global untuk
konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Hal Ini juga
menetapkan kerangka kerja untuk proyek konservasi dan
meningkatkan upaya yang ada.

Penetapan Cagar Biosfer Palung-Mendawak akan


menciptakan jalan untuk mengembangkan konektivitas
hutan yang menghubungkan kawasan hutan di dalam
Gambar 2 Contoh visual tentang bagaimana cagar biosfer dapat
konsesi, terutama jika kawasan HCV termasuk dalam zona
dikategorikan untuk konservasi dan pembangunan ekonomi
berkelanjutan. Penelitian, pendidikan, dan pemantauan didorong di ketiga
inti. Konektivitas zona inti yang efektif mendorong kemitraan
zona, sedangkan penggunaan ekonomi sebagian besar terbatas pada strategis dan memperkuat upaya konservasi tingkat lanskap.
zona penyangga (buffer) dan transisi (transition). Zona inti (core) cagar Tim manajemen cagar biosfer dapat menjadi ujung tombak
biosfer harus dikomitmenkan untuk konservasi dan pemulihan habitat inisiatif konservasi, melibatkan perusahaan dalam upaya
alami, menggabungkan penelitian, pendidikan dan kegiatan pemantauan kolaboratif, dan menjaga kualitas dan konektivitas hutan di
jangka panjang. seluruh lanskap.

Sebagian besar habitat orangutan yang tersisa di lanskap Mendawak berada dalam enam konsesi yang dimiliki oleh Sumitomo, Sinar
Mas, dan Alas Kusuma, sehingga menunjuk area HCV tersebut sebagai zona inti akan membuka kesempatan konektivitas dan
melindungi habitat orangutan yang signifikan. Sumitomo telah menunjukkan komitmen melalui pembentukan koridor hijau di
seluruh konsesi mereka, dan keberhasilannya dapat direplikasi di daerah sekitarnya untuk menghubungkan lanskap yang lebih luas.

Di wilayah paling barat dari Cagar Biosfer Palung-Mendawak yang diusulkan terdapat hutan mangrove pesisir Kandelia Alam. Garis
pantai Kalimantan Barat berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies yang terancam, termasuk pesut (Orcaella brevirostris),
penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), Dugong (Dugong dugon), hiu paus (Rhincodon typus), dan
guitarfish raksasa (Rhynchobatus djiddensis). Wilayah pesisir ini memiliki hutan mangrove seluas 162.167 hektar, dengan 100.147
hektar, atau lebih dari 60%, di antaranya berada di Kubu Raya. Terlepas dari garis pantainya yang signifikan, lingkungan pesisir dan
laut Kalimantan Barat masih kurang didalami. Dimasukkannya kawasan ini dalam cagar biosfer memberikan peluang untuk
meningkatkan penelitian dan konservasi kawasan melalui kolaborasi multi-pemangku kepentingan.

Upaya konservasi di wilayah ini terutama berfokus pada


ekosistem darat dan satwa liar yang terkena dampak konversi
hutan tropis menjadi perkebunan kelapa sawit, khususnya
orangutan Kalimantan yang terancam punah, spesies unggulan
yang diakui secara internasional untuk Cagar Biosfer Palung-
Mendawak. Namun, spesies unggulan kedua telah diidentifikasi
di daerah ini: pesut. Pesut mendiami hilir sungai dan perairan
pantai, terutama daerah muara dan saluran air hutan bakau.
Sebuah survei WWF 2011 mengidentifikasi keberadaan spesies
ini di perairan Kubu Raya, termasuk saluran air mangrove dan
perairan pesisir yang mengelilingi pulau-pulau kecil di lepas
pantai Kubu Raya. Hasil survei ini mengkonfirmasi keberadaan
Pesut yang terancam punah di dalam kawasan cagar biosfer
yang diusulkan. Identifikasi spesies yang kurang dikenal ini
sebagai unggulan lokal dari cagar biosfer akan menghasilkan
fokus konservasi yang lebih kuat, dengan tujuan utama
mengurangi polusi di perairan Kubu Raya, memastikan
kelangsungan hidup jangka panjang Pesut.
Gambar 3 Potensi konektivitas di lanskap Menjawak, meliputi sekitar
500.000 hektar di dalam kawasan Cagar Biosfer Palung-Mendawak
yang diusulkan.
Mendorong Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Lokal
Cagar biosfer adalah model untuk menguji dan menerapkan
inovasi untuk pembangunan berkelanjutan. Melibatkan
pemangku kepentingan memfasilitasi eksplorasi dan
pengembangan. Penelitian kolaboratif mengeksplorasi potensi
ekonomi dari produk lokal berkualitas tinggi, dan WNBR
memfasilitasi ekspor produk, meningkatkan pendapatan dan
berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Cagar biosfer membantu mengembangkan “branding”,
memungkinkan perluasan pasar, dan produk-produk seperti
minyak Argan dari Cagar Biosfer Arganerair di Maroko, kopi
premium dari Cagar Biosfer Kafa di Ethiopia, dan madu Comoé
dari Cagar Biosfer Comoé di Cote d’Ivoire, telah mendapatkan
pengakuan global, memberikan keamanan ekonomi kepada
masyarakat lokal.

Peluang ekonomi di kawasan Cagar Biosfer Palung-Mendawak


yang diusulkan meliputi madu, kopi, kerajinan tangan, buah
organik, sayuran, dan ikan. Misalnya, mata pencaharian di
kawasan mangrove Kubu Raya meliputi perikanan, pemanenan
kepiting, dan pengumpulan madu. Namun, mangrove terancam
oleh penebangan liar untuk produksi arang. Perdagangan ini
melayani permintaan lokal dan Jepang, dan meskipun
permintaan yang meningkat menghadirkan peluang ekonomi
yang signifikan, memahami dampak konservasi sangat penting
untuk memastikan keberlanjutan. Budidaya untuk produksi
Orangutan Kalimantan jantan dewasa (Pongo pygmaeus wurmbii), arang, yang diujicobakan di daerah tersebut (nama lokal:
spesies unggulan untuk Cagar Biosfer Palung-Mendawak. Kredit foto: Laban), bertujuan untuk mengatasi masalah ini dan
Beth Barrow/Tuanan Orangutan Research Project dimasukkannya mangrove dalam cagar biosfer akan
memfasilitasi integrasi penelitian dan konservasi untuk
meningkatkan pengembangan ekonomi berkelanjutan.
Memberdayakan Masyarakat
Penunjukan Cagar Biosfer UNESCO memainkan peran penting dalam memperkuat identitas lokal dan memberdayakan masyarakat
melalui apresiasi yang tinggi untuk penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, serta pelestarian warisan budaya dan kearifan.
Ditunjukkan dengan berkurangnya emigrasi dari daerah pedesaan di dalam cagar biosfer, penetapan cagar biosfer dapat
menanamkan rasa bangga di antara masyarakat setempat. Cagar biosfer yang berhasil harus melibatkan masyarakat lokal dalam
semua aspek perencanaan dan pengelolaan. Partisipasi inklusif ini mengurangi konflik kepentingan, memperkuat ekonomi, dan
menumbuhkan rasa memiliki.

Di Indonesia, rumah bagi beragam kelompok adat, hubungan antara masyarakat dan tanah leluhur mereka sangat mendalam.
Kelompok adat Dayak di Kalimantan Barat memandang hutan sebagai sumber kehidupan dan telah melindungi kawasan hutan
melalui praktik pengelolaan tradisional selama beberapa generasi. Terlepas dari pentingnya nilai budaya, hutan adat tidak
memiliki perlindungan yang memadai dan pengakuan pemerintah, yang menyebabkan kerentanan. Mengingat cagar biosfer
mewakili keseimbangan yang harmonis antara konservasi dan pembangunan manusia yang berkelanjutan, dengan masyarakat di
garis depan, penggabungan kawasan adat ke dalam cagar biosfer memberikan peluang unik untuk memperkuat kawasan hutan
adat, mengurangi kerentanan kepemilikan dan konflik. Pelibatan ini akan memfasilitasi proses pemantapan hutan adat melalui
skema perhutanan sosial pemerintah Indonesia dan menawarkan solusi untuk sengketa lahan yang sering dihadapi oleh
masyarakat.

Pesut ((Orcaella brevirostris) yang terancam punah di perairan Kubu Raya, spesies unggulan untuk Cagar Biosfer Palung-Mendawak. Kredit foto:
World Wildlife Fund (WWF)
Mengembangkan Pariwisata Berkelanjutan
untuk Pertumbuhan Ekonomi
Penunjukan UNESCO berfungsi sebagai indikator kualitas bagi
wisatawan, mempengaruhi pilihan tujuan. Pariwisata
berkelanjutan menandakan tujuan wisata yang unik yang
membuka potensi lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan
yang berkelanjutan, sambil melestarikan lingkungan alam dan
warisan budaya. Ketika alam menjadi aset ekonomi yang
berharga bagi para pemangku kepentingan, mereka akan
termotivasi untuk melindungi dan memanfaatkan sumber daya
secara berkelanjutan. Salah satu model pariwisata
berkelanjutan yang sukses dilakukan di Cagar Biosfer Teluk
Jozani-Chwaka di Zanzibar, Tanzania, di mana pengambilan
keputusan partisipatif dan distribusi pendapatan yang adil
menandakan bahwa sebagian besar pendapatan disalurkan
kepada masyarakat, yang kemudian memutuskan aktivitas
mana yang akan didanai. Pendekatan kolaboratif ini
memastikan manfaat bersama dan inisiatif pembangunan
berbasis masyarakat.

Di daerah paling selatan dari Cagar Biosfer Palung-Mendawak


yang diusulkan terletak Gunung Palung, yang menyediakan
beberapa pilihan pariwisata berkelanjutan, menciptakan
peluang kerja bagi masyarakat yang bekerja sebagai pemandu,
pengangkut, dan menyediakan transportasi dan akomodasi.
Pilihan wisata beragam, termasuk wisata gunung, desa, atau air
terjun. Di daerah paling barat terletak hutan mangrove, yang
terdapat ruang lingkup untuk inisiatif pariwisata berkelanjutan,
di mana pengunjung dapat naik perahu melalui aliran air di
sekitar mangrove untuk mencari Pesut. Pendekatan kolaboratif
dapat menjadi alternatif kegiatan meningkatkan konservasi Atas: Air terjun di destinasi wisata Lubuk Baji di Taman Nasional
mangrove. Daerah yang beragam dan unik yang diusulkan, Gunung Palung.
ditambah dengan penunjukan UNESCO yang diakui secara Bawah: Pantai Peramas, di dasar bukit Peramas di Taman Nasional
Gunung Palung.
internasional, akan menciptakan peluang baru untuk
Kredit foto: TN Gunung Palung
pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata berkelanjutan.
Membuka Potensi Ekonomi: Bursa Karbon Indonesia
Bursa Karbon (IDXCarbon) diluncurkan pada 18 September 2023, menawarkan sistem perdagangan yang transparan, adil, dan
efisien, serta memfasilitasi transaksi langsung bagi perusahaan yang berkomitmen untuk mengurangi emisi. IDXCarbon
memainkan peran penting dalam mendukung target kontribusi nasional (NDC) Indonesia untuk mengurangi emisi hingga 41%
pada tahun 2030, sejalan dengan tujuan Paris Agreement.

Hutan hujan dan hutan mangrove di dalam Cagar Biosfer Palung-Mendawak yang diusulkan, berfungsi sebagai reservoir karbon
penting. Mangrove memiliki potensi besar untuk solusi berbasis alam (NBS), termasuk konservasi, restorasi, dan pengelolaan
berkelanjutan, menghasilkan kredit karbon untuk menghindari deforestasi dan mengurangi emisi. NBS menawarkan pendekatan
terukur untuk penangkapan emisi karbon, memberikan dampak positif pada keanekaragaman hayati, dan manfaat ekonomi
melalui skema perdagangan karbon. Sistem ini dapat menawarkan peluang ekonomi berkelanjutan yang menguntungkan
beragam pemangku kepentingan.

Hutan mangrove Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sumber foto: The Jakarta Post

Anda mungkin juga menyukai