Anda di halaman 1dari 8

Quiz 11 Mata Kuliah Lingkungan Mangrove

“Konservasi dan Manajemen Ekosistem Mangrove


(Mangrove Conservation and Management)”

Dosen Pengampuh: Ahmad Dwi Setyawan, S.Si., M.Si

Disusun Oleh:

Aisyah Putri
N0122044

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
1. Jelaskan mengapa konservasi ekosistem mangrove perlu dilakukan!
Jawaban:
Konservasi itu sendiri berasal dari kata con (together) dan servare (keep/save) yang
memiliki pengertian upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have).
Mengidentifikasi dan menerapkan konservasi dan restorasi habitat bakau yang dapat diterapkan di
seluruh dunia dapat mempercepat upaya pembelajaran dan perlindungan, memulihkan serta
menjaga hutan mangrove. Konservasi ekosistem mangrove perlu dilakukan juga karena ekosistem
mangrove memberikan banyak jasa dan manfaat bagi alam dan manusia. Mangrove memainkan
peran penting dalam menyangga garis pantai terhadap gelombang badai dan tsunami melalui
redaman gelombang. Studi telah menunjukkan bahwa daerah banjir yang dihasilkan oleh Badai
Wilma pada tahun 2005 di barat daya Florida akan meluas 70% lebih jauh ke pedalaman tanpa
perlindungan zona mangrove 6–30 km (Zhang et al., 2012a; Liu et al., 2013) dan hutan bakau dapat
mencegah hilangnya nyawa manusia akibat topan 1999 yang melanda Orissa, India (Barbier, 2016).
Konservasi hutan mangrove sebagai habitat ikan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan mangrove dengan cara meningkatkan hasil tangkapan nelayan berupa
ikan, udang dan rajungan.
Hilangnya hutan bakau akan mengakibatkan berkurangnya perlindungan baik dari banjir
maupun angin kencang. Beberapa negara, seperti Guyana, telah terlibat dalam penjangkauan
pendidikan untuk mengingatkan publik tentang konsekuensi yang berpotensi menimbulkan
bencana terhadap deforestasi hutan bakau. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hutan
mangrove menyediakan habitat pembibitan bagi ikan karang muda dari banyak spesies
(Nagelkerken et al., 2000).
Laegdsgaard dan Johnson (2001) menunjukkan bahwa mangrove, terutama akar
penyangga Rhizophora, memberikan heterogenitas structural yang menguntungkan baik untuk
mangsa yang mencoba menghindari pemangsa dan ikan pemangsa yang mencari mangsa.
Mangrove juga menyerap karbon, tidak hanya melalui akumulasi biomassa hidup, tetapi juga
melalui deposisi serasah dan kayu mati, termasuk jebakan sedimen.
Konservasi juga dapat dipadang dari segi ekonomi dan ekologi, dimana konservasi dari
segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari
segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan
datang. Dengan demikian, diperlukan adanya konservasi mangrove untuk menjaga kelestarian
mangrove yang ada.
Banyak faktor yang menyebabkan penurunan upaya konservasi ini seperti kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang manfaat mangrove dan bagaimana cara membudidayakannya.
Yang tidak kalah penting adalah kurangnya lahan di mana banyak penebangan hutan.

2. Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan/diadopsi oleh pengelola/pemerintah dan para pihak
(stakeholder) agar rencana pengelolaan ekosistem mangrove dapat berjalan dengan efisien!
Jawaban:
Pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem adalah kesempatan untuk memaksimalkan jasa
ekosistem sambil mempromosikan ketahanan ekologis dan kegiatan produktif yang sesuai Perlunya
kebijakan secara komprehensif mengenai fungsi berbagai jenis ekosisitem mangrove di sepanjang
pantai misalnya Undang-undang mengenai “penggunaan berkelanjutan”, termasuk budidaya dan
tambak produksi garam. Juga kebijakan mengenai sistem Kawasan lindung nasional dalam rangka
mendukung pengelolaan dan perencanaan konservasi. Rangkaian Kawasan lindung tidak hanya
membutuhkan perluasan namun juga restrukturisasi.
Namun instrument hukum tidak cukup untuk perlindungan yang efektif dari ekosistem ini.
Karena kurangnya evaluasi yang tepat. Penilaian berkala secara permanen terhadap status
konservasi mangrove dan pemanfaatan berkelanjutan, pemantauan jangka panjang eksperimen
rehabilitasi, pengelolaan berbasis masyarakat dan adaptasi undang-undang yang berkelanjutan
diperlukan untuk mengekang pendorong perubahan dan dampak negatifnya terhadap bakau.
Masyarakat lokal seringkali memiliki hubungan simbolis dengan hutan mangrove,
sehingga dimensi sosial budaya jasa mangrove perlu diperhatikan oleh pengambil kebijakan untuk
mengatasi tantangan dalam konservasi ekosistem pesisir. Untuk mengatasi ketergantungan
finansial pada mangrove, sangat penting untuk menyediakan semua yang dibutuhkan sebagai
alternatif matapencaharian masyarkat lokal oleh pemangku kepentingan dengan kemampuan untuk
mempengaruhi aspek politik pemerintahan, mendukung lembaga yang mendorong akuntabilitas,
mendorong masyarakat sipil untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan
memastikan bahwa pandangan dari tingkat lokal memberi makan ke dalam proses tata kelola multi-
level.

Kemitraan dengan kelompok penelitian mangrove juga perlu diciptakan dan diperkuat.
Penelitian ilmiah dapat berkontribusi, misalnya dengan pengembangan metode untuk memasukkan
pengetahuan ekologi lokal, melalui studi sosial bottom-up yang menjelaskan bagaimana
menerapkan pengetahuan untuk pengembangan strategi konservasi mangrove.
Disisi lain dapat melibatkan tokoh masyarakat untuk mencapai pengelolaan Bersama yang
sukses. Penduduk asli, terutama yang secara langsung bergantung pada barang dan jasa mangrove,
serta sektor masyarakat lainnya, perlu diintegrasikan melalui pengelolaan berbasis masyarakat
(Ferreira dan Lacerda, 2016a).
Pemerintah juga mesti memperhatikan serta memperhitungkan nilai-nilai yang terkait
dengan ekosistem mangrove mislanya buudidaya udang yang dianggap masyarakat lebih berharga
dari pelestarian mangrove. Terlepas dari tekanan dan kerusakan akibat hutan bakau, sedikit yang
diketahui tentang nilai uniknya dalam hal jasa ekosistem. Sehingga perlunya kebijakan
perlindungan yang spesifik.

3. Jelaskan bagaimana tantangan dan pendekatan kebijakan konservasi ekosistem di Asia


Tenggara!
Jawaban:
Tantangan utama yang diidentifikasi berkaitan dengan konflik antara konservasi mangrove dan
persaingan penggunaan lahan sehingga menyebabkan hilangnya habitat mangrove yang disebabkan
oleh ketidakjelasan atau persaingan tujuan kebijakan di berbagai tingkat Kelola dan tuntutan sosial-
ekonomi. Menyeimbangkan tuntutan sosial-ekonomi dan lingkungan rumit dalam kebijakan yang
saling bertentangan atau tidak jelas, terutama di Asia Tenggara, di mana pemanfaatan dan
konservasi mangrove dilakukan oleh beberapa Lembaga pemerintah dengan tujuan dan tanggung
jawab yang tumpeng tindih atau bertentangan. Mislanya di Kamboja, hutan yang dipengaruhi
pasang surut dikelola oleh Departemen Perikanan dan hutan non pasang surut dikelola oleh
Departemen Kehutanan. Namun, pengaruh pasang surut adalah batas yang kabur dan dinamis.
Dengan demikian, ekosistem pesisir sulit untuk dikelola dan membutuhhkan banyak Lembaga
untuk mengelola lintas batas darat-laut.
Hilangnya banyak hutan bakau terjadi dalam skala besar dan paling efektif ditangani oleh
intervensi kebijakan. Hilangnya mangrove memiliki dampak yang sangat besar bagi
keanekaragaman hayati misalnya kepunahan. Kehilangan mangrove juga memiliki implikasi besar
bagi penyedia jasa ekosistem. Namun, tujuan kebijakan yang tidak jelas atau bertentangan di
beberapa tingkatan pemerintahan menghasilkan keputusan manajemen yang kontradiktif.
Ancaman lainnya yakni tekanan terhadap kelestarian ekosistem mangrove. dengan demikian,
pengelolaan mangrove dan konservasi harus mencakup pendekatan lanskap multisectoral,
kolaboratif, terkoordinasi pada kebijakan dasar nasional dan daerah. Kebijakan yang dibuat dan
ditegakkan oleh pemerintah adalah satu bagian dari perlindungan. Beberapa pendekatan
diidentifikasi untuk mendamaikan konflik kebijakan ini, termasuk peningkatan penggabungan
hutan bakau menjadi Kawasan Konservasi Laut (KKL), penggunaan pendekatan manajemen
kolaboratif, kemitraan public-swasta untuk konservasi dan pembayaran jasa ekosistem.

4. Jelaskan pengalaman negara-negara di Afrika Timur dalam konservasi dan manajemen


eksositem mangrove!
Jawaban:
Dengan adanya projek atau program keanekaragaman hayati yang bekerja sama dengan komisi
dan organisasi Membentuk asosiasi komunitas hutan untuk improve mata pencaharian populasi
lokal di wilayah tersebut dan melindungi sumber alamnya melalui promosi konservasi
keberlanjutan dan pemanfaatan mangrove dan keanekaragaman lainnya untuk tujuan memberantas
kemiskinan dan mebentuk komunitas pengembangan. Adapun beberapa tujuan utama dari adanya
project (pakaya project) ini diantaranya yaitu:
1. Promosi konservasi keberlanjutan dan pemanfaatan mangrove dan keanekaragaman lain
2. Memperkuat partisipasi komunitas di lingkup konservasi juga penanaman kembali mangrove
3. Untuk mempromosikan pembiakan lebah dan ecotourism sebagai alternatif sumber ekonomi
misalnya membentuk komunitas lokal yang dinamakan sumo kava yang memiliki visi untuk
membentuk kampanye kesadaran mengenai pentingnya mangrove juga menyediakan pelatihan
untuk mengajari populasi bagaimana cara manajemen ekosistem hutan, setelah penilaian
pengelolaan hutan diserahkan kepada penduduk lokal karena mereka telah memiliki skill yang
diperlukan .

Salah satu tantangan mengenai kebijakan terkait dengan tata Kelola mangrove. tata Kelola
mangrove lebih rumit di bawah desentralisasi yang menyebabkan kurangnya Kerjasama dan
koordinasi antar hierarki pemerintahan. Beberapa konflik kebijakan diakibatkan oleh kekuasaan
ketidakseimbangan dan tujuan yang berbeda antar tingkatan pemerintahan. Kesalahan dapat terjadi
jika daerah tidak memiliki keahlian dan kapasitas yang sama untuk melakukan manajemen yang
efektif, penyelewengan dan pencatutan lokal dapat terjadi karena kurangnya pengawasan federal.
Di provinsi Gorontalo, Indonesia, Cagar Alam Tanjung Panjang yang diamanatkan secara nasional
telah parah deforestasi karena keterpencilan dan akibat kurangnya pengawasan nasional.

5. Berikanlah evaluasi kinerja Badan Restorasi Mangrove dan Gambut, sejak badan tersebut
didirikan dengan nama Badan Restorasi Gambut!
Jawaban:
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Republik Indonesia adalah Lembaga nonstruktural
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, BRGM dibentuk melalui Peraturan
Presiden Nomor 120 tahun 2020 tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove.
BRGM bertugas memfasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat pada areal restorasi gambut serta melaksanakan percepatan rehabilitasi
mangrove di provinsi target. Adapun wilayah target BRGM diantaranya Sumutera Utara, Riau,
Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Sumatera Selatan Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Papua Barat, Papua.
Dari hasil metodologi pengukuran kinerja, maka capaian kinerja BRGM pada tahun 2021
adalah sebagai berikut:
a. Sebesar 100,12 % lahan gambut yang direstorasi
Upaya pencapaian IKP 1 dilakukan melalui restorasi kawasan ekosistem gambut
melalui skema 3R (Rewetting, Revegetation and Revitalization). Pembangunan Infrastruktur
Pembasahan Gambut (IPG) di 7 Provinsi prioritas kerja BRGM seperti sekat kanal, sumur bor
dan timbun kanal merupakan aspek pembasahan kembali lahan gambut (rewetting) agar
kelembaban gambut dapat terjaga dan laju pengeringan areal gambut dapat diminimalisir
sehingga mengurangi potensi kebakaran lahan gambut.
Restorasi gambut dilaksanakan dalam situasi yang kompleks dan memiliki unsur
ketidakpastian, namun demikian intervensi di tapak harus segera dilakukan. Konsekuensinya
restorasi gambut harus menggunakan pendekatan yang adaptif: lentur, trial and errors dan terus
berinovasi sampai menemukan sistem yang lebih konkret misalnya restorasi terintegrasi
berbasis pada KHG. Restorasi gambut dilakukan di 7 (tujuh) provinsi prioritas seperti Riau,
Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Papua.
Melalui strategi 3R, BRGM berhasil merestorasi gambut seluas 300.346 Ha di
provinsi wilayah prioritas. Strategi tersebut dinilai efektif dalam meningkatkan tinggi muka
air tanah dan kelembaban (soil moisture). Hal ini berpengaruh pada berkurangnya titik panas
(hotspot) dan kebakaran hutan dan lahan di wilayah prioritas BRGM beberapa tahun terakhir
berdasarkan data https://prims.brg.go.id. Tren titik panas terus terjadi penurunan selama 10
tahun terakhir dan hanya 28.386 titik panas di 7 provinsi prioritas di tahun 2021.
Dari pendekatan yang dilakukan, yaitu pembasahan, penanaman kembali dan
revitalisasi mata pencaharian masyarakat, BRG jilid I selama 5 tahun telah merestorasi gambut
seluas 835 ribu hektar dengan membangun 13.869 Unit Sumur Bor (SBO), 6.628 unit Sekat
Kanal (KSE), 324 Unit Kanal Timbun (KTI), revegetasi seluas 1.187 hektare, dan 804 paket
revitalisasi ekonomi. Pada tahun 2021, upaya restorasi gambut terus dilakukan oleh BRGM,
dengan membangun IPG baru sebanyak 895 unit, 760 hektar revegetasi lahan gambut bekas
terbakar, dan 259 paket bantuan revitalisasi ekonomi kepada masyarakat yang tinggal di
sekitar ekosistem gambut.
b. Sebesar 105,79% Kawasan ekosistem mangrove yang direhabilitasi
1. Nilai kepuasan pelayanan, perencanaan badan restorasi gambut dan mangrove.
Pada awal tahun 2021, BRGM memiliki target untuk melakukan rehabilitasi
mangrove seluas 83 ribu Ha di 9 Provinsi. Terjadinya peningkatan kasus pandemi Covid-
19 menyebabkan adanya kebijakan untuk melakukan refocusing anggaran, dan
memprioritaskan kegiatan untuk penanganan Covid-19. Alokasi anggaran rehabilitasi
mangrove yang direncanakan semula 83 ribu hektar di 9 Provinsi berubah menjadi 33 ribu
hektar di 32 provinsi.
Dalam rangka pemenuhan kinerja, BRGM bekerjasama dengan Direktorat
Jenderal PDASRH dan Direktorat Jenderal KSDAE Kementerian LHK di masing-masing
wilayah merehabilitasi hutan mangrove melalui kegiatan penanaman. Pada tahun 2021
luas areal hutan mangrove telah berhasil ditanami bibit mangrove seluas 34.911 hektar dan
mampu menyerap 2.940.659 HOK. Capaian penanaman mangrove pada tahun 2021
melebihi target yang sudah ditentukan seluas 1.911 hektar.
c. Sebesar 102,03% tingkat kepuasan pelayanan perencanaan.
a. Nilai kepuasan pelayanan perencanaan badan restorasi gambut dan mangrove
Evaluasi kepuasan pelayanan perencanaan ini disusun sesuai dengan
Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 14 tahun 2017. Evaluasi ini meliputi kualitas dan
kinerja SDM, keterbukaan informasi, ketersediaan sarana dan prasarana, kemudahan
pelayanan, dan ketepatan waktu pelayanan perencanaan. Pada tahun 2021, target
tingkat kepuasan pelayanan perencanaan BRGM adalah 4 Poin dengan realisasi
tingkat kepuasan sebesar 4,081 Poin.
a. 4,13 dari 4 pada layanan penyusunan anggaran
b. 4,09 dari 4 pada layanan evaluasi dan pelaporan
c. 4,26 dari 4 pada kompetensi pegawai pokja program dan anggaran
d. 4,15 dari 4 pada kualitas sarana prasarana dalam mendukung evaluasi dan
pelaporan
e. 3,89 dari 4 pada pencapaian sasaran.
f. 3,73 dari 4 pada kecepatan waktu pelayanan pokja program dan anggaran.
b. Peningkatan level maturitas SPIP BRGM
Level maturitas SPIP adalah gambaran tingkat atau struktur kematangan
implementasi penyelenggaraan SPIP pada instansi Pemerintah yang diperoleh melalui
penilaian dengan prosedur tertentu oleh BPKP atau Itjen terhadap penyelenggaraan
SPIP tahun sebelumnya. Dengan demikian, penilaian level maturitas implementasi
penyelenggaraan SPIP BRGM Tahun 2021 akan dilakukan pada awal tahun 2022.
dengan karakteristik yaitu BRGM telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan
terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan
belum dengan dokumentasi yang memadai.
c. Laporan keuangan BRGM tertib dan akuntabel
BRGM dalam pelaksanaan anggaran tahun 2021 membuta dokumen laporan
keuangan, seperti:
a. Laporan triwulan
b. Laporan semesteran
c. Laporan tahunan.

Pengukuran capaian kinerja BRGM tahun 2021 dihitung dari capaian kinerja pada masing-
masing indikator kinerja program (IKP) atau indikator kinerja utama (IKU) yang mendukung
masingmasing capaian sasaran strategis. Mengacu pada rencana strategis BRGM, maka capaian
kinerja BRGM dihasilkan dari 3 (tiga) IKP/ IKU yang mendukung 3 (tiga) sasaran program/sasaran
strategis. Nilai kinerja BRGM secara keseluruhan pada tahun 2021 adalah sebesar 102,64%. Secara
berangsur-angsur, nilai kinerja BRGM setiap tahunnya mengalami peningkatan yakni pada tahun
2019 sebesar 92,42%, tahun 2020 sebesar 95,83% dan tahun 2021 sebesar 102,64 %.

Anda mungkin juga menyukai