Anda di halaman 1dari 5

SINOPSIS 1 TUGAS AKHIR

Nama : IRMAYANTI

Stambuk : P10120056

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Pembimbing I : Pitriani, S.KM., M.Kes

Pembimbing II : Kiki Sanjaya, S.KM., M.KL

Judul 2 :

Analisis efektivitas biofilter dalam mereduksi polutan air limbah di RSUD UMUM
PASANGKAYU

Topik :

Teknologi lingkungan tepat guna

Latar belakang :

Limbah rumah sakit dapat didefinisikan merupakan semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas yang mengandung mikroorganisme
patogen, bersifat infeksius, bahan kimia berbahaya dan sedikit bersifat
radioaktif. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

Pengelolaan air limbah di rumah sakit sangat penting untuk menjamin bahwa kondisi
lingkungan di rumah sakit aman bagi masyarakat baik yang menggunakan layanan kesehatan
dirumah sakit tersebut maupun masyarakat sekitarnya. Pengelolaan air limbah dimaksudkan
untuk menghilangkan atau mereduksi pencemar pada air limbah hingga memenuhi baku mutu
yang telah ditetapkan, sehingga air limbah aman untuk dibuang ke badan air atau dapat
dimanfaatkan Kembali. Sebelum dibuang ke lingkungan air limbah hasil olahan pada IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) harus memenuhi baku mutu sesuai Permen LHK Nomor 5
Tahun 20142. Tantangan terbesar dalam pembangunan IPAL di Rumah Sakit yaitu minimnya
pendanaan untuk pembangunan fasilitas fisik, keterbatasan lahan dan tingginya biaya
operasional3, kondisi ini berdampak pada rendahnya ketersediaan IPAL, data menunjukkan
bahwa hanya 36% rumah sakit di Indonesia yang telah memiliki IPAL, dan dari semua
fasilitas ini baru 52% yang memenuhi persyaratan secara teknis.

Sehubungan dengan hal tersebut, setiap penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah
sakit wajib melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga
mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang
telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995
(pasal 7). Pengelolaan limbah cair bertujuan untuk menurunkan kandungan bahan pencemar
limbah cair sehingga diperoleh efluen yang dapat diterima oleh badan air. Kandungan bahan
pencemar limbah cair dapat diturunkan apabila pengelolaan limbah cair yang digunakan
sesuai dengan karakteristik.

Proses pengolahan air limbah dengan biofilter "up flow" ini terdiri dari bak pengendap,
ditambah dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil atau batu pecah,
plastik atau media lain. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh
bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik bak pengendap yang terdiri atas 2 ruangan, ruang
pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama, sludge digestion (pengurai lumpur) dan
penampung lumpur sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai pengendap kedua dan
penampung lumpur yang tidak terendapkan di bak pertama, dan air luapan dari bak
pengendap dialirkan ke media filter dengan arah aliran dari bawah ke atas. Setelah beberapa
hari beroperasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme.
Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada
bak pengendap. Air luapan dari biofilter kemudian dibubuhi dengan khlorine atau kaporit
untuk membunuh mikroorganisme patogen, kemudian dibuang langsung ke sungai atau
saluran umum.

Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media. Sebagai
akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui
filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efisiensi penyaringan akan sangat besar karena
dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas
akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak
terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter Up Flow ini
sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa
membutuhkan energi. Poses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan
kapasitas yang tidak terlalu besar.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk “Mengetahui bagaiman efektivitas biofilter
dalam mereduksi polutan air limbah di RSUD UMUM PASANGKAYU.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan berbasis
laboratorium. pengambilan Sampel limbah diambil pada saluran pusat pembuangan air
limbah RSUD UMUM PASANGKAYU. Sampel limbah selanjutnya sesudah pengolahan
akan dilihat beberapa parameter baik fisik,kimia, maupun biologi. Setelah itu akan dilakukan
analisis di Laboratorium FMIPA UNTAD.

Kesimpulan

Berdasarkan Penjelasan Latar Belakang diatas, saya tertarik untuk mengetahui efektivitas
biofilter dalam mereduksi polutan air limbah di RSUD UMUM PASANGKAYU.
Dapus :

Pitriani, P., Maulani, M., Tatulus, T., Indriani, F., Sanjaya, K., & Salmawati, L. (2022). IPAL
EFEKTIVITAS BIOFILTER DALAM MEREDUKSI POLUTAN PADA AIR
LIMBAH RUMAH SAKIT DI KOTA PALU. Afiasi: Jurnal Kesehatan Masyarakat,
7(1), 245-253.

Rawis, L., Mangangka, I. R., & Legrans, R. R. (2022). Analisis Kinerja Instalansi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado. TEKNO,
20(81).

Rohana, F. U., & Zulaeha, S. (2020). Desain Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Menggunakan Proses Biofilter “Up flow” di Rumah Sakit Pendidikan
Unismuh Makassar.

Anda mungkin juga menyukai