KELOMPOK 4
KOMANG AYU MARTINA YOSHI (18071002)
SANG AYU MADE ARY PURNAMI (18071006)
KADEK ANIDIA RASMI (18071019)
A. Pendahuluan
Air merupakan sumber alami yang paling vital untuk semua kehidupan di
bumi. Keberadaan dan kualitas air selalu memainkan peran penting untuk
menentukan tempat dimana seseorang dapat tinggal dan juga kualitas hidup
mereka. Air berdasarkan kegunaannya dapat dibedakan menjadi air komersial,
domestik, industri, irigasi, pertambangan, dan persediaan air publik.
Limbah cair merupakan semua air buangan termasuk tinja, berasal dari
kegiatan domestik maupun industri yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun, radioaktif, darah, maupun cairan lain
yang berbahaya bagi kesehatan. Limbah cair diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
blackwater (sewage), greywater (sullage), dan stormwater. Blackwater
(sewage) adalah limbah cair tercemar berat yang mengandung konsentrasi zat
fecal dan urine yang tinggi. Greywater (sullage) adalah limbah cair yang
mengandung residu cair dari kegiatan cuci, mandi, kakus, maupun proses
laboratorium dan laundry, seperti teknik air cooling dan pencucian film x-ray.
Stormwater adalah air hujan yang tidak termasuk limbah buangan domestik
maupun industri yang terkumpul di atap, dasar, taman, dan permukaan jalan.
Effluent adalah air limbah yang mengalir keluar dari pabrik pengolahan,
saluran pembuangan, atau pembuangan industri, baik yang diolah atau tidak
diolah dan dibuang ke sungai atau laut dengan padatan kurang dari 5 cm.
Pengolahan air limbah adalah suatu proses yang dijalankan untuk
menghilangkan atau membersihkan limbah (effluent) hasil kegiatan industri,
komersial atau rumah tangga dari air sehingga air dapat dimanfaatkan kembali
oleh lingkungan tanpa memberikan dampak negatif ataupun dapat digunakan
kembali dalam proses industri, komersial dan rumah tangga tersebut.
1
Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan pada
industri adalah sebagai berikut.
1. Pengolahan limbah secara fisika. Dengan memisahkan material-material
pengotor yang kasat mata serta berukuran cukup besar dengan
menggunakan penyaringan atau perlakuan fisik. Prosesnya meliputi
sedimentasi, floatasi, absorbsi, dan penyaringan (screening).
2. Pengolahan limbah secara kimia. Adanya penambahan bahan kimia untuk
mengendapkan, memisahkan, atau menghilangkan zat-zat pengotor dalam
limbah cair tersebut. Prosesnya meliputi koagulasi, oksidasi, penukar ion,
degradasi, ozonisasi, dan lain-lain.
3. Pengolahan limbah secara biologi. Menggunakan biota hidup atau mikroba
untuk menguraikan zat-zat pencemar di dalam limbah cair. Prosesnya
meliputi aerobik, anaerobik, fakultatif.
2
C. Effluent Treatment Plants (ETP)
Terdapat beberapa metode pengolahan air limbah diantaranya adalah
Effluent Treatment Plants (ETP), Sewage Treatment Plants (STP), dan
Common and Combined Effluent Treatment Plants (CETP). ETP adalah suatu
metode pengolahan air limbah yang banyak digunakan perusahaan di bidang
farmasi dan kimia untuk menjernihkan air dengan menghilangkan zat kimia
toksik maupun non toksik di dalamnya. Kegunaan ETP adalah untuk
membersihkan limbah industri dan mendaur ulang untuk kegunaan lebih lanjut,
mengurangi penggunaan air pada industri, memotong pengeluaran dalam
pengadaan air, memenuhi standar emisi atau pembuangan polutan ke
lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah, menghindari sanksi, dan menjaga
lingkungan dari polusi serta berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.
ETP dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu awal (preliminary), primer, sekunder,
dan tersier (berkelanjutan).
1. Tahapan awal (preliminary) dilakukan pemisahan bahan yang dapat
terlihat (big sized) secara fisika, seperti pemisahan terhadap plastik, kertas,
kayu, dan lain sebagainya. Pemisahan dapat dilakukan dengan cara
penyaringan, pengendapan, dan klarifikasi.
2. Tahapan primer dilakukan pembuangan bahan yang mengapung dan dapat
terlihat, baik dengan cara fisika maupun kimia dan biologi.
3. Tahapan sekunder dilakukan pemisahan dengan cara kimia dan biologi
yaitu untuk mengurangi konsentrasi dari bahan organik dan anorganik
yang masih tersisa dari tahapan awal dan primer. Biasanya dilakukan
dengan penggunaan bakteri aerob dan anaerob untuk mengubah zat dalam
air menjadi karbondioksida, air, biomasa, dan gas.
4. Tahapan tersier atau lanjutan merupakan proses pembersihan akhir untuk
meningkatkan kualitas air limbah sebelum digunakan, didaur ulang, atau
dibuang ke lingkungan. Dilakukan pembuangan zat anorganik tersisa
seperti nitrogen, fosfor, bakteri, virus, dan parasit yang berbahaya bagi
kesehatan, dengan pemberian alum dan klorin sebagai desinfektan pada
tangki air, atau natrium bisulfat sebelum dilepaskan ke lingkungan.
3
Gambar 1. Tahapan Pengolahan Air Limbah dengan Metode ETP
4
4. Flash mixer, koagulan ditambahkan pada air limbah, seperti kapur, alum,
dan polielektrolit untuk menetralkan pH, menghilangkan warna, dan
mengurangi total padatan tersuspensi (TSS).
5. Clarriflocculator, untuk sirkulasi air, air yang meluap akan menuju tangki
aerasi. Padatan akan mengendap di bawah dan terkumpul secara terpisah
dan dikeringkan, sehingga akan mengurangi total padatan tersuspensi
(TSS) pada air limbah. Padatan (lumpur) akan dikeringkan di drying beds.
6. Tangki aerasi, air limbah akan mengalir pada tangki yang berbentuk
seperti tangga, kontak secara langsung dengan udara untuk melarutkan
oksigen ke air limbah, sehingga mengurangi nilai BOD dan COD pada air.
7. Clarifier, menjernihkan air limbah, mengendapkan padatan berupa lumpur
di bawah sehingga air yang meluap merupakan limbah yang terolah dan
siap dibuang. Kualitas air yang keluar diperiksa agar berada dalam batas
yang diterima baku mutu. Melalui pipa, air yang diolah akan dibuang ke
perairan sungai, tanah tandus, dan lain sebagainya.
8. Pemadat lumpur, air limbah mengalir melalui sentrifus untuk memisahkan
padatan dan cairan. Kemudian air limbah akan diproses, sedangkan lumpur
akan terkumpul di bawah.
9. Drying beds, lumpur akan dikeringkan pada drying beds.
5
D. Kesimpulan
Masalah terkait penggunaan kembali air limbah muncul karena kurangnya
pengolahan terhadap air limbah tersebut. Tantangannya adalah menemukan
metode yang murah, berteknologi rendah, dan ramah pengguna, dimana tidak
mengancam mata pencaharian yang bergantung pada air limbah dan
melindungi degradasi sumber daya alam yang berharga. Penggunaan lahan
basah yang dibangun sekarang diakui sebagai teknologi yang efisien untuk
pengolahan air limbah. Dibandingkan dengan sistem pengolahan konvensional,
lahan basah yang dibangun membutuhkan bahan dan energi yang lebih sedikit,
mudah dioperasikan, tidak memiliki masalah pembuangan lumpur dan dapat
dirawat oleh personel yang tidak terlatih. Metode Effluent Treatment Plants
memiliki konstruksi, biaya perbaikan dan operasi yang minimal karena
didorong oleh energi alami dari matahari, udara, tanah, mikroorganisme,
tanaman, dan hewan.