Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

RINGKASAN MATERI
“Limbah Cair & Pengolahan Limbah Cair”

Dosen Pengampu :
Desak Putu Risky Vidika A., S.Si., M.Si

Oleh :
1. Ni Putu Eka Puspita Dewi (18071003)
2. Luh Putu Astri Budisuari (18071004)
3. Ni Putu Ayu Natalia Dewi (18071014)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2021
“Limbah Cair & Pengolahan Limbah Cair”

Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan beracun
adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang
karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau membahayakan lingkungan hidup
manusia serta makhluk hidup.

Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air yang
membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu campuran air dan
padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang
dibuang ke dalam lingkungan. Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat dikategorikan atas
limbah padat, cair, dan gas.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan
dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan
tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga metode pengolahan, yaitu pengolahan secara
fisika, pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi. Limbah cair dari industri
pada umumnya bersifat alkali atau asam sehingga diperlukan proses kimia netralisasi limbah
cair. Limbah cair yang bersifat basa, maka proses netralisasi dilakukan dengan penambahan
HCl, atau asam sulfat, atau gas CO2 sehingga dicapai nilai pH antara 6,50-8,50.

Jika gas CO2 tidak tersedia, maka netralisasi dilakukan dengan menggunakan asam
sulfat karena harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan asam asam khlorida.
Reaksi kimia netralisasi berlangsung cepat, diperlukan pengadukan, dilengkapi dengan sensor
nilai pH, dan alat pengendali penambahan asam. Limbah cair yang bersifat asam dinetralkan
dengan penambahan bahan kimia air kapur atau Ca (OH)2, kaustik soda atau NaOH, soda abu
atau Na2CO3.

1. Sumber dan Macam Limbah Cair


A. Sumber Limbah Cair berasal dari berbagai kegiatan antara lain:
a. Kegiatan rumah tangga yang meliputi kegiatan di daerah perumahan,
perdagangan, rekreasi, dan kelembagaan
b. Kegiatan Industri (dari berbagai jenis industri)
c. Kegiatan rumah sakit dan aktivitas yang bergerak di bidang kesehatan
d. Kegiatan pertanian, peternakan
e. Kegiatan pertambangan
f. Kegiatan transportasi,
B. Macam Limbah cair
a. Limbah cair organik
b. Limbah cair anorganik
2. Karakteristik Limbah Cair
Karakteristik limbah cair bisa dilihat dari sifat racunnya atau sifat-sifat yang dimiliki
seperti sifat fisika, kimia dan biologis dengan melihat parameter yang diukur

a. Berdasar sifat racunnya (sangat beracun, moderat, kurang beracun dan tdk beracun)
b. Berdasar sifat yang dimiliki dengan melihat parameter yang diukur
1. Fisika (padatan total, kekeruhan, daya hantar listrik (DHL), bau, suhu,
warna
2. Kimia (organik, anorganik dan gas)
3. Biologis dengan melihat golongan mikroorganisme yang terdapat dalam
limbah cair tersebut maupun organisme pathogen yang ada
3. Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Proses pengolahan limbah cair adalah suatu perlakuan tertentu yang harus diberikan
pada limbah cair sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan, sehingga limbah tersebut
tidak mengganggu lingkungan penerima limbah. Karakteristik limbah cair Pengolahan limbah
cair dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu :
a. Pengolahan fisika
b. Pengolahan biologis

c. Pengolahan kimia
d. Kombinasi
Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada umumnya terdiri atas kombinasi dua atau
tiga cara pengolahan tersebut di atas. Seluruh proses pengolahan tersebut bertujuan untuk
menghilangkan kandungan padatan tersuspensi, koloid, dan bahan-bahan organic maupun
anorganik yang terlarut.
a. Pengolahan limbah cair secara fisika :
Pengolahan ini dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah yang
dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau melalui
penghancuran secara biologis. Pengolahan limbah cair secara fisika yang umum dilakukan
meliputi :

1) Screening (penyaringan)
2) Grit Chamber
3) Sieves
4) Equalisasi
5) Sedimentasi
6) Flotasi
Atau dengan cara sebagai berikut
1) Screening
2) Comminution
3) Flow equalization
4) Mixing
5) Pengendapan
6) Pengapungan
7) Filtrasi

b. Pengolahan limbah cair secara kimia


Pengolahan ini merupakan proses pengolahan limbah dimana penguraian atau
pemisahan bahan yang tidak diinginkan berlangsung dengan adanya mekanisme reaksi kimia
(penambahan bahan kimia ke dalam proses). Pengolahan limbah cair secara kimia meliputi
1) Pengendapan secara kimia
2) Perpindahan gas
3) Adsorbsi
4) Desinfeksi
5) Dechlorinasi
c. Pengolahan limbah cair secara biologis
Pengolahan ini merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas
mikroorganisme dalam kondisi aerobik atau anaerobik ataupun penggunaan organisme air
untuk mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair. Pengolahan limbah cair secara
biologis pada prinsipnya dibedakan menjadi
1) Pengolahan Secara Aerob
2) Pengolahan Secara Anaerob
3) Pengolahan Secara Fakultatif
TUGAS KELOMPOK
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

REVIEW JURNAL
“Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pusat dan
Kebutuhan IPAL Umum Dalam Mendukung Sanitasi Di Indonesia”

Dosen Pengampu :
Desak Putu Risky Vidika A., S.Si., M.Si

Oleh :
4. Ni Putu Eka Puspita Dewi (18071003)
5. Luh Putu Astri Budisuari (18071004)
6. Ni Putu Ayu Natalia Dewi (18071014)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2021
RESUME JURNAL

Judul Jurnal : Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pusat dan Kebutuhan
IPAL Umum Dalam Mendukung Sanitasi Di Indonesia
Nomor/Volume : 17/9
Tahun : Juni 2013
Jumlah Halaman : 11 halaman
Penulis : Diana Hendrawan, Ir, Msi., Sulistyoweni Widarnako, Prof., Dr, Ir, SKM
Program Studi Lingkungan Universitas Indonesia, Jakarta , Indonesia ;
Setyo Sarwanto Moersidik, Dr, Ir, DEA Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Indonesia, Depok, Indonesia ; Robertus Wahyudi
Triweko, Prof., PhD Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Katolik Parahyangan Bandung, Indonesia.

A. LATAR BELAKANG
Latar belakang dari jurnal ini adalah berdasarkan kurangnya kesadaran akan dampak
polutan pada sistem penerimaan air alami. Masalah utama dalam pengaturan IPAL skala kota
adalah membutuhkan lahan yang luas, biaya tinggi, operasi pengolahan yang membutuhkan
energi dan dioperasikan oleh tenaga terlatih. Oleh karena itu diperlukan IPAL skala komunal
untuk mengurangi beban pada IPAL perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
kinerja dan pola pengelolaan IPAL di Jakarta, Bandung dan Cirebon serta mengetahui
kebutuhan masyarakat tentang sanitasi di wilayahnya.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat (IPAL) dibangun sebagai upaya
mendukung sanitasi kota. IPAL digunakan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
pengendalian air limbah pencemaran. Kesamaan dengan pelayanan pengolahan air limbah,
diharapkan dapat mengurangi pencemaran air tanah dan air permukaan, meningkatkan
kualitas lingkungan, meningkatkan kesehatan masyarakat perkotaan dan mencapai
“Millennium Development Goals”, khususnya pada aspek sanitasi. IPAL terpusat hanya
melayani 10% dari populasi. Kondisi ini jelas tidak memadai. IPAL terpusat selama ini
belum menjawab kebutuhan sanitasi perkotaan.
Masalah utama dalam pengaturan IPAL skala kota adalah membutuhkan lahan yang
luas, biaya tinggi, operasi pengolahan yang membutuhkan energi dan dioperasikan oleh
tenaga terlatih. Oleh karena itu diperlukan IPAL skala komunal untuk mengurangi beban
pada IPAL perkotaan. Pengelolaan air limbah membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam
komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan. Mengelola air limbah merupakan
salah satu cara mengamankan sumber daya untuk kehidupan dan perkembangan sumber daya
air di perkotaan. Salah satu prinsip sanitasi ekologis, memanfaatkan air limbah yang telah
diolah untuk digunakan kembali misalnya untuk pengairan, penampung air, pengisian air
tanah, dan lain sebagainya. Dengan mengelola air limbah dengan siklus tertutup, air limbah
dapat digunakan dengan lebih efisien.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap Pengolahan
Air Limbah di Perkotaan dengan judul “Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pusat dan Kebutuhan IPAL Umum Dalam Mendukung Sanitasi Di Indonesia” pada tahun
2013.

B. TUJUAN PENULISAN JURNAL


Adapun beberapa tujuan selama proses pembuatan jurnal ini adalah sebagai berikut.
1. Jurnal ini ditujukan untuk mengevaluasi kinerja dan pola pengelolaan IPAL di
Jakarta, Bandung dan Cirebon serta mengetahui kebutuhan masyarakat tentang
sanitasi di wilayahnya.
2. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan akses air bersih serta meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui pengendalian air limbah pencemaran.

C. METODE PENELITIAN
Adapun metode yang penulis gunakan untuk penelitian ini yaitu dengan menggunakan
data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan wawancara mendalam dengan
pengelola dan data sekunder dari berbagai informasi tentang kinerja dan pola pengelolaan
IPAL. Penelitian dilakukan pada tahun 2010-2012. Kajian evaluasi kinerja dan pola
pengelolaan IPAL dilakukan di Kota Jakarta, Bandung dan Cirebon.
Penilaian kebutuhan sarana sanitasi oleh masyarakat mengacu pada studi Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta, 2011. Wilayah studi meliputi 12 kelurahan di
sepanjang Sungai Ciliwung di Jakarta. Responden tiap desa terdiri dari 10 orang pegawai
desa, ketua rukun tetangga, pengurus Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, anggota Badan
Organisasi Kelurahan dan masyarakat umum. Jumlah sampel 120 orang. Pertanyaan dalam
kuisioner adalah prioritas kebutuhan sarana sanitasi di daerah yang terdiri dari tempat
pengelolaan sampah terpadu, instalasi pengolahan air limbah komunal, dan sistem
penyediaan air.
D. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, dikatakan bahwa Kinerja IPAL Perkotaan di Jakarta,
Bandung dan Cirebon menunjukkan efisiensi yang cukup baik dalam mereduksi polutan.
Parameter pencemar yang dikurangi adalah Total Suspended Solid (TSS), BOD, COD,
ammonia, fosfat, deterjen, oli dan gemuk. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112
Tahun 2003 tentang Kualitas Air Limbah Domestik, parameter target yang harus diturunkan
adalah pH, BOD, TSS, minyak dan lemak. Lima parameter utama yang dianggap mewakili
gambaran umum air limbah rumah tangga.
Mengenai efisiensi target, dikatakan telah tercapai ± 80%. Limbah yang dibuang ke
badan air penerima sudah sesuai dengan standar kualitas. Hingga saat ini, IPAL di tiga kota
tersebut hanya mampu melayani <20% populasi. Instalasi Pengolahan Air Limbah Perkotaan
masih banyak kendala dan permasalahan seperti keterbatasan lahan di perkotaan, dana dan
tenaga profesional. Kondisi ini menyebabkan tidak semua air limbah domestik diolah
terutama air limbah kelabu. IPAL dibangun untuk mendukung sanitasi kota dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pengendalian pencemaran air limbah.
Pengendalian air limbah merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan. Air limbah yang
dibuang melalui saluran harus aman dari pencemaran lingkungan. Deskripsi IPAL Perkotaan
di 3 kota yakni Kota Jakarta, Bandung dan Cirebon.
Adapun untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kota Jakarta (PD PAL Jaya)
didirikan dalam membantu dan mendukung kebijakan publik pemerintah daerah, dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menyediakan layanan dan sistem
pengumpulan air limbah melalui perpipaan. Hingga saat ini hanya di Kota Jakarta yang
diberlakukan bentuk organisasi PD, yang dimana terpisah dari PDAM. Keunggulannya
adalah independensi dari pemerintah dan PDAM. Mereka memiliki tanggung jawab sendiri
dan dapat bekerja secara mandiri. Kekurangannya, mereka tidak mendapat dukungan dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Teknologi pengolahan yang digunakan adalah
Aerated Lagoon dengan menggunakan 7 unit aerator yang memiliki kemampuan menyuplai
oksigen 48 kg/jam/unit.
Untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah Bojongsoang di Kota Bandung dikelola oleh
PDAM Bandung yang berdiri sejak tahun 1992. Air limbah yang berpengaruh berasal dari
rumah tangga. Proses yang digunakan adalah kolam stabilisasi. Limbah yang sesuai dengan
baku mutu dibuang ke sistem pengairan alami, digunakan oleh masyarakat untuk irigasi
(pertanian dan perikanan). Lumpur dari kolam anaerob digunakan untuk berbagai penelitian
dan pemupukan di kebun dan reboisasi.
Sedangkan untuk wilayah Kota Cirebon, air limbah rumah tangga dikelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cirebon. Di Cirebon terdapat 4 Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Kesenden, Ade Irma, Perumahan Utara dan Perumahan
Selatan. Persen wilayah kurang terlayani sebesar 15,02%. IPAL Kesenden dari perkantoran,
Ade Irma IPAL influen pasar, industri dan saluran kota, IPAL influen Perumahan Utara
(Glatik) dan Selatan (Rinjani) berasal dari pemukiman. Limbah IPAL Cirebon selanjutnya
dialirkan ke Laut Jawa.
Mengenai Kebutuhan Pengolahan Air Limbah Komunal, desentralisasi pengolahan air
limbah lebih fleksibel dalam pengelolaan dan teknologi yang lebih sederhana. Sistem
terdesentralisasi bukan hanya solusi jangka panjang untuk komunitas kecil, tetapi lebih dapat
diandalkan dan hemat biaya. Tujuan pengolahan limbah skala kecil dan desentralisasi adalah
untuk melindungi kesehatan masyarakat, untuk melindungi lingkungan dari degradasi atau
polusi, dan mengurangi biaya pengolahan karena unit dibangun di dekat sumber. Masyarakat
kecil memiliki ketrampilan yang terbatas dalam ekonomi dan dalam mengolah air limbah.
Oleh karena itu diperlukan teknologi pengolahan air limbah yang murah dan mudah
dioperasikan oleh masyarakat.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa Kinerja IPAL Perkotaan
di Jakarta, Bandung dan Cirebon menunjukkan efisiensi yang cukup baik dalam mereduksi
polutan. Efisiensi target tercapai ± 80%. Limbah yang dibuang ke badan air penerima sudah
sesuai dengan standar kualitas. Hingga saat ini, IPAL di tiga kota tersebut hanya mampu
melayani <20% populasi.

E. KESIMPULAN
Pada bagian kesimpulan, penulis menyatakan bahwa hasil penelitian yang diperoleh
yaitu Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat (IPAL) di Jakarta, Bandung dan Cirebon
dibangun sebagai upaya mendukung sanitasi kota. Efisiensi kinerja IPAL mencapai 80% dan
air limbah yang diolah sesuai dengan baku mutu. Namun IPAL di tiga kota tersebut hanya
mampu melayani <20% populasi. Sehingga air limbah domestik yang tidak diolah akan
mencemari perairan alam.
Adanya regulasi tentang pengendalian air limbah domestik dan memiliki program
sanitasi berbasis masyarakat untuk mendorong pelaksanaan program pengolahan air limbah
komunal. Masyarakat sudah sadar akan perlunya mengolah air limbah domestik sebagai
upaya menjaga sanitasi lingkungan. Masyarakat mengharapkan pengolahan air limbah
komunal.
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
Kelebihan dari jurnal ini adalah pada bagian isi sudah dijelaskan secara detail
mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pusat dan Kebutuhan IPAL Umum,
sehingga pembaca dapat memahami informasi pengolahan air limbah tersebut dengan baik.
Sedangkan kekurangan dari jurnal yaitu tidak tercantumnya jenis analisis data yang
dipergunakan pada saat penelitian dilakukan serta tidak adanya penjelasan mengenai metode
apa yang dipergunakan pada penelitian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai