Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Limbah cair merupakan salah satu jenis limbah yang memiliki potensi
untuk menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, pengolahan
limbah cair menjadi penting untuk dilakukan. Pengolahan limbah cair dapat
dilakukan dengan berbagai metode, antara lain pembuangan, pemanfaatan, dan
pemusnahan. Pembuangan limbah cair dilakukan dengan cara membuangnya
ke lingkungan. Metode pembuangan limbah cair dapat berupa penimbunan,
pencemaran, dan pembuangan ke laut. Metode pembuangan limbah cair ini
tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Pemanfaatan limbah cair dilakukan dengan cara menggunakan limbah cair
sebagai bahan baku atau sumber energi. Metode pemanfaatan limbah cair
dapat berupa daur ulang, pengomposan, dan produksi biogas. Metode
pemanfaatan limbah cair ini lebih dianjurkan karena dapat mengurangi
dampak negatif limbah cair terhadap lingkungan. Pemusnahan limbah cair
dilakukan dengan cara mengubahnya menjadi zat yang tidak berbahaya atau
tidak bermanfaat. Metode pemusnahan limbah cair dapat berupa insinerator
dan landfill. Metode pemusnahan limbah cair ini biasanya digunakan untuk
limbah cair yang berbahaya.
Pengolahan limbah cair memiliki berbagai manfaat, antara lain mencegah
pencemaran air, melindungi kesehatan manusia, menyelamatkan sumber daya
air, dan meningkatkan nilai ekonomi limbah. Oleh karena itu, pengolahan
limbah cair perlu dilakukan dengan baik untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Dalam praktikum acara 2 kali ini pengolahan limbah cair
dilakukan secara fisika dan biologi. Dengan melakukan praktikum pengolahan
limbah cair dapat bermanfaat bagi mahasiswa TPB yaitu dapat melakukan
pengolahan limbah cair dalam dunia industry kedepannya.
1.2. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum Teknik Proses Pengolahan Limbah
Pertanian acara 2 kali ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pengolahan limbah cair secara fisik
– sedimentasi, aerasi
2. Mahasiswa mampu melakukan pengolahan limbah cair secara
biologi – biofilter
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran pH, suhu, TSS, TDS,
DO, BOD
4. Mahasiswa mampu menganalisis hasil karakteristik kualitas air
(pH, suhu, TSS, TDS, DO, BOD) setelah diberikan perlakuan
pengolahan yang berbeda
5. Mahasiswa mampu menghitung efisiensi penyisihan dari masing-
masing pengolahan
6. Mahasiswa mampu menganalisis perubahan fisik air setelah
diberikan pengolahan
BAB II
DASAR TEORI

Limbah cair adalah cairan yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia
atau proses alam yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Limbah cair dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu limbah cair
domestik, limbah cair industri, dan limbah cair pertanian.Proses pengolahan
limbah cair bertujuan untuk mengurangi kandungan bahan pencemar dalam
limbah cair. Bahan pencemar dalam limbah cair dapat berupa bahan organik,
bahan anorganik, dan mikroorganisme berbahaya.

Proses pengolahan limbah cair dapat dibagi menjadi tiga, yaitu metode
fisika, kimia, dan biologi. Metode fisika menggunakan prinsip fisika untuk
menghilangkan bahan pencemar dari limbah cair, seperti penyaringan,
pengendapan, dan flotasi. Metode kimia menggunakan bahan kimia untuk
mengubah bahan pencemar dari limbah cair menjadi bentuk yang tidak berbahaya,
seperti koagulasi, flokulasi, dan oksidasi. Metode biologi menggunakan
mikroorganisme untuk menguraikan bahan pencemar dari limbah cair, seperti
aerobik dan anaerobik.

Pengolahan limbah cair secara fisika dapat dilakukan dengan


menggunakan berbagai metode, salah satunya adalah sedimentasi. Sedimentasi
adalah proses pengendapan bahan padat dalam limbah cair. Bahan padat yang
mengendap dapat berupa lumpur, pasir, dan kotoran. Proses sedimentasi dapat
dilakukan dengan menggunakan bak pengendap. Metode fisika lainnya adalah
aerasi. Aerasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam limbah cair. Oksigen
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik. Proses aerasi
dapat dilakukan dengan menggunakan blower atau diffuser.

Pengolahan limbah cair secara biologi dapat dilakukan dengan


menggunakan berbagai metode, salah satunya adalah biofilter. Biofilter adalah
sistem pengolahan limbah cair yang menggunakan mikroorganisme untuk
menguraikan bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan dalam biofilter
biasanya adalah bakteri aerobik. Biofilter terdiri dari dua bagian utama, yaitu
media dan air limbah. Media biofilter biasanya terbuat dari batu, kerikil, atau
karbon aktif. Air limbah dialirkan melalui media biofilter sehingga
mikroorganisme dapat menguraikan bahan organik.

Limbah cair industri dari pabrik tekstil biasanya mengandung bahan


organik yang tinggi. Untuk mengolah limbah cair ini, dapat digunakan metode
fisika dan biologi secara kombinasi. Metode fisika yang dapat digunakan adalah
aerasi. Aerasi akan meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam limbah cair
sehingga mikroorganisme dapat menguraikan bahan organik lebih efektif. Metode
biologi yang dapat digunakan adalah biofilter. Biofilter akan menguraikan bahan
organik yang tersisa dalam limbah cair setelah proses aerasi. Kombinasi metode
fisika dan biologi ini dapat menghasilkan kualitas limbah cair yang memenuhi
baku mutu sebelum dibuang ke lingkungan.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Pada praktikum Teknik Proses Pengolahan Limbah Produksi Pertanian
acara 2 kali ini digunakan alat sebagai berikut :
1. Kerucut imhoff + statif
2. Paket peralatan aerasi (pompa aerator, selang, batu aerator)
3. vacuum pump untuk TSS dan TDS
4. Tiga reaktor (wadah sedimentasi, aerasi, biofilter)
5. Biofilter PVC
6. pH meter, DO meter
7. Turbidimeter
8. 6 cawan porselen
9. 1 beaker glass
10. timbangan analitik
11. pipet volume + bulb
12. oven + desikator +penjepit cawan
13. botol BOD
14. Inkubator

Pada praktikum Teknik Proses Pengolahan Limbah Produksi Pertanian


acara 2 kali ini digunakan bahan sebagai berikut :
1. Air limbah budidaya tambak ikan – minimal 1000mL untuk 1 kerucut
imhoff
2. Air limbah budidaya tambak ikan – 30 L
3. kertas saring Whatman Grade 934 AH (ukuran pori 1,5 µm)
3.2. Cara kerja
3.2.1 Prosedur Sedimentasi A
Kerucut Imhoff volume 1 L disiapkan dalam posisi tegak lurus, dapat
dibantu dengan statif. Air limbah sebanyak 1 L dituangkan secara perlahan ke
kerucut Imhoff. Kondisi awal air limbah (pada t = 0 menit) diamati dan
didokumentasikan. Sampel air kondisi awal diambil untuk pengukuran pH, suhu,
TSS, TDS, dan kekeruhan. Setiap 30 menit, kondisi air limbah pada kerucut
Imhoff diamati dan volume endapan yang terbentuk dicatat (2-3 kali). Langkah e
diulangi hingga pemisahan endapan dalam larutan terbentuk sempurna
berdasarkan pengamatan visual. Waktu pengendapan total dicatat. Sampel air
limbah pada kondisi t akhir pengendapan diambil untuk pengukuran suhu, pH,
TSS, TDS, dan kekeruhan setelah pengolahan. Efisiensi penyisihan masing-
masing parameter setelah dilakukan pengendapan dihitung.

3.2.2 Prosedur Sedimentasi B


Satu reaktor berisi 10 L disiapkan. Kondisi awal air limbah pada t = 0 menit
diamati. Perubahan kondisi air limbah diamati setiap 30 menit. Karakteristik air
limbah (pH, suhu, TSS, TDS, DO) pada kondisi awal t = 0 menit diukur.
Karakteristik air limbah (pH, suhu, TSS, TDS, DO) pada kondisi akhir t = 60
menit diukur. Pengamatan visual kondisi awal dan akhir air limbah
didokumentasikan. Efisiensi penyisihan masing-masing parameter setelah
sedimentasi dihitung.

3.2.3 Proses Aerasi dan Biofilter


Dua reaktor berisi masing-masing 10 L disiapkan. Reaktor A diisi dengan air
limbah dan aerator, sedangkan reaktor B diisi dengan air limbah, aerator, dan
honeycomb biofilm. Karakteristik air limbah (pH, suhu, TSS, TDS, DO) pada
kondisi awal t = 0 menit diukur dan kondisi awal air limbah didokumentasikan.
Karakteristik air limbah (pH, suhu, TSS, TDS, DO) pada kondisi akhir t = 60
menit diukur dan pengamatan visual kondisi awal dan akhir air limbah di
masing-masing perlakuan didokumentasikan. Efisiensi penyisihan masing-
masing parameter setelah diberikan perlakuan dihitung.

3.2.4 Prosedur Pengukuran pH


pH air limbah pada kondisi t = 0 (kondisi awal sebelum perlakuan) dan t =
60 menit diukur dengan pH meter yang telah terkalibrasi dengan akuades.
Pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel dari masing-masing reaktor.
Probe pH meter dicelupkan ke dalam masing-masing sampel sesuai tanda batas
di alat. pH terukur yang menunjukkan angka relatif stabil pada layar pH meter
(SNI 01-3554-2006) diukur dan dicatat. Probe pH meter dibilas dengan akuades
mengalir dan dilap secara perlahan dengan tisu kering setiap akan melakukan
pergantian pengukuran pH.

3.2.5 Prosedur Pengukuran Suhu


Suhu air limbah pada kondisi awal dan akhir diukur dengan thermometer
digital. Sampel air limbah diambil dari masing-masing perlakuan aerasi.
Thermometer digital dicelupkan ke dalam masing-masing sampel sampai tanda
batas. Suhu terukur yang menunjukkan angka relatif stabil pada layar alat
diukur dan dicatat. Perbandingan suhu pada kondisi awal dan akhir dilakukan.

3.2.6 Prosedur Pengukuran DO


DO air limbah pada kondisi awal dan akhir diukur dengan DO meter yang
telah dikalibrasi. Sampel air limbah disiapkan. Probe DO meter dicelupkan ke
dalam masing-masing sampel air sesuai tanda batas alat. Nilai DO yang tertera
pada layar alat diukur dan dicatat hingga menunjukkan angka stabil.
Perbandingan DO pada kondisi awal dan akhir dilakukan.

3.2.7 Prosedur Pengukuran TDS dan TSS dengan metode gravimetri


Pengujian TSS dan TDS pada enam sampel air limbah dilakukan dengan
prosedur berikut: Cawan porselen dan kertas saring dioven selama 1 jam untuk
menghilangkan kadar air. Cawan dan kertas saring dikeringkan di desikator
selama 10-15 menit. Berat cawan dan kertas saring dicatat. Sampel air limbah
disaring melalui kertas saring yang telah dioven. Filtrat dipindahkan ke cawan
kosong dan diuapkan hingga kering di oven pada suhu 105°C. Residu kertas
saring dipindahkan ke cawan kosong dan dioven pada suhu 105°C selama 1 jam
untuk pengukuran TSS. Cawan yang telah kering dioven pada suhu 180°C
selama 1 jam untuk pengukuran TDS. Cawan dikeringkan di desikator selama
15 menit. Berat cawan dicatat. TSS dan TDS diukur pada kondisi awal dan
akhir pada masing-masing perlakuan.

3.2.8 Prosedur Pengukuran BOD


Tiga botol identik berwarna gelap disiapkan. Air limbah cair tahu diisikan
ke dalam ketiga botol hingga penuh. Pastikan tidak ada udara yang
masuk/terperangkap dalam botol. DO awal (DOi) diukur menggunakan alat DO
meter. Ketiga botol berisi air limbah cair tahu diinkubasi pada kondisi gelap dan
suhu 20°C selama 5 hari. DO akhir (DO5) diukur menggunakan alat DO meter.
Selisih DOi dan DO5 (DOi-DO5) merupakan nilai BOD.

3.3. Analisis Data


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari pengamatan yang telah dilakukan dan kemudian dilakukan analisis
maka diperoleh data pengamatan sebagai berikut :
Tabel 1. Perlakuan Limbah
Perlakuan
W Sedimentasi dan imhoff Aerasi Aerasi + Biofilter
ak Suh DO Kekeru Suh DO Kekeru Suh DO Kekeru
tu p u (mg/ han p u (mg/ han p u (mg/ han
H (˚C) L) (NTU) H (˚C) L) (NTU) H (˚C) L) (NTU)
0 7 27 14,8 81,9 7 27 14,8 81,9 7 27 14,8 81,9
6 7 7
60 , 26 8,8 80,1 , 25 8,4 86,4 , 25 12,5 72,6
9 4 4

TDS (mg/L) TSS (mg/L)


Perlakuan
0 60 0 60
Sedimentasi A dan
7026,9 -2,1 52128,9 48667,2
B
Aerasi 338,83 0,11 5132,81 4697,04
Aerasi + Biofilter 148,29 0,05 4818,68 4626,11

Tabel 2. Hasil Pengukuran


(Aerasi +
Aerasi +
Pengukuran Sedimentasi Aerasi Biofilter) 5
Biofilter
hari
BOD 6 6,4 2,3 9
Standar Baku Mutu
30 30 30 30
BOD

Dari hasil analisis data yang diperoleh kemudian diplotkan menjadi grafik
sebagai berikut :
7.5
7.4
7.3
7.2
7.1
pH

7
6.9
6.8
6.7
6.6
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu

Sedimentasi dan imhoff Aerasi Aerasi + Biofilter

Gambar 4.1 Grafik hubungan pH terhadap waktu


27.5

27

26.5

26
Suhu (˚C)

25.5

25

24.5

24
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu

Sedimentasi dan imhoff Aerasi Aerasi + Biofilter

Gambar 4.2 Grafik hubungan Suhu (C) terhadap waktu


16
14
12
10
DO (mg/L)

8
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu

Sedimentasi dan imhoff Aerasi Aerasi + Biofilter

Gambar 4.3 Grafik hubungan DO (mg/l) terhadap waktu

90

85
Kekeruhan (NTU)

80

75

70

65
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu

Sedimentasi dan imhoff Aerasi Aerasi + Biofilter

Gambar 4.4 Grafik hubungan keluruhan (NTU) terhadap waktu


8000
7000
6000
5000
TDS (mg/L)

4000
3000
2000
1000
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-1000
waktu

Sedimentasi A dan B Aerasi Aerasi + Biofilter

Gambar 4.5 Grafik hubungan TDS (mg/L) terhadap waktu

60000

50000

40000
TSS (mg/L)

30000

20000

10000

0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu

Sedimentasi A dan B Aerasi Aerasi + Biofilter

Gambar 4.6 Grafik hubungan TSS (mg/L) terhadap waktu


35

30

25

20
mg/L

15

10

0
Sedimen- Aerasi Aerasi + (Aerasi +
tasi Biofilter Biofilter) 5
hari

BOD Standar Baku Mutu BOD

4.2 Pembahasan

Kondisi pH dipengaruhi oleh komposisi mineral dan bahan organik di


dalam air. Aktivitas manusia, seperti pembuangan limbah industri dan pertanian,
dapat meningkatkan kadar asam atau basa di dalam air, sehingga menyebabkan
perubahan pH. Suhu dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim. Suhu air yang
tinggi dapat menyebabkan peningkatan laju reaksi kimia, sehingga dapat
mempengaruhi nilai pH, TSS, TDS, DO, kekeruhan, dan BOD. TSS dipengaruhi
oleh kandungan bahan tersuspensi di dalam air. Aktivitas manusia, seperti
pembuangan limbah industri dan pertanian, dapat meningkatkan kadar TSS di
dalam air. TDS dipengaruhi oleh kandungan total zat terlarut di dalam air.
Aktivitas manusia, seperti pembuangan limbah industri dan pertanian, dapat
meningkatkan kadar TDS di dalam air. DO dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis
dan respirasi makhluk hidup di dalam air. Aktivitas manusia, seperti pembuangan
limbah industri dan pertanian, dapat mengurangi kadar DO di dalam air.
Kekeruhan dipengaruhi oleh kandungan partikel halus di dalam air. Aktivitas
manusia, seperti pembuangan limbah industri dan pertanian, dapat meningkatkan
kadar kekeruhan di dalam air. BOD dipengaruhi oleh kandungan bahan organik
yang dapat terurai di dalam air. Aktivitas manusia, seperti pembuangan limbah
industri dan pertanian, dapat meningkatkan kadar BOD di dalam air.
Pengolahan limbah cair merupakan proses untuk menghilangkan atau
mengurangi kandungan bahan pencemar dalam limbah cair. Pengolahan limbah
cair sangat penting untuk dilakukan, terutama pada industri pertanian dan
biosystem. Berikut adalah beberapa manfaat pengolahan limbah cair pada teknik
pertanian dan biosystem yaitu mencegah pencemaran lingkungan. Limbah cair
yang tidak diolah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, seperti
pencemaran air, tanah, dan udara. Pencemaran lingkungan dapat berdampak
negatif bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.Mempertahankan
kualitas tanah. Limbah cair yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya
dapat merusak kualitas tanah. Pengolahan limbah cair dapat membantu mencegah
kerusakan tanah.Meningkatkan kesehatan manusia dan makhluk hidup. Limbah
cair yang mengandung bahan-bahan berbahaya dapat menyebabkan penyakit bagi
manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengolahan limbah cair dapat membantu
mengurangi risiko penyakit. Memenuhi regulasi lingkungan. Pemerintah di
berbagai negara telah mengeluarkan regulasi yang mengatur tentang pembuangan
limbah cair. Pengolahan limbah cair dapat membantu industri pertanian dan
biosistem untuk memenuhi regulasi tersebut.Meningkatkan keberlanjutan
lingkungan. Pengolahan limbah cair dapat membantu menjaga lingkungan agar
tetap berkelanjutan.ss
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengolahan limbah cair merupakan proses penting untuk dilakukan,
terutama pada industri pertanian dan biosistem. Pengolahan limbah cair dapat
dilakukan dengan berbagai metode, baik secara fisik, kimia, maupun biologi.
1. Pengolahan limbah cair secara fisik dilakukan dengan memanfaatkan sifat-
sifat fisik limbah cair, seperti berat jenis, ukuran partikel, dan kelarutan.
Sedangkan pengolahan limbah cair secara biologi dilakukan dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk mengurai bahan pencemar.
2. Dapat mengetahui metode pengukuran parameter kualitas air, seperti pH,
suhu, TSS, TDS, DO, dan BOD. Parameter-parameter tersebut dapat
digunakan untuk menilai kualitas air limbah sebelum dan sesudah
dilakukan pengolahan.
3. Dapat membandingkan hasil pengukuran parameter kualitas air sebelum
dan sesudah dilakukan pengolahan. Perbedaan hasil pengukuran tersebut
dapat menunjukkan efektivitas pengolahan limbah cair.
4. Dapat menghitung persentase penurunan kandungan bahan pencemar
dalam limbah cair setelah dilakukan pengolahan. Efisiensi penyisihan
dapat digunakan untuk membandingkan efektivitas metode pengolahan
yang berbeda.
5. Dapat mengamati perubahan fisik air setelah dilakukan pengolahan.
Perubahan fisik air, seperti warna, bau, dan kekeruhan, dapat memberikan
informasi tentang efektivitas pengolahan limbah cair.

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai