OLEH :
1552010102
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah metode Sequencing B atch Reaktor (SBR) dengan media ijuk dengan
variasi waktu aerasi dan massa media mampu meremoval konsentrasi
COD,TSS dan Total-N pada air limbah RPH ?
2. Bagaimana optimalisasi besar penyisihan konsentrasi COD,TSS dan Total-N
pada air limbah RPH menggunakan Sequencing Batch Reaktor (SBR) dengan
media ijuk pada air limbah RPH?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kemampuan Sequencing Batch Reaktor (SBR) dengan media ijuk
dengan pengaruh variasi waktu aerasi dan massa media terhadap penurunan
COD, TSS dan Total-N pada air limbah RPH
2. Menentukan besar optimalisasi metode Sequencing Batch Reaktor (SBR)
dengan media ijuk dalam penyisihan konsentrasi COD, TSS dan Total-N pada
air limbah RPH.
1.4 Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat Sebagai
pengembangan alternatif pengolahan dalam menurunkan kandungan COD, TSS dan
Total-N pada air limbah RPH. Memberikan informasi mengolah limbah rumah potong
hewan sebelum di buang ke badan air kepada masyarakat sekitar khususnya pemilik
usaha rumah potong hewan.
1.5 Ruang Lingkup
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bahan baku (sampel) yang digunakan, yaitu limbah cair dari outlet IPAL UPTD
RPH Krian.
2. Lumpur aktif yang digunakan yaitu lumpur aktif dari PT. SIER Surabaya.
3. Parameter yang di analisa pada penelitian ini adalah COD, TSS, dan Total-N
4. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan reaktor di
Laboratorium Riset Jurusan Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut adalah Baku Mutu Air Limbah Rumah Potong Hewan menurut Peraturan
Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2014, Tentang baku mutu air limbah
Rumah Potong Hewan pada tabel 2.1 :
3
Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Rumah Potong Hewan
4
Keberhasilan pengolahan air limbah secara biologi tergantung dari
aktivitas mikroorganisme didalamnya. Karena itu diperlukan perlakuan khusus
yang mampu menjaga keseimbangan pertumbuhan mikroorganisme dengan
mengontrol parameter-parameter yang dibutuhkan dalam pengolahan biologi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam proses
oksidasi biologi adalah oksigen dalam air limbah, nutrien (sebagai makanan air
limbah harus cukup mengandung N dan P supaya lumpur biologi dapat tumbuh
dengan baik), pH dan suhu (Asmadi and Suharno 2012).
Banyak modifikasi telah dilakukan terhadap sistem lumpur aktif, tetapi secara
keseluruhan sistem pengolahan dengan lumpur aktif dapat dicirikan dengan tanda-tanda:
menggunakan lumpur mikroorganisme yang dapat mengkonversi zat organik terlarut dalam air
buangan menjadi biomassa baru, terjadi pengendapan sehingga keluaran hanya sedikit
mengandung padatan mikroba, dapat mendaur ulang sebagian lumpur mikroorganisme dari
tangki pengendap ke reactor aerasi. Pada reaktor alir yang teraduk baik, kadang–kadang
mikroorganisme tidak perlu didaur ulang. Kinerja pengolahan dengan lumpur aktif tergantung
pada waktu tinggal sel rata-rata di dalam reaktor. jenis mikroba yang
biasanya terdapat dalam lumpur umumnya berupa Pseudomonas, Zooglea, Achromobacter,
Flavobacterium, Nocardia, Bdellovobrio, Mycobacterium, Nitrosomonas, dan Nitrobacter.
Sistem pengolahan biologi selain lumpur aktif ada beberapa macam yaitu: laguna teraerasi
(Aerated Lagoon), saringan percik (Trickling Filters), kontaktor biologi putar (Rotary
5
BiologicalContactor), dan lain-lain (Ratnani 2012). Adapun proses pengolahan air limbah
dengan proses lumpur aktif dapat dilihat pada Gambar 2.1
Surplus lumpur dari bak pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam
bak pengering lumpur, sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak
penampung air limbah. Keunggulan proses lumpur aktif ini adalah dapat mengolah air
limbah dengan beban BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang besar.
Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang besar.
Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain yakni kemungkinan dapat terjadi
bulking pada lumpur aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur yang dihasilkan cukup
besar (Asmadi and Suharno 2012).
6
resirkulasi sludge (Asmadi and Suharno 2012). Adapun skema proses dari SBR dapat
dilihat pada Gambar 2.2
SBR suatu proses pengolahan yang bersifat siklus dan tiap siklus terdiri atas
fase pengisian (fill), reaksi (react), pengendapan (settle), pengurasan (draw), dan fase
stabilisasi (idle). Semua tahapan proses tersebut berlangsung dalam suatu reaktor
sehingga memudahkan pengelolaannya (PURWANTI 2014). sistem operasional SBR
secara detail adalah sebagai berikut:
1. Fase pengisian (fill) Pada fase ini air buangan dimasukkan ke dalam reaktor
sampai mencapai volum tertentu.
2. Fase reaksi (react) Pada fase ini aliran air buangan dihentikan. Proses reaksi
biologi yang sudah mulai berlangsung saat proses fill akan berlangsung
sempurna pada periode ini sampai proses biodegradasi BOD dan nitrogen
tercapai.
3. Fase pengendapan (settle). Selama fase settle, SBR berfungsi sebagai clarifier.
Pada fase ini aerasi dihentikan untuk memberikan kesempatan pada biomassa
untuk mengendap sehingga menghasilkan cairan supernatan yang terpisah dari
lumpur. Pengendapan dapat berlangsung lebih sempurna karena kondisinya
7
diam. Selama periode pengendapan tidak didapati adanya influen ataupun
efluen pada reaktor untuk mencegah terjadinya turbulensi aliran.
4. Fase pengurasan (decant) Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengeluarkan
supernatan dari reaktor. Hal ini bisa dilakukan dengan pipa atau wire.. Pada
fase ini effluent dikeluarkan.
5. Fase idle Merupakan fase diam menunggu pengisian kembali. Fase idle tidak
mutlak diperlukan,meskipun demikian idle kadang perlu untuk mensetabilkan
lumpur biomassa sebagaimana yang terjadi dalam proses kontak stabilisasi.
Penentuan lamanya proses dalam siklus SBR tergantung dari kualitas air limbah
yang masuk serta kondisi kecepatan pengendapan lumpur dalam tangki SBR.
Adapun skema proses dari SBR dapat dilihat pada tabel 2.2
8
atau oksigen. Posisi media biofilter tercelup di bawah permukaan air (Ariani, Sumiyati
et al. 2014).
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2 Aerator
3 Bak Pengatur Debit
4 Timbangan Analitic
Bahan
1 Lumpur Aktif
2 Limbah Rumah Potong Hewan
3 Ijuk
10
Adapun sketsa dan susunan reaktor terdapat pada Gambar 3.1
11
Desain reactor SBR yang dibuat untuk mengolah limbah cair rumah potong
hewan adalah sebagai berikut :
12
3. Variabel Tetap
Variabel tetap yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Volume Reaktor : 3 liter
Jenis Limbah : Limbah RPH
Fill : Static fill 20 menit
Aerated : 6 jam
Settle : 1,5 jam
Draw : 10 menit
13
3.5.2 Pembenihan Biofilm Media Ijuk
Pembenihan biofilm dilakukan dengan cara merendam media ijuk dalam
lumpur aktif yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT.SIER
Surabaya pada unit oxidation ditch, kemudian dimasukkan dalam 5 buah bak yang
berisi media ijuk dengan berat media 50 gram. volume lumpur aktif yang dimasukkan
sebesar 2 liter dengan MLSS ≥ 2000 mg/L pada masing – masing bak. Setelah lumpur
aktif dan media siap, proses aerasi dilakukan dengan nilai DO tidak kurang dari 2 mg/l.
Suhu pada tahap pembenihan dikontrol pada kisaran 28-31°C sedangkan pH pada
kisaran 6-8. Pembenihan ini dilakuakan sampai media ijuk ditumbuhi biofilm,
tumbuhnya biofilm ditandai dengan terlihatnya lapisan lender yang menyelimuti
permukaan media ijuk. Pada proses seeding ini dilakukan pengamatan nilai MLSS
dimana jika terjadi penurunan nilai MLSS menunujukkan adanya mikroorganisme
yang telah melekat (Dian, Joni et al. 2012).
3.5.3 Aklimatisasi
Proses aklimatisasi yaitu proses pengadaptasian lumpur aktif dengan air
limbah. Pada proses ini dilakukan dengan sistem batch karena diharapkan
mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak serta beradaptasi dengan kondisi
baru. Suhu pada tahap aklimatisasi dikontrol pada kisaran 28-31°C sedangkan pH pada
kisaran 6-8. Supaya mikroorganisme dapat beradaptasi dengan substrat air limbah
rumah sakit, dilakukan proses aklimatisasi lumpur aktif terlebih dulu dengan diaerasi
dalam reaktor aerobik. Perbandingan antara lumpur aktif dan air limbah yaitu 30% :
70%. Pada proses aklimatisasi, pertumbuhan bakteri ditandai dengan peningkatan nilai
MLSS dan penurunan nilai (Dian, Joni et al. 2012) .
14
1 reaktor kontrol. Pada tahap pengisian waktu yang dibutuhkan saat pengisian air
limbah kedalam reaktor yaitu 20 menit. Selanjutnya tahap reaksi merupakan tahap
pengoperasian secara batch aerob dimana waktu yang digunakan sesuai waktu
perlakuan yaitu 6 jam. Selanjutanya yaitu tahap pengendapan dimana diberhentikannya
aerasi pada tahap ini selama 1,5 jam. Selanjutnya pada tahap pengurasan dimana
supernatant hasil pengendapan dikeluarkan dari dalam reactor untuk dilakukan analisa
COD dan Total-N. Waktu stabilisasi yang menghasilkan efluen dengan penurunan
COD dan Total-N tertinggi merupakan waktu stabilisasi yang terbaik. Berikut HRT
running.
15
Tabel 3.5 Parameter dan Metode Analisa
No. Parameter Metode Analisa
SNI 6989.2: 2009
1. COD
Refluks
SNI 03-4146: 1996
2. Total-N
Kjeldahl
SNI 06-6989.3.2004
3. TSS
Gravimetri
16
Tabel 3.6 Jadwal Penelitian
JADWAL PENELITIAN
WAKTU PENELITIAN (Minggu ke- )
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
Persiapan alat dan
bahan
Uji karakteristik limbah
Seeding
Aklimatisasi
Penelitian Utama
Analisa Data
17
Ide Penelitian
Kandungan Cod dan Total N yang tinggi pada limbah rumah potong hewan
Judul Penelitian
PENGARUH PENAMBAHAN MEDIA IJUK PADA SEQUENCING
BATCH REAKTOR (SBR) DALAM PENYISIHAN KANDUNGAN
ORGANIK PADA LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN
Penelitian Pendahuluan
Sampling limbah cair RPH
Uji karakteristik awal COD dan
Total N
Persiapan Bahan :
Persiapan Alat :
Air Limbah RPH
Persiapan reactor uji
Lumpur Aktif
Persiapan alat analisa
Media Ijuk
Bahan analisa COD dan Total-N
18
A
Seeding
Aklimatisasi
Pelaksanaan
Sampling
19
B
20
(2014). Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2014, Tentang baku
mutu air limbah Rumah Potong
Ariani, W., et al. (2014). "Studi Penurunan Kadar Cod Dan Tss Pada Limbah Cair Rumah Makan
Dengan Teknologi Biofilm Anaerob-Aerob Menggunakan Media Bioring Susunan Random
(Studi Kasus: Rumah Makan Bakso Krebo Banyumanik)." Jurnal Teknik Lingkungan 3(1): 1-10.
Metcalf & Eddy, I. (2003). "Wastewater Engineering Treatment and Reuse." fourth edition.
Nusanthary, D. L., et al. (2012). "PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SECARA
BIOLOGIS DENGAN MEDIA LUMPUR AKTIF Suatu Usaha Pemanfaatan Kembali Air Limbah
Rumah Tangga Untuk Kebutuhan Mandi Dan Cuci." Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 1(1):
454-460.
Ratnani, R. (2012). "Kemampuan kombinasi eceng gondok Dan lumpur aktif untuk
menurunkan Pencemaran pada limbah cair industri Tahu." Momentum 8(2).
Roniadi, A. (2013). "Evaluasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan di Kelurahan
Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli." Evaluasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan
Di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli.
Sanjaya, R., et al. (2017). "Efektivitas Kombinasi Lumpur Aktif dan Natrium Bikarbonat
(NaHCO3) dalam Pengelolaan Limbah Cair Industri Tebu (Saccharum officinarum L.)." Jurnal
Agro Industri Perkebunan 5(1): 39-56.
21