Oleh:
KELOMPOK 6 / THP A
Loefi Candra Devi 141710101025
Angga Setiyawan 141710101040
Reni Soraya 141710101085
Pungky Wildan Zain 141710101106
Rio Bagus 141710101112
Adellia Sonia Borneoputeri 141710101121
Keterangan:
Q = Laju alir limbah Juta Galon per hari (MGD)
BOD = BOD(mg/l)
MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l)
V = Volume tangki aerasi (Gallon)
Rasio F/M dikontrol oleh laju sirkulasi lumpur aktif. Lebih tinggi laju
sirkulasi lumpur aktif lebih tinggi pularasio F/M-nya. Untuk tangki aerasi
konvensional rasio F/M adalah 0,2 - 0,5 lb BOD/hari/lb MLSS, tetapi
dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika digunakan oksigen murni. Rasio F/M
yang rendah Mencerminkanbahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi
dalam kondisi lapar, semakin rendah rasio F/M pengolah limbah semakin
efisien.
d. Hidraulic retention time (HRT). Waktu tinggal hidraulik (HRT) adalah
waktu ata-rata yang dibutuhkan oleh larutan influent masuk dalam tangki
aerasi untuk proses lumpur aktif; nilainya berbanding terbalik dengan laju
pengenceran (D) (Sterritt dan Lester, 1988).
Keterangan:
V = Volume tangki aerasi
Q = Laju influent air limbah ke dalam tangki aerasi
D = Laju pengenceran.
e. Umur lumpur (Sludge age). Umur lumpur adalah waktu tinggal rata-rata
mikroorganisme dalam sistem. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam,
maka waktu tinggal sel mikroba dalam tangki aerasi dapat dalam hari
lamanya. Parameter ini berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan
mikroba. Umur lumpur dihitung dengan formula sebagai berikut:
Keterangan:
MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l).
V = Volume tangki aerasi (L)
SSe = Padatan tersuspensi dalam effluent (mg/l)
SSw = Padatan tersuspensi dalam lumpur limbah (mg/l)
Qe = Laju effluent limbah (m3/hari)
Qw = Laju influent limbah (m3/hari).
Cara Kerja
Air limbah dialirkan ke bak pengendapan awal untuk mengendapakan
padatan tersuspensi. Selanjutnya Air limbah dialirkan ke bak Trickling Filter
melalui pipa berlubang yang berputar, kemudian keluar melalui pipa under-drain
yang ada didasar bak dan keluar melalui saluran efluen. Air limbah dialirkan ke
bak pengendapan akhir dan limpasan dari bak pengendapan akhir merupakan air
olahan. Lumpur yang mengendap selanjutnya disirkulasikan ke inlet bak
pengendapan awal
Kelebihan : Tidak membutuhkan lahan yang luas. Operator tidak perlu
terampil
Kekurangan : Sering timbul lalat dan bau yang timbul dari reaktor, karena
suplai oksigen tidak merata. Sering terjadi pengelupasan biofilm. Timbul
sumbatan. Hanya untuk mengolah limbah encer dengan beban BOD rendah.
e. Sistem Aerasi Bertingkat (Stq Aeration)
Limbah hasil dari pengolahan primer (pengendapan) masuk dalam tangki
aerasi melalui beberapa lubang atau saluran, sehingga meningkankan disribusi
dalam tangki aerasi dan membuat lebih efisien dalam penggunaan oksigen. Proses
ini dapat meningkafkan kapasitas sistem pengolahan. Diagram proses pengolahan
air limbah dengan sistem Step Aeration dan kriteria perencanaan ditunjukkkan
seperti pada Gambar 5.
Gambar 6. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem " Contact
Stabilization " Dan Kriteria Perencanaan.
SVI (ml/g) =
Keterangan:
SVI = Sludge Volume Indeks
SV = Volume Lumpur
MLSS = Mixed Liqour Suspended Solid (ml/g)
3.1 Kesimpulan
Limbah biologis menggunakan mikroorganisme salah satunya dapat
dengan menggunakan cara lumpur aktif. Lumpur aktif terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu secara konvensional dan secara modifikasi. Dalam penerapannya lumpur
aktif dapat menggunakan mikroba jenis Comamonas-Pseudomonas; Alkaligenes;
Pseudomonas; Paracoccus; Unidentified; Aeromomas; dsb. Lumpur aktif adalah
ekosistem yang complex yang terdiri dari berbagai macam bakteri, protozoa, virus
dan organism-organisme lainnya. Lumpur aktif dapat dicirikan oleh beberapa
parameter, yaitu indeks volume lumpur (SVI) dan SSVI. Dengan menggunakan
system lumpur aktif, maka untuk limbah domestic maupun industry akan maka
akan dapat menurunkan total padatan tersuspensi (TSS) hingga mampu mencapai
91%, selain itu dengan menggunakan system lumpur aktif maka dapat
menghilangkan warna dan bau yang dihasilkan dari limbah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P., 2010. Activated sludge design, startup, operation, monitoring, and
troubleshooting. Ohio Water Environment Association.
Gaudy, A.F., dan Gaudy, E.T. 1988. Microbiology for Evirontmental Scientist and
Engineer. New York: McGraw Hill Book Company
Metcalf dan Eddy. 1986. Wastewater Engineering Third Edition. New York:
McGraw Hill Book Company
Ningtyas, R. 2015. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif. 1-11
Sperling, M.V. 2007. Activated sludge and aerobic biofilm reactor. Department of
Sanitary and Environment Engineering, Federal University of Minas
Gerais, Brazil.