Disusun oleh
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Sampah Medis dan
Pengolahan Sampah Medis Dengan Cara Incenerasi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada Mata Kuliah Pengelolaan Sampah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Pengertian Sampah Medis.............................................................................................6
2.2 Jenis Sampah Medis.....................................................................................................6
2.2.1. Jenis Dan Karakteristik Sampah Medis.............................................................7
2.2.2. Jenis Sampah Menurut Sumbernya...................................................................8
2.2.3. Kategori Penggolongan Sampah Medis...........................................................10
2.3 Teknik Pengolahan Sampah Medis.............................................................................10
2.3.1. Phase Storage (Tahap Penampungan Sampah)................................................10
2.3.2. Phase Collection (Tahap Pengumpulan dan Tahap Pengangkutan)................13
2.3.3. Phase Disposal (Tahap Pembuangan dan Pemusnahan)..................................14
2.4 Incenerasi....................................................................................................................14
2.5 Macam-macam incenerator.........................................................................................16
2.5.1 Incinerator Rotary Kiln.....................................................................................16
2.5.2. Multiple Hearth Incinerator.............................................................................16
2.5.3. Fluidized Bed Incinerator................................................................................17
2.6 Tata Cara Pengoperasian Incenerator.........................................................................18
BAB III PENUTUP................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................20
3.2 Saran...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
3
BAB I PENDAHULUAN
4
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jenis sampah medis.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teknik pengolahan sampah medis
dengan cara incenerator
5
BAB II PEMBAHASAN
Rumah sakit merupakan penghasil sampah medis terbesar. Sampah medis ini bisa
membahayakan dan menimbulkan kesehatan bagi pengunjung dan terutama kepada
petugas yang berhubungan langsung dengan sampah tersebut serta masyarkat yang
berada disekitar lingkungan rumah sakit. Menurut (Djoko Wijono: 2008; 235-236).
2.4 Incenerasi
Insinerasi atau pembakaran sampah (bahasa Inggris: incineration) adalah
teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi
dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai
pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas
sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan
dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan
sebagai energi pembangkit listrik. Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk
mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah
berbahaya di mana patogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.
Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, yang
mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas, dan abu, (bottom ashdan fly
ash). Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran
pada temperatur lebih dari 800oC untuk mereduksi sampah mudah terbakar
(combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus, dan
kimia toksik (A. Sutowo Latief, 2012)
Patrick (1980) dalam Arif Budiman (2001) menyatakan bahwa incineratoradalah
alat yang digunakan untuk proses pembakaran sampah. Alat ini berfungsi untuk
merubah bentuk sampah menjadi lebih kecil dan praktis serta menghasilkan sisa
pembakaran yang sterill sehingga dapat dibuang langsung ke tanah. Energi panas hasil
pembakaran dalam incineratordapat diguankan sebagai energi alternative bagi proses
lain seperti pemanasan atau pengeringan.
Menurut (Hadiwiyoto, 1983 dalam Arif Budiman, 2001) menyatakan bahhwa
untuk merancang alat pembakar sampah diperlukan beberapa pertimbangan untuk
diperhatikan, yaitu jumlah udara pembakaran, sisa hasil pembakaran dan desain
incinerator. Menurut (Hadiwiyoto, 1983 dalam Arif Budiman, 2001) alat pembakaran
sampah terdapat dua jenis berdasarkan metode pembakaran yang berlangsung pada
alat tersebut, yaitu alat pembakar sampah tipe kontinyu dan tipe batch. Pada alat
pembakar sampah tipe kontinyu, sampah dimasukkan secara terus-menerus dengan
debit tetap, sedangkan pada alat pembakaran sampah tipe batch, sampah dimasukkan
sampai mencapai batas maksimum kemudian dibakar bersamaan.
Pada incinerator terdapat 2 ruang bakar, yang terdiri dari Primary Chamberdan
Secondary Chamber(Gunadi Priyamba, 2013).
a. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakarandirancang
dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya, sehingga
disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa material
organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana. Temperatur dalam
primary chamber diatur pada rentang 600oC-800oC dan untuk mencapai temperatur
tersebut, pemanasan dalam primary chamber dibantu oleh energi dari burner dan
energi pembakaran yang timbul dari limbah itu sendiri. Udara (oksigen) untuk
pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah yang terkontrol.Padatan sisa
pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak terbakar (logam, kaca) dan
abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi arang dapat diminimalkan dengan
pemberian suplai oksigen secara continueselama pembakaran berlangsung. Sedangkan
padatan tak terbakar dapat diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah
terlebih dahulu.
b. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan baik
jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas hasil pirolisa,
serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time) yang cukup. Udara untuk
pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam jumlah yang
terkontrol.Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara
sempurna oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu
sekitar 800-1000. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon lainnya)
terurai menjadi gas CO2dan H2O.
2.5 Macam-macam incenerator
Jenis incinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah
rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber,aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator
tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah
padat, cair, dan gas secara simultan. (Gunadi P. 2004).
2.5.1. Incinerator Rotary Kiln
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah yang mempunyai kandungan air
(water content) yang cukup tinggi dan volumenya cukup besar. System incineratorini
berputar pada bagian Primary Chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan
pembakaran limbah yang merata keseluruh bagian. Proses pembakarannya sama
dengan type static, terjadi dua kali pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary
Chamber) untuk limbah dan Ruang Bakar 2 (Seacondary Chamber) untuk sisa-sisa
gas yang belum sempurna terbakar dalam Primary Chamber. (Gunadi P. 2004).
2.5.2. Multiple Hearth Incinerator
Multiple Hearth Incinerator, yang telah digunakan sejak pertengahan tahun
1900-an, terdiri dari suatu kerangka lapisan baja tahan api dengan serangkaian tungku
(hearth) yang tersusun secara vertikal, satu di atas yang lainnya dan biasanya
berjumlah 5-8 buah tungku, shaft rabble armsbeserta rabble teeth-nya dengan
kecepatan putaran 3/4–2 rpm. Umpan sampah dimasukkan dari atas tungku secara
terus menerus dan abu hasil proses pembakaran dikeluarkan melalui silo. Burner
dipasang pada sisi dinding tungku pembakar di mana pembakaran terjadi. Udara
diumpan masuk dari bawah, dan sampah diumpan masuk dari atas.
Limbah yang dapat diproses dalam multiple hearth incinerator memiliki
kandungan padatan minimum antara 15-50 %-berat. Limbah yang kandungan
padatannya di bawah 15 %-berat padatan mempunyai sifat seperti cairan daripada
padatan. Limbah semacam ini cenderung untuk mengalir di dalam tungku dan
manfaat rabbletidak akan efektif. Jika kandungan padatan di atas 50 % berat, maka
lumpur bersifat sangat viscous dan cenderung untuk menutup rabble teeth.Udara
dipasok dari bagian bawah furnacedan naik melalui tungku dengan membawa produk
pembakaran dan partikel abu. (Gunadi P. 2004)
2.5.3. Fluidized Bed Incinerator
Fluidized bed incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang menggunakan
media pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir silika, sehingga akan
terjadi pencampuran (mixing) yang homogen antara udara dengan butiran-butiran
pasir tersebut. Mixing yang konstan antara partikel-partikel mendorong terjadinya laju
perpindahan panas yang sangat cepat serta terjadinya pembakaran sempurna.
Fluidized bed incinerator berorienrasi bentuk tegak lurus, silindris, dengan kerangka
baja yang dilapisi bahan tahan api, berisi hamparan pasir (sand bed) dan distributor
untuk fluidasi udara. Fluidized bed incineratornormalnya tersedia dalam ukuran
berdiameter dari 9 sampai 34 ft.
Pembakaran dengan teknologifluidized bed merupakan satu rancangan
alternatif untuk pembakaran limbah padat. Harapan pasir tersebut diletakkan di atas
distributor yang berupa grid logam dengan dilapisi bahan tahan api. Grid ini berisi
suatu pelat berpori nosel-nosel injeksi udara atau tuyeredi mana udara dialirkan ke
dalam ruang bakar untuk menfluidisasi hamparan (bed) tersebut. Aliran udara melalui
nosel menfluidisasi hamparan sehingga berkembang menjadi dua kali volume
sebelumnya. Fluidisasi meningkatkan pencampuran dan turbulensi serta laju
perpindahan panas yang terjadi. Bahan bakar bantu digunakan selama pemanasan
awal untuk memanaskan hamparan sampai temperatur operasi sekitar 750 sampai 900
ͦC sehingga pembakaran dapat terjaga pada temperatur konstan. Dalam beberapa
instalasi, suatu sistem water spraydigunakan untuk mengendalikan temperatur ruang
bakar.
Fluidized bed incinerator telah digunakan untuk macam-macam limbah
termasuk limbah perkotaan damn limbah lumpur. Reaktor unggun atau hamparan
fluidisasi (fluidized bed) meningkatkan penyebaran umpan limbah yang datang
dengan pemanasan yang cepat sampai temperatur pengapiannya (ignition) serta
meningkatkan waktu kontak yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang hebat
untuk pembakaran sempurna. Pembakaran normalnya terjadi sendiri, kemudian
sampah hancur dengan cepat, kering dan terbakar di dalam hamparan pasir.Laju
pembakaran sampah meningkat oleh kontak langsung dengan partikel hamparan yang
panas. Aliran udara fluidisasi meniup abu halus dari hamparan. Gas-gas pembakaran
biasanya diproses lagi di wet scrubberdan kemudian abunya dibuang secara landfill.
(Gunadi P. 2004)
2.6 Tata Cara Pengoperasian Incenerator
Diagram blok berikut adalah penyederhanaan proses insenerasi yang banyak
digunakan sebagai standar pengolahan limbah medis (terutama infeksius) oleh
berbagai kelas rumah sakit :
Insenerasi adalah proses pembakaran material (dalam hal ini limbah medis
organik) menjadi gas yang bisa dibakar lebih lanjut dan menyisahkan residu yang
tidak terbakar dan/atau abu (ash). Gas hasil pembakaran akhir,sesudah mengalami
proses penyaringan melalui alat pengontrol polusi udara, dan memenuhi baku mutu
emisi udara, kemudian boleh dilepas ke atmosfer.Karena berpotensi menimbulkan
bahaya, bila tidak dikelola dengan baik, kegiatan insenerasi semua jenis limbah B3
disyaratkan harus memiliki izin. Residu tidak terbakar dan/atau abu berkategori
limbah B3 yang terbentuk tersebut kemudian dipisahkan dari insenerator,
dikumpulkan, dikemas secara khusus(menggunakan wadah dan/atau kantong plastik
khusus limbah B3) dan disimpan di TPS (harus memiliki izin penyimpanan)
maksimal 90 hari kerja, selanjutnya, bila tidak mampu mengolah atau memanfaatkan
lebih lanjut, maka abu insenerasi yang berkategori limbah B3 wajib diserahkan ke
pihak lain berizin, yakni: pengangkut, pengumpul, pengolah, pemanfaat atau
penimbun akhir (secured landfill).
Insenerasi memberi keuntungan tambahan mereduksi massa dan volume limbah
B3 hingga tersisa hanya sekitar 15%. Ini secara substansial berarti akan jauh
mengurangi biaya pengankutan dan ongkos pengelolaan limbah B3 lebih lanjut.
Khusus untuk limbah B3 yang berasal dari rumah sakit, pemakaian insenerator
bersuhu tinggi akanmenghancurkan dan mengeliminasi bahaya infeksius dan patologi
limbah medis. Proses insenerasi dengan suhu > 800 °C juga mengeliminasi
kandungan organik pada limbah (zat organik terbakar semua pada suhu > 550 °C),
berarti mengurangi keberatan masyarakat pada proses penimbunan akhir limbah B3
(landfill), jika limbah masih memiliki kandungan organik tinggi. Proses pengumpanan
dan pembakaran pada incinerator, bisa didesain secara batch, intermitten atau
continue, tergantung kebutuhan. Pada saat ini telah dikenal beberapa tipe teknologi
insenerasi yang umum dipakai untuk menangani limbah medis rumah sakit.
Adapun kegiatan insenerasi limbah medis rumah sakit dapat dibagi menjadi
beberapa tahapan proses berikut :
1. Persiapan limbah medis yang akan diinsenerasi
2. Pengumpanan atau pengisian limbah medis (waste feeding or charging system)
3. Pembakaran limbah medis (Ruang Bakar 1 dan 2)
4. Pengolahan gas hasil pembakaran akhir menggunakan IPPU (instalasi pengontrol
polusi udara)
5. Penanganan dan pengelolaan abu insenerator yang juga
Prinsip kerja insenerator secara sederhana dapat dibagi menjadi 3 tahap, yakni:
Tahapan pertama, adalah membuat air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya
limbah menjadi kering dan siap terbakar.
Selanjutnya terjadi semacam proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna,
dimana temperatur pembakaran belum terlalu tinggi.
Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar 1 digunakan sebagai
pembakar awal limbah, suhu dikendalikan antara 600 s/d 800°C. Ruang bakar 2
digunakan sebagai pembakar asap (flue gas) dan bau dengan suhu antara antara 800
s/d 1.200°C. Suplai oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi
sehingga materi-materi limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar. Dengan
terjadinya proses pembakaran sempurna, asap yang keluar dari cerobong menjadi
bersih transparan (merupakan parameter opasitas).
3.2 Saran
Limbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan
penyimpanan menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah. Salah
satu pengolahan limbah medis yaitu menggunakan teknik insenerasi. Selain itu
apabila Pengoperasian yang baik dan benar (proper operation) akan lebih menjamin
optimasi kinerja insenerator, serta keselamatan dan kesehatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA