Anda di halaman 1dari 21

PENGELOLAAN SAMPAH

“Sampah Medis dan Pengolahan Sampah Medis Dengan Cara Incenerasi”

Disusun oleh

Kelompok 9 Tingkat 2-D3B

1. Husni Attin (P21345119038)


2. Mia Hammidah (P21345119044)
3. Puet Khairul Imam (P21345119058)
4. Siti Risqa Sa’adah (P21345119083)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III/F3Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Sampah Medis dan
Pengolahan Sampah Medis Dengan Cara Incenerasi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada Mata Kuliah Pengelolaan Sampah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Maret 2021.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Pengertian Sampah Medis.............................................................................................6
2.2 Jenis Sampah Medis.....................................................................................................6
2.2.1. Jenis Dan Karakteristik Sampah Medis.............................................................7
2.2.2. Jenis Sampah Menurut Sumbernya...................................................................8
2.2.3. Kategori Penggolongan Sampah Medis...........................................................10
2.3 Teknik Pengolahan Sampah Medis.............................................................................10
2.3.1. Phase Storage (Tahap Penampungan Sampah)................................................10
2.3.2. Phase Collection (Tahap Pengumpulan dan Tahap Pengangkutan)................13
2.3.3. Phase Disposal (Tahap Pembuangan dan Pemusnahan)..................................14
2.4 Incenerasi....................................................................................................................14
2.5 Macam-macam incenerator.........................................................................................16
2.5.1 Incinerator Rotary Kiln.....................................................................................16
2.5.2. Multiple Hearth Incinerator.............................................................................16
2.5.3. Fluidized Bed Incinerator................................................................................17
2.6 Tata Cara Pengoperasian Incenerator.........................................................................18
BAB III PENUTUP................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................20
3.2 Saran...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah medis sendiri adalah segala jenis sampah yang mengandung bahan infeksius
(atau bahan yang berpotensi infeksius). Biasanya berasal dari fasilitas kesehatan seperti
tempat praktik dokter, rumah sakit, praktik gigi, laboratorium, fasilitas penelitian medis, dan
klinik hewan.
Limbah medis dapat mengandung cairan tubuh seperti darah atau kontaminan lainnya.
Undang-undang Medical Waste Tracking Act tahun 1988 mendefinisikan limbah medis
sebagai limbah yang dihasilkan selama penelitian medis, pengujian, diagnosis, imunisasi,
atau perawatan manusia atau hewan. Beberapa contohnya piring kultur, gelas, perban, sarung
tangan, benda tajam yang dibuang seperti jarum atau pisau bedah, penyeka, dan tisu.
Menurut Menteri Kesehatan Nila Moeloek, pengelolaan limbah medis di Indonesia
hingga kini dinilai masih belum optimal, padahal limbah medis termasuk sebagai limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Dari data yang ada, timbunan
sampah medis bisa mencapai 296,86 ton per hari yang dihasilkan dari Fasyankes yang
tersebar di Indonesia. Sementara kapasitas pengolahan yang ada hanya 115,68 ton per hari.
Insenerasi limbah medis adalah proses pengolahan limbah organik (infeksius) yang
terkandung dalam limbah medis dengan menggunakan pembakaran suhu tinggi, dalam suatu
sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungannya,agar sifat bahayanya hilang
atauberkurang. Insenerasi dan berbagai alternatif pengolahan limbah menggunakan suhu
tinggi lainnya (misal: pirolisis, gasifikasi, plasma arc) dikenal sebagai pengolahan termal.
Pada insenerasi berbagai jenis limbah dikonversi menjadi abu (ash), gas buang (flue gas) dan
panas (energy)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan yang ingin
dikemukakan yaitu “Apa Itu Sampah Medis dan Bagaimana Cara Pengolahan Sampah Medis
Dengan Menggunakan Incenerasi?”

1.3 Tujuan Makalah


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai pengertian sampah medis

4
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jenis sampah medis.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teknik pengolahan sampah medis
dengan cara incenerator

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sampah Medis


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Pengertian Limbah Medis
Padat adalah ;
“Limbah yang terdiri dari sampah infeksius, limbah biologi, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
container bertekanan dan sampah kandungan dengan logam berat yang tinggi.” (Depkes,
2004: 17).
Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Limbah medis
harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi pilihan
terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah Faktor penting dalam penyimpanan
limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan dengan penutup, menjaga areal
penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis, membatasi
akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat.
Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis
dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan
medis di ruang polikllinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang
laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
Sampah biologis terdiri dari :
a. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang peralatan, ruang bedah,
atau botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, dan sebagainya.
b. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang
otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.
c. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium diagnostik atau
penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai binatang percobaan.
Jenis sampah infeksius ini dibuang ketempat sampah medis dengan kantong warna
kuning seperti di bawah ini.

2.2 Jenis Sampah Medis


Menurut peraturan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002, limbah medis
dikategorikan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya serta volume
dan sifat persistensinya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Kategori tersebut
adalah
1) Limbah benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet Pasteur,
pecahan gelas, dan lain-lain.
2) Limbah infeksius. Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan
limbah laboratorium. Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada
petugas, pasien, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini
memerlukan wadah atau kontainer khusus dalam pengolahannya.
3) Limbah patologi. Limbah ini merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau autopsi.
4) Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi selama peracikan, pengangkutan,
atau tindakan terapi sitotoksik.
5) Limbah farmasi, yang merupakan limbah yang berasal dari obat-obatan yang
kedaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang pasien atau oleh masyarakat,
obat-obatan yang tidak diperlukan lagi oleh institusi bersangkutan, dan limbah yang
dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6) Limbah kimia yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
7) Limbah radioaktif, yaitu limbah yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radionukleotida.

2.2.1. Jenis Dan Karakteristik Sampah Medis

Rumah sakit merupakan penghasil sampah medis terbesar. Sampah medis ini bisa
membahayakan dan menimbulkan kesehatan bagi pengunjung dan terutama kepada
petugas yang berhubungan langsung dengan sampah tersebut serta masyarkat yang
berada disekitar lingkungan rumah sakit. Menurut (Djoko Wijono: 2008; 235-236).

No. Jenis Sampah Medis Karakteristik Sampah Medis


1. Limbah Benda Tajam Objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisa
ujung atau bagian yang menonjol atau dapat
memotong atau menusuk kulit. Misalnya :jarum
diperdemik, pipet Pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah. Sampah benda tajam memiliki potensi
bahaya yang dapat menyebabkan infeksi atau
cidera karena kemungkinan besar benda-benda
tajam tersebut telah terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun dan
radioaktif.
2. Limbah Infeksius Limbah infeksius terdiri dari 3 bagian, yaitu:
 Limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolaso penyakit menular
 Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dan poliklinik dan
isolasi penyakit menular
 Bangkai hewan yang terkontaminasi oleh
organisme pathogen
3. Limbah Jaringan Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,
Tubuh darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada
saat pembedahan
4. Limbah Sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang
terkontaminasi dengan obat sitotoksis selama
peracikan dan pengangkutan
5. Limbah Farmasi Limbah farmasi berasal dari :
 Obat-obatan yang kadaluarsa
 Obat-obatan yang sudah terbuang
 Obat-obatan yang dikembalikan pasien
 Obat-obatan yang tidak diperlukan lagi oleh
institusi yang ebrsangkutan
 Limbah medis yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan
6. Limbah Kimia Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinary,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset
7. Limbah Radioaktif Bahan yang terkontaminasi oleh radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset
radionucleida
2.2.2. Jenis Sampah Menurut Sumbernya
Rumah sakit merupakan penghasil sampah, baik sampah medis maupun sampah non
medis. Sampah tersebut berasal dari berbagai sumber penghasil sampah yang memproduksi
sampah setiap hari. Berikut ini merupakan jenis sampah Menurut Pedoman Sanitasi Rumah
Sakit Di Indonesia, direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman dan Pelayanan Medik, 1995 : 50 :

No. Sumber dan Area Jenis Sampah


1. Kantor/Administrasi Kertas dan alat tulis kantor
2. Unit obstetrik dan Dressing, sponge, placenta, ampul, termasuk
ruang perawat obstetric kapsul perat nitrat, jarum syringe, masker
disposable, disposable drapes, sanitary napkin,
blood lancet disposable, disposable catheter,
dsposable unit enema, diposable diaper dan
underpad, sarung tangan disposable
3. Unit Emergency dan Dreesing, sponge, jaringan tubuh, termask
Bedah termasuk Ruang amptasi, ampul bekas, maskes disposable, jarum
Perawatan dan syringe drapes, casb disposable, blood
lancet, disposable kantong emesis, levin tubes,
catheter, drainase set, kantong colosiomy,
underpads, sarung bedah
4. Unit Laboratorium, Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish,
Ruang Mayat, wadah specimen, slide specimen, jaringan
Pathologi dan Autopsi tubuh, organ, tulang
5. Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan
nasa dan sputum, dressing dan bandages, masker
disposable, sisa makanan, perlengkapan
makanan
6. Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan sryinge kertas dan
lain-lain
7. Unit Pelayanan Karton, kertas bungkung, kaleng, botol, sampah
dari ruang umum dan pasien, sisa makanan,
buangan
8. Unit Gizi dan Dapur Sisa pembungkus,sisa makanan/bahan makanan,
sayur dan lain-lain
9. Halaman Sisa pembungkus dan ranting, debu

2.2.3. Kategori Penggolongan Sampah Medis


Penggolongan sampah medis dilakukan untuk mempermudah pengelolaannya. Selain
itu untuk mengetahui tingkat bahaya yang dihasilkan pada setiap sumber sampah. Dalam
pengelolaannya sampah medis dikategorikan menjadi 5 golongan yaitu :

No. Kategori Penggolongan Sampah Medis


1. Golongan A  Dressing bedah, swab dan semua limbah
terkontaminasi dari daerah ini
 Bahan-bahan linen dari kasus penyakit
infeksi
 Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi
maupun tidak), bangkai atau jaringan hewan
dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dressing
2. Golongan B Syringe bekas, jarum catridge, pecahan gelas
dan benda-benda tajam lainnya
3. Golongan C Limbah dan ruang laboratorium dan postmartum
kecuali yang termasuk kedalam golongan A
4. Golongan D Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi
tertentu
5. Golongan E Pelapis bed-pan disposable, urinoir,
incontinence-pad dan stamagbags

2.3 Teknik Pengolahan Sampah Medis


Menurut Direktorat Jenderal PPM dan PL dan Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik (1995: 65), tahap proses pengelolaan sampah di rumah sakit yaitu :
2.3.1. Phase Storage (Tahap Penampungan Sampah)
Pada tahap penampungan (phase storage), penggunaan fasilitas yang disediakan
atau tempat khusus yang digunakan harus memadai dan diletakan di tempat yang
aman dan hygienes untuk menampung sampah sebelum diangkut, diolah dan
dibuang. Persyaratan tempat sampah untuk menampung sampah medis yang
disediakan harus memenuhi sebagai beikut (Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, 2004) :
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
2) Disetiap sumber penghasil sampah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan sampah non medis.
3) Kantong plastik diangkat setiap hari atau 2/3 bagian telah terisi sampah.
4) Untuk benda-benda tajam, hendaknya ditampung pada tempat khusus seperti
botol-botol atau karton yang aman.
5) Tempat pewadahan sampah medis padat infeksius dan citotoksik yang tidak
langsung kontak dengan sampah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik
yang telah dipakai dan kontak langsung dengakan sampah medis tidak boleh
digunakan kembali.
Menurut Direktorat Jendral PPM dan PL tahun (2001: 7) Sampah biasanya
ditampung di tempat penghasil sampah untuk beberapa hari, untuk itu
setiap unit hendaknya disediakan tempat penampung dengan bentuk, ukuran
dan jumlah sampah serta kondisi setempat. Persyaratan bak penampung
sampah hendaknya memenuhi syarat minimal :
1) Bahan tidak mudah berkerat
2) Kedap air, terutama untuk menampung sampah basah
3) Mudah dikosongkan dan diangkat
4) Tidak menimbulkan bising
5) Tahan terhadap benda tajam dan runcing

Menurut Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di Indonesia, Direktorat Jendral


Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan
Pelayanan Medik, 1995 : 72, Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis
limbah yang akan dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong berkode
(umumnya menggunakan kode warna). Pada Tabel berikut dapat dilihat contoh
bagi unit yang bertanggung jawab dalam penanganan limba medis dengan
menggunakan kode warna.

No. Warna Kantong Jenis Limbah


1. Hitam Limbah rumah tangga biasa. Tidak digunakan
untuk menyimpan atau mengangkut limbah medis.
2. Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar.
3. Kuning dengan strip Jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi bias
hitam juga dibuang di sanitary landfill bila dilakukan
pengumpulan terpisah dan pengaturan
pembuangan.
4. Biru muda atau Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)
transparan dengan strip sebelum pembuangan akhir.
biru tua

Penggunaan kantong plastik ini berguna untuk memudahkan pengosongan dan


pengangkutan sampah. Terutama untuk sampah medis dalam laboratoriun. Berikut ini
adalah jenis wadah sampah medis.

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/2004 : “Di setiap sumber


penghasil sampah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan
sampah non medis. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila
2/3 bagian telah terisi sampah medis. Untuk benda-benda tajam hendaknya
ditampung pada tempat-tempat khusus seperti botol atau karton yang aman”. (2004;
21)

2.3.2. Phase Collection (Tahap Pengumpulan dan Tahap Pengangkutan)


Pengangkutan adalah pengangkutan sampah dari lokasi pemindahan ke tempat
daur ulang atau ke tempat pengolahan atau ketempat pemprosesan akhir.
Pengangkutan sampah dimulai dari mengambil sampah dari tempat penampungan
yang berada di setiap ruangan di rumah sakit untuk kemudian dibawa dan
dikumpulkan pada tempat yang telah ditentukan untuk diproses lebih lanjut.
Alat yang digunakan untuk mengangkut sampah rumah sakit. Harus dipisahkan
antara alat yang digunakan untuk mengangkut sampah medis dan sampah non medis.
Hal ini untuk mencegah kontaminasi dan pencemaran yang ditimbulkan dari sampah
medis, ini erat kaitannya pada proses pembuangan dan pemusnahan sampah rumah
sakit. Alat yang digunakan untuk mengangkut sampah rumah sakit yaitu berupa
gerobak atau troli dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki permukaan licin, rata dan tidak tembus
2) Tidak menjadi sarang serangga, mudah dikeringkan dan dibersihkan
3) Sampah tidak menempel pada alat angkut
4) Tertutup agar tidak tercecer
Peralatan-peralatan tersebut harus jelas dan diberi label agar mempermudah
petugas dalam membersihkan dan menggunakan peralatan tersebut. Setiap petugas
dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Sesuai dengan Kepmenkes
no.1204/Menkes/SK/X/2004, petugas yang menangani sampah medis harus
menggunakan alat pelindung yang terdiri dari : “Topi atau helm, masker, pelindung
mata, pakaian panjang, pelindung kaki atau sepatu boot dan sarung tangan khusus.”
(2004: 22)
Setelah diangkut, sampah medik lalu dikumpulkan ditempat pengumpulan
sampah. Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara
pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke TPS atau
langsung ke TPA tanpa melalui proses pemindahan. Pengumpulan limbah medis
hendaknya benar-benar dipisahkan antara limbah medis dan non medis.
Pengumpulan sampah ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Mudah di angkut oleh kendaraan pengangkut sampah
2) Bebas tikus dan serangga
3) Di area tersebut di lengkapi dengan pagar
4) Relative dari ruang perawatan, dapur dan rumah tinggal
5) Aman dari banjir
6) Tersedia fasilitas pencucian dan pembersihan
Limbah medis pun perlu disimpan dalam tempat yang aman dan tertutup serta tak
dapat dimasuki orang-orang yang tidak berkepentingan. Dari segi
pengangkutan,limbah medis harus dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah.
Dan pengangkutan harus dilakukan secara terpisah agar tidak menyebabkan
terkontaminasinya limbah non medis oleh limbah medis.
2.3.3. Phase Disposal (Tahap Pembuangan dan Pemusnahan)
Tahap pembuangan dan pemusnahan sampah biasanya dilakukan melalui proses
pembakaran. Pembakaran pun menjadi hal penting yang perlu dilakukan rumah
sakit. Pembakaran limbah medis biasanya menggunakan incinerator. Jika rumah
sakit tersebut tidak memiliki incinerator maka pihak rumah sakit tersebut dapat
menyalurkan sampahnya ke pihak ke tiga, baik indistrusi ataupun rumah sakit lain
yang memiliki incinerator.

2.4 Incenerasi
Insinerasi atau pembakaran sampah (bahasa Inggris: incineration) adalah
teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi
dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai
pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas
sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan
dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan
sebagai energi pembangkit listrik. Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk
mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah
berbahaya di mana patogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.
Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, yang
mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas, dan abu, (bottom ashdan fly
ash). Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran
pada temperatur lebih dari 800oC untuk mereduksi sampah mudah terbakar
(combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus, dan
kimia toksik (A. Sutowo Latief, 2012)
Patrick (1980) dalam Arif Budiman (2001) menyatakan bahwa incineratoradalah
alat yang digunakan untuk proses pembakaran sampah. Alat ini berfungsi untuk
merubah bentuk sampah menjadi lebih kecil dan praktis serta menghasilkan sisa
pembakaran yang sterill sehingga dapat dibuang langsung ke tanah. Energi panas hasil
pembakaran dalam incineratordapat diguankan sebagai energi alternative bagi proses
lain seperti pemanasan atau pengeringan.
Menurut (Hadiwiyoto, 1983 dalam Arif Budiman, 2001) menyatakan bahhwa
untuk merancang alat pembakar sampah diperlukan beberapa pertimbangan untuk
diperhatikan, yaitu jumlah udara pembakaran, sisa hasil pembakaran dan desain
incinerator. Menurut (Hadiwiyoto, 1983 dalam Arif Budiman, 2001) alat pembakaran
sampah terdapat dua jenis berdasarkan metode pembakaran yang berlangsung pada
alat tersebut, yaitu alat pembakar sampah tipe kontinyu dan tipe batch. Pada alat
pembakar sampah tipe kontinyu, sampah dimasukkan secara terus-menerus dengan
debit tetap, sedangkan pada alat pembakaran sampah tipe batch, sampah dimasukkan
sampai mencapai batas maksimum kemudian dibakar bersamaan.
Pada incinerator terdapat 2 ruang bakar, yang terdiri dari Primary Chamberdan
Secondary Chamber(Gunadi Priyamba, 2013).
a. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakarandirancang
dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya, sehingga
disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa material
organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana. Temperatur dalam
primary chamber diatur pada rentang 600oC-800oC dan untuk mencapai temperatur
tersebut, pemanasan dalam primary chamber dibantu oleh energi dari burner dan
energi pembakaran yang timbul dari limbah itu sendiri. Udara (oksigen) untuk
pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah yang terkontrol.Padatan sisa
pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak terbakar (logam, kaca) dan
abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi arang dapat diminimalkan dengan
pemberian suplai oksigen secara continueselama pembakaran berlangsung. Sedangkan
padatan tak terbakar dapat diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah
terlebih dahulu.
b. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan baik
jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas hasil pirolisa,
serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time) yang cukup. Udara untuk
pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam jumlah yang
terkontrol.Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara
sempurna oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu
sekitar 800-1000. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon lainnya)
terurai menjadi gas CO2dan H2O.
2.5 Macam-macam incenerator
Jenis incinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah
rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber,aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator
tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah
padat, cair, dan gas secara simultan. (Gunadi P. 2004).
2.5.1. Incinerator Rotary Kiln
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah yang mempunyai kandungan air
(water content) yang cukup tinggi dan volumenya cukup besar. System incineratorini
berputar pada bagian Primary Chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan
pembakaran limbah yang merata keseluruh bagian. Proses pembakarannya sama
dengan type static, terjadi dua kali pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary
Chamber) untuk limbah dan Ruang Bakar 2 (Seacondary Chamber) untuk sisa-sisa
gas yang belum sempurna terbakar dalam Primary Chamber. (Gunadi P. 2004).
2.5.2. Multiple Hearth Incinerator
Multiple Hearth Incinerator, yang telah digunakan sejak pertengahan tahun
1900-an, terdiri dari suatu kerangka lapisan baja tahan api dengan serangkaian tungku
(hearth) yang tersusun secara vertikal, satu di atas yang lainnya dan biasanya
berjumlah 5-8 buah tungku, shaft rabble armsbeserta rabble teeth-nya dengan
kecepatan putaran 3/4–2 rpm. Umpan sampah dimasukkan dari atas tungku secara
terus menerus dan abu hasil proses pembakaran dikeluarkan melalui silo. Burner
dipasang pada sisi dinding tungku pembakar di mana pembakaran terjadi. Udara
diumpan masuk dari bawah, dan sampah diumpan masuk dari atas.
Limbah yang dapat diproses dalam multiple hearth incinerator memiliki
kandungan padatan minimum antara 15-50 %-berat. Limbah yang kandungan
padatannya di bawah 15 %-berat padatan mempunyai sifat seperti cairan daripada
padatan. Limbah semacam ini cenderung untuk mengalir di dalam tungku dan
manfaat rabbletidak akan efektif. Jika kandungan padatan di atas 50 % berat, maka
lumpur bersifat sangat viscous dan cenderung untuk menutup rabble teeth.Udara
dipasok dari bagian bawah furnacedan naik melalui tungku dengan membawa produk
pembakaran dan partikel abu. (Gunadi P. 2004)
2.5.3. Fluidized Bed Incinerator
Fluidized bed incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang menggunakan
media pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir silika, sehingga akan
terjadi pencampuran (mixing) yang homogen antara udara dengan butiran-butiran
pasir tersebut. Mixing yang konstan antara partikel-partikel mendorong terjadinya laju
perpindahan panas yang sangat cepat serta terjadinya pembakaran sempurna.
Fluidized bed incinerator berorienrasi bentuk tegak lurus, silindris, dengan kerangka
baja yang dilapisi bahan tahan api, berisi hamparan pasir (sand bed) dan distributor
untuk fluidasi udara. Fluidized bed incineratornormalnya tersedia dalam ukuran
berdiameter dari 9 sampai 34 ft.
Pembakaran dengan teknologifluidized bed merupakan satu rancangan
alternatif untuk pembakaran limbah padat. Harapan pasir tersebut diletakkan di atas
distributor yang berupa grid logam dengan dilapisi bahan tahan api. Grid ini berisi
suatu pelat berpori nosel-nosel injeksi udara atau tuyeredi mana udara dialirkan ke
dalam ruang bakar untuk menfluidisasi hamparan (bed) tersebut. Aliran udara melalui
nosel menfluidisasi hamparan sehingga berkembang menjadi dua kali volume
sebelumnya. Fluidisasi meningkatkan pencampuran dan turbulensi serta laju
perpindahan panas yang terjadi. Bahan bakar bantu digunakan selama pemanasan
awal untuk memanaskan hamparan sampai temperatur operasi sekitar 750 sampai 900
ͦC sehingga pembakaran dapat terjaga pada temperatur konstan. Dalam beberapa
instalasi, suatu sistem water spraydigunakan untuk mengendalikan temperatur ruang
bakar.
Fluidized bed incinerator telah digunakan untuk macam-macam limbah
termasuk limbah perkotaan damn limbah lumpur. Reaktor unggun atau hamparan
fluidisasi (fluidized bed) meningkatkan penyebaran umpan limbah yang datang
dengan pemanasan yang cepat sampai temperatur pengapiannya (ignition) serta
meningkatkan waktu kontak yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang hebat
untuk pembakaran sempurna. Pembakaran normalnya terjadi sendiri, kemudian
sampah hancur dengan cepat, kering dan terbakar di dalam hamparan pasir.Laju
pembakaran sampah meningkat oleh kontak langsung dengan partikel hamparan yang
panas. Aliran udara fluidisasi meniup abu halus dari hamparan. Gas-gas pembakaran
biasanya diproses lagi di wet scrubberdan kemudian abunya dibuang secara landfill.
(Gunadi P. 2004)
2.6 Tata Cara Pengoperasian Incenerator
Diagram blok berikut adalah penyederhanaan proses insenerasi yang banyak
digunakan sebagai standar pengolahan limbah medis (terutama infeksius) oleh
berbagai kelas rumah sakit :
Insenerasi adalah proses pembakaran material (dalam hal ini limbah medis
organik) menjadi gas yang bisa dibakar lebih lanjut dan menyisahkan residu yang
tidak terbakar dan/atau abu (ash). Gas hasil pembakaran akhir,sesudah mengalami
proses penyaringan melalui alat pengontrol polusi udara, dan memenuhi baku mutu
emisi udara, kemudian boleh dilepas ke atmosfer.Karena berpotensi menimbulkan
bahaya, bila tidak dikelola dengan baik, kegiatan insenerasi semua jenis limbah B3
disyaratkan harus memiliki izin. Residu tidak terbakar dan/atau abu berkategori
limbah B3 yang terbentuk tersebut kemudian dipisahkan dari insenerator,
dikumpulkan, dikemas secara khusus(menggunakan wadah dan/atau kantong plastik
khusus limbah B3) dan disimpan di TPS (harus memiliki izin penyimpanan)
maksimal 90 hari kerja, selanjutnya, bila tidak mampu mengolah atau memanfaatkan
lebih lanjut, maka abu insenerasi yang berkategori limbah B3 wajib diserahkan ke
pihak lain berizin, yakni: pengangkut, pengumpul, pengolah, pemanfaat atau
penimbun akhir (secured landfill).
Insenerasi memberi keuntungan tambahan mereduksi massa dan volume limbah
B3 hingga tersisa hanya sekitar 15%. Ini secara substansial berarti akan jauh
mengurangi biaya pengankutan dan ongkos pengelolaan limbah B3 lebih lanjut.
Khusus untuk limbah B3 yang berasal dari rumah sakit, pemakaian insenerator
bersuhu tinggi akanmenghancurkan dan mengeliminasi bahaya infeksius dan patologi
limbah medis. Proses insenerasi dengan suhu > 800 °C juga mengeliminasi
kandungan organik pada limbah (zat organik terbakar semua pada suhu > 550 °C),
berarti mengurangi keberatan masyarakat pada proses penimbunan akhir limbah B3
(landfill), jika limbah masih memiliki kandungan organik tinggi. Proses pengumpanan
dan pembakaran pada incinerator, bisa didesain secara batch, intermitten atau
continue, tergantung kebutuhan. Pada saat ini telah dikenal beberapa tipe teknologi
insenerasi yang umum dipakai untuk menangani limbah medis rumah sakit.
Adapun kegiatan insenerasi limbah medis rumah sakit dapat dibagi menjadi
beberapa tahapan proses berikut :
1. Persiapan limbah medis yang akan diinsenerasi
2. Pengumpanan atau pengisian limbah medis (waste feeding or charging system)
3. Pembakaran limbah medis (Ruang Bakar 1 dan 2)
4. Pengolahan gas hasil pembakaran akhir menggunakan IPPU (instalasi pengontrol
polusi udara)
5. Penanganan dan pengelolaan abu insenerator yang juga
Prinsip kerja insenerator secara sederhana dapat dibagi menjadi 3 tahap, yakni:
 Tahapan pertama, adalah membuat air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya
limbah menjadi kering dan siap terbakar.
 Selanjutnya terjadi semacam proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna,
dimana temperatur pembakaran belum terlalu tinggi.
 Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar 1 digunakan sebagai
pembakar awal limbah, suhu dikendalikan antara 600 s/d 800°C. Ruang bakar 2
digunakan sebagai pembakar asap (flue gas) dan bau dengan suhu antara antara 800
s/d 1.200°C. Suplai oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi
sehingga materi-materi limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar. Dengan
terjadinya proses pembakaran sempurna, asap yang keluar dari cerobong menjadi
bersih transparan (merupakan parameter opasitas).

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Pengertian Limbah Medis
Padat adalah ;
“Limbah yang terdiri dari sampah infeksius, limbah biologi, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
container bertekanan dan sampah kandungan dengan logam berat yang tinggi.” (Depkes,
2004: 17).
Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Limbah medis
harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi pilihan
terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah Faktor penting dalam penyimpanan
limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan dengan penutup, menjaga areal
penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis, membatasi
akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat.
Insenerasi limbah medis adalah proses pengolahan limbah organik (infeksius)
yang terkandung dalam limbah medis dengan menggunakan pembakaran suhu tinggi,
dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungannya,agar sifat
bahayanya hilang atauberkurang. Insenerasi dan berbagai alternatif pengolahan
limbah menggunakan suhu tinggi lainnya (misal: pirolisis, gasifikasi, plasma arc)
dikenal sebagai pengolahan termal. Pada insenerasi berbagai jenis limbah dikonversi
menjadi abu (ash), gas buang (flue gas) dan panas (energy)

3.2 Saran
Limbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan
penyimpanan menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah. Salah
satu pengolahan limbah medis yaitu menggunakan teknik insenerasi. Selain itu
apabila Pengoperasian yang baik dan benar (proper operation) akan lebih menjamin
optimasi kinerja insenerator, serta keselamatan dan kesehatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI KEPMENKES RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan RI Undang-undang No.36 Kesehatan RI, Jakarta
Wulandari, Kusrini dan Dindin Wahyudin. 2018. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan Sanitasi
Rumah Sakit. BPPSDMK
https://id.wikipedia.org/wiki/Insinerasi
http://eprints.polsri.ac.id/90/3/BAB%20II%20Laporan%20T.pdf
https://tirto.id/apa-itu-limbah-medis-dan-bagaimana-cara-menanganinya-ei2F
Noer Adi Wardojo, 2014. Pedoman Kriteria Teknologi Pengelolaan Limbah Medis.
Kementerian Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai