Anda di halaman 1dari 36

BAB. I.

A. PENGERTIAN SAMPAH

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-
produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Sampah adalah
bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya
sampah dapat dibagi sebagai:

1. Sampah padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:

a. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian dan perkebunan.
b. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi:
1) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
2) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal
dan lain-lain.

1
2. Sampah cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Limbah hitam: sampah cair
yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya,
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan
tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan
manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah
sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

B. Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yakni;

1. Sampah organik – dapat diurai (degradable), yaitu sampah yang mudah membusuk
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat
diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable), Sampah Anorganik, yaitu sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas,
plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini
dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan
produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik
kertas koran, HVS, maupun karton.

B.   PENGAMBILAN SAMPEL

Pengambilan sampel adalah suatu prosedur tertentu yang diikuti apabila suatu
substansi, bahan atau produk diambil untuk keperluan pengujian sampel yang representatif
dari keseluruhannya. Karena itu, pengambilan sampel harus mewakili kumpulannya dan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: perencanaan pengambilan sampel, petugas

2
pengambil sampel, prosedur pengambilan sampel, peralatan pengambil sampel yang
digunakan, frekuensi pengambilan sampel, keselamatan kerja dan dokumentasi terkait
pengambilan sampel. Proses pengambilan sampel jika tidak dilakukan secara benar, maka
secanggih apapun peralatan yang dipergunakan tidak akan menghasilkan data yang dapat
menggambarkan kondisi sesungguhnya.

Pengambilan sampel harus memenuhi kesesuaian terhadap standar baku yang telah
diakui baik secara internasional maupun nasional, seperti standar EPA, WHO, maupun SNI,
jika tidak akan mengakibatkan langkah-langkah selanjutnya seperti pengawetan, transportasi ,
penyimpanan, preparasi, maupun pengujian di laboratorium, akan sia-sia serta membuang
waktu dan biaya.

1. Perencanaan Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung


pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap
awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil
pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri
dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengambilan sampel serta Quality Asurance
(QA) dan Quality Control (QC) pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil
sampel sebelum ke lapangan adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen
yang membantu dalam setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas dan
sistematik.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pengambilan


sampel adalah :

a. Menentukan tujuan pengambilan sampel;


b. Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai;
c. Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai dengan standar atau
peraturan tertentu;
d. Menentukan metode analisis;

3
e. Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah sampling dilakukan
secara random atau acak;
f. Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel;
g. Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel;
h. Menentukan frekuensi sampling;
i. Menyiapkan pengendalian mutu;
j. Menyiapkan dokumentasi (daftar periksa persiapan pengambilan sampel,
formulir rekaman dat pengambilan sampel, laporan pengambilan sampel).

2. Pengamanan sampel terdiri dari :


a. Identifikasi/pengkodean sampel
b. Pengemasan sampel
c. Penyegelan wadah sampel, bila diperlukan
d. Tindakan pencegahan selama transportasi ke laboratorium, jika ada ketidak
sesuaian
e. Penyimpanan sampel di laboratorium

3. Persiapan Pengambilan Sampel

Persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel di lapangan


adalah:

a. Personel pengambil sampel


b. Persiapan peralatan pengambil sampel
c. Persiapan peralatan pengukuran di lapangan
d. Persiapan peralatan pendukung
e. Persiapan prosedur pengambilan sampel
f. Persiapan wadah sampel
g. Persiapan bahan pengawet, bila diperlukan
h. Mengkalibrasi alat pengukur parameter lapangan
i. Persiapan dokumentasi
j. Persiapan pengendalian mutu lapangan
k. Persiapan rekaman lapangan.

4
4. Alat penelitian
Seperangkat peralatan untuk pengambilan sampel sampah antara lain : pakaian
lapangan (wear pack, masker, sepatu booth, sarung tangan), keranjang sampah,
kantong-kantong plastik dan lembaran plastik.
a. Timbangan, Timbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
menimbang sampel sampah.
b. Seperangkat alat dan kemikalia untuk analisis proksimat sampel sampah
(organik), dan analisis kandungan logam berat (Pb dan Hg) pada sampah
organik.

ü  Personil

Sampel harus diambil oleh personil yang memiliki latar belakang pendidikan yang
sesuai, mendapatkan pelatihan pengambilan sampel, cukup pengalaman, dan mampu
mendemonstrasikan keahlian serta ketrampilannya. Apabila pengambilan sampel dilakukan
oleh personel pihak lain, misalnya pelanggan, pengawas atau penyidik dari instansi yang
berwenang, pihak laboratorium harus menyediakan prosedur atau instruksi yang
terdokumentasi, dan hal-hal lain yang diperlukan, seperti peralatan, wadah sampel dll.

ü Peralatan

Peralatan yang harus disiapkan sebelum melakukan pengambilan sampel terdiri dari :
alat pengambil sampel, alat ukur parameter lapangan dan wadah sampel.

a. Alat Pengambil Sampel

Alat pengambil sampel harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel sehingga bahan tersebut
tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel, tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam
sampel, dan tidak bereaksi dengan sampel, (misal : alat pengambil sampel
pengujian parameter minyak dan lemak menggunakan wadah/gelas kaca);
2) Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya;
3) Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya;

5
4) Mudah dan aman dibawa;
5) Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.
6) Alat pengambil sampel untuk parameter uji BOD menggunakan botol BOD,
parameter uji DO menggunakan botol DO sampler, parameter uji mikrobiologi
menggunakan botol coklat yang tidak tembus cahaya matahari dan disterilisasi
terlebih dahulu, untuk mencegah kontaminasi dari luar.

b. Alat Ukur Parameter Lapangan

Peralatan pengukuran lapangan yang perlu dibawa pada saat sampling antara lain
DO meter, pH meter, turbidimeter, konduktimeter, termometer dan current meter.

1) Wadah Sampel

Persyaratan wadah penyimpan sampel, sebagai berikut :

(a) Terbuat dari bahan gelas atau plastik polyethylene (PE) atau polypropylene
(PP) atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);
(b) Dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
(c) Bersih dan bebas kontaminan;
(d) Tidak mudah pecah atau bocor;
(e) Tidak berinteraksi dengan sampel.

Wadah sampel sebelum digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan/dicuci


dan tergantung dari jenis sampel uji. Adapun langkah pembersihan wadah sampel,
sebagai berikut :

4.      Prosedur Pencucian Wadah Sampel

6
NO JENIS SAMPEL UJI PEMBERSIHAN
1 senyawa organik, mudah menguap  cuci alat gelas, gelas vial dan tutupnya
(Volatile Organic Compound, dengan deterjen, bilas dengan air
VOC) kemudian dengan Aquabides lalu
keringkan dalam oven pada suhu 105C;
 setelah satu jam, keluarkan gelas vial dan
dinginkan pada suhu kamar (bila
memungkinkan dalam desikator) dalam
posisi terbalik di atas lembaran
aluminium foil;
 setelah dingin, tutup gelas vial.

2 senyawa organik  cuci botol gelas dan tutupnya dengan


deterjen, bilas dengan air;
 masukkan 10 mL aseton ke dalam botol
dan rapatkan tutupnya, kocok botol
dengan baik agar aseton tersebar merata
dipermukaan dalam botol serta mengenai
lining teflon dalam tutup;
 buka tutup botol dan buang aseton.
Biarkan botol mengering, kemudian
kencangkan tutup botol agar tidak terjadi
kontaminasi baru.

3 logam total dan terlarut cuci botol gelas, polyetyllen dan tutupnya dengan
deterjen, bilas dengan air, asam nitrat (HNO3)
1:1, Aquabides sebanyak 3 kali dan keringkan
pada suhu kamar, setelah kering botol ditutup
dengan rapat
4 BOD, COD dan nutrien  cuci botol oksigen / botol Winkler dan
tutupnya dengan deterjen bebas fosfat,
bilas dengan air;
 cuci botol dengan asam klorida (HCl) 1:1
dan bilas dengan Aquabides sebanyak 3

7
kali (pH netral) dan keringkan, setelah
kering tutup botol dengan rapat

5 anorganik non-logam cuci botol dan tutup dengan deterjen, bilas


dengan air kemudian bilas dengan Aquabides
sebanyak 3 kali dan keringkan, setelah kering
tutup botol dengan rapat

Pengambilan Sampel disesuaikan dengan tujuan pengambilan sampel yaitu :

1. Pengambilan Sampel Sesaat (Grab Sample) adalah sampel yang menunjukkan sifat
sampel pada saat diambil.
2. Pengambilan Sampel Gabungan Waktu (Composite Time Sample) adalah
campuran beberapa sampel yang diambil pada titik yang sama pada waktu yang
berbeda.
3. Pengambilan Sampel Gabungan Tempat (Composite Place Sample) adalah
campuran beberapa sampel yang diambil dari beberapa titik tertentu dengan
volume dan waktu yang sama.
4. Pengambilan Sampel Terpadu (Integerated Sample) adalah campuran beberapa
sampel gabungan waktu dan tempat.

C. Pemeriksaan di Lapangan Pekerjaan yang dilakukan meliputi :

1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung


setelah pengambilan contoh ; unsur-unsur tersebut antara lain : pH, suhu, daya hantar
listrik, alkalinity, acidity dan oksigen terlarut.
2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di lapangan,
yang meliputi : nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan cuaca,
bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas

D. Pengawetan Sampel

8
Pengawetan sampel meliputi perlakuan pendinginan, pengaturan pH,
penambahan bahan kimia untuk mengikat polutan yang akan dianalisis.

a)     Perlakuan pendinginan

Perlakuan pendinginan sampel dengan menggunakan dry ice dalam ice box
pada suhu 4 °C ± 2 °C, kemudian wadah sampel ditutup rapat sehingga tidak ada
pengaruh udara dari luar.

b)    Perlakuan pengaturan pH

Perlakuan pengaturan pH bertujuan untuk cross check penambahan bahan


kimia sebagai bahan pengawet pada sampel yang ditentukan berdasarkan parameter
uji (sesuai persyaratan).

c)     Perlakuan penambahan bahan kimia

Perlakuan penambahan bahan kimia dilakukan setelah sampel diambil, untuk


tetap memelihara keutuhan dan memastikan tidak terkontaminasi, atau mencegah
terjadinya perubahan.

Bahan kimia yang digunakan untuk pengawetan harus memenuhi persyaratan


parameter uji untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang
akan di uji, dengan tujuan menghambat aktivitas mikroorganisme dan mengurangi
penguapan gas serta bahan-bahan organik, yang dilakukan mulai dari lokasi
pengambilan sampel sampai analisis di laboratorium. Batas penyimpanan maksimum
sampel tergantung pada karakteristik sampel, sifat parameter uji dan teknik
pengawetan.

BAB. II

PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN KUALITAS


FISIKA DAN KIMIA SAMPAH

9
Pemeriksaan kualitas fisika adalah pemeriksaan yang dilakukan pada suatu sampel
dengan melihat wujud secara fisik seperti bau, rasa, warna, kekeruhan dan sebagainya.
Pemeriksaan kualitas kimia adalah pemeriksaan yang dapat dilhat berdasarkan struktur
kandungan dalam sampel tersebut.

  Pengambilan sampel sampah untuk pemeriksaan secara fisika dan kimia berbeda,
karena parameter yang diperiksa juga berbeda. Pada pemeriksaan kualitas fisika yang
diperiksa adalah suhu, konduktivitas, warna, bau, kekeruhan, Daya Hantar Listrik (DHL),
serta Total Suspended Solid (TSS). Sedangkan untuk pemeriksaan kualitas kimia yang
diperiksa biasanya kesadahan (Mg, Cl, dll), Ph, alkalinitas, dan lainnya.

Untuk pemeriksaan secara fisika dan kimia biasanya sering digunakan sampel sampah
cair atau licit. Pengambilan sampel pada pemeriksaan tersebut hampir sama dengan dengan
pengambilan sampel air. Hal ini karena wujud yang sama yaitu cairan.

1.      Alat dan Bahan ;

a. Botol timba
b. Derigen plastik ukuran 5 Liter (sebaiknya berwarna putih)
c. Botol plastik vol. 500 mL (2 buah)
d. Botol oksigen vol. 250 mL
e. Termos es untuk mendinginkan contoh
f. Tas lapangan
g. Alat tulis
h. Buku catatan (bungkus dengan plastik)
i. Alat dan Bahan untuk periksa parameter (yang diperlukan) ;

2.   Prosedur pengambilan sampel uji fisika

Prosedur kerja pengambilan sampel sampah cair untuk pemeriksaan kualitas fisika:

a. Menyiapkan wadah sampel


b. Membilas wadah sampel dengan air suling( aquadest);
c. Menyiapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air;
d. Membilas alat pengambil sampel dengan air suling;

10
e. Membilas alat pengambil sampel sebanyak 3 kali dengan sampel yang akan
diambil;
f. Mengambil sampel sesuai titik sampling dan memasukkannya ke dalam wadah
yang sesuai peruntukan analisis;
g. Mengukur mencatat kondisi lapangan dan membuat peta lokasi.
h. lakukan segera pengujian parameter lapangan seperti parameter lapangan : suhu,
pH, oksigen terlarut (DO), kekeruhan (Turbidity), daya hantar listrik (DHL) dan
TDS yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan;
i. hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan;
j. Memberi label pada wadah sampel:
(a) Tanggal pengambilan sampel
(b) Lokasi pengambilan
sampel                                                                     
(c) Jenis sampel                                 : Padatan / sampah / tanah *)
(d) Jenis pemeriksaan                        : Fisik / kimia / mikrobiologi dan
parasitologi*)
(e) Nama petugas                                                                                         
(f) Tanda Tangan                                                                                          

 k)     dilakukan pengawetan sesuai peruntukan pengujian di laboratorium

l)       Mengamankan sampel serta wadah (disegel dengan benar);

3.      Prosedur pengambilan sampel uji DO

Pengambilan sampel untuk pengujian oksigen terlarut (DO) dapat dilakukan


secara umum dengan cara, yaitu:

a)      siapkan botol BOD yang bersih dengan volume yang diketahui serta dilengkapi
dengan tutup;

b)     celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air sampah dengan posisi mulut botol
searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang;

11
c)      isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi serta gelembung udara
selama pengisian, kemudian botol ditutup;

d)     sampel siap untuk dianalisa.

4.      Prosedur pengambilan sampel uji kimia

Tahapan pengambilan sampel sampah cair kualitas kimia untuk pengujian total
logam dan terlarut, dilakukan sebagai berikut :

a)      bilas botol sampel dan tutupnya dengan sampel yang akan dianalisa;

b)     buang air pembilas dan isi botol dengan sampel hingga beberapa sentimeter (cm) di
bawah puncak botol, agar masih tersedia ruang untuk menambahkan pengawet dan
melakukan pengocokan;

c)      lakukan penyaringan sampel kemudian di analisa di laboratorium.

Namun terkadang tidak menutup kemungkinan pemeriksaan kualitas fisik dan


kimia juga dilakukan pada sampel yang padat. Sampel padat dapat berasal dari rumah
tangga, industri dan lainnya yang  biasa disebut sampah organik. Sampah ini mudah
mengurai sehingga dalam pengambilan sampelnya dapat dilakukan pada tanah yang
berada di sekitar sampah tersebut tempati. Namun perlakuan pada sampel cair dan padat
tentunya berbeda. Perbedaannya berada pada wadah yang digunakan dan cara
pengambilannya. Wadah yang digunakan biasanya berupa kantong plastik, petridish.

5.      Selang waktu antara sampling dan analisa

Makin pendek selang waktu antara pengambilan contoh atau sampel dan
analisa, hasil akan semakin baik. Sebenarnya sukar untuk menentukan selang waktu
tersebut karena tergantung  dari  sifat  sampel,  parameter  yang  akan  diperiksa  serta 
cara penyimpanan. Perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan organisme dapat
dicegah dengan menyimpan dalam tempat gelap dan temperatur yang rendah  (lemari
es) sampai pemeriksaan dilakukan. Berikut ini adalah batasan waktu maksimum untuk
pemeriksaan  Fisika dan Kimia :

12
a. Air Bersih                          72 jam
b. Air Sedikit Tercemar        48 jam
c. Air Kotor/Limbah            12 jam

6.      Titik pengambilan sampel sampah cair (leachete)

Lokasi pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisika dan kimia pada


sampah cair (leachete) adalah di sekitar timbulan sampah yang akan diperiksa.
Sedangkan pengambilan sampel sampah cair dapat diambil air lindi pada tumpukan
sampah atau pada genangan air di sekitar sampah tersebut. Namun Data yang
diperoleh dari lokasi pemantauan dan titik pengambilan harus dapat menggambarkan
kualitas air limbah yang akan disalurkan ke perairan penerima.

Pemilihan lokasi dan titik pengambilan sampel air limbah bertujuan untuk:

a. Mengetahui efisiensi proses produksi

Caranya adalah dengan mengambil sampel dari bak control limbah


sebelum masuk ke pipa atau saluran gabungan yang menuju ke instalasi
pengolahan air limbah (IPAL). Pengambilan sampel di lokasi itu dilakukan
apabila suatu industry menghasilkan berbagai jenis produk dengan proses
produksi dan karakteristik limbah yang berbeda. Semakin kecil konsentrasi air
limbah dan beban pencemaran, efisiensi produksi semakin tinggi dan begitu juga
sebaliknya.

b. Mengevaluasi efisiensi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Dalam hal ini, sampel diambil pada titik masuk (inlet) dan keluar (outlet)
IPAL dengan memerhatikan waktu retensi. Sampel harus diambil pada waktu
proses instalasi berjalan normal.

c. Mengendalikan pencemaran air

Untuk itu sampel diambil pada titik-titik berikut:

13
1) Titik perairan penerima sebelum air limbah masuk ke badan air.
Pengambilan itu untuk mengetahui kualitas perairan sebelum dipengaruhi
air limbah. Data hasil pengujian sampel biasanya digunakan sebagai
pembanding atau control
2) Titik akhir saluran pembuangan limbah (outlet) sebelum air limbah
disalurkan ke perairan penerima. Sampel diambil di situ untuk mengetahui
kualitas effluent. Apabila data hasil pengujiannya melebihi nilai baku
mutu lingkungan, dapat disimbulkan bahwa industry terkait melanggar
hukum
3) Titik perairan penerima setelah air limbah masuk ke badan air, namun
sebelum menerima air limbah lainnya. Pengambilan tersebut untuk
mengetahui kontribusi air limbah terhadap kualitas perairan penerima. 

D.   Pengambilan Sampel untuk Pemeriksaan Kualitas Mikrobiologi dan Parasitologi


Sampah

Pemeriksaan kualitas mikrobiologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menguji


kandungan mikroba yang terdapat dalam sampel sampah yang diuji. Pemeriksaan kualitas
parasitologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan parasit yang terkandung
pada sampah yang diuji. Pemeriksaan dan pengambilan sampel secara mikrobiologi harus
dilakukan steril baik dari wadah, maupun personilnya.

Sampah mengandung zat-zat hidup, khususnya bakteri, virus, dan protozoa, dan
dengan demikian merupakan wadah yang baik sekali untuk pembiakan jasad-jasad renik.
Kebanyakan daripada bakteri itu secara relatif tidak berbahaya namun sebagian dari mereka 
secara positif berbahaya karena pathogenik (Mahida, 1997). Sehingga diperlukan
pemeriksaan secara mikrobiologi dan parasitologi untuk mengetahui kandungan mikroba dan
parasit yang membahayakan pada sampel sampah tersebut.

Pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dilakukan secara steril agar tidak
terkontaminasi dengan zat lain yang ada di sekitar lokasi pengambilan sampel. Sama halnya
dengan pengambilan sampel pemeriksaan parasitologu namun jika pemeriksaan ini tidak
perlu steril namun harus tetap bersih. Pemeriksaan secara mikrobologi dilakukan terhadap
sampel yang berupa padat dan cair. Pada pengambilan sampel sampat padat yang diambil

14
adalah tanah tempat timbulan sampah. Sedangkan untuk sampah cair prosedur pengambilan
dilakukan sama dengan pengambilan sampel air.

1.      Alat dan bahan

a. Sampel padat
1) Wadah sampel (petridish, kantong plastik)
2) Sarung tangan
3) Kertas label
4) Timbangan
5) Pisau
6) Sampah organik
7) Bor tangan
8) Sekop kecil dari bahan metal, plastik, dan kayu
9)     pH soil tester
10) Termometer
11) Checklist pengambilan sampel
12) Rol meter

b. Sampel cair
1) Botol sampel dengan tali dan pemberat
2) Botol sampel tanpa tali dan pemberat
3) Kruistang
4) Spiritus / alkohol
5) Alat tulis
6) Korek api
7) Kertas label / etiket
8) Tas sampling
9) Kapas

2.      Prosedur pengambilan sampel uji mikrobiologi dan parasitologi

15
Prosedur pengambilan sampel padat untuk pemeriksaan kualitas
mikrobiologi :

a. Mensterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dengan menggunakan


autoclave
b. Gunakan sarung tangan agar dapat terjaga kesterilannya
c. Ambil sampah dan masukkan kedalam wadah yang telah disediakan
d. Semprotkan bahan kimia sebagai pengawet sampel
e. Tutup wadah tersebut dan beri label:
1) Tanggal pengambilan
sampel                                                                            
2) Lokasi pengambilan sampel                                                                     
3) Jenis sampel                                               : Padatan / sampah / tanah *)
4) Jenis pemeriksaan                         : Fisik / kimia / mikrobiologi dan
parasitologi*)
5) Jenis pengawet yang digunakan
6) Nama petugas                                                                                          
7) Tanda Tangan                                                                                          

f.      Simpan ditempat pengawetan sampel

3.      Titik pengambilan sampel sampah padat

Lokasi pengambilan sampel sampah padat untuk pemeriksaan mikrobiologi dan


parasitologi dapat di lakukan di TPA atau di pembuangan sampah rumah tangga.

16
BAB. III

ALAT PEMERIKSAAN SAMPEL FISIKA, KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN


PARASITOLOGI SAMPAH

I. PEMERIKSAAN SAMPEL FISIKA

Pemeriksaan Kadar Air, Kadar  Volatil dan Kadar Abu

Alat yang digunakan:

a. Neraca Analitik
b. Oven
c. Furnace
d. Desikator
e. Cawan Krus
f. Lumpang dan Alu
g. Penjepit (Tang Krus)

2. Pemeriksaan Sampel Kimia

Pemeriksaan Kadar Logam

Alat yang digunakan:

a. AAS/SSA (Spektofotometer Serapan Atom)


b. Labu ukur
c. Pipet tetes
d. Pipet takar 10 ml dan 5 ml;
e. Erlenmeyer 100 ml
f. Corong

17
g. Kertas saring
h. Kompor listrik
i. Cawan

3. Pemeriksaan Sampel Mikrobiologi:

MPN Coliform

Alat yang digunakan:

a. Tabung Reaksi dan Tabung Durham


b. Petridish Steril
c. Pipet ukur steril
d. Lampu spirtus
e. Inkubator
f. Oven
g. Autoklaf
h. Hot Plate
i. Erlenmeyer
j. Ball filler
k. Ose bulat
l. Rak tabung
m. Kertas pembungkus
n. Termometer
o. Sendok Plastik
p. Batang pengaduk
q. Kapas
r. Neraca analitik

4. Pemeriksaan Sampel Parasitologi

Pemeriksaan Cacing dan Telur Cacing

Alat yang digunakan:

18
a. Tabung reaksi
b. Mikroskop
c. Object glass
d. Deglass
e. Sentrifuger
f. Tabung sentrifuge Rak tabung
g. Pipet tetes
h. Beaker glass

II. PROSEDUR KERJA ALAT PEMERIKSAAN FISIKA, KIMIA,


MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI
1. Pemeriksaan Fisika

Pemeriksaan kadar air, kadar volatile dan kadar abu menggunakan metode
gravimetri. Gravimetri adalah metode pemeriksaan jumlah zat dengan cara
penimbangan hasil reaksi pengendapan. Alat yang digunakan adalah neraca analitik
digital. Secara umum proses menimbangan dengan neraca elektronik/digital adalah:

a. Pastikan bahwa timbangan sudah menyala


b. Pastikan timbangan menunjukkan angka ”nol”( jika tidak perlu di koreksi)
c. Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda
d. Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan
tersebut.

Cara menggunakan neraca analitik:

a. Nolkan terlebih dulu neraca tersebut


b. Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
c. Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
d. Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut

2.Pemeriksaan Kimia

19
Pemeriksaan kimia sampah diantaranya meliputi pemeriksaan kadar logam.
Pemeriksaan kadar logam menggunakan alat AAS/SSA (Spektofotometer Serapan Atom).

Pengoperasian dan optimasi alat AAS:

a. Alat dipanaskan dengan menekan tombol on


b. Kompresor dihidupkan dan tabung gas C2H2 dibuka serta diset pada angka17 psiq
c. Cerobong pembukaan gas dihidupkan
d. Saat display menunjukkan “New recall method” tekan enter
e. Nilai arus Halow Cathode Lamp (75 % dari yang tertera) diketikkan, yaitusebesar 22
mA lalu tekan enter
f. Nilai slit sebesar 0,7 nm dimasukkan lalu tekan enter
g. Nilai  λ  (panjang gelombang) yaitu 324,8 nm dimasukkan lalu tekan enter
h. Time integration (lama pembacaan) yaitu 0,7 sekon di ketik lalu tekan enter
i. Replicate (pengulangan pembacaan) yaitu sebanyak 3x diketik lalu tekan enter
j. Hold 1 dipilih untuk metode pembacaan
k. Curve calibration linier (2) dipilih lalu tekan enter
l. “no” ditekan jika curve calibration tidak akan dicetak lalu tekan enter
m. Enter secara terus menerus ditekan sampai mode pada display kembali ke lamp
current
n. Burner dinyalakan dengan menekan tombol flame on / off 
o. Cont ditekan untuk memulai optimalisasi absorbansi
p. Larutan blanko dimasukkan kemudian tekan A/Z (auto zero) pada saat absorbansi
menunjukkan harga nol (0,000)
q. Larutan standar dimasukkan dengan konsentrasi terendah yaitu 5 ppm untuk
memperoleh harga absorbansi mendekati 0,200. Jika belum tercapai laju alir gas
(bahan bakar) diatur dengan cara knob nebulizer diputar ke kiri dan ke kanan
r. Setelah harga absorbansi mendekati 0,200, larutan blanko dimasukkan dan tunggu
sampai harga absorbansi kembali ke nol (0)
s. Tekan data untuk memulai pengukuran
t. Semua larutan standar dimasukkan mulai dari konsentrasi terendah sampai tertinggi
kemudian tekan read
u. Sampel dimasukkan tekan read
v. Kurva kalibrasi dibuat.

20
3. Pemeriksaan Mikrobiologi

Salah satu cara pemeriksaan mikrobiologi sampah adalah MPN Coliform. Alat
instrumen utama yang digunakan adalah autoklav dan inkubator. Autoklaf berfungsi untuk
mensterilkan media LB dan media BGLB sebagai media biakan coliform. Inkubator
berfungsi untuk menginkubasi (mengembangbiakkan) coliform.

Cara menggunakan autoklaf:

a. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
b. Masukkan  media LB dan BGLB dalam tabung reaksi yang telah dibungkus kertas.
c. Tutup autoklaf dengan  rapat  lalu kencangkan baut pengaman agar  tidak ada uap
yang  keluar  dari  bibir  autoklaf.  Klep  pengaman  jangan  dikencangkan  terlebih
dahulu.
d. Nyalakan  autoklaf,  diatur  timer  dengan  waktu  minimal  15  menit  pada  suhu
121oC.
e. Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan 
terdesak  keluar  dari  klep  pengaman.  Kemudian  klep  pengaman  ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
f. Jika  alarm  tanda  selesai  berbunyi,  maka  tunggu  tekanan  dalam  kompartemen
turun  hingga  sama  dengan  tekanan  udara  di  lingkungan  (jarum  pada  preisure
gauge  menunjuk  ke  angka  nol).  Kemudian  klep-klep  pengaman 
dibuka  dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

Cara penggunaan  inkubator adalah medium yang sudah dimasukan ke dalam


tabung reaksi dan  terbungkus  kertas  dimasukan  ke  dalam  inkubator  selama  24-
48  jam dengan suhu 35oC.

4.Pemeriksaan Parasitologi

21
Inti dari pemeriksaan parasitologi adalah ketelitian dalam pengamatan objek
dengan menggunakan mikroskop. Langkah-langkah menggunakan mikroskop:

a. Letakkan mikroskop di atas meja dengan cara memegang lengan mikroskop


sedemikian rupa sehingga mikroskop berada persis di hadapan pemakai.
b. Putar revolver sehingga lensa obyektif dengan perbesaran lemah berada pada
posisinya satu poros dengan lensa okuler yang ditandai bunyi klik pada revolver.
c. Mengatur cermin dan diafragma untuk melihat kekuatan cahaya masuk, hingga dari
lensa okuler tampak terang berbentuk bulat (lapang pandang).
d. Tempatkan preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat dan jepit dengan
penjepit obyek / benda.
e. Aturlah fokus untuk memperjelas gambar obyek dengan cara memutar pemutar kasar,
sambil dilihat dari lensa okuler. Untuk mempertajam putarlah pemutar halus.
f. Apabila bayangan obyek sudah ditemukan, maka untuk memperbesar gantilah lensa
obyektif dengan ukuran dari 10 X,40 X atau 100 X, dengan cara memutar revolver
hingga bunyi klik.

BAB. IV

KALIBRASI ALAT PEMERIKSAAN SAMPEL

I. PENDAHULUAN

Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology


(VIM), kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh
instrumen ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah
diketahui tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan besaran yang diukur). Kalibrasi
biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar

22
nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. (Rouessac 2007
dalam novi maya)

1. Kalibrasi neraca analitik digital meliputi:


a. Pengontrolan Neraca Digital:

Timbangan/Neraca dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang


sudah terpasang atau dengan dua anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100
gr. Timbangan/Neraca digital, harus menunggu 30 menit untuk mengatur
temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat sensitif, hanya dapat
bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan. Timbangan harus terhindar dari
gerakan (angin) sebelum menimbang angka “nol” harus dicek dan jika perlu
lakukan koreksi. Penyimpangan berat dicatat pada lembar/kartu kontrol, dimana
pada lembar tersebut tercantum pula berapa kali timbangan harus dicek. Jika
timbangan tidak dapat digunakan sama sekali maka timbangan harus diperbaiki
oleh suatu agen (supplier).

b. Penanganan Neraca:

Kedudukan timbangan harus diatur dengan sekrup dan harus tepat


horizontal dengan spirit level (waterpass) sewaktu-waktu timbangan bergerak,
oleh karena itu, harus dicek lagi. Jika menggunakan timbangan elektronik, harus
menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan timbangan
yang sangat sensitif, kita hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang
ditetapkan. Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum
menimbang angka “nol” harus dicek dan jika perlu lakukan koreksi. Setiap
orang yang menggunakan timbangan harus merawatnya, sehingga timbangan
tetap bersih dan terawat dengan baik. Jika tidak, si pemakai harus melaporkan
kepada manajer laboratorium timbangan harus dikunci jika anda meninggalkan
ruang kerja.

c. Kebersihan Neraca:

23
Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian
dan menimbang harus dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau
kertas (tissue) dan membersihkan timbangan secara keseluruhan timbangan
harus dimatikan, kemudian piringan (pan) timbangan dapat diangkat dan
seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan pembersih seperti
deterjen yang lunak, campurkan air dan etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan
timbangan dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek kembali dengan
menggunakan anak timbangan.

2. Kalibrasi AAS/SSA meliputi:


a. Metode I : Metode Kalibrasi Langsung:

Dibuat tidak kurang dari tiga larutan baku yang mengandung unsur yang akan
ditetapkan kadarnya, dan mencakup jangkauan kadar larutan uji yang akan diukur.
Masing-masing larutan baku diukur serapannya dan dibuat kurva kalibrasi antara
serapan (absorbsi) terhadap konsentrasi. Untuk memperoleh kadar larutan uji, yaitu
nilai serapan larutan uji dimasukkan ke dalam persamaan linier kurva kalibrasi.

b. Metode II : Metode Penambahan Baku:

Dibuat tidak kurang dari tiga larutan uji, kepada masing-masing larutan uji
ditambahkan sejumlah tertentu (diketahui jumlahnya) larutan baku dari unsur yang
akan ditetapkan. Satu larutan uji tidak ditambahkan larutan baku (misal : ada 6 buah
labu larutan uji, maka hanya 5 labu yang ditambahkan larutan baku) dengan
konsentrasi yang membentuk deret pengenceran. Kemudian masing-masing larutan
diukur serapannya dan dibuat kurva kalibrasi antara serapan terhadap konsentrasi
baku yang ditambahkan. Selanjutnya dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu
konsentrasi (sumbu X), dan titik potong dengan sumbu itu menunjukkan konsentrasi
larutan uji.

24
 

3. Kalibrasi Autoklaf:

Untuk mendeteksi jika autoklaf bekerja dengan baik atau sempurna dapat
digunakan dengan pengujian mikroba yang bersifat termofilik dan memiliki
endospora yaitu Bacillus Stearothermophilus. Dalam bentuk kertas spora strip
dimasukan kedalam autoklaf dan disterilkan, setelah proses sterilisasi kemudian
ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka autoklaf  bekerja secara baik.

4. Kalibrasi Inkubator:

a. Catat suhu inkubator pada kartu setiap hari sebelum mulai bekerja
b. Penyimpangan suhu yang melewati 20C , pengatur suhu perlu diatur kembali.

5. Kalibrasi Alat-Alat Gelas:

Kalibrasi alat-alat gelas dapat dilihat dari macam kaca atau gelas yang dapat
digunakan untuk membuat alat ukur gelas tersebut, yaitu :

a. Soft  glass atau sodalime glass (kaca lunak), direkomendasikan bahwa


peralatan volumetric gelassoda-laime direkalibrasi setelah 5 (lima) tahun
penggunaan kecuali bila kondisi frosting yang terlihat pada saat kering
teramati telah terjadi lebih cepat dari 5 (lima) tahun. Borosilicate glass ( kaca
dengan kualitas baik ), namun untuk gelas  barosilikat direkomendasikan
rekalibrasi dilakukan setelah 10 (sepuluh) tahun penggunaan bagaimanapun
sifat tampaknya.
b. Alat ukur volume merupakan bagian dari perangkat peralatan yang digunakan
dalam praktikum kimia analitik. Alat ukur volume yang dikalibrasi dalam
percobaan ini meliputi buret, pipet mohr, pipet volumetrik, dan labu takar.
Buret merupakan alat ukur volume yang bisa memindahkan beberapa volume
sampai kapasitas maksimumnya. Pipet merupakan alat ukur volume yang bisa
memindahkan suatu volume dari suatu wadah ke wadah lainnya. Pipet
dibedakan menjadi pipet volumetrik dan pipet serologis. Pipet volumetrik
hanya bisa memindahkan suatu volume yang tetap, sedangkan pipet serologis
atau pipet Mohr merupakan pipet yang bia memindahkan berbagai volume

25
sampai kapasitas maksimumnya. Labu takar merupakan alat ukur volume yang
mengandung sejumlah volume cairan yang diisi sampai tanda tera. (Morris
2001 dalam Novi Maya 2010) .

Teknik pengerjaan kalibrasi volum alat ukur gelas ditentukan oleh tujuan atau
fungsi dari alat ukur tersebut. Ada 2 jenis  alat ukur gelas, yaitu :

1. Alat  ukur untuk mengukur  volum larutan atau zat cair yang keluar dari alat
ukur tersebut. Alat ukur jenis ini antaralain : buret, pipet ukur, dan pipet
seukuran.
2. Alat  ukur untuk mengukur  volum larutan atau zat cair yang ada didalam  alat
ukur tersebut. Alat ukur jenis ini antaralain : gelas  ukur dan  labu ukur.

6. Pengerjaan  Kalibrasi     

Pengerjaan pengkalibrasian skala volum dilaksanakan dengan


cara memperhatikan beberapa hal antara lain:

a. Cuci alat gelas yang akan dikalibrasi sebersih mungkin dengan larutan pencuci
yang sesuai dengan jenis kotoran seperti pencuci dikhromat
untuk menghilangkan lemak, setelah itu cuci dengan air  dan disusul dibilas
dengan aquadest. Keringkan  tapi tidak melalui pemanasan. Alat gelas harus
kering dan bersih seteliti mungkin.
b. Proses penimbangan harus dilakukan dalam waktu yang singkat (repeatability
condition).
c. Masukkan aquadest dengan bantuan pipet yang  bersih juga sampai tanda batas
yang diinginkan.
d. Baca volum seteliti mungkin menjaga agar tidak terjadi kesalah paralaks.
e. Ukur suhu kamar  (suhu aquadest akan sama dengan suhuh kamar).
f. Prosedur penimbangan di atas harus diulangi dengan jumlah pengulangan (n)
yang memadai untuk memperoleh ketidakpastian pengukuran yang
dikehendaki oleh laboratorium Pengukuran temperatur air harus dilakukan
terhadap air di dalam penampungan dan terhadap air di dalam wadah sebelum
dan sesudah penimbangan.

26
g. Selanjutnya kita  gunakan tabel hitungan volume dan berat  ( bj ) aquadest
pada berbagai suhu. Massa air dapat dikonversi ke volume dengan
menggunakan persamaan V= m/d ; dimana V adalah volume, m adalah massa
air dan d adalah densitas air pada suhu yang diberikan. Kemudian dicari
standar deviasi dan % kesalahannya.

II. BAHAN PEMERIKSAAN SAMPEL FISIKA, KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN


PARASITOLOGI SAMPAH
1. Bahan Pemeriksaan Sampel Fisika

Pemeriksaan Kadar Air, Kadar Volatil dan Kadar Abu:

a. Sampel sampah organik (misalnya sayur, buah dan daging)


b. Sampel sampah anorganik (misalnya kertas, plastik dan karet)

2 .Bahan Pemeriksaan Sampel Kimia

Pemeriksaan Kadar Logam:

a. Sampel sampah anorganik padat yang telah diabukan.


b. Sampel air lindi.
c. HNO3 pekat, berfungsi sebagai oksidator yang dapat melepas atom logam
dari senyawa lain, karena sifat atom logam dapat larut dalam HNO3.
d. Aquades, berfungsi sebagai pengencer.

3. Bahan Pemeriksaan Sampel Mikrobiologi:

MPN Coliform:

1. Sampel air lindi


2. Media LB (Lactose Broth)

Media yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kehadiran bakteri coliform
(bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena
fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada

27
media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung durham berupa gelembung
udara.

1. Media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth)

Media yang digunakan untuk mendeteksi bakteri coliform (Gram negatif) di dalam air,
makanan, dan produk lainnya. Media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif dan menggiatkan pertumbuhan bakteri coliform. Ada atau tidaknya bakteri coliform
ditandai dengan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh
bakteri golongan coli. (fardias, 1989)

4.Bahan Pemeriksaan Sampel Parasitologi

1. Sampel air lindi


2. Eosin

Berfungsi sebagai pewarna pada preparat, karena pada umumnya bahan yang akan diteliti
tidak memiliki warna.

5.Prosedur Kerja dan Pemeriksaan Sampel Fisika, Kimia, Mikrobiologi dan


Parasitologi Sampah

1.Prosedur Kerja Pemeriksaan Sampel Fisika

Pemeriksaan Kadar Air Sampah:

a. Timbang cawan kosong yang telah dipanaskan selama 1 jam dalam oven dengan
suhu105oC, sebanyak tiga kali penimbangan (A gram).
b. Siapkan sampel yang telah ditentukan kemudian potong kecil-kecil.
c. Campurkan untuk sampel sebanyak 4 gram ke dalam cawan krus  yang telah
di timbang, lalu timbang kembali (x gram).
d. Panaskan cawan krus tersebut di dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam.
e. Setelah 1 jam keluarkan cawan. Biarkan agak dingin, masukkan kedalam desikator
lalu biarkan selama 15 menit, kemudian timbang beratnya (y gram). Lakukan
penimbanganselama 3 kali penimbangan.
f. Catat hasil penimbangan.

28
 

Pemeriksaan Kadar Volatil Sampah:

a. Sampel sampah kering hasil penetapan kadar air digerus sampai halus
b. Timbang sampel kering dan halus ± 4 gram dalam cawan krus, catat
c. Masukkan cawan krus dalam furnace 600ºC selama 1 jam. Lebihkan ¼ jam untuk
pencapaian temperatur 600ºC
d. Matikan furnace biarkan dingin, masukkan dalam desikator. Lalu timbang, lakukan
sebanyak tiga kali penimbangan.

Pemeriksaan Kadar Abu Sampah:

a. Sampel sampah kering hasil penetapan volatil digerus sampai halus


b. Timbang sampel kering dan halus ± 4 gram dalam cawan krus, catat
c. Masukkan cawan krus dalam furnace 900ºC selama 1 jam. Lebihkan ¼ jam untuk
pencapaian temperatur 900ºC.
d. Matikan furnace, biarkan dingin, masukkan ke dalam desikator. Lalu timbang,
lakukan sebanyak tiga kali penimbangan.

III. Prosedur Kerja Pemeriksaan Sampel Kimia

Pemeriksaan Kadar Logam:

1. Analisa Logam Dalam Sampel Padat:

a. Ambil sampel sebanyak 5 gram (timbang dalam neraca analitik).


b. Masukkan sampel dalam erlenmeyer 100 ml, tambahkan 5 ml HNO 3 pekat dan
ancerkan hingga volumenya menjadi 50 ml.
c. Hidupkan kompor listrik dan panaskan selama 3 jam.

29
d. Saring sampel dalam labu ukur 50 ml. Bilas sampel dan masukkan air bilasan
tersebut dalam labu ukur hingga volumenya menjadi 50 ml.
e. Periksa absorbansi sampel dan masing-masing larutan standar menggunakan
SSA.

2.    Analisa Sampel Dalam Air Lindi:

a. Ambil sampel 50 ml dan masukkan kedalam gelas piala 100 ml.


b. Tambahkan 5 ml asam nitrat pekat kemudian tutup gelas piala dengan kaca
arloji dan panaskan hingga volumenya menjadi setengah volume semula.
c. Saring sampel dalam  labu ukur 50 ml menggunakan kertas saring. Bilas
sampel dan masukkan air bilasan tersebut kedalam labu ukur hingga
volumenya menjadi 50 ml.
d. Periksa absorbansi sampel dengan menggunakan SSA.

3.Prosedur Kerja Pemeriksaan Sampel Mikrobiologi

MPN Coliform (Metode 15 Tabung dengan Pengenceran):

1.      Uji Pendahuluan (Uji Pendugaan / Presumptive Test):

a. Siapkan 1 set media LB untuk 1 sampel (5 tabung LBD dan 30 tabung LBS).
lalu 1 set media LB untuk control (+) dan 1 set kontrol (-) perlakuan sama
seperti sampel.
b. Inokulasikan 10 ml sampel ke dalam masing-masing 5 tabung LBD dan 1 ml
sampelke dalam masing-masing 5 tabung LBS dengan menggunakan pipet
ukur steril.
c. Pada tabung pengencer pertama ditambahkan 1 ml sampel dikocok sampai
homogen maka diperoleh pengenceran 10-1.
d. Pada tabung air pengencer ke-2 tambahkan 1 ml dari pengenceran 10-1 kocok
sampai homogen maka diperoleh pengenceran sampel 10-2. Lakukan
pengenceran pada sampel hingga didapat pengenceran 10-3, 10-4 hingga 10-5
atau sesuai pengenceran yang dikehendaki.

30
e. Inokulasi 1 ml sampel dari setiap pengenceran ke dalam masing-masing 5
tabung LBS dari pengenceran tersebut diatas.
f. Goyangkan rak tabung perlahan agar media di dalam sampel homogen.
g. Inkubasi 35oC 24-48 jam.
h. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya gelembung gas pada tabung durham.
i. Tabung yang positif,dilanjutkan ke tahap uji penegasan.

2.      Uji Penegasan (Confirmative Test):

a. Siapkan 1 set media BGLB sesuaikan dengan jumlah LB positif.Lalu 1 set


media BGLB untuk control (+) dan 1 set untuk kontrol (-) perlakuan sama
seperti sampel.
b. Dari setiap tabung LB yang menunjukkan positif, yaitu adanya
kekeruhan,produksi asam dan gas uji pendugaan, dikocok dan masing-masing
diambil 1 ose kemudian diinokulasikan ke dalam media BGLB.
c. Goyangkan rak tabung perlahan agar media dam sampel homogen.
d. Inkubasi 35oC selama 24-48 jam.
e. Amati terbentuknya gas pada setiap tabung. Jumlah tabung BGLB yang positif
adalah tabung yang menghasilkan gas yang terperangkap pada tabung
durham,hasilnya dicatat dan dirujuk ke tabel MPN.
f. Angka MPN yang diperoleh pada media BGLB dari tabel menunjukkan nilai
MPN coliform per 100 mlm sampel uji.
g. Perhitungan: Nilai MPN yang diperoleh dari tabel dikaitkan dengan tingkat
pengenceran tengah.

4.Prosedur Kerja Pemeriksaan Sampel Parasitologi

Pemeriksaan Cacing dan Telur Cacing:

a. Siapkan sampel air lindi.


b. Masukkan sampel ke dalam tabung sentrifuge & masukkan ke dalam sentrifuger,
nyalakan.
c. Jika sudah berhenti, angkat tabung, buang larutan supernatan dan sisakan endapannya.

31
d. Ambil endapan dan teteskan pada object glass.
e. Tambahkan eosin, ratakan dan tutup dengan menggunakan deglass.
f. Amati di bawah mikroskop.

6.Hasil Pemeriksaan Sampel Fisika, Kimia, Mikrobiologi dan Parasitologi Sampah

1.Hasil Pemeriksaan Sampel Fisik

Hasil pemeriksaan kadar air, kadar volatile dan kadar abu dinyatakan dalam satuan %,
dengan rumus:

2.Hasil Pemeriksaan Sampel Kimia

Pemeriksaan Kadar Logam Pada Sampel  Pengamatan Hasil Pemeriksaan

3.Hasil Pemeriksaan Sampel Mikrobiologi

Tabung reaksi BGLB yang positif adalah tabung yang menghasilkan gas yang terperangkap
pada tabung durham.

4.Hasil Pemeriksaan Sampel Parasitologi

Sampel dinyatakan positif apabila terdapat telur atau cacing pada saat diamati dibawah
mikroskop.

Positif terdapat telur cacing (parasit)

Positif Terdapat Cacing (Parasit)

7.Perawatan Alat dan Bahan yang Telah Digunakan dalam Pemeriksaan Sampel Fisika,
Kimia, Mikrobiologi dan Parasitologi Sampah

1.Perawatan Alat

32
Perawatan Neraca Analitik

Neraca analitik adalah neraca yang mempunyai ketelitian atau daya baca terkecil sebesar 0,1
mg disebut juga neraca semimikro. Pemeliharaan yang perlu dilakukan antara lain:

a. Ditempatkan diatas meja yang paling stabil di laboratorium, Karena itu dipilih tempat
dekat dinding atau dipojok ruangan.
b. Menggunakan stabilizer yang sesuai.
c. Dihindarkan dari sinar matahari langsung.
d. Dihindarkan dari gerakan udara
e. Dihindarkan dari radiasi panas dan elektromagnetik.
f. Datarkan posisi neraca.
g. Tutup pintu neraca pada saat tidak digunakan.
h. Hidupkan setiap hari meskipun tidak digunakan.

2. Perawatan AAS/SSA

a. Sumber arus yang digunakan dalam pemakaian AAS ialah 220 volt sehingga arus
listrik yang disediakan harus 220 volt dan jangan sampai kurang dari 220 volt.
b. Meja yang digunakan untuk meletakkan AAS harus datar, kuat dan permanen.
c. Sumber cahaya harus polikromatis yang nantinya akan diubah menjadi monokromatis.
d. Lampu katoda ijaga jagan sampai pecah.
e. Intensitas pemakaian alat jangan melebihi aturan yang telah ditentukan.
f. Setelah alat digunakan, cuci dengan airdeionisasi selama 10 menit.
g. Setelah digunakan, burner dibersihkan dan dikeringkan dengan lap bersih untuk
menghilangkan karbonnya.
h. Alat harus disimpan dalam ruangan yang kelembaban dan suhunya terjaga seperti
pada ruanga ber AC.
i. Stabilizer digunakan untuk menstabilkan apabila terjadi fluktuasi.

3. Perawatan Mikroskop

a. Setelah mikroskop sudah selesai digunakan, lalu naikkan tubus, bersihkan lensa
objekif dengan lens paper (jangan menggunakan tisu biasa karena dapat merusak dan

33
menggores lensa), putar lensa objektif dengan perbesaran sekecil-kecilnya, lalu
turunkan serendah-rendahnya tepat di atas lubang meja mikroskop.
b. Tutup diafragma, posisikan kondensor dan posisi cermin dalam keadaan tegak.
c. Simpan mikroskop di dalam kotaknya atau dalam lemari.
d. Jika kelembapan ruangan tinggi, dianjurkan mikroskop disimpan dalam ruangan yang
tertutup memakai pengawet kering untuk menghindari jamur atau ruangan tempat
penyimpanan dipanaskan dengan lampu sampai suhunya 40-50° C.

4. Perawatan Alat Gelas (Volumetrik)

a. Cuci alat gelas menggunakan campuran asam sulfat dan kalium dikhromat, hati-
hati bahan ini berbahaya.
b. Keringkan pada rak pengering tetapi tidak boleh dipanaskan dalam oven.
c. Simpan alat volumetrik yang tidak dipakai dalam lemari tertutup untuk
menghindari debu.

5. Perawatan Autoklaf

a. Gunakan air suling selama proses pensterilan dan pencucian.


b. Alat perkakas yang akan disteril harus dicuci terlebih dahulu.
c. Susunan barang-barang di dalam ‘chamber’ harus menurut kaidahyang ditetapkan.
d. Jangan gunakan talam yang tidak berlubang.
e. Lepaskan bagian-bagian yang tidak dapat diautoklaf dari peralatanyang akan disteril.
f. Pastikan proses pensterilan dilakukan oleh suhu yang ditetapkan.
g. Setiap kali setelah digunakan, pintu harus direnggangkan sedikit.
h. ‘Chamber‘ harus dicuci setiap minggu.
i. Tangki dikosongkan dan dibersihkan setiap minggu.
j. Cuci dengan kain yang lembab, elakkan dari menggunakan bahan penghakis, bahan
kimia atau bahan pencuci yang mempunyai kandungan klorida yang tinggi.
k. Mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya
substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :

34
1) Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa
fosfat- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone )atau
senyawa garam mineral lain.
2) Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar – Media yang
memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
3) Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
4) Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa
ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada
erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.

6. Cara Membersihkan Autoklaf:

a. Alirkan air keluar dari bekas takungan menggunakan tiub penghubung.


b. Campurkan ubat pembersih dengan air suling.
c. Tuangkan bancuhan ke dalam bekas takungan.
d. Jalankan autoklaf sebanyak dua pusingan.
e. Alirkan bancuhan dari bekas takungan.
f. Masukkan air suling.
g. Jalankan autoklaf sekali lagi.
h. Sekali lagi alirkan air keluar dari bekas takungan.
i. Masukkan air suling sekali lagi.
j. Jalankan autoklaf satu pusingan lagi.
k. Alirkan air dari bekas takungan.
l. Isikan bekas takungan dengan air suling.
m. Autoklaf sedia untuk digunakan.

 Perawatan Inkubator

a. Bersihkan bagian dalam inkubator dari sisa contoh atau kotoran lain.
b. Bersihkan dinding bagian luar dari debu menggunakan lap bersih, jika  perlu dapat
digunakan sedikit deterjen.
c. Jika mungkin penggunaan inkubator hanya di satu titik ukur.
d. Hidupkan inkubator setiap hari meskipun tidak digunakan. Jika tidak digunakan
hidupkan 1 – 2 jam..
e. Pastikan voltase input stabil sesuai dengan spesifikasi alat.

35
f. Periksalah suhu inkubator melalui termometer indikator dan pastikan suhu mencapai
titik yang diinginkan. Jika tidak, segera matikan inkubator.

7. Perawatan Bahan

Perawatan bahan-bahan yang telah digunakan haruslah tepat. Karena bahan-bahan tersebut
bisa saja mengandung bahan kimia berbahaya, bakteri patogen dan parasit yang tentu saja
berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Penanganan bahan kimia yang bersifat asam (contohnya dalam pemeriksaan kadar logam)
harus dipisahkan dan dibuang di tempat penampungan khusus. Penampung limbah dapat
dibuat seperti water treatment. Setiap wadah dapat diisi dengan bahan pengadsorb limbah,
misalnya zeolit, bentonit atau karbon atau penukar ion, sehingga limbah cair aman dibuang di
tempat pembuangan limbah cair.

Hal utama dalam penanganan bahan bekas pemeriksaan mikrobiologi dan parasitologi adalah
mematikan mikroba dan parasit pada sampel. Sampel sisa pemeriksaan disterilkan dengan
menggunakan autoklaf. Setelah steril, sampel tersebut aman dibuang di tempat pembuangan.

36

Anda mungkin juga menyukai