Disusun oleh
BP1
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan sampel limbah
padat sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), serta mengetahui cara
analisis kandungan pada logam berat seperti timbal, cadmium, dan merkuri limbah
padat.
BAB 2
METODOLOGI
2.1 Tata cara pengambilan sampel limbah padat
Tata cara sampling yang benar terhadap limbah padat berdasarkan metode SNI 8520 –
2018 (Cara pengambilan contoh uji limbah B3 Padat)
A. Prinsip :
Pengambilan contoh uji limbah B3 padat harus dilakukan secara representatif
dan mengikuti kaidah-kaidah pengendalian mutu dan jaminan mutu
pengambilan contoh uji di lapangan
B. Bahan :
1) Air bebas mineral;
2) Pelarut organik seperti isopropil alkohol, metanol, aseton, heksan
(pemakaian pelarut bergantung kepada parameter yang dianalisis);
3) Deterjen bebas fosfat;
4) Aluminium foil;
5) Plastik kemasan
6) Sarung tangan khusus;
7) Asam nitrat 20 % (v/v). Larutkan 200 mL HNO3 pekat kedalam 800 mL air
bebas mineral, aduk dan simpan dalam botol bertutup.
C. Alat :
● Persyaratan alat pengambil contoh uji
a) Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh uji.
b) Mudah dibersihkan dari kontaminan.
c) Aman dan praktis.
d) Contoh uji yang diambil dapat dengan mudah dipindahkan ke dalam
wadah contoh uji.
● Pencucian peralatan pengambil contoh uji dilaksanakan di laboratorium
a) Peralatan pengambil contoh uji harus dicuci dengan deterjen bebas
fosfat dan disikat untuk menghilangkan partikel yang menempel di
permukaan peralatan pengambil contoh uji;
b) Bilas dengan air bersih hingga seluruh deterjen hilang;
c) Bilas lagi dengan air bebas mineral;
d) Untuk parameter organik bilas peralatan pengambil contoh uji dengan
pelarut organik yang sesuai tetapi tidak mempengaruhi parameter yang
dianalisis.
e) Keringkan dan kemas peralatan dengan menggunakan aluminium foil
atau plastik kemasan untuk mencegah kontaminasi.
● Jenis dan penggunaan alat pengambil contoh uji
Drum yang akan diambil contoh ujinya dibagi menjadi 3 lapisan dan
beberapa titik untuk mendapatkan contoh uji yang representatif
Lalu diberi identitas yang berisi informasi yang jelas pada wadah
contoh uji dan disimpan contoh uji ke dalam ice box dengan suhu 0-
6ᴼC dan semua peralatan dibersihkan agar bebas dari kontaminasi dan
dapat digunakan untuk pengambilan contoh uji selanjutnya
Sack dan bags ditentukan yang akan diambil contoh ujinya dari populasi drum yang
ada
Alat dan wadah yang sesuai disiapkan, alat pengambil contoh yang digunakan
sesuai dengan buku panduan penggunaan alat (manual book)
Lalu dipindahkan secara hati-hati contoh uji dalam alat ke dalam wadah yang sesuai
dan tutup rapat
Contoh uji disimpan ke dalam ice box dengan suhu 0ᴼC sampai dengan 6ᴼC
Semua peralatan pengambil contoh uji dan alat-alat lainnya dibersihkan agar bebas
kontaminasi dan dapat digunakan untuk pengambilan contoh uji selanjutnya
Ditentukan secara acak nomor open-bed truck yang akan diambil, jika jumlah open-
bed truck lebih dari 1
Lalu digunakan alat pengambil contoh sesuai dengan buku panduan penggunaan
alat (manual book)
Kemudian dipindahkan secara hati-hati contoh uji dalam alat ke dalam wadah yang
sesuai dan tutup rapat
Diberi identitas yang berisikan informasi yang jelas pada wadah contoh uji dan
disimpan contoh uji ke dalam ice box dengan suhu 0ᴼC sampai dengan 6ᴼC
Kemudian dibersihkan semua peralatan pengambil contoh uji dan alat-alat lainnya
agar bebas kontaminasi dan dapat digunakan untuk pengambilan contoh uji
selanjutnya dan dikirim contoh uji ke laboratorium beserta formulir chain of
custody
Ditentukan secara acak nomor closed-bed truck yang akan diambil jika jumlah
open-bed truck lebih dari 1
Lalu digunakan alat pengambil contoh sesuai dengan buku panduan penggunaan
alat (manual book)
Kemudian dipindahkan secara hati-hati contoh uji dalam alat ke dalam wadah yang
sesuai dan tutup rapat
Diberi identitas yang berisikan informasi yang jelas pada wadah contoh uji dan
disimpan contoh uji ke dalam ice box dengan suhu 0ᴼC sampai dengan 6ᴼC
Kemudian dibersihkan semua peralatan pengambil contoh uji dan alat-alat lainnya
agar bebas kontaminasi dan dapat digunakan untuk pengambilan contoh uji
selanjutnya dan dikirim contoh uji ke laboratorium beserta formulir chain of
custody
6. Cara pengambilan contoh uji yang dikemas dalam Storage tank atau bin
menggunakan Trier dan Thief
7. Cara pengambilan contoh uji dalam Waste pile menggunakan Trier dan
Thief
8. Cara pengambilan contoh uji dalam Pond, lagoon & pit menggunakan
Trier, Thief, Dipper, weighted bottle sampler dan Eckman grab
9. Cara pengambilan contoh uji dalam conveyor belt menggunakan Trier
10. Cara pengambilan contoh uji di silo
11. Cara pengambilan contoh uji untuk uji karakteristik infeksius
Pengambilan contoh uji untuk karakteristik infeksius mengikuti tata cara
pengambilan contoh uji dari instansi teknis yang membidangi masalah
kesehatan. Laboratorium yang akan melakukan pengambilan contoh uji
dan pengujian untuk karakteristik infeksius diwajibkan memiliki personil
yang telah mengikuti pelatihan biosafety.
12. Cara pengambilan contoh uji untuk uji mudah meledak
Pengambilan contoh uji untuk uji mudah meledak dilakukan sesuai dengan
teknik pengambilan contoh uji pada tahap 1 sampai dengan 11.
Pembuatan larutan kerja dengan konsentrasi 0,0 µg/ml; 0,2 µg/ml; 0,4
µg/ml; 0,6 µg/ml; 0,8 µg/ml; dan 1,0 µg/ml
Penentuan kadar timbal, Pb secara destruksi asam
Pengukuran blanko
Pembuatan Spike Matrix
Kadar Air
Ka = (Csb-Cst )/Cst x 100%
Ka adalah kadar air (%)
Csb adalah berat contoh uji sebelum dipanaskan (berat kering udara) (g)
Cst adalah berat contoh uji setelah dipanaskan (berat kering) (g)
C = Y/V × C
y adalah volume standar yang ditambahkan (ml)
c adalah kadar timbal, Pb yang ditambahkan (μg/ml)
v adalah berat contoh uji (g)
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Data Linearitas
Volume
Stock standar Volume stock Konsentrasi
akhir Absorban
(ppm) standar (mL) (ppm)
(mL)
10 0 25 0 0
10 0,5 25 0,2 0,19
10 1 25 0,4 0,39
10 1,5 25 0,6 0,62
10 2 25 0,8 0,81
10 2,5 25 1 0,99
Absorban
1,2
1 y = 1,0057x - 0,0029
R² = 0,9989
0,8
Absorban
0,6
Absorban
0,4
Linear (Absorban)
0,2
0
-0,2 0 0,5 1 1,5
Konsentrasi (ppm)
Perhitungan :
Volume
Hasil
Kode Pb Hasil Recovery
Absorbansi Analisis
Sampel Spike Teori (%)
(mg/L)
(ml)
spike 1 0,0570 3,00 0,2063 0,2080 6,9322
spike 2 0,0570 3,00 0,3030 0,3042 10,1389
spike 3 0,0570 3,00 0,3210 0,3221 10,7355
spike 4 0,0558 2,94 0,4990 0,4991 16,9549
spike 5 0,0558 2,94 0,5010 0,5010 17,0224
spike 6 0,0558 2,94 0,5210 0,5209 17,6981
spike 7 0,1229 6,01 0,7890 0,7874 13,0991
spike 8 0,1229 6,01 0,8430 0,8411 13,9924
spike 9 0,1229 6,01 0,8110 0,8093 13,4631
Perhitungan :
3.2 Pembahasan
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya
dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun
kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara
yaitu pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan pengolahan limbah padat dengan
pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan : limbah padat yang tidak mengandung
unsur kimia yang beracun dan berbahaya dapat langsung dibuang ke tempat tertentu
sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Limbah padat dengan pengolahan : limbah
padat mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya harus diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke tempat – tempat tertentu. Limbah yang dihasilkan akibat berbagai
aktivitas manusia, baik dalam bentuk cair, padat, maupun gas merupakan ancaman
yang apabila tidak diantisipasi dari dini dan diolah secara tepat dapat menjadi bencana
bagi kehidupan di bumi.
Paparan kontaminasi logam berat yang hadir, meskipun dalam konsentrasi
rendah di lingkungan, dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah
industri merupakan toksikan yang sangat berbahaya, terutama yang melibatkan logam
berat dalam proses produksinya (Priadi 2014). Logam berat banyak digunakan pada
industri, seperti industri kimia, semen, peleburan logam, pertambangan, baterai, cat dan
industri lainya. Kontaminasi oleh logam berat menjadi perhatian serius karena dapat
mencemari tanah maupun air tanah serta dapat menyebar ke daerah sekitarnya melalui
air, angin, dan terakumulasi oleh tumbuhan (Rismawati, 2011). Contoh bahaya logam
berat yaitu Timbal (Pb). Timbal mempunyai berat atom 207,21; berat jenis 11,34;
bersifat lunak serta berwarna biru atau silver abu - abu dengan kilau logam, nomor
atom 82 mempunyai titik leleh 327,4ºC dan titik didih 1.620ºC. Timbal termasuk logam
berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air.
Timbal adalah sebuah unsur yang biasanya ditemukan di dalam batu - batuan, tanah,
tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya dalam
bentuk garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya berbentuk
timbal organik.Pengujian terhadap kadar Timbal sering dilakukan.
Regresi yang dihasilkan pada data yang dihasilkan yaitu 0.9989, hal ini
menunjukkan angka yang bagus artinya sudah sesuai dengan SNI 06-6992.3.2004 yaitu
memenuhi nilai regresi lebih dari 0.99. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor p.10/MENLHK/SETJEN/PLB.3/4/2020
tentang tata cara uji karakteristik dan penetapan status limbah bahan berbahaya dan
beracun bahwa nilai yaitu TK B 1500 mg/Kg sedangkan berdasarkan analisis yang
dilakukan data tersebut tidak memernuhi persyaratan regulasi TK B 1500 mg/kg.
Kemudian nilai RSD dan RSDH diperoleh masing-masing sebesar 43.04% dan
5.8006% atau dalam istilah lain %RSD > %RSDH sehingga dapat dikatakan data tidak
presisi. Berdasarkan SNI 06-6992.3.2004 yaitu kisaran persen temu balik yaitu sebesar
80-120% atau dapat dikatakan sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam sertifikat
CRM.
BAB 4
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kandungan Timbal
(Pb) pada sampel yaitu tapioka mempunyai nilai cemaran di bawah konsentrasi dan
regulasi yang ditetapkan. Pengujian ini dilakukan secara spektrofotometer Serapan
Atom (SSA). Adapun nilai-nilai yang dilihat yaitu nilai RSD, RSDH, dan CRM. Data
tersebut juga menunjukkan tingkat yang tidak presisi karena %RSD > %RSDH.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan limbah padat.
Berdasarkan SNI 06-6992.3.2004, kisaran persen temu balik adalah sebesar 80-120%
atau sesuai dengan kriteria dalam sertifikat CRM, sedangkan nilai %recovery yang
diperoleh dibawah 20% sehingga dapat dinyatakan bahwa data yang diperoleh tidak
dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 06-6992.3.2004 tentang Cara Uji
Timbal (Pb) secara Destruksi Asam dengan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2018. SNI 8520:2018 tentang Cara Pengambilan
Contoh Uji Limbah B3 Padat. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Priadi, Cindy Rianti., Anita., Sari Putri N., Moersidik, Setyo S. 2014. Adsorpsi Logam
Seng dan Timbal pada Limbah Cair Industri Keramik oleh Limbah Tanah Liat.
Reaktor. 10-19.