Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM I

LABORATORIUM LINGKUNGAN
TL 3103
Metode Sampling, Metode Pengawetan Sampel, dan Analisa Parameter Fisik

Nama Praktikan : Alifya Salsadila


NIM : 15318027

Tanggal Praktikum : 24 September 2020


Tanggal Penyerahan : 1 Oktober 2020
PJ Modul : 1. M. Yusuf Habibullah
2. Arisa F. Pangaribuan
Asisten yang bertugas : 1. Cindy Maura Bernadine
2. Syams A
3. Miftahir Rizka
4. Muhammad Farhan Huda
5. Fathiya Mufidah
6. Putri Shafa Kamila

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Kamis, 23 September 2020

MODUL I
METODE SAMPLING

I. Tujuan

1. Menentukan teknik pengambilan sampel yang tepat.


2. Menentukan faktor yang memengaruhi kualitas sampel air.
3. Menentukan titik sampling yang representatif.

II. Landasan Teori

Data pengujian parameter kualitas air yang akurat harus berasal dari contoh (sample) air yang
representatif. Dengan demikian, pengambilan sampel air harus akurat dan menggambarkan kondisi
kualitas bada air yang akan diuji. Sampel yang memiliki konsentrasi dan karakteristik yang relatif sama
serta tidak mengalami perubahan yang berarti dengan komponen air yang akan diteliti dapat disebut
sebagai contoh air yang representatif. Cara mendapatkannya agar sampel dapat mewakili data yang
sebenarnya diperlukan prosedur pengambilan yang tepat, di antaranya pemilihan lokasi yang tepat,
teknik pengambilan yang benar, metode pengawetan sampel yang sesuai dan cara penempatan sampel
hingga pengiriman ke laboratorium.

Lokasi pengambilan contoh dipilih agar contoh air yang diambil benar-benar mewakili kondisi badan
air tersebut dan diperoleh hasil pengukuran yang representatif. Tujuan dari pengukuran/pemantauan dan
pengetahuan tentang kondisi geografis dari badan air yang akan diteliti merupakan pertimbangan dalam
pemilihan lokasi. Teknik pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu grab sampling dan composite
sampling. Pengambilan sampel yang dilakukan pada satu waktu atau hanya sekali disebut grab
sampling. Teknik ini cocok untuk kondisi badan air yang relatif stabil. Sedangkan pengambilan sampel
yang dilakukan dalam periode waktu tertentu untuk mengetahui peerubahan komposisinya terhadap
waktu digunakan teknik composite sampling. Teknik ini coock digunakan pada badan air yang
kondisinya tidak stabil dan aktivitasnya dipengaruhi atau berubah tergantung waktu.

Alat yang digunakan untuk pengambilan air akan mempengaruhi kualitas sampel air. Oleh karena itu,
alat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang tiadk bereaksi dengan air dan memengaruhi kualitas air.
b. Mudah dicuci untuk menghilangkan kontaminan dari sampel air yang sebelumnya.
c. Mudah dibawa
d. Kapasitas volume yang dapat ditampung sekitar satu sampai lima liter.

Sedangkan wadah untuk sampel juga harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Dapat ditutup dengan rapat untuk menghindari terjadinya tumpahan atau kontaminasi.
b. Bersih dan mudah dicuci.
c. Tidak mudah pecah.
d. Tidak mudah menyerap senyawa kimia dari contoh air.
e. Terbuat dari bahan yang tidak mengotori air.
f. Tidak menimbulkan reaksi anatara senyawa kimia dari contoh air maupun dari bahan wadah.
Setelah sampel didapatkan, proses selanjutnya juga cukup penting dalam menjaga kualitas sampel air.
Selama pengangkutan, sampel air harus didinginkan dengan memasukkan potongan-potongan box
pengangkutan (20 liter) peralatan dan pereaksi yang harus dibawa untuk pengukuran lapangan, di
anataranya thermometer, pH meter, conductivity meter, DO meter, dan titrasi asiditas-alakalinitas.
Peralatan tersebut bersifat portable sehingga mudah dibawa.
III. Prinsip Praktikum
Praktikum ini menggunakan prinsip yaitu mengumpulkan volume dari badan air yang akan diteliti
kualitasnya dengan volume sekecil mungkin tetapi tidak merubah karakteristik dan komposisinya sehingga
tetap representatif terhadap kondisi bdan air sebenarnya. Agar contoh air representatif, pemilihan lokasi
harus tepat, teknik pengambilan yang benar, serta metode pengawetan yang sesuai.

IV. Alat dan Bahan


IV.1. Alat
1. Water somposite sampler
2. Sampler automatic dengan 12 atau 24 botol sampel
3. Horizontal water sampler
4. Vertical water sampler
5. Wadah dari gelas plastik
6. Water quality checker Horiba U-20
7. Box pendingin
IV.2. Bahan
1. Sampel air
2. H2SO4 pekat atau HNO3 pekat atau HCL pekat atau NaOH

V. Cara Kerja

VI. Data Hasil Praktikum


No. Titik Pengambilan Wadah Penyimpanan Preservasi
Sampel
1. Permukaan pinggir sungai Jerigen plastik 1 Liter Pendinginan 4oC
2. Permukaan pinggir sungai Botol plastik 500 mL Asam Sulfat
3. Permukaan pinggir sungai Jerigen plastik 500 mL Asam nitrat
4. Permukaan pinggir sungai Botol plastiik 250 mL NaOH
5. Permukaan pinggir sungai Botol kaca I L Asam Sulfat
6. Kedalaman tertentu di Ember penampungan
tengah sungai

VII. Pengolahan Data


(Tidak ada rumus yang digunakandan juga data yang diolah)
VIII. Pembahasan

Sebelum pergi menuju tempat pengambilan sampel, perlu mempersiapkan alat dan bahan dari
laboratorium yang akan digunakan dalam metode sampling di lapangan. Beberapa di antaranya,
yaitu:
1. Alat pengambil sampel.
Terdapat dua jenis alat pengambil sampel yang digunakan yaitu gayung dan ember untuk
mengambil air di permukaan dan water sampler vertikal untuk mengambil sampel di
kedalaman tertentu. Misalnya di dasar atau di tengah sungai atau danau.
2. Botol atau wadah menyimpan sampel.
Botol dapat terbuat dari plastik maupun kaca sesuai dengan parameter yang ingin dianalisis
dari sampel. Tiap jenis botol juga dilakukan pengawetan berbeda. Botol-botol yang digunakan
pada praktikum ini:
a. Jerigen plastik 1 Liter dengan preservasi 4oC.
Botol ini digunakan untuk menyimpan sampel yang akan diukur kandungan BOD,
kesadahan, asiditas-alkalinitas, dan kadar sulfat.
b. Jerigen plastik 500 mL dengan preservasi asam nitrat.
Botol ini digunakan untuk menyimpan sampel yang akan diukur kandungan logam berat
(Cu, Pb, Zn, Ni, dan lain-lain).
c. Jerigen plastik 500 mL dengan preservasi asam sulfat.
Botol ini digunakan untuk menyimpan sampel yang akan diukur kandungan COD,
Amonia, dan phenol.
d. Botol plastik 250 mL dengan preservasi NaOH.
Botol ini digunakan untuk menyimpan sampel yang akan diukur kandungan sianida dan
sulfida.
e. Botol kaca 1 Liter dengan preservasi 4oC.
Botol ini digunakan untuk menyimpan sampel yang akan diukur komposisi oil and grease
dan TPH.
Wadah di atas dipilih karena memenuhi syarat:
- Dapat ditutup dengan rapat untuk menghindari terjadinya tumpahan atau kontaminasi.
- Bersih dan mudah dicuci agar dapat digunakan berulang kali.
- Tidak mudah pecah (kecuali botol kaca).
- Tidak mudah menyerap senyawa kimia dari contoh air sehingga sampel tetap representatif.
- Terbuat dari bahan yang tidak mengotori air agar tidak menambah polusi di air.
- Tidak menimbulkan reaksi anatara senyawa kimia dari contoh air maupun dari bahan wadah
agar kandungan parameter yang diukur dalam sampel tidak berubah.

3. Bahan pengawet seperti asam sulfat pekat, asam nitrat, dan NaOH (akan dibahas lebih lanjut
di laporan berikutnya).
Setelah sampai di lapangan dimulai proses sampling. Pada praktikum ini, badan air yang diteliti
yaitu sumber air permukaan berupa sungai. Menurut SNI 6989.57:2008, titik pengambilan contoh
air sungai ditentukan berdasarkan debit air sungai sebagai berikut:
a. sungai dengan debit kurang dari 5 m3 /detik, contoh diambil pada satu titik di tengah sungai
pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
b. sungai dengan debit antara 5-150 m3 /detik, contoh diambil pada dua titik masing-masing pada
jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
c. sungai dengan debit lebih dari 150 m3 /detik contoh diambil minimun pada enam titik masing-
masing pada jarak ¼, ½ dan ¾ lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan
air.
Akan tetapi, pada praktikum ini tidak dilakukan pengukuran debit sungai terlebih dahulu sehingga
pengambilan sampel dilakukan di pinggir sungai di tempat yang nyaman dengan mempertimbangkan
kemananan pula. Hal ini dilakukan untuk memudahkan praktikan dengan asumsi sampel air yang
diambil sudah cukup representatif.
Setelah mendapatkan posisi yang nyaman dimulailah proses pengambilan sampel dari permukaan
sungai menggunakan gayung dan ember. Sebelum sampel air dari gayung dimasukkan ke dalam
botol penyimpanan, botol atau wadah terlebih dahulu dibilas menggunakan air sampel sambal
dikocok. Tujuannya agar apabila masih ada sisa sampel sebelumnya di dalam wadah, dapat terbuang
dan wadah terisi homogen oleh sampel baru sehingga hasil pengukuran nantinya tidak dipengaruhi
zat sisa dari sampel sebelumnya.
Setelah dibilas, sampel dimasukkan ke dalam lima wadah yang sudah disiapkan sebelumya.
Kemudian botol-botol berisi sampel dimasukkan ke dalam cooler box agar terjaga kualitasnya
sebagai salah satu bentuk usaha pengawetan.
Langkah selanjutnya setelah mengambil sampel air di permukaan dilakukan pengambilan sampel
pada kedalaman tertentu. Sebelum memulai, praktikan pindah ke tempat yang ada jembatannya
terlebih dahulu. Tujuannya agar mempermudah mengambil sampel dengan menggunakan vertical
water sampler. Cara kerjanya yang pertama turunkan water sampler dari jembatan sampai ke
kedalaman yang diinginkan. Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan, bandul besi diturunkan
agar menutup tutup dari water sampler secara automatis sehingga saat diangkat, sampel air yang
sudah diambil tidak tumpah maupun tercampur dengan air dari kedalaman lain yang berbeda.
Kemudian angkat water sampler dan masukkan sampel ke ember atau penampungan.
Secara umum, terdapat dua teknik pengambilan air sampel, yaitu grab sample dan composite sample.
Praktikum ini menggunakan teknik grab sample karena hanya dilakukan satu kali pada satu waktu
di satu lokais yang sama. Teknik ini dipilih karena sungai yang dipilih dianggap memiliki kualitas
dan kuantitas yang relatif stabil terhadap perubahan cuaca maupun masukan-masukan lain ke dalam
sungai.

IX. Kesimpulan

1. Teknik pengambilan sampel yang tepat untuk percobaan kali ini adalah grab sample yang
hanya dilakukan satu kali di satu waktu dan lokasi yang sama.
2. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kualitas sampel air yaitu pemilihan titik sampling,
teknik pengambilan sampel, dan metode pengawetan serta wadah penyimpanan yang
digunakan.
3. Titik sampling yang representatif pada praktikum ini yaitu di sisi pinggir sungai bagian
permukaan dan di sisi tengah sungai pada kedalaman tertentu.

X. Daftar Pustaka

American Public Health Association. 2017. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater, 23rd Edition.
Anonim. Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air.
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TM_6_Teknik_Sampling_Kualitas_Air.pdf (diakses
30 September 2020).
Badan Standardisasi Nasional. SNI 6989.57:2008. Air dan Air Limbah: Metoda Contoh
Pengambilan Air Permukaan. https://www.slideshare.net/miemamk/sni-6989572008-
tentang-air-dan-air-limbah-bagian-57-metoda-pengambilan-contoh-air-permukaan (diakses
30 September 2020).
Lodge James R. 1989. Method of Air Sampling and Analysis, Third Edition. Michigan: Lewis
Publisher, Inc.
Sawyer, Clair N. 2003. Chemistry for Environmental Engineering and Science. North America:
Mc. Graw Hill.
Kamis, 23 September 2020

MODUL I
METODE PENGAWETAN SAMPEL

I. Tujuan

1. Menentukan hubungan karakteristik parameter sampel dengan metode pengawetan.


2. Menentukan jenis botol yang sesuai dengan karakteristik parameter.
3. Menentukan jenis senyawa pengawet yang sesuai dengan karakteristik parameter.

II. Landasan Teori

Agar contoh air tidak mengalami peerubahan kualitas selama perjalanan dari lokasi pengambilan
sampel hingga ke laboratorium dan selama penyimpanan sebelum dianalisis, maka dilakukan
pengawetan contoh air. Karakteristik parameter menentukan metode pengwatean yang dipilih.
Setiap pengawetan yang dilakukan juga mempunyai batas waktu pengawetan, karena proses
pengawetan contoh air adalah proses yang dilakukan dengan tujuan agar senyawa kimia yang akan
diuji tidak berubah selama penyimpanan.

Air secara alamiah selalu mengandung bahan–bahan atau senyawa kimia yang tersuspensi atau
tidak larut seperti kekeruhan, senyawa-senyawa kimia yang terlarut seperti mineral, NaCl (garam)
dan gas yang terdispersi dalam air seperti gas oksigen (O2) dan CO2 terlarut. Apabila senyawa-
senyawa tersebut mengalami perubahan fisik missal temperature dan tekanan atau senyawa-
senyawa itu saling bereaksi membentuk senyawa baru, maka dapat terjadi perubahan dari
senyawa-senyawa alamiah air.

Senyawa di dalam air dapat dikategorikan menjadi tiga, di antaranya senyawa/molekul kimia yang
relatif stabil, senyawa yang konsentrasinya berubah cepat, dan molekul yang mudah berubah tetapi
masih bisa diawetkan. Natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida dan sulfat tidak mudah
berubah untuk jangka waktu tertentu sehingga tidak perlu diawetkan jika sampel air akan segera
dianalisi. Sedangkan senyawa yang berubah dengan cepat konsentrasinya seperti gas-gas terlarut
dalam air (O2 terlarut, gas Cl2 sebagai disinfektan) akan berubah terhadap perubahan temperatur
dan tekanan air. Untuk kategori seperti ini harus dilakukan pengukuran dengan segera yaitu
pengukuran di lapangan dan tidak dilakukan pengawetan. Untuk kategori senyawa yang masih
bisa diawetkan maka dipilih metode yang tepat dan disimpan dalam waktu terbatas.

Parameter ammonia, diawetkan dengan cara diasamkan dengan H2SO4 pekat sampai pH 2, dengan
waktu penyimpanan paling lama 28 hari harus sudah dilakukan pengukuran. Selain zat yang
digunakan penting juga untuk menentukan jenis botol yang dipakai. Misalnya suatu parameter
tertentu hanya dapat disimpan pada botol berbahan plastik, Sebagian lainnya hanya dengan
menggunakan botol gelas (kaca). Ada juga parameter yang dapat disimpan pada kedua jenis botol
tersebut. Secara umum, pengawetan contoh air dapat dibagi menjadi:
a. Pengawetan dengan cara pendinginan 4 oC
Contohnya untuk parameter BOD, asidialkalinitas, warna, konduktivitas dan lain-lain.
b. Pengawetan dengan penambahan H2SO4 pekat sampai pH < 2 dan pendinginan 4 oC.
(untuk 1 liter contoh air ditambah ±1 ml H2SO4 pekat).
Contohnya parameter COD, TOC, Fosfat, Ammonia, dan lain-lain.
c. Pengawetan dengan penambahan HNO3 pekat sampai pH < 2 dan pendinginan 4 oC
(contoh air ditambah ±1 ml HNO3 pekat per liter).
Contohnya untuk parameter logam berat, kesadahan, dan lain-lain.
d. Pengawet dengan penambahan NaOH sampai pH 12
Contohnya untuk parameter H2S dan CN.
III. Prinsip Praktikum

Pada praktikum ini prinsip yang digunakan yaitu menemukan metode atau cara pengawetan serta
wadah penyimpanan yang tepat berdasarkan parameter yang akan dianalisis hingga waktu tertentu.
Pengawetan yang dilakukan bisa dengan cara didinginkan atau ditambahkan zat pengawet yang
tidak mengubah konsentrasi dari sampel air sehingga contoh air tetap terjaga kualitasnya dan
representatif.

IV. Alat dan Bahan

IV.1. Alat
1. Wadah berupa botol plastik
2. Wadah berupa botol kaca
3. Cooling box
IV.2. Bahan
1. H2SO4 pekat
2. HNO3 pekat
3. HCL pekat
4. NaOH

V. Cara Kerja

VI. Data Hasil Praktikum

Jenis Botol Volume


sampel Batas Waktu
Parameter Penyimpanan Cara Pengawetan
Penyimpanan
(P/G) ( mL )

Asiditas/alkalinitas Botol Plastik 1 Liter Pendinginan 40C 24 jam


BOD Botol Plastik 1 Liter Pendinginan 40C 24 jam

Sulfat Botol Plastik 1 Liter Pendinginan 40C 28 hari

COD Jerigen plastik 500 mL Asam sulfat 28 hari

Color Botol Plastik 50 mL Pendinginan 40C 48 jam

Conductivity Botol plastik 100 mL Pendinginan 40C 28 jam

Logam berat total Jerigen plastik 500 mL Asam nitrat 28 hari

Ammonia Jerigen plastik 500 mL Asam sulfat 28 hari

Oil and Grease Botol kaca 1 Liter Pendinginan 40C, asam sulfat 48 jam

VII. Pengolahan Data


(Tidak ada rumus yang digunakan)

VIII. Pembahasan

Pengawetan contoh untuk parameter tertentu diperlukan apabila pemeriksaan tidak dapat langsung
dilakukan setelah pengambilan contoh. Jenis bahan pengawet yang digunakan dan lama
penyimpanan berbeda-beda tergantung pada jenis parameter yang akan diperiksa. Bahan kimia
yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan bahan kimia untuk analisis dan tidak
mengganggu atau mengubah kadar zat yang diperiksa.

Pada laporan sebelumnya dijelaskan bahwa setelah sampel air diambil dari permukaan sisi pinggir
sungai, lalu dimasukkan ke dalam lima wadah yang sesuai dengan parameter yang akan diuji.
Setelah dimasukkan ke dalam wadah, sampel air diberikan zat pengawet yag sesuai, yaitu asam
sulfat untuk botol plastik 500 mL, asam nitrat untuk botol plastik 500 mL, NaOH untuk votol
plastik 250 mL, dan asam sulfat ditambahkan juga pada botol kaca 1 liter (pengawetan cara kimia).
Sedangkan pada jerigen berisi sampel 1 liter hanya dilakukan pendinginan pada suhu 4oC
(pengawetan cara fisika). Zat pengawet yang diteteskan ke dalam wadah penyimpanan mengikuti
aturan untuk 1 liter sampel diberikan 1 mL sampel. Satu tetes dari pipet tetes memiliki volume
kurang lebih 0,05 mL, sehingga untuk sampel air sebanyak 1 Liter diperlukan 20 tetes zat
pengawet.

Pada saat menambahkan pengawet ke dalam wadah penyimpanan, setelah diberikan pengawet
wadah langsung ditutup agar tidak terkontaminasi udara dari luar sehingga mengubah kualitasnya.
Setelah itu, botol dikocok ringan agar homogen atau pengawet tercampur rata di dalam air sampel.
NaOH yang digunakan sebagai pengawet memiliki konsentrasi >40%, sedangkan asam yang
digunakan memiliki pH<2, dan basa pH>12. Penambahan asam sulfat (H2SO4) juga berfungsi
untuk untuk melarutkan endapan yang terbentuk. Penambahan bahan pengawet tidak boleh
bersifat mengencerkan volume sampel, karena itu bahan pengawet harus dalam keadaan pekat.
Dalam prakteknya, penambahan bahan pengawet 1,5 mL – 5 mL asam nitrat pekat (HNO3) per-
liter sampel mengakibatkan pH sampel kurang dari 2.

IX. Kesimpulan

1. Karakteristik parameter sampel sangat memengaruhi metode pengawetan yang digunakan


pada sampel air. Metode pengawetan yang dapat dipilih berupa pengawetan fisik dan kimia.
2. Jenis botol yang dapat dipilih sebagai wadah penyimpanan dan pengawetan adalah botol
plastik dan kaca. Botol plastik digunakan pada banyak parameter, namun botol kaca hanya
digunakan untuk parameter oil and grease dan TPH.
3. Jenis senyawa pengawet ada yang asam (pH<2) dan basa (pH>12) yang dapat dipilih sesuai
dengan parameter.

X. Daftar Pustaka

American Public Health Association. 2017. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater, 23rd Edition.
Anonim. Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air.
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TM_6_Teknik_Sampling_Kualitas_Air.pdf (diakses
30 September 2020).
Badan Standardisasi Nasional. SNI 6989.57:2008. Air dan Air Limbah: Metoda Contoh
Pengambilan Air Permukaan. https://www.slideshare.net/miemamk/sni-6989572008-
tentang-air-dan-air-limbah-bagian-57-metoda-pengambilan-contoh-air-permukaan (diakses
30 September 2020).
Lodge James R. 1989. Method of Air Sampling and Analysis, Third Edition. Michigan: Lewis
Publisher, Inc.
Sawyer, Clair N. 2003. Chemistry for Environmental Engineering and Science. North America:
Mc. Graw Hill.
Kamis, 23 September 2020

MODUL II-VII
ANALISIS PARAMETER FISIK AIR

I. Tujuan

1. Menentukan kualitas air melalui parameter temperatur.


2. Menentukan kualitas air melalui parameter transparasi (kecerahan).
3. Menentukan kualitas air melalui parameter warna.
4. Menentukan kualitas air melalui parameter kekeruhan (turbidity).
5. Menentukan kualitas air melalui parameter konduktivitas (daya hantar listrik).
6. Menentukan kualitas air melalui parameter pH.

II. Landasan Teori

Kehidupan biota air sangat bergantung terhadap parameter fisik air yaitu temperatur. Parameter
temperatur harus dilakukan pengukuran langsung di lapangan menggunakan thermometer gelas
yang berisi alkohol atau merkuri (ketelitian 0,1 oC). Bisa juga diukur dengan thermometer
elektronik.

Kemampuan sinar matahari untuk menembus ke dalam air dinyatakan dalam parameter fisik
berupa transparansi. Warna dan kekeruhan dari air sangat menentukan parameter ini. Alat yang
digunakan untuk mengukur kecerahan adalah Piringan Secchi (Secchi Disc). Piringan Secchi
adalah suatu piringan yang terbuat dari logam atau plastik dengan diameter 20 atau 30 cm, dengan
diberi warna hitam dan putih silih berganti dan dilengkapi dengan tali pengikat (sampai 30 meter)
untuk menurunkan alat tersebut. Data kecerahan sangat penting untuk kelangsungan kehidupan
biota air laut atau terumbu karang, juga digunakan untuk baku mutu air laut yang berhubungan
dengan bidang parawisata.

Parameter fisik lainnya yaitu warna yang disebabkan oleh karakteristik zat-zat yang terdapat di
dalam air, bukan disebabkan oleh molekul air itu sendiri. Air yang berwarna menandakan adanya
kontaminasi. Terdapat dua jenis warna, yaitu warna sejati yang disebabkan oleh adanya senyawa
organik yang larut, dan warna semua akibat zat-zat tersuspensi. Secara estetika, adanya warna
dalam air minum atau air bersih dapat menganggu. Selain itu, kemungkinan zat organik atau
kekeruhan penyebab air berwarna dapat berupa senyawa yang toksik, yang dapat membahayakan
kesehatan. Pengukuran warna air alam dilakukan dengan cara membandingkan warna air dengan
warna sintetis sebagai warna standard, yaitu yang terbuat dari campuran K2PtCl6 dan CoCl2.

Air yang mengandung banyak partikel tersuspensi dengan ukuran partikel bervariasi dari koloid
hingga lumpur kasar (settleable solids) disebut air keruh. Sumber kekeruhan dapat berasal dari
berbagai kegiatan manusia, seperti kegiatan pertanian, pertambangan terbuka, sehingga banyak
tanah yang terbawa oleh aliran air hujan. Demikian juga air limbah domestik memberikan
kontribusi peningkatan kekeruhan di air permukaan. Efek partikel suspense yang menyebabkan
kekeruhan dapat berpengaruh pada kesehatan (air minum), estetika, dan proses disinfeksi. Pada
kekruhan kita dapat mengukur TSS (Total Suspended Solid) dengan alat turbidimeter.
Adanya mineral yang terionisasi dalam air menyebabkan konduktivitas. Parameter ini diukur
dengn conductivitymeter. Data konduktivitas sering dihubungkan dengan kadar zat terlarut (TDS=
Total dissolved Solid) di dalam air.

PH air yang tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi H+ rendah, yang berarti air bersifat alkalis
(basa). Sebaliknya jika konsentrasi H+ tinggi, maka pH air menjadi rendah dan air bersifat asam
(acid). Data pH sangat diperlukan untuk mengetahui apakah air tersebut memenuhi persyaratan
tertentu, misalnya untuk air minum disyaratkan pH antara pH 6,5 -8,5.
III. Prinsip Praktikum

Prinsip yang digunakan pada praktikum parameter fisik ini adalah mengukur temperatur,
transparansi, kekeruhan, warna, konduktivitas, dan pH pada sampel air. Prinsip pengukuran
transparansi adalah dengan menurunkan atau menaikkan piringan Secchi di dalam air sampai
piringan Secchi tidak tampak lagi. Prinsip pada pengukuran warna yaitu Warna dalam air diukur
dengan metode visual, yaitu contoh air dibandingkan larutan standar yang terbuat dari K2PtCl6
dan Cobalt yang sudah diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar pengukuran konduktivitas dengan
cara mencelupkan elektrode yang dialiri arus listrik ke dalam air, dan hasil pengukuran
konduktivitas sangat dipengaruhi oleh temperatur, oleh sebab itu standar pengukuran pada
temperatur 25oC.

IV. Alat dan Bahan

IV.1. Alat
1. Thermometer gelas
2. Alat bantu berdiri seperti jembatan
3. Secchi Disk
4. Tabung Nessler
5. pH meter
6. Kertas indicator pH
7. Centrifuge
8. Labu ukur
9. Turbidimeter
10. Conductivitymeter
IV.2. Bahan
1. Sampel air
2. Campuran K2PtCl6 dan CoCl2
3. Larutan standar silika atau formazin
4. Larutan indicator pH
5. Hydrazine sulfate, (NH2)2.H2SO4
6. Hexamethylenetetramine, (CH2)6N4
7. Larutan standar KCl 0,0100 M

V. Cara Kerja
VI. Data Hasil Praktikum
Parameter Fisik Sampel air 1
Transparansi
Temperatur 24,6oC
pH 6,59
Konduktivitas 143,5 µS
Turbidity 1,05 NTU
Warna 250 PtCo

VII. Pengolahan Data

✓ 1 unit kekeruhan = 1 mg SiO2/L


✓ Satuan yang dapat digunakan untuk menyatakan kekeruhan dalam air adalah:
a. NTU (Nephelometric Turbidity Unit).
b. FTU (Formazin Turbidity Unit)
c. JTU (Jackson Candle Turbidity Unit)
d. mg/L SiO2.
✓ Kc = Ct/Cm
keterangan:
Kc = Konstanta sel eletrode
Ct = Nilai konduktifitas teoritis untuk larutan KCl
Cm = Nilai konduktifitas yang ditunjukkan oleh alat.
✓ TDS (mg/l) = (0,5 -0,75) x konduktivitas (µS/cm)
✓ KCl 0,01 M = 1413 µS/cm
✓ pH = -log [H+]

VIII. Pembahasan

Parameter fisik yang diukur pertama kali yaitu transparansi. Parameter ini diukur langsung di
lapangan ketika pengambilan sampel menggunakan alat Sacchi disk. Langkah pertama yaitu
masukkan atau celupkan Sacchi disk ke dalam sungai dari atas jembatan sampai tidak terlihat.
Kemudian Tarik dan ukur berapa meter panjang tali yang terendam atau basah. Akan tetapi,
apabila pengukuran ingin lebih akurat dapat dilakukan duplo dengan cara merendam Sacchi disk
sampai kedalaman yang masih sedikit terlihat lalu ditarik dan diukur panjang tali yang basah.
Setelah itu, masukkan kembali alat sampai kedalaman yang sudah tidak terlihat lalu Tarik dan
ukur kembali panjang tali yang terendam. Hasil pengukuran didapatkan denganj cara mencari rata-
rata dari dua kedalaman tersebut. Pada praktikum ini hanya dilakukan sekali tidak duplo
dikarenakan sungai yang diukur tidak terlalu dalam dan biasanya parameter transparansi ini
penting untuk baku mutu laut dan danau sebagai tempat wisata sehingga pengukuran sekali saja
pada sungai sudah cukup. Ada beberapa persyaratan ketika mengukur menggunakan Sacchi Disk,
di antaranya harus di siang hari, cahaya matahari menembus ke air, mencatat kondisi cuaca
(berawan atau panas), dan catat nama pengamatnya. Harus di siang hari agar cahaya matahari yang
dapat menembus ke air tersedia sehingga pengukuran menjadi lebih jelas. Kondisi cuaca perlu
dicatat karena apabila terdapat awan dapat mengakibatkan pantulan bayangan pada air sehingga
pengukuran menjadi bias. Nama pengamat juga harus dicatat karena pengukuran ini sifatnya
sangat subjektif sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Pertauran MenLH yang
mengatur mengenai baku mutu air laut di dalamnya termasuk transparansi yaitu MenLH No. 51
tahun 2004 yaitu lebih dari 6 meter untuk wisata bahari.

Parameter temperatur dapat diukur secara langsung di lapangan maupun saat analisis di
laboratorium. Pada percobaan ini, temperatur tidak diukur secara langsung di lapangan untuk
mengefisienkan waktu dan tenaga. Selain itu, beberapa alat pengukur parameter lainnya sudah
memiliki pengukur temperatur sekaligus. Kondisi udara antara tempat pengambilan sampel dan
laboratorium tidak memiliki perbedaan yang ekstrem sehingga tidak terlalu memengaruhi hasil
pengukuran. Besarnya temperatur ditunjukkan pada alat conductivitymeter yaitu 24,6 oC.

Parameter selanjutnya yaitu pH. Sebelum menggunakan pH meter, alat terlebih dahulu dikalibrasi
dengan buffer pH 7 (mewakili kondisi netral), buffer pH 4 (kondisi asam), dan buffer pH 10
(kondisi basa). Kemudian elektroda dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tisu. Hal ini
bertujuan agar sisa-sisa larutan dari percobaan yang sebelumnya yang menempel pada elektroda
dapat larut terbilas sehingga tidak memengaruhi hasil pengukuran sampel yang ingin diukur.
Kemudian tekan tombol standardize, lalu tekan menu auto enter a buffer dan enter. Celupkan
elektroda pada buffer pH 7 dan 10. Setelah dilakukan kalibrasi, sampel dari jerigen dituangkan ke
dalam beaker glass, lalu masukkan elektroda pH meter hingga tercelup sedalam 1 cm. tunggu
sampai stabil dan hasil dapat dibaca di layer, yaitu pH = 6,59 (netral).

Kemudian parameter konduktivitas diukur dengan alat conductivitymeter. Pertama, alat dikalibrasi
dengan larutan KCl 0,01 N dan menunjukkan angka 1405 µS pada suhu 23,9 oC. Setelah itu,
sampel yang telah dituang ke beaker glass dicelupkan elekroda hingga cukup. Pada alat, terbaca
sampel air memiliki konduktivitas 143,5 µS pada temperatur 24,6 oC.

Mengukur kekeruhan (turbidity) dari sampel menggunakan alat turbidimeter yang sudah
dikalibrasi dengan larutan 0,02 NTU, 20 NTU, 100 NTU, dan 800 NTU dimulai dari 800 NTU
hingga 0,02 NTU. Setelah dikalibrasi, pada saat akan memasukkan sampel air, jerigen harus
dikocok agar sampel tercampur rata (homogen) dan hasil pengukuran lebih presisi. Botol yang
akan digunakan harus dibilas agar tidak tecampur dengan larutan sebelumnya. Sampel diisikan ke
dalam botol sampai tanda batas agar terbaca oleh alat dan tidak tumpah. Setelah dimasukkan ke
dalam chamber alat, hasil yang terbaca yaitu turbiditas sampel air sebesar 1,05 NTU.

Parameter terakhir yang diukur yaitu warna alami. Metode yang digunakan yaitu colorimetri
visual yang pengukurannya cukup subjektif. Terdapat standar pengukuran 5, 10, 15, 20, dan 25
PtCo yang digunakan sebagai pembanding dengan warna alami dari sampel. Setelah sampel
dimasukkan ke dalam tabung 50 mL sampai setinggi tanda batas pad atabung, sampel siap
dibandingkan dengan warna standar mulai dari yang terkecil dengan diberi background meja atau
kertas putih agar perbedaan warnanya dapat terlihat lebih jelas. Sampel dibandingkan hingga
mendapat warna yang mendekati warna standar. Pada praktikum ini, setelah dibandingkan dengan
warna standar 25 PtCo, sampel masih lebih pekat sehingga dilakukan pengenceran sepuluh kali
dan didapatkan warna yang mendekati. Hasil pengukuran didapatkan dengan mengalikan jumlah
pengenceran dengan larutan standar yang dibandingkan, yaitu 10 x 25 PtCo = 250 PtCo.

Hasil dari percobaann ini dapat dibandingkan dengan baku mutu air sungai sesuai dengan PP No.
82 tahun 2001 dan Permenkes No. 32 tahun 2017. Parameter temperatur dari sungai yang diuji
sebesar 24,6 oC sudah memenuhi baku mutu kelas I yaitu deviasi maksimum 3oC dari keadaan
alamiahnya. Parameter pH = 6,59 (netral) juga memenuhi baku mutu kelas I yaitu pH anatar 6-9.
Sedangkan parameter konduktivitas tidak diatur dalam baku mutu tersebut. Kekeruhan maksimum
untuk standar air minum yaitu 25 NTU, yang artinya sampel air dengan kekeruhan 1,05 NTU telah
memenuhi baku mutu. Untuk parameter warna, nilai satu skala PtCo sebanding dengan satuan
skala TCU (True Color Unit) atau dapat dikatakan bahwa nilai 1 TCU = 1 mg/L platinum kobalt.
Maka, warna dari sampel yaitu 250 PtCo melebihi baku mutu yaitu maksimum 50 TCU.

IX. Kesimpulan
1. Air sungai yang diuji memiliki kualitas Kelas I (dapat digunakan untuk air minum) pada
parameter temperatur.
2. Air sungai yang diuji tidak dapat ditentukan kualitasnya dari parameter transparansi.
3. Air sungai yang diuji tidak dapat digunakan sebagai air minum berdasarkan parameter warna.
4. Air sungai yang diuji memiliki kualitas Kelas I pada parameter turbiditas.
5. Air sungai yang diuji tidak dapat ditentukan kualitasnya dari parameter konduktivitas.
6. Air sungai yang diuji memiliki kualitas Kelas I pada parameter pH.
X. Daftar Pustaka

American Public Health Association. 2017. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater, 23rd Edition.
Lodge James R. 1989. Method of Air Sampling and Analysis, Third Edition. Michigan: Lewis
Publisher, Inc.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes No. 32 tahun 2017.
https://www.slideshare.net/adelinahutauruk7/permenkes-no-32-tahun-2017-ttg-standar-
baku-mutu-kesehatan-kesling-dan-persyaratan-kesehatan-air-untuk-keperluan-higine-
sanitasi-kolam-renang-solus-per-aqua-dan-pemandian-umum (diakses 1 Oktober 2020).
Pemerintah Republik Indonesia. 2001. PP. No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air Lampiran 2.
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/LAMP2.pdf (diakses
1 Oktober 2020).
Sawyer, Clair N. 2003. Chemistry for Environmental Engineering and Science. North America:
Mc. Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai