Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
TL 3103
METODE SAMPLING, PENGAWETAN SAMPEL AIR, DAN ANALISA PARAMETER
FISIK AIR

Nama Praktikan : Alif Aulia Nugraha


NIM : 15319086
Tanggal Praktikum : 23 September 2021
Tanggal Penyerahan : 30 September 2021
PJ Modul : Fathiya Mufidah (25321031)
Prastita Doharta Irene (15318067)
Werner Leonhardt Khrisna (15318044)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
MODUL 01
METODE SAMPLING

I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan teknik sampling untuk mengambil samoel air
2. Menentukan lokasi pengambilan sampel yang baik
3. Menentukan hal yang mempengaruhi sampel air
II. Landasan Teori
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari sebuah
populasi (Reviere, 1996). Syarat suatu sampel dianggap baik adalah sampel harus presisi
dan akurat. Presisi menunjukkan bahwa sampel pertama tidak jauh berbeda dengan sampel
kedua dan berikutnya. Akurat menunjukkan bahwa sampel mendekati hasil yang
sebenarnya walaupun tidak saling mendekati antar sampel (Taylor, 1999). Metode-metode
yang biasa digunakan untuk Analisa parameter di lingkungan adalah grab sampling dan
composite sampling (Sastrawijaya, 1991). Grab sampling adalah metode pengambilan
sampel air pada satu lokasi sebanyak satu kali, yang menyebabkan hasil pengukuran hanya
dapat berlaku pada titik pengambilan sampel. Composite sampling adalah metode
pengamnbilan sampel air dari satu lokasi dengan beberapa kali pengambilan pada rentang
waktu tertentu (Hadi, 2005). Air permukaan merupakan air yang ada di sungai, danau,
waduk, saluran, mata air, rawa, dan air goa. Alat yang digunakan dalam pengambilan
sampel air sederhana dapat menggunakan ember palstik yang diikatkan dengan tali atau
gayung plastic yang memiliki tangkai panjang. Point samler memiliki dau tipe, yakni tipe
vertical dan horizontal (SNI 6989.57: 2008).
III. Prinsip Praktikum
Praktikum dilakukan dengan cara mengambil sampel air yang akan di uji kualitasnya.
IV. Alat dan Bahan
A. Alat: 1. Horizontal water sampler
2. Vertical water sampler
3. Composite water sampler
4. Automatic water sampler
5. Botol untuk sampel air
6. Box pendingin untuk mengangkut sampel air
7. Label
8. pH meter
9. Conductivitymeter
10. Turbiditymeter
B. Bahan: 1. Sampel air
2. Aquades
V. Cara Kerja
Cara Kerja Hasil
Pengamatan

VI. Tabel Data Hasil Praktikum


Pada Modul 01 tidak terdapat table data hasil pengamatan.

VII. Pengolahan Data


Pada Modul 01 tidak terdapat pengolahan data.

VIII. Analisis dan Pembahasan


Pada praktikum, metode epngambilan sampel yang digunakan saat demo adalah grab
sampling. Grab sampling adalah metode pengambilan sampel air pada satu lokasi sebanyak
satu kali, yang menyebabkan hasil pengukuran hanya dapat berlaku pada titik pengambilan
sampel. Persiapan yang dilakukan sebelum memulai praktikum adalah menyediakan
berbagai macam botol atau wadah penampung sesuai dengan metode pengawetan yang
akan dipilih. Botol yang dipilih untuk satu macam pengawetan harus diberi label terlebih
dahulu agar tidak terjadi kesalahan penggunaan wadah. Jneis botol atau wadah yang
digunakan ada botol plastik berbagai ukuran (untuk pengawetan suhu 4°C, asam sulfat,
asam nitrat, dan natrium hidroksida) dan botol kaca (pengawetan menggunakan suhu 4°C).
Preservasi pada suhu 4°C menggunakan botol plastic digunakan untuk pengujian parameter
BOD, kesadahan, asiditas, dan alkalinitas. Preservasi menggunakan asam sulfat
menggunakan botol plastic digunakan untuk pengujian COD, ammonia, dan phenol.
Preservasi menggunakan asam nitrat menggunakan botol plastic digunakan untuk
pengujian logam berat. Preservasi menggunakan natrium hidroksida menggunakan botol
plastic digunakan untuk pengujian sianida dan sulfida. Preservasi menggunakan botol kaca
pada suhu 4°C digunakan untuk pengujian oil and grease serta TPH.
Pengambilan sampel menggunakan metode grab sampling dilakukan dengan menggunakan
alat berupa gayung dan ember. Sampling dilakukan di tempat yang aman (umumnya di
samping badan air). Hasil smpling kemudian dikumpulkan ke dalam sebuah ember dan
nantinya air yang ada di ember akan dipindahkan ke botol atau wadah yang telah disipakan
dan dilakukan preservasi menggunakan cara yang tertera pada label.
Pengambilan dengan water sampler dilakukan dengan cara membuka tutup water sampler
dan kemudian menurunkan water sampler perlahan-lahan. Setelah didiamkan beberapa
waktu dan dirasa sampel sudah mencukui, tutup water sampler dengan melepas beban pada
tali yang kemudian akan secara otomatis menutup water sampler. Sampel air kemudian
dipindahkan ke wadah yang telah disiapkan sesuai dengan jenis preservasi dan parameter
ujinya.

IX. Kesimpulan
1. Teknik sampling yang digunakan adalah grab sampling.
2. Lokasi pengaambilaan sampel yang baik adalah lokasi yang dapat mewakili
keseluruhan sampel air, contohnya pada badan air yang tertutup atau ujung badan air
(agar kontaminasi dapat diperkecil).
3. Faktor mempengaruhi sampel air adalah factor pada pengujian parameter fisika dan
kimia air.
X. Daftar Pustaka
Reviere, Rebecca. 1996. Needs Assessment: A Creative and Practical Guide for Social
Scienties. Inggris.

John Robert Taylor (1999). An Introduction to Error Analysis: The Study of Uncertainties
in Physical Measurements. University Science Books.

Sastrawijaya, A. T, 1991. Pencemaran Lingkungan, Rhineka Cipta. Jakarta

Anwar Hadi., 2005. Prinsip pengelolaan Pengambilan Sample lingkungan. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

SNI.6989-57.2008. Air Dan Air Limbah- Bagian 57: Metode Pengambilan Contoh Air
Permukaan. http//www.pil.or.id/Artikel/Air Limbah/SNI_6989.57-2008.pdf. Diakses
tanggal 22 September 2021.
MODUL 02
PENGAWETAN SAMPEL

I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan metode pengawetan sampel air yang sesuai dengan parameter uji
2. Menentukan parameter uji yang tidak membutuhkan proses pengawetan sampel air
3. Menentukan parameter uji yang memerlukan proses pengawetaan
II. Landasan Teori
Pengawetan sampel air merupakan proses yang bertujuan untuk menjaga kualitas sampel
air agar tidak terjadi perubahan ketika sampel akan dipindahkan dari lokasi sampling ke
laboratorium. Metode pengawetan yang akan digunakan pada sampel harus sesuai dengan
parameter uji yang akan dukur pada sampel air. Berikut ini adalah metode pengawetan
berdasarkan parameter ujinya.

Gambar 1 Pengawetan sampel uji berdasarkan parameter uji (sumber: ab-geokimia-


tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2016/08/Praktikum-Geokimia-Acara-1-
Teknik-Penanganan-Sampel.pdf)
III. Prinsip Praktikum
Metode pengawetan sangat disarankan sesuai dengan parameter yang akan diuji.
Pengawetan yang sesuai akan memberikan hasil yang lebih representative terhadap
keadaan sebenarnya dari sampel.
IV. Alat dan Bahan
A. Alat: 1. Botol untuk wadah sampel
2. Box pendingin
3. Label
4. Box pengangkut sampel
B. Bahan: 1. Sampel air
2. H2SO4 pekat
3. NaOH
4. HNO3 pekat
V. Cara Kerja
Cara Kerja Hasil Pengamatan

VI. Tabel Data Hasil Praktikum


Pada Modul 02 tidak terdapat table data hasil pengamatan.
VII. Pengolahan Data
Pada Modul 02 tidak terdapat pengolahan data.

VIII. Analisis dan Pembahasan


Pengawetan atau preservasi merupakan metode yang digunakan untuk menjaga kualitas
dari sampel yang akan melalui pengujian ex-situ (pengujian di luar tempat pengambilan
sampel). Pengawetan dapat dilakukan dengan menambahkan suatu senyawa kimia atau
pendinginan pada suhu 4°C. Preservasi pada suhu 4°C menggunakan botol plastic
digunakan untuk pengujian parameter BOD, kesadahan, asiditas, dan alkalinitas. Preservasi
menggunakan asam sulfat menggunakan botol plastic digunakan untuk pengujian COD,
ammonia, dan phenol. Preservasi menggunakan asam nitrat menggunakan botol plastic
digunakan untuk pengujian logam berat. Preservasi menggunakan natrium hidroksida
menggunakan botol plastic digunakan untuk pengujian sianida dan sulfida. Preservasi
menggunakan botol kaca pada suhu 4°C digunakan untuk pengujian oil and grease serta
TPH.
Bahan pengawet dimasukkan kedalam botol atau wadah yang berisi sampel air sesaat
setelah air masuk ke wadah. Walaupun telah dilakukan pengawetan, sampel air tidak data
disimpan pada waktu yang sangat lama (biasanya hanya 24 jam). Pengawetan tidak
diperlukan untuk parameter uji yang dapat bertahan cukup lama, seperti natrium, kalium,
kalsium, magnesium, klorida, dan sulfat.
IX. Kesimpulan
1. Preservasi pada suhu 4°C menggunakan botol plastic digunakan untuk pengujian
parameter BOD, kesadahan, asiditas, dan alkalinitas. Preservasi menggunakan asam
sulfat menggunakan botol plastic digunakan untuk pengujian COD, ammonia, dan
phenol. Preservasi menggunakan asam nitrat menggunakan botol plastic digunakan
untuk pengujian logam berat. Preservasi menggunakan natrium hidroksida
menggunakan botol plastic digunakan untuk pengujian sianida dan sulfida. Preservasi
menggunakan botol kaca pada suhu 4°C digunakan untuk pengujian oil and grease serta
TPH.
2. Pengawetan tidak diperlukan untuk parameter uji yang dapat bertahan cukup lama,
seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan sulfat.
3. Parameter yang tidak tahan terhadap perubahan, seperti BOD, COD, ammonia, dan
berbagai gas lainny.

X. Daftar Pustaka
Anonim. TEKNIK PENANGANAN SAMPEL AIR GEOKIMIA. Universitas Gadjah
Mada. Jogjakarta. Indonesia

SNI.6989-57.2008. Air Dan Air Limbah- Bagian 57: Metode Pengambilan Contoh Air
Permukaan. http//www.pil.or.id/Artikel/Air Limbah/SNI_6989.57-2008.pdf. Diakses
tanggal 22 September 2021.

Tatangindatu, F., Kalesaran, O., & Rompas, R. (2013). Studi parameter fisika kimia air
pada areal budidaya ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. E-
Journal Budidaya Perairan, 1(2).

Anonim. METODE PENGAMBILAN CONTOH UJI AIR. Politeknik Kesehatan


Jogjakarta. Jogjakarta. Indonesia.

Sutrisyani. METODE PENGAMBILAN DAN PENGAWETAN SAMPEL AIR LAUT.


Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur. Indonesia.
MODUL 03
PARAMETER FISIK

I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan temperatur sampel air
2. Menentukan transparansi sampel air
3. Menentukan kekeruhan sampel air
4. Menentukan warna sampel air
5. Menentukan konduktivitas sampel air
6. Menentukan pH sampel air
II. Landasan Teori
Temperatur air merupakan salah satu parameter uji yang sangat penting untuk diukur
karena dapat mempengaruhi densitas air dan secara tidak langsung mempengaruhi jumlah
oksigen terlarut di dalam air. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu pada
perairan adalah masuknya sumber air lain, radiasi matahari, temperature udara, cuaca, dan
iklim (Boyd, 2015).

Derajat keasaman pada air memiliki peran pada kualitas air. berubahnya pH pada perairan
dapat menyebabkan kematian makhluk hidup air, baik makhluk hidup maskrokopis
maupun mikroskopis (Odum, 1993).

Transparansi dan kekeruhan air saling berkaitaan karena kedua hal tersebut
mengindikasikan adanya zat terlarut pada sautu sampel air. Zat terlarut ini menyebabkan
cahaya tidak lewat sepenuhnya akibat pantulan gelombang cahaya oleh partikel terlarut
tersebut. Hal tersebut juga berkaitan dengan warna sampel air yang dapat mengindikasikan
jenis zat yang larut dalam sampel air.

Nilai konduktivitas pada sampel air mengindikasikan kemampuan air dalam


menghantarkan listrik. Daya hantar listrik sangat berhubungan dengan kondisi garam di
dalam suatu sampel air, sampel air yang memiliki konduktivitas tinggi dapat dikatakan
memiliki kadar garam yang tinggi akibat dari banyaknya ion yang larut dalam air.
III. Prinsip Praktikum
Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan thermometer merkuri maupun
elektronik yang dilengkapi dengan tali panjang agar dapat mengukur temperature pada
kedalaman tertentu.

Pengukuran transparansi dilakukan dengan menggunakan piringan secchi. Piringan secchi


dimasukkan ke dalam air hingga piringan tidak tampak lagi untuk mendapat kecerahan air
dalam satuan meter.

Pengukuran warna dilakukan dengan membandingkan warna larutan standar yang terbuat
dari K2PtCl6 dengan konsentrasi tertentu yang dapat dibandingkan secara visual.

Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan penyinaran cahaya ke dalam air dan kemudiah
dilihat berapa banyak cahaya yang dihamburkan oleh air.

Pengukuran daya hantar listrik dilakukan dengan memasukkan elektroda yang telah dialiri
listrik kedalam air dengan memperhatikan temperature air (usahakan temperature air
25°C).
Pengukuran derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH, larutn
indikator pH, dan pH meter.
IV. Alat dan Bahan
A. Alat: 1. Thermometer
2. Piringan secchi
3. thermometer merkuri dan thermometer elektronik
4. Botol atau wadah sampel
5. Turbidimeter
6. Conductivity meter
7. Tabung kekeruhan
8. Tabung Nessler
9. tissue
10. pH meter
B. Bahan: 1. Sampel air
2. Larutan warna standar
3. Aquades
4. KCl 0,01 M
V. Cara Kerja
Cara Kerja Hasil Pengamatan
Aquades Unit
(ml) warna

49.5 5
49 10
48.5 15
48 20
47.5 25
47 30
46.5 35
46 40
45.5 45
45 50
44 60
43 70
Volume larutan
Aquades Kekeruhan
standar 400 NTU
(ml) NTU
(ml)
1 99 4
5 95 20
10 90 40
20 80 80
25 75 100
50 50 20

VI. Tabel Data Hasil Pengamatan

Parameter Nilai

Temperatur 23.8°C - 24°C


Kecerahan -
Warna 250 TCU
Kekeruhan 1.05 NTU
Konduktivitas 143 μs/cm pada 24°C
pH 6.59 pada 23.8°C
VII. Pengolahan Data
a) Kekeruhan: 1 unit kekeruhan = 1 mg SiO2/liter
𝐶𝑡
b) Konduktivitas: 𝐾𝑐 =
𝐶𝑚
Kc = Konstanta sel elektroda
Ct = Nilai konduktivitas teoritis larutan KCl
Cm = Nilai konduktivitas hasil pengukuran

𝑚𝑔
𝑇𝐷𝑆 ( ) = (0.5 − 0.75) × 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 (μs/cm)
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
c) pH

𝑝𝐻 = − log(𝐻+)
VIII. Analisis dan Pembahasan
1. Temperatur
Pengujian temperature dilakukan dengan metode in-situ, yaitu pengambilan data pada
tempat pengambilan sampel. Pengujian temperature dilakukan dengan metode tersebut
agar suhu yang didapat sesuai dengan suhu pada badan air. Pengukuran suhu juga dapat
dilakukan secara ex-situ ketika akan mengukur pH dan konduktivitas sampel air.
2. Kekeruhan
Pengujian kekeruhan dilakukan dengan menggunakan alat turbidimeter. Turbidimeter
terlebih dahulu di kalibrasi dengan menggunakan botol standar 0.02 NTU, 20 NTU,
100 NTU, dan 800 NTU. Sebelum sampel dimasukkan kedalam turbidimeter, sampel
terlebih dahulu di homogenisasi dengan pengocokan. Hasil pengukuran menunjukkan
angka 1.05 NTU.
3. Konduktivitas
Kalibrasi alat terlebih dahulu dengan menggunakan KCl 0.1 N dengan konduktivitas
standar yakni 1413 μs/cm. Elektroda dicuci dengan aquades saat akan dicelupkan ke
dalam larutan KCl ataupun saat dicelupkan kedalam sampel air. Tunggu sampai
pembacaan stabil dan catat hasil pengukuran. Hasil pengukuran menunjukkan hasil
143 μs/cm pada 24°C.
4. Warna
Pengukuran warna dilakukan membandingkan warna sampel air dengan warna standar
yang sudah disediakan. Pengamatan dilakukan dengan melihat warna sampel diatas
alas putih. Apabila warna sampel tidak berada di bawah warna standar paling tinggi,
lakukan pengencaran pada sampel air. Hasil pengukuran warna yang didapat adalah
250 TCU.
5. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Kalibrasikan terlebih
alat dengan pH standar buffer pH 7, 4, dan 10. Elektroda kemudian dibilas setiap akan
dicelupkan kedalam buffer standar. Pengukuran sampel air dilakukan setelah dilakukan
kalibrasi. Sampel air memiliki pH 6.59 pada suhu 23.8°C.
6. Kecerahan
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan metode insitu dan
menggunakan alat secchi disk. Secchi disk diturunkan secara perlahan ke dalam badan
air hingga secchi disk tidak terlihat lagi. Kemudian, angkat secchi disk dan ukur
kedalaman air berdasarkan tali yang basah.
IX. Kesimpulan
1. Temperatur sampel air adalah 23.8°C – 24°C (perbedaan temperature didapat karena
pengukuran menggunakan dua aat yang berbeda).
2. Tidak terdapat hasil pengukuran untuk parameter kecerahan.
3. Kekeruhan sampel air adalah 1.05 NTU.
4. Warna sampel air menunjukkan angka 250 TCU.
5. Konduktivitas sampel air adalah 143 μs/cm pada 24°C.
6. Sampel air memiliki pH sebesar 6.59 pada suhu 23.8°C.
X. Daftar Pustaka
Boyd, C. E. Water quality: An introduction. Auburn University. Alabama, Amerika Serikat.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Indonesia.

SNI.6989-57.2008. Air Dan Air Limbah- Bagian 57: Metode Pengambilan Contoh Air
Permukaan. http//www.pil.or.id/Artikel/Air Limbah/SNI_6989.57-2008.pdf. Diakses
tanggal 22 September 2021.

Sari, S. G. 2007. Kualitas Air Sungai Maron Dengan Perlakuan Keramba Ikan Di
Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.
http://bioscientiae.unlam.ac.id/v4n1/v4n1_sari.pdf. Diakses tanggal 22 September 2021.

Diersing, Nancy (2009). Water Quality: Frequently Asked Questions. Florida. Amerika
Serikat.

Anda mungkin juga menyukai