1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenan Nya Modul Praktikum Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan bagi mahasiswa Program Studi
Modul praktikum ini berisikan materi dari Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan yang erat
kaitannya dengan kegiatan pembelajaran . Melalui pemahami konsep analisis kualitas lingkungan
Penyusunan Modul Praktikum ini terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak , untuk itu kami
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
Sebagai kata pepatah “ tak Ada Gading Yang Tak Retak” kamipun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan modul praktikum ini. Oleh karena itu segala masukan dari berbagai pihak
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
PENDAHULUAN
B. Standar Kompetensi Mata Kuliah ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan
analisis terhadap kualitas lingkungan yang mencakup metode identifikasi dan kualifikasi
parameter – parameter kualitas lingkungan mulai dari pemilihan parameter representative,
teknik sampling, hinga analisis dan factor-faktor lngkungan di lngkungan pemukiman , tempat
umum dan tempat kerja.
C. Tujuan Instruksional
Untuk mencapai kompetensi diatas , setelah mengikuti praktikum analisis kualitas lngkungan ,
mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa dapat memahami nilai kandungan parameter fisik di lingkungan untuk
mengidentifikasi pencemaran air, tanah dan udara.Mahasiswa dapat mendiskripsikan arti
nilai kandungan parameter lingkungan parameter lingkungan untuk menggambarkan
kondisi pencemaran air, tanah dan udara
2. Mahasiswa dapat memahami nilai kandungan parameter kimia di lingkungan untuk
mengidentifikasi terjadinya pencemaran air, tanah dan udara. Mahasiswa dapat
mendiskripsikan arti nilai kandungan parameter lingkungan parameter lingkungan untuk
menggambarkan kondisi pencemaran air, tanah dan udara
3. Mahasiswa dapat memahami nilai kandungan parameter biologi linkungan untuk
mengidentifikasi terjadinya pencemaran air, tanah dan udara. Mahasiswa dapat
mendiskripsikan arti nilai kandungan parameter lingkungan parameter lingkungan untuk
menggambarkan kondisi pencemaran air, tanah dan udara
4. Mahasiswa dapat menerapkan metode dan teknik sampling kualitas lingkungan untuk
merancang tujuan dan pelaksanaan sampling kualitas lingkungan yang refresentatif.
5. Mahasiswa dapat menerapkan pemeriksaan parameter lapangan dan analisis laboratorium
untuk parameter bakteriologis..
4
6. Mahasiswa dapat menerapkan pemeriksaan parameter lapangan dan analisis laboratorium
untuk parameter kualitas air, pH, suhu, sisa chlor, dan DO.
7. Mahasiswa dapat menerapkan pemeriksaan parameter lapangan dan analisis laboratorium
untuk parameter kualitas air, kesadahan, koagulasi, asiditas alkalinitas, MPN.
8. Mahasiswa dapat menerapkan pemeriksaan parameter lapangan dan analisis laboratorium
untuk parameter kualitas air, TSS, COD dan BOD..
9. Mahasiswa dapat menerapkan pemeriksaan parameter lapangan dan analisis laboratorium
untuk parameter kualitas udara, pencahayaan, kelembaban, kebisingan dan kadar debu di
udara.
Staf Pengajar
5
6
PROSEDUR DAN CARA PENGAMBILAN SAMPEL AIR BERSIH
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat memahami pengambilan sampel air bersih dengan baik dan
benar.
7
PEMERIKSAAN PARAMETER LAPANGAN (pH, SUHU, SISA CHLOR)
I. TUJUAN UMUM
1. Mahasiswa dapat memahami praktikum pemeriksaan parameter lapangan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui teknik analisis secara fisika dan kimia terhadap sampel air,
memahami prinsip pengolahan air dan menginterpretasikan hasil analisis.
8
2. Kalium coide (Kristal KI)
3. Asam sulfat (H2SO4)
4. Standar Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N
5. Larutan K2Cr2O7 0,025 N
6. Indicator kanji (amylum) 0,5 %
7. Larutan kaporit
8. Chlorin
9
2. Memasukkan 2 ml asam asetat pekat ke dalam 25 ml aquades di dalam Erlenmeyer.
3. Menambahkan 1 gr Kristal KI.
4. Memipet 25 ml larutan kaporit, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
5. Titrasi dengan Na-tiosulfat 0,025 N menggunakan indicator amylum.
6. Catat banyaknya Na-tiosulfat yang digunakan.
7. Menghitung kadar Cl2 dengan rumus
1000
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑙2 = 𝑥 𝑝 𝑚𝑙 𝑥 0,025 𝑥 34,45⁄1000 𝑥 100 %
25
H. Daya serap Klor
a. Pengukuran sisa Klor
1. Memasukkan 10 ml air sampel ke dalam tabung komparator.
2. Menambahkan 5 tetes larutan ortholidin, kocok lalu masukkan ke dalam komparator.
3. Putar piringan komparator hingga mendapat warna yang sesuai dengan contoh air.
4. Baca angka yang tertera pada komparator.
b. Penentuan daya pengikat Klor
1. Menyiapkan 3 buah labu Erlenmeyer 250 ml.
2. Mengisi labu Erlenmeyer dengan 150 ml sampel air.
3. Menambahkan labu Erlenmeyer 1 dengan 0,3 ml larutan kaporit, labu 2 dengan 0,4 ml,
dan labu 3 dengan 0,6 ml.
4. Kocok dan simpan di ruang gelap selama 30 menit.
5. Menentukan sisa klor setiap labu.
6. Catat hasilnya.
7. Menghitung DPC
1000
𝐷𝑃𝐶 = ( 𝑥 𝑝 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑡 𝑥 1 𝑥 % 𝐶𝑙2 ) − 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑙𝑜𝑟
150
I. Merapikan alat dan bahan setelah selesai digunakan.
10
PEMANTAUAN DOSIS KOAGULASI (JAR-TEST)
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum pemantauan dosis koagulasi (JAR-test).
11
6. Mengaduk pada kecepatan posisi fast.
7. Atur alat pada kecepatan 1000 rpm dalam 1 menit dan pada kecepatan 20 rpm selama 15 menit.
8. Matikan mesin pengaduk.
9. Perhatikan sampel, sampel mana yang paling cepat mengendap.
10. Mengukur pH masing-masing sampel dengan menambahkan tawas dengan dosis yang berbeda-
beda.
11. Mencatat hasil.
12. Memindahkan larutan sampel yang cepat ke dalam labu Erlenmeyer.
13. Menambahkan tawas.
14. Amati perubahan sebelum dan sesudah diberi tawas.
12
PEMERIKSAAN MPN
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan jumlah angka kuman dengan metode MPN (Most
Probable Number).
13
IV. CARA KERJA
A. Pembuatan media BGLB
1. Untuk 1 liter aquades ditimbang 40 gr BGLB.
2. Timbang 40 gr BGLB, masukkan BGLB yang telah ditimbang ke dalam labu Erlenmeyer.
3. Kemudian tuangkan 100 ml aquades ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi BGLB.
4. Kemudian panaskan sampai hangat.
5. Masukkan BGLB ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi tabung durham.
6. Usahakan tidak ada gelembung pada tabung durham.
7. Kemudian tutup dengan kapas dan bungkus dengan kertas/aluminium foil.
8. Sterilisasi di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama ±15 menit.
B. Pembuatan media LBDS
1. Untuk 1 liter aquades timbanga 26 gr LB.
2. Timbang 26 gr LB, masukkan LB yang telah ditimbang ke dalam labu Erlenmeyer.
3. Kemudian tuangkan 100 ml aquades ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi LB.
4. Kemudian panaskan sampai hangat.
5. Masukkan LB ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi tabung durham.
6. Usahakan tidak ada gelembung pada tabung durham.
7. Kemudian tutup dengan kapas dan bungkus dengan kertas/aluminium foil.
8. Sterilisasi di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama ±15 menit.
C. Pembuatan media LBSS
1. Untuk 1 liter aquades timbanga 13 gr LB.
2. Timbang 13 gr LB, masukkan LB yang telah ditimbang ke dalam labu Erlenmeyer.
3. Kemudian tuangkan 100 ml aquades ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi LB.
4. Kemudian panaskan sampai hangat.
5. Masukkan LB ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi tabung durham.
6. Usahakan tidak ada gelembung pada tabung durham.
7. Kemudian tutup dengan kapas dan bungkus dengan kertas/aluminium foil.
8. Sterilisasi di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama ±15 menit.
D. Pengenceran sampel
1. Masukkan 10 m sampel minuman ke dalam labu Erlenmeyer.
2. Tambahkan 90 ml air garam fisiologis.
3. Kemudian kocok hingga homogen.
14
E. Pemeriksaan MPN
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Gunakan seri tabung 5:1:1.
3. Bersihkan meja kerja dengan menggunakan kapas yang berisi alcohol.
4. Larutkan 10 ml sampel ke dalam 90 Laktosa Broth.
F. Test Perkiraan
1. Siapkan tujuh tabung reaksi yang berisi 10 ml LBDS pada tabung 1-5 dan berisi LBSS
sebanyak 10 ml pada tabung 6 dan 7.
2. Ambil dengan pipet steril bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dan masukkan ke dalam
tabung 1-5 masing-masing 10 ml, tabung ke-6 sebanyak 1 ml, tabung ke-7 sebanyak 0,1
ml.
3. Masing-masing tabung digoyang-goyang agar tercampur rata.
4. Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam kemudian dilihat ada atau tidaknya pembentukan
gas pada tabung durham.
5. Apabila ada gas test dinyatakan positif, dan dilanjutkan dengan melaksanakan uji test
penegasan, apabila tidak ada gas tidak perlu dilanjutkan dengan test penegasan.
G. Test Penegasan
1. Dari tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung
reaksi yang berisi 10 ml BGLB, pekerjaan ini dibuat dua seri tabung BGLB.
2. Satu seri tabung BGLB diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam (untuk memastikan
ada atau tidaknya bakteri coliform) dan satu seri yang lain diinkubasi pada suhu 44°C
selama 24 jam (untuk memastikan ada atau tidaknya bakteri coli tinja).
3. Pembacaan dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat tabung BGLB yang positif
terdapat gas.
15
PEMERIKSAAN SAMPEL AIR LINDI UNTUK PENGUKURAN COD
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami peeriksaan sampel air lindi untuk pengukuran COD.
16
5. Larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,25 N
6. Indicator ferroin
7. Aquades
8. Air sampel lindi
17
PEMERIKSAAN BOD SAMPEL AIR LINDI
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami praktikum pemeriksaan BOD sampel air lindi.
18
IV. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyiapkan 5 botol tutup asah.
3. Memberi label pada masing-masing botol dengan nomor urut 1 (DO segera), 2 (DO AC segera),
3 (𝐷𝑂520 AC), 4 (DO AP), 5 (𝐷𝑂520 AP).
4. Mengukur volume masing-masing botol dengan cara memasukkan air dan airnya diukur
kembali dengan gelas ukur.
5. Catat hasil yang diperoleh.
6. Mengencerkan sampel lindi sebanyak 10 ml dalam volume 100 ml (pengenceran dilakukan
karena air lindi terlalu pekat).
7. Memasukkan sampel yang telah diencerkan sampai penuh ke dalam botol tutup asah dan
menutupnya.
8. Memasukkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml PO kemudian menutup dan menghomogenkannya dengan
cara bolak-balik kurang lebih 25 kali.
9. Menunggu 5-15 menit sampai terlihat endapan.
a. Bila endapan berwarna putih atau tidak terdapat endapan berarti DO = 0.
b. Bila endapan berwarna coklat maka dilanjutkan dengan langkah selanjutnya.
10. Menambahkan 2 ml H2SO4 pekat kemudian menutupnya dan membolak-balikan botol sampai
warnanya berubah menjadi kuning (bensin).
11. Membuka tutup botol menuangkan 100 ml (ukur dengan gelas ukur) larutan tersebut ke dalam
labu Erlenmeyer.
12. Menetesi 1-2 tetes amilim kemudian menghomogenkan larutan sampai warnanya berubah
menjadi ungu kebiruan.
13. Menitrasi dengan Na2S2O3 sampai warnanya menjadi jernih.
14. Catat volume Na2S2O3 yang habis.
Hitung DO segera sampel dengan rumus
1000
𝐷. 𝑂 𝑥 𝑣𝑜𝑙. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 𝑥 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑥 𝐵𝐸 𝑂 = ⋯ 𝑚𝑔/𝑙
𝑉𝑜𝑙 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 − 4
15. Menentukan air campuran (air sampel + air pengencer) dengan memerhatikan table DO segera
yang didapat dan air pengencer.
DO segera Pengenceran
8,0 – 9,0 1x
6,0 – 8,0 2–5x
19
5,0 – 6,0 5 – 10 x
3,0 – 5,0 10 – 15 x
1,0 – 3,0 15 – 20 x
0,0 – 3,0 20 – 25 x
Catatan :
1. Data awal yang didapat adalah :
a. DO segera air sampel
b. DO segera air pengencer
20
c. DO segera air campuran
2. Koreksi waktu diperlukan apabila masa inkubasi lebih dari 5 hari, dengan cara melihat
tabel koreksi waktu.
𝑣𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡−𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
3. Cara mencari koreksi volume =
𝑣𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
21
PEMERIKSAAN SAMPEL AIR LINDI UNTUK PENGUKURAN TSS
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan sampel air lindi untuk pengukuran TSS.
22
5. Mengambil kertas saring dengan hati-hati dan menaruhnya di cawan porselen.
6. Memasukkan kertas saring ke dalam oven untuk dipanaskan pada suhu 105°C selama 1 jam.
7. Kemudian mendinginkan kembali pada desikator selama 15 menit.
8. Menimbang kertas saring kembali, dan catat hasil.
9. Kemudian menghitung hasil dengan rumus :
𝑚𝑔 (𝐴 − 𝐵)𝑥 100
𝑡𝑒𝑟𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan :
A = berat filter dan residu sesudah pemanasan 105°C (mg).
B = berat filter kering sudah dipanaskan 105°C (mg).
NB : ulangi pemanasan dan penimbangan sampai beratnya konstan atau berkurangnya berat
sesudah pemanasan ulang, kuran dari 0,5 mg, biasanya pemanasan 1 – 2 jam sudah cukup.
23
PEMERIKSAAN KELEMBABAN UDARA
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami praktikum pengukuran kelembaban udara dan tekanan uap air di
udara dengan menggunakan Hygrometer dan Pychrometer Assmann.
24
5. Menetesi thermometer basah (pada kain muslim) dengan air secukupnya.
6. Memasang kembali tabung pelindung.
7. Meletakkan Psychrometer Assmann pada tempat di ruangan yang akan diukur
kelembabannya.
8. Memasukkan pemutar di lubang kunci pemutar Psychrometer Assmann.
9. Memutar pemutar sampai habis (tidak dapat diputar lagi).
10. Melepaskan pemutar dari lubang pemutar Psychrometer Assmann.
11. Memasang pengait pada Psychrometer Assmann (dalam proses pengukuran Psychrometer
Assmann dapat digantung pada dinding maupun dipegang dengan tangan).
12. Kipas Psychrometer Assmann dibiarkan berputar sampai berhenti.
13. Membaca ketinggian air raksa pada kedua thermometer.
14. Mencatat hasil yang diperoleh dan menghitung perbedaan suhu kering dan basah (∆t)
dengan rumus :
∆𝑡 = 𝑡 − 𝑡 ′
Keterangan :
∆t = selisih suhu kering – suhu basah
T (𝑡0 ) = suhu kering
T (𝑡𝜔) = suhu basah
Cara pembacaan Psychrometer Assmann
1. Pada sumbu axis dibaca hasil rumus t – t’ (∆t).
2. Pada sumb ordinat dibaca suhu basah.
3. Pertemuan dari kedua sumbu adalah nilai Kelembaban Relatif Ruangan.
b. Cara penggunaan Hygrometer
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Tentukan lokasi pengukuran.
3. Mengukur luas ruangan.
4. Menentukan jumlah titik pengukuran.
Untuk jumlah titik yang dipakai ketentuan : 10 – 15% x luas ruangan.
5. Menentukan titik pengukuran. Titik pengukuran diambil pada tempat yang banyak terjadi
aktivitas.
6. Mulai melakukan pengukuran, pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan dan
menempatkan hygrometer pada titik pengukuran.
7. Catat hasil mulai dari titik terendah sampai tertinggi.
Untuk satu titik diperlukan waktu 10 menit lalu disesuaikan dengan standar yang ada.
25
8. Standar yang digunakan untuk kelembaban dalam ruang kerja yaitu 60-90% dan standar
untuk suhu dalam ruang kerja adalah :
Surat edaran menteri tenaga kerja dan transmigrasi dan koperasi (No. SE. 01/MEN/1978)
= 12 - 30°C.
26
PENGUKURAN PENCAHAYAAN
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami pengukuran pencahayaan menggunakan alat lux meter dengan baik
dan benar.
27
B. CARA PENGUKURAN REFLECTANCE
1. Ukur intensitas penerangan yang jatuh pada langit-langit atau dinding, lantai yang akan
diukur persen (%) reflectancenya.
Misalnya : A lux
2. Hadapkan fotocell menghadap langit-langit atau dinding, lantai dan tempelkan.
3. Tarik fotocell perlahan-lahan menjauhi langit-langit, lantai, dinding tersebut dan hentikan
penarikan jika jarum tiak bergerak konstan.
4. Baca dan catat angka yang terukur oleh jarum.
Misalnya = B lux maka % reflectancenya.
𝐵
𝑥 100 %
𝐴
𝑅 (𝑁 − 1)(𝑀 − 1) + 𝑄 (𝑁 − 1) + 𝑇 (𝑀 − 1) + 𝑃
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑖𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = (𝐹𝐶)
𝑀𝑁
Keteranngan :
P = pojok
T = lawan Q
Q = pinggir
R = tengah
M = jumlah kolom
N = jumlah bams
28
PENGUKURAN KEBISINGAN DENGAN SLM
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa memahami cara pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter.
29
- Apabila alat menunjukkan 94,0 alat siap digunakan. Bila tidak, putar sekrup Cal
dengan menggunakan obeng kalibrasi ke kiri atau ke kanan hingga menunjukkan angka
94,0.
4. Meletakkan Sound Level Meter pada ketinggian 1 – 1,2 meter
5. Menyalakan Sound Level Meter dengan :
- Menyalakan Switch Function ke A (94,0 dB) jika menggunaan Sound Level Meter tipe
SL-4022 merk Lutron.
- Menyalakan Switch Power ke tanda I (tengah) jika menggunakan Sound Level Meter
tipe NA-24 merk RION.
6. Menghitung tingkat kebisingan dengan nilai Mean, Modus, Median.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎
Mean =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎
Keterangan =
Data ke-x dicari dengan menggunakan rumus
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎
Data ke-x =
2
Syarat perhitungan :
Untuk menghitung median dan modus data harus diurut terlebih dahulu dari yang terendah ke
tertinggi.
30
PENGUKURAN KADAR DEBU DENGAN HVS
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat memahami pengukuran kadar debu di udara ambien dengan menggunakan alat
HVS (High Volume Sampler).
31
2. Mengambil kertas filter kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan diamkan selama 24
jam dengan tujuan untuk mendapat berat filter yang sebenarnya.
3. Setelah 24 jam, timbang kertas filter pada timbangan analitik dan catat berat awal kertas
filter.
4. Lipat kertas filter menjadi dua bagian dan masukkan ke dalam amplop.
5. Kertas filter siap untuk digunakan.
B. Pengukuran debu menggunakan HVS
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Tempatkan alat HVS dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak diperbolehkan di bawah pohon yang rindang.
b. Jarak penempatan alat HVS harus 2x tinggi bangunan.
3. Pasang steker pada stop kontak (apabila stop kontak jauh dapat dibantu dengan kabel rol)
dan alat akan menyala dengan sendirinya.
4. Panaskan selama 10 menit.
5. Matikan alat dengan memutus aliran listrik dengan cara mencabut steker pada stop kontak.
6. Buka tutup HVS.
7. Buka sekrup pengunci filter pada alat HVS.
8. Pasang kertas filter pada alat HVS dan kunci kembali sekrup pada alat dengan cara
memutar sekrup hingga kencang.
9. Pasang steker pada stop kontak (apabila stop kontak jauh dapat dibantu dengan kabel rol)
dan alat akan hidup dengan sendiriya.
10. Atur flow dengan range 1,1-1,7.
11. Cara mengatur flow
a. Memutar sekrup pengatur flow dengan menggunakan obeng kecil kea rah jarum jam
atau sebaliknya pada kotak pengaturan yang terdapat pada badan alat HVS.
b. Pengaturan sesuai dengan 1,1-1,7.
12. Lihat pergerakan air raksa pada alat HVS, apabila air raksa melebihi skala 1,7 sekrup
diputar berlawanan arah jarum jam. Apabila air raksa kurang dari skala 1,1 sekrup diputar
searah jarum jam.
13. Lakukan selama 8 sampai 24 jam.
14. Setelah 8 sampai 24 jam, buka sekrup pengunci kertas filter dan lipat kertas filter menjadi
dua bagian serta masukkan ke dalam amplop.
15. Masukkan kertas amplop ke dalam desikator dan diamkan selama 24 jam.
32
16. Setelah 24 jam timbang kertas filter pada timbangan neraca analitik dan catat berat kertas
filter.
17. Menghitung kadar debu dengan rumus
𝑊𝑓 − 𝑊𝑖
𝑆𝑃𝑀 =
𝑣𝑥𝑡
Keterangan :
SPM : Suspended Particulate Mater (Mg/M3)
Wf : Berat sesudah (Mg)
Wi : Berat sebelum (Mg)
v : Kecepatan flow (M3/menit)
t : Waktu (menit)
33
34
35