Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Data kualitas lingkungan merupakan dasar perencanaan, evaluasi, maupun pengawasan
yang sangat berguna bagi para pengambil keputusan, perencana, penyusun program baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam menentukan kebijakan lingkungan hidup.
Untuk mendapatkan validitas data hasil pengujian parameter kualitas lingkungan hidup yang
dapat dipercaya sesuai tujuan, maka dokumen perencanaan dan pengambilan sampel yang
representatif harus merupakan bagian integral dari suatu kegiatan pengujian parameter
kualitas lingkungan.
Pengambilan sampel dan pengujian parameter kualitas lingkungan merupakan
pekerjaan yang tidak mudah karena polutan lingkungan mempunyai sifat yang dinamis serta
bermigrasi seiring dengan pengaruh situasi dan kondisi setempat. Disamping faktor migrasi
terhadap ruang dan waktu, kadar parameter kualitas lingkungan yang berasal dari air, udara
dan tanah yang umumnya rendah merupakan masalah analitik yang sering muncul ketika
menganalisis sampel lingkungan di laboratorium..
Untuk mengatasi permasalahan yang kompleks tersebut, perencanaan pengambilan
sampel yang komprehensif harus merupakan bagian integral dari suatu kegiatan penguji
parameter kualitas lingkungan. Jika pengambilan sampel tidak memenuhi kesesuaian
terhadap kaidah yang berlaku, maka langkah selanjutnya berupa pengawetan, transportasi,
penyimpanan, maupun pengujian di laboratorium akan berjalan sia – sia.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja macam-macam pemeriksaan kualitas lingkungan?
2. Bagaimana prinsip dasar pengambilan nilai itu?
3. Apa saja pertimbangan umum saat pengambilan sampel?
I.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui informasi awal kualitas lingkungan pada daerah dan
waktu tertentu.
2. Untuk menentukan status kualitas lingkungan pada daerah dan waktu tertentu
3. Untuk dijadikan dasar pertimbangan, penyusunan, dan evaluasi
kebijakan pengelolaan lingkungan.

4
BAB II
DASAR TEORI

Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung


pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap awal
yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil pekerjaan pada
berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri dari perencanaan,
persiapan, pelaksanaan pengambilan sampel serta Quality Asurance (QA) dan Quality
Control (QC) pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil sampel sebelum ke
lapangan adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen yang membantu dalam
setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas dan sistematik.
Untuk mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel yang
representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif sekitarnya. Dengan
pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian dapat menggambarkan
kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya.
Pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting, karena
sampel merupakan cerminan dan populasi yang ada. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode purposif sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan
tertentu (Singarimbun, et al 1989, dalam tesis Azwir 2006).

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel:


1. Menentukan tujuan pengambilan sampel;
2.  Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai;
3. Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai dengan standar atau
peraturan tertentu;
4. Menentukan metode analisis;
5. Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah sampling dilakukan secara
random atau acak;
6. Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel
7. Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel
8. Menentukan frekuensi sampling
9. Menyiapkan pengendalian mutu
10. Menyiapkan dokumentasi (daftar periksa persiapan pengambilan sampel, formulir
rekaman dat pengambilan sampel, laporan pengambilan sampel).

2.1 Pengamanan Sampel


Pengamanan sampel terdiri dari :
1. Identifikasi/pengkodean sampel
2. Pengemasan sampel
3. Penyegelan wadah sampel, bila diperlukan
4. Tindakan pencegahan selama transportasi ke laboratorium, jika ada ketidak
sesuaian
5. Penyimpanan sampel di laboratorium

5
2.2 Persiapan pengambilan sampel
Persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel di lapangan adalah:
1. Personel pengambil sampel
2. Persiapan peralatan pengambil sampel
3. Persiapan peralatan pengukuran di lapangan
4. Persiapan peralatan pendukung
5. Persiapan prosedur pengambilan sampel
6. Persiapan wadah sampel
7. Persiapan bahan pengawet, bila diperlukan
8. Mengkalibrasi alat pengukur parameter lapangan
9. Persiapan dokumentasi
10.Persiapan pengendalian mutu lapangan
11. Persiapan rekaman lapangan.

2.2.1. Personil
Sampel harus diambil oleh personil yang memiliki latar belakang
pendidikan yang sesuai, mendapatkan pelatihan pengambilan sampel, cukup
pengalaman, dan mampu mendemonstrasikan keahlian serta ketrampilannya.
Apabila pengambilan sampel dilakukan oleh personel pihak lain, misalnya
pelanggan, pengawas atau penyidik dari instansi yang berwenang, pihak
laboratorium harus menyediakan prosedur atau instruksi yang terdokumentasi, dan
hal-hal lain yang diperlukan, seperti peralatan, wadah sampel dll.

2.2.2. Peralatan
Peralatan yang harus disiapkan sebelum melakukan pengambilan sampel
terdiri dari : alat pengambil sampel, alat ukur parameter lapangan dan wadah
sampel. Alat pengambil sampel harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel sehingga bahan tersebut
tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel, tidak melarutkan zat-zat kimia ke
dalam sampel, dan tidak bereaksi dengan sampel, (misal : alat pengambil sampel
pengujian parameter minyak dan lemak menggunakan wadah/gelas kaca);
1. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya;
2. Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa
bahan tersuspensi di dalamnya;
3. Mudah dan aman dibawa
4. Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.

2.3 Lokasi dan titik pengambilan sampel


Langkah awal dalam pelaksanaan pengambilan sampel adalah menentukan
lokasi pengambilan sampel pada sungai dengan mengetahui keadaan geografi sungai
dan aktivitas di sekitar daerah aliran sungai.

Lokasi pengambilan sampel meliputi:


1. Daerah hulu atau sumber air alamiah, yaitu pada lokasi yang belum atau
sedikit terjadi pencemaran, atau terkontaminasi sumber pencemar.

6
2. Sumber air tercemar, yaitu pada lokasi yang mengalami perubahan/penurunan
kualitas air yang diakibatkan oleh aktivitas industri, pertanian, domestik, dan
sebagainya (sumber pencemar).
3. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi tempat penyadapan/pemanfaatan
badan air untuk aktivitas industri, pertanian, perikanan, dan lain-lain.
4. Lokasi masuknya air ke waduk atau danau, dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas air pada badan air secara keseluruhan.

Titik pengambilan sampel air sungai, ditentukan berdasarkan debit air sungai, yang diatur
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, sampel diambil pada satu titik di
tengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan, sehingga
diperoleh sampel air dari permukaan sampai ke dasar secara merata;
2.  sungai dengan debit antara (5 – 150) m3/detik, sampel diambil pada dua titik
masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai, pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan, sehingga diperoleh sampel air dari permukaan sampai
ke dasar secara merata, kemudian dicampurkan;
3. sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, sampel diambil minimum pada enam
titik, masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai, pada kedalaman 0,2
dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan, sehingga diperoleh sampel air dari
permukaan sampai ke dasar secara merata, kemudian dicampurkan.

2.4 Jaminan mutu pengambilan sampel


Jaminan Mutu merupakan bagian yang penting dalam menghasilkan validitas data
lapangan. Dengan jaminan mutu yang baik maka data yang dihasilkan dapat
dibuktikan secara teknis dan dapat dipertahankan secara legal.
Jaminan mutu pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat gelas bebas
kontaminasi, alat ukur yang terkalibrasi dan dikerjakan oleh petugas pengambil
sampel.
Untuk menjamin kelayakan pengambilan sampel, dilakukan sebagai berikut :
1. sampel lapangan (satu lokasi)
2. bila sampel diambil 1 sampai dengan 10 sampel, satu sampel duplikat harus
diambil, sampel duplikat diambil dari titik yang sama pada waktu yang hampir
bersamaan;

sampel blanko terdiri dari :


1. Blanko media, untuk medeteksi kontaminasi pada media dalam pengambilan
sampel (peralatan pengambilan sampel, wadah), salah satu wadah yang akan
digunakan diambil secara acak, kemudian diisi dengan aquabides dan dibawa ke
lokasi pengambilan sampel, kemudian di analisis di laboratorium.
2. Blanko perjalanan, Sekurang-kurangnya satu blanko perjalanan disiapkan untuk
setiap jenis sampel yang mudah menguap, Blanko dibawa ke lokasi pengambilan
sampel, ditutup selama pengambilan sampel dan dibawa kembali ke laboratorium
untuk di analisis.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Macam- macam Pemeriksaan kualitas lingkungan

Penentuan bidang uji kualitas lingkungan dan parameter uji merupakan bagian
dari perencanaan pengambilan sampel lingkungan.

1. Penentuan Bidang Uji Kualitas Lingkungan.

Penentuan bidang uji kualitas lingkungan sangat tergantung pada tujuan yang
ditetapkan. Bidang uji tersebut dibedakan menurut media lingkungan yang ada.
Contoh:

 Air permukaan
 Air tanah
 Air limbah
 Air laut
 Udara ambient

2. Parameter Uji

Parameter yang harus dianalisis disesuaikan dengan baku mutu lingkungan


hidup.Selain itu penentuan parameter yang harus dianalisis sangat tergantung pada
keberadaan bahan pencemaran atau polutan di lingkungan.
Contoh: Air limbah industry logam akan berbeda dengan parameter uji air limbah
industry tekstil. Pemeriksaan kualitas lingkungan berupa:

1. Pemeriksaan Kualitas Udara


Udara adalah atmosfer yang ada disekeliling bumi yang fungsinyasangat
penting untuk kehidupan dimuka bumi ini. Udara merupakan campuran
beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantungpada keadaaan dan
suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya. Yang dapat diuji untuk
mengukur kualitas udara yaitu : NO2, SO2, Ox, dsb.

2. Pemeriksaan Kualitas Air


Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena
makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Parameter uji yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air yaitu :
Parameter Fisik, Kimia dan Biologi

3. Pemeriksaan Kualitas Tanah


Tanah memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Di samping sebagai ruang
hidup, tanah memiliki fungsi produksi, yaitu antara lain sebagai penghasil
biomassa, seperti bahan makanan, serat, kayu, dan bahan obat-obatan. Selain itu,
tanah juga berperan dalam menjagakelestarian sumber daya air dan kelestarian
lingkungan hidup secara umum. Parameter uji yang dapat dilakukan untuk

8
pemeriksaan kualitas tanah yaitu : Parameter Fisika Tanah, Biologi Tanah dan
Kimia Tanah.

3.2 Prinsip Dasar Pengambilan Nilai


Data kualitas lingkungan merupakan dasar perencanaan, evaluasi, maupun
pengawasan yang sangat berguna bagi para pengambil keputusan, perencana, penyusun
program, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam menentukan kebijakan
lingkungan hidup. Untuk mendapatkan validitas data hasil pengujian parameter kualitas
lingkungan yang dapat dipercaya sesuai tujuan, maka dokumen perencanaan dan
pengambilan sampel yang representatif harus merupakan bagian integral dari suatu
kegiatan pengujian parameter kualitas lingkungan.

Dalam prakteknya, pengambilan sampel dan pengujian parameter kualitas


lingkungan merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena polutan lingkungan
mempunyai sifat yang dinamis serta bermigrasi seiring dengan pengaruh situasi dan
kondisi setempat. Disamping faktor migrasi terhadap ruang dan waktu, kadar parameter
kualitas lingkungan yang berasal dari air, udara dan tanah yang umumnya rendah
merupakan problem analitik yang sering muncul ketika menganalisis sampel lingkungan
di laboratorium.

Untuk mengatasi permasalahan yang kompleks tersebut, perencanaan pengambilan


sampel yang komprehensif harus merupakan bagian integral dari suatu kegiatan
pengujian parameter kualitas lingkungan. Jika pengambilan sampel tidak memenuhi
kesesuaian terhadap kaidah yang berlaku, maka langkah selanjutnya berupa
pengawetan, transportasi, penyimpanan, preparasi, maupun pengujian di laboratorium
akan sia-sia.

3.3 Pertimbangan umum pengambilan sampel

I. Permasalahan pengambilan sampel lingkungan


1. Polutan bersifat dinamis dan bermigrasi sesuai dengan perubahan situasi dan
kondisi setempat
Migrasi kecepatan lepasnya polutan ke lingkungan fisika polutan dan
intervensi manusia. Pada umumnya migrasi polutan terjadi melalui angin, hujan, air
permukaan, air tanah, air laut, dan intervensi manusia yang berupa pipa limbah
cair, drainase, dan lain-lain.

2. Konsentrasi parameter kualitas lingkungan rendah

9
Menyebabkan degradasi, deteriosasi, dan kontaminasi dari berbagai sumber saat
pengambilan sampel, perlakuan sampel di lapangan, transportasi, penyimpanan,
preparasi, dan analisis di laboratorium.
3. Sulit mendapatkan sampel yang homogen

II. Aspek-aspek yang harus di pertimbangkan.


Jika pengambilan sampel tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, langkah
selanjutnya seperti pengawetan, transportasi, penyipanan, preparasi, maupun
pengujian di lab, akan sia-sia dan membuang buang waktu serta biaya. Filosofi
penjaminan mutu menyatan bahwa setiap tahapan kegiatan tidak asal betul saja, tetapi
harus betul sejak awal dalam setiap proses.
Beberapa aspek yang harus di pertimbangkan dalam pengambilan sampel
lingkungan
1. Lokasi dan titik pengambilan sampel
Pertanyaan penting:
a. Apa tujuan pengambilan sampel yang akan dilakukan?
b. Adakah lokasi dan titik sesuai dengan ketentuan yang berlaku?
c. Apakah lokasi dan titik tersebut representatif?
d. Parameter apa yang akan dianalisis?
e. Bagaimana lokasi dan titik pengambilan dapat di ketahui ?
f. Apa yang harus direkam? Mengapa representatif?
2. Parameter kulitas lingkungan
1. Parameter primer : senyawa kimia yang masuk ke lingkungan tanpa berinteraksi
dengan senyawa lain, misalnya peptisida dan logam berat
2. Parameter sekunder: terbentuk akibat adanya interaksi, transformasi atau reaksi
kimia antar parameter primer menjadi senyawa lain misalnya dalam
pembentukan hujan asam sulfur dioksida (SO2) menjadi asam sulfat (H2SO4)
karena bereaksi dengan uap air (H2O) di atmosfer.
3. Parameter kunci: parameter yang mewakili kualitas lingkungan. Misalnya, untuk
mengetahui kualitas air limbah adalah suhu (C), daya hantar listrik (DHL),
derajat keasaman (pH), dan lain-lain
4. Parameter lapangan: memastikan kesahihan hasil pengujian. Contohnya, pada saat
mengambil sampel air sungai yang perlu diukur adalah pH, suhu, DO, DHL,
kekeruhan debit air, cuaca, dan kondisi setempat.
Untuk pengambilan sampel udara ambien, yang perlu diukur adalah kecepatan
angin, arah angin, suhu, kelembapan udara, dan kecepatan aliran pompa penghisap
udara.

3. Ukuran, jumlah, dan volume sampel


Ukuran, jumlah dan volume sampel tergantung pada parameter yang akan
diuji, metode pengujian yang digunakan, dan distribusi polutan di lingkungan.
Apabila sampelnya berlebihan, biaya pengambilan sampel, transportasi, wadah,
bahan pengawet, dan pengolahan sisa sampel setelah pengujian di labolatorium akan
bertambah.

10
Sebaliknya juga, jumlah sampel yang terlalu sdikit akan mengganggu pengujian
baik saat mereplikasi maupun membuat arsip sampel yang disimpan di labolatorium.
4. Homogenitas sampel
Homogenitas sampel atau uji homogenitas adalah sesuatu yang mempunyai
komposisi yang sama pada setiap titik dan setiap saat (Kateman&Buydens,1993).
Adapun yang harus diperhatikan ketika uji homogenitas dtersebut dilakukan,yaitu:
 Pengambilan sampel lingkungan yang homogen sangat sulit.
 Jika sampel lingkungan seragam secara visual dilakukan pengambilan sampel
sesaat.
 Jika tidak seragam, dilakukan pengambilan sampel gabungan atau sampel terpadu.

5. Jumlah titik pengambilan sampel


Penetapan jumlah titik pemgambilan sampel merupakan hal yang sangat menentukan
representatif atau tidaknya suatu sampel lingkungan. Tergantung pada biaya, masalah
yang dihadapi dan tujuan yang ditetapkan.
Untuk menentukan jumlah titik pengambilan sampel pada sungai, dilihat dari
panjang lebar sungai, kedalaman sungai, debit air sungai, dan karakteristik polutan
dalam air sungai. Untuk sampel emisi, dari cerobong industri dilihat diameter ekuivalen
dan tinggi cerobong.
6. Waktu pengambilan sampel
Tidak ada peraturan kapan pengambilan sampel lingkungan harus dilakukan.
Pendekatannya adalah dengan mengasumsikan saat media lingkungan cukup homogen
sehingga sampel dapat mewakili kondisi yang disyaratkan .

III. Kaidah ilmiah dan hukum


• Hasil uji kualitas lingkungan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dan hukum karena dapat digunakan sebagai dasar perencanaan, evaluasi dan
pengawasan dalam pegelolaan lingkungan hidup.
• Kaidah ilmiah dan peraturan perundang-undangan dijadikan dasar dalam
pengambilan sampel.
• Filosofi “benar sejak awal” harus diterapkan dalam menghasilkan data kualitas
lingkungan.

11
Perencanaan Pengambilan Sampel

Persiapan Pengambilan
Sampel

Pengambilan sampel
pendahuluan

Perubahan perencanaan Analisis sampel di lapangan Pengulangan pengambilan


pengambilan sampel sampel pendahuluan

Sesuai perencaan
tidak pengambilan sampel
tahap2
tahap1

Pengambilan sampel

Perlakuan sampel di
laboraturium

Pengulangan bila diperlukan


Transportasi sampel
pengambilan sampel

Preparasi sampel di Penyimpanan sampel di


laboraturium laboraturium

Analisis sampel di
laboraturium

tidak Sesuai perencanaan pengambilan sampel

ya
Pelaporan misi pengujian
parameter lingkungan

1.1 Perencanaan pengambilan sampel dalam pengujian parameter lingkungan

BAB IV

12
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Populasi sampel merupakan populasi dimana sebuah sampel dipilih secara langsung
dengan menerapkan suatu metode pemilihan sampel tertentu, termasuk metode
pemilihan stratifikasi bertahap
Cara menghitung besar sampel suatu penelitian sangat ditentukan oleh desain
penelitian yang digunakan dan data yang diambil. Jenis penelitian observasional dengan
menggunakan desain cross – sectional akan berbeda dengan case – control study dan
khohor, demikian pula jika data yang dikumpulkan adalah proporsi akan beda jika data
yang digunakan adalah data continue. Sehingga yang diperhatikan menjadi satu
kebutuhan bagi setiap peneliti untuk memahami kaidah – kaidah yang benar dalam
menentukan sampel minimal dalam sebuah penelitian.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dalam penelitian, peneliti harus dapat
menentukan teknik yang tepat dan efektif sehingga didapatkan sampel yang baik

4.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami sadar makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Kami minta maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan dan isi makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

13
https://dokumen.tips/documents/pengelolaan-pengambilan-sampel-lingkungan.html
https://www.academia.edu/8900612/PERSYARATAN_PENGAMBILAN_SAMPEL_SAM
PEL
http://iqllim.blogspot.com/p/prinsip-dasar-perhitungan-besar-sample.html
http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/kegiatan-lab-kesling.pdf
https://rinosafrizal.com/bidang-uji-kualitas-lingkungan/
Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengolahan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

14

Anda mungkin juga menyukai