Indonesia saat ini dalam kondisi sangat memprihatinkan, banyak masalah menimpa
bangsa kita. Salah satu issue terbesar untuk dituntaskan oleh negara Indonesia yaitu korupsi.
Korupsi telah muncul disegala aspek kehidupan negara indonesia. Bahkan dari sektor
terkecilpun korupsi bisa saja terjadi. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan kehidupan
masyarakat, kini korupsi makin luas dalam hal bentuk-bentuknya, serta metode tindak pidana
korupsi. Korupsi dari kalangan terbawah sampai kalangan jabatan tertinggi di Indonesia ini
pun sudah terbiasa dengan nama yang satu ini “korupsi “
Dengan adanya pancasila dapat digunakan sebagai sumber nilai anti korupsi yang telah
dibenarkan dengan pernyataan Komisi Pemberantasan Korupsi, yang menegaskan bahwa
Pancasila merupakan sumbernilai anti korupsi. Yang menjadi permasalahan adalah dimana
arah ideologi sekarang seperti di persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang dianut seperti
kapitalis yang menjadikan seseorang terdorong untuk melakukan tindakan korupsi.Saatnya
Pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar filsafat Negara bersama dengan norma agama.
Benar adanya bahwa korupsi terjadi karena pemahaman kita mengenai Pancasila masih
kurang. Kebanyakan dari kita hanya mengetahui sila-sila dari Pancasila namun dalam
memaknainya masih kurang sehingga masih banyak pelanggaran-pelanggaran dan
penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di negeri ini. Hal-hal tersebut yang menjadikan
Pancasila itu diperlukan sebagai pendidikan anti korupsi.
KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua
merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota. Pimpinan KPK
memegang jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa
jabatan. Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.[1]
Kasus Korupsi
Proyek pengadaan pipa atau instalasi pengolahan air di Kota Palopo tersebut
dibangun di wilayah Kecamatan Wara Barat dan Kecamatan Telluwanua
dengan menggunakan anggaran tahun 2016 sekitar Rp 15 miliar, atau
tepatnya Rp 15.049.110.000.
Polda Sulsel mulai menyelidiki kasus ini pada 2017 dengan dugaan awal
jaringan pipa air yang dibangun di dua kecamatan tersebut tidak sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan.