Anda di halaman 1dari 10

Korupsi, Menyesatkan dan Menyengsarakan Bangsa

Oleh Zumatul Amilin

Abstrak
Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian Negara. Tindak pidana
korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus
meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah
kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan
semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Memang sebelum merdeka, bangsa Indonesia telah terdidik sebagai
koruptor. Hal tersebut sangat sulit hilang sampai Indonesia mencapai kemerdekaan
dan sampai sekarang pun masih tetap melakukan korupsi. Pancasila sebagai
ideologi bangsa yang isinya merupakan cerminan kebudayaan bangsa ternyata
belum bisa menjadi cerminan bagi bangsa Indonesia saat ini. Masih banyak bangsa
Indonesia lalai akan nilai-nilai pancasila yang sebenarnya.
Kata Kunci : Korupsi, Bangsa Indonesia, Nilai-nilai Pancasila

PENDAHULUAN
Dari segi semantik, "korupsi" berasal dari bahasa Inggris, yaitu corrupt,
yang berasal dari perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu com yang berarti
bersama-sama dan rumpere yang berarti pecah atau jebol. Istilah "korupsi" juga bisa
dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan
karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai
menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan
administrasinya. Secara hukum pengertian "korupsi" adalah tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang tindak pidana korupsi. Masih banyak lagi pengertian-pengertian
lain tentang korupsi baik menurut pakar atau lembaga yang kompeten. Untuk
pembahasan dalam situs MTI ini, pengertian "korupsi" lebih ditekankan pada
perbuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk
keuntungan pribadi atau golongan.

1
Para pelaku korupsi bukanlah orang-orang bodoh. Mereka adalah orang-
orang berpendidikan yang dengan sengaja memanfaatkan jabatan dan ilmunya
untuk mendapatkan keuntungan besar untuk dirinya sendiri. Banyak alasan dan
sebab mengapa mereka melakukan korupsi. Nafsu untuk hidup mewah dengan
cepat, jiwa Pancasila yang belum mantap di setiap warga negara, pengawasan yang
belum memadai, mental dan rasa keagamaan yang rendah, gaji atau pendapat yang
rendah, dorongan keluarga, rasa malu yang rendah dan kesadaran hukum yang
masih rendah.
Salah satu korupsi yang sangat parah adalah di dunia pendidikan. Banyak
bangunan gedung sekolah yang sudah tidak layak huni masih dipakai untuk
sekolah. Atap, dinding, kursi, bahkan meja pun banyak yang sudah tidak layak
pakai. Contohnya keadaan sekolah dasar yang tidak jauh dari ibu kota Jakarta.
Bangunan gedung sekolah yang hampir rubuh masih ada.
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 4 bahwa negara
memprioritaskan angggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan APBD untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Dengan
kenaikan anggaran ini seharusnya juga diikuti dengan program yang tepat pula.
Perluasaan akses dan pemerataan mutu pendidikan di level pendidikan dasar perlu
diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah tidak cukup hanya mengejar mutu di
level nasional dengan menggenjot target minimum untuk lulus ujian, membangun
sekolah unggul dan mengandalkan sejumlah murid berprestasi di ajang nasional
maupun internasional. Sekolah unggul dan siswa berprestasi hanyalah di titik-titik
tertentu saja, namun kenyataannya di sebagian besar daerah, khususnya kawasan
miskin dan terpencil, mutu pendidikan sangat rendah.
Oleh karena itu, penulis membuat artikel yang berjudul Korupsi,
Menyerengsarakan dan Menyesatkan Bangsa yang akan membahas apa itu korupsi
serta dampaknya bagi masyarakat Indonesia.

2
TUJUAN
Adapun tujuan artikel ini dibuat adalah untuk mengetahui apa itu korupsi
serta dampak yang ditimbulkan dari korupsi.

METODE
Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam artikel ini adalah mengumpulkan
informasi-informasi tentang kasus korupsi yang ada di indonesia baik dari media
cetak, media elektronik, media sosial dan lain-lain.
Metode Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mencari referensi pada literatur buku dan situs
internet yang berhubungan dengan artikel ini sehingga dapat digunakan sebagai
dasar teori artikel.

PEMBAHASAN
Meningkatnya kasus korupsi dinegeri ini paling tidak dapat dilihat dari data
pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dari tahun 2004 sampai 31 Agustus 2013. Data jenis perkara korupsi didominasi
oleh kasus penyuapan, pengadaan barang dan jasa, dan penyalahgunaan anggaran.
Sisanya ada kasus pungutan, perizinan, TPPU dan upaya merintangi proses
penyidikan KPK. Kasus penyuapan menjadi praktik korupsi yang terfavorit
dilakukan dan terakhir dugaan penyuapan oleh Ketua MK Non Aktif yang sangat
menggegerkan negeri ini. Kemudian tidak kalah berbahayanya, TPPU/tindak
pidana pencucian uang (money laundering) kini telah menjadi modus bagi para
koruptor untuk menyembunyikan hasil korupsinya. Kemudian data penanganan
korupsi berdasarkan profesi/jabatan didominasi oleh anggota DPR/DPRD, pejabat
eselon I,II dan III, swasta dan kepala daerah. Selanjutnya disusul oleh Kementerian,
Duta Besar, Komisioner, Hakim dan lain-lain. Data ini menunjukkan telah
mengguritanya korupsi semua bidang, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif,
termasuk pihak swasta. Kedua data di atas tentu belum data total kasus korupsi
yang terjadi, karena KPK tidak menangani semua kasus korupsi, tetapi juga

3
dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan di daerah-daerah. Namun satu hal yang
terlihat jelas disini adalah, korupsi kini tidak hanya di pusat tetapi juga ikut
terdesentralisasi ke daerah-daerah sampai ketingkat desa. Jadi otonomi daerah
sekarang sepertinya termasuk pula kewenangan untuk korupsi berjamaah. Menurut
Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi “dari 536 Kabupaten/Kota yang ada saat
ini, sudah ada 291 Kepala Daerah jadi tersangka korupsi (April 2013)”. Jadi hampir
50 % Kepala Daerah berstatus tersangka korupsi. (Opini Bangka Pos, 30 Oktober
2013).
Ada empat macam korupsi diantaranya yaitu :
1. Korupsi ekstraktif adalah suap dari penguasa kepada penguasa untuk kemudahan
usaha bisnisnya dan agar memperoleh perlindungan.
2. Korupsi manipulatif adalah kejahatan yang dilakukan pengusaha untuk
mendapatkan kebijakan/aturan/keputusan, agar dapat mendatangkan
keuntungan ekonomi bagi dirinya.
3. Korupsi nepotetik dan kronisme adalah perlakuan istimewa yang dilakukan oleh
penguasa kepada sanak saudaranya atau kerabatnya (istri, anak, menantu, cucu,
keponakan, ipar) dalam rekruitmen atau pembagian aktivitas yang
mendatangakan keuntungan sosial ekonomi maupun politik.
4. Korupsi subversif adalah pencurian kekayaan negara oleh para penguasa yang
merusak kehidupan ekonomi bangsa.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
 perbuatan melawan hukum,
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah
 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
 penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan

4
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Indonesia, merupakan negara ke tiga terkorup di dunia. Mengejutkan
memang, sebagai negara yang mayoritas penduduknya baragama Islam, Indonesia
menjadi sorotan dunia tentang hal ini. Pemerintah sendiri dalam mengatasi masalah
terpelik di negara ini masih belum menunukkan hasil yang maksimal. Justru selama
ini yang mengungkap kasus-kasus korupsi adalah LSM-LSM, malah bebrapa waktu
yang lalu, salah satu anggota LSM terkemuka di Indonesia yang mengawasi khusu
masalah korupsi, ICW (Indonesian Corruption Watch) mendapat pengakuan
internasional atas jasanya mengungkap kasus korupsi yang dilakukan oleh KPU
(Komisi Pemilihan Umum). Sebenarnya masih banyak lagi kasus korupsi di negara
ini yang belum terungkap, dari korupsi puluhan juta sampai trilyunan rupiah.
Pemerintah telah merumuskan UU anti korupsi yang terdiri dari empat unsur
penting yaitu unsur penyalahgunaan wewenang, unsur memperkaya diri sendiri
atau korporasi, unsur merugikan keuangan negara dan unsur pelanggaran hukum.
Jika terjadi tindak korupsi, pelakunya langsung bisa dijerat dengan tuduhan atas
empat unsur tersebut. Adapun pengertian lain tentang pengertian korupsi
dirumuskan oleh Robert Klitgaard. Klitgaard merumuskan bahwa korupsi terjadi
karena kekuasaan dan kewenangan yang diimbangi dengan akuntabilitas
(pertanggungjawaban) sehingga dapat dirumuskan:
C=M+D–A
Corruption = Monopoli + Diskresi - Akuntabilitas.
Sekarang masalahnya apakah korupsi yang terjadi sekarang ini termasuk
pelanggaran HAM? Apalagi sekarang ini orang-orang sedang sibuk membicarakan
masalah HAM, ada suatu perkara sedikit langsung lapor ke komnas HAM. Sebegitu
mudahnya mereka membicarakan HAM, sedangkan hakikat HAM sendiri mereka
tidak mengerti. Dalam masalah perkorupsian ini, dari dokumen-dokumen HAM
yang ada yaitu: Universal Declaration Human Right, The International Covenant
on Civil and Political Right (ICCPR) danThe international Covenant on Economic,
Social and Cultural right (ICESCR), menyebutkan bahwa korupsi sesunggunya
merupakan suatu bentuk dari pelanggaran HAM. Tetapi Islam sendiri sejak
kehidupan Imam Syatibi sendiri (500 tahun sebelum deklarasi HAM di Jenewa)

5
telah menggaris bawahi alam kitabnya al-Muwafaqot I, bahwa maqosid tasyri’
dalam Islam minimal telah memperjuangkan hak-hak yang selama ini digembor-
gemborkan orang. Hak itu antara lain:
 Hifdz din (beragama)
 Hifdz nasab (keseluruhan)
 Hifdz jasad (kesehatan dan keamanan)
 Hifdz mal (harta benda)
 Hifdz aql (pendidikan)
Dampak korupsi itu sangatlah besar dan sangat merugikan banyak orang.
Dampak dari korupsi langsung dirasakan oleh pembangunan bangsa. Korupsi
dalam dunia demokrasi akan mempersulit tata pemerintahan yang baik (good
governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan
umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di
pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban
hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan
dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya,
dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang
bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi
seperti kepercayaan dan toleransi.
Korupsi dalam bidang ekonomi juga mempersulit pembangunan ekonomi
dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private,
korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal,
ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan
perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa
korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus
yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan
pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi
menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan
perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan
sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.

6
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan
dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek
masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan
lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. Para pakar ekonomi memberikan
pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika
dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang
menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri,
bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar
bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali
dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari
semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk
pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain.
Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai
1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun,
melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri. (Hasilnya, dalam artian
pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam
satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya
adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering
menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi
dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di
luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.
Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun
merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus “pro-bisnis” ini

7
hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan
sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.
Korupsi juga memberikan kontribusi pada nilai defisit fiskal yang besar,
meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi membedakan kesempatan
individu dalam posisi tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas
pemerintah pada biaya yang sesungguhnya ditanggung oleh masyarakat Ada
indikasi yang kuat, bahwa meningkatnya perubahan pada distribusi pendapatan
terutama di negara negara yang sebelumnya memakaii sistem ekonomi terpusat
disebabkan oleh korupsi, terutama pada proses privatisasi perusahaan negara.
Korupsi mendistorsi mekanisme pasar dan alokasi sumber daya. Korupsi
juga mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam
bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika
kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan
dan kebijakan, misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan
sebagainya, malah akan mendorong terjadinya inefisiensi.
Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan
yang produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada
akhimya menyumbangkan negatif value added. Korupsi juga menjadi bagian dari
welfare cost memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya
yang harus dibayar oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga
secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.
Selain dikarenakan program-program pemerintah tidak mencapai sasaran,
korupsi juga mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin.
Perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi sasaran
korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak
resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara
negara berkembang seperti Indonesia, perusahaan kecil (UKM adalah mesin
pertumbuhan karena perannya yang banyak menyerap tenaga kerja).
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk menanamklan
modalnya di Indonesia dan lebih memilih menginvestasikannya ke negara-negara

8
yang lebih aman seperti Cina dan India. Sebagai konsekuensinya, mengurangi
pencapaian actual growth dari nilai potential growth yang lebih tinggi.
Berkurangnya nilai investasi ini diduga berasal dari tingginya biaya yang harus
dikeluarkan dari yang seharusnya. ini berdampak pada menurunnya growth yang
dicapai. Studi didasarkan atas analisa fungsi produksi dimana growthadalah fungsi
dari investasi. Korupsi juga mengurang pendapatan pemerintah akan terpangkas
bahkan lebih dari 50%, sebagai contoh kasus dugaan korupsi Presiden Soeharto
yang tidak kunjung kelar yang di sinyalir menggelapkan uang negara sekitar 1,7
triliun. Agar pengeluaran pengeluaran pemerintah tidak defisit maka di lakukan
pengurangan pengeluaran pemerintah.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas didapatkan kesimpulan yang mengarah pada tujuan
artikel yaitu mengetahui apa itu korupsi serta dampak yang ditimbulkan dari
korupsi.
1. Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. pengertian
"korupsi" lebih ditekankan pada perbuatan yang merugikan kepentingan publik
atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau golongan.
2. Dampak yang ditimbulkan korupsi adalah korupsi mempersulit demokrasi dan
tata pemerintahan yang baik (good governance), Korupsi juga mempersulit
pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang
tinggi, korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan
pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik, korupsi mendistorsi mekanisme
pasar dan alokasi sumber daya, korupsi mengurangi kemampuan pemerintah
untuk melakukan perbaikan dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat
kegagalan pasar (market failure), korupsi memperbesar angka kemiskinan dan
mengurangi pengeluaran pada bidang pendidikan dan kesehatan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Id-jurnal.blogspot.com/2008/04/dampak-korupsi-terhadap-ekonomi.html
(diakses tanggal 19 September 2014 09.15 pm)
Id.wikipedia.org/wiki/korupsi (diakses tanggal 19 September 2014 10.00 pm)
http://indoline-indonesia.com/2013/10/30/inilah-dampak-buruk-korupsi-bagi-
bangsa/ (diakses tanggal 19 September 2014 8.00 pm)
Zachrie Wijayanto, Ridwan. 2009. Korupsi mengorupsi Indonesia: sebab,
akibat, dan prospek pemberantasan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

10

Anda mungkin juga menyukai