Anda di halaman 1dari 23

Implikasi 9 Prinsip Pembelajaran Gagne

Disusun Oleh :

Hilmi Hanafi (1502619077)

DOSEN PENGAMPU 

Marja, M.Pd. 

Prodi Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Universitas

Negeri Jakarta
ABSTRAK

Implikasi 9 Prinsip Pembelajaran Gagne

Oleh :

Hilmi Hanafi (1502619077)

Dalam melaksanakan pembelajaran, peran guru sangat penting dalam


merancang kegiatan pembelajaran. Semakin baik guru merancang kegiatan
pembelajaran akan semakin mudah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Dalam merancang pembelajaran yang baik, guru harus memperhatikan
segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang nantinya akan
dilaksanakan mulai dari penyampaian materi, lingkungan kondisi pembelajaran
hingga sampai perbedaan siswa sekalipun. Dalam upaya guru merancang kegiatan
pembelajaran agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa
prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran ini menjadi landasan atau dasar guru
untuk mercancang kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas
dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan
hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Prisnip pembelajaran
diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaraan akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Selain itu akan
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara memberikan dasar-dasar teori
untuk membangun sistem instruksional. Ada beberapa prisnip yang dikemukakan
oleh bebrapa ahli yaitu menurut Atwi Suparman dan Gagne.
Makalah ini dilakukan untuk mendeskripsikan Implikasi prinsip yang
diutarakan gagne dalam proses pembelajaran. Makalah ini dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif dan dalam melakukan pengumpulan data dari
beberapa data jurnal dan referensi tulisan-tulisan Tiap teori belajar menitikberatkan
pada tumpuan yang berbeda-beda, ada yang lebih mementingkan proses belajar,

ii
pada hasil belajar, pada isi atau konten bahan ajar, ada pula yang mengutamakan
kepada pembentukan atau mengkonstruksi pengetahuan, sikap atau
keterampilannya sendiri
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi
harus berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa
bertindak secara tepat. Artinya teori-teori belajar ini diharapkan dapat
mengarahkan dalam merancang dan mealksanakan kegiatan pembelajaran.
Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah
dalam kegiatan pembelajaran, namun akan dapat memberikan arah prioritas dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu para pelaku pembelajaran baik guru,
perancang pembelajaran dan para pengembang program pembelajaran yang
profesional harus dapat memilih teori belajar yang tepat untuk digunakan dalam
desain pembelajaran yang akan dikembangkannya.

Kata kunci : Teori, Prinsip, Pembelajaran

iii
ABSTRACT

Implication of Gagne's 9 Principles of Learning

By:

Hilmi Hanafi (1502619077)

In implementing learning, the teacher's role is very important in designing learning


activities. The better the teacher designs learning activities, the easier it will be for students to
achieve these learning objectives. In designing good learning, teachers must pay attention to all
aspects related to learning activities that will be carried out, starting from the delivery of
material, the environment, the learning conditions to even the differences in students. In the
efforts of the teacher to design learning activities in order to achieve more optimal results,
several principles of learning should be considered. This learning principle becomes the basis or
basis for the teacher to design learning activities. Learning principles are built on the basis of
principles drawn from psychological theory, especially learning theory and research results in
learning activities. The principles of learning are applied in the learning development process
and the implementation of learning will get more optimal results. In addition, it will improve the
quality of learning by providing a theoretical basis for building an instructional system. There are
several principles put forward by several experts, namely according to Atwi Suparman and
Gagne.

This paper was conducted to describe the implications of the principles expressed by the
gagne in the learning process. This paper was conducted using qualitative methods and in
collecting data from several journal data and references to writings. Each learning theory focuses

iv
on a different basis, some are more concerned with the learning process, on learning outcomes,
on the content or content of teaching materials, there are also those who prioritize the formation
or construction of their own knowledge, attitudes or skills

Learning activities cannot be carried out carelessly, but must be based on certain learning
theories and principles in order to act appropriately. This means that learning theories are
expected to be able to direct the design and implementation of learning activities. Although
learning theory cannot be expected to determine step by step in learning activities, it will be able
to provide priority direction in learning activities. Therefore, learning actors, both teachers,
learning designers and professional learning program developers, must be able to choose the
right learning theory to be used in the learning design they are going to develop.

Keywords: Theory, Principles, Learning

v
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Implikasi
9 Prinsip Pembelajaran Gagne ”, ini dengan baik tepat pada waktunya. Materi
yang akan di bahas dalam makalah yang kami buat ini merupakan deskripsi
Implikasi prinsip yang di utarakan gagne untuk pembelajaran.

Makalah ini di buat untuk memperdalam pemahaman pembelajaran


Mengenai Sebuah implikasi narasumber terhadap prinsip yang di buat sebagai
sebuah argumen dan implementasi sehari-hari dalam kehidupan dan khususnya pada
kegiatan belajar mengajar. Mempelajari teori yang terdapat pada materi tersebut, lalu
menyimpulkan serta mencerna dari setiap kalimat.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terimakasih kepada orang tua kami
yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam
proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah
kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain
yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak
manfaat demi kelanjutan pembelajaran kami dan rekan-rekan di kampus UNJ ini

vi
Penulis

DAFTAR ISI
Contents
ABSTRAK......................................................................................................................................ii
ABSTRACT...................................................................................................................................iv
Kata Pengantar................................................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................................vii
PENDAHULUAN......................................................................................................................- 1 -
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................- 1 -
1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................................................- 2 -
1.3 Ruang lingkup...................................................................................................................- 2 -
1.4 Sumber Data......................................................................................................................- 2 -
1. 5 Metode Penulisan.............................................................................................................- 3 -
BAB II.........................................................................................................................................- 4 -
Pembahasan.................................................................................................................................- 4 -
2.1 Belajar Menurut Pandangan Gagne..............................................................................- 4 -
2.2 Tipe-Tipe belajar menurut Robert Gagne....................................................................- 5 -
2.3 Jenis-jenis Belajar Menurut Gagne..............................................................................- 8 -
2.4 Tipe-tipe Belajar menurut Robert M. Gagne.....................................................................- 9 -
BAB III.....................................................................................................................................- 13 -
Penutup......................................................................................................................................- 13 -
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................- 13 -
3.2 Saran................................................................................................................................- 14 -
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................- 15 -

vii
viii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya, belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang
serta berlangsung seumur hidup. Kompleksitas belajar tersebut melahirkan banyak teori-teori
yang berkembang dan berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses belajar tersebut dapat
dijelaskan secara ilmiah. Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan
berupa ”mengapa seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita
sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat
melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan
ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang lain.

Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa lainnya,
tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik oleh manusia.
Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga makhluk
berbudaya, sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia
selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja ia berada.
Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar tersebut adalah teori
belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami bahas dalam maklah ini.

Tiap teori belajar menitikberatkan pada tumpuan yang berbeda-beda, ada yang lebih
mementingkan proses belajar, pada hasil belajar, pada isi atau konten bahan ajar, ada pula yang
mengutamakan kepada pembentukan atau mengkonstruksi pengetahuan, sikap atau
keterampilannya sendiri

1
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus
berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara
tepat. Artinya teori-teori belajar ini diharapkan dapat mengarahkan dalam merancang dan
mealksanakan kegiatan pembelajaran. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan
menentukan langkah demi langkah dalam kegiatan pembelajaran, namun akan dapat memberikan
arah prioritas dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu para pelaku pembelajaran baik
guru, perancang pembelajaran dan para pengembang program pembelajaran yang profesional
harus dapat memilih teori belajar yang tepat untuk digunakan dalam desain pembelajaran yang
akan dikembangkannya.

Teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne merupakan salah satu teori
belajar yang penting untuk diketahui serta diterapkan dalam belajar. Hal-hal yang dibicarakan
oleh Gagne dalam teorinya adalah mengenai peristiwa belajar, kemampuan belajar dan tipe
belajar.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami belajar menurut pandangan Gagne.

2. Untuk mengetahui tipe-tipe belajar menurut Gagne.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis belajar menurut Gagne.

4. Bagaimanakah tipe-tipe belajar menurut Robert M. Gagne

1.3 Ruang lingkup


Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencangkup tentang seluruh tujuan
penulisan sebagaimana yang telah di sebutkan tadi. Mencangkup arti dari prinsip gagne yang di
paparkan, Mengetahui penafsiran yang berada pada 9 prinsip gagne untuk pembelajaran dan
kegiatan belajar megajar sehari-hari juga teori lainnya yang melingkupi tujuan penulisan
makalah ini.

1.4 Sumber Data


Sumber data yang digunakan adalah sumber sekunder. Sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

2
dokumen , referensi dari beberapa tulisan, dan juga jurnal-jurnal mengenai teori terkait. Data
sekunder merupakan data seperti data referensi jurnal online.

1. 5 Metode Penulisan

Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari jurnal yang telah
dipublikasikan baik dari buku maupun Internet. Studi pustaka ini diharapkan dapat membantu
menyelesaikan penelitian ini.

3
BAB II
Pembahasan
2.1 Belajar Menurut Pandangan Gagne
Sebagaimana tokoh-tokoh dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa
belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya
adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu seseorang meliputi lingkungan
rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan
menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan
menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat
kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan
perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan
minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Kematangan menurut Gagne, bukanlah belajar sebab perubahan tingkah laku yang terjadi
dihasilkan dari pertumbuhan struktur dan diri manusia itu sendiri. Dengan demikian belajar
terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yang datangnya dari luar sedangkan
kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
Komponen- komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai
S-R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di
antaranya adalah hubungan diantara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang
tidak dapat kita amati yang berkaitan dengan sistem alat saraf dimana terjadi transformasi
perangsang yang diterima melalui alat indera. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar
individu dan respon adalah outputnya yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar
yang dapat diamati.

4
Robert M. Gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku.
Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya
mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Oleh karena itu, teori
belajar yang dikemukakan Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar. Teori hirarki belajar
ditemukan oleh Rober M. Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang
kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk menemukan teori
pembelajaran yang efektif.
Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan
yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih
sulit atau lebih kompleks. Orton dalam Warsita Hirarki belajar menurut Gagne harus disusun
dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan,
ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran dipuncak
hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau pengetahuan prasyarat yang harus
mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan
diatasnya. Hirarki ini juga memungkinkan prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang
berbeda pula.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan
responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga
mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-fase
belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

2.2 Tipe-Tipe belajar menurut Robert Gagne


Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
a. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Bentuk pembelajaran yang paling sederhana, dan pada dasarnya terdiri dari
pengkondisian klasik yang pertama kali dijelaskan oleh psikolog perilaku Pavlov.
Dalam hal ini, subjek 'dikondisikan' untuk memancarkan respons yang diinginkan
sebagai akibat stimulus yang biasanya tidak menghasilkan respons tersebut. Hal ini
dilakukan dengan terlebih dahulu mengekspos subjek pada stimulus yang dipilih
(dikenal sebagai stimulus terkondisi) bersamaan dengan stimulus lain (dikenal
sebagai stimulus tak berkondisi) yang menghasilkan respons yang diinginkan secara

5
alami; Setelah sejumlah pengulangan stimulus ganda, ditemukan bahwa subjek
memancarkan respons yang diinginkan saat terkena stimulus terkondisi sendiri.
Penerapan pengkondisian klasik dalam memfasilitasi pembelajaran manusia sangat
terbatas.Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat.
Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara.
Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian
tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar
semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan
itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar
semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara
tidak sadar.
b. Belajar Stimulus – Respons ( Stimulus Respons Learning)
Bentuk pembelajaran yang agak canggih ini, yang juga dikenal sebagai
pengkondisian operan, pada awalnya dikembangkan oleh Skinner. Ini melibatkan
pengembangan obligasi stimulus-respons yang diinginkan dalam subjek melalui
jadwal penguatan yang direncanakan dengan hati-hati berdasarkan penggunaan
'penghargaan' dan 'hukuman'. Pengondisian operan berbeda dari pengkondisian
klasik karena agen penguat ('hadiah' atau 'hukuman') disajikan setelah respon. Tipe
pengkondisian inilah yang membentuk dasar pembelajaran terprogram dalam
berbagai manifestasinya.Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum,
kabur dan emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah
bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun
ikatan S-R. Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement.
c. Belajar Rangkaian (Chaining)
Bentuk pembelajaran yang lebih maju dimana subjek mengembangkan
kemampuan untuk menghubungkan dua atau lebih ikatan stimulus-respons yang
dipelajari sebelumnya ke dalam urutan yang terkait. Ini adalah proses dimana
keterampilan psikomotor yang paling kompleks (misalnya mengendarai sepeda atau
bermain piano) dipelajari.
d. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)

6
Asosiasi verbal dalah bentuk chaining dimana hubungan antara item yang
terhubung bersifat verbal. Asosiasi verbal adalah salah satu proses kunci dalam
pengembangan kemampuan bahasa. Contoh suatu kalimat “unsur itu berbangun
limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur
berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau
kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam
urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Pembelajaran ini melibatkan pengembangan kemampuan untuk membuat
tanggapan yang sesuai (berbeda) terhadap serangkaian rangsangan serupa yang
berbeda secara sistematis. Prosesnya dibuat lebih kompleks (dan karenanya lebih
sulit) oleh fenomena gangguan, dimana satu hal belajar menghambat yang lain.
Gangguan dianggap salah satu penyebab utama lupa.Tipe belajar ini adalah
pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk
wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
f. Belajar Konsep (Concept Learning)
Melibatkan pengembangan kemampuan untuk membuat respons yang
konsisten terhadap rangsangan yang berbeda yang membentuk kelas atau kategori
umum. Ini membentuk dasar kemampuan untuk menggeneralisasi,
mengklasifikasikan dll.Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari
hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang
bertulang belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia,
amphibia, burung, ikan. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat
melakukan diskriminasi.
g. Belajar Aturan (Rule Learning)
Proses kognitif tingkat tinggi yang melibatkan kemampuan untuk
mempelajari hubungan antara konsep dan menerapkan hubungan ini dalam situasi
yang berbeda, termasuk situasi yang sebelumnya tidak dihadapi. Ini menjadi dasar
pembelajaran peraturan umum, prosedur, dll.Tipe belajar ini banyak terdapat dalam
semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut

7
dalam segitiga sama dengan 180o. Setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus
dipahami artinya.
h. Belajar Pemecahan Masalah ( Problem Solving Learning)
Tingkat tertinggi proses kognitif menurut Gagné. Ini melibatkan
pengembangan kemampuan untuk menciptakan aturan, algoritma, atau prosedur yang
kompleks untuk memecahkan satu masalah tertentu, dan kemudian menggunakan
metode untuk memecahkan masalah lain yang serupa.Upaya pemecahan masalah
dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu.
Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya lama.
Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam
masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala
langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-
tiba. Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan
sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan sendiri lebih mantap dan dapat ditransfer
kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.

2.3 Jenis-jenis Belajar Menurut Gagne


Terdapat lima jenis hasil belajar atau yang bisa disebut dengan sistematika “ lima jenis
belajar”. Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana
isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian tentang
sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil
belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu.
Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak
menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi
mengelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan
berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi
lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah Informasi verbal,
Kemahiran intelektual, Pengaturan kegiatan kognitif, Keterampilan motorik, dan Sikap.
a. Informasi Verbal (Verbal Information)

8
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam
bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang
juga menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi ”cap
verbal” dan ”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk
menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah
kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.
b. Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill)
Adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya
sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual
terbagi lagi atas empat subkemampuan, yaitu:
1) Diskriminasi jamak: yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan benda
yang dilihatnya.
2) Konsep:yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri
sama. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus
didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-
obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang didefinisiskan adalah konsep yang
mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam
lingkungan hidup fisik.
3) Kaidah: yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau
lebih sehingga dapat memahami pengertiannya.
4) Prinsip: yaitu telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk
suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan prinsip
tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu permasalahan, dan kemudian
menerapkan prinsip tersebut pada permasalahan yang sejenis.
c. Pengaturan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy)
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan
berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan
kesulitan yang sama.
d. Keterampilan Motorik (Motor Skill)

9
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu.
e. Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil
tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

2.4 Tipe-tipe Belajar menurut Robert M. Gagne


Gagne menyusun tipe-tipe belajarberdasarkan hasil belajar yang diperoleh dan bukan

proses belajar yang dilalui peserta didik untuk mencapai hasil itu. Selain itu, Gagne mencoba

menempatkan delapan tipe belajar itu berada dalam suatu urutan hirakis, yaitu tipe belajar yang

satu menajdi dasar atau landasan tipe belajar berikutnya. Dengan demikian, peserta didik yang

tidak menguasai tipe belajar yang terdahulu, akan mengalami kesulitan dalam mengusai tipe

belajar selanjutnya. Selanjutnya Gagne menambahkan bahwa empat tipe belajar pertama

(nomor 1 s/d 4) kurang relevan untuk belajar di sekolah, sedangkan empat tipe kedua (nomor 5

s/d 8) lebih menonjolkan pada belajar kognitif yang memang ditonjolkan di sekolah. 1 Untuk

lebih jelasnya, kedelapan tipe belajar ini disajikan dalam tabel berikut: 2

No Tipe Belajar Hasil Belajar Contoh Prestasi


Guru sejarah yang galak dikuti
Belajar sinyal Memberikan reaksi pada
1 oleh siswa – Siswa tidak suka
(signal learning) perangsang (S-R)
sejarah
Belajar stimulus respon
Memberikan reaksipada Gurumemuji tindakan siswa –
2 (stimulus response
perangsang (S-R) Siswa cenderung mengulang
learning)
3 Belajar merangkai Menghubungkan gerakan yang Membuka pintu mobil – duduk

10
– kotrol persneling –

tingkah laku (behaviour menghidupkan mesin –


satu dengan yang lain
chaining learning) menekan kopling – pesang

persneling 1 – menginjak gas


Belajar asosiasi verbal
Memberikan reaksi verbal pada Nomor teleponmu? (021)
4 ( verbal chaining
stimulus/perangsang 617812
learning)

Memberikan reaksi yang


Belajar diskriminasi
5 berbeda pada stimulus-stimulus Menyebutkan merek mobil-
(discrimination learning)
yang mempunyai kesamaan mobil yang lewat di jalan

Manusia, ikan paus, kera,


Belajar konsep Menempatkan obyek-obyek
6 anjing, adalah makhluk
(concept learning) dalam kelompok tertentu
menyusui
Belajar kaidah Menghubungkan beberapa Benda bulat berguling pada alas
7
(rule learning) konsep yang miring
Belajar memecahkan Mengembangkan beberapa Menemukan cara memperoleh

8 masalah kaidah menjadi prinsip energi dari tenaga atom, tanpa

(problem solving) pemecahan masalah mencemarkan lingkungan hidup

Dengan demikian, ada beberapa prinsip pembelajaran dari teori gagne, yaitu antara lain berkaitan

dengan:

a. perhatian dan motivasi belajar peserta didik,

b. keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar,

c. pengulangan belajar,

d. tantangan semangat belajar,

e. pemberian umpan balik dan penguatan belajar,

11
f. adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.

Selain itu Gagne juga mementingkan akan adanya penciptaan kondisi beljaar, termasuk

lingkungan belajar, khususnya kondisi yang berbasis media, yaitu meliputi jenis penyajian yang

disampaikan kepada peserta didik dengan penjadwalan, pengurutan dan pengorganisasian.

12
BAB III

Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses

kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai

berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima

pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan

dala pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya

yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau

pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan

umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat

referensi dan transfer belajar

2. Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu :keterampilan intelektual atau

kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan

penggunaan lambang, strategi/siasat kognitif , informasi verbal, keterampilan motorik, dan

sikap

3. Gagne mencoba menempatkan delapan tipe belajar itu berada dalam suatu urutan hirakis, yaitu

tipe belajar yang satu menjadi dasar atau landasan tipe belajar berikutnya

4. Menurut Robert M. Gagne, ada delapan tipe belajar, yaitu: belajar isyarat (signal learning),

belajar stimulus – respons ( stimulus respons learning), belajar rangkaian (chaining), asosiasi

13
verbal (verbal assosiation), belajar diskriminasi (discrimination learning), belajar konsep

(concept learning), belajar aturan (rule learning), dan belajar pemecahan masalah ( problem

solving learning).

5. Menurut Gagne, ada lima jenis hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah

Informasi verbal (Verbal information), Kemahiran intelektual (Intellectual skill), Pengaturan

kegiatan kognitif (Cognitive strategy), Keterampilan motorik (Motor skill), dan Sikap

(attitude).

3.2 Saran
Dari materi yang telah dibahas secara rinci tersebut, kiranya diharapkan agar pemerintah,
masyarakat serta lainnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan lebih mengerti dan
memahami bagaimana terciptanya pendidikan yang baik, yaitu salah satunya dengan menerapkan
teori belajar Gagne agar peserta didik dapat menambah pemahaman mengenai materi-materi
yang diajarkan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pebelajaran, Jakarta:Penerbit Kerjasama Pusat Perbukuan
Depdiknas dan PT Rineka Cipta, 2002

Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta:Penerbit Prenada Media,


2004

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, Bandung, IKIP Bandung, 1988

Suciati dan Irawan, Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta:Depdiknas, Ditjen PT. PAUUT, 2001

Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta:Penerbit Media Abadi, 2005

15

Anda mungkin juga menyukai