(AMDK 231)
DOSEN PEMBIMBING:
Nina Permatasari, M.Pd
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah, kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini dengan kerjasama
kelompok yang baik.
Penulisan makalah ini merupakan tugas kelompok dalam mata kuliah “Belajar
dan Pembelajaran” dengan materi pembahasan “Prinsip dan Asas-Asas
Pembelajaran”.
Penulis,
PENDAHULUAN
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu
saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan
prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktifitas kita dalam merencanakan
dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat
mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan
pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu
siswa dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-
tindakan yang kelihatanya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses
belajar siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar yang ia miliki dan
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
Jika prinsip-prinsip belajar ini sudah digunakan dalam proses belajar-
mengajar, maka proses belajar mengajar tersebut tentunya akan berjalan dengan
lancar. Dan tujuan dari pembelajaran tersebut akan tercapai sehingga antara guru dan
siswa bisa saling terhubung dengan baik dan terciptalah situasi kelas yang nyaman.
Karena tidak jarang ada guru yang tidak melaksanakan prinsip-prinsip belajar ini
dengan baik, dan hal ini akan mengakibatkan proses belajar-mengajar sedikit
terganggu. Sehingga antara guru dan siswa tidak bisa saling terhubung. Prinsip-
prinsip belajar ini bukan hanya terkait untuk guru, tetapi juga terkait untuk siswa itu
sendiri.
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai
prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang
dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, kreatifan,
ketertiban langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,
serta perbedaan individual.
Kata “perhatian” tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa
contoh dapat menjelaskan hal ini :
~ Dengan penuh perhatian, dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru
itu.
a. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek (lihat
Stern, 1950, p. 653, dan Bigot, 1950, hlm. 163).
b. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas
yang dilakukan.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga
bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dan
sebagainya. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
Motif intrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri sendiri, dapat juga
bersifat eksternal, datang dari luar. Motif ekstrinsik bisa bersifat internal maupun
eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal. Motif ekstrinsik dapat juga
berubah menjadi motif intrinsik, yang disebut “transformasi motif”.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. (Gage and Berliner, 1984 : 267). Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencakan sesuatu. Anak mampu
untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Dalam proses belajar-mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah,
mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
D. Pengulangan
Menurut teori Psikologi Daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada
pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal,
merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-
daya tersebut akan berkembang.
E. Tantangan
Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai,
tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah
motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan
masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak
timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar
haruslah menentang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar
yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang
menarik bagi siswa.
G. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem
pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah
perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat
siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih
sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
B. Keaktifan
Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan
belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara
efektif, pembelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud prilaku-prilaku seperti mencari
sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil
dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis
C. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Dengan keterlibatan
langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau
berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip
keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan
lapangan bola-voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat
laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk
perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya
prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara
langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan
keaktifan siswa.
D. Pengulangan
E. Tantangan
G. Perbedaan Individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan
yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya
sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies,
1987 : 32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu
siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi
adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa di antaranya adalah menentukan
tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi
adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun
psikis.
Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari
adanya prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan
pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini. Implikasi prinsip-
prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan
kegiatan pembelajrannya. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru terwujud dalam
perilaku fisik dan psikis mereka. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang
terwujud dalam perilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas
pembelajaran yang diselenggarakan.
B. Keaktifan
C. Keterlibatan Langsung/Pengalaman
D. Pengulangan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual,
ataupun kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus
dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar
balikan dan pengutan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan
G. Perbedaan Individual
Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu
kelas, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik. Selain
karakteristik/keunikan kelas, guru harus menghadapi 30 siswa yang berbeda
karakteristiknya satu dengan lainnya. Guru sebagai penyelenggara kegiatan
pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang
melekat pada tiap siswa. Dengan kata lain, guru tidak mengasumsikan bahwa siswa
dalam kegiatan pembelajaran yang diselenggarakannya merupakan satu kesatuan
yang memiliki karakteristik yang sama. Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus
mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
3.2 SARAN
Situs Web:
http://ceriwisfina.blogspot.com
http://aguskipli.blogspot.com
http://techonly13.wordpress.com