Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION

(RME)

Disusun Oleh :

1. Ananti Pratiwi (8206171013)


2. Atania C. Br. Ginting (8206171008)
3. Lairani Dwi Alvira (8206171012)
Kelas : Pendidikan Matematika-A
Mata Kuliah : Metodologi Pembelajaran Matematika
Dosen Pembimbing : Dr. Edy Surya, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA

T.A 2020/2021

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi........................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................3

B. Rumusan Masalah......................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN

A .Pengertian Realistic Mathematic Education (RME)..................................4

B. Negara-negara yang menerapkan RME.....................................................7

C. Langkah-langkah Pembelajaran RME.......................................................8

D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran RME.....................................10

E. Pengaplikasian RME pada Pembelajaran Matematika.............................11

BAB III

Kesimpulan...................................................................................................14

Daftar Pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi manusia agar dapat
membangun peradaban bangsanya. Dalam pendidikan itu, manusia diajarkan dengan berbagai
disiplin ilmu sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan diberbagai jenjang pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi adalah matematika.Salah satu karakteristik matematika adalah
mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam memahami matematika. Selain itu, belajar matematika siswa
belum bermakna, sehingga dalam hal ini siswa sangat lemah.

Jennings dan Dunne (Suharta, 2004) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa rnengalami


kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal ini yang
menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika
kurang bermakna.

Kondisi pembelajaran yang kurang bermakna dialami oleh sekolah-sekolah baik


pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Salah satu asumsi dibalik kurang
memuaskannya kualitas proses pembelajaran matematika adalah disebabkan metode, strategi
dan pendekatan yang digunakan oleh pendidik kurang efektif dalam proses pembelajaran
strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru-guru masih menggunakan pendekatan
tradisional atau mekanistik dimana siswa secara pasif menerima konsep, rumus dan kaidah
(mernbaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide-ide dalam
proses pernbelajaran.Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dalam pembelajaran matematika
yakni perubahan dalam strategi pembelajaran termasuk pendekatan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Realistic Mathematic Education (RME) ?

2. Negara mana sajakah yang menerapkan pemebelajaran RME ?

3. Bagaimana langkah-langkah penerapan RME ?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran RME ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Realistic Mathematic Education (RME)

Pendidikan matematika realistis atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah


sebuah pembelajaran matematika yang menempatkan permasalahan matematika dalam
kehidupan sehari-hari sehingga mempermudah siswa menerima materi dan memberikan
pengalaman langsung dengan pengalaman mereka sendiri. Masalah-masalah realistis
digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep atau pengetahuan matematika formal,
dimana siswa diajak bagaimana cara berpikir menyelesaikan masalah, mencari masalah, dan
mengorganisasi pokok persoalan. Beberapa pengertian RME menurut para ahli adalah
sebagai berikut:

 Menurut Hadi (2005:19), Realistic Mathematics Education (RME) digunakan sebagai


titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika. Penjelasan lebih lanjut
bahwa pembelajaran matematika realistik ini berangkat dari kehidupan anak, yang
dapat dengan mudah dipahami oleh anak, nyata, dan terjangkau oleh imajinasinya,
dan dapat dibayangkan sehingga mudah baginya untuk mencari kemungkinan
penyelesaiannya dengan menggunakan kemampuan matematis yang telah dimiliki.

 Menurut Aisyah (2007), Realistic Mathematics Education (RME) merupakan suatu


pendekatan belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika
kepada siswa. Masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari yang dimunculkan
sebagai titik awal pembelajaran matematika. Penggunaan masalah realistik ini
bertujuan untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan
sehari-hari siswa.

 Menurut Rahayu (2010:15), Realistic Mathematics Education (RME) merupakan


suatu pendekatan pembelajaran matematika yang lebih menekankan realitas dan
lingkungan sebagai titik awal dari pembelajaran.

 Menurut Tarigan (2006:3), Realistic Mathematics Education (RME) menempatkan


realitas dan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai titik awal
pembelajaran serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Siswa diajak
berpikir cara menyelesaikan masalah yang pernah dialami.
4
 Menurut Muhsetyo dkk (2007), Realistic Mathematics Education (RME)
dimaksudkan untuk memulai pembelajaran matematika dengan cara mengaitkannya
dengan situasi dunia nyata disekitar siswa. Hal ini menandakan bahwa RME memiliki
semangat yang sama dengan pembelajaran bermakna dimana matematika dapat
disesuaikan dengan berbagai situasi yang beragam.

Realistic Mathematics Education (RME) telah dikembangkan di Belanda. RME


mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan
dengan realitas dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti harus dekat dengan
anak dan relevan dengan situasi sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia,
maksudnya manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep
matematika.

Menurut Treffers (1991) ada dua jenis matematisasi, yaitu matematisasi horizontal
dan vertikal. Dalam matematika horizontal siswa menggunakan matematika untuk
mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah yang ada pada situasi nyata. Contoh
matematisasi horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan pemvisualan masalah
dalam cara yang berbeda, merumuskan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk
matematika. Sementara matematisasi vertikal berkaitan dengan proses pengorganisasian
kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam simbol matematika yang lebih abstrak.
Contoh matematisasi vertikal adalah menghaluskan/memperbaiki model, menggunakan
model yang berbeda, memadukan dan mengombinasikan model , membuktikan keteraturan,
merumuskan konsep matematika yang baru, dan penggeneralisasian.

Dalam RME kedua matematisasi horizontal dan vertikal digunakan dalam proses
belajar mengajar. Treffers (1991) mengklasifikasikan empat pendekatan pembelajaran
matematika, yaitu mekanistik, emperistik, strukturalis, dan realistik.

Mekanistik lebih memfokuskan pada drill, emperistik lebih menekankan matematisasi


horizontal, strukturalis lebih menekankan pada matematisasi vertikal, sedangkan realistik
memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi horizontal dan vertikal dan
disampaikan secara terpadu pada siswa. Sementara menurut Streefland (1991) prinsip utama
dalam belajar mengajar yang berdasarkan pada pengajaran realistik adalah :

a. Constructing and Concretizing

5
Pada prinsip ini dikatakan bahwa belajar matematika adalah aktibitas konstruksi.
Karakteristik konstruksi ini tampak jelas dalam pembelajaran, yaitu siswa menemukan
sendiri prosedur untuk dirinya sendiri. Pengkonstruksian ini akan lebih menghasilkan
apabila menggunakan pengelaman dan benda-benda konkret.
b. Levels and Models
Belajar konsep matematika atau ketrampilan adalah proses yang merentang panjang dan
bergerak pada level abstraksi yang bervariasi. Untuk dapat menerima kenaikan dalam
level ini dari batas konteks aritmatika informal sampai aritmatika formal dalam
pembelajaran digunakan model supaya dapat menjembatani antara konkret dan abstrak.
c. Reflection and Special Assigment
Belajar matematika dan kenaikan level khusus dari proses belajar ditingkatkan melalui
refleksi. Penilaian terhadap seseorang tidak hanya berdasarkan pada hasil saja, tetapi
juga memahami bagaimana proses berpikir seseorang. Perlu dipertimbangkan bagaimana
memberikan penilaian terhadap jawaban siswa yang bervariasi.
d. Social context and interaction
Belajar bukan hanya merupakan aktivitas individu, tetapi sesuatu yang terjadi dalam
masyarakat dan langsung berhubungan dengan konteks sosiokultural. Maka dari itu
didalam belajar, siswa harus diberi kesempatan bertukar pikiran, adu argumen, dan
sebagainya.
e. Structuring and interwining
Belajar matematika tidak hanya terdiri dari penyerapan kumpul an pengetahuan dan
unsur-unsur keterampilan yang tidak berhubungan, tetapi merupakan kesatuan yang
terstruktur. Konsep baru dan okbjek mental harus cocok dengan dasar penegtahuan yang
lebih besar atau lebih kecil sehingga dalam pembelajaran diupayakan agar ada
keterkaitan antara yang satu dan yang lainnya.

Berdasarkan pada uraian diatas, pada dasarnya prinsip atau ide yang mendasari Realistic
Mathematic Education (RME) adalah situasi ketika siswa diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide-ide matematika. Berdasarkan situasi realistik, siswa didorong untuk
mengonstruksi sendiri masalah realistik, karena masalah yang dikontruksi oleh siswa akan
menarik siswa lain untuk memecahkannya. Proses yang berhubungan dalam berpikir dan
pemecahan masalah ini dapat meningkatkan hasil mereka dalam masalah.

6
B. Negara-negara yang telah menerapkan pembelajaran Realistic Mathematic
Education (RME)

Beberapa negara yang menerapkan Realistic Mathematic Education (RME) dalam


pembelajaran Matematika :

1. Belanda (Nedherland)
Menurut sejarahnya RME merupakan suatu suatu pendekatan pembelajaran
matematika yang dikembangkan di Belanda sekitar 30 tahun yang lalu oleh Freudenthal
Institute (Streefland, 1991; Grevemeijer, 1994). Perubahan mendasar lebih difokuskan
kepada mengganti pembelajaran matematika yang berifat mekanistik menjadi realitik. RME
banyak diwarnai olehpandangan Freudenthal tentang matematika. Ada dua pandangan
penting menurut Freudenthal yaitu matematika dihubungkan dengan realitas dan matematika
sebagai aktivitas manusia. Berkaitan dengan dua pandangan diatas Gravemeijer mengatakan
bahwa matematika harus diusahakan dekat dengan siswa dan harus dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari. Disamping itu siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan
aktivitas bekerja matematika atau aktivitas matematisasi matematika. Di negara asalnya,
Belanda, RME telah mengangkat prestasi siswa dalam matematika di tingkat international.
Ini terbukti dari laporan TIMSS tahun 1999, Belanda ada pada posisi ke-7 dari 38 negara
peserta (Mullis dkk., 2000). Posisi ini mengalahkan Amerika Serikat dan Inggris yang
berturut-turut ada pada urutan ke-19 dan 20.
2. Amerika Serikat (USA)

Pada tahun 1991, Universitas Wisconsin, di danai oleh National Science Foundation
(AS) bekerja sama dengan Freudenthal Institute mulai mengembangkan Matematika dalam
konteks pendekatan berdasarkan RME. Bahan awal dirancang oleh pekerja atau staf dari
Freudenthal Institute yang berdasarkan pada 20 tahun pengalaman dalam mengembangkan
kurikulum. Setelah di revisi oleh staf dari Universitas Wisconsin, materi telah di ujicobakan,
direvisi dan diuji ulang melalui jangka waktu lima tahun. Uji coba tidak hanya melibatkan
pengecekan berbagai versi pertanyaan untuk efektivitas tetapi juga pemeriksaan yang teliti
dari stretegi siswa dan kebutuhan, keyakinan dan harapan guru. Pembelajran RME telah
banyak diterapkan diberbagai daerah di USA dan telah menghasilkan prestasi siswa yang
mengesankan. Hal ini dejelaskan dalam buku Standards-based school Mathematics Curricula
pada tahun 2003.

3. Inggris (UK)
7
Pada tahun 2003, pusat Pendidikan Matematika di Manchester Metropolitan
University (MMU) membeli seperangkat materi matematika konteks dan mencobanya di
tujuh kelas di sekolah local. Reaksi terhadap materi sangat positif dan merasa bahwa
pendekatan RME yang digunakan layak untuk di eksplorasi lebih lanjut. Dan akhirnya
Gatsby Foundation setuju untuk mendanai MMU melakukan riset menggunakan
pembelajaran RME yang melibatkan lebih dari 20 sekolah selama tiga tahun. Riset ini
berfokus pada tiga masalah utama :
 Mengembangkan pemahaman tentang RME dalam konteks Bahasa Inggris.
 Memahami bagaimana siswa berkembang.
 Mendukung guru untuk mengembangkan keterampilan praktis dan pengetahuan yang
mendalam tentang RME.
4. Indonesia
Di Indonesia pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) disebut
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) (Turmudi, 2000) atau Pembelajaran Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) (Hadi, @001). Pembelajaran ini dipandang sebagai pembelajaran
yang banyak memberikan harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika
Indonesia. Harapan itu muncul karena PMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-
hari, matematika dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak diharuskan
setiap siswa menyelesaikan soal-soal matematika dengan cara yang sama dan dengan hasil
yang sama pula, dalam mempelajari matematika proses pembelajaran merupakan suatu yang
utama dan proses itu harus dijalani oleh siswa, dan PMR memadukan berbagai pendekatan
pembelajran seperti pemecahan masalah, konstruktivisme, dan pendekatan pembelajran
berbasis lingkungan (Suwarsono, 2001: 5-7).

C. Langkah – langkah pembelajaran Realistic Mathemathic Education (RME)

Langkah 1 : Memahami masalah kontekstual

Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan siswa diminta untuk memahami
masalah tersebut. Guru menjelakan soal atau masalah dengan memberikan petunjuk/saran
seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang dipahami siswa. Pada langkah ini
karakterisrik RME yang diterapkan adalah karakteristik pertama. Selain itu, pemberian
masalah kontekstual berarti memberi peluang terlaksananya prinsip pertama dari RME.

8
Langkah 2 : Menyelesaikan masalah kontekstual

Siswa secara individual disuruh menyelesaikan masalah kontekstual pada Buku Siswa
atau LKS dengan caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah yang berbeda lebih
diutamakan. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengarahkan siswa memperoleh
penyelesaian soal. Misalnya : bagaimana kamu tahu itu, bagaimana caranya, mengapa kamu
berpikir seperti itu, dan lain-lain. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan kembali
tentang ide atau konsep atau defenisi dari soal matematika. Di samping itu, pada tahap ini
siswa juga diarahkan untuk membentuk dan menggunakannya guna memudahkan
menyelesaikan masalah (soal). Guru diharapkan tidak memberi tahu penyelesaian soal atau
masalah tersebut, sebelum siswa memperoleh penyelesaian sendiri. Pada langkah ini semua
prinsip RME muncul, sedangkan karakteristik RME yang muncul adalah karakteristik ke-2,
menggunakan model.

Langkah 3 : Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Siswa diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam


kelompok kecil. Setelah itu, hasil dari diskusi itu dibandingkan pada diskusi kelas yang
dipimpin oleh guru. Pada tahap ini dapat digunakan siswa untuk melatih keberanian
mengemukakan pendapat, meskipun berbeda dengan teman lain atau bahkan dengan gurunya.
Karakteristik RME yang muncul pada tahap ini adalah penggunaan ide atau kontribusi siswa,
sebagai upaya untuk mengaktifkan siswa melalui optimalisasi interaksi antara siswa dan
siswa, antara guru dan siswa, dan antara siswa dan sumber belajar.

Langkah 4 : Menarik Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan, guru
mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang konsep, defini, teorema, prinsip atau
prosedur matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan.
Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan interaksi antara guru
dan siswa.

D. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)

Kelebihan :

9
 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa
tenatng kehidupan sehari-sehari dan kegunaaan pada umumnya manusia.
 Pembelajaran matematika realistik memeberikan penegertian yang jelas kepada siswa
bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikontruksi dan dikembangkan
sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut
 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa cara
penyelesaian suatu soa atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sam antara yang
satu dengan orang yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau mengguanakan cara
sendiri, asalkan orang itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah
tersebut. Selanjutnya, dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara
penyelesaian yang tepat, sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian masalah tersebut.
 Pembelajaran matematika realistik memeberikan pengertian yang jelas kepada siswa
bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang
utama dan orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri kosep
–konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang lebih mengetahui (misalnya guru).
Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna
tidak akan tercapai.

Kekurangan :

 Tidak mudah untuk mengubah pandangan yang mendasar tentang berbagai hal, misalnya
mengenai siswa, guru, dan peranan sosial atau masalah kontekstual, sedang perubahan itu
merupakan syarat untuk dapat diterapkan RME.
 Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam
pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan
matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-soal tersebut harus bisa
diselesaikan dengan bermacam-macam cara.
 Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara
dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.
 Tidak mudah bagi guru ntuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan
penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.
E. Pengaplikasian Realistic Mathematic Education pada Materi Matematika

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran RME :

10
Deskripsi Kegiatan
Waktu
Guru Siswa
Kegiatan pendahuluan (5 menit)

1. Membuka pembelajaran Siswa menjawab salam, berdoa 5 menit


dengan memberi salam, dan dan absensi.
meminta salah satusiswa
memimpin doa. Mengecek
kehadiran siswa
2. Mengkomunikasikan tujuan Siswa memperhatikan
dan hasil belajar yang ingin penjelasan guru
di capai.
3. Mengkondisikan siswa dan Siswa memperhatikan
menjelaskan prosedur penjelasan guru serta
pembelajaran sesuai RME. menyesuaikan diri agar siap
menerima pelajaran
Kegiatan Inti

1. Guru membentuk siswa Siswa mendengarkan dan 4 menit


menjadi 4 kelompok terdiri berkumpul sesuai
dari 5 siswa. kelompoknya.
2. Guru memberikan LKS 1 Siswa menerima LKS, 3 menit
kepada setiap kelompok memahami soal dan bertanya
jika belum mengerti.
3. Guru menjelaskan situasi dan Siswa mendengar 3 menit
kondisi soal dengan
memberikan petunjuk/saran
seperlunya terhadap bagian
yang belum dipahami siswa.
4. Guru meminta siswa untuk Siswa secara berkelompok 15 menit
membuat alat peraga garis membuat alat praga garis
bilangan sesuai langkah- bilangan dengan alat-alat yang
langkah pada LKS sudah disediakan oleh guru.
5. Guru meminta siswa untuk Siswa menyelesaiakn 18 menit
menyelesaikan masalah permasalahan yang diberikan
dalam LKS 1.1 sampai oleh guru.
dengan 1.6
6. Guru meminta siswa untuk Siswa mendiskusikan jawaban 7 menit
saling membandingkan dan bersama kelompok
mendiskusikan dengan
anggota kelompok
7. Guru meminta perwakilan Siswa mempresentasikan hasil 15 menit
satu kelompok untuk diskusinya di depan kelas.
mempresentasikan hasil Siswa lain memberikan
diskusi pendapat, pertanyaan, maupun
11
saran.
Kegiatan Penutup (10 menit)

1. Gutu membimbing siswa Siswa bersama guru membuat 5 menit


membuat rangkuman dari rangkuman dari materi yang
materi yang telah dipelajari. telah dipelajari.
2. Memberikan umpan balik Mendengarkan penjelasan guru
terhadap proses dan hasil
pembelajaran
3. Merencanakan kegiatan tidak Mendengarkan penjelasan guru 5 menit
lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan
konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok
sesuaidengan hasil belajar
peserta didik.
4. Guru mengingatkan siswa Mendengarkan penjelasan guru
untuk mempelajari materi
berikutnya, yaitu tentang
perkalian dan pembagian
bilangan bulat

Contoh LKS dengan pembelajaran RME :

12
BAB III
PENUTUP

13
Kesimpulan :

Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan agar
pembelajaran bertitik tolak pada hal-hal yang nyata bagi siswa, menekankan keterampilan
berdiskusi, dan berargumentasi dengan teman sekelas. Sehingga mereka dapat menemukan
sendiri, dan pada akhirnya menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah baik
secara individu maupun secara kelompok. Tidak ada satupun model pembelajaran yang
diangap paling baik diantara model- model pembelajaran yang lain. Tiap model pembelajaran
mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing- masing.
Suatu model pembelajaran jika digunakan sesuai situasi dan kondisi pasti akan jadi model
pembelajaran yang baik.

Daftar Pustaka

14
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA

Ningsih, Seri. 2014. Realistic Mathematic Education : Model Alternatif Pembelajaran


Matematika Sekolah. Volume.01 No.2

Dickinson, Paul, dan Sue Hugh. 2012. Using Realistic Mathematic Education in UK
Classrooms. ISBN: 978-0-948186-24-0

Astuti. 2018. Penerapan Realistic Mathematic Education (RME) Meningkatkan Hasil


Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD. Journal cendekia: Pendidikan
Matematika. Volume 1, No. 1

Nur’Aini, Siti Erna, Riana Irawati, dan Julia. 2016. Pengaruh Pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis
dan Kepercayaan Diri Siswa pada Materi Menyederhanakan Pecahan. Jurnal
Pena Ilmiah : Volume I, No.1

Fauzi, Akhmad, St. Budi Waluya, dan Masrukan. 2018. Math Learning with Realistic
Mathematics Education Approach (RME) Based on Open Source – Ended to
Improve Mathematic Communication. Journal of Primary Education: Volume I

Irmansyah, Achmad. 2011. Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui Model


Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) terhadap Peningkatan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa SD. Jurnal Pendidikan : Volume 12 No. 1

Utarni, Helen, dan Fauzi Mulyatna. 2020. Penerapan Pembelajaran Realistic Mathematic
Education dengan Strategi Means Ends Analysis untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis. Volume 02. No. 01

Susilowati, Endang. 2018. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa SD
Melalui Model Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa Kelas IV
Semester I di SD Negeri 4 Kradenan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan
Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Pinus: Volume 4 No. 1

Soraya, Farida, Yurniwati, dan Ucu Cahyana. 2018. Penerapan Pendekatan Realistic
Matematic Education (RME) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas IV SDN Rajawati 06 Pagi. Jurnal
JPSD Vol. 4 No. 2

15

Anda mungkin juga menyukai