Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

Disusun oleh :

Fitriana (180710033)
Wirdaturrahmah (180710037)
Nur mahyuni (180710050)
Siti Maryam (180710053)
Husnul Fuadi (180710062)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat waktu dengan judul “Pendekatan Matematika Realistik”.
Guna dapat di perjelaskan kepada rekan Mahasiswa/Mahasiswi serta Bapak/Ibu
Dosen sekalian.
Kami telah melakukan berbagai kegiatan untuk mencari informasi dan
pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini, agar isi dari makalah ini dapat
disesuaikan dengan aplikasi serta informasi yang sebenarnya.
Disisi lain kami juga menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini.
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
terkhususnya dosen maupun rekan-rekan civitas akademika, untuk menambah
penyempurnaan dalam isi makalah ini. Terimakasih kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga menjadi amal dan mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin

Reulet, 21 November 2019

Penyusun, kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan masalah.....................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian Pendekatan Matematika Realistik.......................................3

2.2 Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik....................................4

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Matematika Realistik......6

2.4 Langkah-langkah Implementasi Pendekakatan Matematika Realistik. 8

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik..........10

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan.........................................................................................12

3.2 Saran....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak.  Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
matematika.  Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun
internasional belum menggembirakan.  Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa
tingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika
siswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara.  Rendahnya
prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah
secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. 
Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian
siswa tentang konsep sangat lemah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real.  Hal lain yang
menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran
matematika kurang bermakna.  Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak
mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-
ide matematika.
Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika
terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak
dapat mengaplikasikan matematika  Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran
matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep
matematika dengan pengalaman anak sehari-hari.  Selain itu, perlu menerapkan
kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari
atau pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu metode pembelajaran
matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari
(mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam
kehidupan sehari-hari adalah  Pendekatan/Pembelajaran Matematika Realistik. 

1
Dalam makalah ini penulisa akan membahas lebih lanjut tentang apa yang
dimaksud dengan Pembelajaran matematika realistik beserta dengan penjabaran –
penjabaran tentang hal yang terkait dengan Pendekatan matematika realistik.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana definisi mengenai Pendekatan Matematika Realistik?
2. Apa sajakah karakteristik Pendekatan Matematika Realistik?
3. Apa sajakah teori belajar yang mendukung Pendekatan Matematika
Realistik?
4. Bagaimana langkah-langkah implementasi Pendekatan Matematika
Realistik?
5. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan Pendekatan Matematika Realistik ?

1.3 Tujuan masalah


1. Untuk mengetahui definisi mengenai Pendekatan Matematika Realistik.
2. Untuk mengetahui karakteristik Pendekatan Matematika Realistik.
3. Untuk mengetahui teori belajar yang mendukung Pendekatan Matematika
Realistik.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah implementasi Pendekatan Matematika
Realistik.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Pendekatan Matematika
Realistik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Matematika Realistik


Van den Heuvel bahwa penggunaan kata ”realistik” sebenarnya berasal dari
bahasa Belanda ”zich realiseren” yang berarti untuk dibayangkan. Jadi, RME
tidak hanya menunjukkan adanya keterkaitan dengan dunia nyata tetapi lebih
mengacu pada fokus pendidikan matematika realistik yaitu penekanan pada
penggunaan situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa.Hadi (2005: 19)
menjelaskan bahwa dalam matematika realistik dunia nyata digunakan sebagai
titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika. Penjelasan lebih
lanjut bahwa pembelajaran matematika realistik ini berangkat dari kehidupan
anak, yang dapat dengan mudah dipahami oleh anak, nyata, dan terjangkau oleh
imajinasinya, dan dapat dibayangkan sehingga mudah baginya untuk mencari
kemungkinan penyelesaiannya dengan menggunakan kemampuan matematis yang
telah dimiliki.
Tarigan (2006: 3) menambahkan bahwa pembelajaran matematika realistik
menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses
konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Selaras dengan pendapat-
pendapat ahli di atas, Aisyah (2007: 7.1) mengemukakan bahwa pendekatan
matematika realistik merupakan suatu pendekatan belajar matematika yang
dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa.Oleh sebab itu,
masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari yang dimunculkan sebagai titik
awal pembelajaran matematika. Penggunaan masalah realistik ini bertujuan untuk
menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Matematika realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran
matematika yang lebih menekankan realitas dan lingkungan sebagai titik awal dari
pembelajaran.
Jadi, dapat di katakan Realistic Mathematics Education (RME) merupakan
suatu pendekatan baru dalam bidang pendidikan matematika. Menurut Soedjadi
(2001:2) PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang
dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika
sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada masa

3
lalu. Ide utama pembelajaran matematika realistik adalah siswa harus diberi
kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) konsep dan prinsip matematika
di bawah bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994).Siswa diberi kesempatan
untuk menemukan ide atau konsep matematika berdasarkan pengalaman anak
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan sekolah, keluarga, atau lingkungan masyarakat yang benar-
benar dikenal siswa. Proses pembelajaran matematika realistik menggunakan
masalah kontekstual sebagai titik awal dalam belajar matematika. Siswadiberi
kesempatan untuk mengorganisasi masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek
matematika yang ada pada masalah tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik adalah
metode pembelajaran matematika sekolah yang dilaksanakan dengan
menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.
Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep–konsep
matematika untuk memecahkan masalah sehari–hari atau dalam bidang yang
lainnya. Pembelajaran ini sengat berbeda dengan pembelajaran matematika
selama ini yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai
matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah.

2.2 Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik


Menurut Gravemeijer (soedjadi, 2014:2) ada tiga prinsip kunci dalam
merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR, yaitu:
1. Menemui kembali secara terbimbing melalui matemisasi progresif (guidedre-
invention/progressive mathematizing), artinya melalui topik-topik matematika
yang di sajikan siswa harus di beri kesempatan untuk mengalami proses yang
sama membangun dan menemukan kembali tentang ide-ide dan konsep-
konsep secara matematika.
2. Fenomena didaktik (didactical phenomenology), artinya pembelajaran tidak
lagi berorientasi pada guru, tetapi di ubah dengan berorientasi pada siswa
bahkan mungkin sekali berorientasi pada masalah kontekstual yang di
hadapi.Dalam hal ini mungkin sekali jawaban siswa terhadap masalah
konstektual yang di berikan beraneka ragam. Tidak mustahil justru jawaban

4
itu lebih baik dari yang di pikirkan guru. Soal atau masalah serupa dapat juga
di manfaatkan untuk memantapkan pemahaman siswa.
3. Pengembangan model sendiri (“self-developed models”), prinsip ini
berfungsi menghubungkan antara pengetahuan matematika informal dan
formal siswa.

Graveimeijer (soedjadi,2014:3) mengemukakan bahwa berdasarkan ketiga


prinsip PMR di atas, maka didalam proses pembelajaran di kelas di kemukakan
lima karakteristik PMR yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika,
yaitu :
a. Menggunakan konteks dunia nyata,
b. Menggunakan model-model,
c. Menggunakan produksi dan konstruksi siswa, interaksi, dan
keterkaitan.

Secara singkat lima karakteristik tersebut di uraikan sebagai beikut :


1. Menggunakan masalah konstektual (the use of contex), pembelajaran di awali
dengan menggunakan masalah konstektual (dunia nyata), tidak di mulai dari
sistem formal. Masalah konstektual di angkat sebagai topik awal
pembelajaran merupakan masalah sederhana yang (“dikenali”) oleh siswa.
2. Menggunakan model (use models, bridging by verticalinstrument), istilah
model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang di
kembangkan sendiri oleh siswa,mengaktualisasikan masalah kebentuk visual
sebagai sasaran untuk memudahkan pengajaran.
3. Menggunakan konstribusi siswa (student controbition), konstribusi yang
besar pada proses belajar mengajar di harapkan datang dari siswa.
4. Interaktivitas (interactivity), mengoptimalkam proses mengajar belajar
melalui interaksi siswa dengan siwa, siswa dengan guru dan siswa dengan
sarana prasarana merupakan hal yang penting dalam pembelajaran
matematika realistik.

Terintegrasi dengan topik lainnya (intertwining), struktur dan konsep


matematika saling berkaitan. Oleh karena itu, keterkaitan dan keterintegrasian

5
antar topik (materi pelajaran) harus di eksplorasi untuk mendukung terjadinya
proses mengajar belajar yang lebih bermakna.

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Matematika Realistik


1. Teori Bruner
Bruner menyebutkan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung secara bersamaan yaitu :
(1) Memperoleh informasi baru,
(2) Mentransformasi informasi,
(3) Menguji relevan dan ketepatan pengetahuan.

Bruner (Jaeng, 2009:31) menyebutkan bahwa hampir semua orang melalui


penggunaan sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya
secara sempurna, ketiga sistem keterampilan itu disebut tiga cara penyajian yaitu:
 Cara penyajian enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
yang dilakukan secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkrit atau
menggunakan situasi yang nyata.
 Cara penyajian ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran yang diwujudkan
(direpresentasikan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang
menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
 Cara penyajian simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran yang
dipresentasikan dalam bentuk symbol-simbol yang abstrak, yaitu symbol-
simbol arbiter yang disepakati berdasarkan kesepakatan, baik symbol-simbol
verbal, lambang-lambang matematika, aupun lambang-lambang abstrak
lainnya.

Berdasarkan teori Bruner, pendekatan pembelajaran matematika realistik


digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena pada awal pembelajaran sangat
dimungkinkan siswa untuk memanipulasi objek-objek yang ada kaitannya dengan
masalah kontekstual yang diberikan guru secara langsung, kemudian pada proses
matematisasi vertikal, siswa memanipulasi simbol-simbol.

2. Teori Piaget

6
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual didasarkan pada
dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan organisme
kemampuan untuk mengorganisasikan proses-proses fisik atau psikologi menjadi
sistem-sistem yang teratur dan saling berhubungan.Sedangkan adaptasi adalah
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Teori Piaget ini memberikan beberapa
implikasi dalam pembelajaran, yaitu :
(1) Memusatkan perhatian pada proses berfikir anak, tidak sekedar pada
hasilnya.
(2) Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran.
(3) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan.

Dari teori Piaget di atas, pendekatan pembelajaran matematika realistik


digunakan dalam suatu pembelajaran karena peserta didik secara aktif
membangun pemahamannya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan.

3. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural pembelajaran yaitu
siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cobb (dalam Suparno, 1997:46) Vygotsky
menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang
punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang
dengan baik. Teori Vygotsky ini sejalan dengan karakteristik pembelajaran
matematika realistik, yaitu menggunakan masalah kontekstual, menggunakan
model, menggunakan kontribusi siswa, terdapat interaksi, dan terdapat keterkaitan

4. Teori Dienes
Dienes (Jaeng, 2009:37) menyatakan bahwa “matematika dipandang sebagai
studi tentang struktur, pengklasifikasian struktur, memisahkan hubungan-
hubungan yang terdapat di dalam struktur-struktur dan mengkategorikan
hubungan-hubungan antara struktur-struktur”.

7
Selanjutnya pandangan Dienes tentang belajar dan mengajar matematika,
yaitu anak belajar matematika harus memulai dari memanipulasi benda-benda
konkrit dan membuat abstraksinya dari konsep dan strukturnya.Dari
pengalaman belajar matematika seorang anak harus mampu mengubah
suasana konkret menjadi suasana abstarak dengan menggunakan simbol. Ini
berarti bahwa benda-benda atau objek akan sangat berperan bila dimanipulasi
dengan baik dalam pengajaran matematika.
Dalam teori Dienes, pembelajaran matematika realistik digunakan dalam
kegiatan pembelajaran yang diawali dengan masalah-masalah konkret. Dalam hal
ini, siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan caramereka sendiri, guru
memotivasi mereka untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan petunjuk
dan saran.

2.4 Langkah-langkah Implementasi Pendekakatan Matematika Realistik


Berdasakan prinsip dan karakteristiknya, langkah-langkah Pendekatan RME
sebagai berikut:
Langkah 1: Memahami Masalah Konstektual
Guru memberikan masalah atau soal-soal konstektual dalam kehidupan
sehari-hari dan siswa di minta untuk memahami masalah tersebut. Karakteristik
yang tergolong pada langkah ini yaitu menggunakan masalah konstektual yang di
angkat sebagai titik awal dalam pembelajaran untuk menuju matematika formal
sampai kepembentuka konsep.
Langakah 2: Menjelaskan Masalah Konstektual
Pada langkah ini, guru dapat meminta siswa untuk menjelaskan masalah
konstektual yang di berikan kepada siswa dengan bahasa dan pemikiran mereka
sendiri. Pada langkah ini, semua prinsip pembelajaran matematika realistikakan
muncul. Sedangkan karakteristik pembelajaran matematika realistik yang
tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik keempat yaitu adanya interaksi
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
Langkah 3: Menyelesaikan Masalah Konstektual
Pada langkah ini, guru mengarahkan dan memotivasi siswa secara individu.
Siswa secara mandiri menyelesaikan masalah konstektual dengan cara mereka
sendiri dengan menggunakan LKS. Cara pemecahan dan jawaban masalah

8
berbeda lebih di utamakan.Karakteristik pembelajaran matematika realistik dalam
langkah ini yaitu menggunakan model.
Langkah 4: Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban
Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk
membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah yang di berikan. Siswa di
latih untuk mengeluarkan ide-ide dari konstribusi siswa didalam berinteraksi
siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana
untuk mengoptimalkan pembelajaran.Karakteristik pendekatan pembelajaran
matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik ketiga
dan keempat yaitu menggunakan konstribusi siswa dan interaksi antara siswa
dengan lainnya.
Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasiljawaban siswa, guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan konsep atau prosedur. Karakteristik pembelajaran matematika
realistik dalam langkah ini yaitu adanya interaksi adanya siswa dengan guru
sebagai pembimbing siswa dengan siswa lainnya.

Adapun langkah-langkah pendekatan pembelajaran matemtika realistic


dapat di lihat dari table berikut.
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Memahami à Memberikan masalah à Memahami
masalah kontekstual. masalah
kontekstual à Memberikan konteksual.
kesempatan kepada à Mengemukakan
siswa untuk pendapat atau ide-
mengemukakan ide.
pendapatnya.
2. Menjelaskan à Membimbing, à Menyelesaikan
masalah menstimulasi, dan masalah.
kontekstual mengarahkan siswa. à Mendeskripsikan
à Memberikan petunjuk masalah
saran. kontekstual
à Melakukan
refleksi dan
intersepsi masalah.
à Memperhatikan
petunjuk atau
saran.
3. Menyelesaikan à Mengarahkan atau à Memperhatikan

9
masalah memotivasi kelas atau arahan guru.
kontekstual individu.
4. Membandingkan à Menciptakan kondisi à Berlatih
dan kelas yang interaktif mengemukakan
mendiskusikan pendapat atau ide.
jawaban
5. Menyimpulkan à Mengarahkan siswa à Membuat
untuk menyimpulkan kesimpulan
materi pada konsep masalah.
kontekstual

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik


Kelebihan Pendekatan Matematika Realistik, di antaranya adalah :
1. Pendekatan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan
kehidupan sehari-hari dan kegunaan matematika pada umumnya bagi
manusia.
2. Pendekatan matematika reaslistik memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang
dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa .
3. Pendekatan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian masalah tidak harus
tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.

4. Pendekatan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan


operasional kepada siswa bahwa untuk menemukan suatu hasil dalam
matematika diperlukan suatu proses.
5. Dengan siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak akan
mudah lupa dengan pengetahuannya.
6. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan
realitas kehidupan,sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika.
7. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa ada
nilainya.
8. Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawaban yang mereka
berikan.
9. Melatih siswa untuk berfikir dan mengemukakan pendapat.

10
10. Pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerjasama dan menghormati teman
yang sedang berbicara.

Adapun, kekurangan Pendekatan Matematika Realistik, di antaranya


adalah :
1. Upaya penerapan Pembelajaran matematika realistik membutuhkan
perubahan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah
untuk dipraktekan dan juga diperlukan waktu yang lama.
2. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut
pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap topik
matematika yang perlu akan dipelajari oleh siswa, terlebih lagi soal -soal
tersebut harus diselesaikan dengan berbagai macam cara.
3. Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih
kesulitan dalam menemukan sendiri jawaban dari permasalahan.
4. Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah.
5. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar menanti temannya yang belum
selesai.
6. Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah pemanfaatan
realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar
proses pembelajaran matematika secara lebih baik.
2. Kelebihan dari penedekatan matematika realistik adalah pendekatan
matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional.
Sedangakan kekurangan dari pendekatan matematika realistik adalah upaya
mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan salah satu
kerugian pembelajaran matematika realistik.
3. Teori belajar yang relevan dengan pendekatan matematika realistik terbagi
menjadi 3 teori yaitu teori piaget, teori burner, dan teori dienes.
4. Menurut Gravemeijer (soedjadi, 20014:2) ada tiga prinsip kunci dalam
merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR, yaitu: menemui kembali
secara terbimbing melalui matemisasi progresif (guided re-
invention/progressive mathematizing), fenomena didaktik
(didacticalphenomenology), dan pengembangan model sendiri (“self-
developed models”).

3.2 Saran
Dari makalah ini pemakalah memberi  saran kepada pembaca, agar adanya
kesadaran antara pengajar dengan siswa sehingga pembelajaran realistik dapat
berjalan dengan baik. Setiap pengajar diharapkan menguasai bermacam-macam
metode pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Ultrech:


Freudenthal institute
Hudoyo, Herman,1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti PPLPTK.
Marpaung, Yansen, 2001. Prospek RME Untuk Pembelajaran Matematika
diIndonesia. Makalah Seminar Nasional Realistic Mathematics Education.
diakses tanggal 18 November 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai