Anda di halaman 1dari 77

BAB I.

PENGANTAR MATEMATIKA EKONOMI

1.1 Pengantar Matematika Ekonomi.


Kehihidupan manusia mengalami berbagai perubahan, sesuai dengan proses
perubahan zaman dari waktu ke waktu, sejak dari zaman primitif sampai pada era
teknologi seperti saat ini. Sejalan dengan perubahan ini, kegiatan ekonomi yang
dimaknai sebagai bagian dari kehidupan manusia turut berubah sejak dari kurun masa
lalu hingga saat sekarang. Pengertian ekonomi itu sendiri berasal dari kata "economics"
yang berasal dari kata Yunani klasik secara konseptual diarrtikan sebagai bentuk
perubahan berbagai pertukaran barang-barang yang menjadi kebutuhan manusia. Dalam
proses ini peranan matematika sebagai konsep dasar ekonomi terbatas pada
pengekspresian bentuk-bentuk matematika sederhana, seperti pemakaian bilangan asli,
cacah, bulat atau pecahan yang dioperasikan secara sederhana saja, seperti operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang dilakukan secara manual dan
sederhana. Akan tetapi, sesuai dengan berkembangnya pola kehidupan manusia ke arah
yang lebih maju, maka terjadi pula perubahan aktivitas ekonomi yang mana pemakaian
penerapan matematika semakin kompleks dan makin saling memiliki keterkaitan di
antara berbagai faktor dalam proses ekonomi dan hal tersebut di olah secara terprogram
dalam berbagai model yang disaikan dalam formula matematika yang kompleks yang
digunakan untuk pemecahan yang lebih rumit pula.

Secara umum, semakin kompleks suatu masalah, akan semakin kompleks pula
alat analisis yang digunakan untuk pemecahannya. Salah satu alat yang dianggap mampu
mengekspresikan kekompleksan permasalahan tersebut adalah model matematika.
Mentransformasi model ekonomi kedalam berbagai persamaan rumus matematika,
memungkinkan terjadinya perubahan jenjang kesulitan pemecahan masalah ekonomi ke
dalam pemecahan masalah matematika. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang
beberapa konsep matematika sebagai syarat pemecahan masalah matematika, sehingga
perlu dipelajari oleh ekonom dan pelaku bisnis. Hal ini diperlukan agar interpretasi
pemecahan matematika dapat dikonversikan kedalam penyelesaian masalah ekonomi dan

1
bisnis, dmelainkan disebabkan oleh sulit dan kompleksnya gejala yang penyelesaiannya
diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan model di mana peranan matematik
semakin urgen diaplikasikan terapannya untuk memahami matematika dalam pemecahan
masalah ekonomi dapat menjadi cara/pola pikir Ilmu ekonomi dan bisnis dengan analisis
yang bersifat kuantitatip ataupun kualitatif

Secara umum, bentuk umum persamaan garis lurus adalah ax +bx +c =0 yang
merupakan bentuk suatu garis lurus yang posisinya ditentukan dengan suatu persamaan
yang berasal dari dua titik yang masing-masing koordinat titiknya diketahui, misalnya
persamaan garis x+ 2y 5 =0. Dalam hal ini, bila kita ingin membuat gambarnya , maka
dilukiskan melalui gambar yang melibatkan sistem koordinat Cartesius berupa sebuah
garis lurus. Pertama tentukan titik-titik potong garis tersebut terhadap kedua sumbu X,
dan sumbu Y yaitu dengan membuat nilai bila ingin menentukan titik potong kurva
dengan sumbu X, dan membuat nilai x = 0 bila ingin menentukan titik potong kurva
dengan sumbu Y. Kemudian, hubungkan kedua titik tersebut menjadi sebuah garis lurus,
sehingga garis tersebut merupakan garis dengan persamaan x+ 2y 5 = 0. Gradien adalah
besar kemiringan suatu garis terhadap sumbu .

Bentuk umum persamaan garis lurus adalah , dengan m merupakan gradien,


sedangkan suatu konstanta. Jadi, persamaan yang berbentuk mempunyai
gradien sebesar 2. Secara umum persamaan yang bentuknya , maka

gradiennya adalah . Sedangkan gradien suatu garis yang melalui dua titik

dan , gradiennya didapat dengan menggunakan rumus:

y 2 y1
m
x 2 x1

Contoh 1.1. Tentukan gradien suatu garis yang melalui titik P(3,5) dan Q(6,14).

Jawab:

2
1.2 Hubungan antar gradien pada persamaan garis lurus

Jika suatu garis sejajar dengan sumbu , maka gradiennya adalah 0.

Jika terdapat dua garis yang sejajar, maka gradien kedua garis tersebut sama, atau
.

Jika terdapat dua garis yang saling tegak lurus, maka hasil kali kedua gradien tersebut
adalah , atau

Contoh1.2

Garis dengan persamaan tegak lurus dengan suatu garis yang


mempunyai gradien . Tentukanlah nilai .

Jawaban:

Gradien garis dengan persamaan adalah .

Karena kedua garis tersebut tegak lurus, maka atau , sehingga

Dengan demikian, nilai

1.3 Teori Ekonomi dan Matematika Ekonomi

Secara teoritis, teori ekonomi mengungkapkan hubungan antar variabel


ekononomi secara kualitatif, misalnya, jika harga naik/turun kuantitas permintaan
berkurang/naik, jika investasi bertambah maka pendapatan nasional meningkat, jika
konsumsi meningkat maka pendapatan nasional meningkat dan hungan lainnya yang
berhubungan dengan aktivitas ekonomi sebuah kelompok masyarakat Teori Ekonomi
yang terkait dengan phenomena tersebut, tidak memberikan ukuran kekuatan hubungan
secara tegas antara variabel ekonomi. Matematika Ekonomi dapat membantu
menyederhanakan hubungan tersebut dalam sebuah model yang disebut dengan model

3
matematika, Sebagai contoh secara konsep ekonomi, terdapat gejala bahwa permintaan
sebuah komoditi sangat bergantung pada harganya, dengan anggapan bahwa faktor lain
yang dapat mempengaruhi permintaan komoditi tersebut dianggap konstan (ceteris
paribus). Gejala tersebut dapat diekspresikan sebagai sebuah fungsi matematik q = f(p).
Jika hubungan tersebut diasumsikan linear, maka kemudian dapat diperjelas dengan
model linear q = a + bp, dengan q menyatakan kuantitas permintaan komoditi dan p
menyatakan harga satuannya, dan a dan b adalah parameter atau koefisien. Sehingga
model teori ekonomi yang kualitatif dapat didekati dengan model kuantitatif.
Menemukan nilai prameter a dan b dalam persamaan matematika q = a + bp, diperlukan
pengetahuan tentang beberapa konsep dalam matematika atau statistika. Dengan
demikian konsep matematika atau statistika mampu mengekspresikan konsep ekonomi
dan permasalahannya serta menemukan pemecahannya disebut sebagai matematika
ekonomi atau statistika ekonomi.
Selain model linear sederhana tersebut di atas, masih banyak model matematika
lainnya yang mampu mengekspresikan phenomena ekonomi maupun bisnis dalam dunia
nyata. Sebagai contoh, model eksponensial dapat mengekspresikan kasus pertumbuhan
penduduk, pertumbuhan pendapatan suatu negara, model multivariate dapat
mengungkapkan pengaruh berbagai variabel terhadap permintaan dan penawaran sebuah
komoditi, model linear programming, model kalkulus differensial yang banyak
diaplikasikan dalam menyelesaikan masalah ekonomi dan bisnis yang menyangkut
optimalisas. dan model matematika lainnya dengan berbagai manfaatnya. Untuk itu, pada
bagian pendahuluan ini, diperlukan beberapa pemahaman tentang variabel, parameter,
dan konstanta sebagai konsep dasar model matematika yang akan digunakan dalam
penerapan pemecahan masalah nyata.

1.4 Variabel dan Konstanta

Model matematika pada umumnya dinyatakan dengan berbagai simbol dan


kombinasi antara variabel dan konstanta. Variabel merupakan unsur yang sifatnya
berubah-ubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya, dan dalam suatu rumusan fungsi

4
dapat dibedakan menjadi variabel bebas dan tidak bebas. Variabel bebas yaitu variabel
yang dapat menerangkan variabel lainnya (mempengaruhi), Variabel tidak bebas yaitu
variabel yang diterangkan oleh variabel bebas (dipengaruhi). Koefisien ialah bilangan
atau angka yang diletakkan tepat didepan suatu variabel, dan terkait dengan variabel
yang bersangkutan.
Konstanta adalah suatu besaran bilangan atau angka yang sifatnya tetap dan tidak
berubah untuk suatu kasus dan tidak terkait dengan suatu variabel. Konstanta atau
koefisien yang sifatnya masih umum disebut sebagai parameter, artinya besarannya tetap
untuk suatu kasus, tetapi berubah pada kasus lainnya. Misalnya persamaan Y = 10 + 2 X,
nilai 10 dan 2 adalah konstanta, X adalah variabel bebas dan Y adalah variabel tidak
bebas, konstanta 2 dapat disebut sebagai koefisien variabel X. Selanjutnya jika
persamaan : Y = a + b X,

Dengan a dan b adalah konstanta, dalam hal ini a dan b dapat disebut juga parameter,
karena nilainya dapat berbeda untuk mengungkapkan kasus yang sama pada objek yang
berbeda.

1.5 Model Matematika


Model adalah representasi dari objek atau situasi atau kondisi yang sebenarnya. Model
dapat disajikan dalam berbagai bentuk, yang salahsatunya adalah model matematika.
Model matemtika merepresentasikan suatu masalah dengan sistem yang mencerminkan
hubungan antar simbol atau hubungan matematis. Sebagai contoh, permintaan sebuah
komoditi P, penerimaan dari hasil penjualan produk q adalah R, biaya total untuk
memproduksi q adalah C, dan laba total dari penjualan q ditentukan dengan mendapatkan
selisih antara penerimaan TR(q) dengan total biaya TC(q) dari jumlah q yang yang
terjual, maka model matematika yang dapat dibuat adalah:
p = a + bq; a dan b konstanta,
TR = pq = (a + bq)q = aq +bq 2 ; di mana TR = Total Revenue
(Total Penerimaan)

TC(q) = c + dq; c dan d konstanta, di mana TC = Total Cost


(Biaya Total)

5
L(q) = TR(q) TC(q), dimana L = Laba (Keuntungan)

Sebuah model matematika adalah, memungkinkan dilakukan proses pengambilan


keputusan mengenai situasi nyata dengan menganalisis model tersebut. Nilai kesimpulan
dan keputusan berdasarkan model tergantung pada seberapa baiknya model matematika
dapat merepresentasikan kondisi nyatanya dari masalah ekonomi yang terjadi saat itu.
Dengan pengertian bahwa model yang baik membuat keputusan menjadi tidak bias.
Model matematika selalu melibatkan berbagai lambang matematika untuk menyatakan
suatu besaran bilangan, angka. Dengan demikian, pemahaman himpunan dan operasinya,
sistem bilangan dan operasinya perlu dipahami dengan baik, terutama system bilangan
nyata. Penjelasan pada bab berikutnya akan mebantu pembaca untuk memahami
himpunan dan sistem bilangan nyata dan operasinya. Selain itu model matematika yang
membutuhkan pemahaman tentang konsep linear dan kuadratik, maupun model-model
non linear lainnya dapat dipelajari dalam modul ini. Selain itu buku ini akan dilengkapi
juga dengan bentuk-bentuk kasus matematika dan kasus ekonomi serta bisnis dalam
bentuk soal-jawab, dan beberapa tugas dalam bentuk soal latihan untuk pemahaman lebih
mendalam.

1.6 Himpunan
Suatu himpunan diartikan sebagai kelompok dari obyek, atau unsur yang
dirumuskan dengan tegas dan dapat dibedakan. Unsur atau anggota himpunan dapat
berupa orang, benda, angka, bilangan, dan lainnya yang sifatnya tangible atau intangible.
Notasi atau tanda dari sebuah himpunan adalah kurung kurawal { } dan unsur atau
elemen ditulis didalamnya dan dipisahkan dengan tanda koma ",". Nama suatu himpunan
selalu dinyatakan dengan huruf abjad (huruf besar), misalnya himpunan mata dadu: D =
{1,2,3,4,5,6}. Bila x merupakan suatu objek atau unsur, sedangkan A merupakan suatu
himpunan (set) dimana x tesebut menjadi anggota dari A. Misalnya terdapat suatu
kelompok yang terdiri dari 3 mahasiswa merokok, maka di peroleh suatu himpunan yang
terdiri dari 3 unsur/elemen. Jika di ambil hanya satu mahasiswa yang merokok, maka
terdapat satu himpunan dengan satu elemen. Sedangkan bila di ingin mendapatkan

6
mahasiswa yang tidak merokok darinya, maka di peroleh suatu himpunan dengan tanpa
elemen atau terdapat suatu himpunan kosong, yang ditulis 0.

1.6.1 Penulisan Himpunan

Pada umumnya cara menulis sebarang himpunan dapat dinyatakan dengan 2


cara. Pertama, dengan mendaftar (roster method), seluruh anggotanya dalam sebuah
daftar. Sebagai contoh, himpunan A yang terdiri atas unsur-unsur 1,3,5,7,9 dapat
dinyatakan sebagai A = { 1 3 5 5 7 9 }

Cara kedua, yaitu dengan menuliskan syarat keanggotaan (rule method) yang dimiliki
oleh seluruh anggota suatu himpunan. Apabila himpunan A di atas dinyatakan dengan
cara ini, maka dapat ditulis: A = {x/0 < x < 10; x e bilangan bulat }

Himpunan A disebut himpunan bagian himpunan B, ditulis A c B, jika setiap anggota A


merupakan anggota B. Himpunan kosong selalu merupakan himpunan bagian dari
sembarang himpunan, dapat ditulis, $ c A untuk sebarang himpunan A. Himpunan
semesta S adalah himpunan dari seluruh obyek yang diamati dan bersifat tetap. Seluruh
himpunan yang dibicarakan merupakan humpunan bagian dari himpunan semesta.

1.6.2 Operasi dalam himpunan

Beberapa operasi yang lasim digunakan dalam himpunan seperti berikut:


a. Gabungan (union) disimbol " ",
A B = {x / x G A atau x G B}.
Sebagai gambaran, jika himpunan A= { 1, 3, 5, 7 } dan himpunan B = { 2, 4, 6, 8 }, maka

Hasil gabungan dari A B = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 }, karena anggota himpunan ini ada


pada A atau ada pada B, tidak harus ada pada keduanya.
b. Irisan (intersection) disimbol

7
A B = {x / x G A dan x G B}

Contoh 1.3
Jika himpunan A = {x / 0 < x <15; x e bilangan bulat positip} dan himpunan
B = {y / 0 < y < 19}; y kelipatan 2}, hasil A n B = {2, 4, 6, 8, 10, 12, 14}, karena
anggota himpunan ini ada pada kedua himpunan A dan himpunan B.
c. Selisih (Difference) disimbol '-'
A - B = {x / x G A tetapi x B}
Contoh 3: Pada kasus (b) di atas, maka hasil dari:
A - B = {1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15}, karena anggota himpunan ini hanya ada pada
himpunan A tidak terdapat pada himpunan B.
B - A = {16,18}, karena anggota himpunan ini hanya ada pada himpunan B dan
tidak terdapat pada himpunan A.

d. Pelengkap (complement) disimbol (-)

A = {x / x G S tetapi x A} = S - A Contoh 4: Himpunan semesta S = {x / x <


20; x e bilangan asli}; dan himpunan A = {y / 0 < y < 20; y e kelipatan 2}. A = {1, 3, 5,
7, 9, 11, 13, 15, 17, 19} = S - A.
e. Beberapa Kaidah Operasi Himpunan
Operasi dalam himpunan memeliki beberapa kaidah seperti berikut ini:
Kaidah-Kaidah Operasi dalam Himpunan

f. Kaidah Idempoten
AU A= A
AIA=A
g. Kaidah Asosiatif
i. ( A U B ) U C = A U ( B U C )
ii. ( A B ) C = A ( B C )
Kaidah Komutatif

i. A U B = B U A

ii.. A B = B A

8
Kaidah Distributif
A (B C) = (A B) (A C)

Kaidah Identitas , kelengkapan, dan De Morgan

Kaidah Identitas
a. A 0 = A b. A 0 = 0
c. A S = S d. A S = A
Kaidah Kelengkapan
a. A A = S b. A A= 0
c. (A ) = A d. S = 0 0 = S

Kaidah De Morgan

a. (A B)= A B b. (A B) = A U B

1.6.3 Diagram Venn

Cara mudah untuk menyatakan dan melihat daerah jawaban dari beberapa operasi
himpunan adalah dengan menggunakan diagram atau gambar himpunan yang disebut
dengan diagram Venn. Berikut ini, daerah yang diarsir merupakan jawaban operasi
himpunan yang dimaksud.

Gambar 1.1. Gabungan (union) dua himpunan

9
Gambar 1.2. Irisan dua himpunan

Gambar 1.3. Selisih (difference) dua himpunan

10
Persamaan Garis
Lurus Melalui Dua
Titik.
Dalam penmbelajaran matematika, secara geometri dapat digambarkan pada sistem
koordinat Cartesius tentang letak sebuah titk pada bidang datar dengan melukiskan
koordinat-koordinat titiknya di bidang datar maupun pada dimensi tiga. Jika diketahui
dua titik A(x1, y1) dan B(x2, y2) maka persamaan garis lurus melalui kedua titik tersebut
adalah:

x x1 y y1
atau
x2 x1 y 2 y1

y2 y1
y x x1 y1 y2 y1 x y1 y2 y1 x1 .
x2 x1 x2 x1 x2 x1
Bentuk ini sejalan dengan bentuk umum persamaan garis lurus y ax b , dengan besar

y2 y1 y y1
koefisien a , dan b y1 2 x1 .
x2 x1 x2 x1
Dalam hal ini, a dinamakan gradien garis, dan b menyatakan perpotongan garis dengan
sumbu Y.

11
Contoh1.4. Ketika harga bakal pakaian Rp. 250.000,-/meter,
sebanyak 200 m bakal pakaian ditawarkan, sedang
saat harga dinaikkan menjadi Rp. 300.000,-/meter
sebanyak 300 meter bakal pakaian itu ditawarkan.
Tentukan fungsi penawaran bakal pakaian tsb.

Contoh1.5. Saat harga laptop Rp. 5000.000,-/unit, sebanyak


120 laptop terjual, sedang saat harga diturunkan
menjadi Rp. 4500.000/unit,sebanyak 250 laptop
laku dijual. Tentukan fungsi permintaan laptop
tersebut.

Penyelesaian:
p p1 q q1
1. S:
p 2 p1 q 2 q1
p 250.000 q 200

300000 250000 300 200
p 250.000 q 200

50000 100
p 250.000 q 200

500

p 250.000 500q 100.000

Jadi fungsi penawaran bakal pakaian adalah S: p=500q+150.000


12
p p1 q q1
2. D:
p 2 p1 q 2 q1
p 5.000.000 q 120

4.500.000 5.000.000 250 120

p 5.000.000 q 120
, atau 130 p 650.000.000 500000q 60.000.000
500.000 130
Jadi fungsi permintaan terhadap laptop asalah
D : 130 p 500000q 710.000.000 0 atau D : 130 p 500000q 710.000.000 0

atau
D : p 3846,15q 5461538,46 0 atau

D : p 3846,15q 5461538,46

13
1.7.2 Fungsi Kuadrat.
Bentuk umum persamaan kuadrat adalah y = ax2 + bx +c
Persamaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
b c
y ax 2 bx c a x 2 x
a a
2
b b 2 4ac
y a x ....................... (*)
2a 4a 2

b b 2 4ac b D
Dalam hal ini dikenal rumus abc dengan: x1, 2
2a 2a

b 2 4ac
Bentuk (*) memiliki nilai ekstrim (maks atau min) sebesar jika
4a

2
b b
a x 0 atau x . Nilai ini akan mencapai maksimun jika a < 0 dan
2a 2a

minimum jika a > 0.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: Fungsi Kuadrat (*) yakni y = ax2 + bx +c
akan mencapai harga ekstrim maksimum bila a < 0 dan ekstrim minimum bila a >0.

b D
Koordinat nilai ekstrim ditulis sebagai koordinat titik balik kurva pada , ,
2a 4a
dengan D = b2 4ac disebut Diskriminan.
Untuk menggambar fungsi kuadrat perhatikan nilai a dan D karena faktor ini
yang menentukan bentuk kurva tersebut.
1. a > 0, D > 0, kurva terbuka ke atas dan memotong sumbu x pada
dua titik berbeda
2. a < 0, D > 0, kurva terbuka ke bawah dan memotong sumbu x
pada dua titik berbeda
3. a > 0, D = 0, kurva terbuka ke atas dan memotong sumbu x pada
satu titik
4. a < 0, D = 0, kurva terbuka ke bawah dan memotong sumbu x
pada satu titik
5. a > 0, D < 0, kurva terbuka ke atas dan tidak memotong sumbu x

14
6. a < 0, D < 0, kurva terbuka ke bawah dan tidak memotong
sumbu x
Fungsi Kuadrat: x = py2 + qx +r
Untuk menggambar fungsi kuadrat perhatikan nilai p dan D karena faktor ini
yang menentukan bentuk kurva tersebut. . Koordinat nilai ekstrim ditulis sebagai

D q
koordinat titik balik kurva pada , , dengan D = p2 4pr disebut
4p 2p
Diskriminan
1. p > 0, D > 0, kurva terbuka ke kanan dan memotong sumbu y pada dua titik
berbeda
2. p < 0, D > 0, kurva terbuka ke kiri dan memotong sumbu y pada dua titik
berbeda
3. p > 0, D = 0, kurva terbuka ke kanan dan memotong sumbu y pada satu titik
4. p < 0, D = 0, kurva terbuka ke kiri dan memotong sumbu y pada satu titik
5. p > 0, D < 0, kurva terbuka ke kanan dan tidak memotong sumbu y
6. p < 0, D < 0, kurva terbuka ke kiri dan tidak memotong sumbu y pada dua
titik berbeda.

1.7.3. Penerapan Persamaan Kuadrat dalam Ekonomi

Secara umum dari persamaan kuadrat y = ax2 + bx +c dapat disimpulkan


beberapa hal sebagai berikut:
1. Jika a > 0, maka kurva parabola terbuka ke atas, sedangkan jika a < 0, maka kurva
parabolanya terbuka ke bawah. Jadi jika a > 0 akan ada titik ekstrim minimum
dan jika a < 0 akan ada titik ekstrim maksimum. Jika D > 0, maka kurva parabola
memotong sumbu-x di dua titik, jika D = 0, maka kurva parabola akan memotong
sumbu-x di satu titik, dan jika D < 0, maka kurva parabola tidak memotong
sumbu-x.
f(x) f(x) f(x)

a>0 a>0 a>0


D>0 D=0 D<0
15
0 x0 x 0 x
f(x) f(x) f(x)

a < 0 dan D = 0 a < 0 dan D < 0


a<0 0 x 0 x
D>0

0 x

2. Kurva parabola adalah kurva untuk fungsi kuadrat, sedangkan fungsi kuadrat
adalah salah satu fungsi non linear, dimana variabel bebas (x) berpangkat paling
tinggi dua.
3. Untuk menggambarkan kurva parabola suatu fungsi kuadrat dapat ditempuh dua
cara, yaitu:
a. Menentukan lebih dulu nilai x, sehingga diperoleh nilai y. Cara ini kurang
efisien, karena diperlukan beberapa pasangan x dan y yang cukup banyak,
paling sedikit 8 pasangan x dan y. Sebagai gambaran dari fungsi kuadrat y=
x2 5x + 6 digunakan pasangan x dan y sebagai berikut:

x 2 1 0 1 2.5 2 3 4 5
y 20 12 6 2 0.25 0 0 2 6

Sehingga bila koordinat (x,y) diplot ke dalam koordinat kartesian akan diperoleh
kurva sebagai berikut:
y y = x2 5x + 6

(0,6)

0 2 3 x
(2.5;-0.25)

16
b. Menerapkan sifat-sifat matematis fungsi kuadrat, yakni:
Tentukan titik potong kurva dengan sb-y dengan mengambil nilai x = 0
Tentukan titik potong kurva dengan sb-x dengan mengambil nilai y = 0,
sehingga ax2 + bx + c = 0 akan memiliki tiga kemungkinan solusi, yaitu:
Jika diskriminan D = b2 4 ac > 0, maka akan terdapat dua titik potong kurva
dengan sb-x yang diperoleh dengan rumus berikut:

Jika D = 0, maka akan ada satu titik potong kurva dengan sb-x, yaitu:

Jika D < 0, maka tidak akan ada titik potong kurva dengan sb-x

Titik ekstrim kurva parabola diperoleh dengan rumus:


Tentukan sumbu simetris yang membagi kurva parabola menjadi dua bagian yang
sama. Garis sumbu simetris ini melewati titik ekstrim, persamaan garis simetris

ini adalah:

Contoh 1.6. Diketahui fungsi kuadrat y = x 2 + 6x 9, gambarkan kurva fungsi kuadrat


tersebut dengan menggunakan sifat-sifat matematis.
Penyelesain:
Titik potong kurva dengan sb-y, dengan mengambil nilai x = 0 y = 9, sehingga

koordinat titik potong menjadi (0, 9)


Titik potong kurva dengan sb-x, dengam mengambil nilai y = 0 x2 + 6x 9 = 0

karena D = b2 4ac = 36 4( 1)( 9) = 0, maka hanya ada satu titik potong yaitu

, sehingga: x1 = x2 = (-6/-2) = 3 koordinat titik potong menjdi (3,0)


1) Titik ekstrimnya merupakan titik ekstrim maksimum pada (3,0)
2) Sumbu simetrisnya adalah x = 3
y

(3,0) x

17
y = x 2 + 6x 9
(0,-9)

Contoh 1.7. Seorang mahasiswa berdiri di atas tebing yang memiliki ketinggian 5 m dari
permukaan tanah, melempar bola ke atas dengan kecepatan awal 20 m/s
(anggap bola dilepaskan ketika berada 1 m di atas permukaan tebing di mana
mahasiswa tersebut berdiri). Tentukan

(a) tinggi bola setelah 3 detik, dan

(b) waktu yang dibutuhkan agar bola tersebut sampai di permukaan tanah.

Penyelesaian: Dengan menggunakan informasi yang diberikan soal, kita memperoleh:

h(t) = 5t2 + 20t + 6. Untuk menentukan tinggi bola setelah 3 detik, substitusikan t = 3 ke
dalam persamaan h(3) = -5(9) +20(3) + 6 =21

Apabila bola sampai di permukaan tanah, maka ketinggian bola tersebut adalah 0 meter.
Sehingga dengan mensubstitusi h = 0 diperoleh, 0 = 5t2 + 20t + 6

20 20 2 4(5)(6) 20 520
t1, 2 sehingga:
2( 5) 10

20 22,8 20 22,8 42,8


t1 0,28 , dan t2 4,28 , sehingga:
10 10 10

Karena waktu tidak pernah negatif, maka waktu yang diperlukan agar bola tersebut
sampai di permukaan tanah adalah 4,28 detik.

1.7.4. Contoh Masalah Fungsi Permintaan.

18
Contoh 1.8. Dari tahun 1995 sampai 2002, banyaknya pelanggan telepon genggam N
(dalam juta orang) dapat dimodelkan oleh persamaan N = 17,4x2 + 36,1x +
83,3, dengan x = 0 merepresentasikan tahun 1995 [Sumber: Data dari 2005
Statistical Abstract of the United States, Tabel 1.372, hal. 870]. Pada tahun
berapa banyaknya pelanggan telepon genggam mencapai angka 3.750 juta?

Penyelesaian. Dari soal diketahui bahwa N = 17,4x2 + 36,1x + 83,3 dan kita diminta
untuk menentukan tahun ketika banyaknya pelanggan telepon genggam
mencapai 3.750 juta. Dengan kata lain, kita diminta untuk menentukan nilai
1995 + x ketika N = 3.750.

Karena waktu tidak negatif, maka kita simpulkan bahwa 13,52 tahun setelah tahun 1995,
yaitu tahun 2008, banyaknya pelanggan telepon genggam mencapai angka 3.750 juta.

Contoh 1.9. Diketahui fungsi permintaan suatu barang adalah D: P = Q2 7Q + 12


dimana P adalah harga dan Q adalah kuantitas. Gambarkan kurvanya.
Penyelesaian:
Titik potong kurva dengan sb-P: Misalkan Q = 0 P = 12 Koordinat titik potong
menjadi (0,12). Titik potong kurva dengan sb-Q: Misalkan P = 0 Q2 7Q + 12 = 0
Karena D = 49 4(1)(12) = 1 D > 0, maka ada dua tipot dengan sb-x, yaitu:

19
Q2 7Q + 12 = 0 (Q 3)(Q 4) = 0 Q1 = 3 dan Q2 = 4 Koordinat titik
potong menjadi (3,0) dan (4,0). Karena a > 0, maka kurva parabola terbuka ke atas

Titik ekstrim minimum

(0,12)

P = Q2 7Q + 12

0 (3,0) (4,0) Q

Berdasarkan kurva permintaan di atas, tampak bahwa fungsi permintaan P = Q2 7Q +


12 berlaku untuk interval jumlah permintaan 0 x 3 dan harga permintaan 0 y 12
Atau fungsi permintaan di atas dinyatakan dengan:
P = Q2 7Q + 12 untuk 0 Q 3 dan 0 P 12
Contoh 1.10. Diketahui fungsi permintaan suatu barang P = Q2 Q + 12, dimana P
adalah harga dan Q adalah kuantitas. Gambarkan kurvanya.
Penyelesaian:
Titik potong kurva dengan sb-P diperoleh bila Q = 0 P = 12 Koordinat titik potong
menjadi (0,12)
Titik potong kurva dengan sb-Q didapat bila P = 0 Q2 Q + 12 = 0
Karena D = 1 4( 1) (12) = 49 D > 0, maka terdapat dua titik potong dengan sb-
Q, yaitu: Q2 Q + 12 = 0 (Q + 4)( Q + 3) = 0 Q1 = 4 dan Q2 = 3
Koordinat titik potong menjdi ( 4,0) dan (3,0)
Karena a < 0, maka kurva parabola terbuka ke bawah titik ekstrim maksimum

(0,12)

20
y = x2 x + 12

( 4, 0) 0 (3,0) x

Berdasarkan kurva permintaan di atas, tampak bahwa fungsi permintaan P = Q2 Q +


12 berlaku untuk interval jumlah permintaan 0 Q 3 dan harga permintaan 0 P 12
Atau fungsi permintaan di atas dinyatakan dengan:
P = Q2 Q + 12 untuk 0 Q 3 dan 0 P 12

1.7.5. Contoh Masalah Fungsi Penawaran.


Contoh 1. 11. Diketahui fungsi penawaran sejenis barang adalah S: P = Q2 + 3Q + 2,
dimana P adalah harga dan Q adalah kuantitas barang. Gambarkan
kurvanya.
Penyelesaian:
Titik potong kurva dengan sb-P dengan mengambil nilai Q = 0 P = 2
Titik potong kurva dengan sb-Q dengan mengambil nilai P = 0 Q2 + 3Q + 2 = 0
Karena D = 9 4(1) (2) = 1 > 0, maka terdapat dua titik potong kurva dengan sb-Q, yaitu:
Q2 + 3Q + 2 = 0 (Q + 1)(Qx + 2) = 0 Q1 = 1 dan Q2 = 2 Koordinat
titik potong kurva menjadi ( 1,0) dan ( 2,0)
Karena a > 0, maka kurva parabola terbuka ke atas titik ekstrim minimum

y
P = Q2 + 3Q + 2

21
(0,2)

(2,0) (1,0) 0 x

Berdasarkan kurva penawaran di atas, tampak bahwa fungsi penawaran P = Q2 + 3Q + 2


berlaku untuk interval jumlah penawaran Q 0 dan harga permintaan P 2
atau fungsi permintaan di atas dinyatakan dengan:
P = Q2 + 3Q + 2 untuk Q 0 dan P 2

1.7.6. Contoh Masalah Keseimbangan Pasar (Market Equilibrium)


Keseimbangan pasar terjadi ketika jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran
atau Qd = Qs, harga yang tercipta pada keseimbangan pasar merupakan harga
keseimbangan (Pe).
Contoh 1.12. Diketahui fungsi permintaan dan fungsi penawaran sejenis barang adalah:
D: p = q2 7q + 12
S: p = q2 + 3q + 2
Tentukan keseimbangan pasarnya dan gambarkan kurvanya.
Jawab: Pada keseimbangan pasar berlaku D = S , sehingga keseimbangan pasar dapat
diselesaikan dengan substitusi:
p = q2 7q + 12 = q2 + 3q + 2 10q = 10 q =1 dan p dapat dicari dengan
mensubstitusikan nilai q = 1 ke dalam fungsi permintaan atau fungsi penawaran,
sehingga diperoleh nilai p sebagai p = (1)2 + 3(1) + 2 = 6. Jadi keseimbangan
pasar tercapai pada E(1,6).
y

(0,12) p = q2 + 3q + 2

6 E
p = q2 7q + 12

2 1 0 1 3 4 x

22
TUGAS:
Tentukan keseimbangan pasarnya dan gambarkan kurvanya, jika diketahui fungsi
permintaan dan penawarannya adalah:
1. D: 2q + p 20 = 0 dan S: p2 8q 4 = 0
2. D: q2 + 5q p + 4 = 0 dan S: 2q2 + p 9 = 0
3. D: p2 + p + q 30 = 0 dan S: 2p2 q 3p 8 = 0

23
1.7.7. Kurva transformasi produk (product transformation curve)
Dalam kajian aplikasi matematika ekonomi, kurva transformasi produk menunjukkan
bagaimana suatu perusahaan berdasarkan proses produksinya menetapkan kombinasi
jumlah setiap jenis barang yang dihasilkannya, sesuai dengan sumber daya (kapital,
tenaga kerja, bahan baku, energi, manajemen, teknologi, dan sebagainya) yang
dimilikinya. Dalam kaitan ini:
Bila suatu perusahaan memproduksi dua jenis barang, misalnya A dan B, dengan
menggunakan bahan baku dan tenaga kerja tertentu, maka hubungan kuantitas atau
kombinasi kuantitas kedua jenis barang tersebut akan membentuk kurva transformasi
produk atau disebut juga sebagai kurva kemungkinan produksi (production possibility
curve).
Dalam hal ini, hubungan A dan B atau kombinasi A dan B yang diproduksi digambarkan
sebagai curve cembung (concave curve), yaitu curve yang terbuka ke bawah mengarah ke
titik awal (0,0).
y

0 x
Selanjutnya, berdasarkan kurva tersebut tampak bahwa jika jumlah produksi A ditambah,
maka jumlah produksi B akan berkurang, demikian sebaliknya.
Contoh 1.13. Suatu perusahaan percetkan memproduksi dua jenis barang (buku) yaitu
buku teori (T) dan buku latihan (L), jika diketahui kurva transformasi
produk untuk perusahaan tersebut: T2 + 3T + 5L = 130. Tentukanlah:
1. Jumlah maksimum bpiring yang dapat diproduksi
2. Jumlah maksimum buku teori (T) yang diproduksi
3. Jumlah maksimum buku teori yang diproduksi, jika diproduksi 18 buku latihan.
4. Jumlah maksimum buku latihan yang diproduksi, jika diproduksi 7 buku teori
5. Gambarkan kurva transformasi produk tersebut
Penyelesaian :
1. Perusahaan tersebut akan memproduksi buku teori dalam jumlah maksimum bila
buku latihan (L) = 0 (buku latihan tidak diproduksi, sehingga T2 + 3T + 5(0) = 130
T2 + 3T 130 = 0

24
3 3 2 4(1)(130) 3 529 3 23
T1, 2
2(1) 2 2
Dengan demikian: T1 = 10 atau T2 = -13
Jadi jumlah maksimum buku teori (T) yang diproduksi sebanyak 10 unit
2. Produksi buku latihan (L) maksimum akan tercapai bila T = 0 (buku teori tidak
diproduksi), sehingga:
L2 + 3L + 5T = 130 0 + 0 + 5T = 130 T = 26
Jadi jumlah maksimum buku teori (T) yang diproduksi sebanyak 26 unit
3. Bila diproduksi gelas T = 18, maka:
L2 + 3L + 5T = 130 L2 + 3L + 5(18) = 130 L2 + 3L 40 = 0
3 3 2 4(1)(40) 3 169 3 13
L1, 2
2(1) 2 2

L1 5 dan L 2 8

Jadi jumlah maksimum buku teori (T) yang diproduksi bila L = 18 adalah 5 unit
4. Bila diproduksi L =7, maka:
L2 + 3L + 5T = 130 72 + 3(7) + 5T = 130 5T = 60 T = 12
Jadi jumlah maksimum buku latihan (L) yang diproduksi bila L = 7 adalah 12 unit
5. Gambar kurvanya: Buku Teori
26
(5,18)
(7,12)

10 Buku Latihan

1.8 Pengaruh Pajak Pajak

Bagi seorang produsen (penjual) yang dikenakan pajak akan berusaha untuk
melimpahkan beban pajak terhadap pembeli, yaitu dengan cara menaikkan harga. Hal ini

25
akan mengakibatkan fungsi penawaran menjadi berubah yaitu bergeser ke arah atas
sebesar konstanta pajak perunit t yang dikenakan pada setiap unit barang yang dijual,
sehingga fungsi penawaran bertambah sebesar t.
Andaikan fungsi penawaran sebelum dikenakan pajak yaitu S: p = f(q) maka
setelah dikenai pajak, maka fungsi penawaran menjadi
p = f(q) + t atau ditulis dengan
St = pt + t p St

Et (qt, pt) S

0 q

Gambar 1.4. Kurva keseimbangan pasar sebelum dan setelah ada pajak

Kuantitas barang setelah dikenakan pajak perunit t adalah q+t sehingga total pajak
penerimaan pemerintah sebesar:
T = qt (p2 p1) = St. t.= Tb + Tj
Beban pajak tidak seluruhnya ditanggung pembeli. Harus diingat bahwa selalu
berlaku ketentuan: di mana besarnya kenaikan harga akibat dikenakan pajak perunit
sebesar t adalah lebih kecil dari besar pajak perunit itu sendiri atau t < pt p0
Besar pajak t = p1p2 sedang harga keseimbangan adalah p0pt. Pajak perunit yang
ditanggung oleh pembeli adalah sebesar (pt p0). Dengan demikian, masing-masing
total pajak yang ditanggung oleh pembeli dan penjual adalah:
Tb = qt (pt p0)
Tj = qt [t (pt p0)]

Contoh:1.14
2
Diketahui : D: p = q+7
3

26
3 7
S:p= q+
4 4
Jika dikenakan pajak perunit t = 1, tentukanlah:
a. Harga dan kuantitas barang setelah ada pajak
b. Total pajak penerimaan pemerintah
Jawab:
Setelah ada pajak maka kuantitas keseimbangan menjadi Et(3,5)
Total pajak penerimaan pemerintah T = t.qt = 1.3 = 3

Pengaruh Subsidi
Jika pemerintah memberi subsidi maka:
Ds : ps = f(qs), dan
Ss : ps = f(qs) s
Keseimbangan harga setelah subsidi menjadi Es(qs, ps)
Total subsidi pemberian pemerintah Ts = s.qs
= (p2 p1).qs

Contoh 1.15.Diketahui fungis permintaan dan fungsi penawaran sebagai berikut


D: p = -3q + 18,
1 10
S: p = q+
3 3
t = 2/unit
s = 2/unit
Tentukanlah:
Harga dan kuantitas barang setelah ada pajak / subsidi per-unit sebesar 2
Total pajak penerimaan pemerintah
Penyelesaian:
Keseimbangan pasar sebelum subsidi Eo(4,4 ; 4,8)
Keseimbangan pasar setelah subsidi Es(5, 3)
Keseimbangan pasar setelah pajak Et(3,8 , 6,6)

Total subsidi pemberian pemerintah:

27
Ts =s.qs = 2.5 = 10
Total pajak penerimaan pemerintah:
Tt =t.qt = 2 (3,8) = 7,6

Soal 1.16. Diketahui fungsi permintaan dan penawaran sejenis barang adalah:

D: 2Q + P 10 = 0
S: P2 8Q 4 = 0
Jika pemerintah membebankan pajak proporsional t = 20%, maka tentukan:
1. Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak.
2. Besarnya pajak per unit dan total pajak yang ditanggung masing-masing oleh
konsumen maupun produsen.
3. Gambarkan kurvanya.

Penyelesaian:
1. Keseimbangan pasar sebelum pajak

2Q + P 10 = 0

P2 8Q 4 = 0

Dengan rumus abc diperoleh:

P = 4.93

Untuk mendapatkan Q, substitusikan P = 4.92820323 ke sehingga

diperoleh:

28
Jadi keseimbangan sebelum pajak tercapai pada P = 4.93 dan Q = 2.54 atau titik
keseimbangan pasar sebelum pajak adalah: E(2.54;4.93).
Keseimbangan sesudah pajak
Adanya pajak akan mengubah fungsi penawaran menjadi:

P2 8Q 4 = 0

Fungsi permintaan 2Q + P 10 = 0 P = 2Q + 10
Keseimbangan pasar sesudah pajak diperoleh dengan mensubstitusi persamaan P =

2Q + 10 ke dalam persamaan sehingga diperoleh:

4Q2 40Q + 100 11.52Q 5.76 = 0

4Q2 51.52Q + 94.24 = 0 Q2 12.88Q + 23.56 = 0

dengan rumus abc diperoleh:

Kemudian substitusikan Q = 10.6724461 ke persamaan P = 2Q + 10


P = 2(10.6724461) + 10 P = 11.3448922
Karena P bernilai negatif, maka Q = 10.6724461 tidak diambil, selanjutnya dihitung

Q = 2.207553899

Kemudian substitusikan Q = 2.207553899 ke persamaan P = 2Q + 10


P = 2(2.207553899) + 10 P = 5.584892202
Jadi keseimbangan pasar sesudah pajak tercapai pada saat P = 5.58 dan Q = 2.21
atau titik keseimbangan pasar sesudah pajak E(2.21;5.58)
2. Lihat gambar kurvanya, Q = 2.207553899 substitusikan ke dalam persamaan fungsi
penawaran P2 8Q 4 = 0, sehingga diperoleh:

29
P2 8(2.207553899) 4 = 0 P = 4.65

Pajak per unit:

Pajak per unit yang ditanggung konsumen tercermin dari adanya kenaikan harga
sebesar: tk = 5.584892202 4.92820323 = 0.656688972 tk = 0.66.
Pajak per unit yang ditanggung produsen tercermin dari perbedaan:
tp = 4.92820323 4.654076836 = 0.274126394 tp = 0.27
atau tp = 0.93 0.66 = 0.27
Total pajak yang ditanggung konsumen: Tk = 0.656688972(2.207553899)
Tk = 1.449676301 Tk = 1.45
Total pajak yang ditanggung produsen: Tp = 0.274126394(2.207553899)
Tp = 0.605148789 Tp = 0.61
3. Gambar kurvanya:

P
2Q + P 10 = 0
10
P2 11.52Q 5.76 = 0

5.58 E(2.21;5.58)
P2 8Q 4 = 0
4.93 E(2.54;4.93)
2

- 0.5 2.21 2.54 5 Q


-2

Kurva fungsi permintaan:


2Q + P 10 = 0 perpotongan dengan sb-P misalkan Q = 0 P = 10 dan perpotongan
dengan sb-Q misalkan P = 0 Q = 5
Kurva fungsi penawaran sebelum pajak:
P2 8Q 4 = 0 perpotongan dengan sb-P misalkan Q = 0 P2 = 4 P = 2 dan
perpotongan dengan sb-Q misalkan P = 0 Q =

30
Kurva fungsi penawaran sesudah pajak:
perpotongan dengan sb-P misalkan Q = 0

P2 = 5.76 P = 2.4 dan perpotongan dengan sb-Q misalkan P = 0 Q =


Contoh 1.17. Diketahui fungsi permintaan dan fungsi penawaran sejenis barang adalah:
D: 2Q2 + P 9 = 0
S: Q2 + 5Q P + 1 = 0
Jika pemerintah membebankan pajak proporsional t = 20%, maka tentukan:
1. Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak.
2. Besarnya pajak per unit dan total pajak yang ditanggung masing-masing oleh
konsumen maupun produsen.
3. Gambarkan kurvanya.

Penyelesaian:
Keseimbangan sebelum pajak.

2Q2 + P 9 = 0

1. Besarnya pajak per unit

Gambar kurvanya

1.9 Pajak dalam Bentuk Prosentase


Jika pajak yang dikenakan terhadap suatu jenis barang dinyatakan dalam bentuk
prosentase sebesar i yang dikenakan dari harga penjualan barang tersebut maka
mengakibatkan harga penjualan naik sebesar ip, sehingga
pt = p + ip = p(1+i) ............................. (1)
di mana p = harga jual, p t = harga jual setelah dikenakan pajak, sehingga (1) dapat
dinyatakan sebagai berikut:
pt t p p
p t t i t
1 i i 1 i 1 i
Hubungan antara pajak dalam bentuk prosentase dengan pajak perunit dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pada pajak perunit: St = f(q) + t (*)

31
Pajak prosentase St = f(q) + ip (**)
Dari (*) dan (**) diperoleh hubungan t = ip dan kalau dihubungakan dengan persamaan
di atas diperoleh:
pt
t i
1 i
Dengan demikian total pajak penerimaan pemerintah dalam bentuk prosentase menjadi

pt
T t.qt i qt
1 i
Contoh 1.18.
Diketahui fungsi permintaan dan fungsi penawaran suatu jenis tekstil :
D: p = -2q + 9, dan
S: p = 0,6q + 2,8
Jika terhadap unit barang yang dijual dikenakan pajak sebesar i = 25%, tentukalah:
a. Harga dan kuantitas keseimbangan pasar sebelum/setelah dan setelah pajak
b. Total penerimaan pajak pemerintah

Penyelesaian:
Sebelum pajak:
D: p = -2q + 9,
S: p = 0,6q + 2,8 -
0 = -2,6q + 6,2, atau
q = 2,38, dan
p = 4,24. Jadi
EO (2,38; 4,24)
Setelah pajak:
St : pt = pt(1+i) = (0,6qt+2,8)(1+0,25) = 0,75qt + 3,5
Dt : pt = -2qt + 9,
St : pt = 0,75qt + 3,5
0 = -2,75qt + 5,5 atau qt = 2, dan pt = 5. Jadi Et(2, 5)
Total pajak perunit t = ip = 0,25(4,24) = 1,06, maka T = t.qt = 1,06(2) = 2,12

32
1.10 Pengaruh Pajak Dan Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar Dua Jenis Barang
Yang Mempunyai Hubungan Substitusi
Pengaruh pajak dan subsidi hanya terhadap fungsi penawaran, dan tidak
berpengaruh terhadap fungsi permintaan. Artinya jika salah satu jenis barang itu
dikenakan pajak atau subsidi, maka hal itu akan mempengaruhi harga dan kuantitas
keseimbangan pasar.
Tabel 1.2 Kemungkinan yang terjadi pada pemberian pajak dan subsidi untuk dua
jenis barang
Jenis Barang Kemungkinan
1 2 3 4
I t1 s1 t1 s1
II t2 s2 s2 t2
Barang I dan II masing-masing dikenakan t1 dan t2
Barang I dan II masing-masing diberi s1 dan s2
Barang I dikenakan t1 dan barang II diberi s2
Barang I diberi s1 dan barang II dikenakan t2

Tabel 1.3 Model Matematika pada pemberian pajak dan subsidi untuk dua jenis
barang

Kemungkinan Persamaan jenis barang I Persamaan jenis barang II


Fungsi Dt/s: p1t/s = -m1q1t/s + m2q2t/s + c1 Dt/s: p2t/s = -n1q1t/s + n2q2t/s + c2
Permintaan
1 St: p1t = a1(q1 + t 1) + a2q2 + k1 St: p2t = b1q1 + b2(q2 + t2) + c1
2 Ss: p1s = a1(q1 - s 1) + a2q2 + k2 St: p2s = b1q1 + b2(q2 - s2) + c2
3 St: p1t = a1(q1 + t 1) + a2q2 + k3 St: p2s = b1q1 + b2(q2 - s2) + c3
4 Ss: p1s = a1(q1- s 1) + a2q2 + k4 St: p2t = b1q1 + b2(q2 + t2) + c4

Tabel 1.4 Model Persamaan Matematika pada pemberian pajak dan subsidi untuk dua
jenis barang untuk kemungkinan 1
Persamaan jenis barang I Persamaan jenis barang II
Dt: p1t = -m1q1t + m2q2t + c1 Dt: p2t = -n1q1t + n2q2t + c2
St: p1t = a1(q1t - t 1) + a2q2t + k1 St: p2t = b1q1t + b2(q2t - t2) + k2

33
Total pajak yang diterima oleh pemerintah adalah: Tt = t1q1t + t2q2t

Tabel 1.5 Model Persamaan Matematika pada pemberian pajak dan subsidi untuk dua
jenis barang untuk kemungkinan 2
Persamaan jenis barang I Persamaan jenis barang II
Ds : p1s = -m1q1s + m2q2s + c1 Ds: p2s = -n1q1s + n2q2s + c2
Ss: p1s = a1(q1s + s1) + a2q2s + k1 St: p2s = b1q1s + b2(q2s + s2) + k2

Total subsidi pemberian pemerintah adalah: Ts = s1q1s + s2q2s

Tabel 1.6 Model Persamaan Matematika pada pemberian pajak dan subsidi untuk dua
jenis barang untuk kemungkinan 3
Persamaan jenis barang I Persamaan jenis barang II
Dt : p1t = -m1q1t + m2q2t + c1 Ds: p2s = -n1q1s + n2q2s + c2
St: p1t = a1(q1t - t1) + a2q2t + k1 St: p2s = b1q1s + b2(q2s + s2) + k2

Tabel 1.7 Model Persamaan Matematika pada pemberian pajak dan subsidi untuk dua
jenis barang untuk kemungkinan 4

Persamaan jenis barang I Persamaan jenis barang II


Ds: p1s = -m1q1s + n2q2s + c1 Dt : p2t = n1q1t + n2q2t + c2
Ss: p1s = a1(q1s + s1) + a2q2s + k1 St: p2t = b1q1t +b2(q2t - t2) + k2

Netto pajak penerimaan pemerintah: T - S = (t1q1t + t2q2t)- ( s1q1s + s2q2s)

Contoh 1.19. (Kemungkinan 1)


Diketahui:
D: p1 = -5q1 + 2q2 + 95 D: p2 = 3q1 4q2 + 30
S: p1 = 3q1 - q2 -25 S: p2 = -2q1 + 5q2 8

34
Jika terhadap barang I dikenakan pajak penjualan sebesar t1 = 5, barang 2 dikenakan
pajak penjualan t2 = 3, maka:

a. Tentukan harga dan kuantitas keseimbangan pasar sebelum, dan setelah


dikenakan pajak
b. Total pajak penerimaan pemerintah

Penyelesaian:
a. Sebelum dikenakan pajak
D: p1 = -5q1 + 2q2 + 95 D: p2 = 3q1 4q2 + 30
S: p1 = 3q1 - q2 -25 _ S: p2 = -2q1 + 5q2 8
0 = -8q1 + 3 q2 + 120 0 = 5q1 9q2 + 38
Atau:
0 = -8q1 + 3 q2 + 120 24q1 - 9q2 360 = 0
0 = 5q1 9q2 + 38 5 q1 9q2 + 38 = 0 _
19 q1 -398 = 0
Maka q1 = 20,95, q2 = 15,86, p1 = 21,98, dan p2 = 29,40.

Atau : Eo {(20,95 , 21,98), ( 15,86 , 29,40)}


b. Setelah ada pajak
Dt: p1t = -5q1t + 2q2t + 95 Dt : p2t = 3q1t 4q2t + 30
St : p1t = 3(q1t + 5) - q2t - 25 _ St : p2t = -2q1t + 5(q2t + 3) 8 _
0 = -8q1t + 3 q2t + 105 0 = 5q1t 9q2t + 23
Atau:
0 = -8q1t + 3 q2t + 105 24q1t - 9q2t - 315 = 0
0 = 5q1t 9q2t + 23 5q1t 9q2t + 23 =0 _
19q1t 338 = 0
q1t = 17,79
Untuk q1t = 17,79, maka q2t = 12,44, p1t = 30,93, dan p2t = 32,11

35
Eo {(20,95; 21,98), ( 15,86; 29,40)}

Et {(17,79;, 30,93), ( 12,44; 32,11)}


Total pajak penerimaan pemerintah:
Tt = t1q1t + t2q2t = 5(17,79) + 3(12,44) = 126,27
Latihan (Kemungkinan 2)
Diketahui:
D: p1 = -5q1 + 4q2 + 49 D: p2 = 6q1 5q2 + 25
S: p1 = 4q1 - 2q2 -22 S: p2 = -2q1 + 6q2 90
Jika barang I dan II diberi subsidi s1 = 2, dan s2 = 3, maka:

a. Tentukan harga dan kuantitas keseimbangan pasar sebelum, dan setelah diberi
subsidi
b. Tentukan total subsidi pemberian pemerintah
Latihan (Kemungkinan 3).
Diketahui:
D: p1 = -6q1 + 3q2 + 326 D: p2 = 4q1 7q2 + 170
S: p1 = 5q1 - 2q2 174 S: p2 = -3q1 + 8q2 215

a. Jika barang I dikenakan t1 =7 dan barang II diberi subsidi s1 =5, tentukan harga dan
kuantitas keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak dan diberi subsidi
b. Jika barang I diberi subsidi s1 =4 dan barang II dikenakan pajak t2 = 6, tentukan harga
dan kuantitas keseimbangan pasar setelah diberi subsidi dan dikenakan pajak
c. Tentukan netto penerimaan bersih pemerintah

36
1.11 Analisis Pulang Pokok

Penilaian terhadap maju mundurnya suatu perusahaan bergantung kepada dua


kemugkinan hubungan antara pengeluaran (biaya) dengan besarnya penerimaan
(pemasukan), yaitu:
1. Jika jumlah penerimaan dari hasil penjualan produksi (total revenue)
lebih besar dari total biaya (total cost) maka perusahaan beruntung
2. Jika jumlah penerimaan dari hasil penjualan produksi (total revenue)
lebih kecil dari total biaya (total cost) maka perusahaan merugi
3. Jika jumlah penerimaan dari hasil penjualan produksi (total revenue) sama
besar dengan total biaya (total cost) maka perusahaan mengalami pulang
pokok
Dalam memprodusi barang dibutuhkan biaya (cost) yang terdiri dari:
a. Biaya tetap (Fixed Cost) yaity biaya yang harus dikeluarkan walaupun produksi
tidak ada, dan biaya tetap ini wajib untuk semua bentuk pengeluaran, misalnya
untuk bunga pinjaman, sewa gudang, instlasi pabrik, dan lain-lain
b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost), yaitu biaya yang dikeluarkan bergantung
kepada kuantitas produksi yang dihasilkan, yang merupakan pengeluaran
produktif dalam bentuk uang yang ditujukan untuk pembayaran jasa dari faktor-
faktor produksi (input) yang digunakan dalam proses produksi yang jumlahnya
berobah-obah, bergantung kepada tingkat out-put yang dihasilkan dalam jumlah
berbeda-beda

P TC TR
Untung
Rugi

Pulang Pokok

FC
VC

37
O

Gambar 1. 5. Kurva analisis pulang pokok

c. Biaya Total (Total Cost) yaitu jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap, dan
dirumuskan dengan: TC(q) = VC(q) + FC atau TC(q) = mq + k
d. Total Penerimaan (Total Revenue) yaitu penerimaan dari seluruh hasil penjualan
produksi yang dihasilkan, yang dirumuskan dengan sebagai berikut: TR(q) = aq,
a > m. Faktor a-m dinamakan kontribusi marginal.
k
e. Pulang Pokok terjadi jika TC(q) = TR(q), atau mq + k = aq atau q dan
a m

k ak
dengan a > m, di mana a, m R, sehingga
ak
p , E ,
a m a m a m

Contoh 1.20.
Diketahui biaya untuk perongkosan tetap yang harus dibayar sebesar Rp. 1.000.000,-,
kemudian biaya tidak tetap adalah Rp. 500,- per-unit barang, serta kalau barang itu telah
diproduksi akan dijual seharga Rp. 2500,- per-unit.
a. Berapa besar kontribusi marginalnya
b. Berapa besar kuantitas barang untuk mengembalikan biaya tetap
c. Berapa besar kuantitas barang untuk menjadi pulang pokok
d. Berapa besar kuantitas barang untuk mendapat untuk Rp. 2.000.000,-

Penyelesaian: ``
a. kontribusi marginal adalak k = a m = Rp. 2500 Rp.500 = Rp.2000
k 1000000
b. Biaya tetap kembali jika TR = FC, atau aq = k > q =400
a 2500
c. Pulang pokok : TC(q) = TR(q) atau mq + k = aq k = (a-m)q q = 500
d. Laba = TR(q) TC(q) = aq (mq + k) =(a-m)q-k
2.000.000 = (2500 500) q -1.000.000 q = 1500 unit.

38
Biaya sewa gudang dan transportasi untuk penyimpanan sepeds motor Honda sebesar
Rp.50.000.000,-. Biaya per-unit motor sebesar Rp. 8.000.000,- Jika satu unit motor
Honda dijual seharga Rp. 15.000.000,- tentukan:
a. Unit motor yang diproduksi untuk mengembalikan biaya tetap
b. Unit motor yang diproduksi untuk mencapaipulang pokok
c. Unit motor yang diproduksi untuk mendapat untung Rp. 500.000.000,-

1.12 Matriks
Matriks adalah tata susunan bilangan dalam bentuk segi empat g terdiri dari baris
dan kolom (ordo matriks) yang berada dalam tanda kurung biasa/siku.
a11 a12 a13 ... a1n
a a 22 a 23 ... a 2 n
21
. . . . .
.

A aij . . . .
.
. . . . .


a m1 am2 a m3 ... a mn

a. Matriks Nol
Jika aij = 0 berorde n x m matriks ini disebut matriks nol.

b. Matriks Diagonal
Matriks diagonal berbentuk [aij] , i j = 0.

c. Martriks Satuan: jika unsur-unsur suatu matriks diagonal adalah 1

d. Matriks Transpose : jika baris dan kolom dari matriks Amxn menjadi Anxm

39
e. Matriks Singular: Jika Matriks Tidak Memiliki Invers, Det = 0

f. Matriks Non-Singular: Jika Matriks Memiliki Invers, Det 0

g. Matriks Ortogonal: Jika Suatu Matriks Dikalikan Dengan Transposenya


Menghasilkan Matriks Identitas I.

1
2
1
2 3
Misalnya, A =
1
2 3 1
2

1
2
1
2 3 1
2 12 3 1 0
A. At = = 0 1
1
2
3 2
1 1
2 3 1
2

h. Invers Matriks:
Jika suatu matriks dikalikan dengan matriks lain menghasilkan matriks I maka
matriks tersebut merupakan invers matriks lainnya. Jika A-1nxm.Amxn =I, maka A-1nxm
disebut invers matriks kiri, dan Amxn.A-1nxm. =I, A-1nxm disebut invers matriks kanan

1.13 Determinan (Penentu) Matriks


Definisi: Sebuah Permutasi Himpunan Bilangan Bulat {1,2,...,n} adalah sebuah susunan
bilangan bulat ini menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau mengulangi
bilangan-bilangan tersebut

Sebuah inversi terjadi jika dalam sebuah permutasi jika sebuah bilangan bulat yang
lebih besar mendahului bilangan bulat yang lebih kecil. Contoh (6,1,3,4,5,2) memiliki
inversi 8

Sebuah permutasi dinamakan genap jika jumlah inversi seluruhnya adalah sebuah
bilangan bulat yang genap dan dinamakan ganjil jika jumlah inversi seluruhnya adalah
ganjil

40
Tabel 1.8 Permutasi, jumlah inversi, klasifikasi, tanda, Pengisian Indeks, dan hasil
isian

Permutasi Banyak Klasi Tan Pengisian Indeks Hasil Isian


Inversi Fikasi Da
(1,2,3) 0 Genap + A1...A2...A3... A1... A2...A3... + a11a22a33
(1,3,2) 1 Ganjil - A1... A2...A3... - a11a23a32
(2,1,3) 1 Ganjil - A1... A2...A3... - a12a21a33
(2,3,1) 2 Genap + A1... A2...A3... + a12a23a31
(3,1,2) 2 Genap + A1... A2...A3... + a13a21a32
(3,2,1) 3 Ganjil - - a13a22a31
D =+a11a22a33-a11a23a32-a12a21a33+a12a23a31+a13a21a32-a13a22a31

1 4 3
7
Latihan: Hitung Determinan Matriks A 3 2
0 1 8

Tabel 1.8 Latihan pengisian permutasi empat angka, jumlah inversi, klasifikasi, tanda,
Pengisian Indeks, dan hasil isian

Permutasi Jumlah Klasi Tan Pengisian Indeks Hasil Isian


Inversi fikasi da
(1, 2, 3, 4) a1...a2...a3...a4...
( , , , ) a1...a2...a3...a4...
( , , , ) a1...a2...a3...a4...
( , , , ) a1...a2...a3...a4...
( , , , ) a1...a2...a3...a4...
( , , , ) a1...a2...a3...a4...
D=

Latihan:

41
2 1 3 2
0 3 5 4
Hitung Determinan Matriks A
2 4 0 1

3 5 1 2

i. Adjoint Matriks: Adalah Suatu Matriks Yang Berasal Dari Transpose Matriks Kofaktor

b. Minor dan Koaktor


Jika det A dari Amxn dihapus baris ke i dan kolom ke j, maka det m ij orde n-1 yang tersisa
dinamakan minor unsur aij pada potongan baris ke i dan kolom ke j.

Cofaktor elemen aij dari Amxn adalah (-1)i+j dikalikan dengan minir aij. Cij = (-1)i+jMij

AdjA
iii. Invers Matriks: A1
det A

a11 a12 a13


a 23
A = a 21 a 21
a31 a31 a33

a 22 a 23 a 21 a 23
M 11 det A11 M 12 det A12
a32 a33 a 31 a33

a 21 a 22
M 13 det 13
a 31 a 32

a12 a13 a11 a13


M 21 det A21 M 22 det A22
a 32 a 33 a 21 a33

a11 a12
M 23 det A23
a 31 a32

42
a12 a13 a11 a13
M 31 det A31 M 32 det A32
a 22 a 23 a 21 a 23

a11 a12
M 33 det A33
a 21 a 22

C11 ( 1) 2 .M 11 M 11 C12 M 12 C13 M 13

C 21 M 21 C 22 M 22
C 23 M 23 C 31 M 31 C 32 M 32

C 33 M 33

3 3 7
4
Contoh 1.21. Tentukan invers matriks A = 2 0
4 1 5

Penyelesaian:
2 7 3 3
detA = 2 4 = -80
1 5 4 1

0 4
M 11 4 M 12 26 M 13 2
1 5

M 21 22 M 22 13 M 23 18

M 31 12 M 32 26 M 33 6

C11 4 C12 26 C13 2 C 21 22 C 22 13


C 23 15 C 31 12 C 32 26 C 33 6

4 26 2 4 22 12
13 15 t 13 26
C = 22 Adj A = C = 26
12 26 6 2 15 6

4 22 12 4 / 80 22 / 80 12 / 80
1
Jadi A =
-1 26 13 26 26 / 80 13 / 80 26 / 80
80
2 15 6 2 / 80 15 / 80 6 / 80

43
1.14 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Bentuk Umum:
a1X + b1Y = C1 x b2
a2X + b2Y = C2 x b1

a1b2X + b1b2Y = b2C1


a2b1X + b1b2Y = b1C1 _____ _
(a1b2 + b1b2) X = b2C1 b1C2

c1 b1 a1 c1
b C bC c b2 D a C a1C2 a c2 D
X 2 1 1 2 2 x dan Y 2 1 2 y
a1b2 a2b1 a1 b1 D a1b2 a2 b1 a1 b1 D
a2 b2 a2 b2

1.15 Analisis Input-Output

Analisis Input-Output dapat diartikan sebagai suatu model matematis untuk


menganalisis struktur perekonomian yang saling berhubungan antar sektor atau kegiatan
ekonomi. Dengan kata lain, analisis input-output merupakan metode untuk mengukur
hubungan antara berbagai sektor konsumsi dalam suatu perekonomian nasional; metode
ini dapat ditetapkan pada kajian sistem ekonomi yang lebih kecil seperti untuk metropolis
atau suatu perusahaan. Hubungan antara susunan input dan distribusi output dimaknai
sebagai suatu teori mendasar yang melandasi model Input Output. Tabel Input-Output
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1930an. Tabel Input-Output merupakan suatu
uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi penggunaan barang
dan jasa antar bermacam proses yang terjadi dalam konomi. Pada analisis input-output,
bilangan yang terdapat pada tabel tabel tersebut memperlihatkan hubungan dagang antar
sektor yang berada dalam perekonomian suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Selain

44
transaksi antar berbagai sector ekonomi, ada pula beebagai transaksi yang dicatat dalam
sebuah Tabel Inpu-Output, seperti transaksi impor barang dan jasa.

Perencanaan ekonomi pada suatu wilayah biasanya dilakukan bersifat parsial dan belum
dapat mendeteksi bagaimana pengaruh investasi suatu sektor terhadap struktur
perekonomian wilayah tersebut. Hal ini menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan
perencanaan yang memutuhkan suatu model analisis yang dapat mengintegrasikan
perencanaan pembangunan suatu wilayah dengan berbagai factor yang terlibat di
dalamnya. Ada beberapa model pendekatan teori perencanaan pembangunan pada suatu
wilayah, mulai dari teori basis ekonomi (economic base theory) sampai pendekatan yang
lebih rumit yaitu teori pengganda perdagangan antar wilayah analisis input-output. Dalam
kaitan ini, keseluruhan model pendekatan yang digunakan model pendekatan
perencanaan pembangunan wilayah, yang pada umumnya diterapkan pendekatan Model
Analisis Input-Output. Dalam hal ini menurut Azis (1994) bahwa keampuhan model
Input-Output menyangkut kemampuannya untuk mengukur keterkaitan antar berbagai
sector yang mengandung berbagai factor yang diukur untuk dilakukan analisis terhadap
hasil pengukuran tersebut. Analisis keterkaitan tidak hanya terbatas untuk nilai produksi,
dengan memanfaatkan koefisien tenaga kerja maka dapat dihitung kemampuan suatu
sektor untuk mengabsorbsi tenaga kerja (dampak langsung). Mengingat pertumbuhan
sektor tersebut juga mendorong pertumbuhan sektor lain, maka pada gilirannya
kemampuan mengabsorbsi tenaga kerja di sektor lain ikut bertambah. Dampak tidak
langsung ini juga dapat dihitung melalui tabel input-output.
Penggunaan model input-output dapat menunjukkan sektor mana yang seharusnya
diprioritaskan, sehingga sektor ini dapat menarik sektor-sektor yang lain dan akhirnya
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Di sisi lain, penerapan
tabel input-output mempunyai keunggulan analisis dalam perencanaan pembangunan
secara simultan dan sangat menonjolkan hubungan dan keterkaitan antar sektor dalam
perekonomian, dimana dengan tabel input-output, dapat berfungsi untuk menganalisis
pengaruh pertumbuhan suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi regional dan
sektoral, misalnya analisis keterkaitan antar sektor (backward and forward linkage
analysis), analisis dampak pengganda (multiplier effect analysis), yang sangat penting

45
dalam perencanaan sektoral. Dalam kaitan ini, penerapan pemakaian model input-output
harus memenuhi tiga asumsi, yaitu: (1) asumsi homogenitas (suatu sektor memproduksi
suatu output tunggal dengan struktur input tunggal, dan tidak ada subtitusi otomatis
antara berbagai sektor), (2) asumsi proporsionalitas (dalam proses produksi hubungan
antara input dengan output merupakan fungsi linear), (3) asumsi aditivitas (efek total
pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara
terpisah). Dengan adanya asumsi-asumsi tersebut, model input-output bersifat terbuka
dan statis, artinya rasio input-output tetap konstan sepanjang periode analisis. Produsen
tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses
produksi. Asumsi tersebut juga mengisyaratkan penolakan adanya pengaruh perubahan
teknologi ataupun produktivitas yang terjadi saat itu.

Pendekatan ini berusaha untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap


suatu wilayah dengan menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam
perekonomian suatu wilayah, dan kekuatan pendorong yang berasal dari suatu sektor ke
sektor lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada aplikasi tabel input-output fungsi pengganda tidak hanya menjelaskan satu besaran
pengganda saja tetapi juga dapat menjelaskan beberapa (sekelompok) besaran pengganda
yang dinyatakan dalam matriks pengganda (multiplier matrix). Matriks pengganda dalam
tabel input-output menjelaskan perubahan yang terjadi pada berbagai peubah endogen
sebagai akibat perubahan pada satu atau beberapa peubah eksogen.
Analisis pengganda dalam tabel input-output digunakan untuk menentukan tingkat
ketergantungan dari beberapa sektor ekonomi. Suatu sektor dengan koefisien pengganda
yang besar mencerminkan bahwa sektor tersebut mempunyai hubungan yang kuat dengan
sektor lain. Dalam hal ini, Nazara (1997) berpendapat bahwa ada 3 (tiga) variabel utama
yang diperhatikan dalam analisis pengganda, yaitu; (1) pengganda ouput sektor-sektor
produksi, (2) pengganda pendapatan rumah tangga (household income), dan (3)
pengganda tenaga kerja (employment). Selanjutnya, berdasarkan waktunya, penggandaan
dapat dibedakan ke dalam 2 kategori , yang berupa pengganda jangka pendek (jenis I)
dan pengganda jangka panjang (jenis II). Pada pengganda jenis I, rumah tangga sebagai
variabel yang bersifat exogenous, sedangkan pada pengganda jenis II rumah tangga

46
bersifat endogenous variabel. Dalam halini, pengaruh pengganda permintaan akhir/output
berfungsi untuk menjelaskan jumlah kebutuhan input langsung dan tidak langsung dari
semua sektor untuk menghasilkan atau unit tambahan sektor ke-i yang dipakai untuk
menghasilkan satu-satuan output. Pengganda pendapatan merupakan koefisien yang
mengindikasikan pengaruh pendapatan yang dapat ditimbulkan oleh suatu sektor
permintaan akhir. Sedangkan pengganda tenaga kerja merupakan jumlah kebutuhan
tenaga kerja untuk meningkatkan output per-unit permintaan akhir dari sektor tertentu.
Bagi suatu wilayah, angka pengganda mempunyai arti yang sangat besar. Pengganda ini
dapat dijadikan indikasi seberapa besar pengaruh suatu investasi yang dilakukan pada
suatu sektor akan mempengaruhi perekonomian pada umumnya, melalui tenaga kerja,
pendapatan, dan permintaan akhir/output. Dengan diketahuinya suatu angka pengganda,
maka dapat diketahui pula besarnya pengaruh akibat pengembangan suatu sektor.
Kabupaten Jember, dimana sub-sektor perkebunan mempunyai andil besar terhadap
perekonomian wilayah tersebut. Untuk itu perlu mengetahui bagaimana pengaruh suatu
komoditas apabila dikembangkan dengan menghitung pengganda yang ditimbulkan
akibat investasi pada pengembangan komoditas tersebut. Dengan demikian, dampak dari
pengembangan suatu komoditas pada suatu wilayah dapat di lihat dari besaran dari ke
tiga pengganda tersebut.

Pada model analisis input output terdapat garis horizontal atau baris, isian-isian
angkanya memperlihatkan alokasi penggunaan barang dan jasa yang tersedia sebagian
untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand) sebagian lagi dipakai untuk
memenuhi permintaan akhir (final demand) yang terdiri dari konsumsi, investasi dan
ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom, menunjukkan struktur pemakaian
input antara dan input primer (nilai tambah bruto) yang disediakan oleh sektor-sektor lain
untuk pelaksanaan kegiatan produksi. Tabel Input Output secara keseluruhan dibagi
dalam tiga bagian, dan disebut sebagai kuadran I, II, dan III. Kuadran terdiri dari kotak-
kotak (sel-sel) yang berisi angka-angka transaksi antara yaitu barang dan jasa yang
digunakan dalam proses produksi. Sel adalah tempat pertemuan antara baris dan kolom
dalam kerangka Tabel Input Output. Isian sepanjang baris pada kuadran I mempelihatkan
alokasi penyediaan suatu sektor yang digunakan oleh sektor lain dan disebut permintaan

47
antara. Isian menurut kolom menunjukkan pemakaian barang dan jasa oleh suatu sektor
yang berasal dari sector-sektor lain dan disebut dengan input antara. Transaksi antara ini
dinyatakan dengan simbol Xij dalam Tabel, dan menunjukkan jumlah komoditas i yang
dipakai oleh sektor j. Kuadran ini merupakan kuadran input, yaitu perbandingan antara
masing-masing input antara dengan output yang mempergunakannya. Demikian juga
yang lebih penting lagi adalah matriks kebalikan dari koefisien input tersebut, sangat
berguna bagi berbagai analisis dengan analisis dengan menggunakan tabel Input Output.
Kuadran II berisi angka-angka transaksi permintaan akhir yang berasal baik dari output
berbagai sektor produksi maupun impor yang dirinci dalam berbagal jenis penggunaan.
Dengan kata lain mencatat transakasi menurut sektor sesuai dengan komponen
pengeluaran dalam Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Kuadran III berisi penggunaan input primer atau nilai tambah (value added)
yang terdiri dari: upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung neto dan penyusutan.
Penjumlahan seluruh nilai tambah ini akan menghasilkan Produk Domestik Regional
Bruto, yang merupakan penjumlahan semua produksi barang dan jasa akhir (netto) di
wilayah domestik yang bersangkutan. Selanjutnya PDRB ini akan sama dengan seluruh
permintaan akhir dikurangi impor barang dan jasa dari kuadran II.
Dari kerangka tabel Input Output yang disajikan, akan diperoleh persamaanpersamaan
berikut. Jika dibaca menurut baris, maka: Jumlah permintaan = Permintaan Antara +
Permintaan akhir Jumlah permintaan = (1) = Penjumlahan ke samping (horizontal)
output sektor i yang teralokasikan penggunaannya ke sektor-sektor j =1, 2, , n
F1 = Permintaan akhir terhadap output penyediaan sektor I.

Jumlah penyediaan =Jumlah Output + Inpor Jumlah permintaan = Xi + Mi (2)


Xi = Output sektor iMi = Impor sektor i. Apabila (1) dan (2) ditulis dalam bentuk
persamaan, maka dapat ditulis sebagai berikut: Xi + Mi = (3). Sedangkan jumlah
penyediaan = jumlah permintaan, maka Xi + Mi = (4). Kalau dibaca menurut kolom ,
diperoleh persamaan berikut: Jumlah input =jumlah input antara + input primer (nilai
tambah bruto) Xi = output sektor i = Xi = input sektor I (5)
= penjumlahan vertikal seluruh input antara untuk proses produksi sektor i
Vi = nilai tambah bruto sektor j. Untuk menjelaskan hubungan antara persamaan ini

48
dengan pendapatan regional, kita jumlahkan tiap baris yang dinyatakan dengan
persamaan (1) sebagai berikut : (6) Dengan cara yang sama kita jumlahkan persamaan (5)
untuk seluruh kolom: (7). Dalam Tabel I-O jumlah Input = jumlah output
(8) selanjutnya dari persamaan (6) dan (7) diperoleh (9) atau, Jumlah Permintaan
jumlah Impor = Jumlah Nilai Tambah. Perlu dicatat, bahwa persamaan antara jumlah
output dan jumlah input berlaku bagi setiap sektor, tapi persamaan antara nilai tambah
dan permintaan akhir dikurangi impor tidak berlaku bagi setiap sector, melainkan jumlah
keseluruhan sector. Persamaan (3) dapat disusun kembali menjadi persamaan aljabar
sebagai berikut :

a11 X1 + a12X2 + . + a1nXn + Y1 = X1


a21 X2 + a22X2 + . + a2nXn + Y2 = X2
. . . . .
. . . . .
an1 X1 + an2Xn + . + annXn + Yn = Xn , atau bentuk

matriks;
AX + Y = X Y= X AX Y = I A X (10)
dinama; I A merupakan matriks Leontief.
Dari persamaan dapat diubah menjadi;

X = I A-1 Y

X = vektor output
I = matriks identitas (identity matrix)
A = matriks koefisien input antara
F = vektor permintaan akhir
M = vektor-impor
Selanjutnya, I A-1 merupakan matriks kebalikan Leontief atau disebut juga koefisien
arah, yang berperan penting dalam analisis pembangunan suatu wilayah. Koefisien arah
tersebut menunjukkan keterkaitan antara tingkat permintaan akhir dengan output yang
dihasilkan oleh suatu perekonomian.

49
Persamaan (10) menunjukan bahwa output (X) merupakan fungsi dari permintaan akhir
(F) dan impor (M), dengan koefisien arahnya (I-A)-1. Sel aij pada matriks A tidaak
dibedakan apakah input yang dipakai berasal dari Kabupaten Jember atau dari luar
kabupaten termasuk impor luar negeri. Apabila transaksi barang dan jasa dapat dibedakan
asalnya, maka dapat disusun atau dihitung koefisien khusus untuk input yang berasal dari
produk Kabupaten Jember saja (disebut produk domestik). Selanjutnya matriks koefisien
input domestik dinotasikan dengan Ad. Apabila Ad dimasukan dalam persamaan (10),
maka bentuk persamaan menjadi;
X = (t Ad)-1 Fd (11)
Ad = matriks koefisien input domestik
Fd = permintaan akhir untuk hioduk domestik
Persamaan matriks yang terakhir ini lebih baik dibandingkan dengan persamaan
sebetumnya, sebab impor (M) diperlakukan sebagai variabel luar (exogenous), sehingga
perkiraan output dapat diperkirakan lebih mudah tanpa memperkirakan terlebih dahulu
peranan impor. Persamaan (11) lebih lanjut dijadikan sebagai kerangka dasar dalam
membuat model-model input output.

Pada tabel Input-Output, faktor baris menunjukkann bagaimana pengalokasian


output untuk suatu sector, yang dalam hal ini output dapat dialokasikan untuk memenuhi
permintaan antara dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Dengan
demikian, jumlah seluruh permintaan akhir menunjukkan besarnya pendapatan dari suatu
proses perekonomian. Di pihak lain, faktor kolom pada table tersebut menunjukkan
bentuk pola penggunaan input antara maupun input primer yang disedikan oleh sektor-
sektor lain untuk melakukan proses produksi. Penjumlahan total baris dalam input primer
memiliki nilai yang sama dengan penjumlahan total kolom dalam permintaan akhir.

Model input-output dapat menunjukkan sektor mana yang seharusnya


diprioritaskan, sehingga sektor ini dapat menarik sektor-sektor yang lain dan akhirnya
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Di samping itu
penggunaan tabel input-output mempunyai keunggulan analisis dalam perencanaan

50
pembangunan secara simultan dan sangat menonjolkan hubungan dan keterkaitan antar
sektor dalam perekonomian, di mana dengan alpikasi tabel input-output, dapat digunakan
untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi
regional dan sektoral, misalnya analisis keterkaitan antar sektor, analisis dampak
pengganda (multiplier effect analysis), yang sangat penting dalam perencanaan sektoral.
Ada tiga asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam aplikasi model input-output yaitu:
(1) Suatu sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal, dan
tidak ada subtitusi otomatis antara berbagai sector (asumsi homogenitas), (2) Dalam
proses produksi hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linear (asumsi
proporsionalitas), (3) Efek keseluruhan pelaksanaan produksi di berbagai sektor
dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah (asumsi aditivitas).

Pengaplikasian ketiga asumsi-asumsi tersebut pada model input-output dalam


kaitan ini adalah bersifat terbuka dan statis, yang bermakna bahwa rasio input-output
tetap konstan sepanjang periode analisis dilaksanakan. Dalam hal ini, produsen tidak
dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses produksi.
Lebih lanjut, ketiga sumsi mengisyaratkan tentang adanya penolakan terhadap pengaruh
perubahan teknologi ataupun produktivitas, meskipun dalam kaitan ini mengandung
keterbatasan, model input-output tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lengkap
dan komprehensif sampai saat ini yang banyak diterapkan. Pendekatan ini berusaha untuk
menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap suatu wilayah dengan
menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian suatu
wilayah, dan kekuatan pendorong yang berasal dari suatu sektor ke sektor lainnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, yang dalam hak ini berlaku ketentuan:
1. Suatu industri hanya menghasilkan sejenis komoditi yang sama
2. Suatu industri memproduksi output dengan menggunakan input
3. Produkasi yang dihasilkan sebanding dengan pengeluaran yang
digunakan, artinya perubahan n kali input akan menghasilkan n kali output
4. Output suatu industri seagian digunakan untuk input industri tersebut
selebihnya merupakan permintaan akhir masyarakat untuk keperluan konsumsi
Dari asumsi di atan dapat disimpulkan bahwa:

51
1. Untuk menghasilkan setiap unit komoditi ke j dibutuhkan input komoditi ke j yang
konstan ditulis dengan aij
2. Produksi setiap unit komoditi ke-j membutuhkan sejumlah aij komoditi pertama,
a2j komoditi kedua, a3j komoditi ketiga, anj komoditi ke-n. Misalnya a45 = 10000,
artinya Rp. 10000 harga komoditi ke empat diperlukan sebagai input untuk
menghasilkan barang ke lima yang bernilai Rp. 10000,-
3. aij disebut koefisien input
Tabel 1.9 Analisis Inpu Output, Industri produksi, Input Industri, Permintaan Akhir, dan
Output total
Industri Prodkasi Input Industri (Bij) Permintaan Akhir (Cij) Output Total
(Xi)
i=1 b11 b12 ... b1n C1 X1
b21 b22 ... b2n C2 X2
. . .
. . .
. . .
bn1 bn2 ... bnm Cn Xn

bij = nilai dalam Rp dari output industri i yang dipakai industri j sebagai input
Ci = permintaan akhir masyarakat terhadap output industri i
n
X i bij C ij adalah output total industri i
j 1

bij
Koefisien input aij atau bij aij X j
Xj
n
X i aij X j C i atau
j 1

X i a i1 X 1 a i 2 X 2 ... a in X n C i

C i X i ai1 X 1 ai 2 X 2 ... ain X n (1 ai1 ) X 1 ai 2 X 2 ... ain X n

Output seluruh ekonomi untuk n industri menghasilkan n persamaan:


C1 (1 a11 ) X 1 ai 2 X 2 ... ain X n

C 2 a 21 X 1 (1 a 22 ) X 2 ... ain X n

52
.
.
.
C n a n1 X 1 a n 2 X 2 ... (1 a mn ) X n

Secara matriks ditulis:

(1 a11 ) a12 ... a1n X1 C1


a (1 a 22 )... a 2 n X C
21 2 2
. . .
. . .

. . .
a n1 a 2 n ... (1 a nm ) X n C n

I-A X =C
(I A)X = C

X = (I A)-1C

I = Matriks Satuan
A = (aij) = koefisien input
C = (Ci) = vektor kolom permintaan akhir

Contoh 1.22.
Dua industri A dan B dengan input, output dan permintaan akhir sebagai berikut:
Tabel 1.10 Analisis Inpu Output, untuk 2 industri A dan B

Industri Input Bij Permintaan Akhir Output Total

A B Ci Xj
A 50 75 93 218
B 70 60 88 218

53
Tentukan vektor output X jika vektor permintaan C berubah untuk A menjadi 120 dan
untuk B menjadi 105
Penyelesaian:
bij
Koefisien input aij =
X j

b11 50 b12 75 b21 70


a11 a12 a 21
X 1 218 X 2 218 X 1 218
, dan

50 75 168 75
218 218 218

A aij 218
70 60 70 158 1,58 0,75

218 218 218 218 (I A) -1 = 0,70 1,69
I A=

1,58 0,75 93 212,94


1,69 88 = 212,94

(I A) -1.C = 0,70

Jika C1 = 120, dan C2 = 105 maka:

X1 1,58 0,75 120 268,35


X
2 = 0,70 1,69 105 = 260,40

Secara umum model I-O bertujuan untuk dapat menjelaskan besaran aliran antar
industri dalam hubungannya dengan tingkat produksi dalam setiap sektor. Dalam kaitan
ini, aspek yang sangat penting dalam perekonomian berupa hubungan antar industri.
Hubungan ini bersifat saling ketergantungan satu dengan yang lain. Hasil produksi satu
jenis produksi berarti bahan dasar bagi industri lain, atau dengan kata lain, keluaran
industri i merupakan masukan bagi industri k. Oleh karena itu perubahan pada suatu
industri akan berpengaruh pada industri yang lainnya. Perubahan input akan
menyebabkan perubahan output, yang berarti perubahan masukan bagi industri lain,
sehingga secara berantai pengaruh ini akan dirasakan oleh industri yang saling berkaitan
tersebut. Dari ketrkaitan seperti menunjukkan adanya pengaruh timbal balik. Hubungan
keterkaitan inilah yang disebut sebagai hubungan Input- Output.

54
Lebih lanjut, pengaruh perubahan dalam satu industri pada industri lain akan
bergerak secara berantai. Terdapat tiga macam klasifikasi hubungan yang dijelaskan
sebagai berikut:
(1). Hubungan Langsung, dapat dimaknai sebagai pengaruh (keterkaitan) yang secara
langsung dirasakan oleh sektor yang menggunakan input dari output sektor yang
bersangkutan. Misalnya, Kalau industri konveksi menaikkan produksinya menjadi
dua kali lipat maka permintaan akan benang, tekstil, dan kancing juga akan naik lebih
kurang dua kali lipat. Kenaikan industri tekstil pasti akan berpengaruh terhadap
industri lainnya, seperti pengangkutan.
(2). Hubungan tidak langsung, dapat dimaknai sebagai pengaruh (keterkaitan) terhadap
industri yang outputnya tidak digunakan sebagai input bagi keluaran industri yang
bersangkutan. Misalnya, pengaruh industri konveksi terhadap industri jasa
pengangkutan.
(3). Hubungan Sampingan, dapat dimaknai sebagai pengaruh (keterkaitan) tidak langsung
yang lebih panjang lagi jangkauannya daripada pengaruh langsung tersebut di atas.
Misalnya, Peningkatan produksi sektor industri tertentu akan meningkatkan
pendapatan buruh industri, atau peningkatan jumlah buruh yang berarti pula
peningkatan sejumlah buruh tersebut. Dengan peningkatan pendapatan ini maka
permintaan atau kebutuhan beras dapat naik.

Teknik analisis I-O di bidang industri juga dapat diterapkan untuk kepentingan
analisis perencanaan. Pendekatan melalui I/O antar wilayah mempunyai peranan
kepenting untuk memecahkan persoalan hubungan antar daerah dan pegangan dasar
kebijaksanaan. Analisis ini sangat berguna untuk menggambarkan suatu proses yang
menunjukkan daerah sebagai suatu sistem berkaitan erat dengan setiap segi
perekonomiannya. Menurut Isard (1969), beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
(1). Produksi dan karakteristik pemencaran industri (tunggal) pada setiap daerah
(2). Jenis hubungan kait-mengait antar industri itu sendiri dan antara industri dengan
sektor ekonomi lainnya.

55
Analisis I-O seringkali juga disebut sebagai analisis antar industri, yang sangat erat
hubungannya dengan kait-mengait di antara faktor produksi. Studi antar industri dapat
digunakan untuk: (1) analisis struktur perekonomian, (2) merumuskan program tindkaan,
(3) meramalkan kejadian yang akan datang (Hollis, 1964). Oleh karena itu teknik I-O
dapat digunaklan untuk analisis deskriptif dan analisis prediktif atau peramalan dengan
anggapan dasar "daerah yang dikaji merupakan daerah tertutup".
Fungsi utama analisis antar industri yaitu menggambarkan aliran barang dan jasa
dari satu sektor produksi ke sektor produksi lainnya. Dasar eperhitungan dan
epenggambaran sistem antar industri ini dihasilkan dari pemisahan penggunaan hasil
produksi ke dalam dua ktegori, yaitu "hasil antara" dan "hasil akhir". Input meliputi sektor
"yang diolah" dan "nilai tambah".
Dalam perekonomian dikenal konsepsi keseimbangan umum (general
equilibrium) yang dikemukakan oleh Walras. Sedangkan utnuk m mempermudah melihat
hubungan antar industri dapat digunakan model terbuka Leontief (Leontief open Model)
atau sering disebut Tabel Input-Output Leontief. Penggunaan akhir model ini hampir
sama dengan GNP (Isard, 1969; Clark, 1964).
Analisis I-O sangat membantu analisis pendapatan nasional dan analisis
keseimbangan. Teori I-O sangat tepat penggunaannya kalau diterapkan pada maslaah
perdagangan antar daerah. Secara teori dianut anggapan bahwa sektor input-output terdiri
dari pabrik yang menghasilkan satu jenis barang saja. Tetapi dalam penggunaan praktis
ternyata banyak sekali kegiatan yang termasuk dalam satu sektor. Jalan keluar ditempuh
dengan cara menggabungkan beberapa proses dan produk yang dapat dianggap sama,
atau sebuah pabrik yang menghasilkan x macam barang, dianggap x buah pabrik.
Intisari Model Leontief ialah hubungan teknis antar setiap sektor yang saling
bergantungan satu sama lainnya berdasarkan fungsi linear.

Tabel I-O mempunyai dua fungsi yang berbeda, yaitu:


(1). Merupakan kerangka deskriptif untuk mengemukakan hubugan antar industri dan
sektor dan antara input dan output.
(2). Merupakan alat untuk megukur pengaruh perubahan ke suatu kegiatan atau faktor
keluaran dan masukan kegiatan atau faktor lainnya.

56
Rangkaian perhitungan I-O sudah merupakan bentuk deskripsi. Apabila data dapat
dipercaya dan dapat tersusun sebagai hubungan ekonomi dalam bentuk I-O maka hasil
perhitungannya dapat digunakan dan cukup valid untuk pembuktian.
Perbedaan pokok antara analisis I-O dengan analisis perhi tungan pendapatan ialah
bahwa perhitungan I-O memecah sektor perdagangan menjadi sejumlah sektor industri
tunggal. Hubungan antar sektor ini terlihat sebagai matriks transaksi antar industri.
Perhitungan pendapatan tidak mampu menggambarkan saling mempengaruhi antar
berbagai sektor.
Contohnya: Peningkatan epermintaan sutau macam barang (komoditas) tidak
terlihat akan mempengaruhi sektor yang lain, selama konsumsi keseluruhan masih tetap.
Tetapi tidak demikian halnay kalau masalah ini dipandang dari Model I-O. Penekanan atau
titik perhatian model I-O dan I-A (income analysis) memang berbeda. Perhatian utama I-
A ialah komposisi permintaan eterakhir (final demand), sedangkan eperhitungan I-O
menekankan pada transaksi antar industri yang berbeda dibalik perubahan permintaan
akhir. Struktur dari model I-O dibahas secara lengkap oleh Clark (1964). Beberapa simbol
yang digunakan dalam model ini didefinisikan sbb:
Zi = jumlah persediaan barang i

Xi = jumlah produksi barang i

Mi = impor barang i

Xij = banyaknya barang i yang digunakan oleh sektor j

Yi = permintaan akhir barang i

Wi = jumlah penggunaan antara barang i (=Xij)

Uj = jumlah penggunaan sektor j (=Xij)

Vj = jumlah penggunaan nilai tambah atau primary input dalam sektor j.

Konsepsi ini menunjukk kepada dua persamaan seimbang. Persamaan pertama


diturunkan dari baris Tabel 1, yaitu:

Zi = Mi + Xi = Wi + Yi ............................................ (1)

(pemasaran) (permintaan)

57
(i = 1,2,3,...... )

Persamaan ke dua diturunkan dari kolom Tabel 1, yaitu:

Xj = Xij + Vj = Uj + Vj ............................................. (2)

(j = 1,2,3,.................)
Tabel 1. Sistem perhitungan antar industri

Sektor penggunaan Ju Jm Persedia


ml l an
ah Pe
ng
gu
na
n
Penggunaan antara Jm Penggunaan Jm Im Pr
lah akhir l - od
per por uk
sed si
iaa
n
1...i j..... n I C
G E
Sektor X11 Xi Xi Xi W I1 C1 G E Y Z1 M X
1 1 1 1 1 1 1
i j n
Produk Xi1 Xi Xi Xi Wi Ii Ci G Ei Yi Zi Mi Xi
i i
i j n
si Xj1 Xj Xj Xj Wj Ij Cj G Ej Yj Zj Mj Xj
j j
i j n

58
Xn Xn X Xn W In Cn G E Y Zn M X
n nj n n n n n n
1 i n
Jmlh U1 Ui Uj Un II I
input
Nilai V1 Vi Vj Vn III v1 vc v v
tambah a e
IV
Jml x1 xi xj xn 1 C G E Y Z M X
Prod
Catatan: Mi + Xi = penawaran; Xij + Yi = permintaan

KUADRAN I : Terdiri atas penggunaan akhir barang dan jasa yang diproduksi dan
dibagi menjadi empat macam penggunaan utama, yaitu investasi (I), konsumsi (C),
pemerintah (G) dan ekspor (E).
KUADRAN II : merupakan bagian utama dalam perhitungan antar industri.
Setiap sel Xij menunjukkan jumlah barang i yang digunakan oleh sektor j, diukur dalam

harga yang tetap.


KUADRAN III: terdiri atas penggunana input yang bersifat penting, tetaopi tidak
diproduksi dalam sistem. Dalam model statis, penggunaan persediaan modal yang ada
adalah input pokok atau nilai tambah sebagaimana halnya buruh dan tanah. Jumlah
pembayaran untuk input pokok oleh setiap sektor akan menghasilkan harga yang hampir
sama dengan nilai tambah di dalam produksi.
KUADRAN IV: terdiri atas input langsung faktor nilai tambah ke penggunaan
akhir.
Contoh: Tenagakerja pemerintah dan pelayanan dalam negeri. Transaksi dalam
kuadran ini biasanya tidak diikutsertakan dalam perhitungan antar industri, tetapi dicatat
sebagai usaha untuk mendapatkan jumlah yang konsisten dengan perhitungan nasional.

Persamaan (1) merupakan keseimbangan antara penawaran dengan permintaan,


atau penawaran sama dengan permintaan.

59
Persamaan (2) menunjukkan keseimbangan antara jumlah produksi dalam setiap
sektor dengan harga input yang dipakai dari sektor lain ditambah nilai tambah dalam
sektor tersebut.
Kedua persamaan ini mencerminkan definisi FD (Yi) dan nilai tambah (Vj).

FD (Final demand) merupakan selisih antara jumlah persediaan suatu barang yang
tersedia dengan jumlah yang digunakan dalam produksi, termasuk di dalamnya perubahan
persediaan. Input pokok didefinisikan sebagai selisih antara nilai produksi dalam suatu
sektor dengan jumlah pengeluaran untuk input yang dibeli dari sektor produktif lainnya.
Dari definisi ini akan terlihat hubungan antara perhitungan I-O dengan penjumlahan atau
eperhitungan pendapatan nasional.
Dengan menjumlahkan epersamaan (1) dari setiap baris dan menganggap impor
merupakan pengurangan FD, diperoleh persamaan sbb:

Xi = Xij + Yi + Mi

Persamaan (2) dapat dikembangkan menjadi:

Xj = Xij + Vj

Sedangkan Xi = Xj, jadi :

Yi - Mi = Vj .................................................... (3)

DASAR PERHITUNGAN I - O:

Anggapan dasar yang terpenting ialah:


(1). Suatu produk tertentu hanya dilayani oleh satu sektor
(2). Tidak ada produksi gabungan (joint product)
(3). Jumlah kuantitas setiap masukan yang digunakan dalam produksi oleh setiap sektor
ditentukan seluruhnya oleh tingkat keluaran setiap sektor tersebut.

60
Anggapan ini akan menurunkan suatu persamaan yang menunjukkan ekebutuhan
setiap industri terhadap setiap barang sebagai suatu fungsi tingkat outputnya.

Xij = Xij + aij Xj ......................................................... (4)

aij = koefisien inpout marjinal; Xij = konstante.

Kalau Xij = 0, maka Xij = aij Xj .............................. (4a)

Dari kombinasi persamaan (4a) dan (1), yaitu dengan mensubstitusikan nilai X ij,

kita memperoleh persamaan sbb:

Xi - aij Xj = Yi - Mi ................................................ (5)

Jika perdagangan merupakan faktor penting, seringkali impor dibuat sebagai suatu
variabel yang ditentukan (dependent).
Sebagai pendekatan pertama dapat dianggap bahwa tingkat impor (M i) merupakan

suatu fungsi penawaran barang tersebut (yang diimpor Z i), dan selanjutnya akan

berhubungan dengan tingkat produksi dalam negeri (Xi).

Dengan anggapan bahwa semua hubungan ini merupakan suatu fungsi linear,
dapat diturunkan suatu persamaan sbb:
_
Mi = Mi + mi Xi ......................................................... (6)

mi yang merupakan koefisien impor sangat erat hubungannya dengan hasrat

marjinal impor sutau barang tertentu.


_
Xi - aij Xj = Yi - Mi (i = 1,2,3, ...., n) .................. (6a)

61
_ _
Yi = Xij + Yi

Dari kombinasi persamaan (6) dan (6a) dapat diperoleh suatu persamaan sbb:
_
(1 + mi) Xi - aij Xj = Yi ...................................... (7)

_ _ _
di sini Yi = Yi + Xij - Mi (i = 1,2,3,....., n)

_
Variabel Yi merupakan jumlah permintaan tersendiri yang sama dengan

permintaan terakhir (Yi), apabila kedua variabel lainnya sama dengan nol. Persamaan (7)

merupakan persamaan dasar sistem I-O dalam setiap persoalan umum.


Contoh perhitungan (Clark, 1964).

Tabel 2. Input-Output

Sektor Penggunaan Jumlah Pengguna Jumlah


Produksi an
J P I B Pengguna akhir Output
an
antara
Jasa 20 25 15 80 140 60 200
Pertanian 0 25 0 120 145 105 250
Industri 0 25 45 40 110 40 150
dasar
Barang jadi 0 0 0 80 80 320 400
Jml 20 75 60 320 475
penggunaan
Nilai 18 17 90 80 575
tambah 5
Jml input 200 25 15 400 1000
0 0

62
Dengan demikian, apabila kebutuhan akan penggunaan akhir dan koefisien I- O
diketahui, maka dapat diketahui pula jumlah output dan alokasinya dalam epenggunaan
antara.

Tabel 3. Koefisien Input-Output

J P I B PA JP
Y X
J 0.1 0.1 0.1 0.2 60 XJ
P 0 0.1 0 0.3 105 XP
I 0 0.1 0.3 0.1 40 XI
B 0 0 0 0.2 320 XB
NT 0.9 0.7 0.6 0.2
JP 1 1 1 1
XJ XP XI XB

CARA PEMECAHAN:

(1). Pemecahan Khusus

0.1 XJ + 0.1 XP + 0.1 XI + 0.2 XB + 60 = XJ

0.9 XJ - 0.1 XP - 0.1 XI - 0.2 XB = 60

0.9 XP - 0.3 XB = 105

- 0.1 XP + 0.7 XI - 0.1 XB = 40

0.8 XB = 320

------------------------------------------------------------
0.9 XJ + 0.7 XP + 0.6 XI + 0.2 XB =V

XB = 320/0.8 = 400

63
XP = 1/0.9 (105) + 0.5 (400) = 250

XI = 1/0.7 (40) + 0.1 (400) + 0.1(250) = 150

XJ = 1/0.9 (60) + 0.2 (400) + 0.1(250) + 0.1(150) = 200

V = 0.2(400) + 0.7(250) +0.6(150) +0.9(200) = 525

(2). Pemecahan bertahap

Persamaan: Xi(1) = Yi .............. Tahap pertama

Xi(2) = aij Xi(1) ...... Tahap ke dua

Xi(3) = aij Xi(2) ..... Tahap ke tiga

Xi(n) = aij Xi(n-i) .... Tahap ke n

Xi (n) = Xi(t) t = 1,2,3,...n

Anggapan: pada tahap pertama jumlah produksi kebutuhan akhir.


Untuk perhitungan tahap terakhir, Evan memberikan cara sbb (Clark, 1964):
(1). Menghitung rasio pertambahan dua tahap terakhir pada setiap sektor. Dalam contoh
di atas:

rJ = 3.9/12.7 = 0.307

rP = 1.5/6.8 = 0.220

rI = 5.3/14.3 = 0.371

rB = 0.5/2.6 = 0.192

64
(2). Menghitung angka perbandingan rata-rata.
Dalam contoh di atas, r = 0.273.
(3). Angka perbandingan ini digunakan untuk menghitung besarnya perkiraan jumlah

produksi dengan rumus: (r/1-r) Xn.

dimana Xn adalah tambahan terakhir.

r/1-r = 0.273/0.727 = 0.376.

Jadi:

XJ = 198.4 + 0.376(3.9) = 199.9

XP = 249.6 + 0.376(1.5) = 250.2

XI = 147.6 + 0.376(5.3) = 149.6

XB = 399.9 + 0.376(0.5) = 400.1

Penyelesaian Umum
Penyelesaian khusus tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang
terdiri dari banyak sektor, karena akan sangat panjang pengerjaannya. Penyelesaian
bertahap mungkin akan sangat panjang apabila ternyata persoalan tersebut belum
terselesaikan dalam lima tahap atau lebih. Untuk mengatasinya dapat digunakan cara
umum, yaitu dengan menggunakan matriks. Notasi: A = matriks koefisien I-O
X = matriks taksiran jumlah output
Y = matriks permintaan akhir
I = matriks identitas
R = matriks inversi.

65
Tabel 4. Penyelesaian bertahap

Sektor J P I B Peng Perm Taksira Kebutu


guna intaa n han
an n sebe-
produ antar Akhir jumlah narnya
k a
si Xi Yi=X kebutu i
han Xi
j
J 6.0 10.5 4.0 64.0 84.5 144.5
6.5 10.7 5.4 12.8 37.4 60 181.9 200
0.1 0.1 0.1 0.2 12.7 194.5
3.7 3.0 3.4 2.6
1.3 0.7 1.4 0.5 3.9 198.4
P 0.0 10.5 0 96.0 106.5 211.5
0.0 10.7 0 19.2 29.8 105 241.3 250
0 0 0.1 0 0 0.3 6.8 248.1
0 3.0 3.8
0.0 0.7 0 0.8 1.5 249.6
I 0 10.5 12.0 32.0 54.5 94.5
0 10.7 16.4 6.4 33.5 40 128.0 150
0 0.1 0 0.1 14.3 142.3
0 3.0 10.0 1.3
0 0 4.3 0.3 5.3 147.6
B 0.0 0 0 64.0 205.5 384.0
0.0 0 0 12.8 196.8 525 396.8 200
0 0 0 0 0.2 77.1 399.4
0 0 0 2.6
0.0 0 0 0.5 25.2 399.9
Nilai 54.0 37.0 24.0 64.0 205.5 384.0
tamba 76.0 74.6 32.7 12.8 196.8 320 396.8 400
h
0.9 0.7 0.6 0.2 77.1 399.4
33.7 20.8 20.1 2.6
11.4 4.7 0.5 0.5 25.2 399.9
Xit 60.0 105.0 105.0 320.0 525.0
84.5 106.5 165.5 64.0 309.5
37.3 29.8 29.8 12.8 113.4

66
12.7 6.8 6.8 2.6 36.4

Perumusan:

X = AX + Y ............................................................. (1)
X - AX = Y ............................................................. (2)

IX = X ................................................................. (3)

Substitusi (3) ke dalam (2) ,

IX - AX = Y ..................................................... (4)

(I-A)X = Y

X = (I-A)-1 Y ................................................ (5)

(I-A)(I-A)-1 = I ....................................................... (6)

(I-A)-1 = R ......................................................... (7)

substitusi (7) ke dalam (5),

X = R.Y ................................................................ (8)

Jadi dengan mengetahui matriks R dan matriks permintaan (kebutuhan) akhir


dapatlah diketahui taksiran jumlah produksi setiap sektor.

Contoh: Penyelesaian dengan matriks kebalikan

J P I B

67
J 0.1 0.1 0.1 0.2
A= P 0 0.1 0 0.3
I 0 0.1 0.3 0.1
B 0 0 0 0.2

B P I J
B 0.2 0.0 0 0
A' P 0.3 0.1 0 0
I 0.1 0.1 0.3 0
J 0.2 0.1 0.1 0.1

(I-A') = 0.8 0 0 0
-0.3 0.9 0 0
-0.1 -0.1 0.7 0
-0.2 -0.1 -0.1 0.9

(I-A')(I-A')-1 = 0.8 0 0 0 r11 r12 r13 r14 1 0 0 0

-0.3 0.9 0 0 r21 r22 r23 r24 0 1 0 0

-0.1 -0.1 0.7 0 r31 r32 r33 r34 = 0 0 1 0

-0.2 -0.1 -0.1 0.9 r41 r42 r43 r44 0 0 0 1

Hasilnya sbb:

68
Sektor B P I J Xi Nyata

(taksiran
)
B 400 0 0 0 400 400
P 133.34 116.66 0 0 250 250
I 76.19 16.66 57.14 0 149.99 150
J 122.16 14.82 6.35 66.67 200 200
Yj 320 150 40 60

Penggunaan Metode I-O


Metode I-O merupakan salah satu alat proyeksi berbagai kegiatan ekonomi pada
umumnya. Penggunaan I-O sebagai alat proyeksi telah banyak dilaukan di negara-negara
maju. Penggunaannya yang lebih efektif adalah salam hubungannya dengan penyelidikan
pengaruh pengembangan satu kegiatan tertentu terhadap kegiatan lainnya yang
merupakan sektor di dalam kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Dalam
menyelidiki pengaruh tersebut anggapan yang paling penting ialah bahwa daerah yang
akan dipelajari dianggap sebagai daerah etertutup. Dengna demikian berarti bahwa
hubungan antar daerah disusun ke dalam dua sektor utama, yaitu ekspor dan impor. Hal
ini disebabkan karena kita oingin menyelidiki pengaruh tersebut terhadap suatu daerah
tunggal.
Metode penggunaan I-O sebagai alat proyeksi menggunakan prosedur:
(1). Kita selidiki kegiatan atau sektor yang berhubungan secara fungsional dengan
kegiatan atau sektor yang hendak kita proyek sikan. Hubungan fungsional tersebut
dapat dinyatakan sebagai kaitan belakang dan kaitan depan (backward dan foreward
linkage) kegiatan tersebut.
(2). Kita pelajari tabel I-O daerah yang mendapat pengaruh kegiatan yang diproyeksikan
yang kemudian kita ubah ke dalam bentuk Tabel I-O yang sesuai dengan sifat
Backward dan foreward linkage sektor yang hendap diproyeksikan.
(3). Berdasarkan Tabel I-O yang sudah disusun kita dapat memproyeksikan pengaruh atau
imbalan, langsung dan tidak langsung, pengembangan kegiatan atau sektor tersebut
terhadap sektor lainnya yang secara keseluruhan merupakan kegiatan perkembangan
daerah.
69
Dalam tahap ini kita dapat menyelesaikan segala perhitungan proyeksi dengan
metode inversi matriks maupun metode bertahap.

4.1. Kesulitan yang dihadapi


Kesulitan yang banyak dihadapi dalam usaha pengisian Tabel I-O terutama adalah
kesulitan data. Kalau data statistik dapat dipercaya dan lengkap, maka pendekatan ini
(sering disebut double approach) dapat dilakukan.
Kesulitan lain yang cukup penting ialah banyaknya hal (obyectives) yang harus
diteliti dan dibedakan antara pengeluaran (atau penjualan) dan pembayaran pada
eperhitungan umum dan perhitungan modal. Persoalan laiinya ialah dalam epenggunaan
nilai ditinjau dari pihak produsen atau konsumen. Misalnya, memasukkan suatu pasal
(items) ke dalam impor atau ekspor, memilih penentuan harga luar negeri atau dalam
negeri untuk menilai impor dan ekspor, mencocokkan baris dan kolom, dan lainnya.

70
LATIHAN 1

1. Tentukan fungsi permintaan suatu jenis barang bila:


a. Saat harga pertama barang Rp. 500,-/unit, sebanyak 125 barang terjual, sedang
saat harga diturunkan menjadi Rp. 450/unit,sebanyak 270 barang laku dijual.
b. Saat harga pertama Rp. 6500,-/unit, sebanyak 325 barang terjual, sedang saat
harga diturunkan menjadi Rp. 5000/unit,sebanyak 470 barang laku dijual.
c. Saat harga pertama Rp. 12500,-/unit, sebanyak 625 barang terjual, sedang saat
harga diturunkan menjadi Rp. 10000/unit,sebanyak 870 barang laku dijual.
d. Saat harga pertama Rp. 65000,-/unit, sebanyak 25 barang terjual, sedang saat
harga diturunkan menjadi Rp. 50000/unit,sebanyak 70 barang laku dijual.
e. Saat harga pertama Rp. 77000,-/unit, sebanyak 425 barang terjual, sedang saat
harga diturunkan menjadi Rp. 65000/unit,sebanyak 625 barang laku dijual.
2. Tentukan fungsi penawaran suatu jenis barang, bila:
a. Ketika harga awal barang tersebut Rp. 25000,-/unit, sebanyak 200 barang
ditawarkan (dijual), sedang saat harga dinaikkan menjadi Rp. 30000,-/unit
sebanyak 300 unit barang itu ditawarkan (dijual).
b. Ketika harga awal barang tersebut Rp. 85000,-/unit, sebanyak 250 barang
ditawarkan (dijual), sedang saat harga dinaikkan menjadi Rp. 100000,-/unit
sebanyak 500 unit barang itu ditawarkan (dijual).
c. Ketika harga awal barang tersebut Rp. 45000,-/unit, sebanyak 650 barang
ditawarkan (dijual), sedang saat harga dinaikkan menjadi Rp. 75000,-/unit
sebanyak 800 unit barang itu ditawarkan (dijual).
d. Ketika harga awal barang tersebut Rp. 5000000,-/unit, sebanyak 1000 barang
ditawarkan (dijual), sedang saat harga dinaikkan menjadi Rp. 7500000,-/unit
sebanyak 1600 unit barang itu ditawarkan (dijual).
e. Ketika harga awal barang tersebut Rp. 2500000,-/unit, sebanyak 750 barang
ditawarkan (dijual), sedang saat harga dinaikkan menjadi Rp. 3500000,-/unit
sebanyak 1250 unit barang itu ditawarkan (dijual).

f.

71
2. Tentukan gradien suatu garis yang melalui titik:
a. A(-5,7) dan B (12,13)
b. P(25,70) dan Q (120,-100)
c. K(-14,-17) dan L (16,18)
d. S(37, 62) dan T (112,113)
e. R(52, 71) dan S (-62, -55)
3. Garis dengan persamaan x 2y p 0 . Tentukanlah nilai gradient garis , jika garis
tersebut tegak lurus dengan garis:
a. 2x y 10 0
b. x y 12 0
c. 2x 8y 1 0
d. 3x 2y 11 0
e. 2x y 13 0
4. Jika himpunan A = {x / 1 < x < 45; x e bilangan bulat positip} dan himpunan B = {y / 5
< y < 20}; y kelipatan 2}, tentukanlah:
a. A B
b. A B
c. (A B) (2A B)
d. (-3A B)- (2A 3B)
e. (3A 2B) (2A - 2B)
5. Himpunan semesta S = {x / x < 40; x bilangan asli}; dan himpunan A = {y / 0 < y <
0; y kelipatan 2}.
Tentukan :
a. S A
b. S 2A
c. 2S 2A
d. 3A S
e. (S 2A) (2S -3A)
6. Diketahui : D: p =32q + 7; S : p =43q + 47. Jika dikenakan pajak perunit t = 3,
tentukanlah:

72
a. Harga dan kuantitas barang setelah ada pajak
b. Total pajak penerimaan pemerintah
7. Tentukan: Harga dan kuantitas barang setelah ada pajak, dan total pajak penerimaan
pemerintah, jika diketahui:
a. D : p = -2q +10, dan S: p = q +5; t = 2/unit
b. D : p = -q +5, dan S: p = q +10; t = 1/unit
c. D : p = -3q +15, dan S: p = q + 12; t = 5/unit
d. D : p = -2q +18, dan S: p = 3q + 14; t = 7/unit
e. D : p = -5q +25, dan S: 2p = 5q + 2; t = 6/unit
8. Dari soal nomor 6, tentukanlah: keseimbangan pasar (E0), keseimbangan pasar setelah
dikenakan pajak (Et) dan keseimbangan pasar setelah diberi subsidi (Es), serta Total
pajak penerimaan pemerintah, bila masing masing soal diberi:
a. t =2, s = 3
b. t = 5, s =5
c. t = 10, s = 8
d. t = 4, s = 6
e. t = 7, s = 3
9. Diketahui fungsi permintaan dan fungsi penawaran suatu jenis tekstil : D: p = -2q + 9,
dan S: p = 0,6q + 2,8. Tentukanlah :
harga dan kuantitas keseimbangan pasar sebelum/setelah dan setelah pajak;
Total penerimaan pajak pemerintah Jika terhadap unit barang yang dijual dikenakan
pajak sebesar :
a. i = 25%,
b. i = 30%
c. i = 15%
d. i = 50%
e. i = 40%
10. Diketahui: D: p1 = -5q1 + 2q2 + 95
S: p1 = 3q1 - q2 -25

D: p2 = 3q1 4q2 + 30

73
S: p2 = -2q1 + 5q2 8
Tentukan harga dan kuantitas keseimbangan pasar sebelum, dan setelah dikenakan pajak,
serta total pajak penerimaan pemerintah, jika:
a. terhadap barang I dikenakan pajak penjualan sebesar t1 = 2, barang II dikenakan pajak
penjualan t2 = 2,
b. terhadap barang I dikenakan pajak penjualan sebesar t1 = 4, barang II dikenakan pajak
penjualan t2 = 5
c. terhadap barang I dikenakan pajak penjualan sebesar t1 = 7, barang II dikenakan pajak
penjualan t2 = 1
d. terhadap barang I dikenakan pajak penjualan sebesar t1 = 1, barang II dikenakan pajak
penjualan t2 = 1
e. terhadap barang I dikenakan pajak penjualan sebesar t1 = 0,5, barang II dikenakan
pajak penjualan t2 = 0,4
11. Diketahui:
D: p1 = -5q1 + 4q2 + 49
S: p1 = 4q1 - 2q2 -22
D: p2 = 6q1 5q2 + 25
S: p2 = -2q1 + 6q2 90
Tentukan harga dan kuantitas keseimbangan pasar sebelum dan setelah diberi subsidi;
serta tentukan total subsidi pemberian pemerintah
a. Jika barang I dan II diberi subsidi s1 = 1, dan s2 = 1
b. Jika barang I dan II diberi subsidi s1 = 3, dan s2 = 2
c. Jika barang I dan II diberi subsidi s1 = 4, dan s2 = 3
d. Jika barang I dan II diberi subsidi s1 = 3, dan s2 = 5
e. Jika barang I dan II diberi subsidi s1 = 7, dan s2 = 6
12. Diketahui:
D: p1 = -6q1 + 3q2 + 326
S: p1 = 5q1 - 2q2 174
D: p2 = 4q1 7q2 + 170
S: p2 = -3q1 + 8q2 215

74
13. Tentukan harga dan kuantitas keseimbangan pasar sebelum dan setelah dikenakan
pajak dan diberi subsidi; serta tentukan total subsidi pemberian pemerintah, dan total
pajak penerimaan pemerintah, dan juga netto penerimaan bersih pemerintah bila:
a. barang I dikenakan t1 =3 dan barang II diberi subsidi s1 =2.
b. barang I dikenakan t1 =5 dan barang II diberi subsidi s1 =6.
c. barang I dikenakan t1 =7 dan barang II diberi subsidi s1 =10.
d. barang I dikenakan t1 = 8 dan barang II diberi subsidi s1 =4
e. barang I dikenakan t1 =5 dan barang II diberi subsidi s1 = 7
14. Tentukanlah : besar kontribusi marginalnya; besar kuantitas barang untuk
mengembalikan biaya tetap; besar kuantitas barang untuk menjadi pulang pokok;
serta besar kuantitas barang untuk mendapat untuk Rp. 50.000.000,-, jika diketahui:
a. biaya untuk perongkosan tetap sebesar Rp. 10.000.000,-, biaya tidak tetap adalah Rp.
1500,- per-unit barang, serta harga jual per-unit barang Rp.5000,-
b. biaya untuk perongkosan tetap sebesar Rp. 15.000.000,-, biaya tidak tetap adalah Rp.
3500,- per-unit barang, serta harga jual per-unit barang Rp.5000,-
c. biaya untuk perongkosan tetap sebesar Rp. 30.000.000,-, biaya tidak tetap adalah Rp.
7500,- per-unit barang, serta harga jual per-unit barang Rp.15.000,-
d. biaya untuk perongkosan tetap sebesar Rp. 100.000.000,-, biaya tidak tetap adalah Rp.
50000,- per-unit barang, serta harga jual per-unit barang Rp.150.000,-
e. biaya untuk perongkosan tetap sebesar Rp. 1000.000.000,-, biaya tidak tetap adalah
250.000,- per-unit barang, serta harga jual per-unit barang Rp.500.000,-
15. Hitung determinan , minor, dan kofaktor dari matriks
3 8 4
6
a. A 0 5
7 1 2

12 8 4
10 3 6
b. B
7 2 2

1 6 2 0
5 4 3 7
c. P
7 2 5 4

9 3 7 2

75
6 3 4 6
5 1 9 1
d. Q
1 0 5 4

7 5 1 2

11 9 1 8
15 4 0 5
e. R
10 12 12 7

9 13 5 1

16. Dengan penerapan matriks selesaikanlah sistem persamaan berikut:


a. 2x -2y =7
3x+ y = -3
b. -5x -2y = -8
2x + 7y = 9
c. 2x -2y +z = 6
3x + y =2z = 3
x + y +z =-2
d. 2x -2y -2z = 12
4x + x+ 3y = 13
-5x =2y +4z =10
e. 12x -10y + 5z = 17
3x+ y +2z = -13
4x+ 3y -2z = 12
17. Tentukanlah banyak inversi dari:
a. (1, 5, 7, 4, 2, 8, 12, 0)
b. (15, 14, 13, 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1)
c. (20, 19, 18, ..., 1)
d. (1, 2, ..., 100)
e. (100, 99, ..., 2, 1)
f. 30,28,29,1,2,3,25,24,23,19,20,21,22,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16 ,17, 18 ,
19,23,24,25,26,27)

76
18. Andaikan dua industri A dan B dengan input, output dan permintaan akhir sebagai
berikut:
Tabel Analisis Inpu Output, untuk 2 industri A dan B
Tabel 1.10 Analisis Inpu Output, untuk 2 industri A dan B

Industri Input Bij Permintaan Akhir Output Total

A B Ci Xj
A 65 85 95 245
B 74 70 88 232

a. Tentukan vektor output X jika vektor permintaan C berubah untuk A menjadi 150 dan
untuk B menjadi 200?
b. Tentukan vektor output X jika vektor permintaan C berubah untuk A menjadi 250 dan
untuk B menjadi 400?
c. Tentukan vektor output X jika vektor permintaan C berubah untuk A menjadi 1000 dan
untuk B menjadi 1500?
d. Tentukan vektor output X jika vektor permintaan C berubah untuk A menjadi 1200 dan
untuk B menjadi 1800?
e. Tentukan vektor output X jika vektor permintaan C berubah untuk A menjadi 3000 dan
untuk B menjadi 5000?

77

Anda mungkin juga menyukai